AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

209
AL-QUR’AN DAN JIMAT (Studi Living Qur’an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten) TESIS Diajukan Kepada Program Magister Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Oleh: Yadi Mulyadi NIM: 21150340000013 PRODI KONSENTRASI TAFSIR PROGRAM MAGISTER FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

Page 1: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

AL-QUR’AN DAN JIMAT

(Studi Living Qur’an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

TESIS

Diajukan Kepada Program Magister Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi

Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)

Oleh:

Yadi Mulyadi

NIM: 21150340000013

PRODI KONSENTRASI TAFSIR

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)
Page 3: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)
Page 4: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)
Page 5: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

i

ABSTRAK

Yadi Mulyadi, “Al-Qur’an dan Jimat (Studi Living Qur’an pada Masyarakat

Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten),” konsetrasi Tafsir Program

Magister Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

Penelitian ini bermula dari permasalahan bagaimana masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten menggunakan al-Qur’an sebagai jimat.

Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan meyakini jimat sebagai jalan alternatif

secara praktis untuk mencapai sebuah tujuan dalam memecahkan pelbagai

masalah. Al-Qur’an, pada dasarnya berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh

manusia dan khususnya umat Islam. Oleh sebagian manusia, al-Qur’an juga dapat

difungsikan sebagai jimat, karena diyakini bahwa ayat-ayat bahkan huruf-huruf

al-Qur’an mengandung kekuatan magis yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan

tertentu seperti pengobatan, kekebalan, karismatik, keselamatan, dan penglaris.

Seperti yang telah dikatakan Bruce Lawrence, sebagian orang-orang Islam

memilih al-Qur’an untuk mengambil ayat-ayat tertentu dan mengeluarkannya dari

konteks secara keseluruhan ketika mereka akan membuat pernyataan tentang

sebuah pandangan normatif dunia Islam. Sebagian umat muslim menganggap al-

Qur’an sebagai mukjizat yang magis, menggunakan kata-katanya dengan cara

berbisik, menciumnya, atau meminumnya yang dapat digunakan sebagai

kesembuhan dan harapan-harapan tertentu.

enelitian ini, menggunakan metode etnografi ames . Spradley yang

bersifat deskriptif kualitatif. Tujuan dari etnografi, untuk memahami cara-cara

kehidupan lain dari sudut pandang masyarakat. Adapun studi pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan

menggunakan pendekatan antropologi. Pendekatan ini digunakan berusaha untuk

memotret apa adanya tentang dimensi-dimensi kepercayaan, keyakinan, ritual dan

tradisi secara holistik.

Adapun makna dari mempraktikan jimat al-Qur’an itu bagian dari

penghormatan, pemuliaan dan pelestarian masyarakat terhadap al-Qur’an. Motif

dan tujuan masyarakat Kasepuhan dalam menggunakan jimat karena memiliki

beragam manfaat, antara lain: Pertama, jimat dapat menyelamatkan diri dan

memberikan kepercayaan/ketenangan dalam menyelesaikan berbagai persoalan

hidup. Kedua, dapat berfungsi sebagai karismatik yang tinggi dalam pandangan

setiap manusia demi mempertahankan eksistensi kekuasaan. Ketiga, digunakan

sebagai penglaris dalam perdagangan untuk kepentingan stabilitas ekonomi.

Keempat, sebagai penyembuh dari berbagai penyakit untuk kepentingan

masyarakat luas baik yang mengendap penyakit yang tak kunjung sembuh dan

lain sebagainya. Dalam prosesi penggunaan jimat mesti dalam keadaan suci, tidak

digunakan dalam keangkuhan dan kesemobongan serta mematuhi petunjuk kyai.

Adapun ketika mempergunakannya, jimat diletakan pada bagian ambang pintu

dan lemari, mengenakan jimat pada bagian sabuk, meletakan jimat ke dalam

dompet, dan mencampurkan jimat yang berukuran kecil ke dalam parfum.

Page 6: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

ii

ABSTRACT

Yadi Mulyadi, “Al-Quran and Jimat (Study Living Qor’an on Adat

Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten Community),” concentration

Qur’anic interpretation Graduate Program, Faculty of Ushuluddin Syarif

Hedayatullah State Islamic University Jakarta 2017.

This research beginning how the Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak

Banten community used the Qor’an as a talisman. The community believes the

talisman as a practical alternative way to achieve a goal in solving various

problems. The Qor’an, serves as a guide for all humans and especially Muslims.

The Qor’an can also function as a talisman, because it is believed that the verses

even the letters of the Koran contain magical powers that can be used for certain

purposes such as medication, immunity, charismatic, salvation, and a ruler.

As has been said Bruce Lawrence, some Muslims choose Qor’an to take

certain verses and take it out of context as a whole when they will make a

statement about a normative view of the Islamic world. Most Muslims consider

the Qor'an as a miracle of magic, using the words in a whisper, kissing, or drink

that can be used as a healing and certain expectations.

This study uses the method of ethnography James P. Spradley which is

descriptive qualitative. The purpose of ethnography, to understand other ways of

life from the point of view of community. The study of data collection is done by

observation, interview, and documentation by using anthropology approach. his

approach is used to photographing what it is about belief dimensions, confidences,

rituals and traditions holistically.

As for the meaning of practicing the talisman is part of the honor,

breeding, and preservation of society against Qor’an. The motives of Wewengkon

Kasepuhan Lebak community in using talisman because is has various benefits,

among others: The first, a talisman can save themselves and provide confidence or

calm in solving various problems of life. The second, a talisman can function as a

high charismatic in the looking of every human being in order to maintain the

existence of power. Third, the talisman is used as the trade-marker for the sake of

economic stability. Fourth, talisman as a healer of various diseases for the benefit

of the wider community that settles the disease that never healed and so forth. In

the procession of the use of talisman even under holy circumstances, is not used in

arrogance and pride and obeys the religious leader. While using it talisman placed

on door sills and cabinets, wearing a talisman on the belt, putting the talisman into

the wallet, and mixing a small talisman into the perfume.

Page 7: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

iii

الملخص

(" تركز كاسبوهان لباك باوتهادي مولادي "القرأن ولعزمت )الذراست الحاة القرأن على المجتمع ل

7102التفسر ف كلت أصول الذه ف جامعت شرف هذات الله ف جاكرتا, سىت

غطبخاغتشش ا ٠جغ زا اجضج شىخ و١ف١خ اعتخذا اشؼة الأص١خ ٠٠غى

اشؼة الأص١خ ٠٠غى وبعجب ٠ؼتمذ ؼض٠خ .ؼض٠خ١جبن ثبت امشآ ثبػتجبس )وبع١جب(

ذ٠خ ثخبثخ الأعبط ف ٠خذ ،اىش٠ امشآ وع١خ ثذ٠خ ػ١خ تضم١ك ذف ف ص ختف اشبو.

لأ وتؼ٠زح، تغتخذ أ أ٠عب اىش٠ امشآ أ ٠ى ابط، جؼط فمب. اغ١ خبصخ ابط ز١غ

لأغشاض اعتخذاب ٠ى ات اغضش٠خ ام ػ تضت اىش٠ امشآ خطبثبد صت ا٠٢بد أ ٠ؼتمذ

.صبو اغلاخ، اىبس٠ض١خ، اضصبخ، اؼلاد، خ ضذدح

اىش٠ امشآ آ٠بد ثؼط اتخبر إ اغ١ ثؼط اخت١بس ساظ، ثشط لبي وب

ؼب اؼ١بس ظش رخ ػ ثج١ب ع١ذ ػذب اؼب اغ١بق إ ظشد أ ع١بلب إخشارب

تظ، ات اىبد ثبعتخذا ره عضش٠خ، ؼزضح ثبػتجبس امشآ ٠ؼتجش اغ١ ثؼط الإعلا

.الأ اشفبء جؼط تغتخذ أ ٠ى ات ششث أ اتمج١،

اػ. . عجشاد ات صف١خPاعخ، ره ثبعتخذا غش٠مخ الإحغشاف١ب ر١ظ ز اذس

اغشض الإحغشاف١ب، ف غشق أخش ض١بح رخ ظش ازتغ. تت دساعخ رغ اج١ببد ػ

ب صي ٠غتخذ زا اذ تص٠ش غش٠ك الاصظخ، امبثخ، اتح١ك ثبعتخذا ذ الأخشثر١ب.

أثؼبد الاػتمبد اؼتمذاد اطمط اتمب١ذ ثشى و.

أب ثبغجخ ؼ ابسعخ ص امشآ وب رضءا ازض٠خ، تشث١خ اضفبظ ػ١ب

صخبسف أذاف زتغ وبع١جب ف اعتخذا ات١ضب لأ فائذ ختفخ، ازس ظذ امشآ.

حب١ب، .ض ٠ى امبر أفغ تف١ش اخمخ اذء ف ص ختف اشبو ؼض٠خ لا،أ ث١ أس أخش:

حبخب، ٠ت ٠ى أ ٠ؼ ثصف وبس٠ض١خ ػب١خ ف ظش و إغب أر اضفبظ ػ رد اغطخ.

ختفخ صبش ساثؼب، وؼبذ الأشاض ا اعتخذا وؼلاخ تزبس٠خ أر الاعتمشاس الالتصبد.

ف اوت اعتخذا اتبئ ٠زت أ ازتغ الأعغ از ٠غتغ اشض از تتئ ىزا دا١ه.

وب ػذ اعتخذا، ٠ت ٠ى ف دخ مذعخ، لا تغتخذ ف اغطشعخ اشائت غبػخ تؼ١بد و١ب.

ظغ اتبئ ف اضفظخ، خػ اتبئ ظغ اتبئ ػ ػتجخ خضاخ، استذاء تب١غب ػ اضضا،

اصغ١شح ف اؼطس.

Page 8: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang selalu

memberikan karunia rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan tesis ini. Tanpa rahmat dan hidayah-Nya, mungkin

Tesis ini tidak akan selesai. Ṣhalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad saw. para keluarganya, sahabat-sahabatnya, para tabi’

tabi`in serta kita semua selaku umatnya sampai akhir zaman.

Secara didaktis, penulis sangat sadar bahwa penyusunan tesis ini tidak

akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari pihak lain. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan

yang setingi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

menyelesaikan penelitian ini. Karena itu, pertama-tama saya menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosem Pembimbing I, Prof. Dr. Masri

Mansoer, MA yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialektika dan

membimbing secara intensif kepada penulis di tengah-tengah kesibukannya

sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin hingga akhirnya penelitian ini selesai.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing II, Dr. Lilik

Umi Kaltsum, MA yang sudah rela dan ikhlas menyempatkan diri untuk

membimbing dengan penuh kehati-hatian, ketelitian, dan kesabaran.

Tidak lupa pula kepada para penguji: Dr. Bustamin, M.Si, Dr. Yusuf

Rahman, MA, Kusmana, P.hD dan Prof. Muhammad Ali, P.hD yang telah

bersedia membimbing dan memberikan masukan-masukan demi tercapainya

kesempurnaan penelitian ini. Para Dosen Program Magister Ushuluddin,

Page 9: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

v

Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama (PU) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), dan Dr. Atiyatul

Ulya, MA selaku Ketua Program Magister dan Drs. Maulana, M.Ag selaku

Sekretaris Program Magister Fakultas Ushuluddin.

Kedua orang tuaku tercinta, Ibunda Marnah binti Aman dan Ayahanda

Emad bin Rastim yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan,

dan tiada henti mendoakanku siang dan malam tanpa lelah dan putus asa hingga

penulis dapat menyelesaikan persyaratan dalam memperoleh gelar Magisteri.

Istriku tercinta, Zuhrotul Uyun, S.Pd yang selalu setia berada disampingku dalam

situasi dan kondisi suka, duka, nestapa, dan bahagia hingga tidak pernah putus-

putus untuk mendoakan kesuksesan suaminya. Mertua tercinta yang insyallah

sebentar lagi menunaikan rukun Islam yang terakhir, Hasan Mufti, S.Pd.I dan Icih

Kurniasih yang tiada henti-hentinya mendoakan kami. Adiku-adiku tercinta

Nurmalasari dan adik ipar Halwati Nufus dan Husnul Fahri yang selalu

mendoakan agar kakak-kakaknya menjadi publik figur dalam lingkungan

keluarga.

Seluruh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten

khususnya Kyai Sarku, Olot Umar, Olot Sariman, Mulyadi Sugiansar, Jaro Asid

Rosidin, Jaro Jajang selaku anggota AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nasional),

K.H. Mahmud, Suryani, Ustadz Mukhtar al-Khoiri dan K.H. Rumdani yang telah

memberikan informasi dan keterbukaannya mengenai jimat, hingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

PUSLITPEN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BAZIS Jakarta yang

Page 10: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

vi

telah memberikan Beasiswa penelitiani, hingga dapat membantu dalam proses

finishing penelitian. Kawan-kawan seperjuangan mahasiswa Pascasarjana studi

Tafsir-Hadis Program Magister Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2015 khususnya pak Muqhti Ali, abah Aris, Kholis, Idham, K.H.

Umam, Hasrul, Fahmi, dan Arif. Dan tidak lupa pula pada keluarga Ciputat Uwa

Aming, Om Fatah, dan abah Dr. Rusdi,Sp, M.Si.

Semoga tesis ini dapat memberikan sumbangsih dan manfaat dalam

khazanah keislaman, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca

yang budiman. Semoga Allah Swt. senantiasa membukakan samudera ilmu-Nya

kepada kita semua, Amin.

Jakarta, 04 Desember 2017

Penulis

Yadi Mulyadi

Page 11: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI1

A. Konsonan

q = ق z = ص Tidak Dilambangkan = ا

k = ن s = ط b = ة

l = ي sy = ػ t = د

ṣ = m = ص ṡ = ث

ḍ = n = ض j = د

ṭ = w = غ ḫ = س

ẓ = h = ظ kh = ط

` = ء ‘ = ع d = د

g = y = ؽ ż = ر

f = ف r = س

B. Vokal dan Diftong

Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong

◌ = a ا—◌ = ā ◌ = ai

◌ = I —◌ = ī ◌ = aw

◌ = u —◌ = ū

C. Keterangan Tambahan

1Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

158 tahun 1987 dan No. 0543 tahun 1987.

Page 12: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

viii

1. Kata sandang لا (alif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-,

misalnya (ازض٠خ) al-jizyah, ( لاحبسا ) al-âthâr dan ( از خ) al-dhimmah.

Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada

awal kalimat.

2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda,

misalnya al- muwaṭṭa’.

3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia,

ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan

lainnya.

D. Singkatan

swt = Subḥānahu wa ta’ālā

as = ‘Alaihi al-Salām

M = Masehi

Qs = al-Qur’an Surah

saw = Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam

H = Hijriyah

ra = Raḍiya Allāh ‘anhu

w = Wafat

h = Halaman

Page 13: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iv

PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………….vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………......ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………...1

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah………………………………………………….10

2. Pembatasan Masalah…………………………………………………11

3. Perumusan Masalah………………………………………………….11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………..12

D. Penelitian Terdahulu yang Masih Relevan……………………………13

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian……………………………………………………….20

2. Sumber Data………………………………………………………….21

3. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...22

Page 14: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

x

4. Teknik Analisis Data…………………………………………………24

5. Teknik Penulisan……………………………………………………..25

F. Sistematika Penulisan…………………………………………………..26

BAB II LIVING QUR’AN DAN JIMAT

A. Living Qur’an.…………………………………………….......................29

B. Living Qur’an dalam Tatanan Praktis………………………………...32

1. Al-Qur’an dan Pengobatan…………………………………………...35

2. Al-Qur’an dan Tradisi Masyarakat………………………………….43

a. Rebo Wekasan……………………………………………………45

b. Tradisi Tingkeban atau Mitoni…………………………………...49

C. Living Qur’an dan Jimat

1. Al-Qur’an dan Kekuatan Magis……………………………………...53

a. Jimat……………………………………………………………...54

b. Debus Banten…………………………………………………….62

D. Agama dan Jimat……………………………………………………….68

BAB III SEJARAH JIMAT MASYARAKAT ADAT WEWENGKON

KASEPUHAN LEBAK BANTEN

Page 15: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xi

A. Sosial Kemasyarakatan Adat Wewengkon Kasepuhan

1. Letak Geografis & Sejarah Kasepuhan………………………………73

2. Tatanan dan Filosofi Hidup Masyarakat Kasepuhan………………...77

3. Tradisi Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

a. Tradisi Lokal……………………………………………………..82

b. Tradisi Keagamaan……………………………………………….86

c. Tradisi Keseharian Anak-anak Wewengkon Kasepuhan………...87

B. Aspek Sejarah Kepercayaan Masyarakat adat Wewengkon

Kasepuhan Terhadap Jimat……………………………………………89

C. Perkembangan Jimat di Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak-Banten

1. Pondok Pesantren Tradisional............................................................100

2. Adat Kasepuhan…………………………………………………….103

D. Pemahaman Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Terhadap

Jimat

1. Masyarakat Umum………………………………………………….106

2. Tokoh Adat Kasepuhan……………………………………………..109

3. Tokoh Agama……………………………………………………….111

Page 16: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xii

BAB IV PENGGUNAAN JIMAT MASYARAKAT ADAT WEWENGKON

KASEPUHAN LEBAK BANTEN

A. Bentuk-bentuk azimat/jimat

1. Ayat dan Surat Magis................…………………………………….118

2. Huruf-huruf Hijāiyyah………...……………………………………..134

3. Jimat Non al-Qur’an………………………………………………...140

B. Ritual Masyarakat Adat Wewengkon dalam Menggunakan Jimatt

1. Menempelkan Jimat pada Bagian Ambang intu dan Lemari……...147

2. Mengenakan Jimat ada Bagian Sabuk…………………………….150

3. Meletakan Jimat dalam Dompet…………………….........................151

4. Mencampurkan Jimat ke dalam Minyak……………………………154

5. Manfaat dalam Menggunakan Jimat

1. Pengasihan (Penglaris)……………………………………………...157

2. Karismatik (Pangabaran)……………………………………………159

3. Penyelamat Jiwa dan Raga………………………………………….161

4. Penyembuh………………………………………………………….163

Page 17: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xiii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….165

B. Saran…………………………………………………………………....166

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….167

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Dokumentasi Photo-photo………………………………………………..i

B. Interview Guide………………………………………………………….vii

C. Observation Guide………………………………………………………..ix

D. Daftar Informan………………………………………………………...xii

Page 18: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an merupakan sebuah pedoman umat manusia. Di dalamnya

terdapat petunjuk1 dan beragam fungsi yang mampu merespon masalah-masalah

yang terjadi dalam sosial kemasyarakatan. Salah satunya, al-Qur‟an bisa dijadikan

sebagai penyembuh (Syifā‟) berbagai penyakit,2 baik penyakit fisik maupun non

fisik dan dapat digunakan sebagai mediator yang mempunyai kekuatan magis,

dalam bentuk jimat al-Qur‟an.3

Azimat atau jimat ini mempunyai makna yang sama, yaitu suatu barang

(tulisan) yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat melindungi pemiliknya,

yang dapat digunakan sebagai pangkal penyakit, roh-roh jahat, maupun

pangabaran (karismatik).4 Penggunaan jimat terdapat di seluruh wilayah muslim.

Benda magis itu sebagai halnya, telah dipraktikkan di wilayah Afrika Utara dan

1 Diturunkannya al-Qr‟an sebagai petunjuk umat manusia yang membedakan antara yang

haq maupun yang baṯil (al-Baqarah: 185). Lihat, Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur‟an,

terjemahan Anas Mahyuddin (Bandung: Pustaka, 1996), cet. Ke II, h. 1. 2 Bahkan di dalam al-Qur‟an menggambarkan beberapa penyakit, antara lain Saqīm (Qs.

24: 61 dan 2: 185), al-Akmah (Qs. 3: 49), al-Abraṣ (Qs. 3: 9), haradḁ (Qs. 12: 85), untuk penyakit

fisik. Sedangkan Jinnah (Qs. 23: 27 dan 70) dan al-Massy (Qs. 2: 275) hanya untuk penyakit

psikis. Oleh karena itu, al-Qur‟an dapat digunakan sebagai penyembuh (shifā‟). Lihat Qs. At-

Taubah: 14, al-Syuara: 80, an-Nahl: 69, al-Isra: 82, dan fusulat: 44. Lihat, Apipudin, Al-Qur‟an

Sebagai Penyembuh Penyakit (Analisis Kitab Khazīnat al-Asrār Karya Muhammad Haqqi al-

Nāzilī 1993), (Ciputat Tangerang Selatan: Young Progressive Muslim, 2013), h. 32. 3 Chairunnisa Ahsana AS, Pesona Azimat: Antara Tradisi dan Agama, (Bandung: Pustaka

Aura Semesta, 2014), h. 40. Sebagaimana dikutip dari Zuriati, Azimat Minangkabau Kritik Teks

dan Edisi Kritis, (Disertasi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sastra,

2013), h. 12. 4Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia V1.1.offline, dapat diakses juga di

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

Page 19: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

2

Barat di Sahara dan Indonesia. Sebagian besar jimat menggunakan tulisan ayat-

ayat al-Qur‟an dan huruf-huruf hijāiyyah yang diletakkan dalam sebuah

bungkusan untuk dikenakan sebagai kalung, sabuk, gelang maupun digunakan

pada bagaian yang sangat privasi, yaitu saku maupun dompet.5

Oleh karena itu, produk budaya demikian banyak terdapat dalam

masyarakat Islam Indonesia khususnya di Provinsi Banten. Inilah yang

menjadikan Muslim Indonesia berbeda dengan masyarakat Islam pada umumnya

di Dunia. Bentuk dan sistem kebudayaannya menyelaraskan dengan etik ajaran al-

Qur‟an, kemudian menjadi hal yang unik di dalam masyarakat karena telah

berakulturasi antara budaya dan agama.6 Hal ini seperti tradisi pelaksanaan halal

bihalal sesudah idul fitri,7 memperingati hari-hari penting nabi Muhammad Saw.

misalnya, hijrah, isra mi‟raj, dan memperingati kelahirannya nabi Saw. dan

memperingati haul8 syaikh-syaikh Islam berpengaruh di Dunia maupun di

5 Chirl Glasse, Ensiklopedi Islam, terjemahan Ghufron A. Mas‟adi (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1999), cet. Ke-II, h. 196. Adapun azimat atau jimat sebagaimana dijelaskan

dalam buku „Pesona Azimat‟ dalam bahasa Arab „al-Irādāt al mu‟akkadah yang bermakna,

keinginan yang kuat, tekad, „azam/azimat yang bermakna azimat, hal ini didasarkan pada Hadis

Nabi dan terminologi Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa azimat atau jimat dalam tradisi

Arab dinamakan hijab, hama‟il. Hama‟il berasal dari kata ḫamā-yaḫmī-ḫimyatan yang artinya

membela karena menjaga dari hal-hal yang mengancam atau mempertahankan lantaran menjaga

eksistensinya. Lihat, M. Quraish Shihab, “Ensikolopedia Al-Qur‟an Kajian Kosakata,” dalam

Nasaruddin Umar ed., Ensiklopedia, vol. I (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 277. 6 Maksudnya adalah kebudayaan Islam yang sesuai dengan kebudayaan qur‟ani baik dari

sistem politik qur‟ani, sistem ekonomi qur‟ani, dan seni qur‟ani, artinya sistem kebudayaan dan

unsur-unsur kebudayaan yang selaras dengan etika sebagaimana dikhendaki al-Qur‟an. Lihat,

Suwito, ed., Kajian Tematik Al-Qur‟ans Tentang Konstruksi Sosial (Bandung: Angkasa Bandung,

2008), h. 62. 7 Halal bihalal merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan setahun sekali pada saat umat

Islam di Indonesia sesudah melaksanakan puasa Ramdhan dan Idul Fitri. Lihat, Muhammad

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996), h. 235. 8 Haul adalah peringatan hari wafat seseorang yg diadakan setahun sekali (biasanya

disertai selamatan arwah). Lihat, Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia V1.1.offline,

dapat diakses juga di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

Page 20: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

3

Nusantara, seperti haul syaikh Abd al-Qādir al-Jīlānī, syaikh al-Ghazali, syaikh

Nawawi al-Bantani, dan K.H. Hasyim al-Asy‟ari. Tradisi demikian tetap

dilaknsanakan secara berulang-ulang dari tahun ke tahun, walaupun situasi dan

kondisi sosial yang berbeda.

Jimat dalam pandangan filosuf, suatu pengaruh atas jiwa manusia. Hal ini

dilakukan dengan cara yang tidak alami yang dapat mempengaruhi pada jasmani

seseorang. Tetapi pengaruh-pengaruh yang muncul, kadang-kadang dari keadaan

ruh-ruh: seperti kehangatan yang timbul dari rasa gembira dan suka cita, atau

kadang-kadang dari persepsi psikis lainnya seperti yang timbul dari rasa was-was.

Jimat dalam proses reaksinya mencari bantuan pada sifat kerohanian, rahasia

angka-angka,9 kualitas-kualitas khusus yang maujud hingga perpaduan antara ruh

dengan substansi tubuh.10

Pada masa sekarang, ilmu mengenai jimat al-Qur‟an disebut surat magis

(rasāilu saḫriyah).11

Ilmu ini dipergunakan dalam pengertian konvensional yang

menganggap bahwa jimat ini, mempunyai watak yang inheren atau rahasia

9 Angka-angka yang terdapat dalam jimat, menurut Annemarie Schimmel mempunyai

simbol-simbol atau makna-makna tertentu. Hal ini dapat ditemukan dalam lafaẕ bismillah, dan

nilai numerik dari b sebagai 2 titik bagi dualitas itu melekat dalam segala sesuatu yang diciptakan,

sementara huruf pertama dari abjad, alif dalam numerik 1, merupakan sandi rahasia bagi Tuhan

yang Satu dan Unik. Lihat, Annemarie Schimmel, Rahasia Wajah Suci Ilahi: Memahami Islam

Secara Fenomenologis penerjemah Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke-3, h. 134. 10

Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, terjemahan Ahmadie Thaha (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2016), Cet. Ke 13, h. 688-689. 11

Akan tetapi, dalam pandangan masyarakat Banten bahwa jimat al-Qur‟an disebut

wafaq. Kata ini diserap dari lafaẕ al-aufāq yang berarti cukup. Adapun kegunaannya bermacam-

macam sesuai dengan kebutuhan, agar memiliki karisma dan wibawa yang tinggi, pengasihan,

tidak mempan dibacok, kebal, bahkan sebagai media dalam menarik keuntungan dalam berbisnis

dan lain-lain. Lihat, Fahmi Irfani, Jawara Banten; Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya

(Jakarta: Young Progressive Muslim, 2011), h. 69.

Page 21: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

4

aktifitas yang terdapat dalam surat-surat itu ada ukuran hitungannya yang diambil

dari surat-surat yang berisikan rahasia-rahasia yang terdapat di dalam makhluk

dan alam. Aktivitas orang yang mempraktikkan kata-kata berupa akibat dari sinar

ilahi dan dukungan Tuhan yang mereka peroleh melalui latihan rohani dan kasyf.

Maka, alam pun ditekan untuk bekerja buat mereka dan melakukannya dengan

patuh tanpa berusaha untuk tidak tunduk. Adapun orang yang mempraktikan jimat

tercapai karena menurunkan kerohanian garis-garis edar bintang dan mengikatnya

erat-erat dengan gambar-gambar atau ukuran-ukuran angka.12

Lafaẓ al-Qur‟an tidak bisa dipahami secara lahiriahnya saja, sekalipun akal

memiliki daya untuk melihatnya, tetapi bukan berarti apa yang dilihat memiliki

derajat yang sama. Misalnya saja benda yang dilihat oleh akal dalam waktu yang

sama, tidak mungkin benda itu baru sekaligus lama, atau benda itu „ada‟ sekaligus

„tidak ada‟. Ataupun mustahil dalam waktu yang sama sebuah ucapan dinilai

benar sekaligus salah.13

Begitu pun dengan makna al-Qur‟an yang dapat dijadikan

sebagai pelita yang menyinari akal pada waktu tertentu dan dilain waktu.

Dengan demikian, menurut Imam al-Ghazali manusia harus diberikan

rangsangan dan perhatian. Adapun rangsangannya adalah ucapan para „hukama‟,

yaitu orang-orang yang memperoleh pancaran cahaya hikmah. Apabila seseorang

sudah mendapatkan pancaran cahaya hikmah, dia akan mampu melihat sesuatu

secara otomatis karena kehendaknya, yang sebelumnya hanya dapat melihat

karena terpaksa.

12

Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, h. 695-696. 13

Imam Abu Hamid al-Ghazali, Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar, terjemahan

Hasan Abrori dan Mashur Abadi, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 44.

Page 22: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

5

Menurut al-Ghazali hikmah yang paling agung ialah kalimat-kalimat Allah

Swt. (al-Qur‟ān al-Karīm), di antaranya adalah al-Qur‟an berupa ayat-ayat

qauliyyah,14

sebagaimana firman Allah Swt.

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya serta Nur (Al-

Quraan) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Mahateliti terhadap

apa yang kamu kerjakan. (Q.s. At-Tagābun/64: 8).15

Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu bukti

kebenaran dari Tuhanmu. Dan telah Kami turunkan kepada kamu

cahaya yang terang benderang (Al Quran). (Qs. An-Nisā‟/4: 174).

Selain itu, ada beberapa surat khusus yang dapat digunakan sebagai

penyembuhan penyakit, pemeliharaan yang dilakukan Allah Swt. kepada hamba-

hambanya maupun keselamatan ketika ada dalam perjalanan, diuraikan secara

khusus oleh Jalāluddīn as-Suyūṯhī pada sub bagian (fī al-khāṣ al-Qur‟ān) dalam

kitab al-Itqān fī „Ulūm al-Qur‟ān.16

Dengan demikian, fenomena masyarakat yang memperlihatkan praktik

magis di Provinsi Banten, khususnya masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Lebak dalam mempersepsi teks al-Qur‟an tidak hanya sebatas petunjuk,

14

Imam Abu Hamid al-Ghazali, Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar, h. 45. 15

Semua terjemahan ayat-ayat al-Qur‟an dalam penelitian ini, menggunakan terjemahan

Tafsir Al-Misbah. Lihat, Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14,

h. 109. 16

Jalāluddīn as-Suyūṯhī, al-Itqān fī „Ulūm al-Qur‟ān (Beirūt: Maktabatu Dāri al-Turāts,

1349 H/2010), h. 900-905.

Page 23: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

6

melainkan memiliki kekuatan magis tanpa mempertimbangkan makna dan

tujuannya. Mereka menjadikan jimat dapat berfungsi dalam tatanan praktis.17

Kepercayaan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan terhadap jimat

sudah ada sejak pra Islam.18

Jimat yang berkembang berupa: sawah tangtu,19

mantra (jangjawokan),20

dan sepaheun.21

Sampai sekarang jimat ini masih

mewarnai kepercayaan masyarakat. Kemudian, pada tahun 1960-1970, tokoh

agama menyempurnakan pemahaman syahadat maupun basamallah sesuai dengan

17

Jimat sangat beragam bentuknya, ada tulisan al-Qur‟an (wafaq), keris, taring macan,

dan lain sebagainya yang diyakini sebagai pembawa keberuntungan baik dalam hal berbisnis,

kekuatan, maupun pencegahan dari roh jahat. Lihat, Ahmad Syarbashi, Dimensi-dimesi Kesejatian

al-Qur‟an (Yogyakarta: Ababil, 1996), h. 30. Dan lihat, Ayatullah Humaeni, “Mantra Masyarakat

Muslim Banten,” El-Harakah Vol. 16 No. 1 Tahun 2014: h. 74. 18

Pra Islam di sini merupakan kategorisasi dari peneliti. Pra maksudnya, agama yang

dianut masyarakat Kasepuhan dari sisa-sisa keturunan Pancer Pangawinan yaitu kerajaan Sunda,

yaitu keturunan Prabu Siliwangi. Bahkan sejarah mencatat bahwa Prabu Siliwangi merupakan

pemeluk agama Islam. Oleh sebab itulah, sampai saat ini mayoritas incu putu masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek pemeluk agama Islam. Akan tetapi, dalam bentuk praktik

keagamaannya termasuk Islam Sunda Wiwitan, yaitu mencampurkan antar budaya dan agama.

Selain itu, dari segi pembacaan ayat-ayat suci al-Qur‟annya pun tidak sesuai dengan teks Arab (al-

Qur‟an), contohnya adalah “Bismillahirakmanhirakim” dan “Akaduhalah laailaah hilowlah

wastaduana mukamad rasululah”. Wawancara dengan tokoh Adat Kasepuhan Wewengkon Desa

Citorek Barat, Olot Umar pada tanggal 20 April 2017. 19

Sawah tangtu merupakan sawah komunal adat Kasepuhan Citorek. Penggarapan sawah

tangtu ini dilakukan oleh masyarakat adat yang digerakan oleh Jaro Adat melalui Kepala Desa

untuk bergotong royong dan hasilnya dipergunakan untuk kegiatan atau kebutuhan adat. Sebelum

dimulainya penggarapan sawah dilakukan musyawarah Kasepuhan mengenai waktu yang tepat

untuk mulai asup leuweung (penggarapan sawah dan huma, berkbun atau bercocok tanam

lainnya). Musyawarah Asup leuweung tersebut satu paket dengan seren tahun. Setelah selesai

pengolahan sawah tangtu, masyarakat baru mulai menggarap sawahnya masing-masing. Lihat,

Mulyadi Sugiansar, “Wewengkon Adat Kasepuhan Citorek,” artikel diakses pada 6 Mei 2017

pukul 06.00 WIB dari http://pancercitorek.blogspot.co.id/2013/01/wewengkon-adat-kasepuhan-

citorek.html 20

Mantra (jangjawokan) berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata,

yaitu kata „man‟ yang berarti pikiran dan „tra‟ yang bermakna penyampaian. Mantra dapat

diartikan sebagai media penyampaian formula-formula mental ke dalam pikiran. Namun, dalam

praktikkanya jangjawokan atau pun mantra dapat dipergunakan dalam bentuk positif maupun

negatif. Lihat, Ayatullah Humaeni, “Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam Mantra

Masyarakat Muslim Banten”, el Harakah Volume 16, Nomor 1 Tahun 2014: h. 57-58. 21

Sepaheun merupakan berupa menu untuk menyepah yang terdiri dari daun sirih

(sereuh), biji pinang, gambir, bako, dan kapur yang sudah diendapkan untuk ramuan makan sirih

(dicampur dengan gambir, kapulaga (panglai), dan cengkih) yang mereka anggap berupa jimat

ketika hendak melakukan prosesi upacara tradisi adat Kasepuhan maupun hajat tertentu secara

khusus. Wawancara dengan tokoh adat Kasepuhan Wewengkon Adat Kasepuhan Desa Citorek

Tengah, Olot Sariman pada tanggal tanggal 19 April 2017.

Page 24: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

7

bacaan al-Qur‟an. Pada masa ini disebut pasca Islam, karena tokoh agama

mereformasi bacaan-bacaan al-Qur‟an yang tidak sesuai dengan teks yang ada di

lingkungan masyarakat Kasepuhan.

Oleh karenanya, hadir pemahaman baru mengenai jimat yang diambil dan

diramu dari ayat-ayat al-Qur‟an hingga menjadi sebuah jimat. Paham ini

disebarluaskan oleh santri dan tokoh agama ketika mereka mendapatkan dari luar

Wewengkon Kasepuhan. Sebagian masyarakat Kasepuhan yang berjumlah

1675.495 jiwa22

menggunakan jimat al-Qur‟an sebagai dasar kesuksesan dalam

perdagangan, kekebalan, karismatik yang tinggi, keselamatan, penyembuhan

penyakit, maupun pengasihan. Praktik magis23

yang mereka lakukan bersifat

budaya sinkretik, mengkombinasikan antara unsur-unsur kepercayaan lokal dan

tradisi.24

Keyakinan tersebut sudah mendarah daging khususnya masyarakat Adat

Wewngkon Kasepuhan Lebak Banten dan umumnya di sekitar wilayah

masyarakat Provinsi Banten.25

22

Jumlah tersebut sudah dihitung dengan teliti dan hati-hati oleh penulis, karena

masyarakat adat kasepuhan Citorek Lebak Banten terdiri dari lima Desa, Citorek Tengah, Citorek

Barat, Citorek Timur, Citorek Sabrang, dan Citorek Kidul. Lihat, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lebak-Banten, Kecamatan Cibeber Dalam Rangka Cibeber District In Figures 2014: Kondisi

Geografis dan Iklim, diakses pada 15 September 2016 dari www.lebakkab.go_.id-media-doc-post-

cibeber-2014. 23

Menurut Frazer, awal-mula manusia mempercayai pada kekuatan magis disebabkan

oleh manusia sendiri. Dalam setiap memecahkan masalah atau soal-soal hidupnya dengan akal dan

sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan ada batasnya. Makin terbelakang

kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Persoalan hidup yang tidak dapat

dipecahkan dengan akal, maka manusia memecahkannya dengan magis (supranatural). Lihat,

Koentjaraningrat, Sejarah Antropologi I (Jakarta: UI Press, 2007), h. 54. 24

Ayatullah Humaeni, “Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam Mantra Masyarakat

Muslim Banten,” El-Harakah Vol. 16 No. 1 Tahun 2014: h. 61. 25

Fahmi Irfani, Jawara Banten: Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya, h. 64. Dikiutp

dari Harsja W. Bachtiar, The Religion of Java: a Commentary, in Readings on Islam in Southeast

Asia, compiled by Ahmad Ibrahim (Pasir Panjang: Institute of Southeast Asian Studies, 1985), h.

280.

Page 25: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

8

Bahkan menurut orientalis asal Belanda, Van Bruinessen,26

Provinsi

Banten termasuk salah satu pusat kebudayaan yang mempraktikan teori-teori

magis (The centre of magical practices) atau ngelmu/ijazah27

yang diajarkan

langsung oleh sang kyai (ahli hikmah), baik di pesantren maupun di padepokan.28

Dalam kehidupan sehari-harinya, penulis melihat praktik-praktik yang

dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten berusaha

dalam menghidupkan pesan al-Qur‟an melalui media berbentuk jimat. Semua

aspek kehidupannya menyandarkan kepada kekuatan jimat. Bahkan apabila tradisi

dan kebudayaan demikian dipahami, diyakini, dan dipraktikan sebagai salah satu

sebab yang dapat memberikan pengaruh yang luar biasa, bukan sebaliknya, jimat

digunakan sebatas media untuk mencapai sebuah tujuan maka hal itu tidak sesuai

dengan pesan etik yang ada dalam al-Qur‟an.29

Praktik magis jimat yang dilakukan masyarakat Kasepuhan pada al-

Qur‟an, menurut peneliti ada kesesuaian dengan pendapat Farid Esack mengenai

tipologi Muslim yang mencintai al-Qur‟an, tetapi tidak dibarengi dengan nalar

kritis (The uncritical lover). Biasanya tipologi seperti ini menggunakan ayat-ayat

26

“Martin van Bruinessen,” merupakan orientalis dan guru besar Studi Kurdi Universitas

Utrecht, Belanda yang ahli dalam bidang sosiologi, selain itu ia sebagai peneliti muda tentang

Islam di Indonesia. bahkan dia seorang Dosen sosiologi agama di IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Artikel diakses pada 27 Agustus 2016 dari https//id.wikipedia.org 27

Ijazah artinya seorang santri meminta restu dan ridha kepada sang kiyai untuk ngelmu

atau berpuasa tertentu. Wawancara dengan Yahya Nulkarim, santri dari Citorek Barat Lebak-

Banten, Agustus 2016. 28

Martin Van Bruinessen, “Shari‟a Court, Traekat and Pesantren: Relegious Institution in

The Banten Sultanate,” In Archipel, Volume 50, Tahun 1995: h. 173. 29

Suwito, ed., Kajian Tematik Al-Qur‟ans Tentang Konstruksi Sosial, h. 72-73.

Page 26: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

9

tertentu sebagai pengobatan, penyemangat hidup, penghindar dari serangan orang-

orang yang mempunyai niat jahat, dan lain-lain.30

Dari pendapat al-Ghazali dan upaya penghidupan al-Qur‟an yang

dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten dalam bentuk

jimat mempunyai sisi kesamaan, yaitu memaknai lafaẓ al-Qur‟an tidak sebatas

petunjuk, melainkan memiliki kekuatan magis. Akan tetapi, ketika mempraktikan

ritul magis itu harus berdasarkan ijazah kyai atau ahli hikmah.31

Kepercayaan masyarakat pada lafaẓ al-Qur‟an mempunyai aspek-aspek

ruhaniah (inhern/esoterik) yang diungkapkan melalui yang terindra, yaitu jimat al-

Qur‟an dan huruf-huruf hijāiyyah. Hal ini sesuai dengan ungkapan para Sufistik

ketika mereka mengilustrasikannya dengan benda, sebagaimana yang mereka

katakan, “Wa fī kulli syas‟in lahu syāhidun Yadullu „alā annahu wāhidun” (Dalam

segala sesuatu ada saksi untuk-Nya, yang menunjuk pada kenyataan bahwa Dia

(Allah) itu Esa).32

Beranjak dari fenomena yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Lebak Banten di atas, menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut

karena praktik yang mereka lakukan berupaya menghidupkan nilai-nilai al-Qur‟an

berbentuk jimat. Maka dari itu, masalah ini diangkat dalam sebuah penelitian yang

30

Farid Esack, The Qur‟an: a Short Introduction, (London: Oneworld Publication, 2002),

h. 16. 31

Wawancara dengan pimpinan pondok pesantren salafi Misbahul Falah, kyai Badrudin

Citorek Timur Lebak-Banten, Desember 2016. 32

Annemarie Schimmel, Rahasia Wajah Suci Ilahi: Memahami Islam Secara

Fenomenologis penerjemah Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke-3, h. 22-23.

Page 27: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

10

berjudul “Al-Qur’an dan Jimat (Studi Living Qur’an pada Masyarakat Adat

Wewengkon Lebak Banten).”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Kajian mengenai fenomena jimat yang dipraktikkan masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten termasuk kajian Living Qur‟an, karena

menguraikan permasalahan-permasalahan al-Qur‟an yang dipersepsi tidak hanya

sebatas petunjuk, pahala, pengetahuan dan hikmah, melainkan lafaẓ yang

mengandung kekuatan magis dan sisi esoterik (inhern). Kemudian lafaẓ-lafaẓ al-

Qur‟an diramu (mengolah kekuatan magis) menjadi sebuah jimat yang utuh,

sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara

pragmatis.

Praktik-praktik memfungsikan jimat dalam kehidupan sehari-hari,

disinyalir menjadi penyebab jalan pragmatis masyarakat dalam menyelesaikan

berbagai masalah. Sehingga, menimbulkan banyak pemahaman masyarakat atas

pengaruh dan mafaat dari jimat sendiri. Jimat dipahami sebagai bagian dari usaha

masyarakat untuk memperoleh kesuksesan dalam menyelesaikan pelbagai

masalah. Masyarakat menjadikan jimat sebagai pegangan hidup, keselamatan,

keberkahan, kekebalan, penyembuhan, kewibawaan yang tinggi di setiap mata

manusia, pengasihan, penglaris dalam perdagangan dan lain sebagainya. Hal itu

tergantung dari sudut mana masyarakat memandang jimat sesuai dengan

kebutuhan (hajat) mereka masing-masing.

Page 28: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

11

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian jimat ini sangat luas, sehingga penulis

membatasi pada sisi praktik masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak

Banten secara emic,33

yaitu perspektif mereka masing-masing ketika

menggunakan jimat sebagai dasar dan pegangan hidup masyarakat dalam

memperoleh kekuatan magis. Baik jimat yang bersifat lokal seperti sepaheun,

sawah tangtu, jangjawokan maupun jimat yang berasal dari kyai dan santri, yaitu

jimat al-Qur‟an.

Jimat wafaq, rajah, isim dan hizib adalah empat kata yang sangat populer

dalam ilmu magis yang diajarkan para kyai. Akan tetapi, jimat yang menjadi

bagian dari concern penelitian ini adalah jimat wafaq. Pembatasan ini dilakukan

guna menjadikan penelitian lebih sistematis dan terarah atas praktik jimat yang

dilakukan masyarakat Kasepuhan. Selain itu guna penelitian ini tidak melebar,

maka peneliti sangat membutuhkan terhadap pokok permasalahan.

3. Perumusan Masalah

Adapun pokok masalah yang akan dijadikan acuan peneliti dalam

penelitian ini adalah bagaimana masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak

Banten menggunakan al-Qur‟an sebagai jimat?

33

Emic approach is investigates how local people think. Emic from within the social

group (from the perspective of the subject). Diakses pada 28 September 2017dari

https://en.wikipedia.org/wiki/Emic_and_etic#Definitions

Page 29: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dan menguraikan:

1. Menjelaskan praktik masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak

Banten dalam menggunakan al-Qur‟an sebagai jimat.

2. Mengetahui sejarah jimat di wilayah masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Lebak Banten.

3. Menguraikan pemahaman masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

terhadap jimat.

4. Menjelaskan manfaat jimat bagi kehidupan sosial masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten.

Adapun kegunaan/manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi praktik magis dalam bentuk Living Qur‟an pada

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten.

2. Memberikan landasan doktrin terhadap masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Lebak Banten dalam penggunaan jimat.

3. Memberikan alternatif baru dalam penelitian tafsir yang sebelumnya

concern pada penelitian literatur (teks/lafaz al-Qur‟an), dan

4. Memberikan tradisi keilmuan khususnya kajian kultural dan agama pada

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten.

Page 30: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

13

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian yang bersinggungan dengan tema ini memang masih belum banyak

dilakukan, yaitu tentang Living Qur‟an atau kajian al-Qur‟an yang menggunakan

pendekatan antropologi, social scientific approaches. Akan tetapi, melihat dari

penelitian-penelitian sebelumnya, sampai saat ini penulis belum menemukan

penelitian secara spesifik yang mengarah pada Living Qur‟an yang dilakukan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten.

Adapun dari pembahasan-pembahasan terdahulu, penulis mendapatkan

banyak informasi yang bisa dijadikan dasar pijakan dan rekomendasi.

Berdasarkan turunan tema yang diangkat dalam kajian ini, ditemukan beberpa

referensi baik berupa journal, buku maupun tesis yang dapat dimanfaatkan sebagai

perbandingan dan tambahan informasi, di antaranya:

1. Hamam Faizin menulis, “Mencium dan Nyunggi al-Qur‟an Upaya

Pengembangan Kajian al-Qur‟an Melalui Living Qur‟an” dalam

penelitiannya, ia menitikberatkan bahwa kajian al-Qur‟an tidak hanya

sebatas pada kajian teks saja, melainkan harus pada kajian antropologis

dan sosiologis, supaya kajian tafsir dapat berkembang secara praktik,

bukan malah sebaliknya, monoton.34

34

Haman Faizin, “Mencium dan Nyunggi al-Qur‟an Upaya Pengembangan Kajian al-

Qur‟an Melalui Living Qur‟an” dalam Suhuf, Vol. 4, No, 1, (2011): h. 38.

Page 31: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

14

2. Muhamad Ali, 35

“Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living

Hadis.” Ia merupakan Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebagai Associate Professor, Religious Studies

Departement University of California. Muhamad Ali membandingkan

beberapa metode yang dilakukan mufassir kontemporer pada kajian

naskah dan praktikal, yaitu Living Qur‟an dan Living Hadis. Awalnya, ia

menjelaskan observer Barat, sarjana Muslim, hingga menguraikan

masyarakat Muslim Indonesia.

3. Ayatullah Humaeni,36

“Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam

Mantra Masyarakat Muslim Banten.” Dalam penelitiannya, ia

menjelaskan kepercayaan masyarakat Muslim Banten terhadap mantra

yang mempunyai kekuatan gaib dan dapat digunakan secara pragmatis

dalam kehidupan sehari-hari, seperti kekebalan tubuh, kharismatik, dan

penangkal dari gangguan setan.

4. Didi Junaedi, “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian al-

Qur‟an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Sroj al-Hasan Desa

Kalimukti Kec. Pebedilan Kab. Cirebon).” Dalam penelitiannya, ia

menjelaskan mainstream kajian al-Qur‟an yang berkutat pada tafsir yang

dihasilkan para sarjana Muslim. Padahal, umat Muslim mafhum bahwa al-

Qur‟an tidak terbatas pada teks saja, akan tetapi ada konteks yang

35

Muhamad Ali, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living Hadis” dalam

Journal of Qur‟an and Hadis Studies-Vol. 4, No, 2, (2005): h. 148. 36

Ayatullah Humaeni, “Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam Mantra Masyarakat

Muslim Banten,” El-Harakah Vol. 16 No. 1 Tahun 2014: h. 61.

Page 32: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

15

melingkupinya. Dengan demikian, penjelasan terhadap al-Qur‟an dapat

dijelaskan dari sisi tindakan, seperti perilaku masyarakat yang merespon

kehadiran al-Qur‟an sesuai dengan tingkat pemahaman mereka masing-

masing.37

Dalam bentuk buku, penulis menemukan beberapa judul atau tema relevan

dengan praktik masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten

dalam mempersepsi dan meyakini al-Qur‟an sebagai benda yang bertuah, yaitu;

1. Farid Esack “The Qur‟an: a Short Introduction” dan Bruce Lawrence “The

Qur‟an: A Biography,” Chairunnisa Ahsana AS, “Pesona Azimat: Antara

Tradisi dan Agama,” dan Apipudin, “Al-Qur‟an Sebagai Penyembuh

Penyakit (Analisis Kitab Khazīnat al-Asrār Karya Muhammad Haqqi al-

Nāzilī 1993),” karena dari mulai teori maupun praktik dalam Living

Qur‟an keempat tokoh tersebut menjelaskan secara eksplisit.

Bahkan, Farid Esack menegaskan bahwa al-Qur‟an mampu memenuhi

banyak fungsi dalam kehidupan umat Muslim, al-Qur‟an fulfills many of

function in lives of muslims.38

Selain itu, dalam penelitiannya Esack

memetakan tipologi umat Muslim dalam memaknai al-Qur‟an. Pertama,

umat Muslim yang mencintai al-Qur‟an, tetapi tidak dibarengi dengan

nalar kritis (The uncritical lover). Biasanya tipologi seperti ini

menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai pengobatan, penyemangat

37

Didi Junaedi, “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian al-Qur‟an (Studi

Kasus di Pondok Pesantren As-Sroj al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pebedilan Kab. Cirebon),”

dalam Journal of Qur‟an and Hadis Studies-Vol. 4, No, 2, Tahun 2015: h. 180-181. 38

Farid Esack, The Qur‟an: a Short Introduction, (London: Oneworld Publication, 2002),

h. 16.

Page 33: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

16

hidup, penghindar dari serangan orang-orang yang mempunyai niat jahat,

dan lain sebagainya.

Kedua, umat Muslim memaknai al-Qur‟an sebagai penelitian ilmiah (The

Scholary lover), dalam kategori ini, mereka memaknai al-Qur‟an sebagai

kekasih, akan tetapi dibarengi dengan rasio. Ketiga, umat Muslim yang

memaknai al-Qur‟an dengan kajian kritis (The critical lover), kategori ini

merupakan sang pencinta yang kritis dan memposisikan al-Qur‟an tidak

sekedar teks yang sempurna tanpa cela, akan tetapi menjadikannya sebagai

objek kajian yang sangat menarik. Kategori the critical lover

menggunakan perangkat ilmiah modern dalam menafsirkan al-Qur‟an,

seperti hermeneutika, linguistik, antropologi, sosiologi, psikologi, bahkan

filsafat sebagai metode analisisnya.

2. Bruce Lawrence, “The Qur‟an: A Biography” ia menuliskan pengalaman

beberapa tokoh dalam memahami Al-Qur'an. Tokoh-tokoh tersebut adalah

mulai dari Rasulullah Saw. Ja‟far Sadiq, Ibnu Jarīr at-Thābarī, Robert of

Ketton (penerjemah al-Qur'an paling awal), Ibn „Arabī, Jalaluddīn al-

Rumi, Ahmad Khan, Muhammad Iqbal, W.D. Muhammad, Usamah bin

Laden dan Muhammad Zuhri.

Penejelasan Lawrence yang menarik dan relevan dengan kajian Living

Qur'an ketika ia menjelaskan pembahasan tokoh Muhammad Zuhri,

dimana tokoh sufi revolusioner ini menggunakan ayat-ayat al-Qur'an,

Page 34: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

17

seperti Surah al-Fātiḫah dan Asmaul Husna digunakan untuk

menyembuhkan (shifā‟) penyakit HIV/AIDS maupun fisik dan psikologi.39

3. Chairunnisa Ahsana AS, “Pesona Azimat: Antara Tradisi dan Agama”.

Tesis ini menjelaskan perjalanan sejarah azimat yang diyakini oleh

masyarakat Sremabi Mekkah, Aceh. Dalam metodenya, ia menggunakan

beberapa pendekatan, seperti historis, sosiologis, antropologis, dan

arkeologis. Berkenaan dengan penelitian naskah, penelitian ini

memfokuskan pendekatannya menggunakan filologis.40

4. Apipudin, “Al-Qur‟an Sebagai Penyembuh Penyakit (Analisis Kitab

Khazīnat al-Asrār Karya Muhammad Haqqi al-Nāzilī 1993)”. Ia

menjelaskan penelitian terhadap al-Qur‟an sebagai shifā‟ dari penyakit

fisik maupun psikis. Metode yang ia gunakan adalah metode penelitian

literatur, yaitu mengumpulkan data dan informasi berupa buku, artikel-

artikel, dan journal.41

Adapun dalam bentuk tesis, penulis menemukan dua penelitain

bersinggungan dengan praktik masyarakat yang berusaha menghidupkan al-

Qur‟an dalam bentuk yang berbeda-beda. Pertama, Abdul Gafur menulis “Al-

Qur‟an dan Budaya Magi (Studi Antropologis Komunitas Keraton Yogyakarta

39

Bruce Lawrence, The Qur‟an: A Biography, terjemahan Aditya Hadi Pratama

(Bandung: Atlantic Books, 2006), h. 145-146. 40

Awalnya buku ini merupakan sebuah Tesis yang bimbing oleh Oman Fathurahman,

kemudian dijadikan sebuah buku yang diterbitkan oleh Pustaka Aura Semesta. Lihat, Chairunnisa

Ahsana AS, Pesona Azimat: Antara Tradisi dan Agama, (Bandung: Pustaka Aura Semesta, 2014),

h. 10-11. 41

Awalnya buku ini merupakan sebuah Tesis yang bimbing oleh Ahmad Thib Raya,

kemudian dijadikan sebuah buku yang diterbitkan oleh Young Progressive Muslim. Lihat,

Apipudin, Al-Qur‟an Sebagai Penyembuh Penyakit, h. 18.

Page 35: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

18

dalam Memaknai al-Qur‟an dengan Budaya Magi)”. Dalam penelitian ini, ia

mempusatkan perhatiannya pada praktik masyarakat dalam menggunakan al-

Qur‟an dengan perangkat budaya magi yang digunakan oleh komunitas Keraton

Yogyakarta.42

Kedua, Baytul Muktadin, “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an Untuk

Pengobatan Penyakit Jiwa (Studi Living Qur‟an di Desa Kalisabuk Kesugihan

Cilacap Jawa Tengah).” Ia menjelaskan penyakit jiwa yang dapat disembuhkan

melalui terpai dengan ayat-ayat al-Qur‟an. Selain itu, dalam penelitian tingkat

Magister yang dipromosikan pada tahun 2015 ini menjelaskan beberapa makna

penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan penyakit jiwa.43

Untuk itu, penulis berupaya memanfaatkan teori maupun rekomendasi dari

peneliti di atas, khususnya pendekatan antropologis dan ethnograpis, social

scientific approaches. Adapun pembeda dari penelitian sebelumnya, lokasi

penelitian maupun kasus yang diangangkat penulis bebrbeda dengan penelitian

sebelumnya. Selain itu, penelitian ini concern pada be a living qur‟an masyarakat

Adat Wewengkon Lebak Banten dalam mengadopsi al-Qur‟an menjadi sebuah

jimat wafaq.

Selain itu, penulis memandang kasus yang dilakukan masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten tepat untuk diteliti, karena praktik-

42

Abdul Gafur, “Al-Qur‟an dan Budaya Magi (Studi Antropologis Komunitas Keraton

Yogyakarta dalam Memaknai al-Qur‟an dengan Budaya Magi),” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007), h. 7. 43

Baytul Muktadin, “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an Untuk Pengobatan Penyakit Jiwa

(Studi Living Qur‟an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah),” (Tesis S2 Program

Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), h. 48 dan 65.

Page 36: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

19

praktik yang mereka lakukan berusaha menghidupkan al-Qur‟an yang dijadikan

sebagai produk jimat, sehingga mereka gunakan sebagai pegangan dalam

kehidupan sehari-hari, seperti kelancaran dalam berdagang, kekebalan tubuh,

pengasihan, maupun karismatik.

Selain itu, khususnya wilayah masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Lebak dan umumnya daerah Provinsi Banten masuk dalam kategori pusat

kebudayaan yang mempraktikan teori-teori magis. Hal ini sebagaimana pernah

dikatakan orientalis yang berkebangsaan Belanda, Martin Van Bruinessen, Banten

is the centre of magical practices.

E. Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati masalah dan mencari jawaban dari masalah.44

Metode termasuk

langkah awal yang digunakan penulis ketika hendak melakukan penelitian,

sehingga akan memberikan warna atau corak yang berbeda dan mengarahkan

sebuah penelitian lebih sistematis. Adapun metode yang digunakan dalam kajian

al-Qur‟an penelitian ini termasuk kajian Living Qur‟an45

yang bersifat kajian

44

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), h. 145-146. 45

Living Qur‟an merupakan gabungan dari dua kata yang berbeda, yaitu living yang

berarti hidup, sedangkan Qur‟an adalah kitab yang dijadikan pedoman atau sumber umat Islam.

Lihat, Sahiron Syamsuddin, ed., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta:

TH-Press, 2007), h. xiv-5. Living Qur‟an pada hakikatnya bermula dari fenomena Qur‟an in

Everyday life, yakni makna dan fungsi al-Qur‟an yang riil dan dialami dalam kehidupan

masyarakat Muslim. Lihat, Didi Junaedi, “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

al-Qur‟an (Studi Kasus di Pondok Pesantren as-Siroj al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan

Kab. Cirebon)” Journal of Qur‟an and Hadis Stidies Volume 4, No. 2, 2015: h. 177. Kajian

Living Qur‟an (dan Living Hadis) artinya mengkaji al-Qur‟an dan/atau hadis sebagai teks-teks

yang hidup, bukan teks-teks yang mati. Pendekatan Living Qur‟an ini menekankan pada aspek

fungsi al-Qur‟an sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia dan orang-orang yang beriman, tapi

Page 37: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

20

kultural (everyday life of the Qur‟an atau al-Qur‟an hidup dalam tatanan praktis

masyarakat) ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode

etnografi. Metode ini menurut James P. Spradley, ilmu yang mempelajari tentang

budaya dan bertujuan untuk memahami cara-cara kehidupan lain dari sudut

pandang masyarakat sendiri.46

Teori etnogtrafi James P. Spradley digunakan

mulai dari memilih lokasi penelitian sampai pada tingkat penulisan. Akan tetapi,

dalam tataran analisisnya, praktik yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Lebak dalam menggunakan jimat hanya sebatas pada tataran etnografi

deskriptif, bukan analisis.47

Adapun etnografi48

yang bersifat deskriptif kualitatif, yang mana proses

kerjanya mengkonstruksi realitas sosial hingga mengeksplorasi praktik

ini juga bisa memasukkan peranan al-Qur‟an dan hadis dalam berbagai kepentingan dan konteks

kehidupan, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Kajian Living Qur‟an yang

berorientasi akademis ilmiah, tidak terlalu memperhatikan perdebatan otentisitas al-Qur‟an,

perdebatan perbedaan metode, kaidah, dan produk tafsir zaman klasik, pertengahan, dan modern,

dan perdebatan pemaksaan atau bukan pemaksaan. Living Qur‟an dalam corak ini menunjukkan

bahwa setiap penafsiran atau pemahaman terhadap al-Qur‟an benar menurut manusia

pemahamnya. Kajian ini lebih memfokuskan pada peran praktis al-Qur‟an dalam pemahaman,

sikap, perilaku, aktifitas manusia sebagai individu ataupun masyarakat, terlepas apakah

pemahaman, sikap, perilaku, dan aktifitas itu berdasarkan pengetahuan akan kaidah tafsir ataupun

tidak sama sekali. Lihat, Muhammad Ali, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living

Hadis” Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015: h. 152-153. 46

James P. Spradley, The Ethnographic Interview (United States of America: Waveland

Press, 2016), 9-10. 47

James P. Spradley, Participant Observation (United States of America: Waveland

Press, 2016), h. 34. 48

Menurut Lexy J. Moleong, etnografi atau pun Ethnometodologi adalah penelitian

ethnografi yang berupaya memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan, dan

menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Lihat, Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,

h. 25. Istilah etnografi berasal dari kata ethno (bahasa) dan graphy (menguraikan). Etnografi yang

akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk memahami cara orang-orang

Page 38: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

21

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan ketika prosesi mengaktualisasikan jimat

pada kehidupan praktis dengan pernyataan-pernyataan yang tidak harus

dibuktikan secara nyata.49

Selain bersifat deskriptif kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan antropologis,50

karena berusaha memotret apa adanya tentang

dimensi-dimensi kepercayaan, keyakinan, ritual dan tradisi secara holistik yang

ada di masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu data

utama dan data pendukung. Adapun data utama yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kata-kata atau pemahaman, sikap tindakan, dan perilaku yang dilakukan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten dalam

menggunakan al-Qur‟an sebagai jimat yang dipraktikkn guna sebagai pengobatan,

kekebalan, pengasihan, karismatik, keselamatan dan lain sebagainya.

Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten terdiri

dari 5 Desa, di antaranya Desa Citorek Timur, Desa Citorek Barat, Desa Citorek

Tengah, Desa Citorek Sabrang, dan Desa Citorek Kidul yang kesemuanya

dijadikan populasi dan sampel. Adapun populasi yang digunakan, seluruh

berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Lihat, Deddy

Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 161. 49

Metode kulitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lihat, Lexy J. Moleong,

Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 2007), h. 4. 50

Pendekatan Antropologi merupakan pendekatan yang concern pada praktik-praktik

sosial baik berupa tradisi, pertanian, kekeluargaan dan politik, magis dan pengobatan. Lihat, Peter

Connolly, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKis, 2002), h. 34.

Page 39: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

22

penduduk yang tinggal di wilayah Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten.

Sedangkan teknik dalam pengambilan sampel dengan cara snowball sampling,

dimana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke

responden yang lain.

Alasan peneliti mengambil masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Lebak Banten sebagai objek penelitian, karena bentuk keagamaannya masih

kental dengan tradisi adat lokal yang mengintegrasikan dengan agama. Selain itu,

masyarakat sudah mempraktikkan jimat sejak pra Islam, maksudnya lafal

syahadat maupun basmallah tidak seperti pada umumnya, melainkan pelafalannya

bercampur baur dengan bahasa Sunda. Di samping itu, penulis memilih lokasi ini

karena berdomisili di Provinsi Banten Kabupaten Lebak tepatnya di wilayah Adat

Wewngkon Kasepuhan Desa Citorek Tengah.

Sedangkan data pendukung, penulis mengumpulkan berupa data-data

dokumen seperti journal, photo, laporan penelitian, maupun buku-buku yang

menggambarkan sebuah teks al-Qur‟an yang mengejawantahkan menjadi praktik

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten sesuai dengan

pemahaman mereka masing-masing.

3. Tenik Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya, agar mendapatkan data-data yang valid dan

berkualitas, maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data

dengan macam cara:

a. Pengamatan (Observation)

Page 40: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

23

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks atau proses yang

tersusun dari pelbagi proses bilogis dan psikologis. Adapun pengamatan yang

dilakukan peneliti adalah untuk memhami situasi-situasi praktik masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten dalam mempersepsi al-Qur‟an yang

diadopsi menjadi sebuah jimat.

Dengan demikian, jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan,

maka peneliti menanyakan kembali kepada pihak subjek (konfirmasi data), yaitu

pada masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten. Dalam penelitian

ini penulis berperanserata secara lengkap, yaitu menjadi anggota penuh dari

kelompok masayrakat Adat Wewengkon Kasepuhan51

atau dapat disebut juga

dengan observasi partisipan (participant observation), yaitu pengamatan yang

dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa terjadi, sehingga

observer ikut serta dengan objek yang ditelitinya secara berlangsung.52

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang berdasarkan pada

laporan tentang diri sendiri atau self-report,53

yaitu percakapan yang dilakukan

oleh dua pihak, pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.54

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara terstruktur dan wawancara

51

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 176. 52

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1983), h. 100-101. 53

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta,

2011), cet. Ke-14, h. 138. 54

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.

Page 41: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

24

tidak terstruktur. Penulis melakukan wawancara terstruktur dengan bertanya

jawab secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan

sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun sumber yang penulis wawancarai adalah tokoh politik

(jaro/kepala Desa), tokoh agama, tokoh pendekar/jawara, tokoh adat, pedagang

dan masyarakat biasa yang menggunakan lafaẓ al-Qur‟an yang dijadikan jimat

atau pegangan dalam kehidupan sehari-hari (teteungeur hate). Mereka berasumsi

bahwa jimat dapat digunakan sebagai penangkal dari roh jahat atau orang yang

hendak mendengki melalui ilmu halus (ilmu hitam), sebagai

pangabaran/karismatik, sebagai pengasihan, sebagai obat (syifā‟) sebagai

kekebalan tubuh, dan sebagai kesuksesan dalam kehidupan di dunia maupun

diakhirat nanti.

4. Teknik Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data, yaitu mengumpulkan data-data,

memilah-milah data, kemudian mengklasifikasikan serta berpikir dengan jalan

membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan

pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum (inductive

logic).55

Adapun setelah data-data itu terkumpul, penulis melakukan catatan-

catatan dan kategorisasi dari hasil wawancara maupun observasi pada

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten dalam mempraktikkan

jimat al-Qur‟an.

55

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 248.

Page 42: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

25

Kemudian penulis melakukan penafsiran terhadap data-data dengan

menggunakan deskripsi semata-mata dan deskripsi analitik.56

Tujuan deskripsi

semata-mata, yaitu analis menafsirkan data-data tersebut dengan jalan

menemukan kategori-kategori (calsses) dalam data. Atas dasar inilah, penulis

menyusunnya dengan jalan menghubungkan kategori-kategorinya ke dalam

kerangka sistem kategori yang diperoleh dari data itu sendiri.

Sedangkan deskripsi analitik, menganalisis data yang telah

dideskripsikan semata-mata hingga membangun dan mengembangkan dari

kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau

yang muncul dari data yang sudah terkumpul.57

Oleh karena itu, dalam konteks penelitian al-Qur‟an dan jimat, penulis

menguraikan beberapa data yang sudah terkumpul dari hasil berupa obeservasi,

wawancara, gambar maupun pustaka. Kemudian mengkategorisasi pemahaman

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Lebak Banten dalam menggunakan

jimat al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

5. Teknik Penulisan

Adapun cara penulisan penelitian ini, mengacu pada pedoman penulisan

tesis dalam bentuk buku “Pedoman Akademik Program Magister Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”58

yang

56

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 257. 57

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 278. 58

M. Ikhsan Tanggok, Pedoman Akademik Program Magister Fakultas Ushuluddin

Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 (Jakarta: Program Magister

Fakultas Ushuluddin, 2012), h. 71-84.

Page 43: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

26

dipertanggungjawabkan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yaitu

Prof. Dr. Masri Mansoer, MA dkk. Sedangkan transliterasi mengacu pada

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No. 158 Tahun 1978 dan No. 0543 Tahun 1978.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini secara sistematis akan diuraikan dalam bentuk lima bab,

yang terdiri dari:

BAB Pertama, secara keseluruhan berisi pendahuluan penelitian

merupakan penjelasan-penjelasan yang erat hubungannya dengan dasar

pemikiran dalam penelitian ini, memuat dari latar belakang, mengklasifikasikan

beberapa permasalahan; identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan

masalah. Kemudian, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB Kedua, berisi tentang al-Qur‟an yang hidup di masyarakat. Pada

bagian ini, al-Qur‟an dijadikan sebuah tradisi masyarakat baik yang berkaitan

dengan seputar magis seperti jimat, pengobatan, dan debus maupun kegitan

tradisi: Rebo Wekasan, memperingati empat bulan dan tujuh bulan ketika masa

kehamilan atau tingkeban. Di mana pada kegitan itu sering ditemukan lantunan

ayat-ayat al-Qur‟an baik secara oral maupun tekstual. Pada tradisi demikian,

agama dan kepercayaan masyarakat mengisi satu sama lain (akulturasi),

sehingga menjadi sebuah keharusan.

Page 44: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

27

BAB Ketiga, berisi tentang sejarah jimat masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek Lebak Banten. Pada bab ini menggambarkan sosial

kemasyarakatan Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten seperti

tradisi Kasepuhan sehari-hari, budaya adat Kasepuhan dan agama serta tradisi

keseharian anak-anak. Selain itu, jimat berkembang melalui pondok pesantren

tradisional dan adat Kasepuhan. Tatanan kehidupan dan filosofi hidup tentang

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan turut mewarnai. Dalam sub bab ini

juga berisi bagaimana masyarakat umum, tokoh Kasepuhan dan tokoh agama

memandang jimat.

BAB Keempat, merupakan inti dari pembahasan Living Qur‟an di

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten. Pada bab ini

menguraikan praktik dan implikasi jimat terhadap kehidupan masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten. Selain itu, sub bab ini

menguraikan ayat-ayat al-Qur‟an yang ditafsirkan secara konvensional oleh

masyarakat dan mengkonfirmasi kembali bagaimana pandangan para mufassir

mengenai ayat-ayat jimat.

Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan meyakini atas pemahaman

yang mereka lakukan dapat dijadikan sebagai penglaris dalam perdagangan,

pangabaran atau karismatik yang tinggi di hadapan semua manusia, pengasihan,

mengebalkan tubuh, dan jembar rezeki, keselamatan dalam hidup dan lain

sebagainya.

Page 45: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

28

BAB Kelima, penutup. Bagian ini merupakan kesimpulan dan saran.

Kesimpulan merupakan hasil dari keseluruhan data, kemudian ditarik menjadi

sebuah jawaban dari rumusan masalah. Adapun saran berisi rekomendasi guna

memberikan informasi pada peneliti selanjutnya dan masyarakat Wewengkon

Kasepuhan Lebak Banten.

Page 46: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

29

BAB II

LIVING QUR’AN DAN JIMAT

Fenomena penghidupan al-Qur‟an dalam masyarakat Muslim sangatlah

beragam modeling yang berbeda-beda. Al-Qur‟an dapat digunakan sebagai

pengobatan, jimat (praktik magis), jembar rezeki, ketenangan hati, dan lain

sebagainya. Hal ini tergantung pada latar belakang sosial-kultural suatu wilayah.1

A. Living Qur’an

Secara kontekstual, al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur dengan

dua fase, yaitu fase makkiyyah dan fase madaniyyah. Kitab al-Furqān itu sebagai

jawaban umat ketika dihadapkan pada suatu persoalan. Ini terlihat jelas ketika

umat Islam (ṣaḫabat) terganggu konsentrasinya mengenai makna orang-orang

yang mencampuradukan antara iman dan aniaya (ẓhulm) tidak akan memperoleh

keimanan dan petunjuk Allah.2

Mereka menafsirkan bahwa keimanan mereka seakan-akan percuma

karena tidak akan terbebas dari azab padahal mereka percaya bahwa tak seorang

pun dari mereka yang tidak pernah melakukan aniaya atau kezaliman. Setelah

nabi Muhammad Saw. menyampaikan penafsiran tentang kata ẓhulm pada ayat di

atas merupakan perbuatan syirik (tindakan menyekutukan Allah) dengan

1 Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur‟an; Kritik Terhadap Ulumul Qur‟an,

terjemahan Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta, LKis, 2005), h. v. 2 Lihat Qs. Al-An‟ām: 82

Page 47: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

30

mengutip ayat 13 Surat Luqman, mereka pun merasakan tenang dan puas.3

“Janganlah kamu menyekutukkan Allah, sesungguhnya menyekutukkan (Allah) itu

benar-benar kezhaliman yang besar”.4 Al-Qur‟an menjadi fondasi dan sumber

utama ajaran agama Islam yang dijadikan sebagai pedoman di setiap aspek

kehidupan, baik aspek spiritual, hukum, politik, ekonomi, budaya maupun tradisi

serta kehidupan sosial.5

Oleh karena itu, ketika Siti Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw.

maka beliau menjawab akhlak nabi Saw. adalah al-Qur‟an. Hal ini sama halnya

dengan al-Qur‟an yang sedang berjalan atau hidup (Living Qur‟an)6.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh „Ā‟id „Abdullah al Qarnī dalam bukunya, “Al-

Qur‟an Berjalan; Potret Keagungan Manusia Agung”, ia menjelaskan sosok

kepribadian dan akhlaknya Rasulullah Saw. betapapun tingginya derajat

seseorang, betapapun luasnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya, jika semua itu

tidak dipadupadankan dengan akhlak dan perilaku manusia, maka akan menyeret

pemiliknya kepada kehinaan dan kesengsaraaan. Kesuksesan Rasulullah Saw.

dalam menyampaikan tugas-tugas mulia yang dibebankan Tuhan kepadanya,

3 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2011), Cet. Ke-III, h. 100.

4 Lihat, Qs. Luqman ayat 13.

5 Ridwan, Kontekstualisasi Etika Muslim terhadap The Others; Aplikasi Pendekatan

Historis-Kritis Atas al-Qur‟an (Purwokerto: IAIN Salatiga, 2016), h. 3. Dikutip dari Abdullah

Saeed, Islamic Thought; An Introduction (New York: Routledge, 2006), h. 15. Lihat, Harun

Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1985), h. 1-5. 6 Living Qur‟an merupakan gabungan dari dua kata yang berbeda, yaitu living yang

berarti hidup, sedangkan Qur‟an adalah kitab yang dijadikan pedoman atau sumber umat Islam.

Lihat, Sahiron Syamsuddin, ed., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta:

TH-Press, 2007), h. xiv-5.

Page 48: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

31

tidak terlepas dari memerankan dirinya sebagai sosok manusia yang berakhlak

mulia sesuai panduan al-Qur‟an.7

Selain itu, living Qur‟an dipraktikkan ketika Sahabat pernah mengobati

kepala suku yang tersengat hewan berbisa, kalajengking dengan membacakan al-

Fātiḫah, hingga Rasulullah Saw. membenarkannya. nabi Saw. pun pernah

mengobati dirinya ketika beliau terbaring sakit dengan membaca Surat al-Falaq

dan Surat al-Nās.8

Dari dua praktik interaksi umat Islam masa awal di atas, dapat dipahami

jika kemudian hari berkembang pemahaman di masyarakat tentang keutamaan

dan khasiat surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an sebagai

solusi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Living Qur‟an pada hakikatnya

bermula dari fenomena Qur‟an in Everyday life, yakni makna dan fungsi al-

Qur‟an yang riil dan dialami dalam kehidupan masyarakat Muslim.9

Dengan demikian, penelitian living Qur‟an yang dilakukan oleh Ibrahim

Eldeeb mengenai petunjuk praktis dalam penerapan ayat-ayat al-Qur‟an dalam

kehidupan sehari-hari, muali dari kajian teoritis Ulumul Qur‟an samapai kepada

7 „Ā‟id „Abdullah al Qarnī, Al-Qur‟an Berjalan; Potret Keagungan Manusia Agung,

terjemahan Abad Badruzzaman (Jakarta: PT Sahra intisains, 2006), h. 5 dan 153. 8 „Ā‟id „Abdullah al Qarnī, Al-Qur‟an Berjalan; Potret Keagungan Manusia Agung, h.

154. 9 Didi Junaedi, “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian al-Qur‟an (Studi

Kasus di Pondok Pesantren as-Siroj al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)”

Journal of Qur‟an and Hadis Stidies Volume 4, No. 2, 2015: h. 177.

Page 49: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

32

penggunaan al-Qur‟an dalam tatanan praktis sudah dijelaskan dalam be a Living

Qur‟an secara komprehensif.10

Dengan kata lain, memfungsikan al-Qur‟an dalam kehidupan praktis di

luar kondisi tekstual al-Qur‟an. Pemfungsian seperti ini muncul karena adanya

praktik pemaknaan al-Qur‟an yang tidak mengacu pada pemahaman atas pesan

tekstualnya, tetapi berlandaskan pada anggapan adanya “faḍilah” dari unit-unit

tertentu teks al-Qur‟an, bagi kepentingan praksis dalam kehidupan masyarakat.11

B. Living Qur’an dalam Tatanan Praktis

Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman hidup

umat Muslim dari berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah (fiqih), hukum

(syariat), politik (asiyasah), ekonomi (muamalah), maupun fenomena sosial (al-

mujtama‟). Oleh karena itu, nilai-nilai al-Qur‟an masuk kedalam kehidupan

masyarakat sehari-hari merupakan sebuah keniscayaan.

Membumikan al-Qur‟an sesungguhnya tidak lain adalah melakukan

upaya-upaya terarah dan sistematis di dalam masyarakat agar nilai-nilai al-Qur‟an

hidup dan dipertahankan sebagai faktor kebutuhan di dalamnya, serta bagaimana

menjadikan nilai-nilai al-Qur‟an sebagai bagian dari perbendaharaan nilai-nilai

10

Ibrahim Eldeeb, Be a Living Qur‟an terjemahan Faruq Zaini (Ciputat, Tangerang

Selatan: Lentera Hati, 2009), h. 91 dan 175. 11

Didi Junaedi, “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian al-Qur‟an,” h.

172.

Page 50: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

33

lokal dan universal di dalamnya. Hal ini, al-Qur‟an berupaya untuk menyusup ke

dalam kehidupan masyarakat dengan pesan-pesan ilahi yang universal.12

Menurut Farid Easack, ada sebagian orang yang memfungsikan ayat-ayat

suci al-Qur‟an tertentu sebagai jimat untuk menjauhkan diri dari penyakit atau

penangkal dari kekuatan jahat (ilmu hitam). Farid Esack mempraktikkan ayat

tertentu, yaitu menempelkan doa nabi Nuh as.13

pada bagian depan kaca mobil

ketika melakukan perjalanan dari Chicago ke Jakarta dengan tujuan untuk

memberikan perlindungan bagi pengemudi dan para penumpangnya. Selain itu, di

rumah-rumah Negara Muslim juga dipajang ayat-ayat al-Qur‟an seperti ayat kursi

dengan maksud agar rumahnya aman.14

Dalam pendahuluan Bruce Lawrence di „The Quran A Biography‟,

menyebutkan sebagian orang-orang Islam menganggap al-Qur‟an sebagai otoritas

ritual, petunjuk sehari-hari, tema yang artistik, atau bahkan “mukjizat”. Dalam

kehidupan bernapaskan Islam, beberapa orang menghafal al-Qur‟an sejak masih

kecil guna menghargai tradisi untuk menghasilkan bacaan (qira‟ah) sebagai

landasan kebenaran.

Bagi orang yang tidak mampu menghapal 6000 lebih ayat al-Qur‟an, kata-

katanya tetap mendapatkan tempat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bisa

meletakkan ayat-ayat al-Qur‟an pada bagian leher, kalung yang melingkarinya,

12

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani (Jakarta: Amzah, 2011), h. 274. 13

Ketika Nabi Nuh as. hendak berlayar, beliau berdoa memohon keselamatan kepada

Allah swt. “…Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya

Tuhanku benar-benar Maha Pengampun dan Maha Penyayang. ” Lihat, Qs. Huud: 41. 14

Farid Esack, Samudera al-Qur‟an, terjemahan Nuril Hidayah (Yogyakarta: Diva Press,

2008), h. 42.

Page 51: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

34

mereka bisa mendudukannya di dashboard mobil, di kaca belakang, atau di

sticker pada bemper mobil. Ayat-ayat tersebut bisa diukir di permukaan batu atau

digoreskan pada besi atau di awal sebuah surat.

Bahkan, orang Muslim yang tidak mengetahui huruf Arab atau tidak

pernah belajar al-Qur‟an berbahasa Arab, akan tetapi mereka menghormati Kitab

tersebut, hingga mereka mengfungsikan al-Qur‟an sebagai mukjizat yang magis,

menciumnya, menggunakan kata-katanya dengan berisik, dan meminumnya.

Perbuatan ini dikerjakan guna menjadikan al-Qur‟an sebagai batu ujian untuk

kesembuhan dan harapan manusia.15

Dengan demikian, kajian al-Qur‟an dalam

kehidupan masyarakat lebih menekankan pada aspek fungsi al-Qur‟an sebagai

petunjuk dan rahmat bagi manusia dalam berbagai kepentingan masyarakat.16

Kajian ini, berorientasi akademis ilmiah, yakni tidak terlalu

memperhatikan perdebatan otentisitas al-Qur‟an, perdebatan perbedaan metode,

kaidah, penyimpangan penafsiran, dan produk tafsir zaman klasik, pertengahan,

dan modern, dan perdebatan pemaksaan atau bukan pemaksaan. Tapi, kajian ini

lebih memfokuskan pada peran praktis al-Qur‟an dalam pemahaman, sikap,

perilaku, aktifitas manusia sebagi individu atau masyarakat, terlepas apakah

pemahaman, sikap, perilaku, dan aktifitas itu berdasarkan pengetahuan akan

kaidah tafsir atau pun tidak sama sekali.

Hal ini seperti yang diuraikan Ziauddin Sardar bagaimana ketika berdialog

dengan al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. Pembacaan al-Qur‟an dilakukan

15

Bruce Lawrence, The Quran A Biography, h. 11. 16

Muhammad Ali, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living Hadis,” h. 152.

Page 52: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

35

karena hidup tidak terlepas dari trouble times, in a dangerous and destabilised

world. Bahkan dia menguraikan pengalaman dirinya secara khusus dengan al-

Qur‟an (The Qur‟an and Me). Dalam pembahasan The Qur‟an and Me, ia

menceritakan kekagumannya pada saat belajar membaca al-Qur‟an di bawah

bimbingan ibunya.17

Adapun dalam sub bahasan inti, dia menerangkan diskursus

kontemporer, seperti homo sexsual, kebebasan berekspresi, kekuatan dan politik,

poligami dan kekerasan rumah tangga, sex dan sosial, sain dan tekhnologi,

syariat, musik dan imajinasi, hingga kerudung (The veil).18

Dalam hal ini, al-Qur‟an dipersepsi oleh masyarakat sebagai lafaẓ yang

dapat difungsikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, fenomena masyarakat

dalam menggunakan al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari, seperti al-Qur‟an

dijadikan sebagai pengobatan, dan tradisi masyarakat seperti pembacaan ayat-ayat

tertentu dan surat-surat tertentu berfungsi sebagai keselamatan bagi ibu yang

sedang mengandung.

1. Al-Qur‟an dan Pengobatan

Pengobatan penyakit dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an

merupakan pokok ketinggian derajat keyakinan seseorang kepada al-Qur‟an.

Benarlah sebuah keyakinan yang menyatakan “… Dia yang menjadikan penyakit

Dia-lah pula yang mampu menyembuhkannya.” Selain itu, banyak hadis yang

mendeskripsikan keistimewaan-keistimewaan al-Qur‟an. Di antaranya adalah

17

Ziauddin Sardar, Reading the Qur‟an; The Contemporary Relevance of the Sacred Text

of Islam (New York: Oxford University Press, 2011.), h. 3-4. 18

Ziauddin Sardar, Reading the Qur‟an, h. 7-9.

Page 53: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

36

sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah dan Ibnu Mas‟ud yang menyatakan

bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Gunakanlah dua pengobatan (alternatif), yaitu

dengan menggunakan madu dan ayat-ayat al-Qur‟an.” 19

Pada suatu hari, seorang Baduy menemui Rasulullah Saw. mengadu

kepada nabi Saw. tentang sakit yang diderita oleh salah seorang kawannya. nabi

Saw. pun bertanya tentang sakitnya, “Apa sakit yang diderita oleh temanmu?” ia

menjawab, “Ia, agak gila, wahai nabi.” nabi Saw. bersabda, “Segera bawa

temanmu ke sini dan insya Allah aku akan mengobatinya.” Baduy tersebut segera

kembali ke tempat tinggal temannya dan membawanya kepada nabi Muhammad

Saw.20

Ia pun mendudukannya di depan nabi Saw. setelah beberapa saat, nabi

Saw. membaca ta‟wuż, surat al-Fātiḫah, empat ayat permulaan surah al-Baqarah,

dan dua ayat berikut ini: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” (Q.S. al-

Baqarah: 163-164). Setelah itu nabi Saw. membaca ayat Kursi, tiga ayat terakhir

dari surat al-Baqarah, sebuah ayat dari surat al-Jin: “Dan bahwasannya Maha

Tinggi kebesaran Tuhan Kami.” (Q.S. al-Jin: 3).21

Kemudian diteruskan dengan membaca sepuluh ayat pertama dari surat aṣ-

ṣāffāt, dan akhir surat al-Mu‟minūn mulai dari ayat ini: “Maka Maha Tinggi Allah

Raja Yang sebenar-benarnya…” (Q.S. al-Mu‟minūn: 118). Kemudian diteruskan

dengan membaca surat al-Ḫasr, surat al-Ikhlāṣ, surat al-Falāq, dan surat al-Nās.

19

Muhammad Mahmud Abdullah, Sembuhkan Penyakitmu Dengan Al-Qur‟an,

terjemahan Muhammad Muhisyam (Yogyakarta: Bernada Publishing, 2010), h. 59. 20

Muhammad Mahmud Abdullah, Sembuhkan Penyakitmu Dengan Al-Qur‟an, h. 59. 21

Muhammad Mahmud Abdullah, Sembuhkan Penyakitmu Dengan Al-Qur‟an, h. 60

Page 54: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

37

Setelah Nabi meruqyah orang tersebut, maka berangsur-angsur ia mulai sembuh

dan dapat berdiri. Akhirnya ia dapat sembuh seolah-olah tidak pernah sakit gila.22

Pada ranah privatisasi, al-Qur‟an dapat dijadikan sebagai penawar dan

sandaran untuk jiwa yang tengah dirundung kesedihan, ditimpa musibah, serta

didera berbagai himpitan persoalan hidup. Dalam hal ini, ayat-ayat al-Qur‟an

berfungsi sebagai terapi psikis (jiwa), penawar dari persoalan hidup yang dialami

seseorang. Jiwa yang sebelumnya resah, gelisah, serta tidak tenang menjadi

tenang dan damai ketika membaca dan meresapi makna ayat-ayat tersebut.23

Di sisi lain, Allah swt. telah menjadikan al-Qur‟an sebagai salah satu obat

paling mujarab untuk penyakit hati dan jiwa dari kebimbangan, keraguan,

kebodohan, keberpalingan, kesesatan, dendam, kedengkian dan hasud.

Sebagaimana dalam hadis Rasulullah Saw. dari Ali bin Abi Thalib “Sebaik-baik

obat adalah al-Qur‟an” serta firman-Nya “Dan Kami turunkan dari al-Qur‟an

suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs.

Al-Isrā‟: 82). Dia juga berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang

kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang

berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

(Qs. Yunus: 57).24

22

Muhammad Mahmud Abdullah, Sembuhkan Penyakitmu Dengan Al-Qur‟an, h. 61. 23

Didi Junaedi, “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian al-Qur‟an,” h.

170. 24

Ibrāhīm „Alī as-Sayyid „Alī „īsa, Hadis-hadis dan Atsar yang Menjelaskan Tentang

Keutamaan Surah-Surah al-Qur‟an, terjemahan Abdul Hamid (Jakarta: PT SAHARA, 2010), h.

74-75.

Page 55: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

38

Oleh karena itu, berdasarkan catatan sejarah praktik penggunaan ayat-ayat

al-Qur‟an untuk pengobatan dalam kehidupan sehari-hari di luar kondisi

tekstualnya al-Qur‟an, telah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah Saw.

sebagaimana beliau menggunakan Surat al-Fātiḫah sebagai media penyembuhan

penyakit dengan cara ruqyah.25

Bahkan, penulis penelitian “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an untuk

Pengobatan Penyakit Jiwa” ini berbentuk kajian eksplanasi, yaitu tidak hanya

mengeksplorasi atau mengkonstruksi fakta sosial saja yang ada di lapangan,

melainkan dia membuktikan secara langsung atas praktik-praktik penggunaan

ayat-ayat al-Qur‟an sebagai pengobatan penyakit jiwa di Desa Kalisabuk

Kasugihan Cilacap Jawa Tengah oleh K.H. Himamuddin Ridwan. Menurutnya,

al-Qur‟an tidak hanya Kitab petunjuk (al-Hidayah), pedoman hidup, melainkan

dapat difungsikan sebagai obat.26

Adapun ayat-ayat al-Qur‟an yang membicarakan tentang sakit, baik sakit

fisik maupun psikis. Dalam al-Qur‟an banyak digunakan kata-kata untuk

menunjukan kondisi sakit, di antaranya: Qs. an-Nūr: 61, Qs. al-Baqarah: 185, Qs.

„Āli „Imran: 49, Qs. „Āli „Imran: 9, Qs. Yūsuf: 85 berbicara tentang sakit fisik.

Sedangkan Qs. al-Mu‟minūn: 27 dan 70 serta Qs. al-Baqarah: 275

menggambarkan sakit psikis (jiwa). Oleh karena itu, al-Qur‟an dapat digunakan

25

Baytul Muktadin, Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an untuk Pengobatan Penyakit Jiwa

(Studi Living Qur‟an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah), (Tesis S2 Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), h. 3. Dikutip dari M. Mansur, “Living

Qur‟an dalam Lintas Sejarah Studi al-Qur‟an” dalam Sahiron Syamsuddin, ed,. Metodologi

Penelitian Living Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: TH-Press, 2007), h. 3. 26

Baytul Muktadin, Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an untuk Pengobatan Penyakit Jiwa

(Studi Living Qur‟an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah), (Tesis S2 Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), h. 63-64.

Page 56: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

39

sebagai penawar penyakit Lihat Qs. At-Taubah: 14, al-Syu‟arā‟: 80, an-Naḫl: 69,

al-Isrā‟: 82, dan fuṣilat: 44.27

Praktik pengobatan atas penggunaan al-Qur‟an sebagai penawar (Syifā‟)

dari penyakit, sama halnya dilakukan di Pesantren Sunan Kalijaga, Desa

Pakuncen, Kecamatan Patianrowo-Kabupaten Nganjuk. Sosok kepiawaian K.H.

Komari Saefulloh tidak hanya tokoh agama, melainkan seorang tabib yang

memfungsikan al-Qur‟an sebagai pengobatan.28

Dalam perspektif tradisi Islam, praktik pengobatan melalui pertabiban

meliputi dua tabib, yaitu tibb al-Ruhani, yaitu sebagian besar tabib ini concerens

dengan spiritual dan kesehatan psikologi. Tapi, dalam prosesi spiritual medicine

tidak dapat dipisahkan sepeneuhnya dengan physical medicine (tibb al-jismani).

Kesehatan fisik maupun non fisik merupakan satu kesatuan yang utuh tidak dapat

dipisahkan satu sama lain (al „aqlu salami fī al jismi salimi), yang mana keduanya

harus dipelihara dan diperbaiki (Preserves and restores). Apabila hati (nafs/al-

ruhani) ditemukan penyakit, maka secara otomatis jasmani pun terkena penyakit.

Oleh karenanya, Al-Qur‟an sudah menunjukkan beberapa komponen

tentang kesehatan mental manusia, di antaranya adalah sehat pada bagian nafs

27

Apipudin, al-Qur‟an Sebagai Penyembuh Penyakit, h. 32. 28

Didik Andriawan, “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an Sebagai Pengobatan (Studi Living

Qur‟an pada Praktik Pengobatan Dr. K.H. Komari Saefulloh Pesantren Sunan Kalijaga, Desa

Pakuncen, Kecamatan Patianrowo-Kabupaten Nganjuk),” (Skripsi S1 Jurusan Tafsir dan Hadis

Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), h. 89-90.

Page 57: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

40

(psyche), bagian qalb (heart), dan bagian aql (mind) merupakan satu kesatuan

yang utuh seperti dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan.29

Oleh karena itu, penyakit pada bagian hati (heart) sudah digambarkan

langsung oleh Allah swt. dalam firmannya ketika mereka (orang-orang kafir)

hendak menipu Allah swt. dan orang-orang yang beriman. Pada saat mereka

(orang-orang kafir) mengatakan/mengaku sudah beriman kepada Allah swt. dan

hari kemudian (hari kiamat), padahal mereka tidak beriman.

Artinya:

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya,

dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

(Q.S. al-Baqarah: 10).

Pada tahun 1963-1967 pelajar Muslim mendirikan sebuah “Muslim

Studens‟ Association” (MSA), “Islamic Medical Association of North America”

(IMANA) dan “Fedration of Islamic Medical Association” (FIMA) di American

colleges yang concern pada pengobatan kesehatan yang berbasiskan petunjuk al-

Qur‟an (Under Islamic guidelines as ordained by the divine book al-Qur‟an).30

Asosiasi yang didirikan pelajar Muslim di Amerika Serikat, proses

kerjanya meliputi beberapa macam, diantaranya (1) memperhatikan pasien

Muslim, (2) memberikan definisi tentang hidup dan tanggungjawab seorang

29

Nurdeen Deuraseh dan Mansor Abu Tolib, “Mental Health in Islamic Medical

Tradition”, The International Medical Journal, Volume 4, Nomor 2, Desember 2005: h. 76. 30

Shahid Athar dkk, “Islamic Medical Ethics: The IMANA Perspective”, Jima Volume

37 Tahun 2005: h. 33.

Page 58: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

41

Muslim ke arah kehidupan manusia yang sebenarnya, (3) mendefinisikan

kematian dalam persepektif Muslim, (4) alat kontrasepsi dalam persepektif

Muslim dan lain-lain. Pada saat prosesi penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an guna

sebagai obat (Syifā‟) bagi orang yang sedang sekarat, asosiasi ini memberikan

stimulasi (dorongan) ayat-ayat tertentu dan Surat-surat tertentu.31

Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia

menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:

“Jadilah”, maka jadilah ia. (Q.S. Ghāfīr: 68).

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin

Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang

siapa yang menghendaki paha Dunia, niscaya Kami berikan

kepadanya paha Dunia itu, dan barang siapa mengkhendaki pahala

Akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya paha Akhirat itu. Dan kami

akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

(Q.S. „Āli-„Imrān: 145).

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah

kepada Kami kamu dikembalikan. (Q.S. al-„Ankabūt: 57).

Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-

Nyalah kamu dikembalikan. (Yūnus: 56).

31

Shahid Athar dkk, “Islamic Medical Ethics: The IMANA Perspective,” h. 36-38.

Page 59: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

42

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan

barang siapa dibunuh secara zalim maka sesungguhnya Kami telah

memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli

waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia

adalah orang yang mendapat pertolongan. (al-„Isrā‟: 33).

Sejarah pengobatan dalam tradisi Muslim, menurut Husain F. Nagamia32

merupakan hasil dari inspirasi atau kontemplasi pengetahuan umat Muslim

terhadap isi kandungan al-Qur‟an maupun hadis-hadis/sunah yang dilakukan Nabi

Muhammad Saw. Salah satunya, dapat kita temukan dalam al-Qur‟an terdapat

tanda-tanda berupa titah maupun berupa larangan. Adapun berupa larangan,

seperti bahaya atau efek dari mengkonsumsi makanan dan minum-minuman yang

mengandung alkohol, mengkonsumsi daging babi, dan berhubungan badan tanpa

ikatan pernikahan.33

Para peneliti dalam journal international ini, menguraikan tokoh-tokoh

Muslim yang berpengaruh di Dunia seperti Ibnu Sina yang concern dalam bidang

kesehatan dan kedokteran, al-Farabi, Ikhwan al-Shafa‟ dan Ibnu Rusy ahli dalam

ilmu kejiwaan manusia (psikologis), al-Razi piawai dalam ilmu filsafat, Ibnu

Khaldun ahli dalam bidang ilmu sosial (sosiologi), dan lain-lain ketika awal

32

Husain F. Nagamia merupakan peneliti dalam bidang perobatan dan asisten dari Prof.

Sugery di Rumah Sakit Tampa, Florida USA yang bertarap internasional. Ia juga merupakan

Dosen di University of South Florida Medical School dalam bidang ilmu kesehatan. Lihat, Husain

F Nagamia, “Islamic Medicine History and Current Practices”, ed., Aysegϋl Demirhan Erdemir

and Abdul Nasser Kaadin, Journal of the International Society for the History of Islamic Medicine

(ISSN: 1303-667x), Volume 2, Nomor 4, Oktober 2003: h. 19. 33

Husain F Nagamia, “Islamic Medicine History and Current Practices,” h. 20.

Page 60: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

43

mereka terinspirasi dari ayat-ayat al-Qur‟an, kemudian mempraktikkannya dalam

bentuk research (Penelitian).34

2. Al-Qur‟an dan Tradisi Masyarakat

Saran dan tujuan pokok dari al-Qur‟an adalah membangun pribadi

seseorang dan masyarakat yang baik dan dinamis, karena al-Qur‟an merupakan

cahaya, hidayah, kebajikan, kemaslahatan, kunci kebahagiaan, dan sebagai titian

kehidupan yang utama, agung dan mulia.

Ia tidak hanya menanamkan aqidah yang benar dan melekat dalam hati

manusia sehingga selalu beribadah kepada Allah, meng-Esakan, men-Sucikan,

dan meng-Agungkan-Nya, melainkan juga harus bisa bersosialisasi dengan

masyarakat, meletakkan bingkai dan kekuatan yang dapat memelihara struktur

masyarakat dari pemboikotan dan tindak kejahatan, serta berdiri kokoh di atas

kebenaran dan konsisten dalam memegang amanah. Al-Qur‟an merupakan

kebutuhan pokok dalam mengataur komunikasi manusia, yaitu komunikasi

dengan Tuhan, diri sendiri, dan masyarakat.35

Oleh karena itu, realitas umat Islam terbangun atas konfigurasi sosial yang

terbentuk dari identitas-identitas kelompok seperti kelompok aliran keagamaan,

organisasi sosial keagamaan, etnisitas, profesi, dan sebagainya, yang melingkupi

diri kaum muslimin di masyarakat.

34

Sharif Kaf al-Ghazal, “Islamic Medicine History and Current Practices,” h. 9-10. 35

Wahbah Zuhaili, Al-Qur‟an dan Paradigma Peradaban, terjemahan M. Thohir

(Yogyakarta: Dinamika, 1996), h. 161-167.

Page 61: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

44

Keberadaan kelompok pemilik identitas dalam umat Islam tidak bisa

dilepaskan dari masyarakat secara keseluruhan. Umat Islam terbangun atas

struktur sosial masyarakat yang memeluk agama Islam, yang walaupun

mengenakan identitas-identitas yang saling berbeda, tetapi membangun kesatuan

utuh sebagai umat Islam. Umat Islam di Indonesia bukan suatu kelompok yang

monolitik, terdapat kemajemukan dalam berbagai tradisi, pemahaman, dan

praktek-praktek keagamaan yang merupakan ekspresi dari keislaman yang

diyakininya.36

Religi bukanlah semata-mata sebagai agama, melainkan sebagai fenomena

kultural suatu bangsa yang unik. Religi adalah dasar keyakinan, sehingga aspek

kulturalnya sering mengapung di atasnya. Hal ini merepresentasikan religi sebagai

fenomena budaya universal. Religi adalah bagian budaya yang bersifat khas.37

Adapun dalam penggunaan simbol dalam wujud budayanya, ternyata pelaksanaan

tradisi dilakukan dengan penuh kesadaran, pemahaman dan penghayatan yang

tinggi yang dianut secara tradisional dari generasi ke generasi berikutnya.38

Dengan demikian, sebagai masyarakat yang seluruh penduduknya

beragama Islam, masyarakat Banten tidak hanya mengenal, memahami dan

mempraktikkan ritual ibadah kepada Allah Swt. sebagaimana diajarkan dalam

titah al Quran dan hadits, tetapi juga melakukan beragam ritual sosial keagamaan

36

Joko Tri Haryanto, “Relasi Agama dan Budaya dalam Hubungan Intern Umat Islam”,

Journal SMaRT, Volume 1, Nomor 1, Juni 2015: h. 42. 37

Ayatullah Humaeni, “Ritual, Kepercayaan Lokak dan Identitas Budaya Masyarakat

Ciomas Banten,” h. 160. 38

Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: Hanindita, 2000),

h. 3.

Page 62: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

45

sebagai bagian dari tradisi masyarakat setempat, seperti pelaksanaan salat Rebo

Wekasan dan selametan empat bulan dan tujuh bulanan masa kehamilan sebuah

adat tradisi keagamaan sudah keniscayaan mesti dilaksanakan masyarakat

Banten dan sekitarnya.

a. Rebo Wekasan

Perayaan Rebo Wekasan menjadi ritual keagamaan masyarakat dalam

bentuk salat, mandi, membaca shalawat, membaca ayat-ayat tertentu dan surat-

surat tertentu.39

Upaca ini dilakukan pada hari Rabu akhir bulan Shafar.40

Perayaan Rebo Wekasan bertujuan untuk mensyukuri nikmat Allah swt. serta

untuk menolak berbagai musibah (salat tolak bala).

Nama (upacara) Rebo Wekasan ini menurut bahasa Jawa Banten terdiri

dari dua kata, yaitu kata Rebo dan kata Wekasan. Rebo artinya hari Rabu,

sedangkan Wekasan mempunyai dua arti yang masing-masing diambil dari kata

dasar Pungkasan (Pungkas/Pamungkas) dan dari kata Wekas (mendapat akhiran

“an” menjadi wekasan). Pengertian yang diambil dari kata Pungkasan mempunyai

arti „terakhir‟, aritinya hari Rabu (Rebo) di mana upacara itu diselenggarakan

pada hari Rabu terakhir di bulan Sapar (bulan kedua dalam kalender Jawa, setelah

bulan Syuro).

39

Joko Tri Haryanto, “Relasi Agama dan Budaya dalam Hubungan Intern Umat Islam”,

h. 44. 40

Kata Shafar dalam istilah masyarakat Banten disebut bulan Sapar. Di mana pada akhir

bulan ini biasanya masyarakat Serang-Banten melaksanakan Salat Tolak Bala (salat rebo

wekasan). Lihat, M.A. Tihami, Upacara Rebo Wekasan di Serang Jawa Barat (Serang: Fakultas

Syaria‟ah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 1991), h. 1-5.

Page 63: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

46

Dalam pengertian ini, masyarakat Banten juga sering menyebutnya

dengan upacara Rebo Akhir. Dalam pengertian kedua, wekas/wekasan

mempunyai arti „Titipan‟, artinya upacara di hari Rabu terakhir pada bulan Sapar

itu merupakan sesuatu yang dititipkan nenek moyang kepada keturunannya.41

Praktik Islam lokal pada satu sisi mengantarkan Islam yang dinamis dan

beragam, tetapi pada sisi lain juga mengantarkan pada sulitnya membedakan

antara syariat dan tradisi. Sering kali ditemukan terjadi pembauran antar

keduanya, dan tidak jarang pula ditemukan tradisi menjadi syariat dan syariat

menjadi tradisi. Hal ini yang terjadi pada salat Rebo Wekasan.42

Melaksanakan salat Rebo Wekasan dalam tradisi masyarakat Serang

Banten merupakan bagian dari ekspresi keagamaan yang sudah lama berlangsung

di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan masyarakat. Pelaksanaan salat Rebo

Wekasan seolah menjadi keniscayaan bagi masyarakat Banten di mana pada akhir

bulan Sapar wajib melaksanakan salat Rebo Wekasan.43

Bulan Sapar dikenal sebagai bulan dimana Allah swt. menurunkan

berbagai macam penyakit ke dunia. Oleh karena itu, pada bulan ini juga diadakan

ritual atau selametan “Tolak Bala” yang lebih dikenal dengan sebutan Rebo

Wekasan.

41

M.A. Tihami, Upacara Rebo Wekasan di Serang Jawa Barat, h. 10. 42

Abdul Chalik, “Agama dan Politik Dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan”, Ibda‟

Journal Kebudayaan Islam, Volume 14, Nomor 1, Januari-Juni 2016: h. 14. 43

M.A. Tihami, Upacara Rebo Wekasan di Serang Jawa Barat, h. 15.

Page 64: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

47

Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari Rabu minggu terakhir di bulan

Sapar dengan melakukan salat “Tolak Bala” secara berjamaah di Masjid atau

Mushalla. Pada hari inilah orang-orang tua biasanya melarang anak-anak dan

sanak saudaranya agar tidak bepergian jauh, karena dikhawatirkan mendapat

kecelakaan atau musibah. Akan tetapi, apabila setelah melaksanakan salat Rebo

Wekasan, dibolehkan beraktifitas kembali seperti sebiasanya.44

Oleh karena itu, pelaksanaan salat tolak bala pada bulan Sapar ini didasari

oleh sistem keyakinan/kepercayaan masyarakat, bahwa pada bulan itu Tuhan

menaburkan bermacam-macam bahaya (Pangeran ngawurkeun bale) berupa

ancaman maut, kecelakaan, berbagai penyakit (wabah penyakit) yang menyerang

manusia, tumbuh-tumbuhan/tanaman, dan hewan ternak, dan bentuk-bentuk sial

(kerugian) lainnya. Apabila salata tolak bala (Rebo Wekasan) terlewati (tidak

melakukan upacara tolak bala), maka bahaya di tahun berjalan itu akan sering

menimpa.45

Pada prosesi salat tolak bala (Rebo Wekasan), dilakukan pada waktu pagi

sekitar ± 20º terbitnya matahari yang disebut dengan “serngenge satumbak” dan

dilakukan secara berjamaah. Apabila salat tolak bala selesai dilaksanakan, maka

orang (tokoh) yang dianggap sepuh oleh mereka, membacakan sebuah Kitab

44

Ayatullah Humaeni, “Ritual, Kepercayaan Lokak dan Identitas Budaya Masyarakat

Ciomas Banten,” h. 170. 45

M.A. Tihami, Upacara Rebo Wekasan di Serang Jawa Barat, h. 11-13.

Page 65: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

48

Wawacan Syaikh, yaitu ngaramat ka tuan46

Syaikh Abdul Qodir Jaelani

“Manakiban” sebuah Kitab sastera Jawa bertuliskan huruf Arab.

Kitab ini berisi biografi seorang tokoh aliran tarekat Qodariyah di

Baghdad yang bernama Syaikh Abdul Qodir Jaelani. Ngaramat ka tuan Syaikh

Abdul Qodir Jaelani bermakna untuk memperantarai (mediator) maksud-maksud

(memanjatkan doa-doa) manusia pada Allah. Hal ini dilakukan karena masyarakat

Banten mepercayai sosok Syaikh Abdul Qodir Jaelani itu ialah seorang Wali yang

sangat dekat dengan Allah, apapun permintaan/permohonannya akan

dikabulkan.47

Selain itu pasca prosesi salat tolak bala, tokoh agama memasukkan tulisan

berupa al-Qur‟an yang berisi ayat-ayat tertentu ke dalam sumur. Hal ini dilakukan

sebagai penangkal dari berbagai penyakit atau bentuk-bentuk sial agar sumber-

sumber air lain yang berada di sekitar kampung tersebut tidak terkena wabah

pennyakit, karena masyarakat mempercayai pada akhir bulan Sapar yang

bertepatan dengan hari Rabu, Allah Swt. menurunkan berbagai macam ujian.48

46

Ngaramat ka tuan artinya membaca sejarah dan karamah (keajaiban) Sayikh Abdul

Qodir Jaelani dengan menggunakan nada atau irama lagu Sunda seperti pupuh kinanti, pupuh

asmarandana dan lain-lain. Hal ini dibacakan tidak hanya dilakukan pada pasca prosesi salat tolak

bala , akan tetapi ngaramat ka tuan Sayikh Abdul Qodir Jaelani dilakukan pada acara-acara

selametan, seperti selametan rumah baru yang hendak diisi, selametan nikahan maupun khitanan,

syukuran panen satu tahun sekali, dan selametan pulang dari baitullah/naik haji. Hasil observasi

atas praktik-praktik keagamaan yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

Lebak Banten, pada tanggal 19 April 2017.

47 M.A. Tihami, Upacara Rebo Wekasan di Serang Jawa Barat, h. 21-23.

48 Hadi Sukamto dkk, “Understanding Behaviour Environmental Education Water

Resources Model of Outdoor Study on Community of “Osing” at Banyuwangi District East Java

Indonesia”, Research of Humanities and Social Sciences, Volume 6, Nomor 6, Tahun 2016: h. 87.

Page 66: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

49

b. Tradisi Tingkeban atau Mitoni

Masyarakat Jawa memiliki tradisi dan adat yang bernilai tinggi. Tradisi

dalam budaya Jawa hingga kini tetap dijalankan secara turun-menurun oleh

masyarakat dari dahulu kala. Kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa erat

kaitannya dengan upacara dan kegiatan yang bersifat ritual baik yang berkaitan

dengan lingkar kehidupan manusia maupun acara khusus lainnya. Berbagai

macam upacara tradisional masih diselenggarakan oleh masyarakat Jawa dan

setiap upacara tradisional memiliki tata cara dan kelengkapan yang berbeda-beda

antar Daerah yang satu dengan Daerah yang lain.49

Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun bahkan sudah membudaya di

kawasan wilayah Jawa. Budaya ini dilakukan salah satu bentuk sistem relegi

masyarakat Jawa yang dikenal sebagai Agama Jawi. Mereka mempercayai Tuhan

Yang Maha Esa sebagai maha pencipta.

Sedangkan mempercayai nabi Muhammad Saw. sebagai orang yang

paling dekat dengan Tuhan. Namun di sisi lain, mempercayai tokoh-tokoh yang

kemudian mereka anggap sebagai orang-orang keramat. Selain itu, mereka

mempercayai adanya Dewa, roh nenek moyang dan roh penjaga, roh, jin, setan,

dan mempercayai akan datangnya ratu adil yang membawa keteraturan di muka

Bumi.50

49

Murdijati Gardjito, Serba-serbi Tumpeng Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa (Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 7-8. 50

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 324.

Page 67: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

50

Ciri-ciri yang dinamakan mistikisme Jawa atau agama Jawi,51

di

antaranya: (1) Bahwa mistikisme kadang-kadang dinamakan kesadaran, kadang-

kadang perasaan, keyakinan dan kadang-kadang ajaran, sehingga oleh karenanya

memiliki komponen-komponen ajaran atau keyakinan, kegiatan (ritual), amalan,

pengalaman dan juga keistimewaan- keistimewaan.

(2) Biasanya mistisisme itu bertolak dari agama sehingga merupakan

keberagamaan yang bertaraf tinggi. (3) Keyakinan dan ajaran yang bersifat mistik

biasanya menyangkut keyakinan tentang Tuhan yang imanen dan bahkan Tuhan

yang paneteistis. Keyakinan tentang manusia biasanya ialah bahwa inti terdalam

manusia itu mempunyai unsur ketuhanan atau bahkan Tuhan yang menempat di

sana, yang kadang-kadang diberi nama semacam akal asli, akal aktif, akal kreatif,

synteresis, percikan Tuhan, logos, kalam dan dalam Islam Nur Muhammad.

Akibat seterusnya adalah keyakinan atau ajaran yang monoteis panteistis dan

bahkan universal ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi.

(4) Pengalaman kejiwaan yang mistis biasanya berwujud rasa persatuan

dengan Tuhan dan bahkan ada yang sampai merasa menjadi Tuhan. Kalau masih

ada keyakinan ada perbedaan antara khaliq dan makhluk, dinamakan mistik

personality, dan kalau sudah tidak dapat memedakannya lagi dinamakan mistik

infinity.

(5) Kaifiyah atau jalan mistik yang paling menonjol adalah via purgative

dan via contemplative. Purgative yang sangat berat berwujud kehidupan zuhud

51

Romdon, ed., Abdurrahman dkk, Agama dan Masyarakat (Yogyakarta: IAIN Sunan

Kalijaga Press, 1993), h. 565-566.

Page 68: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

51

yang berat atau wu-weinya mistik Cina, atau asketiknya Kristen, atau penyiksaan

diri dalam bentuk lain. (6) Orang mistik sering mempunyai pengalaman yang

dapat dinamakan semacam trance, atau mabuk, yang istilahnya bermacam-

macam. Dan (7) orang yang pernah mengalami pengalaman mistik, yang katanya

enak, biasanya ingin mengulang-ulang dan sangat merindukannya.

Tradisi selamaten atau tasyakuran sebagai peringatan 4 bulanan atau 7

bulanan kehamilan seorang Ibu dilakukan sesuai dengan tradisi yang ada. Tradisi

itu merupakan kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun-temurun dari nenek

moyang.52

Dalam tradisi Jawa tradisi ritual 4 bulanan maupun 7 bulanan disebut

tingkeban, yaitu upacara atau ritual yang menyediakan kelapa muda, tujuh macam

kembang (bunga), dan tujuh macam buah-buahan. Sedangkan bacaan yang

dilantunkan adalah Surat Yāsīn, Surat Yūsūf, dan Surat Maryam.53

Tradisi itu dipraktikkan karena ucapan rasa syukur kepada Allah Swt. atas

kekuasaan-Nya yang telah memberikan janin dan melaksanakan tradisi adat yang

sudah berjalan sejak dahulu kala. Selain itu, tradisi tingkeban dilakukan atas dasar

rasa takut atau khawatir, bagi seorang wanita yang hamil tentu saja memiliki

perasaan was-was atau khawatir serta takut, terutama wanita yang baru hamil

pertama begitu pun suaminya.54

52

Sulkhan Chakim, “Dakwah Islam dan Spritualitas Kejawen”, Komunika, Volume I,

Nomor 2, Juli-Desember 2007: h. 260-261. 53

Iswah Adriana, “Neloni, Mitoni atau Tingkeban: (Perpaduan antara Tradisi Jawa dan

Realitas Masyarakat Muslim)”, KARSA, Volume 19, Nomor 2, Tahun 2011: h. 244. 54

Nurwana, Praktik Pengamalan Ayat al-Qur‟an Saat Proses Mandi Hamil Tujuh Bulan

Oleh Masyarakat Kelurahan Kuin Selatan Kota Banjarmasin (Studi Living Qur‟an), (Skripsi S1

Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Institut Agama Islam

Negeri Antasari Banjarmasin 2017), h. 62-63.

Page 69: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

52

Makna dari penggunaan ayat-ayat tertentu maupun surat-surat tertentu

dalam memperingati acara 4 bulanan maupun 7 bulanan agar kedua calon ibu dan

bayi selamat dan kelak menjadi anak yang saleh/salehah dan bernasib baik,

sekaligus sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah Swt. karena telah diamanati

untuk mengasuh momongan, keselamatan bagi calon ibu maupun bayi, dan ajang

silaturahmi antar keluarga, tetangga mapun kampung dekat.

Adapun makna dari pembacaan Surat Yāsīn, Surat Yūsūf, dan Surat

Mariyam ketika prosesi memperingati 4 bulanan dan 7 bulanan atau tingkeban

agar bayi yang lahir ke Dunia dengan selamat, berkarisma seperti Nabi Yusuf dan

jika lahir bayi perempuan suapya budi pekertinya (salehah) seperti Siti Mariyam

putri Harun.55

Tradisi di atas, masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung

Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah pun mempraktikkannya. Ketika ibu

hamil beranjak pada empat bulan mereka melakukan upacara dengan

membacakan suarat-surat tertentu. Adapun suart-surat yang dibaca adalah Qs. al-

Fātiḫah, Qs. Yāsīn, Qs. Yūsūf, Qs. Mariyam, Qs. Luqmān, Qs. al-Ĥujurāt, Qs.

al-Tawbah dan Qs. an-Naḫl.

Makna dari lantunan dari Surat al-Fātiḫah diyakini untuk terang hati dan

kuat ingatan, Surat Maryam untuk memudahkan ibu bersalin dan anak yang

55

Imam Nasichin, Tradisi Mitoni di Kelurahan Noyontaansari Pekalongan (Studi Living

Qur‟an), (Skripsi S1 Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Pekalongan 2016), h. 55-56.

Page 70: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

53

sabar dan taat, Surat Luqmān untuk memperoleh anak yang cerdik akal dan

cerdik jiwa.

Adapun Surat Yūsūf untuk memperoleh anak yang cantik rupa dan cantik

akhlak, Surat al-Ḫujurāt untuk memperoleh susu ibu yang banyak dan anak yang

bersifat berhati-hati, Surat Yāsīn untuk ketenangan hati dan anak tidak

terpengaruh dengan godaan setan yang mengajak kepada maksiat, Surat al-

Tawbah untuk pemberesih jiwa dan tidak terlibat dalam maksiat, dan Surat an-

Naḫl untuk melahirkan anak yang berdisiplin.56

C. Living Qur’an dan Jimat

1. Al-Qur‟an dan Kekuatan Magis57

Kitab umat Muslim, al-Qur‟an tidak hanya dijadikan pedoman hidup saja,

melainkan surat-surat tertentu dan ayat-ayat tertentu difungsikan sebagai kekuatan

magis guna sebagai penangkal dari ilmu hitam (teluh), keselamatan, kejembaran

rezeki, kekebalan, pengasihan, dan pangabaran/karisma yang tinggi di setiap mata

56

Observer berperanserta dalam prosesi tingkeban atau memperingati empat bulan dan

tujuh bulan ibu hamil di kediaman Bapak Erus Rustandi dan Ibu Suherni Kampung Babakan

Cicurug Desa Citorek Tengah pada tanggal 07 April 2017. 57

Magis merupakan berasal dari bahasa Inggris yaitu magic yang artinya ajaib atau

kejadian yang di luar nalar (abnormal). Lihat, Hadi Podo dan Joseph J. Sulivan, Pandai Berbahasa

Inggris; Kamus Ungkapan Indonesia-Inggris (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1986), h. 23.

Magis juga dapat diartikan sebagai ilmu sihir, guna-guna, jampi-jampi, maupun daya tarik.

Namun, magic terbagi ke dalam dua macam, yaitu black magic (ilmu sihir yang dilakukan atas

bantuan iblis atau jin) dan white magic (ilmu yang dilakukan tanpa bantuan iblis, melainkan

meminta pertolongan kepada Tuhan). Lihat, Peter Salim, Advanced English-Indonesian Dictionary

(Jakarta: Modern English Press, 1991), 502. Menurut Fiona Bowie magis merupakan ilmu gaib

atau ilmu sihir tidak dapat diterima logika, romantic, dan misterius. Lihat, Fiona Bowie,The

Anthropology of Religion (Oxford: Blackwell Publishers, 2001), h. 219. Menurut Frazer, ilmu gaib

adalah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan

menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah-kaidah gaib yang ada di dalam

alam. Lihat, Koentjaraningrat, Sejarah Antropologi I (Jakarta: UI Press, 2007), h. 54.

Page 71: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

54

manusia. Memfungsikan al-Qur‟an ini tergantung pada dorongan-dorongan atau

motif, yaitu kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas makhluk hidup

untuk bertingkah laku dan mengarahkannya pada suatu tujuan.

Dorongan-dorongan itu, melakukan tugas-tugas penting bagi makhluk

hidup (manusia) untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang dibutuhkan demi

keberlangsungan hidup dan kelestariannya, hal ini seperti dorongan manusia

tentang dorongan kejiawaan (psikis), dorongan spiritual, dan dorongan bawah

alam sadar.58

Di bawah ini akan tergambar dorongan manusia tentang kejiawaan

(psikis), dorongan spiritual, dan dorongan bawah alam sadar mengenai uraian

tentang al-Qur‟an yang digunakan sebagai praktik-praktik magis, seperti jimat

(teteungeur hate) atau pegangan dalam kehidupan sehari-hari dan praktik

kesenian tradisional Debus Banten.

a. Jimat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi offline, jimat diartikan

sebuah barang (tulisan) yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat

melindungi pemiliknya dan dapat digunakan sebagai pangkal penyakit. Biasanya,

benda atau barang tertentu terdapat rajah, lambang, atau gambar tertentu dan

dibuat oleh tidak sembarangan orang.59

58

Muḫammad „Utsmān Najātī, Psikologi Qurani Dari Jiwa Hingga Ilmu Laduni,

terjemahan Hedi Fajar dan Abdullah (Bandung: MARJA, 2010), h. 17, 30 dan 40. 59

Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin, Laporan Hasil Penelitian Jimat

Dalam Konsep Magis Masyarakat Banjar, (Banjarmasin: IAIN Antasari, 1999), h. 3.

Page 72: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

55

Dalam bahasa Arab jimat disebut at-tamā‟im yaitu suatu benda yang

sengaja dibuat oleh dukun, yang diyakini mengandung kesaktian dan dapat

menolak segala jenis penyakit bagi orang yang meyakininya. Tangkal dalam

bahasa Arab disebut ar-raqqī, diartikan sebagai suatu benda yang dibuat oleh

dukun yang diyakini dapat menolak bala penyakit, roh jahat, dan guna-guna.

Adapun guna-guna dalam bahasa Arab disebut at-tuwālat, artinya sebuah

mantra untuk menarik perhatian orang lain, baik dalam bentuk karismatik maupun

pangabaran. Misalnya saja, hal ini dilakukan oleh seorang pemuda untuk

membuat gadis yang dicintainya jatuh hati kepadanya. Guna-guna dapat juga

digunakan untuk membuat orang yang tidak disenangi menjadi celaka atau

menderita, yang disebut juga sebagai santet atau teluh.60

Praktik magis menurut James G. Frazer merupakan keyakinan pertama

yang dipersepsi manusia. Kekuatan magis ini digunakan demi mempertahankan

keberlangsungan hidupnya, dimana mereka dalam parktik sehari-harinya

mengandalkan kekuatan magis. Kemudian, barulah muncul kepercayaan manusia

terhadap agama dan ilmu (sains).61

Frazer mengklasifikasikan magis kedalam dua bentuk: pertama,

homoeopathic magic or imitative of similarity, teori ini harus berdasarkan pada

law of similarity (hukum persamaan) ini mencakup semua perbuatan magis yang

meniru keadaan yang sebenarnya yang hendak dicapai. Kedua, contagious magic,

60

Ahmad Thib Raya dkk, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hope,

1997), Jilid I, h. 288. 61

Sir James Frazer, The Golden Bough: A Study of Magic and Religion (New York:

Oxford University Press, 1994), h. 146 dan 195.

Page 73: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

56

magis jenis ini meliputi semua perbuatan magis yang berdasarkan pendirian

bahwa suatu hal yang menyebabkan terciptanya hal lain karena adanya

ketertarikan atau koneksi di antara keduanya. Sir Frazer mendasarkan teori ini

pada law of contact (hukum konektisitas). Jenis ini, ketika bereaksi harus

berdasarkan sentuhan.62

Penjelasan mengenai jimat di atas yang dikeluarkan oleh dukun memang

memberikan gambaran apa itu jimat atau azimat? Akan tetapi, yang menjadi

concern dalam pembahasan ini adalah jimat al-Qur‟an yang diramu oleh ahli

hikmah atau kyai.

Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikmah mempunyai

beberapa arti. Pertama, kebijaksanaan dari Allah. Kedua, sakti atau kesaktian

(kekuatan gaib). Ketiga, arti atau makna yang dalam. Keempat, manfaat.63

Menurut aṭ-Ṭābarī hikmah adalah ilmu tentang hukum-hukum Allah Swt. yang

tidak bisa dipahami kecuali melalui penjelasan Rasulullah Saw. sebagaimana

62

Sir James Frazer, The Golden Bough, h. 19-25. 63

Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia V1.1.offline, http://Pusat

Bahasa.diknas.go.id Diakses pada 14.54 WIB 23 Februari 2017.

Sympathetic magis (law of sympathy)

Homoeopathic magic (law of similarity)

Contagious magic (Law of contact)

Page 74: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

57

firman Allah Swt. mengenai hikmah dalam Qs. Al-Baqarah: 151, al-Ahzāb: 34,

dan al-Jumu‟ah: 2.

Dari penjelasan di atas, ahli hikmah bukanlah dukun atau ilmu sihir yang

melibatkan Jin atau Setan, melainkan ilmu yang membimbing pada ajaran-ajaran

Allah Swt. dan sunah-sunah Rasulullah Saw. sehingga dapat mengetahui mana

yang halal dan mana yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang

dilarang.64

Ilmu hikmah menurut pemahaman para praktisi ilmu perklenikan dibagi

menjadi tiga bentuk,65

pertama, bentuk tulisan yang lazim disebut wafaq yang

sering kali juga disebut azimat/jimat, yang berarti keteguhan, karena diyakini

dapat membantu mendapatkan keteguhan setelah berdoa. Isi azimat bermacam-

macam, ada yang berupa ayat al-Qur‟an, asma Allah Swt. nama-nama nabi, nama

malaikat, atau nama-nama orang saleh termasuk nama tujuh pemuda saleh yang

bersembunyi di Gua Kahfi.

Kedua, berupa bacaan. Ilmu hikmah berupa bacaan banyak ragamnya,

seperti ratib, yaitu rangkaian doa susunan para habib salaf yang mashur sebagai

Waliyullah (Kekasih Allah), terdiri dari ayat-ayat al-Qur‟an dan dzikir dari

Rasulullah Saw. yang diijazahkan secara umum kepada umat. Ada pula yang

berupa hizib, yaitu doa perlindungan yang berupa hizib yang disusun oleh para

64

Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karomah dan Kedok Perdukunan, (T.tp.: T.pn.,

t.t.), h. 15. 65

Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karomah dan Kedok Perdukunan, h. 17.

Page 75: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

58

wali (al-Auliyā), seperti Hizib Nashr milik Syaikh Abul Hasan Asy-Syadżili, dan

sebagainya yang ijazahnya diberikan secara khusus.

Ada pula yang berupa asmaul husna, yaitu żikir tawasul dengan

menyebutkan asma Allah Swt. para nabi, malaikat, dan waliyullah. Ada yang

berupa jaljalut, yaitu rangkaian doa yang berasal dari doa syair orang-orang saleh,

seperti jaljalut Ali bin Abi Thalib atau kutipan bait-bait Burdah, dan sebagainya.

Selain itu, ada juga ilmu hikmah yang berupa shalawat.

Ketiga, berupa amalan, yang biasanya berupa puasa atau shalat sunah,

menyertai pengamalan bacaan ilmu hikmah atau penulisan wafaq (jimat al-

Qur‟an). Puasa sunah yang sering diijazahkan adalah puasa sunah mutlaq,

sedangkan shalat sunahnya adalah shalat hajat. Kedua macam ibadah itu diniatkan

untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah Swt.) agar hajatnya cepat

terkabul. Jimat wafaq, rajah, isim dan hizib adalah empat kata yang sangat

populer dalam ilmu supranatural dan perdukunan yang juga banyak diajarkan oleh

para kyai di pesantren-pesantren tradisional dengan ajaran yang menggunakan

pendekatan ilmu tasawuf.66

Mistisisme memandang bahwa jimat adalah ilmu huruf yang didasarkan

pada cara pemakaian dan interpretasi esoterik terhadap huruf-huruf atau lafaẓ al-

Qur‟an secara alphabet yang merangkum tiga aspek seperti ideofonik (simbolisme

suara yang berlebihan), ideografik (simbolisme tulisan atau “hieroglyphic” yang

66

Perdana Ahmad, Ilmu Hikmah Antara Karomah dan Kedok Perdukunan, h. 20.

Page 76: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

59

berlebihan), dan aritmologik (setiap huruf memiliki nilai numerik sedemikian

rupa sehingga jimat al-Qur‟an “wafaq” tidak bisa berjalan tanpa ilmu angka).67

Dengan demikian, permasalahan jimat yang berbentuk al-Qur‟an ada

kesesuaian dengan apa yang diungkapkan oleh Ibn „Arabi ketika ia

berkontemplasi (tafakūr) terhadap alam. “Alam semesta tak ubahnya seperti buku

besar, huruf-huruf dalam buku ini, pada perinsipnya, semua ditulis dengan tinta

yang sama dan dilakukan di atas meja abadi oleh Pena Ilahi; semuanya ditulis

secara simultan dan saling berkaitan satu dengan lainnya; atas dasar itulah

fenomena esensial yang tersembunyi dalam “rahasia dari rahasia” diberi nama

huruf-huruf „transanden‟.

Dan huruf-huruf transanden ini, yang bisa disamakan sebagai semua

makhluk, setelah diproses dalam kemahatahuan Tuhan, kemudian diembuskan

lewat napas ketuhanan kepada garis-garis yang lebih rendah dan menyusun serta

membentuk alam yang manifest.”68

Adapun dari ketiga aspek di atas, jimat yang biasa digunakan oleh

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten adalah berbentuk

tulisan lafaẓ al-Qur‟an dan numerologi. Mereka meyakini dan menggunakannya

dapat melindungi dan membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

67

Seyyed Hossein Nasr, ed., Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, h. 571. 68

Seyyed Hossein Nasr, ed., Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, h. 571. Dikutip dari

R. Guenon dalam tulisannya, Symbolism of the Cross. penerjemah A. Macnab (London: Luzac,

1975), h. 68.

Page 77: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

60

Hal itu biasanya dikenakan di berbagai tempat, seperti diikatkan pada

bagian badan, digantung pada ambang pintu rumah, dijadikan gelang dan di

kenakan di bagian saku celana maupun pakaian. Perhatikan contoh gambar di

bawah ini mengenai jimat al-Qur‟an yang di simpan pada ambang pintu rumah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jimat merupakan sebuah

bahan yang terdiri dari kulit binatang, golok, kertas, maupun kain yang

menggunakan simbol-simbol dalam bahasa Arab, baik berupa huruf, angka,

gambar, nama-nama nabi, malaikat, asmaul husna maupun kombinasi dari

semuanya dan dipersepsi kalangan umat Muslim tradisional mempunyai kesaktian

dan dapat mengobati segala macam penyakit. Akan tetapi, hal ini dapat

difungsikan atas dasar ijazah dari seorang guru, ahli hikmah (kyai).69

Sesuatu hal yang bersifat kesaktian atau magis sudah diyakini oleh

manusia jauh lebih tua dari catatan manusia itu sendiri, bahkan sejarah adalah

69

Khoirul Anwar, “Pesantren, Kiyai dan Tarekat,” Studia Islamika, Volume 5, Nomor 1,

1998: h. 72.

Gambar II.1 Azimat atau

Jimat keselamatan dan

keberkahan yang terbuat

dari kulit harimau.

Page 78: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

61

produk keberagamaan manusia.70

Kepercayaan manusia kepada kekuatan

supranatural atau magis terus berevolusi. Salah satu teori dalam antropologi

agama menyebutkan evolusi kepercayaan manusia kepada Tuhan dimulai dari

monoteisme, animisme, dinamisme, politeisme dan monoteisme lagi.71

Kepercayaan manusia kepada kekuatan magis karenanya disebut sebagai

keadaan yang alami atau umum meskipun level kehidupan mereka berbeda-beda.

Ekspresi kebertuhanan saja yang membedakan di antara level-level itu

sebagaimana ditemukan dalam riset-riset antropologi; animisme, dinamisme,

politeisme, dan monoteisme. Manusia dengan argumen-argumen antropologis di

atas disebut sebagai makhluk religius (homo religious), yaitu makhluk yang

memiliki bawaan primordial (azaliy) untuk beragama dan percaya kepada

kekuatan di luar manusia itu sendiri, yaitu Tuhan.72

Dengan demikian, masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

Lebak Banten mengekspresikan kepercayaannya (something) berupa azimat atau

jimat al-Qur‟an (wafaq) yang bersifat pragmatis. Mereka menganggap, bahwa

beban dalam kehidupan sehari-hari akan berkurang dengan jalan (syariat/cukang

lantaran/ikhtiar) mengenakan jimat. Jimat ini biasanya dikenakan pada dinding

rumah maupun digantung di bagian ambang pintu rumah. Masyarakat Adat

70

Daniel L. Pals ed., Seven Theories of Religion (New York: Oxford University Press,

1996), h. 21.

71 Roni Ismail, “Hakikat Monoteisme Islam (Kajian Atas Konsep Laa Ilaḫa illallah),”

Religi, Volume X, No. 10, Juli 2014: h. 172. 72

Roni Ismail, “Hakikat Monoteisme Islam, h. 173.

Page 79: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

62

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak-Banten tidak mempercayai pada jimat

atau bendanya, akan tetapi terletak pada makna jimat itu sendiri.73

b. Debus Banten

Provinsi Banten dikenal dengan praktikal-praktikal budaya magis di mata

nasional maupun internasional pada masa pra Islam. Adapun tempat-tempat yang

dianggap keramat oleh masyarakat Banten untuk meraih ilmu kesaktian atau pun

pesugihan, pengasihan, dan lain sebaginya adalah Gunung Karang, Gunung

Kendeng, Gunung Pulo Sari, dan Pulau Panaitan.74

Salah satunya adalah praktikal kesenian tradisional Debus sudah menjadi

semacam trade mark daerah Banten yang dianggap sebagai daerah yang penuh

pesona magis. Ada yang mengatakan kesenian Debus sarat dengan balck magic

(ilmu hitam), tetapi sebagian lagi berpendapat bahwa Debus meruapakan white

magic (ilmu putih). Semua pementasan yang dipertontonkan kepada publik

merupakan pelajaran yang diambil dari ilmu kekebalan yang berasal dari kitab

suci al-Qur‟an.75

73

(Lamun percaya kana barangna yen bisa ngarubah kahirupan ete ges termasuk syirik,

akan tetapi mun sabalikn, yen Allah swt. tos masihan kasaktian kana eta barang mun cak

pandapat bapak eta boleh-boleh bae) apabila mempercayai jimat yang dapat merubah kehidupan

secara signifikan, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan syrik. Akan tetapi, jika

mempercayai Allah swt. yang telah memberikan keistimewaan terhadap benda itu, maka tidaklah

bertentangan dengan agama. Hal itu sama seperti seseorang ketika lapar, kemudian makan nasi dan

meyakini nasilah yang memberikan kenyang adalah perbuatan syrik. Tetapi jika sebaliknya, Allah

lah yang memberikan fungsi kepada nasi untuk mengenyangkan perut maka berarti tidak syrik.

Hasil wawancara sementara dengan bapak Sanudi, warga Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah

Lebak-Banten, 28 Maret 2017. 74

Hossen Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten (Jakarta: Djambatan:

1983), h. 34-35.

75 Lukman Hakim, ed,. Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik

(Pandeglang: Banten Heritage, 2006), h. 205.

Page 80: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

63

Menurut Tb.A. Sastra Suganda76

dan Uki Sandjadirja,77

Debus merupakan

berasal dari ora tembus, lantaran alat-alat kesenian yang digunakan seluruhnya

benda-benda tajam yang membahayakan jiwa manusia. Sejarah Debus berasal

dari zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1652), ketika memegang tampuk

pemerintahan di Banten, Sultan ini sengaja menciptakan kesenian Debus sebagai

salah satu daya tarik dan kebanggaan menjadi prajurit kerajaan Islam Banten.

„‟Kemonesan” (Debus) ini diciptakan untuk menguji ketabahan dan keimanan

seorang prajurit. Pada waktu itu, prajurit dilatih berperang mempergunakan

senjata tajam, seperti golok, bambu runcing, pisau, dan pecahan beling.78

Kesenian Debus merupakan kombinasi dari seni tari, seni suara, dan seni

kebatinan yang bernuansa magis. Pertunjukan Debus biasanya diawali dengan

pembukaan (gembung) yaitu pembacaan shalawat nabi Saw. dan zikir kepada

Allah Swt. yang diiringi dengan tetabuhan.

“„Ibādallah rijālallah aghītsunā li ajlillah, wakūnu aulanā lillah

„asā nakhthā bifadhlillah, wayā aqthāb wayā anjāb wayā sādat

wayā aḫbāb, wa antum yāulil albāb ta‟āla lau wansurū lillah,

sa‟alnākum sa‟alnākum walizulfa rojaunakum, wafī amri

qshadnākum fasyuddu „azmakum lillah, fayā rabbī bisādatī

taḫqaqlī isyārotī, „asa ta‟tī bisyāroti wayashfu waqqutunā lillah, bi

kasyfi al hajbi „an „aeni warof‟il baini min baini, wa thamshil kaifi

wal „aini binūril wajhi yā allah, shalatullah maulanā „ala man

bilhuda janā, waman bilhaqqi al aulanā syafī al kholqi

„ingdallah.”

Artinya:

76

Tb.A. Sastra Suganda adalah tokoh Banten pensiunan dari Kasi Kebudayaan Kantor

Disdikbud. Lukman Hakim, ed,. Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik, h. 206. 77

Uki Sandjadirja merupakan tokoh Banten pensiunan dari Kadis Parawisata. Lukman

Hakim, ed,. Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik, h. 206. 78

Lukman Hakim, ed,. Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik, h. 207.

Page 81: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

64

Wahai hamba-hamba Allah, wahai Wali-wali Allah. Tolonglah

kami karena Allah bantulah kami karena Allah, semoga tercapai

hajat kami karena anugerah Allah. Wahai para Wali qutub, wahai

para Wali yang dermawan, wahai para Sayyid dan Habaib

(keturunan Rasulullah saw). wahai para Wali yang memiliki akan

sempurna, engkau adalah penolong, penyantun, datanglah kemari

tolonglah karena Allah. Dengan perantaraan Engkau kami

memohon, dengan perantaraan Engkau kami memohon dengan

mengharapkan doa-Mu kami dekat dengan Allah. Dengan maksud

perantaraan engkau, untuk tercapai urusan kami, karenya

kokohkanlah tujuan kami, karena Allah. Wahai Tuhan kami,

dengan perantaraan tuan-tuan yang menjadi Wali, kokohkanlah

petunjuk-Mu kepada kami. Semoga lekas datang kebahagiaan

kami, semoga waktu kami bersih untuk beribadah karena Allah.

Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangkan

penghalang antara kami dan Allah. Dan terhapusnya keraguan,

bagaimana Allah dan dimana Allah dengan cahaya dzat Engkau ya

Allah. Wahay Tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah limpahkan

kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada

kami yaitu Nabi Muhammad saw, yang memberikan Islam sebagai

agama kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk disisi

Allah.

Selanjutnya beluk, yaitu lantunan nyanyian zikir dengan suara keras,

melengking, dan saling bersahutan dengan iringan tetabuhan. Bersamaan dengan

itu atraksi-atraksi kekebalan tubuh seperti menyayat-nyayat bagian tubuh,

memakan pecahan kaca, tidur di atas papan berpaku, atau memasak dengan

tungku di atas kepala dipertontonkan para pemainnya. Atraksi ini diakhiri dengan

gemurung, yaitu permainan alat-alat musik tetabuhan.79

Adapun syarat bagi pemain debus/pendebus harus beragama Islam.

Kemudian, sebelum melakukan pentas seni debus mesti menjalankan puasa

79

Giyarto, Selayang Pandang Banten (Klaten: PT Intan Pariwara, 2008), h. 43

Page 82: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

65

terlebih dahulu dan melakukan ziarah ke makam Kalang Masjid, di Desa itu serta

dalam keadaan bersih atau suci lahir maupun batin.80

Menurut catatan sejarah, Debus itu sendiri sebenarnya ada hubungannya

dengan tarikat Rifaiah dan Qadariyah. Tarikat ini dibawa oleh Nurrudin Ar-

Raniry ke Aceh pada abad 16. Tarikat ini ketika melakukan suatu ritual sedang

dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena “bertatap muka”

dengan Tuhan), mereka kerap menghantamkam berbagai benda tajam ke tubuh

mereka. Filosofi sederhananya adalah “la haula wala Quwwata illa billah al-

„aliyy al-adzhim” atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata.

Jadi kalau Allah tidak mengijinkan pisau, golok, parang atau peluru

sekalipun melukai mereka, maka mereka tak akan terluka. Pada kelanjutannya,

tarikat ini sampai ke daerah Minang dan di Minang pun dikenal istilah Dabuih.

Keyakinan kepada Allah model inilah yang menjadikan debus hingga saat ini

masih terus dikenal bahkan menjadi warisan budaya.81

Debus pada awalnya hanya dimiliki oleh sekumpulan orang Banten yang

tergabung dalam suatu perkumpulan keagamaan Islam, yakni tarekat qodariyah

dan tarekat rifaiyah. Kehadiran dan perkembangan tarekat ini berhubungan

dengan munculnya fenomena debus di kawasan wilayah Banten. Debus, dalam

hal itu tampak bahwa debus dan tarekat merupakan dua hal yang berkaitan.

80

Lukman Hakim, ed,. Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik, h.

2018-2019. 81

Hasani Ahmad Said, “Islam dan Budaya di Banten: Menelisik Tradisi Debus dan

Maulid,” Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume 10, Nomor 1, Juni 2006: h.

124.

Page 83: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

66

Terdapat seorang pimpinan di dalam tarekat yang biasa dikenal dengan sebutan

Syaikh atau Kyai.82

Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat-syarat

yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual-ritual yang diberikan oleh

guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan. Selain itu

mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran

Islam.

Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras,

main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak

ragu-ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan

oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.83

Niali-nilai yang terkandung dalam seni tradisioanl debus yang

dipraktikkan di menes Pandeglang Banten, di antaranya adalah pertama aqidah,

yaitu nilai-nilai keimanan yang meliputi, iman kepada Allah, iman kepada

Malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari

akhir atau kiamat dan iman kepada qada dan qadar.84

Kedua, nilai syari‟ah yaitu syahadat, shalat, membayar zakat, puasa,

menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, berdoa, taubat yang sebenarnya,

82

Muhammad Tamamul Iman, Dimensi Ontologis Debus: Sumbangnya Bagi

Pembentukkan Identitas Budaya Masyarakat Banten (Studi Kasus di Walantaka, Kota Serang,

Banten) (Tesis S2 Program Pasca Sarjana Ilmu Filsafat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta,

2005), h. 3. 83

Hasani Ahmad Said, “Islam dan Budaya di Banten,” h. 126. 84

Iis Sulastri, “Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang

Banten,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 1435 H/2014 M), h. 50

Page 84: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

67

bersyukur atas nikmat Allah, berzikir, dan pernikahan. Artinya, hal ini dilakukan

atas dasar kesanggupan dalam menjalankan perintah Allah dan larangannya.

Di samping syahadat merupakan pintu manusia untuk memeluk agama

Islam, para pemain debus adalah beragama Islam dan hanya orang-orang Muslim

saja yang dapat mempelajarinya, karena dalam prosesnya terdapat ritual-ritual

agama yang akan dilaksanakan oleh anggota debus seperti dzikir, amalan surat-

surat pendek atau pun surat-surat panjang yang diambil dari al-Qur‟an, kemudian

bershalawat kepada nabi Muhammad Saw.85

Ketiga, akhlak artinya daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan

mendorong perbuatan-perbuatan sepontan tanpa memerlukan pertimbangan

pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan

secara sepontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan. Dalam praktik

seni tradisional debus meyakinkan dan pasrah kepada Allah adalah hal yang harus

dilakukan oleh para pemain debus, hal ini akan menjadikan sebuah ketenangan

dan keyakinan untuk melakukan atraksi yang sangat ekstrim itu.86

Dan keempat, seni tradisional debus terdapat nilai ibdah, artinya sesuatu

yang berhubungan antara manusia (hamba) dengan Tuhannya. Nilai ibadah yang

terkandung dalam kesenian tradisional debus sebagaimana tata cara dalam

mempraktikkan kesenian ini adalah menjalankan rukun Iman, menjalankan rukun

Islam, berdoa, tolong-menolong, sabar, ikhlas, taubat, pernikahan, tawakal, dan

85

Iis Sulastri, “Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Tradisional Debus,” h. 52. 86

Iis Sulastri, “Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Tradisional Debus,” h. 55.

Page 85: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

68

taqwa (taat).87

Debus secara hakiki adalah debus itu sendiri dan merupakan suatu bentuk

pembuktian kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan benda tajam melalui

suatu peragaan yang disebut dengan atraksi “debus”. Kekebalan tersebut

diperoleh melalui keyakinan dan kepasrahan total seorang pelaku debus terhadap

keberadaan Tuhan Sang Pemberi Kekebalan. Oleh karena itu, hakikat utama

debus adalah sebagai suatu sarana untuk meningkatkan keyakinan diri pada

kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah swt.) atas segala fenomena realitas

dalam kehidupan.88

D. Agama dan Jimat

Frazer mengemukakan suatu skema evolusi sederhana, suatu ekspresi

dari keyakinan rasionalismenya sejarah manusia melewati tiga fase yang secara

87

Iis Sulastri, “Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Tradisional Debus,” h. 57. 88

Muhammad Tamamul Iman, Dimensi Ontologis Debus: Sumbangnya Bagi

Pembentukkan Identitas Budaya Masyarakat Banten (Studi Kasus di Walantaka, Kota Serang,

Banten) (Tesis S2 Program Pasca Sarjana Ilmu Filsafat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta,

2005), h. 259.

Gambar II.1 Tugu Debus

dilihat dari kejauhan

Pakupatan Serang Banten.

Sumber:

https://www.google.co.id/se

arc.hdebus

Page 86: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

69

berurutan didominasi oleh: magis, agama, dan sains.89

Fase kedua, agama

sebagai suatu institusi yang terdiri dari interaksi yang dipola secara kultural.

Agama juga mengajarkan bagaimana pentingnya sebuah ritual, karena sistem

simbol yang berperan untuk mengukuhkan motivasi dan suasana hati yang kuat,

dirasakan dan hadir di mana pun dan kekal dalam diri seseorang,

memformulasikan konsepsi tentang keteraturan eksistensi dan membungkus

konsepsi itu dengan pancaran faktualitas, di mana suasana hati dan motivasi itu

secara khas dan tampak realistis.90

Menurut Frazer, keajaiban magis sudah ada

sejak zaman dahulu. Kemudian, berproses dimana roh-roh diasumsikan dapat

membantu atas dukungan mereka dengan doa dan pengorbanan manusia.

Dengan demikian, praktik tersebut memberikan perubahan yang signifikan,

karena mereka menunjukkan bahwa magis telah diwarnai dan dicampur dengan

agama.91

Oleh karena itu, dengan agama, masyarakat memahami pendamaian atau

konsiliasi kekuasaan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercaya untuk

mengarahkan atau mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.

Kekuatan agama lebih tinggi dari manusia dan berusaha untuk mendamaikan atau

menyenangkan.92

Jiwa-jiwa manusia adalah satu di dalam satu spesies (rumpun

manusia). Namun berbeda-beda jika dilihat dari segi kualitas khususnya jiwa ada

bermacam-macam jenis, dan setiap jenisnya dibedakan oleh suatu kualitas khusus

yang tidak terdapat pada jenis jiwa lainnya. Kualitas-kualitas itu muncul menjadi

89

Peter Connolly, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama, h. 17. 90

Peter Connolly, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama, h. 55. 91

Sir James Frazer, The Golden Bough, h. 51-52. 92

Sir James Frazer, The Golden Bough, h. 54.

Page 87: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

70

suatu watak alami yang eksklusif melekat pada jenis jiwanya tersendiri. Perbedaan

jiwa di atas berdasarkan kualitas, terdapat pada jiwa-jiwa para nabi yang memiliki

pengetahuan rabbani. Begitu pun jiwa-jiwa orang yang mengenakan jimat pun

memiliki kualitas (kemampuan) untuk memberikan pengaruh terhadap manusia.93

Adapaun prinsip-prinsip dari praktik magis; pertama, melakukan

pengaruhnya melalui kekuatan mental tanpa alat ataupun bantuan. Kedua,

melakukan pengaruh magis dengan bantuan watak gambar atau benda. Dan

ketiga, melakukan magis dengan menggunakan kekuatan-kekuatan imajinasi.94

Namun, kekuatan magis dan penggunaan jimat dilarang oleh syari‟at agama

karena mengandung bahaya dan mengharuskan orang-orang mempraktikkannya

untuk menghubungkan dirinya dengan benda-benda selain Allah Swt. seperti

bintang-bintang dan lainnya.95

Sejak zaman masyarakat primitif, memang telah ada dan bersemi

kepercayaan-kepercayaan kepada hal-hal yang aneh, ganjil dan roh-roh, maupun

magis. Setelah agama berkembang, dengan diutusnya para rasul-rasul Allah

Swt. lambat laun umat disetiap zaman berangsur-angsur memisahkan antara

kepercayaan kepada hal yang aneh-aneh dengan agama. Menurut Quraish

Shihab, akibat dari minimnya pemahaman terhadap batas pemisah antara

93

Ibn Khaldun, Muqaddimah, h. 683. 94

Sir James Frazer, The Golden Bough, h. 19 95

Ibn Khaldun, Muqaddimah, h. 683.

Page 88: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

71

agama dan kepercayaan, maka sangat sering terjadi percampuran antara

keduanya, yakni kepercayaan dengan agama.96

96

Najmil Husna, “Wawasan Sihir dalam Tafsir al-Kabīr”, (Tesis S2 Sekolah Pasca

Sarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta, 1427 H/2007 M), h. 84-85. Dikutip dari M. Quraish

Shihab, Yang Tersembunyi, (Jakarta : Lentera Hati, 1999), h. 165.

Page 89: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

72

BAB III

SEJARAH JIMAT MASYARAKAT ADAT WEWENGKON KASEPUHAN

LEBAK BANTEN

Islam masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang-orang yang

berdagang melalui jalur India Indonesia yang disebut Gujarat.1 Menurut

Pijnapel, orang-orang Arab yang bermazhab Syafi‟i yang bermigrasi dan

menetap di wilayah India kemudian membawa Islam ke Indonesia. Hal itu

dibuktikan adanya batu nisan di makam Maulana Malik Ibrahim (w. 1822/1419)

di Gersik Jawa Timur.2

Muslim Indonesia telah terasimilasi oleh budaya gujarat, tasawuf, dan

animisme dan dinamisme masyarakat melayu itu sendiri, kemudian hal itu

tertanam sebagai sebuah komponen integral dalam kehidupan keagamaan dan

spiritual bangsa melayu, Indonesia yang berlanjut hingga hari ini.3 Penulis

berpendapat, sangatlah wajar jika Islam Indonesia mempunyai perbedaan yang

mencolok dengan Islam pada umumnya di dunia. Karena sebagian umat Muslim

di Indonesia masih banyak mempercayai kekuatan gaib yang disebut dengan

mana, yaitu tuah atau sakti.

1 Aceng Abdul Azis Dy dkk, Islam Ahlusunnah Waljama‟ah di Indonesia; Sejarah,

Pemikiran, dan Dinamika Nahdlatul Ulama, (Jakarta: Pustaka Ma‟arif NU, 2006), cet. ke-I, h. 1. 2 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII

dan XVIII (Bandung: Mizan, 1998), cet. ke-4, h. 24. 3 Seyyed Hossein Nasr, ed., Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, terjemahan: M

Solihin Arianto dkk, (Bandung: Mizan, 2003), cet. Ke-I, h. 353.

Page 90: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

73

Dalam masyarakat Indonesia orang masih menghargai barang-barang

yang dianggap sakti dan bertuah, seperti golok wafaq,4 keris, batu cincin, dan

jimat al-Qur‟an. Dengan memakai benda serupa ini, orang menganggap akan

dapat terpelihara dari penyakit, kecelakaan, bencana, dan lain-lain. Hal tersebut

tergantung khasiat pada barang-barang yang mereka anggap mempunyai mana, 5

yaitu kekuatan gaib yang dapat memelihara pemiliknya.

Dengan demikian, disadari atau pun tidak, masyarakat yang mempersepsi

pada benda yang bertuliskan ayat-ayat suci al-Qur‟an telah hadir di tengah-

tengah kehidupan masyarakat. Hal ini, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini,

tentang hiruk pikuk al-Qur‟an yang hidup dalam masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek Lebak Banten yang menggunakan al-Qur‟an sebagai jimat.

A. Sosial Kemasyarakatan Adat Wewengkon Kasepuhan

1. Letak Geografis dan Sejarah Kasepuhan

Warga Kasepuhan yang bertempat tinggal di daerah Lebak (Banten

Selatan) tinggal di sekitar kawasan Gunung Halimun. Mereka berasal dari satu

kesatuan sosial, sejarah, ekonomi, dan budaya yang sama dengan warga

Kasepuhan yang tinggal di kawasan lain, kompleks Gunung Halimun di wilayah

Bogor Selatan dan Sukabumi.6 Di Banten Selatan (Banten Kidul) warga

4 Golok wafaq merupakan golok yang bertuliskan arab dan dianggap mempunyai

kekuatan magis. 5 Mana dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti tuah atau sakti. Lihat, Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya

Jilid I (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), cet. ke-5, h. 4-5. 6 Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak (Rangkasbitung: Pemerintah Daerah

Kabupaten Lebak bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan

Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2006), h. 132.

Page 91: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

74

Kasepuhan yang terdiri dari incu putu (keturunan) bermukim di sekitar

Kecamatan Bayah, Cibeber, dan Cipanas. Di Kecamatan Cibeber antara lain

terkonsentrasi di Kampung Tegal Lumbu, Cicarucub, Cisungsang, Cicemet, dan

Simangalih.

Adapun Kasepuhan yang menetap di perkampungan sekitar Desa

Mekarsari, Simagalih, Sukamulya, Neglasari, Hegarmanah, Warung Banten,

Cihambali, Cikadu, dan Citorek. Sedangkan Kasepuhan di wilayah Kecamatan

Cipanas mereka tinggal menyebar di kampung Gajrug, Sajira, dan Guradog.

Sisanya, Kasepuahan yang tinggal di daerah Bogor Selatan adalah Kasepuhan

kampung Urug, kampung Pabuaran, dan Cipatat Kolot Kecamatan Cigudeg.

Selain itu, Kasepuhan yang bermukim di Sukabumi Selatan, mereka menyebar di

sepanjang sungai Cibareno, Kecamatan Cisolok. Warga Kasepuhan menamakan

diri warga „kasatuan‟ (kesatuan adat) dalam tata cara kehidupan mereka masih

kuat dalam menjalankan tatali paranti karuhun, yaitu masyarakat adat kasepuhan

yang masih memegang teguh dan terikat kuat oleh nilai-nilai dan aturan adat

istiadat tradisional yang diwariskan secara turun temurun.7

Pola perilaku sosial budaya masyarakat adat Kasepuhan hingga kini masih

menunjukkan karakteristik budaya Sunda abad ke-16. Walaupun dalam

beraktivitas mereka tidak menutup diri dalam pergaulan dengan masyarakat Desa

pada umumnya. Sikap terbuka yang ditunjukkan oleh masyarakat Kasepuhan yang

membedakan mereka dengan masyarakat Baduy yang bermukim di sekitar

7 Lukman Hakim, Ed., Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik

(Pandeglang: Banten Heritage, 2006), h. 194.

Page 92: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

75

kawasan Gunung Kendeng yang terletak tidak jauh dari kawasan Gunung

Halimun.8

Dengan demikian, yang menjadi concern dari letak Geografis di atas

adalah masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten. Di mana,

masyarakat Kasepuhan ini terletak di Kecamatan Cibeber dari sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Muncang dan Kecamatan Sobang. Sedangkan

sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayah, sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Panggarangan dan di sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Sukabumi.9 Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak

Banten berjumlah 5 Desa. Keseluruhan Desa tersebut dinamakan „se-

Wewengkon‟ yang terdiri dari Desa Citorek Tengah, Desa Citorek Timur, Desa

Citorek Barat, Desa Citorek Sabrang, dan Desa Citorek Kidul (Ciusul).10

Sedangkan untuk mencapai ke lokasi masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek Lebak Banten dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu

Rangkasbitung ke Citorek melalui Kecamatan Cipanas-Ciparasi Sobang,

kemudian Kecamatan Muncang +/- 50 Km dan berjalan kaki sekitar 12 Km.

Adapun dari sebelah Rangkasbitung-Cikotok-Warung Banten-Citorek Kecamatan

8 Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 133.

9 Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak, Membuka

Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah

Situs Lebak Sibedug (Rangkasbitung: Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata

Kabupaten Lebak, 2004), h. 77. 10

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Cibeber Dalam Angka; Cibeber Subdistrict In

Figures 2016 (Kabupaten Lebak: Badan Pusat Statistik, 2016), h. 5-6.

Page 93: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

76

Cibeber bisa ditempuh melalui Malingping-Bayah sekitar 170 Km dan berjalan

kaki sekitar 12 Km.11

Adapun asal-usul warga Kasepuhan masih memiliki hubungan yang erat

kaitannya dengan Kerajaan Sunda terakhir di Jawa Barat yang berkedudukan di

Bogor. Hal ini ditunjukkan ketika Kerajaan Sunda diserang oleh tentara Banten

pada tahun 1579, banyak anggota kerajaan Prabu Siliwangi melarikan diri ke

sekitar kawasan Gunung Halimun, lereng Gunung Cibodas, dan Gunung Palasari

ke Jasinga (Jayanga) dan Bayah, ke pertapaan Sanghyang Sirah dan Borosngoro12

di Jengkulon (Ujung Kulon), bahkan ada yang bergabung dengan penghuni

parahyang (Baduy) di Pegunungan Kendeng.13

Menurut cerita para “baris kokolot” atau tokoh adat di berbagai tempat di

kalangan warga Kasepuhan, silsilah Kasepuhan Banten Selatan terdiri dari dua,

yaitu Pancer Mandiri dan Pancer Pangawinan. Pancer Mandiri merupakan

keturunan sisa-sisa laskar Cirebon yang tinggal di kawasan Bayah. Salah seorang

pemimpin utamanya bernama “Ama Putra”. Pada waktu Siliwangi akan

ngahyang, ia menitipkan keturunan Pancer Pangawinan kepada Pancer Mandiri.

Perhatikan bagan silsilah Adat Kasepuahan di bawah ini.

11

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak,

Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta

Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug, 78. 12

Ini merupakan salah satu tempat pertama persinggahan dari keturunan Pancer

Pangawinan. 13

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 133-134.

Page 94: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

77

2. Tatanan dan Filosofi Hidup Masyarakat Kasepuhan

Di kalangan masyarakat Kasepuhan Banten Selatan terdapat suatu filosofi

tentang hidup dan kaitannya dengan alam semesta (makrokosmos) sebagai suatu

sistem yang teratur dan seimbang. Alam semesta akan tetap ada selama elemen-

elemennya masih terlihat dan terkontrol oleh hukum keteraturan dan

keseimbangan yang dikendalikan oleh pusat kosmiknya.14

Dalam kehidupan sehari-hari, filosofi tersebut tampak jelas dalam kegiatan

pengelolaan sumber daya alam. Hal ini seperti yang mereka lakukan dalam

14

Lukman Hakim, Ed., Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik, h. 196-

197.

Kasepuhan Adat

Pancer Mandiri Pancer Pangawinan

Ki Demang Haur Tangtu Guru Alas Luminang Kendungan Puun Buluh Panuh

Ki Buyut Mar (dari Guradog ke Lebak Binong)

Nini Buyut Tundasara

?

Kasepuhan Citorek Kasepuhan Bayah Ki Buyut Mas (dari Lebak

Binong ke Cipatat)

Ki Buyut Sak (Ki Buyut

Sukma Sambung Jaya) Ki Buyut Boa Ros (Ki Buyut Sukma Kalang Dewa)

Nini Buyut Kas (Lebak Larang)

Aki Buyut ij

?

Kaepsuhan Cisungsang

Aki Buyut War (dari Cipatat ke Lebak Larang)

Aki Buyut Ros Nini Buyut Sam (Cibeber)

?

Kasepuhan Cicarucub

Genealogi (silsilah) adat Kasepuhan

Banten Selatan

(Sumber: Doc. Pemda Lebak)

Page 95: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

78

mengelola sumber daya hutan dan pertanian, kegiatan ekonomi, kesehatan dan

kehidupan keagamaan berpegang teguh pada tatali paranti karuhun.

Dalam upaya melaksanaka doktrin tatali paranti karuhun di atas,

masyarakat Citorek yang berketurunan pancer pangawinan mengembangkan

ajaran dasar pembinaan moral yang disebut ngaji diri (intropeksi diri) untuk

mencapai kondisi yang seimbang antara makrokosmos dan mikrokosmos. Konsep

ajaran tersebut yang bermakna sebagai mawas diri atau mengintrospeksi kembali

kepada jiwa (muḫasabatul nafsī). Prinsip tersebut dilakukan agar manusia

terhindar dari perbuatan iri dan dengki pada sesama. Dalam istilah kasepuhan

disebut dengan sirik pidik iren panastren.15

Praktik kehidupan masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Citorek

memberikan petuah (al-ḫikmah) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam upaya

melawan sifat sirik pidik iren panastren, dilakukan melalui meditasi (tafaḵur atau

nyepi). Gunanya adalah untuk mencapai ketertiban dan keselarasan dalam

kehidupan sosial di Dunia, sebagai bekal di kemudian hari untuk kehidupan di

Akhirat nanti.

Agar tercapai kehidupan yang selaras, tertib, aman, dan tentram dalam diri

manusia, warga Kasepuhan berpegang pada prinsip ucap jeung lampah yang

berarti antar ucapan dan perbuatan harus seimbang, tidak bertentangan satu sama

lain. Hal ini digambarkan dalam mipit kudu amit, ngala kudu menta, 16

nganggo

15

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 137. 16

mipit kudu amit, ngala kudu menta merupakan setiap kali akan memetik atau menuai

hasil pertanian, warga kasepuhan harus memohon izin kepada para karuhun dengan berpegang

teguh pada tatali paranti karuhun. Do‟a tersebut diucapkan oleh sesepuh sesepuh Girang

Page 96: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

79

kudu suci, dahar kudu halal, kalawan ucap kudu sabenerna,17

mupakat kudu

sarerea, 18

ngahulu ka hukum, nyanghunjar ka nagara.19

Isi dari kesusasteraan

Sunda tersebut merupakan ajaran keagamaan atau etika bermasyarakat atau

tentang hal-hal yang bertalian dengan hidup orang Sunda.20

Kemudian, selain itu, apabila mempunyai tujuan hidup (cita-cita) harus

diimbangi dengan ukuran tertentu, yaitu ukuran posisi tengah. Hal itu tampak dari

berbagai ungkapan seperti hareup bisi tijongklok, tukang teuing bisi tijengkang.21

Sebuah ungkapan yang dimiliki orang Sunda pada masa lampau, seperti

diungkapkan dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian: dahar tamba

lapar, nginum tamba hanaang.22

(Guradog) atau tokoh adat lainnya pada setiap awal kegiatan sosial masyarakat Kasepuhan. Lihat,

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak (Rangkasbitung: Pemerintah Daerah

Kabupaten Lebak bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan

Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2006), h. 138. 17

nganggo kudu suci, dahar kudu halal, kalawan ucap kudu sabenerna merupakan dalam

setiap tingkah laku seahri-hari, masyarakat Kasepuhan harus jujur, dan bentuk apapun yang

mereka peroleh harus dibenarkan oleh aturan adat serta dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Kasepuhan tidak diperkenankan untuk berbuat bohong, berbicara apa adanya. Lihat, Nina Herlina

Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 138. 18

mupakat kudu sarerea, ngahulu ka hukum, nyanghunjar ka nagara adalah dalam setiap

musyawarah, baik resmi atau pun tidak harus berdasarkan keputusan bersama. Hal ini ditunjukan

oleh semua masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten dalam pembangunan

rumah, semuanya menghadap ke Timur dan Barat. Referensi ini didapat ketika wawancara dengan

tokoh agama, yaitu Rustandi, warga Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah Lebak-Banten, 29

Maret 2017. 19

ngahulu ka hukum, nyanghunjar ka nagara adalah dalam kehidupan sehari-hari,

masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten harus taat dan berpedoman pada

hukum yang berlaku dan berlindung pada hukum Negara. Lihat, Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah

Kabupaten Lebak, h. 139. 20

Ajip Rosidi, Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan, (Jakarta: Pustaka

Jaya, 1995), h. 378.

21 hareup bisi tijongklok, tukang teuing bisi tijengkang bermakna terlalu depan bisa

tersungkur, terlalu belakang bisa tertelentang. Lihat, Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten

Lebak (Rangkasbitung: Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak bekerja sama dengan Pusat

Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2006),

h. 139. 22

Sanghyang Siksakandang Karesian: dahar tamba lapar, nginum tamba hanaang adalah

ajaran masyarakat Kasepuhan dalam hal terkecil pun seperti makan harus seimbang, yaitu makan

Page 97: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

80

Filosofi kehidupan yang dijadikan konsep dasar ideal masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten merupakan prinsip moral dalam

kehidupan sehari-hari, agar tercipta masyarakat Kasepuahan yang selaras, tertib,

aman, tentram, dan bersahabat dengan alam. Sebagaimana yang diajarkan oleh

tatali paranti karuhun. Sebaliknya, apabila dalam setiap langkah kehidupan tidak

sesuai dengan tatali paranti karuhun akan mendatangkan bencana (kabendoan).

Adapun dalam perspektif sistem pemerintahan masyarakat Kasepuhan

mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional dan sistem adat. Sistem

nasional mengacu pada aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan

sistem adat mengacu pada adat istiadat Kasepuhan. Kedua sistem tersebut

disatupadukan atau berasimilasi sedemikian rupa agar tidak berbenturan satu sama

lain. Secara nasional, masyarakat Kasepuhan dipimpin oleh Kepala Desa yang

kedudukannya di bawah Camat, dan dalam sistem adat ia tunduk kepada kaolotan

atau adat Kasepuhan.23

Akan tetapi, Kepala Desa atau lurah masyarakat Kasepuhan menyebutnya

dengan istilah Jaro/kajaroan.24

Term tersebut sudah populer dan dikenal hampir di

sekedar menghilangkan rasa lapar, dan minum pun hanya sekedar menghilangkan rasa haus. Lihat,

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 139. 23

Olot adalah pemimpin yang menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan

masyarakat. Olot ditetapkan berdasarkan garis keturunan langsung (putra) dari olot terdahulu

melalui wangsit yang diperoleh dari sesepuh. Selain itu, ia juga harus berwibawa dan menjalani

berbagai ritual semedi (bermeditasi) dan tidak boleh melanggar aturan adat yang ditetapkan tatali

paranti karuhun. Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 145. 24

Menurut HMA, Tihami Jaro berasal dari bahasa Arab yaitu al-Jaru yang artinya

tetangga. Kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi Jaro. Term Jaro merupakan

mengadaptasi aspek semantik, kemudian terbentuknya entitas Kajaroan dimulai dari keberadaan

pemukiman/rumah tempat tinggal satu keluarga. Pemukiman ini, secara alamiah kemudian

bertumbuh-kembang dengan melahirkan tetangga-tetanga (al-Jaru). Di dalam pemukiman

ketetanggaan yang terus bertumbuh dan semakin banyak jumlahnya itu kemudian lahir sistem

pengetahuan bersama yang mengatur penyelenggaraan tata kehidupan masyarakat yang disebut

Page 98: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

81

seluruh wilayah Banten sampai hari ini. Kecuali di beberapa daerah di sekitar

Kabupaten Tangerang, dimana istilah Jaro dipergunakan untuk menyebut Kepala

Kampung/RW maupun RT.25

Di tanah kajaroan terdapat beberapa bentuk kearifan lokal, di antaranya;

Pengelolaan sawah tangtu, tradisi kuriak atau babad jalan (gotong royong),

kewajiban bayar pancen sehabis panen satu tahun satu kali, pengelolaan leuit

Kasepuhan, dan tradisi liliuran (saling membantu satu sama lain).26

Adapun struktur Pemerintahan Kasepuhan terdiri dari olot yang sejajar

dengan Bupati. Akan tetapi, garis atau hubungannya tidak langsung. Di dalam

praktik pelaksanaannya dunia kaolotan atau Kasepuhan dibantu langsung oleh

sekretaris dan penasihat, serta sejumlah sesepuh adat lainnya disebut Rendangan.

Tugas sehari-harinya, Kasepuhan dibantu oleh pangampih (dukun), bengkong

(juru khitan), amil (pengurus keagamaan), paraji (dukun persalinan dan pranata

yang menyertainya), dan panday (pengurus pertanian dan peralatannnya). Selain

itu, olot juga dibantu oleh olot lembur (wilayah) yang berperan sebagai

perwakilan langsung olot di setiap wilayah.27

dengan pemimpin, yaitu Jaro. Lihat, Agus Sutisna, Revitalisasi Kajaroan; Jalan Alternatif Menuju

Otonomi Desa di Banten (Rangkasbitung Banten: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashiro Rangkasbitung, 2003), h. 27-28. 25

Agus Sutisna, Revitalisasi Kajaroan; Jalan Alternatif Menuju Otonomi Desa di Banten,

h. 3. 26

Wawancara dengan Mulyadi Sugiansar, tokoh budayawan adat wewengkon Kasepuhan

Citorek pada tanggal 19 April 2017. 27

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 146.

Page 99: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

82

3. Tradisi Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

a. Tradisi Lokal

Mata pencaharian mayoritas masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak Banten dalam bidang pertanian. Hal ini sudah dilansir oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lebak pada Tahun 2016 dimana masyarakat

Adat Kasepuhan Citorek Tengah memiliki lahan panen padi seluas 307,0 Ha,

Citorek Timur 145,0 Ha, Citorek Kidul 218,0 Ha, Citorek Barat 320,0 Ha, dan

Citorek Sabrang 347,0 Ha. Dalam satu kali panen (satu tahun satu kali)

masyarakat Adat Kasepuhan Citorek Tengah berproduksi 1.627 Ton, Citorek

Timur 783 Ton, Citorek Kidul 1.199 Ton, Citorek Barat 1.760 Ton, dan Citorek

Sabrang 1.672 Ton.28

Sehingga, kegiatan sosial di atas yang menjadikan tali ikatan bagi

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten bagi mereka

dimana pun berada adalah upacara Seren Tahun.29

Budaya tersebut warisan dari

zaman kerajaan Sunda dan terus bertahan hingga kini.30

Hal itu dilakukan karena

rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt. hasil panen yang

dilaksanakan pada tahun terdahulu, disertai harapan agar tahun selanjutnya

kehidupan pertanian akan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

28

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Cibeber Dalam Angka; Cibeber Subdistrict In

Figures 2016 (Kabupaten Lebak: Badan Pusat Statistik, 2016), h. 67-68. 29

Seren Tahun merupakan upacara ritual sedekah bumi dilaksanakan setiap tahun setelah

panen padi usai. Kegiatan ini menggambarkan ucapan syukur masyarakat kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas rezeki yang telah diberikan dengan selametan. Upacara adat ini langsung dipimpin

oleh Kasepuahan Pusat. Pada upacara adat tersebut biasanya hadir semua sanak family dari

berbagai daerah dan kota, sehingga suasananya sangat meriah dan ramai. Lihat, Lukman Hakim,

Ed., Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik (Pandeglang: Banten Heritage,

2006), h. 197. 30

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak, h. 139-140.

Page 100: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

83

Dalam prosesi kegiatan pertanian khususnya tanaman padi melalui upacara

adat ke dalam beberapa tahap, yaitu nandur, upacara selamatan awal menanam

padi (dari mulai padi disemaikan), salametan mapag pare beukah, yaitu upacara

selamatan padi mulai berisi atau mulai berbuah, salamet mipit pare, yaitu upacara

selamatan memetik padi, salametan nganyaran, yaitu upacara selamatan makan

padi baru, dan seren tahun, yaitu upaca rasa syukur yang dilakukan Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten atas hasil panen yang telah didapat

dan diiringi dengan menampilkan berbagai macam kesenian daerah.31

Sebelum bercocok tanam padi (nandur) di atas, masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek bercocok tanam padi di daratan terlebih dahulu,

yang disebut ngahuma. Ketika masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan hendak

melakukan nandur, pusat Kasepuhan menginstruksikan agar pelaksanaannya tidak

random, melainkan harus bersama-sama seluruh incu putu Wewengkon Citorek.

Kemudian, apabila setelah padi merunduk dan berisi. Tata cara

pengambilan padi di sawah harus diawali dengan sawah tangtu32

terlebih dahulu.

Selain itu, Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek memerintahkan agar

melaksanakan nandur (menanam padi) atau pun salamet mipit pare (menjelang

panen padi) harus bersama-sama dan pelaksanaannya satu tahun sekali

mempunyai makna filosofis, yaitu memutus mata rantai generasi hama seperti

31

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak,

Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta

Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug (Rangkasbitung: Dinas Informasi, Komunikasi, Seni

Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak, 2004), h. 84. 32

sawah tangtu adalah sawah milik adat Kasepuhan yang dikerjakannya secara gotong

royong oleh semua incu putu, masyarakat adat wewengkon Citorek. Hasil wawancara dengan

Budayawan Citorek, Mulyadi Sugiansar pada tanggal 19 April 2017 pukul 13.54 WIB.

Page 101: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

84

tikus maupun burung, karena letak pertanian Wewengkon Citorek dikelilingi

hutan rimba.33

Menurut Jaro Jajang, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek mempunyai makna yang sama dengan nilai-nilai

Islam. Salah satunya adalah pelaksanaan panen padi yang diselenggarakan satu

tahun secara gotong royong, seren tahun yang diselenggarakan di pusat Adat

Wewengkon Kasepuhan dan semua incu putu ikut serta menyukseskan dalam

prosesi tersebut, serta kuriak (gotong royong) dalam memberesihkan jalan

mempunyai makna persatuan dan kesatuan. Sebagaimana firman Allah Swt. “Dan

berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah

bercerai-berai.”34

Dalam perspektif kaolotan Kampung Babakan Cicurug Kasepuhan Citorek

Tengah, menurut olot Sariman tradisi masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek mulai dari mula sara tutup bulan sani tahun, yaitu mengadakan ziarah

kubur akbar seluruh masyarakat Adat Wewengkon untuk mendoakan orang-orang

yang telah wafat. Selain itu, sebelum acara seren tahun ditentutakan jatuh pada

tanggal berapa? Semua pengurus Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Terlebih

dahulu mengadakan beberes yaitu musyawarah mufakat dalam menentukan acara

tersebut.

33

Hasil wawancara dengan Budayawan Citorek, Mulyadi Sugiansar pada tanggal 19

April 2017 pukul 13.54 WIB. 34

Lihat, Qs. „Ali-Imrān: 103. Hasil wawancara dengan pengurus AMAN (Aliansi

Masyarakat Adat Nusantara), Jaro Jajang pada tanggal 21 April 2017 pukul 14.11 WIB.

Page 102: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

85

Pada prosesi acara ini, semua sanak family dimana pun berada baik di kota

maupun di luar kota pulang ke kampung halaman (nyaba). Istilah tersebut dalam

pandangan dunia adat Kasepuhan disebut balik tahun, layaknya seperti pulang

kampung pada saat Bulan Puasa menjelang hari raya umat Islam yang jatuh pada

tanggal 1 Syawal, yaitu Idul Fitri.35

Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek mempunyai tradisi yang

hampir sama dengan wilayah masyarakat adat Kasepuhan Banten Selatan, yaitu

dalam setiap tahunnya dilaksanakan nyawah (bercocok tanam/pertanian), ternak

ikan mas, kemudian ditutup dengan syukuran geude (selamatan akbar) yang

diselenggarakan di pusat Kasepuhan Citorek, yaitu di Rumah Timur (Pusat

Kasepuhan Citorek).

Selain itu, di tengah-tengah seren tahun dilaksanaan khitanan masal yang

disebut heularan. Hal ini tergantung masyarakatnya yang meminta kepada tokoh

Kasepuhan. Dalam heularan terdapat tradisi yang unik, salah satunya adalah

menghantarkan anak-anak yang dikhitan secara beriring-iringan menggunakan

35

Hasil wawancara dengan Tokoh Kasepuhan Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek

Tengah, Olot Sariman pada tanggal 19 April 2017 pukul 19.02 WIB.

Gambar III.1 Ziarah

bersama adat Kasepuhan

Citorek dari kejauhan

pada saat prosesi seren

tahun.

(Sumber:

https://www.google.com/

search?q=rumah+adat+

citorek diakses pada tgl 7

Mei 2017).

Page 103: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

86

mobil-mobilan, kapal-kapalan, yang didesain dari bambu dan kertas berwarna.

Kemudian diiringi ujung (berperang dengan menggunakan rotan), dan tari-tarian

khas Sunda.36

b. Tradisi Keagamaan

Tradisi keagamaan yang biasa dilakukan incu putu masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek, yaitu Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI)

seperti awal Muharam (Tahun baru Islam), 10 Muharam (Hari asyura), 12 Rabiul

Awal (hari lahirnya Rasulullah Saw), 27 Rajab (hari isra‟ mi‟raj), 15 Sya‟ban

(hari pintu rahmat), 17 Ramdhan (hari turunnya al-Qur‟an), 1 Syawal (hari raya

idul fitri), dan 10 Zulhijah (idul adha). Hari-hari itu dilakukan berkesinambungan

dari tahun ke tahun.37

Pada 12 Rabiul Awal, hari lairnya nabi Muhammad Saw. masyarakat

Wewengkon Citorek mengadakan upacara ngasahkeun pakaks (mempertajam

36

Hasil wawancara dengan Jaro (Kepala Desa) Citorek Sabrang, Asid Rosidin pada

tanggal 22 April 2017 pukul 09.34 WIB. 37

Wawancara dengan santri kolot Majlis Ta‟lim Nurul Iman Kampung Babakan Cicurug,

Suryadinata pada tanggal 19 April 2017 pukul 17.41.

Gambar III.2 Ngarengkong

(mengarak padi) pada saat

prosesi seren tahun

(Sumber:

https://www.google.com/search

?q=rumah+adat+citorek

diakses pada tgl 7 Mei 2017).

Page 104: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

87

kembali) bagi adat Kasepuhan. Selain itu, pada bulan ini masyarakat Citorek

meyakini bulan silih mulud adalah bulan keramat, sehingga seluruh santri se-

Wewengkon Citorek melakukan puasa sesuai tujuannya masing-masing.38

Selain itu, pada tanggal 27 Rajab, hari isra‟ mi‟raj di tiap-tiap kampung

Wewengkon Citorek mengadakan cermahan (siraman rohani) yang disampaikan

anak-anak berusia 5-15 tahun. Kemudian, apabila seluruh rangkaian acara siraman

rohani sudah selesai, maka seluruh masyarakat Adat Wewengkon Wewengkon

Citorek mengadakan ngariung gedena, berdoa bersama di Masjid disertai makan

tumpeng bersama.39

c. Tradisi Keseharian Anak-anak Kasepuhan

Dalam keseharian anak-anak Wewengkon Citorek, terdapat tradisi yang

berbeda dengan keseharian anak-anak yang bermukim di Kota. Kegiatan

kesehariannya setelah pulang dari Sekolah, anak-anak Wewengkon Citorek

melakukan kegiatan yang bermanfaat,40

seperti naheun corak,41

naheun sosog,42

38

Wawancara dengan tokoh agama masyarakat adat Kasepuhan Desa Citorek Timur,

K.H. Mahmud pada tanggal 21 April 2017 pukul 10.04.

39 Wawancara dengan tokoh agama Citorek Kidul, Ust. Mukhtar al Khoiri pada tanggal

23 April pukul 11.12 WIB. 40

Wawancara dengan budayawan masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Tengah, Mulyadi Sugiansar pada tanggal 19 April 2017 pukul 13.54 atau dapat diakses pada

http://puseurcitorek.blogspot.co.id/2013/02/tradisi-dalam-keseharian-anak-anak.html 41

Naheun corak adalah adalah sejenis alat untuk menangkap belut di pesawahan. Corak

terbuat dari bahan bambu. 42

Naheun sosog adalah Sosog terbuat dari bambu yang cukup besar dengan rata-rata

ukuran 10 dia meter. Pada saat prosesnya bagian ujung sosog akan dibelah-belah kecil secukupnya

lalu dianyam dengan menggunakan tali (ikatan) dari bahan bamboo. Sosog biasanya di pasang

pada sore hari dan akan diambil/diangkat pada pagi harinya untuk mengambil ikan yang sudah

terperangkap dalam sosog. Sosog ini di pasang pada kokocor sawah ( saluran pengairan antar

sawah).

Page 105: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

88

naheun badodon,43

ngaregreg,44

berok lauk/rangkeng,45

nimpug batu,46

ngusep

belut,47

Ngendokeun Lauk,48 Manyer Kolecer (Kincir),49

Susumputan (Petak

Umpet),50

dan ngalasan ngahumut.51

43

Naheun bododon adalah jenis alat penangkap ikan yang khusus di pasang di sungai-

sungai yang cukup besar dan deras. 44

Ngaregreg adalah salah satu teknik pengambilan ikan disungai-sungai terutama pada

bagdan sungai yang dianggap banyak ikannya dan tidak berarus air deras. 45

Berok ikan/rangkeng adalah tradisi bermain anak-anak di sungai sambil memelihara

ikan di tempat penangkaran ikan. 46

Nimpug batu adalah memukul batu dengan batu yang lain di pinggiran sungai,

kemudian ikan pun mudah ditangkap. 47

Ngusep belut adalah menangkap ikan belut (memancing) di pematangan sawah

(galengan). 48

Ngendokeun Lauk merupakan mengawinkan ikan sebagai teknik pengembangbiakan.

Tradisi ngendogkeun (mengawinkan) induk betina dan induk jantan dalam masyarakat Citorek

sudah menjadi suatu tradisi yang dilakukan oleh semua masyarakat dalam sistem pertaniannya.

Hal ini semata-mata sebagai bentuk swadaya ikan dan pengembangan ikan emas terutama, yang

dapat mencukupi kebutuhan lauk pauk dalam kehidupan sehari-hari. 49

Tradisi Permainan Kolecer (kincir) ini merupakan sebuah tradisi yang dapat

dikategorikan sudah sejak lama ada dan tidak dapat diketahui kapan munculnya tradisi tersebut.

Hal yang paling umum dalam tradisi ini adalah adanya suara kolecer (kincir) yang bersuara

bermacam-macam. Ada sebuah istilah bahwa suara kolcer itu sangat Indah, sebab ada suara

nyeguknya.Bentuk fisik kolecer tersebut sebenarnya sangat sederhana, namun pada dasarnya sulit

dalam proses pembuatannya. Kerumitannya yang paling urgen adalah prinsip keseimbangan dalam

membuat bentuk kolecer/kincir itu sendiri. Bahan yang digunakan biasanya dapat dari bahan kayu

dan dapat pula menggunakan bambu. Yang paling umum adalah penggunaan bahan kolecer /

kincir dari kayu (pohon). Masyarakat penggemar kolecer biasanya dari semua usia mulai dari

anak-anak hingga orangtua. Anak-anak biasanya menggunakan kolecer yang dibuat dari bahan

bambu, sedangkan kolecer yang dibuat dari bahan kayu/pohon bisanya digunakan oleh orangtua.

Dalam hal ini dapat dimaklumi, karena memang sesuai dengan tingkat kesulitan dan kerumitannya

dalam proses pembuatannya. Hingga saat ini tradisi manyer kolecer masih bertahan dan masih

digandrungi oleh semua kalangan di tengah masyarakat Wewengkon Citorek. Istilah manyer

kolecer adalah sebagaimana bentuk fisiknya, kolecer yang sudah dibuat akan dipasang di atas tiang

yang dibuat dari potongan batang bambu. Intinya pamanyer (tiang Pemancang) dalam bahasa

Indonesia biasa disebut tiang Kolecer (tiang kincir). 50

Susumputan merupakan permainan yang tidak jauh beda dengan daerah lainnya di

masyarakat suku Sunda. Permainan petak umpet ini dibagi menjadi dua kelompok. Dari masing-

masing kelompok biasanya terdiri dari beberapa orang. Sebelum petak umpet dilakukan maka

terlebih dahulu diadakan kesepakatan antar kelompok mengenai aturan permainan. Konsepnya

dalah satu kelompok akan bersembunyi dan tiap anggota bersembunyi secara menyebar. Jika

tempat perembunyiannya telah diketemukan dan seluruh anggota telah diketemukan pula, maka

selanjutnya dalah giliran kelompok berikutnya untuk bersembunyi. Begitulah selanjutnya

permainaan tersebut dilaukan. 51

Ngalasan humut adalah mengambil sebagian pohon yang dapat atau bisa dimakan serta

tidak berbahaya bagi kesehatan dan tubuh manusia. Biasanya tradisi ini dapat digolongkan sebagai

sebuah tradisi yang musiman, mengingat kebanyakan masayarakat pelakuknya melakukan

kegiatan ngalasan humut ini adalah pada waktu-waktu tertentu saja. Waktu yang biasanya dipilih

sebagai waktu yang tepat untuk ngalasan humut adalah pada saat bulan Ramadhan.

Page 106: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

89

B. Aspek Sejarah Kepercayaan Masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek Terhadap Jimat

Berdasarkan sejarah kepercayaan masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek terhadap jimat dapat dibagi ke dalam dua periodisasi, yaitu pra

Islam52

dan pasca Islam.53

Sebelum masuknya agama Islam ke Wewengkon

Citorek, incu putu masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek mempunyai

latar belakang kepercayaan pada tatali paranti kolot baheula/karuhun,54

seperti

percaya pada ucapan kokolot baheula (tokoh Kasepuhan masa lampau) berupa

sawangan/siloka/uga/wangsit (prediksi) yang akan terjadi pada masa yang akan

datang baik berupa bencana maupun kemuliaan terhadap incu putu masyarakat

Kasepuhan, contohnya adalah:

“Kasepuhan baheula mah bisa nyawang anu bakal

datang. Contona engke mah bakal datang hiji zaman

jalema anu make sapatu ka leweung-leweung seperti lir

ibarat ayakan jeung jaga mah di wewengkon Kasepuhan

loba Emas gulundungan.”

52

Pra Islam di sini maksudnya agama yang dianut masyarakat Kasepuhan dari sisa-sisa

keturunan Pancer Pangawinan yaitu kerajaan Sunda, yaitu keturunan Prabu Siliwangi. Bahkan

sejarah mencatat bahwa Prabu Siliwangi merupakan pemeluk agama Islam. Oleh sebab itulah,

sampai saat ini mayoritas incu putu masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek pemeluk

agama Islam. Akan tetapi, dalam bentuk praktik keagamaannya termasuk Islam Sunda Wiwitan,

yaitu mencampurkan antar budaya dan agama. Selain itu, dari segi pembacaan ayat-ayat suci al-

Qur‟annya pun tidak sesuai dengan teks Arab (al-Qur‟an), contohnya adalah

“Bismillahirakmanhirakim” dan “Akaduhalah laailaah hilowlah wastaduana mukamad

rasululah”. Wawancara dengan tokoh Adat Kasepuhan Wewengkon Desa Citorek Barat, Olot

Umar pada tanggal 20 April 2017. 53

Pasca Islam di sini maksudnya, agama Islam incu putu (keturunan) masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten disempurnakan kembali, setelah para santri

(pelajar) Citorek kembali ke Wewengkon Kasepuhan Citorek setelah belajar di Pondok Salafiyah

luar Wewengkon Citorek pada tahun 1960-1970. Mereka membenarkan syahadat shalawat

maupun bacaan ayat-ayat suci al-Qur‟an. Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Sabrang, K.H. Rumdani pada tanggal 22 April 2017.

54 Tatali paranti kolot baheula/karuhun adalah masyarakat adat Kasepuhan yang masih

memegang teguh dan terikat kuat oleh nilai-nilai dan aturan adat istiadat tradisional yang

diwariskan secara turun temurun. Lihat, Lukman Hakim, Ed., Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam

Perjalanan Jurnalistik (Pandeglang: Banten Heritage, 2006), h. 194.

Page 107: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

90

Ucapan Kasepuhan pada masa lampau di atas, masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek masa kini sudah melewati zaman tersebut. Era

masa kini atau abad ke-21 banyak laki-laki maupun perempuan mengenakan

sepatu ketika hendak beraktivitas ke sawah maupun ke huma (perkebunan), yang

sebelumnya tidak pernah mengenal dan tidak mempraktikkan ucapan kolot

baheula itu. Selain itu, sawangan kolot baheula di atas sudah dialami masyarakat

Wewengkon ketika pada tahun 2011-2013 masyarakat Adat Kasepuhan Citorek

mencapai puncak perekonomian dalam bidang pertambangan emas atau istilah

Kasepuhan masa lampau disebut Emas Gulundungan.55

Tidak hanya itu, kepercayaan mereka pada tatali paranti kolot

baheula/karuhun pun berupa benda-benda yang mereka anggap jimat bertuah

diturunkan oleh tokoh adat Kasepuhan kepada pengurus Kasepuhan sesudahnya

secara turun-temurun seperti hihid,56

dulang,57

pangarih,58

golok, keris, tombak,

pisau, batu-batu yang unik yang mempunyai kekuatan magis. Mayoritas barang-

barang yang diwariskan Kasepuhan berbentuk barang yang erat kaitannya dengan

perlengkapan keluarga maupun tata cara bercocok tanam padi di sawah maupun di

huma.

55

Hasil wawancara dengan Jaro Citorek Sabrang, Asid Rosidin pada tanggal 22 April

2017 pukul 09.34 WIB. 56

Hihid adalah benda berupa kipas yang terbuat dari bambu berfungsi sebagai pendingin

beras yang sudah dimasak atau nasi ketika hendak sebelum dimakan. Hasil wawancara dengan

Jaro Citorek Sabran, Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017 pukul 09.34 WIB. 57

Dulang merupakan benda yang berbentuk seperti nampan yang biasanya berbibir pada

tepinya dan berkaki, dibuat dari kayu. Lihat, Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Offline Versi 1.1 (Jakarta: Freeware, 2010) atau dapat diakses di http://ebsoft.web.id 58

Pangarih adalah suatu benda seperti (centong) cedok yg bertangkai seperti gayung

yang terbuat dari kayu yang ukurannya lebih besar dari centong. Hasil wawancara dengan Jaro

Citorek Sabrang, Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017 pukul 09.34 WIB.

Page 108: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

91

Padahal, masyarakat umum pun memiliki barang-barang yang serupa

dengan pengurus Adat Kasepuhan di atas, akan tetapi barang-barang itu berbeda

cara mendapatkannya. Masyarakat umum Adat Wewengkon Kasepuhan

mendapatkannya melalui jual beli, tetapi berbeda halnya dengan pengurus adat

Kasepuhan yang diwariskan secara langsung turun-temurun dari generasi ke

generasi.59

Selain itu, jimat yang berkembang pada masa pra Islam di masyarakat

Wewengkon Kasepuhan Citorek, yaitu berupa mantra (jangjawokan),60

kemenyan,61

panglai,62

dan sepaheun.63

Jimat ini berkembang secara signifikan

pada masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek hingga masyarakat

kontemporer. Bahkan, jimat-jimat di atas masuk ke dalam kategori jimat asli

(original) yang berasal dari Wewengkon Kasepuhan yang pertama atau jimat

59

Wawancara dengan tokoh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Jaro Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017. 60

Mantra (jangjawokan) berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata,

yaitu kata „man‟ yang berarti pikiran dan „tra‟ yang bermakna penyampaian. Mantra dapat

diartikan sebagai media penyampaian formula-formula mental ke dalam pikiran. Namun, dalam

praktikkanya jangjawokan atau pun mantra dapat dipergunakan dalam bentuk positif maupun

negatif. Lihat, Ayatullah Humaeni, “Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam Mantra

Masyarakat Muslim Banten”, el Harakah Volume 16, Nomor 1 Tahun 2014: h. 57-58.

61 Kemenyan adalah suatu benda yang berbentuk seperti gambir maupun kapulaga yang

harum baunya ketika dibakar di dalam dupa yang terbuat dari tumbuhan. Kemenyan merupakan

suatu benda yang dapat diisi dengan kekuatan magis sesuai tujuan atau hajat tertentu mapun

dipraktikkan dalam prosesi upacara selametan adat maupun agama. Wawancra dengan masyarakat

Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Barat, Rohendi pada tanggal 20 April 2017. 62

Panglai merupakan tumbuhan yang masuk dalam kategori temu, yaitu tumbuh-

tumbuhan yang umbinya dapat digunakan sebagai ramuan obat. Panglai digunakan sebagai benda

yang dapat diisi dengan mantra atau jangjawokan ketika prosesi penyembuhan penyakit atau pun

jimat. Wawancra dengan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Barat, Rohendi

pada tanggal 20 April 2017. 63

Sepaheun merupakan berupa peralatan terdiri dari daun sirih (sereuh), biji pinang,

gambir, bako, dan kapur yang sudah diendapkan untuk ramuan makan sirih (dicampur dengan

gambir, kapulaga (panglai), dan cengkih) yang mereka anggap berupa jimat ketika hendak

melakukan prosesi upacara tradisi adat Kasepuhan maupun hajat tertentu secara khusus.

Wawancara dengan tokoh adat Kasepuhan Wewengkon Adat Kasepuhan Desa Citorek Tengah,

Olot Sariman pada tanggal tanggal 19 April 2017.

Page 109: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

92

pertama kali masuk ke pemukiman wilayah masyarakat Wewengkon Kasepuhan

Citorek sudah ada sejak nenek moyang bermukim di dataran kaki Gunung

Halimun, yaitu Wewengkon Citorek.64

Dengan demikian, jimat dalam bentuk benda seperti tombak, golok, pisau,

bambu runcing, dan keris bermunculan dengan sendirinya ketika zaman

Kasepuhan masa lampau, guna melawan kolonialisme dan imperialisme bangsa

Kompeuni (Belanda), “Eta ceuk kecap kolot baheula,”65

kata tokoh masyarakat

Desa Citorek Timur Bapak Dewi, Subri.66

Peninggalan sejarah yang masih

tampak sampai sekarang adalah berupa harta warisan dari Kasepuhan zaman

dahulu untuk incu putu masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek seperti

bale (mushalla), gardu (Pos Keamanan), dan lisung (tempat proses pengolahan

padi menjadi beras secara tradisional).

Namun, ketika hiruk pikuk masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak-Banten memasuki tahun 1 60-1 70 (Pasca Islam penyempurnaan

pemahaman syahadat maupun shalawat serta bacaan al-Qur‟an), bermunculan

pemahaman-pemahaman baru mengenai jimat yang berasal dari ayat-ayat tertentu

64

Dians Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lebak,

Membuka Tabir Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta Peninggalan Sejarah

Situs Lebak Sibedug (Rangkasbitung: Dians Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Pariwisata

Kabupaten Lebak, 2004), h. 101-102. 65

Eta ceuk kecap kolot baheula merupakan ucapan Kasepuhan pada masa lampau ketika

melwan penjajah baik pada masa Belanda maupun pada masa pemberontakan (goromolan).

Wawancara dengan tokoh masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Timur, Subri

(Bapak Dewi) pada tanggal 21 April 2017. 66

Semua masyarakat wewengkon Citorek memanggilnya adalah Bapak Dewi. Sapaan ini

saking karismanya seorang tokoh di mata masyarakat. Bahkan banyak masyarakat wewengkon

Kasepuhan berbisik-bisik bahwa rumah Bapak Dewi tidak dilahap si Jago Merah, akan tetapi

semua rumah warga Desa Citorek Timur habis terbakar pada saat tahun 2000 silam. Wawancara

dengan tokoh masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Timur, Subri (Bapak Dewi)

pada tanggal 21 April 2017 pukul 13.17 WIB.

Page 110: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

93

maupun surat-surat tertentu yang disebarluaskan oleh santri (pelajar) pondok

tradisional Citorek yang belajar di luar Wewengkon. Mayoritas masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek menyebutkan jimat yang terambil dari ayat-ayat

dalam al-Qur‟an disebut wafaq.67

Menurut tokoh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Jaro Asid Rosidin, munculnya pemahaman baru pada jimat disebabkan

karena latar belakang masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak-

Banten berasal dari keturunan Raja Prabu Siliwangi. Hal ini dapat dilihat dalam

pengamalan masyarakat dalam mempraktikkan jimat yang berbentuk al-Qur‟an

berupa wafaq sebagai cukang lantaran (perantara) yang mereka dapatkan dari

tokoh agama di lingkungan sekitarnya. Benda magis ini dijadikan sebagai jalan

(sebab/syariat) dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.68

Menurutnya, mayoritas masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

mengenakan jimat al-Qur‟an ketika dihadapkan pada permasalahan tertentu,

karena di dalam jimat itu terdapat sebuah doa yang memediasi antara manusia

dengan Allah Swt. melalui lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟an. Hal ini mereka yakini dapat

mengurangi beban kehidupan, bahkan hingga dapat menambah keberkahan dan

kemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.

67

Wafaq berasal dari kata al-aufāq yang artinya adalah cukup. Wafaq merupakan salah

satu sarana ataupun media yang biasa digunakan oleh para pengguna, seperti jawara, pedagang,

politisi, dan lain sebagainya dalam mengolah kekuatan ilmu magis. Adapun kegunaannya

bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan, agar memiliki karisma atau wibawa (pangabaran)

yang tinggi, pengasihan, tidak mempan dibacok, kebal, bahkan sebagai media dalam menarik

keuntungan dalam berbisnis dan kontestasi politik. Lihat, Fahmi Irfani, Jawara Banten; Sebuah

Kajian Sosial, Politik dan Budaya, h. 69-70. 68

Wawancara dengan kepala desa/Jaro Citorek Sabrang, Asid Rosidin pada tanggal 22

April 2017 pukul 09.34 WIB.

Page 111: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

94

Menurut Jaro Citorek Sabrang, Asid Rosidin, atas pemaknaan yang

dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Citorek terhadap kekuatan magis

khadam al-Qur‟an dalam bentuk jimat merupakan sebuah implementasi dari

penghormatan seorang hamba kepada wahyu Tuhan Yang Maha Esa (al-Qur‟an).

“Saking hormatna kana kagungan ayat-ayat suci al-Qur‟an, sahingga

ngayakinken yen Allah swt. nurunkeun keberkahan sareng manfaat kana eta

wafaq.”69

Praktik yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Citorek di atas, Jaro

Asid Rosidin berkeyakinan bahwa praktik keagamaan yang dilakukan masyarakat

Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek dalam meyakini jimat al-Qur‟an sedikit pun

tidak mempercayai pada barang-barangnya yang mengarah pada kemusyrikan,

melainkan jimat al-Qur‟an sekedar mediator yang mempunyai tuah atau manfaat,

karena dari barang-barang tersebut ada yang membuatnya langsung, yaitu wahyu

langsung dari Tuhan.

Sejarah kepercayaan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

percaya pada hal-hal yang bersifat magis (jimat), seperti prediksi kaolotan (tokoh

Kasepuhan) terhadap kejadian yang akan terjadi pada zaman yang akan datang,

jimat al-Qur‟an atau wafaq, sepaheun, panglai, kemenyan, jajangwokan (mantra),

69

Saking hormatna kana kagungan ayat-ayat suci al-Qur‟an, sahingga ngayakinken yen

Allah swt. nurunkeun keberkahan sareng manfaat kana eta wafaq merupakan penghormatan

seorang hamba atas keagungan al-Qur‟an, sehingga atas penghormatan tersebut muncul suatu

pengkultusan pada al-Qur‟an yang dapat mendatangkan keberkahan dan manfaat. Wawancara

dengan kepala desa/Jaro Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Sabrang, Asid Rosidin pada

tanggal 22 April 2017.

Page 112: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

95

dan barang-barang antik yang berasal dari tokoh adat Kasepuhan sediakala

maupun tokoh agama sudah menjadi tradisi turun-menurun.70

Hal ini, seperti yang dirasakan oleh masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Kampung Babakan Sawah Desa Citorek sabrang, Sarnata. Ketika ia

masih belia, kakek maupun saudara-sudaranya yang sudah pada dewasa

mempersepsi al-Qur‟an sebagai kekuatan magis yang berbentuk jimat, yaitu

berupa wafaq.71

Lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟an tersebut digunakan sebagai bahan tuah

dalam berdagang maupun pangabaran (karismatik). Ia pun mengikuti jejak yang

telah dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya. Bahkan ia

mendapatkan tuah berupa turunan dari keluarga, layaknya seperti harta warisan.

Jimat dalam bentuk al-Qur‟an (wafaq) digunakan sebagai cukang lantaran

(perantara) masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek guna dalam

menyelesaikan berbagai masalah sudah lumrah dipraktikkan. Bahkan pemaknaan

yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan terhadap al-Qur‟an

berupa jimat sudah membudaya.

Benda yang mengandung tuah itu, bagi Sarnata bukanlah produk jimat asli

yang dihasilkan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan, melainkan jimat itu

berasal dari luar Wewengkon yang disebarluaskan oleh para santri pondok

pesantren dari Pandeglang, Serang, Bogor, bahkan pondok pesantren sekitar

wilayah Jawa pada Tahun 1960-1970.

70

Wawancara dengan tokoh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Jaro Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017. 71

Wawancara dengan pengguna wafaq salah satu dari warga adat Kasepuhan Citorek

Sabrang, Sarnata pada tanggal 22 April 2017 pukul 13.15 WIB.

Page 113: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

96

Hal ini diakui beberapa tokoh agama masyarakat Wewengkon Kasepuhan

Citorek, seperti tokoh agama Desa Citorek Timur K.H. Mahmud,72

Desa Citorek

Sabrang K.H. Rumdani,73

Desa Citorek Tengah kyai Sarku,74

Desa Citorekdul

kyai Sukarna75

dan Ustatdz Mukhtar al Khoiri76

serta Desa Citorek Barat Ustadz

Harjat.77

72

Sejarah jimat berupa potongan ayat-ayat al-Qur‟an (wafaq) yang beredar di masyarakat

Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek berasal dari luar Wewengkon Citorek. Hal ini dirasakan

langsung pada saat K.H. Mahmud nyantri (belajar) di lingkungan Pondok Pesantren Salafiyah

(tradisional). “Sakebeh oge pasti aya ijazah sareung guruna” (semuanya berdasarkan petunjuk

guru dari hasil ijazah, yaitu ngelmu). Hasil wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Timur, K.H. Mahmud pada tanggal 21 April 2017 pukul

10.04.

73 Wafaq hakikatnya adalah doa. Adapun dalam praktikknya K.H. Rumdani belum pernah

mengeluarkan atau membuat jimat berupa wafaq. Akan tetapi ia lebih memprioritaskan berdoa dan

puasa. Sebagaimana ia dapatkan ketika masih remaja dari ulama maung (macan) Banten, K.H.

Abuaya Bustomi dan K.H. Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang. Wawancara dengan tokoh agama

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Sabrang K.H. Rumdani pada tanggal 22

April 2017 pukul 16.30 WIB. 74

Jimat berupa ayat-ayat al-Qur‟an didapatkan tidak sembarangan. Hal ini dapat diraih

dengan cara ijazah baik melalui puasa maupun belajar langsung di Pesantren tradisional

Pandeglang. Adapun secara historis, azimat/jimat di masyarakat Kasepuhan pertama kali muncul

dan disebarluaskan oleh para santri yang belajar di luar wewengkon Citorek. Kemudian, setelah

para santri mendapatkan restu untuk kembali ke kampung halamanya masing-masing. Dengan

sepontan sesuai perkembangan zaman jimat/azimat al-Qur‟an (wafaq) dan kebutuhan masyarakat

berkembang pesat. Hal itu diamlkan karena mengurangi permasalahan kehidupan dengan

berkahnya al-Qur‟an. Hasil wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Desa Citorek Tengah, Kiyai Sarku pada tanggal 19 April 2017 pukul 22.30 WIB. 75

Pemahaman masyarakat pada azimat al-Qur‟an berupa wafaq pertama masuk ke

wilayah Wewengkon Citorek dibawa para santri yang mempunyai guru masing-masing di luar

Wewengkon Citorek pada tahun 1960-1970. Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Kidul, Sukarna pada tanggal 23 April 2017 pukul 09.58

WIB. 76

Semenjak ia masih remaja, masyarakat Citorek sudah ada yang mempraktikan azimat

sebagai papadang ati (kecerdasan hati). Parktik-praktik tersebut dilakukan masyarakat

berdasarkan pengalaman di luar daerah Wewengkon Citorek. Wawancara dengan tokoh agama

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Kidul, Ust. Mukhtar al Khoiri pada tanggal 23

April pukul 11.12 WIB. 77

Perjalanan kepercayaan masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Citorek pada jimat

yang berbentuk al-Qur‟an (wafaq) sudah dikembangkan oleh masyarakat kita sendiri. Yen di mana

masyarakat Wewengkon Citorek teh jauh langkah anu milarian kana jalan kahirupan seperti

wafaq pikeun naon bae sajabina menangna teh ti luar daerah (ciri masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek yaitu merantau ke luar daerah, guna mencari jalan keluar dari permasalahan

hidup. Hal ini seperti mempersepsi al-Qur‟an sebagai jimat (wafaq) merupakan pemahaman yang

mereka dapatkan dari luar Wewengkon Kasepuhan). Wawancara dengan tokoh agama masyarakat

Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Barat, Ust. Harjat pada tanggal 20 April 2017 pukul

17.37 WIB.

Page 114: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

97

Lain dari pada itu, adapun produk jimat asli (original) yang dihasilkan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten adalah imah

timur (pusat Kasepuhan Citorek), sawah tangtu (sawah turunan dari adat

Kasepuhan), kemenyan, panglai, jangjawokan, dan sepaheun78

(daun sirih) yang

digunakan sebagai jalan untuk berdoa kepada Allah Swt. untuk keberkahan dalam

bercocok tanam padi di sawah maupun di huma.79

Dengan demkian, konsep religi dalam bercocok tanam mempunyai ciri

khusus, yakni: Pertama, adanya anggapan bahwa Tuhan merupakan unsur penting

dalam kehidupan yang merupakan pendorong untuk memanfaatkan lahan

pertanian dengan baik. Kedua, sikap terhadap alam kehidupan setelah mati

merupakan segi yang menonjol dalam masyarakat dimana Roh seseorang tidak

lenyap tetapi hidup terus-menerus di alamnya sendiri sangat mempengaruhi

kehidupan manusia. Ketiga, kematian dianggap tidak membawa perubahan dalam

kedudukan (status sosial), keadaan dan sifat seseorang.80

C. Perkembangan Jimat dalam Masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan

Pemaknaan yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak Banten pada al-Qur‟an dalam bentuk jimat berkembang pesat,

78

Semua bahan-bahan untuk menyepah, yaitu mengunyah sesuatu untuk mengambil

sarinya kemudian membuang ampasnya. Lihat, Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Offline Versi 1.1 (Jakarta: Freeware, 2010) atau dapat diakses di http://ebsoft.web.id 79

Wawancara dengan tokoh adat Kasepuhan Citorek Barat, Olot Umar pada tanggal 20

April 2017 pukul 18.21 WIB. 80

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak,

Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan Cisungsang Serta

Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug (Rangkasbitung: Dinas Informasi, Komunikasi, Seni

Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak, 2004), h. 81-82.

Page 115: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

98

karena mayoritas masyarakatnya mempunyai latar belakang percaya kepada

sawangan kolot baheula, pada tuah turunan dari keluarga layaknya sebuah harta

warisan seperti, keris, pisau, golok, batu, cincin, dan sabuk serta pada hal-hal yang

bersifat magis.

Selain itu, tingkat religiusitas masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak Banten termasuk Muslim yang taat. Hal ini dapat ditemukan

beberpa indikator seperti Majlis pengajian, Pondok Pesantren tradisonal,

Mushalla, dan Masjid di tiap-tiap kampung. Sarana peribadatan di wiliyah

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Tengah terdapat 4 Masjid

dan 9 Mushalla, Desa Citorek Timur terdapat 3 Masjid dan 6 Mushalla, Desa

Citorek Kidul terdapat 2 Masjid dan 5 Mushalla, Desa Citorek Barat terdapat 3

Masjid dan 10 Mushalla, dan Desa Citorek Sabrang terdapat 3 Masjid dan 5

Mushalla.81

Ditambah pula, mayoritas masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek memeluk agama Islam. Adapun jumlah pemeluk agama Islam di wilayah

Desa Citorek Tengah berjumlah 3,404 jiwa, Desa Citorek Timur 2,752 jiwa, Desa

Citorek Kidul (Ciusul) 1,824 jiwa, Desa Citorek Barat 2,658 jiwa, dan Desa

Citorek Sabrang 1,497.82

81 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Cibeber Dalam Angka; Cibeber Subdistrict In

Figures 2014 (Kabupaten Lebak: Badan Pusat Statistik, 2014), h. 62.

82 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Cibeber Dalam Angka; Cibeber Subdistrict In

Figures 2014 (Kabupaten Lebak: Badan Pusat Statistik, 2014), h. 61.

Page 116: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

99

Pertumbuhan kepercayaan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek terhadap jimat al-Qur‟an maupun jimat dari Kasepuhan. Menurut tokoh

agama Kampung Sawah Desa Citorek Sabrang K.H, Rumdani, hal itu

berkembang melalui tokoh-tokoh agama, santri, Pesantren, maupun tokoh adat

Kasepuhan. Karena, asal mula keyakinan masyarakat Wewengkon Citorek masih

menjunjung tinggi adat Kasepuhan yang kemudian berasimilasi dengan ajaran

agama Islam.83

Ada beberapa cara dan media yang digunakan dalam mengembangkan

pemahaman pada jimat, baik jimat asli yang berasal dari Kesepuhan sendiri

seperti sepaheun, kemenyan, jangjawokan (mantra) maupun jimat al-Qur‟an

(jimat yang datang dari luar Wewengkon Kasepuhan) seperti potongan ayat-ayat

al-Qur‟an hingga menjadi huruf-huruf hijāiyyah, ayat-ayat tertentu dan surat-surat

tertentu, wiridan, dan hizib, yaitu:

83 Wawancara mendalam dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Kampung Babakan Sawah Desa Citorek Sabrang, K.H. Rumdani pada tanggal 22 April 2017

pukul 16.30 WIB.

Gambar III.3 Photo bersama

dengan terwawancara

K.H. Rumdani

(Sumber: Doc. Pribadi)

Page 117: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

100

1. Pondok Pesantren Tradsional84

Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam tradisional untuk para santri

yang bermukim di asrama. Pesantren sendiri berasal dari kata India shastri, yang

berarti orang yang mengetahui kitab suci (Hindu). Dalam hubungan ini, kata Jawa

pesantren yang diturunkan dari kata santri dengan dibubuhi awalan pe- dan

akhiran-an, memberi makna sebuah pusat kajian keislaman.85

Lembaga pendidikan keislaman ini mempunyai peran penting dalam

pembangunan pola pikir masyarakat. Pesantren merupakan tempat mencari dan

memperdalam ilmu keislaman. Dalam pesantren identik dengan kyai, santri, kitab

kuning, masjid, dan padepokan tempat santri bermukim. Dalam Pesantren para

santri tidak hanya diajarkan bagaimana memhami kitab kuning yang mengandung

pesan-pesan moral, melainkan belajar ilmu magis seperti ilmu hadiran, ilmu ziyad,

kekebalan, putergiling, karismatik yang tinggi, wafaq, rajah maupun hizib.86

Berdasarkan praktik magis yang dilakukan di beberapa Pondok Pesantren

tradisional diberbagai pelosok Wewengkon kampung Wewengkon Citorek, dapat

84

Keberadaan Pondok Salafiah dalam sistem sosial budaya adalah objek yang menjadi

perhatian utama dalam antropologi agama. Kehidupan beragama mempunyai pengaruh terhadap

aspek kebudayaan yang lain. Aspek kehidupan beragama tidak hanya ditemukan dalam setiap

masyarakat, tetapi juga berinteraksi secara signifikan dengan aspek budaya yang lain. Ekspresi

religius ditemukan dalam budaya material, perilaku manusia, nilai moral, sistem keluarga,

ekonomi, hukum, politik, pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakkan, perang, dan lain

sebagainya. Bahkan menurut antropolog agama, Malefijt, tidak ada aspek kebudayaan lain dari

agama yang lebih luas pengaruh dan implikasinya dalam kehidupan manusia. Lihat, Bustanuddin

Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2006), h. 201.

85

Aceng Abdul Azis Dy dkk, Islam Ahlussunnah Waljama‟ah di Indonesia; Sejarah,

Pemikiran, dan Dinamika Nahdlatul Ulama (Jakarta: PP Lembaga Pendidikan Ma‟arif Nadlatul

Ulama, 2006), h. 29. 86

Fahmi Irfani, Jawara Banten; Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya (Jakarta:

Young Progressive Muslim, 2011), h. 63-64.

Page 118: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

101

mengkonstruksi pemikiran masyarakat adat Kasepuhan Citorek bahwa dengan

tradisi magis tersebut dapat mengurangi beban permasalahan hidup.

Selain itu, masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan menganggap kyai

adalah sosok yang karismatik tidak hanya sebatas mengajarkan pesan-pesan moral

yang ada dalam kitab suci al-Qur‟an maupun kitab kuning karya para „alim

„ulamā‟, melainkan dapat memberikan petunjuk dari berbagai persoalan.87

Jimat ayat-ayat al-Qur‟an berupa wafaq dapat dijadikan sebagai alat

kekebalan tubuh, karena dalam wafaq tersebut terdapat doa khusus yang dibuat

oleh ahli hikmah (kyai) melalui jalan ijazah (puasa) langsung. Selain itu, benda

magis tersebut dapat digunakan melalui mas kawin/sari (bayar mahar) kepada

sang guru, bukan malah sebaliknya, yaitu nyamalkeun ilmu (menyepelekan ilmu

guru), serta harus disertai dengan keyakinan yang bulat.88

Dengan demikian, tokoh utama yang mempraktikan barang-barang bertuah

adalah tokoh Kasepuhan, tokoh agama dan dukun.89

Barang-barang yang

mengandung tuah itu tidak dapat diraih begitu saja, melainkan harus berdasarkan

titisan, ijazah, serta datang langsung kepada tokoh adat maupun tokoh agama.90

Tokoh agama yang karismatik mempunyai peran penting dalam menyelesaikan

87

Wawancara dengan warga adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Tengah, Supriati

pada tanggal 19 April 2017 pukul 10.36 WIB. 88

Wawancara dengan warga adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Timur, Junaedi

pada tanggal 20 April 2017 pukul 16.07 WIB. 89

Wawancara dengan Budayawan Citorek, Mulyadi Sugiansar pada tanggal 19 April

2017 pukul 13.54 WIB. 90

Wawancara dengan tokoh agama Desa Citorek Tengah, Kiyai Sarku pada tanggal 19

April 2017 pukul 22.30 WIB.

Page 119: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

102

setiap lini permasalahan, lantaran semua warga percaya 100 persen terhadap jimat

berupa al-Qur‟an dapat mendatangkan keberkahan dalam kehidupan.

Warga yang berdatangan meminta petunjuk sesuai tujuannya masing-

masing. “Aya anu datang tujuanna pikeun hoyong kebal badan, kasemaran

(karismatik), panglaris dina dagang, sukses tina kontestasi politik, jeung lain

sajabina” (mereka berkunjung sesuai dengan tujuannya masing-masing, di

antranya: meminta agar mempunyai kekebalan karismatik yang tinggi, penglaris

dalam perdagangan, maupun sukses dalam kontestasi politik). Akan tetapi,

barang-barang tersebut bagian dari ikhtiar masyarakat dan tokoh agama,

hakikatnya adalah Allah Swt. yang Maha Agung yang memberikan keberkahan

atas ayat-ayat suci al-Qur‟an yang ada dalam jimat.91

Perkembangan paham-paham di atas, upon even person masyarakat

Wewengkon Citorek yang paling berperan dalam perkembangan ilmu-ilmu magis

seperti wafaq yang sudah lumrah digunakan masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek adalah masyarakatnya sendiri. Dimana banyak kalangan

masyarakat yang mendatangi tokoh agama maupun tokoh adat Kasepuhan.

Berkunjung kepada tokoh agama meminta cukang lantaran (ikhtiar) agar

diberikan doa-doa yang berbentuk wiridan (kutipan-kutipan al-Quran yg

91 Wawancara dengan tokoh agama Desa Citorek Tengah, kyai Sarku pada tanggal 19

April 2017 pukul 22.30 WIB.

Page 120: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

103

ditetapkan untuk dibaca) seperti hizib nashar, hizib „ali, hizib bahr, hizib ikhfa,

jailani hizib, hizib yamani, hizib autad, dan hizib khafy.92

Menurut tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Timur, K.H. Mahmud, bahwa pertumbuhan pemahaman masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek pada ayat-ayat al-Qur‟an yang berbentuk jimat

seperti wafaq tergantung pada self initiating seseorang tokoh.

“Tidak sedikit dari mereka, belajar secara bersama-sama, satu guru yang

sama, dan satu pengalaman yang sama (generation),” Ujar tokoh agama separuh

baya K.H. Mahmud. Akan tetapi, ketika mereka pulang ke kampung halamannya

masing-masing. Ilmu-ilmu yang mereka dapatkan dipandang berbeda oleh

persepsi masyarakat. Sehingga salah satu diantara mereka ada yang muncul

terkenal atau pun tidak. Hal itu semua tergantung kepada diri mereka (self

initiating) masing-masing dalam mempertajam keilmuannya pada saat nyantri.93

2. Adat Kasepuhan

Tugas utama tokoh adat Kasepuhan, olot pada awalnya membimbing

masyarakat dalam bercocok tanam. Namun dalam perkembangannya, tugas olot

tidak terbatas pada hal itu saja, melainkan pada berbagai masalah lainnya seiring

dengan nafas kehidupan yang memaksa agar menyesuaikan dengan zaman.94

92

Wawancara dengan warga adat Kasepuhan Citorek Sabrang, Bapak Rusdi pada tanggal

22 April 2017 pukul 15.10 WIB. 93

Wawancara dengan tokoh agama adat wewengkon Kasepuhan Citorek Timur, K.H.

Mahmud (bapak qodir) pada tanggal 21 April 2017 pukul 10.04 WIB. 94

Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Kabupaten Lebak (Rangkasbitung: Pemerintah

Daerah Kabupaten Lebak bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan

Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2006), h. 146.

Page 121: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

104

Adapun masyarakat yang mendatangi tokoh adat Kasepuhan agar

mendapatkan doa dalam setiap langkah dan tujuan, yaitu bertemu dengan

keselamatan dan keberkahan. Salah satunya adalah mereka meminta doa kepada

tokoh adat Kasepuhan dalam bercocok tanam padi di sawah maupun di huma

(perkebunan). Masyarakat Adat Wewengkon berharap agar tanaman padi dari

mulai nandur (menananm) sampai mapag pare beukah (mulai menguning), dan

mipit pare (hendak memanen padi) berjalan dengan baik serta melimpah ruah dari

tahun-tahun sebelumnya.95

Tidak hanya dalam persoalan pertanian saja, masyarakat Wewengkon

Citorek maupun masyarakat luar Wewengkon Citorek pun banyak yang meminta

doa restu kepada tokoh Kasepuhan sembari membawa sepaheun sebagai simbol

dari pandangan hidup manusia.96

Mereka mempunyai beragam tujuan yang berbeda-beda. Ada yang

meminta restu agar menjadi tokoh agama yang soleh, hal perdagangan, hal

pendidikan atau sarjana, dan menjadi pemimpin yang selamat dunia dan akhirat

(dunia politik). “Cak Allah Swt. oge urang diparentahkeun menta doa ka kolot

sareng kaguru,”97

pungkas olot Sariman.

95

Wawancara dengan warga masyarakat adat Kasepuhan Desa Citorek Barat, Abah Nasid

pada tanggal 20 April 2017 pukul 12.58 WIB. 96

Mengenai simbol sepaheun sebagai pandangan hidup manusia akan diuraikan pada

BAB IV mengenai makna dari penggunaan jimat tersebut. 97

Cak Allah swt. oge urang diparentahkeun menta doa ka kolot sareng kaguru

merupakan sebuah titah Tuhan agar masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek meminta

doa restu kepada orang tua baik orang tua sendiri, tokoh kaolotan/Kasepuhan, maupun guru.

Wawancara dengan tokoh adat Kasepuhan Desa Citorek Tengah, Olot Sariman pada tanggal 19

April 2017 pukul 19.02 WIB.

Page 122: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

105

D. Pemahaman Masyarakat Adat Wewengkon pada Jimat

Pemahaman merupakan proses, cara, perbuatan memahami atau

memahamkan pada sesuatu.98

Pemahaman masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Ciorek terhadap jimat bagian dari salah satu hasil proses imajinasi

mereka.99

Pemahaman seseorang akan menghasilkan konsepsi dan makna dunia

(world view) yang berdasar pada sudut pandang, perasaan, logika, dan keyakinan-

keyakinan tertentu.

Salah satunya percaya dan terhadap agama termasuk perkara abstrak, tidak

dapat terlihat oleh mata, namun pengaruh dan manifestasinya dalam kehidupan

nyata sangat besar. Begitu pun sama halnya dengan kepercayaan yang dilakukan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak-Banten dalam memaknai

98

Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1 (Jakarta: Freeware,

2010) atau dapat diakses di http://ebsoft.web.id 99

Imajinasi merupakan mekanisme atau proses melihat, menggambarkan, atau

memvisualisasikan sesuatu. Proses tersebut berlangsung di dalam struktur mental

manusia.imajinasi bukanlah realitas, melainkan sebuah produksi keserupaan realitas secara mental.

Lihat, Yasraf Amir Piliang, Bayang-Bayang Tuhan Agama dan Imajinasi (Jakarta: Mizan Publika,

2011), h. 6.

Gambar III.4 Pewawancara

sedang mewawancarai tokoh adat

Kasepuhan Babakan Cicurug Desa

Citorek Tengah, olot Sariman.

(Sumber Doc. Pribadi)

Page 123: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

106

al-Qur‟an sebagai mediasi yang mempunyai kekuatan magis dan pengaruh yang

sangat besar.

Istilah agama dan budaya dapat dibedakan, namun dalam manifestasinya

keduanya tidak dapat dipisahkan. Agama diyakini sakral, suci, sedangkan budaya

bersifat profan. Keduanya bertemu dalam diri manusia yang merupakan makhluk

budaya, namun ingin mengikuti jalan Allah Swt. yang suci.100

Dengan demikian,

pada sub pembahasan ini akan diuraikan beberapa pemahaman masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak Banten pada benda-benda magis, yaitu

berupa jimat.

1. Masyarakat Umum101

Pemahaman masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan atas jimat ini,

hampir semua lapisan masyarakat mendefinisikan bahwa jimat sebuah benda yang

mengandung beragam pengaruh. Tapi, pengaruh yang dikeluarkan jimat tidak

sejajar dengan Tuhan melainkan hanya media untuk meraih keinginan masyarakat

secara praktis.

Adapun jimat berpengaruh atau pun tidak terhadap kehidupan masyarakat

tergantung Tuhan yang memberikan tuah. Oleh karena itu, masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam

100

Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermeneutika

(Jakarta: PT Mizan, 2011), h. 55.

101 Pemahaman masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan sudah termasuk dalam kajian

pendekatan etnometodologi, karena masyarakat tersebut sudah berupaya bagaimana mereka

memandang, menjelaskan, dan memberikan tatanan di dunia tempat hidupnya. Lebih spesifiknya,

mereka berusaha mendeskripsikan bagaimana mereka melihat dunia (lingkungan) maupun

memahami diri mereka sendiri. Lihat, Bagong Suyanto dan Sutinah, ed., Metode Sosial Berbagai

Alternatif Pendekatan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 200-201.

Page 124: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

107

menafsirkan term jimat. Hal ini disebabkan oleh latar belakang, pengalaman dan

pendidikan mereka yang berbeda-beda.

Jimat dalam pandangan Jaro Asid Rosidin, sebuah benda yang diyakini

mengandung kekuatan magis seperti wafaq, keris dan batu antik. Akan tetapi, ia

tidak mempercayai pada barang-barang tersebut, melainkan ia percaya pada

kekuatan Allah Swt. yang telah memberikan pengaruh terhadap jimat.

Alasan ia menggunakan jimat al-Qur‟an karena wahyu Allah Swt. harus

diaplikasikan dalam kehidupan. Tapi, tidak semua dalil atau lafaẓ al-Qur‟an dapat

dijadikan jimat, melainkan ayat-ayat tertentu saja. Benda-benda magis di atas

tidak bisa dimilki siapa pun tanpa melalui petunjuk pada ahli hikmah (kyai) dan

warisan dari nenek moyang.102

Berbeda halnya dengan Subri, jimat merupakan doa-doa khusus yang

dipanjatkan secara berulang-ulang (mewiridkan), atas dasar petunujuk dan restu

guru, yang kemudian dipraktikkan („amali) dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi

dari doa-doa atau jimat (teteungeur hate) itu, ia merasakan ketenangan dan

percaya diri apabila megamalkan ketika dihadapkan pada suatu permasalahan

yang bersifat sontak (mendadak/sekonyong-konyong). Namun, menurutnya,

mendapatkan ijazah (doa-doa khusus) merupakan perkara mudah. Akan tetapi,

102

Hasil wawancara dengan Jaro Citorek Sabrang, Asid Rosidin pada tanggal 22 April

2017 pukul 09.34 WIB.

Page 125: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

108

perkara yang sulit dan berat adalah mengamalkan pada jalan yang benar.

“Neangan ilmu atawa jimat ma gampang, anu hese oge ngamalkeuna.”103

Jimat akan hadir di tengah-tengah keadaan tercekam. Keadaan itu

dirasakan langsung masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Barat,

Saridan. Ketika ia mendapatkan ancaman pembunuhan dari beberapa Jawara.

Kemudian, dia berkonsultasi dengan gurunya di Cipanas Lebak Banten dan

mendapatkan perintah agar mengenakan jimat al-Qur‟an.

Tata cara dalam penggunaannya, wajib memaknai jimat dengan benar-

benar yakin bahwa di dalamnya terdapat keselamatan dan keberkahan atas

berkahnya ayat-ayat suci al-Qur‟an yang disuguhkan secara khusus kepadanya. Ia

berkeyakinan pada jimat al-Qur‟an hanya sebatas cukang lantaran (jalan

syariat/ikhiar), akan tetapi hakikatnya adalah Allah Swt.104

Sebaliknya, Awan Setiawan warga masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Desa Citorek Kidul, tidak mempercayai jimat dalam bentuk apa pun.

Dalam praktik kehidupan sehari-harinya, dia tidak pernah nyareat (meminta

barang yang bertuah) kepada ahli hikmah atau kyai maupun kepada tokoh adat

Kasepuhan. Melainkan hanya berpegang teguh pada hukum kausalitas, yaitu

103

Neangan ilmu atawa jimat ma gampang, anu hese oge ngamalkeuna bermakna

mencara ilmu dan jimat atau kekuatan itu merupakan suatu perkara mudah. Tapi, yang paling

susah adalah mengamalkannya. Wawancara dengan tokoh masyarakat adat wewengkon

Kasepuhan Desa Citorek Timur, Subri (Bapak Dewi) pada tanggal 21 April 2017 pukul 13.17

WIB. 104

Wawancara dengan warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Kidul, Awan Setiawan pada tanggal 23 April 2017 pukul 09.06 WIB.

Page 126: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

109

hukum sebab akibat. “Bermimpi menjadi orang kaya, maka hukumnya harus ya

berusaha, bermimpi menjadi orang besar maka hukumnya ya belajar.”105

2. Tokoh Adat Kasepuhan

Dalam perspektif tokoh Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Sabrang,

menurut abah Sarki, jimat yaitu sebuah benda seperti kemenyan atau panglai

(temu) yang diberikan doa-doa khusus oleh tokoh Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek. Tata cara dalam mempergunakannya adalah mengunyah panglai,

kemudian menyemburkan panglai tersebut kepada punggung orang yang sedang

sakit. “Alhamdulillah mun urang yakin insyaallah sehat atas nama hurip ku nabi

waras ku Allah Swt.”106

Seluruh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak-Banten

menjadikan Sawah tangtu107

(sawah kajaroan) sebagai jimat (pegangan), karena

sawah itu merupakan pengukuhan (teteungeur hate) seluruh masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek dalam praktik bercocok tanam padi yang

diturunkan dari nenek moyang Kasepuhan dari generasi ke generasi yang lain.

105

Wawancara dengan warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Barat, Saridan pada tanggal 20 April 2017 pukul 11.41 WIB. 106

Alhamdulillah mun urang yakin insyaallah sehat atas nama hurip ku Nabi waras ku

Allah swt yaitu ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa jika kita meyakininya dengan

ikhlas atas kehendak kasih sayang Allah dan syafaat Nabi Muhammad saw. penyakit apapun akan

sembuh kembali. Wawancara dengan kokolot masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Citorek

Sabrang, abah Sarki pada tanggal 22 April 2017 pukul 14.50 WIB. 107

Sawah tangtu merupakan sawah komunal adat Kasepuhan Citorek. Penggarapan

sawah tangtu ini dilakukan oleh masyarakat adat yang digerakan oleh Jaro Adat melalui Kepala

Desa untuk bergotong royong dan hasilnya dipergunakan untuk kegiatan atau kebutuhan adat.

Sebelum dimulainya penggarapan sawah dilakukan musyawarah Kasepuhan mengenai waktu yang

tepat untuk mulai asup leuweung (penggarapan sawah dan huma, berkbun atau bercocok tanam

lainnya). Musyawarah Asup leuweung tersebut satu paket dengan seren tahun. Setelah selesai

pengolahan sawah tangtu, masyarakat baru mulai menggarap sawahnya masing-masing. Lihat,

Mulyadi Sugiansar, “Wewengkon Adat Kasepuhan Citorek,” artikel diakses pada 6 Mei 2017

pukul 06.00 WIB dari http://pancercitorek.blogspot.co.id/2013/01/wewengkon-adat-kasepuhan-

citorek.html

Page 127: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

110

Dalam pelaksanaannya, tata cara yang dilakukan mesti dimulai dari sawah tangtu,

baik dari mulai asup leweung108

sampai pada seren tahun (syukuran akbar panen

padi yang melimpah-ruah).

Menurut tokoh adat masyarakat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Barat, olot Umar, jimat merupakan benda pegangan (teteungeur hate) yang

digunakan untuk keselamatan. Adapun barang-barang yang lumrah digunakan

adat Kasepuhan seperti kemenyan, garu,109

panglai dan sepaheun. Oleh karena itu,

benda-benda itu digunakan ketika hendak macakeun (memetakan doa),

mendoakan seluruh incu putu masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek.

Dari semua akhir doa yang dipraktikkan tokoh adat Kasepuhan pun terdapat lafaẓ

al-Qur‟an, yaitu hurip ku nabi waras ku allah Swt. hurip ku kersaning la ilaha

108 Asup leweung adalah kebolehan dari tokoh adat Kasepuhan untuk memulai bertani

(bercocok tanam) kembali. Apabila aturan adat dilanggar oleh salah satu masyarakat. Maka orang

yang melanggarnya berakibat terkena sandikala. Wawancara dengan tokoh adat Kasepuhan

Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, olot Sariman pada tanggal 19 April 2017 pukul 19.02

WIB. 109

Garu merupakan kayu yang berwarna hitam. Apabila kayu tersebut dibakar

menimbulkan berbau sedap, harum. Lihat, Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline

Versi 1.1 (Jakarta: Freeware, 2010) atau dapat diakses di http://ebsoft.web.id

Gambar III.5 Sawah tangtu,

adat Kasepuhan Citorek dari

kejauhan.

(Sumber:

https://www.google.com/searc

h?q=pusar+citorek Diakses

pada tgl 6 Mei 2017.

Page 128: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

111

illallah muhammad rasulullah, bukan malah sebaliknya, hurip ku aing waras ku

aing.110

3. Tokoh Agama

Tokoh agama dalam masyarakat mempunyai peran penting sebagai

sumber kejelasan tentang agama, tempat para pemeluk agama mencari

penyelesaian masalah hidup, dan tokoh panutan dalam budi pekerti. Kyai adalah

sokoguru bagi berdiri-tegaknya bangunan kehidupan sosial keagamaan.111

Ahli hikmah (kyai) dalam persepsi masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek tempat dalam penyelesaian masalah. Di mana, salah satunya

masyarakat mengunjungi tokoh agama agar mendapatkan keberkahan dalam

perdagangan. Proses dalam penyelesaian masalah tersebut disarankan agar

mengenakan wafaq, yaitu berupa potongan ayat-ayat al-Qur‟an yang berbentuk

huruf-huruf hijāiyyah maupun lafaẓ al-Qur‟an, wiridan, puasa dan lain

sebagainya.112

Fenomena kepercayaan masyarakat di atas, menurut K.H. Rumdani113

hakikat dari benda-benda magis seperti jimat al-Qur‟an adalah doa. Dalam

110

Hurip ku nabi waras ku allah swt. hurip ku kersaning la ilaha illallah muhammad

rasulullah yaitu syafaat dari Nabi Muhammad saw. dan kehendak Allah swt. yaitu manfaat dari

lafaz la ilaha illallah muhammad rasulullah. Wawancara dengan tokoh adat Kasepuhan Kampung

Cibengkung Desa Citorek Barat, Olot Umar pada tanggal 20 April 2017 pukul 18.21 WIB. 111

Nurcholish Madjid, “Kedudukan dan Pernan Ulama Dalam Islam,” Titik-Temu Jurnal

Dialog Peradaban, Vol, 6, No. 2, Januari-Juni 2014, h. 19. 112

Wawancara dengan warga masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Tengah, Supriati pada tanggal 19 April 2017 pukul 10.36 WIB. 113

K.H. Rumdani merupakan tokoh Agama pertama di seluruh masyarakat adat

wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak-Banten. Ia menuturkan, ketika ia masih menjadi santri

Abuya Dimyati Pandeglang dan Abuya Bustomi (Hizbullah) Pandeglang diperintahkan agar

menyebarkan moral-moral Islam di tempat kelahairannya, Citorek. Beliau merupakan tokoh agama

Page 129: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

112

praktik-praktik penggunaannya harus berdasarkan perintah Allah Swt. dan telah

dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw. Persepsi masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek Lebak-Banten yang mengguanakan jimat al-

Qur‟an sebagai jalan keluar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.

Rumdani selaku tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Desa Citorek Sabrang mengkhawatirkan pemhaman masyarakat misdirecting

(mengarah) pada perbuatan syirik dan jalan pragmatis dalam menyelesaikan

himpitan perekonomian, himpitan kontestasi politik, dan menginginkan karisma

yang tinggi di hadapan semua manusia.

Oleh karenanya, mayoritas masyarakat Wewengkon Citorek masih dalam

kategori masyarakat awam, sehingga tidak sedkit masyarakat yang terperangkap

pada keyakinan yang salah, yaitu atas dasar mengenakan jimat al-Qur‟an dapat

memberikan pengaruh pada kehidupan.

Padahal, nabi Muhammad Saw. sebagai makhluk multidimensi yang

istimewa telah mencontohkan langsung dengan cara berdagang dalam

menyelesaikan perekonomian pada masa paceklik, berpolitik dalam

mempertahankan stabilisasi Negara, dan berdoa kepada Allah Swt.

pertama yang mendapatkan doa dan restu langsung dari para Abuya di Banten agar mendirikan

sebuah Pesantren. Hasil wawancara mendalam dengan K.H. Rumdani pada tanggal 22 April 2017

pukul 16.30 WIB. Hal ini dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat adat Kasepuhan Citorek

Lebak Banten, salah satunya Bu Tiamah menuturkan, Bapak Haji, K.H. Rumdani tokoh agama

anu pertama di Citorek mah, di tahun-tahun ayena tokoh anu maruncul hampir sadayana murid

bapak haji. K.H. Rumdani merupakan sosok pembuka pertama yang mengajarkan Islam secara

kaffah. Hasil wawancara dengan warga masyarakat adat wewengkon Kasepuahn Desa Citorek

Sabrang Bu Tiamah pada tanggal 22 April 2017.

Page 130: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

113

Pada saat observer menanyakan perihal tokoh agama yang membuat jimat

al-Qur‟an, Rumdani lebih mengutamakan berdoa melalui doa bersama dan

marhaba‟an114

kepada Rasulullah Raw. hal ini sama halnya dengan jimat al-

Qur‟an, doa. Menurutnya, kyai atau pun ustadz yang mempersepsi al-Qur‟an

dapat dijadikan jimat (teteungeur kahirupan), ia berkeyakinan mereka pun tidak

asal membuat, melainkan berdasarkan ijazah dan berbeda latar belakang pada saat

menjadi pelajar di pondok pesantren tradisional.

Berbeda dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Desa Citorek Kidul, Mukhtar al Khoiri, jimat merupakan suatu benda yang

mempunyai pengaruh (atsar). Akan tetapi, ia menekankan kepada seluruh

masyarakatnya agar mempunyai keyakinan bahwa yang memberi pengaruh itu

Allah Swt. bukan benda, baik berupa wafaq yang berbentuk huruf hijāiyyah

maupun lafaẓ al-Qur‟an, air doa, cincin maupun keris. “Misalna mun urang nyeri

hulu, laju nginum obat bodrex kemudian hade” (Jika kita sakit kepala, kemudian

meminum obat sakit kepala berupa Bodrex), Apabila hati percaya pada bodrex

yang menyembuhkannya, maka keyakinan tersebut sama dengan perbuatan Syrik.

Begitupun persepsi masyarakat yang meyakini bahwa air dari kyai yang

sudah diberikan doa-doa khusus dapat menyembuhkan penyakit. Maka keyakinan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek harus meyakini bahwa anu

114

Marhaban (annur) merupakan bacaan syair berupa pujian dan sanjungan kepada

Rasulullah saw. dengan bahasa yang sangat indah, namun telah tersusupi dengan muatan dan sikap

berlebihan dan cerita tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad saw. dengan sastra bahasa tinggi.

Lihat, https://www.google.com/search?q=bacaan+marhaban+teks Diakses pada tanggal 5 Mei

2017 pukul 06.32 WIB.

Page 131: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

114

kawasa yen (yang berkuasa untuk menyembuhkan) hanya Allah Swt. yang telah

memberikan magis (kesembuhan) pada air tersebut, bukan malah sebaliknya.

Adapun dasar atau motive (alasan) yang membolehkan dalam membuat

atau pun menggunakan benda-benda bertuah (magis) adalah ustadz al Khoiri

berpegang teguh pada pengalamannya ketika berijazah langsung di Pasuruan,

Kediri Jawa Tengah, dan Cirebon Jawa Barat pada saat nyantri.

Fenomena jimat yang dipraktikan masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan, menurut Ustadz Mukhtar sudah ada sejak zaman nabi Muhammad

Saw. ketika beliau tercengang mendengar keistimewaan salah seorang pemuda

yang dapat menyembukan setiap orang yang mengalami sakit kepala dengan

pecinya. Maka Rasulullah Saw. pun berkeinginan mengetahui rahasia

keistimewaan dari benda itu. Ketika Rasulullah Sawt. berkunjung dan melihatnya,

dalam peci pemuda terdapat doa-doa yang berbahasa Persia, maka nabi

Muhammad Saw. menggantikannya dengan lafaẓ al-Qur‟an.115

Adapun jimat berbentuk lafaẓ al-Qur‟an berupa ayat-ayat yang dipotong-

potong terdapat pada kertas, golok, kulit binatang, seperti kulit harimau dan kulit

muncak (kijang), kemudian dibungkus dengan rapih. Benda-benda tersebut dapat

memberikan keberkahan (ziyadatu al-khoir) dalam kehidupan sehari-hari baik

pada pembuat maupun pengguna, karena terdapat nilai-nilai ibadah (doa).116

115

Wawancara dengan tokoh agama Citorek Kidul, Ust. Mukhtar al Khoiri pada tanggal

23 April pukul 11.12 WIB. 116

Wawancara dengan tokoh agama Citorek Barat, Ust. Harjat pada tanggal 20 April

2017 pukul 17.37 WIB.

Page 132: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

115

Menurut tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Tengah, kyai Sarku, penggunaan al-Qur‟an sebagai barang yang bertuah

dalam bentuk jimat al-Qur‟an wajar dilestarikan, karena Imam al Ghazali pun

mempraktikannya.117

Kitab yang menjadi rujukan dalam pembuatan jimat al-

Qur‟an adalah kitab al-aufāq dan ijazah. “Imam al-Ghazali bae geh makekeun

kana eta wafaq anu imam alim sareng hujatul Islam, nah urang selaku generasi

ayeuna kudu nyonto kanu hal seperti kitu” ujar tokoh agama Desa Citorek

Tengah.118

Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek yang mempersepsi dan

mempraktikkan al-Qur‟an sebagai jimat dalam bentuk wafaq maupun lafaz al-

Qur‟an merupakan syariat atau ikhtiar (usaha) untuk menyelesaikan masalah

kesehatan, kelancaran usaha, dan keselametan karena bentuk pengharapan mereka

atas keutamaan al-Qur‟an.

Fenomena yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek sama halnya seperti orang sakit meminta saran kepada dokter, kemudian

117

Hasil wawancara mendalam dengan tokoh agama Desa Citorek Tengah, Kiyai Sarku

pada tanggal 19 April 2017 pukul 22.30 WIB.

118

Imam al-Ghazali bae geh makekeun kana eta wafaq anu imam alim sareng hujatul

Islam, nah urang selaku generasi ayeuna kudu nyonto kanu hal seperti kitu merupakan penisbahan

kepada Imam al-Ghazali yang pernah mempraktikkan potongan-potongan huruf hijaiyyah maupun

lafaz al-Qur‟an yang mempunyai kekuatan magis. Maka, generasi abad sekrang pun harus

mencontoh apa yang sudah dipraktikkan Imam al-Ghazali dan para ulama mutaqqadimin maupun

ulama muta‟akhirin. Hasil wawancara mendalam dengan tokoh agama Desa Citorek Tengah, Kiyai

Sarku pada tanggal 19 April 2017.

Page 133: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

116

pasien mendapatkan resep obat. Hakikat dari dua fenomena tersebut adalah sama.

Perbedaannya terletak pada kedudukannya saja.119

Tradisi praktik yang biasa dilakukan masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek dalam memaknai al-Qur‟an sebagai barang bertuah. Tidak

hanya itu, masyarakat Wewengkon Citorek mencintai barang-barang yang

bertuliskan ayat al-Qur‟an seperti cincin, golok wafaq, maupun ditulis langsung di

atas punggung pasien dengan minyak zafa‟ran. Ini merupakan sebuah ekspresi

kecintaan masyarakat terhadap al-Qur‟an. Pemilihan minyak zafa‟ran sebagai

salah satu media jimat al-Qur‟an dipercaya dapat membangkitkan daya

metafisika. Oleh karena itu, minyak zafa‟ran dianggap sangat cocok untuk

dijadikan jimat.120

119

Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Timur, K.H. Mahmud pada tanggal 21. 120

Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Timur, K.H. Mahmud pada tanggal 21 April pukul 10.04.

Gambar III.6 Minyak zafa‟ran

yang biasa digunakan bahan

pembuatan Jimat tokoh agama

wewengkon Citorek.

(Sumber:https://www.google.co

m/imgres Diakses pada tanggal

5 Mei 2017.)

Page 134: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

117

BAB IV

PENGGUNAAN JIMAT MASYARAKAT ADAT WEWENGKON

KASEPUHAN LEBAK BANTEN

A. Bentuk-bentuk Jimat

Dalam persepsi masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek, jimat

merupakan benda yang mempunyai tuah atau mana. Tidak sedikit dari mereka

mempraktikkan benda-benda magis guna sebagai pangabaran (karismatik) yang

tinggi di setiap mata manusia, kekebalan tubuh, teteungeur hate (pegangan),

keselamatan, dan keberkahan hidup dalam keseharian.1

Jimat yang digunakan masyarakat Kasepuhan beragam bentuknya; berupa

jimat yang diambil dari ayat-ayat suci al-Qur‟an hingga dipotong-potong menjadi

huruf-huruf hijāiyyah, ayat-ayat tertentu dan surat-surat tertentu, keris, golok,

tombak, pisau, jangjawokan,2 minyak za‟faran, cincin, kemenyan, sepaheun,

3

hingga kunyit panglai dipersepsi oleh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

mempunyai makna tertentu.

1 Praktik magis yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan atas persepsi

mereka terhadap al-Qur‟an guna sebagai jimat dalam antropologi lebih dikenal (populer) dengan

supranatural beings, merupakan inti dari kepercayaan keagamaan. Lihat, Bustanuddin Agus,

Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2006), h. 61. Fenomena praktik magis pada masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

merupakan hasil dari bagaimana masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan membentuk pandangan

mereka tentang dunia (world view) yang ada di sekelilingnya. Hal ini sebagaimana antropolog

seperti Clifford Geertz dan Victor Turner mendefinisikan demikian. Lihat, Ridwan Lubis,

Sosiologi Agama; Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi sosial (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), h. 7. 2 Jangjawokan merupakan mantra atau doa-doa berasal dari bahasa Sunda kuno/bahasa

buhun (kolot buhun baheula). 3 Sepaheun merupakan menu ketika hendak menyepah yang terdiri dari gambir, yaitu

endapan rebusan daun gambir yang airnya diuapkan, dicetak bulat atau persegi, dipakai sebagai

campuran makan sirih, apu, yaitu kapur yang sudah diendapkan untuk ramuan makan sirih

dicampur dengan gambir, kapulaga, cengkih, dan biji buah pinang .

Page 135: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

118

1. Ayat dan Surat Magis4

Fenomena yang telah dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak Banten dalam mempraktikkan jimat ayat-ayat suci al-Qur‟an

berupa wafaq5 yang terdiri dari huruf-huruf hijāiyyah dan ayat-ayat tertentu

maupun surat-surat tertentu dalam kehidupan keseharian, dibenarkan oleh tokoh

agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung Babakan Cicurug

Desa Citorek Tengah, kyai Sarku. Karena ia, setiap harinya kedatangan dari

berbagai kalangan untuk nyareat.6 Baik dari kalangan pengusaha, kalangan

pemuda, kalangan kejawaraan, dan kalangan politikus.

Oleh karena itu, pembuatan jimat jimat al-Qur‟an, menurut kyai Sarku

suatu perkara mudah, tiga puluh menit atau pun satu jam lamanya penulisan wafaq

itu dapat diselesaikan. Perkara yang menyebabkan lama dan sulit dalam

pembuatannya dari ayat-ayat suci al-Qur‟an adalah memasukkan khadam

(kekuatan magis) pada jimat tersebut dengan melalui puasa dan salat istikharah.7

4 Maksudnya adalah surat-surat yang mempunyai watak yang inheren atau rahasia

aktifitas yang terdapat dalam surat-surat yang digunakan sebagai praktik magis (jimat). Lihat, Ibnu

Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, h. 695-696. 5 Wafaq adalah salah satu sarana ataupun media yang biasa digunakan oleh para

pengguna, seperti jawara, pedagang, politisi, dan lain sebagainya dalam mengolah kekuatan ilmu

magis. Adapun kegunaannya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan, agar memiliki karisma

atau wibawa (pangabaran) yang tinggi, pengasihan, tidak mempan dibacok, kebal, bahkan sebagai

media dalam menarik keuntungan dalam berbisnis dan kontestasi politik. Lihat, Fahmi Irfani,

Jawara Banten; Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya, h. 69-70. 6 Nyareat adalah usaha yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

agar diberikan petunjuk, kelancaran dan doa kepada Kyai. Nyareat dalam perspektif Imam al-

Ghazali merupakan usaha yang dilakukan manusia agar mendapatkan pancaran cahaya (petunjuk)

dari ahli hikmah (kyai). Lihat, al-Ghazali, Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar, terjemahan

Hasan Abrori dan Mashur Abadi, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 45-46. 7 Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung

Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, Kyai Sarku pada tanggal 19 April 2017.

Page 136: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

119

Apabila kedatangan dari salah satu pengguna jimat al-Qur‟an yang

mengharapkan, agar seluruh badannya tidak mempan untuk dibacok (kekebalan).

Menurutnya, syarat utamanya adalah harus meyakini lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟an yang

ada di dalam jimat itu mempunyai sisi magis khadam di luar nalar manusia yang

dapat melindunginya.

Pembuatan jimat al-Qur‟an diambil dari ayat-ayat suci al-Qur‟an berupa

lafaẓ. Kemudian, lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟an dipotong-potong (al qata‟) hingga menjadi

huruf hijāiyyah yang dielaborasikan dengan numerik-numerik Arab, lafaẓ Allah,

nama Nabi Muhammad Saw, nama-nama malaikat, dan nama-nama Khulafaur

Rasyidin. Ayat-ayat al-Qur‟an yang biasa digunakan dalam pembuatan jimat

diantaranya yaitu lafaẓ basmallah, ayat kursi, asmul husna,8 Surat al-ikhlāṣ,

maupun kalimat-kalimat tauḫid, seperti lāḫaula walā quuata illā billāhi. Adapun

kegunaan dari ayat-ayat di atas, tergantung dari permintaan dan kebutuhan

pengguna yang ditujukkan langsung pembuat, ahli hikmah yaitu kyai.

Jimat yang sudah selesai tidak langsung digunakan penggguna, melainkan

dipraktikan terlebih dahulu oleh pembuat, kyai. “Si azimat/jimat dijajal heula

jeung urangna dibacok ku golok apakah mempan apa hanteu? Nah mun tos

8 Asmaul Husna merupakan nama-nama terbaik bagi Allah swt yang berjumlah 99 nama.

Sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah Saw. “Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama-

Mu, yang Engkau gunakan untuk menyebut diri-Mu, atau yang Engkau wahyukan dalam kitab-

Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada siapa pun dari makhluk-Mu, atau yang Engkau layakkan

bagi diri-Mu dalam pengetahuanm-Mu mengenai hal-hal yang gaib.” Makna dari 99 nama ini,

Seperti Raja yang memiliki seribu abdi: orang dapat mengatakan bahwa raja memiliki Sembilan

puluh Sembilan abdi, dan kalau mereka dimintai bantuannya, maka tidak ada musuh yang dapat

melawannya. Yang ditetapkan adalah bilangan yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan yang

diperlukan orang dari mereka, disebabkan oleh tambahan kekuatan mereka, atau karena bilangan

itu akan cukup untuk memukul mundur musuh tanpa memerlukan tambahan. Itu tidak menetapkan

bahwa hanya sejumlah itu adanya. Lihat, Al-Ghazali, Al-Asma‟ Al-Husna terjemahan Ilyas Hasan

(Bandung: Mizan, 2000), h. 209-210.

Page 137: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

120

sukses karak dipasihkeun ka anu ngabtuhken.”9 Kemudian, ketika jimat al-Qur‟an

itu sudah diisi doa-doa khusus, maka jimat tidak boleh dipergunakan dalam

keangkuhan dan kesombongan. Di dalam prosesi menggunakannya harus

mengusahakan agar semua anggota badan dalam keadaan suci, lantaran di dalam

jimat terdapat ayat-ayat suci al-Qur‟an. Selain itu, perlu ditekankan dalam hati

dengan penuh keyakinan dan penyerahan diri kepada Allah bahwa segala sesuatu

berada di bawah kekuasaan-Nya dan dibarengi dengan ketaqwaan.

Jimat di atas berfungsi sebagai daya tahan tubuh dari orang yang hendak

menembak maupun membacok. Penulis menemukan beberapa ayat-ayat tertentu

dan surat-surat tertentu. Salah satunya adalah ayat tentang pemeliharaan manusia

9 Maksudnya adalah jimat yang sudah dibuat tidak langsung diberikan kepada pengguna,

melainkan jimat tersebut digunakan terlebih dahulu si pembuat, sekaligus dicoba dengan

menggunakan golok apakah ada khasiatnya atau tidak? Kemudian, apabila jimat itu sudah ada

khasiatnya (khadam) barulah dikasihkan kepada pengguna.

Gambar IV.1 Jimat al-Qur‟an

berfungsi sebagai kekebalan

yaitu tidak mempan dibacok

maupun ditembak.

Page 138: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

121

yang dilakukan para malaikat atas perintah Allah Swt. dari gangguan berbagai

makhluk.10

Selain itu, istilah pemeliharaan dalam al-Qur‟an sangat beragam makna.

Hal ini sesuai dengan teks maupun konteks yang mengitarinya dari ayat-ayat yang

terdapat dalam jimat kekebalan di atas. Pemeliharaan baik berupa yang dilakukan

oleh Allah Swt.11

secara langsung maupun pemeliharaan terhadap Nabi Yūsuf as.

dari saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya,12

hingga pemeliharaan-

pemeliharaan lain yang tersurat maupun tersirat dalam al-Qur‟an. Sehingga, ayat-

ayat tentang pemeliharaan itu dinisbahkan kepada pengguna.

Dalam hal ini, jimat di atas terdapat 17 Surat. Tapi, ada dua ayat yang

sama dalam jimat itu, yaitu Surat Hūd: 57, guna sebagai mediator tidak mempan

dibacok maupun anti peluru. Ayat-ayat di bawah ini dipergunakan sebagai bahan

dasar jimat, dikarenakan ayat-ayat tersebut termasuk dalam kategori ayat al-

muḫafaḍah (pemeliharaan).

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang. (Qs: al-Fātiḫah: 1).

Menurut Syaikh Muhammad Mutawalī al-Sya‟rāwī manakala orang

mukmin mengucapkan “Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang

terkutuk,” berarti dirinya telah masuk dalam kebersamaan Allah, dan ketika itulah

10

Lihat, Q.S. Al-An‟ām: 61.

11 Lihat, Q.S. Huud: 57.

12 Lihat, Q.S. Yusuf : 64.

Page 139: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

122

Setan tidak menemukan jalan untuk menjangkaunya. Inilah yang dimaksud

dengan ( مه الشيطان السجيمالله فإذاقسأت القسءان فاستعر ب ).

Selain itu, manakala kita hendak beraktivitas apa pun wajib mengucapkan

sebab, al-Qur‟an ketika turunnya telah mengandung perintah (بسم الله السحمه السحيم)

penyebutan nama Allah Swt. Kalimat basmallah dilihat dari dua sudut: Pertama,

dari sudut manusia. Jika kita berbicara dengan orang lain dalam urusan tertentu,

lalu kita ingin meyakinkannya tentang urusan itu agar ia melaksanakannya,

biasanya orang tersebut bertanya; Atas nama siapa saudara berbicara dengan aku?

Kita selaku yang punya gagasan dan ingin meyakinkan orang yang kita hadapi itu

biasanya mengatakan: “Aku berbicara atas nama Pemerintah, atau atas nama

Wakil Rakyat”. Kalau persoalannya demikian, apalagi dengan kedudukan al-

Qur‟an yang diturunkan dari Allah, Tuhan yang telah menyerahkan seluruhnya

kepada kita, lalu kita diberi keleluasaan mengkelolanya sebagai khalifah-Nya di

muka bumi.13

Menurut Syaikh Muhammad Ghazali, bacaan basmallah dapat berfungsi

sebagai proteksi dari segala bahaya dan kejahatan. Selain itu, orang yang hendak

melakukan aktivitas dan sebelumnya membaca basmallah dapat memberikan

manfaat berupa kesehatan jiwa.14

Sementara menurut Jalāluddīn as-Suyūṭhī, surat

al-Fātiḫah dapat digunakan sebagai obat bagi semua penyakit dan ar-Ruqyah.15

13

Syaikh Mohamad Motawalli As-Sya‟rawi, Meniti Jalan Menuju Al-Qur‟an, terjemahan

Usman Hatim (Jakarta: Yayasan Alumni Timur Tengah, 2010), h. 228 dan 232. 14

Syaikh Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur‟an, terjemahan Qodirun

Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 1 dan 4. 15

Jalāluddīn as-Suyūṯhī, Asbābu al-Nuzūl al-Musammā Lubābu al-Nuqūl Fī Asbābu al-

Nuzūl, (Beirūt: Libanān: Mu‟assisah al-Kutub al-Tsiqāfiyah, 2241 H/2002), h. 11-13.

Page 140: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

123

Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah

Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah: 255).

Ayat di atas merupakan ayat kursi yang mempunyai kududukan amat

mulia. Dalam uraiannya Rasulullah Saw. menjelaskan, bahwa ayat kursi adalah

sebaik-baik ayat al-Qur‟an di dalamnya terdapat nama Allah Saw. yang agung,

sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw.“Terdapat nama Allah

paling Agung yang jika nama itu dipanggil, maka Allah mengabulkan

(permohonan hambanya), nama Allah itu terdapat dalam tiga tempat: dalam

surat al-Baqarah, surat Al-„Imran dan Thaha.”16

Secara etimologis, kursi berarti tempat duduk, singgasana atau tahta

(ṣād/38: 34). Kursi dalam ayat di atas, oleh sebagian mufassir ditakwil dengan

ilmu Allah. Ada pula yang mengartikan kekuasaan-Nya. Sehingga, atas

kekuasaan-Nya Allah tidak merasa berat sedikit pun dalam memelihara makhluk-

Nya yang berada di langit dan di bumi bahkan semua ciptaan-Nya.17

Dan diutus-Nya kepadamu Malaikat-malaikat penjaga. (Qs. Al-

An‟ām: 61).

Menurut Muhammad Mutawalī al-Sya‟rāwī, makna dari kata pemiliharan

ḫafaẓah adalah pemeliharaan al-Qur‟an yang diltanggung oleh Allah Swt. melalui

16

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsir Pilihan, terjemahan

Yasin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), Jilid I, h. 342. 17

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Jakarta: Departemen Agama RI,

2009), Cet. IV, Jilid I, h. 378-379.

Page 141: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

124

malaikat Raqib dan „Atid Qs. Qāf: 18.18

Adapun menurut Quraish Shihab, maksud

dari ayat di atas adalah Allah Swt. mengutus para malaikat-malaikat yang

berfungsi sebagai penjaga atas semua makhluk-makhluk-Nya.19

Sesungguhnya Tuhanku adalah maha pemelihara segala sesuatu.

(Qs. Hūd: 57).

Ḫafīẓ mengandung makna memelihara dan mengawasi kehidupan dari

kehancuran, baik yang sifatnya kelompok atau pun perorangan. Imam al-Ghazali

membagi pemeliharaan kepada dua sisi. Sisi pertama, dari sisi mewujudkan dan

melanggengkan yang maujūd. Allah Swt. mewujudkan langit dan bumi serta

suluruh isinya dan melanggengkan wujudnya sampai waktu yang ditetapkan.

Sisi kedua, dari sisi pemeliharaan dua hal yang bertolak belakang.

Misalnya air dan api, sifat keduanya bertolak belakang, air dapat memadamkan

api, dan api dapat mengubah air menjadi uap, kemudian menghawa. Bahkan Allah

Swt. mencampur keduanya dalam satu materi/badan. Bentuk pemeliharaan Allah

Swt. ada yang bersifat sunnatullah (ketentuan hukum-hukum Allah) dan ada juga

yang bersifat „ināyatullah (pemeliharaan-Nya).20

18

Muhammad Mutawalī al-Sya‟rāwī, Tafsīr Al-Sya‟ rāwī (Mesir: al-Akhbar al-Yaum, t.t),

Jilid 6, h. 3681-3682. 19

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 4, h. 135. 20

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 6, h. 279-280.

Page 142: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

125

Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah maha

penyayang di antara para penyayang. (Qs. Yūsuf : 64).

Menurut, Mutawalī al-Sya‟rāwī, pemeliharan di atas dalam konteks

pemeliharaan yang dilakukan Allah Swt. kepada Nabi Yūsuf as. atas saudara-

saudaranya yang hendak mencelakakannya.21

Maksud ayat di atas adalah Allah

Swt. adalah sebaik-baiknya penjaga atau pemelihara dari segala bencana yang

memberikan ketenangan hati menyangkut keselamatan sesuatu.22

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas

perintah Allah. (Qs. Ar-Ra‟d: 11).

Maksudnya adalah Para malaikat-malaikat dtugaskan dengan sungguh-

sungguh agar memeliharanya dari gangguan apapun yang dapat menghalangi

tujuan penciptanya, yaitu Allah Swt. di sini Dia memerintahkan para malaikat

agar memelihara makhluk-makhluknya dengan batas ketentuannya yang sudah

termaktub di lauḫil maḫfuẕ sesuai perintah-Nya.23

Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Qur‟an, dan

sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Al-Ḫijr: 9).

Konteks penjagaan yang dilakukan dalam ayat ini, Allah Swt. memberikan

jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Qur‟an kepada kita semua umat

21

Muhammad Mutawalī al-Sya‟rāwī, Tafsīr Al-Sya‟ rāwī, Jilid 11, h. 7016. 22

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 6, h. 492. 23

Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, Volume

6, h. 566.

Page 143: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

126

(manusia) dalam tenggang waktu selama-lamanya dari perubahan-perubahan

dalam isi kandungan al-Qur‟an.24

Ayat ini merupakan peringatan keras bagi orang-orang yang mengabaikan

al-Qur‟an dan tidak percaya bahwa al-Qur‟an itu diturunkan Allah kepada rasul-

Nya Muhammad. Seakan-akan Allah mengatakan kepada mereka, “Kamu ini hai

orang-orang kafir sebenarnya adalah orang-orang yang sesat yang memperolok-

olokan nabi dan rasul yang telah Kami utus untuk menyampaikan agama Islam

kepadamu. Sesungguhnya sikap kamu yang demikian itu tidak akan

mempengaruhi sedikit pun kemurnian dan kesucian al-Qur‟an karena Kamilah

yang menurunkannya”. Selain itu, akan datang saatnya nanti manusia akan

menghafal, membaca, mempelajari, dan menggali isinya, agar mereka

memperoleh dari al-Qur‟an itu petunjuk dan hikmah, tuntunan akhlak dan budi

pekerti yang baik, ilmu pengetahuan dan pedoman berpikir bagi para ahli dan

cerdik pandai, serta petunjuk ke jalan hidup di dunia dan di akhirat nanti.25

Dan kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk. (Qs. al-

Ḫijr: 17).

Menurut Mutawalī al-Sya‟rāwī, pemeliharaan di sini maksudnya adalah

pemeliharaan dari setan yang hendak mendengarkan diaolog antara para malaikat.

Akan tetapi, setan tidak bisa mendengarkan apa-apa yang terjadi ketika para

24

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Disertai Tanda-tanda Tajwid

dengan Tafsir Singkat; Al-Qur‟an Bayan (Jakarta: Al-Qur‟an Terkemuka, 2009), h. 262. 25

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid V, h. 209.

Page 144: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

127

malaikat berdialog.26

Dalam konteks ayat di atas, Allah Swt. memelihara malaikat

dari gangguan setan yang terkutuk.27

Ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt. menjaga langit dan isinya dari

setan yang terkutuk. Sementara itu, ada setan yang tidak mengindahkan larangan-

larangan Allah. Ia mencari berita yang mungkin didengarnya dari para malaikat,

maka setan-setan yang demikian itu diburu oleh semburan api yang membakar,

sehingga ia lari dan tidak sempat mendengarkan pembicaraan para malaikat itu,

hal ini dijelaskan oleh firman Allah Swt. (aṣ-Ṣāffāt/37: 8).28

Dan kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara. (Qs.

Al-Anbyā: 32).

Langit merupakan atap yang terpelihara. Sebagaimana layaknya sebuah

atap, langit berfungsi untuk melindungi segala sesuatu yang ada di bawahnya,

baik itu hewan, tumbuhan, termasuk manusia sendiri. Konteks pemeliharaan ayat

di atas merupakan fungsi dari langit.29

Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap Syaitan

yang sangat durhaka. (Qs. Aṣ-Ṣhāfāt: 7).

26

Muhammad Mutawalī al-Sya‟rāwī, Tafsīr Al-Sya‟ rāwī, Jilid 12, h. 7666. 27

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 7, h. 106. 28

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid V, h. 221. 29

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya (Jakarta: Departemen Agama RI,

2009), Jilid VI, h. 255.

Page 145: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

128

Memelihara dengan pemeliharaan yang sempurna dari setiap Setan yang

durhaka kepada Allah Swt. Mārid merupakan sosok yang tidak memiliki kebaikan

dan terus-menerus membangkang.30

Allah Swt. memelihara semua makhluk-Nya

itu dari apa yang akan merusaknya. Ia memelihara manusia dari gangguan setan

yang senantiasa membujuk manusia untuk melakukan kemaksiatan, yang akan

menjerumuskannya kepada kebinasaan dan kemurkaan-Nya. Untuk itu, Allah

telah memberikan petunjuk, berupa agama yang benar, yang akan menjaga

manusia dari godaan setan. Hanya manusia yang ingkar yang dapat ditundukkan

oleh rayuan setan yang mencelakakan itu.31

Dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya, demikianlah

ketentuan yang maha perkasa lagi maha mengetahui. (Qs. Fuṣilat:

12).

Ayat ini menerangkan bahwa Allah Swt. menyempurnakan kejadian langit

itu dengan menjadikan tujuh langit dalam dua masa. Dengan demikian, lamanya

Allah merencanakan penciptaan langit dan bumi ialah selama enam masa, hal ini

sesuai dengan firman Allah Swt. (al-„Arāf/7: 54). Semua yang telah Ia ciptakan,

mereka harus tunduk kepada ketetapan-Nya. Tidak ada satu pun dari ciptaan

Allah yang menyimpang dari ketetapan-Nya. Dia mengetahui keadaan makhluk

yang diciptakan-Nya itu, baik yang halus maupun yang kasar, baik yang nyata

30

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 12, h. 11. 31

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid VIII, h. 263.

Page 146: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

129

maupun yang tersembunyi.32

Allah lah yang memelihara semuanya dengan sangat

baik dan sempurna.33

Allah mengawasi (perbuatan) mereka, dan kamu

(Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi

mereka. (Qs. Aṣ-Ṣūrā: 6).

Dalam ayat ini, Allah Swt. menerangkan bahwa orang-orang yang

menyekutukan Allah dan mengambil pelindung-pelindung selain Dia, Allah

sendirilah yang mengawasi perbuatan mereka, dan Dia pulalah yang akan

memberi balasan yang setimpal di akhirat nanti atas segala perbuatan mereka di

dunia. Muhammad Saw. tidak dibebani dan tidak ditugasi mengawasi perbuatan

mereka. Ia hanya ditugasi menyampaikan apa yang diperintahkan Allah

kepadanya.34

Dalam konteks ayat di atas, Allah Swt. melakukan pengawasan yang

dilakukan oleh Dia sendiri, mengenai orang-orang yang melakukan perbuatan

kemusyrikan, yaitu menyembah kepada patung-patung maupun berhala. Selain

itu, Allah Swt. menyarankan agar Muhammad Saw. tidak perlu risau atas apa

yang dilakukan mereka, karena atas tanggungan Allah lah yang mengawasi

perbuatan-perbuatan-Nya.35

32

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid VIII, h. 599. 33

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 12, h. 389. 34

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid IX, h. 22. 35

Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi, terjemahan Bahrun Abubakar dkk

(Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993), h. 28.

Page 147: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

130

Padahal seseungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang

mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat

(pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahi apa yang kamu

kerjakan. (Qs. Al-Infiṭār: 10-12).

Maksunya adalah pengawasan manusia yang dilakukan malaikat-malaikat

yang mampu melaksanakan tugasnya sebaik mungkin tanpa kesalahan dan

kecurangan dan mencatatnya dengan akurat terhadap aktivitas kamu yang lahir

maupun batin. Dan mengetahui secara terus-menerus apa yang manusia

kerjakan.36

Siapa pun pengawasnya baik hal-hal yang gaib, manusia wajib mengimani

seperti yang telah dijelaskan dalam firmannya (Qs. Al-Baqarah: 3), bahwa bagi

masing-masing manusia ada (petugas-petugas) yang mencatat dan mengawasi

perbuatan-perbuatan kita, yang baik dan yang buruk. Namun, bukanlah kewajiban

manusia untuk menyelidiki tentang hakikat (substansi) mereka (yang

memelihara). Manusia hanya diwajibkan untuk beriman kepada informasi yang

Allah Swt. sampaikan, kemudian menyerahkan kepada-Nya soal maknanya yang

hakiki. Jadi, yang wajib manusia percayai berkaitan dengan amalan-amalan

bahwa itu semua dicatat dan dihitung, tidak satu pun yang luput atau hilang dari

pengawasan meski sampai yang sekecil-kecilnya.37

36

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 15, h. 110-111. 37

Muhammad „Abduh, Tafsir Juz „Amma, terjemahan Muhammad Bagir (Bandung:

Penerbit Mizan, 1999), h. 69-70.

Page 148: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

131

Tidak ada suatu jiwapun melainkan ada penjaganya. (Qs. At-

Ṭhāriq: 4).

Maksudnya adalah tidak satu pun jiwa, kecuali ada yang memeliharanya.

Akan tetapi, pemeliharaan di sini khitab-Nya kepada pemeliharaan Allah terhadap

setiap pribadi.38

Dalam ayat ini Allah Swt. menerangkan bahwa setiap orang ada

penjaga dan pengatur keperluannya dalam seluruh perjalanan hidupnya hingga

ajalnya tiba. Penjagaan terhadap manusia ini, terdapat dua pengertian:

Pertama, penjagaan dari malaikat yang memperhatikan dan menghitung

perbuatan manusia, sebagaimana firman Allah Swt. “Tidak ada satu kata yang

diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap

(mencatat). (Qs. Qāf/50: 18).” Kedua, penjaga dari malaikat yang selalu

melindungi setiap saat dan memelihara kehidupan sehari-hari, sebagaimana

firman Allah Swt. “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu

menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas

perintah Allah.” (Qs. Ar-Ra‟d/13: 11).39

Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya

Dialah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan

menghidupkannya (kembali). Dialah yang maha pengampun lagi

38

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 15, h. 176. 39

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid X, h. 620.

Page 149: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

132

maha pengasih, yang mempunyai „Arsy, lagi maha mulia. Maha

kuasa berbuat apa yang dikehendakinya. Sudahkah datang

kepadamu berita kaum-kaum penantang. (yaitu kaum) fir‟aun dan

(kaum) tsamud? Sesungguhnya orang-orang kafir selalu

mendustkan. Padahal Allah mengepung mereka dari belakang

mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur‟an yang

mulia. Yang (tersimpan) dalam lauh mahfuz. (al-Burūj: 12-22).

Surat ini menggambarkan sesutu yang sangat agung dan dahsyat serta

diakhri dengan uraian tentang ganjaran yanga akan diterima oleh orang-orang

beriman serta balasan terhadap orang-orang kafir.40

Ayat ini juga mempunyai

keutamaan sebagai keselamatan, yaitu Allah Swt. akan menyelamatkan manusia

dari ketakutan.41

Ayat di atas termasuk dalam kategori ayat tentang sifat Allah seperti Allah

maha pengasih, maha kuasa, dan yang memiliki „Arsy yang mulia. Kemudian,

jimat kekebalan diakhiri dengan lafaẓ lauḫ al-Mahfūẓ artinya yang terjaga. Pada

lauḫ al-Mahfūẓ tertulis semua yang telah terjadi dan yang akan terjadi di alam

semesta ini. Namun, hakikat dari lauḫ al-Mahfūẓ tidak ada seorang pun yang

mengetahuinya, karena merupakan hal yang gaib yang hanya Allah Swt. saja yang

mengetahuinya.42

Adapun penafsiran secra konvensional lauḫ al-Mahfūẓ, menurut tokoh

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan diartikan pemeliharaan yang dilakukan

oleh Allah Swt. terhadap hamba-hamba-Nya sejak dahulu kala. Secara penafsiran

ayat-ayat di atas mengenai jimat al-Qur‟an menunjukkan bahwa pemeliharaan

40

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

Volume 15, h. 153-154. 41

Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an; Sebuah Tafsir Sederhana Menuju

Cahaya Al-Qur‟an, terjemahan Rudy Mulyono (Jakarta: al-Huda, 2006), h. 372-373. 42

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid X, h. 615.

Page 150: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

133

Allah Swt. kepada makhluknya. Dalam aplikasi kehidupan, penafsiran ayat-ayat

tersebut digunakan untuk pemeliharaan jiwa maupun raga manusia.

Bentuk jimat seperti sarang laba-laba di atas dalam bentuk lingkaran

merupakan simbol penangkal dari berbagai macam-macam kejahatan. Baik dari

orang-orang yang hendak menẓalimi ketika menggunakan golok/pedang, hingga

penjahat (begal) yang mempergunakan senjata api berupa laras panjang maupun

laras pendek. Jimat dalam bentuk tulisan lingkaran ini merupakan hasil dari ijazah

dan petunjuk guru ketika kyai Sarku belajar di pondok tradisional wilayah Banten,

Pandeglang.43

Adapun tata cara dalam memasukan khadam magis pada jimat al-Qur‟an

diantaranya; Pertama, mewajibkan anggota badan dalam keadaan suci

(mempunyai wudu). Kedua, mendoakan secara khusus pada pengguna. Dalam

prosesi pembuatan jimat menyebutkan doa-doa khusus ditujukkan kepada nama

pengguna hingga nama bapaknya. Ketiga, bertawasul (memohon atau berdoa

kepda Allah Swt. dengan perantaraan nama seseorang yang dianggap suci dan

dekat kepda Allah Swt).

Biasanya, tawasulan (mengerjakan suatu amal yang dapat mendekatkan

diri kepda Allah Swt.) terlebih dahulu ditujukkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Khulafaur Rasyidin dan seluruh para sahabatnya, hingga pada Syaikh Abdul

Qodir al-Jailani, kemudian kepada para „Ulama besar, baik „Ulama di wilayah

Jawa (Banten, Cirebon, Pati, Kediri, Situbondo, Madura, dan lain-lain) maupun

43

Wawancara dengan tokoh agama Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah,

Kiyai Sarku pada tanggal 19 April 2017 pukul 22.30 WIB.

Page 151: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

134

sekitar wilayah luar Jawa. Keempat, menutup dengan doa secara khusus, bahkan

dibarengi dengan salat istikharah dan berpuasa.44

2. Huruf-huruf Hijāiyyah45

Menurut tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung

Cibengkung Desa Citorek Barat, Ustadz Harjat, jimat al-Qur‟an banyak

bentuknya. Mulai dari menyamak kulit binatang hingga mengering, bahan kain

pakaian, kertas, sabuk, dan golok. Apapun barang-barangnya, apabila ada tulisan

Arab maupun numerik Arab sudah termasuk dalam kategori wafaq (jimat al-

Qur‟an). Menurutnya, penulisan jimat tidak asal menulis, melainkan harus

memakai minyak za‟faran, cairan perak, kuningan sari, yang ditulis dengan pena.

Pada saat prosesi penulisan atau menempelkan doa-doa khusus pada benda

itu, pembuat harus dalam keadaan suci. Di dalam jimat terdapat nomor-nomor

Arab, nama-nama malaikat, nama-nama Khulafaur Rasyidin hingga huruf-huruf

hijāiyyah seperti lafaẓ alif, ba, ta, ṡa, jim, ḫa, kha, dal, żal, ra, zay, sin, syīn, ṣad,

ḍad, ṭa, lam, mīm, dan nūn hingga lain sebagainya.46

Huruf-huruf hijāiyyah dan

44

Wawancara dengan tokoh agama Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah,

Kiyai Sarku pada tanggal 19 April 2017 pukul 22.30 WIB. 45

Huruf-huruf penggalan menurut Abdul Qādir al-Jilānī, mempunyai tempat yang

istimewa. Setiap huruf hijāiyyah memberikan rahasia pemahaman asma-asma Tuhan. Selain itu,

huruf-huruf tersebut mempunyai kecenderungan yang unik. Baginya huruf itu adalah kata kunci

(keyword) untuk memecahakan kode isi dari simbol huruf itu. Dalam Surat Qāf (Qs. 50: 1), ia

menilai bahwa awalan huruf qaf adalah singkatan kata yang tersembunyi pada huruf tersebut.

Lihat, Aik Iksan Anshori, Tafsir Ishari; Pendekatan Hermeneutika Sufistik Tafsir Shaikh „Abd al-

Qādir al-Jīlānī (Jakarta: Referensi, 2012), h. 177. Dikutip dari „Abd al-Qādir al-Jīlānī, (Istanbul:

Markaz al- al-Jīlānī li al-Buhūth al-„Ilmiyah, 2009), Cet. Ke 1, Vol. 1, h. 162 dan 172.

46 Menurut Fauzi Rahman, bahwa huruf-huruf yang biasa digunakan sebagai bahan dasar

jimat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, yaitu: A. huruf alif bermakna amnan. Semua

kata yang terdiri dari huruf alif, lam, dan nun mengandung arti “pembenaran” dan “ketenangan

hati”, antara lain; imān, amānah, dan aman. Al-Qur‟an sebagai pemberi rasa aman sebagaimana

firman-Nya “… dan Dia (Allah) memberi mereka rasa aman dari ketakutan.” (Q.S. Quraisy: 4),

Page 152: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

135

nomor-nomr Arab bukuan sekedar huruf dan nomor saja, melainkan hasil dari

puasa dan salat istikharah.47

Huruf-huruf hijāiyyah merupakan bagian dari na‟at

dan man‟ut atau kata yang disifatkan serta termasuk ke dalam seni pembuatan

jimat al-Qur‟an. 48

ayat ini menunjukkan bahwa kaum kafirpun memperoleh rasa ama, apalagi rasa aman yang

dirasakan oleh orang yang beriman (Q.S. al-An‟am: 82). B. Huruf ba bermakna barran (kebaktian)

dan barākatan (keberkahan). Dalam al-Qur‟an kata barr yang dibubuhi dengan alif dan lam (al-

barr) hanya ditemukan sekali, yaitu firman-Nya yang menunjuk kepada sifat Allah (Q.S. at-Ţhūr:

27-28). Adapun keberkahan secara terminologis, kebaikan yang bersumber dari Allah yang

ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya. Tetapnya kebaikan ini diibiratkan seumpama

tetapnya air di dalam telaga, (Q.S. al-„Arāf: 96). C. Huruf ta bermakna taubatan (taubat/kembali)

dan taufiqan (taufik). D. Huruf tsa bermakna Tsabat (keteguhan) dan Tsawāban (ganjaran). E.

Huruf jim bermakna jazā‟an (balasan) dan jalālan (kemuliaan). F. Huruf ḫa bermakna ḫikmah

(hikmah) dan ḫayā‟an (malu). G. Huruf kha bermakna khusyū‟an (khusyuk) dan khasy-yatan

(takut). H. Huruf dal bermakna daulatan (kekuasaan) dan dalīlan (petunjuk). I. Huruf dzal

bermakna dzihnan (ingatan) dan dzakā‟an (kecerdasan). J. Huruf ra bermakna rahmatan (rahmah)

dan raja‟an (harapan). K. Huruf zay bermakna zuhdan (zuhud) dan zakā‟an (kesucian). L. Huruf

sin bermakna sa‟ādatan (bahagia) dan salāmatan (keselamatan). M. Huruf syīn bermakna syukran

(syukur) dan syifā‟ (kesembuhan). N. Huruf shad bermakna shabran (sabar) dan shadāqatan

(jujur). O. Huruf dhad bermakna dhau‟an (cahaya) dan dhalā‟atan (kekuatan). P. Huruf ṯha

bermakna ṯha‟ātan (ketaatan) dan ṯhāratan (kesucian/kebersihan). Q. Huruf lam bermakna luthfan

(kelemahlembutan) dan liqā‟an (perjumpaan). R. Huruf mīm bermakna maghfiratan (ampunan)

dan matā‟an (kesenangan). S. Huruf nūn bermakna nuran (cahaya) kata cahaya dalam al-Qur‟an

kita dapat temukan di beberapa firman-Nya diantara lain: (Q.S. al-Māidah: 15), (Q.S. Yunus: 5),

(as-Syūra: 52), dan lain sebagainya. Dan huruf nūn juga bermakna najātan (keselamatan) dapat

kita lihat di (Q.S. Maryam: 71-72) dan (Q.S. al-Anbiyā‟: 101-102). Lihat, M. Fauzi Rachman,

Rahasia dan Makna Huruf Hijaiyyah (Yogyakarta: Citra Risalah, 2010), h. 5-246.

47 Prosesi pembuatan jimat al-Qur‟an yang dipotong-potong hingga menjadi huruf-huruf

hijāiyyah dalam pandangan antropologi agama, Edwar Tylor termasuk ritual dan ibadah yang

dikerjakan secara konsisten yang didasari sebuah keyakinan yang kuat tanpa melihat bentuk atau

pun praktiknya. Lihat, Robert F. Murphy, Cultural and Social Anthropology (United State of

America: Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, 1986), h. 168.

48 Wawancara dengan tokoh agama Kampung Cibengkung Desa Citorek Barat, ust. Harjat

pada tanggal 20 April 2017 pukul 17.37 WIB.

Gambar IV.2 Jimat yang

dibuat dari bahan kertas,

guna pengasihan dalam jual

beli (perdagangan).

Page 153: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

136

Jimat wafaq tidak hanya ayat-ayat al-Qur‟an di atas. Akan tetapi, masih

banyak ayat-ayat suci dan nama-nama yang mewarnai bahan dasar pembuatan

jimat al-Qur‟an. Pembukaan surah pun (fawatihus suwar) dalam al-Qur‟an seperti

ayat-ayat mutasyabihat, lafaẓ Allah, nama nabi Muhammad Saw. dan nama

Khulafaur Rasyidin, seperti Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khttab, Utsman bin

„Afan, dan Ali bin Abi Thalib turut menjadi bagian dari jimat al-Qur‟an.49

Adapun referensi yang dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan jimat,

menurut K.H. Mahmud hampir semua pembuat wafaq (jimat al-Qur‟an)

menempuh jalan atas dasar perintah dan petunjuk guru/ijazah. Dalam tradisi

keilmuan Nahdlatul Ulama, perintah guru merupakan segalanya. Hal ini sama

halnya dengan perintah orang tua yang harus diamalkan.

Pengabdian yang dilakukan itu guna mengharapkan berkahnya ilmu

(keberkahan ilmu). “Elmu ma tong kudu loba, percuma elmu loba tapi hanteu

manfaat, meningan saeutik tapi manfaat eta anu leuwih alus,” ujar tokoh agama

Wewengkon Citorek Timur.50

Selain itu, ia juga merujuk pada kitab al-aufāq dan

mujarrabāt al-Kubra karya al-Ghazali ketika hendak membuat jimat. Tapi, ia

lebih mengutamakan dalam proses ritualnya dengan berdzikir, berpuasa, dan

memanjatkan doa-doa tertentu sesuai yang ia dapatkan dari petunjuk gurunya

ketika belajar di pondok tradisional. Dengan demikian, ritual dzikir dan puasa

49

Wawancara dengan tokoh agama adat wewengkon Kasepuhan Citorek Timur, K.H.

Mahmud (bapak Qodir) pada tanggal 21 April 2017 pukul 10.04 WIB. 50

Maksudnya adalah mempunyai ilmu itu tidak mesti banyak, karena sangat percuma

mempunyai ilmu yang banyak tetapi tidak bermanfaat. Lebih baik mempunyai ilmu sedikit, akan

tetapi bermanfaat. Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Desa Citorek Timur, K.H. Mahmud (Bapak Qodir) pada tanggal 21 April 2017.

Page 154: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

137

dilakukan dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menghilangkan dosa,

sehingga keinginan atau pun maksud tertentu mudah terwujud.

Bentuk jimat di atas, ditemukan ayat-ayat fawatih suwar (حم عسق يس ,ه

numerologi dalam bahasa Arab, lafaẓ Allah Swt. dan ayat kursi. Makna ,(كهيعص

dari penggunaan ayat-ayat tersebut guna sebagai penjagaan diri dari makhluk

halus dan manusia yang hendak berbuat jahat dan keselamatan. Mengenai huruf-

huruf al-muqaṭa‟ah atau ayat mutasyabihat dalam jimat itu bagian dari rahasia,

Gambar IV.3 Jimat yang

dibuat dari bahan perak, berisi

fawatihus suwar dan lafaẓ

Allah Swt. dan apabila jimat

dibalik, terdapat ayat kursi

guna sebagai penjaga dan

keselamatan.

Page 155: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

138

karena setiap lafaẓ mempunyai sesuatu yang sengaja disembunyikan maknanya

supaya tidak diketahui makhluknya.51

Selain itu, jimat al-Qur‟an yang berfaedah sebagai proses penjagaan diri

dan keselamatan di atas merupakan huruf-huruf Arab yang terbuat dari bahan

perak. Hal ini dilakukan karena ketika dikenakan pengguna pada bagian leher

tidak mudah hancur dan melembek pada saat terkena air hujan. Jimat di atas, pada

bagian sisinya terdapat lima sudut yang dinisbahkan kepada rukun Islam,

sebagaimana sabda Rasulullah Saw.52

Dari Abu „Abdirrahman „Abdullah bin „Umar bin Khattab,

“Aku mendengar Nabi Muhammad saw. bersabda, Islam

dibangun di atas lima, yaitu persaksiaan bahwa tidak ada

Tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan

Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat,

menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan naik haji ke

baitullah.”

Numerologi juga mempunyai peran penting dalam ta‟wiż53

atau resep

untuk kesembuhan yang dibuat ahli kebatinan atau ahli hikmah, kyai itu untuk

menghalau hal-hal yang jahat. Setiap huruf dan alfabet bahasa Arab membawa

sebuah nilai. Angka-angka itu kemudian ditambahkan dan bisa memberikan

jumlah yang secara simbolik mewakili ungkapan yang suci.54

51

Wawancara mendalam (konfirmasi data) dengan tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, Kyai Sarku pada

tanggal 14 Mei 2017. 52

Wawancara mendalam (konfirmasi data) dengan tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, Kyai Sarku pada

tanggal 14 Mei 2017. 53

ta‟widh adalah doa untuk mengharap rahmat dan perlindungan Tuhan dari kekuatan

setan, terutama dari tipu muslihat dan hasutan setan. Lihat, Bruce Lawrence, The Quran a

Biography terjemhan Aditiya Hadi Pratama (Bandung: Semesta Inspirasi, 2006), h. 162. 54

Bruce Lawrence, The Quran a Biography terjemhan Aditiya Hadi Pratama (Bandung:

Semesta Inspirasi, 2006), h. 148.

Page 156: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

139

Dengan demikian, berbeda dengan tokoh-tokoh agama di atas, praktik-

praktik pembuatan jimat al-Qur‟an yang dilakukan tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Sabrang dan Desa Citorek Kidul, yaitu

K.H. Rumdani lebih memilih menempelkan doa-doanya ke dalam air, dari pada

menempelkan doa di dalam barang-barang tertentu.55

Apabila dia kedatangan

warga masyarakat Adat Wewengkon Citorek maupun luar Wewengkon yang

mengharapkan sebab syariat (ikhtiar/cukang lantaran) untuk penyembuhan

penyakit, kehilangan barang maupun berupa uang, dan lain sebagainya, maka ia

menyarankan untuk berdoa bersama.

Adapun tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Kidul, Ustadz Mukhtar al Khoiri mempraktikkan keahliannya pada bagian

minyak wangi yang dibubuhi khadam magis. Menurutnya, praktik itu lebih

mudah dibandingkan memasukkan magis ke dalam yang berbentuk benda.56

Jimat di atas secara keseluruhan, para pembuat jimat merujuk dan

mengambil dari kitab al-Aufāq karya imam al-Ghazali. Hal ini seperti yang

penulis temukan berupa nama nabi Saw. malaikat, surat al-Ikhlāṣ, numerologi

Arab, dan ayat kursi. Di mana simbol-simbol maupun perangkat jimat di atas

mempunyai keutamaan sebagai keselamatan, kebaikan dan keberkahan hidup.

55

Wawancara mendalam dengan tokoh agama Desa Citorek Sabrang, K.H. Rumdani pada

tanggal 22 April 2017 pukul 16.30 WIB. 56

Wawancara dengan tokoh agama Desa Citorek Kidul, Ust. Mukhtar al Khoiri pada

tanggal 23 April pukul 11.12 WIB.

Page 157: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

140

Bahkan al-Ghazali menyarankan dalam proses pembuatannya agar membaca

bacaan-bacaan khusus.57

3. Jimat Non al-Qur‟an

Praktik jimat yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek berupa benda-benda yang mengandung tuah atau mana seperti keris,

pisau, golok dan tombak merupakan harta turunan dan titipan dari nenek moyang.

Dalam prosesi perawatannya (ritual) adalah setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan

Rajab bertepatan dengan hari isra‟ mi‟raj nabi Muhammad Saw. benda-benda

magis dipertajam dengan menggunakan jeruk nipis dan cuka maupun bentuk

asam-asaman.58

Hal itu dilakukan, karena semua anggota keluarga menghadirinya.

Upacara yang mereka kerjakan terdapat makna yang mendalam, yaitu mempererat

hubungan seluruh sanak family, yaitu silaturrahmi. “Anu dilakukeun tradisi di

Wewengkon Kasepuhan Citorek lain berarti percaya kanu benda, akan tetapi

neruskeun tatali paranti kolot baheula/karuhun, supaya hanteu pareum obor

57

Al-Imām al-ghazālī, al-Aufāq (Beirut: Libanan: t.t.), h, 7.

58 Dalam pandangan antropologi agama, ritual mempertajam barang-barang antik atau

barang yang mempunyai tuah yang dipraktikkan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

termasuk ke dalam ritual agama (Religious ritual or cremony) yang dihadiri partisipan maupun

keluarganya sendiri. Lihat, Robert F. Murphy, Cultural and Social Anthropology (United State of

America: Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, 1986), h. 184. Menurut Richard, dalam praktik

ritual biasanya dilakukan banyak keterlibatan gerak-geriknya fisik, aktif atau tidak aktifnya ucapan

(verbal), dan pengetahuan yang bersifat esoteric maupun exoteric. Lihat, Fiona Bowie, The

Anthropology of Religion (Oxford: Blackwell Publishers, 2001), h. 154.

Page 158: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

141

sareung anggota kaluarga anu sejen,” ujar tokoh masyarakat se-Wewengkon

Kasepuhan, Subri.59

Bentuk jimat yang pernah digunakan tokoh masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Desa Citorek sabrang, Jaro Asid Rosidin berbentuk batu. Benda itu

mempunyai mana berasal dari turunan bapaknya sejak dahulu kala. Kelebihan dari

batu turunan itu, walaupun banyak saudara yang menginginkannya, akan tetapi

benda turunan itu dapat memilih siapa yang pantas menerimanya.

Apabila benda bertuah itu diambil saudaranya, akan tetapi benda antik itu

dapat kembali lagi pada salah satu keluarga yang sudah mendapatkan amanah atau

istilah adat Kasepuhan disebut katitisan. Setiap bulan silih mulud (12 Rabiul

Awal) benda yang mengandung magis itu mesti mendapatkan perawatan disertai

doa dan selametan (dimumule). Apabila pesan tatali paranti kolot baheula

dilanggar, maka benda magis itu akan ngabadi (memberikan efek buruk) kepada

keluarga yang mendapatkan amanah.

Menurutnya Jaro Asid Rosidin, praktik yang dia kerjakan dalam

pandangan sekejap mata memang seperti praktik tradisi budaya Hindu, padahal di

dalam praktik itu terdapat pembacaan al-Qur‟an, yaitu kalimat tauhid dan kalimat

59

Maksudnya adalah tradisi yang dilakukan salah satu masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Citorek bukan berarti mereka mempercayai pada sebuah benda, melainkan meneruskan

perjuangan kolot baheula supaya antar anggota keluarga tidak putus dalam silaturrahmi.

Wawancara dengan tokoh masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Timur, Subri

(Bapak Dewi) pada tanggal 21 April 2017 pukul 13.17 WIB.

Page 159: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

142

toyyibah, mulai dari syahadat dan shalawat, tahlil hingga pembacaan hamdallah

yang diiringi dengan doa selametan. 60

Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek tidak hanya

mempraktikkan benda-benda turunan. Namun juga mayoritas masyarakat Adat

Kasepuhan menggunakan syariat (cukang lantaran) kemenyan dan panglai. Kedua

benda magis ini biasanya diisi jampe-jampe, doa. Selain itu, benda-benda magis

seperti panglai dan kemenyan termasuk perlengkapan pada saat prosesi acara

berlangsung. Kedua benda magis itu mesti dihadirkan, laksana seperti

menjalankan kewajiban shalat yang harus berwudhu terlebih dahulu.61

Adapun jimat atau barang-barang yang bertuah dalam perspektif kaolotan

Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek, yaitu berbentuk seperti, sawah tangtu,

keris, tombak, pisau, hihid, dulang, pangarih, sepaheun, kemenyan, dan panglai.

Barang-barang ini merupakan benda-benda yang erat kaitannya dengan peralatan

keluarga dan sebelum maupun sesudah ritual dalam bercocok tanam padi, baik di

sawah maupun di huma (perkebunan). Mereka mendapatkannya melalui turunan-

menurun dari tatali paranti kolot baheula/karuhun yang mesti dilanjutkan kembali

perjuangannya. Apabila tidak meneruskan perjuangannya, maka masyarakat Adat

se-Wewengkon Kasepuhan Citorek akan mendapatkan pamali (berdosa) yang

berfek kepada negatif.62

60

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek

Sabrang, Jaro/Kepala Desa Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017 pukul 09.34 WIB. 61

Wawancara dengan warga masyarakat Adat wewengkon Kasepuhan Kampung

Cibengkung Desa Citorek Barat, Rohendi pada tanggal 20 April 2017 pukul 21.30 WIB. 62

Wawancara dengan tokoh adat masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Kidul, Olot Calo tonggoh pada tanggal 23 April 2017 pukul 10.42 WIB.

Page 160: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

143

Jimat lokal ini digunakan ketika prosesi upacara adat atau pun upacara

keagamaan, maupun selametan berlangsung. Dalam perspektif tokoh adat

Kasepuhan, sepaheun mempunyai makna filosofi hidup yang sangat mendalam

bagi incu putu masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan. Oleh karenanya, mesti

dilakukan setiap incu putu masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek.

Sepaheun terdiri dari daun sirih (sereuh) yang berjumlah 5 menandakan bahwa

adat Kasepuhan berpegang teguh pada rukun Islam. Sereuh mempunyai arti

bahwa dalam menjalankan kehidupan ini, incu putu masyarakat adat Kasepuhan

harus bertafakur (kudu ngarereuh).

Biji pinang bermakna sebagai pertimbangan hidup (kudu ditimbang). Bagi

incu putu masyarakat Adat wewengkon Kasepuhan Citorek dalam mengambil

keputusan atau menjalankan kegiatan harus didasari dengan pertimbangan.

Gambir bermakna berpikir. Di mana pun incu putu masyarakat adat Kasepuhan

berpijak mesti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan

memutuskan sesuatu (kudu mikir).

Gambar IV.4 Jimat lokal

masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan

Lebak-Banten; Sepaheun.

Page 161: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

144

Kemudian, bako63

bermakna setiap kegiatan atau pun keputusan yang

sudah dilakukan mesti disertai dengan pengharapan (kudu didago). Oleh karena

itu, apu atau kapur yang sudah diendapkan untuk ramuan makan sirih (dicampur

dengan gambir, kapulaga, cengkih, dan sebagainya) bermakna, dari semua usaha

yang sudah dikerjakan secara sungguh-sungguh (all ouat) apapun hasilnya harus

diterima dengan lapang dada (kudu diaku).64

Tata cara mereka dalam mendapatkan benda-benda turunan melalui titip,

titip, titip, dan titip terus berkesinambungan dari generasi incu putu sampai ke

generasi incu putu masyarakat adat Kasepuhan yang lain. Kebiasaan ini sudah

berlanjut dari pertama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan bermukim di

kawasan Gunung Halimun. Bahkan tradisi menggunakan benda-benda magis di

atas sudah dipraktikkan semenjak Kerajaan Sunda Prabu Siliwangi sampai abad

kontemporer.65

Selain itu, jimat beruapa mantra merupakan produk asli yang digunakan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek secara turun-temurun. Bahkan

jangjawokan ini berasal dari kerajaan Sunda, Prabu Siliwangi. Adapun ritualnya,

doa jangjawokan diintegrasikan dengan bacaan syahādat, shalawat dan diakhiri

63

Bako adalah lempengan tembakau yang dibuat berkeping-keping tipis. Lihat, Ebta

Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1 (Jakarta: Freeware, 2010) atau dapat

diakses di http://ebsoft.web.id 64

Wawancara mendalam (konfirmasi data) dengan tokoh adat Kasepuhan Kampung

Cibengkung Desa Citorek Barat, Olot Umar pada tanggal 14 Mei 2017. 65

Tokoh adat Kasepuhan wewengkon Desa Citorek Kidul pengurus Kasepuhan terbagi

menjadi dua, yaitu olot Calo tonggoh (tugasnya mengurus hal-hal yang berkaitan dengan bercocok

tanama padi sawah maupun huma) dan olot Calo landeuh (tugasnya mengurus hal-hal yang

berkaitan dengan pemerintahan yang disebut dengan jaro kolot). Wawancara dengan warga

masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Kidul,Misbahudin pada tanggal 23 April

2017 pukul 12.32 WIB.

Page 162: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

145

dengan hurip ku nabi waras ku Allah ku kersaning Allah lā ill Allah muḫammad

rasūlullah.66

Jangjawokan disebut juga ilmu buhun, yaitu ilmu keturunan dari nenek

moyang yang menggunakan bahasa Sunda Kuno. Hal ini seperti doa ketika

hendak berhadapan dalam persidangan (palakara). Selain itu, mantra atau

jangjawokan ini digunakan ketika berhadapan dengan orang yang gagah perkasa

yang akan menẓalimi (ngarogahala), tetapi dia akan tunduk seketika pada saat

pengguna membacakannya.

“A‟uzdubillāh himinasyiṯhanirrajjīm bismillāhirrahmānirraḫīm

maning jalu siluluyu datang sarengeteng denge tungkul tanuk

tangah nyemah hurip ku Nabi waras ku Allah ku kersaning Allah

lā ill Allah muḫammad rasūlullah.”67

Adapun jangjawokan yang biasa digunakan ketika mendoakan atau

menolong orang-orang yang terkena penyakit, seperti penyakit gatal-gatal,

penyakit mata (konjungtivitis), penyakit bisul, penyakit gondok, penyakit cacar

air, campak, luka, dan penyakit onongeun dapat dibacakan jangjawokan di bawah

ini dengan khusu dan ikhlas.

“A‟uzdubillāh himinasyiṯhanirrajjīm bismillāhirrahmānirraḫīm

sang ratu awun-awun, sang ratu berhala pangeran sada sakti,

sang ratu uleng-uleng, sang ratu ening-ening, manik herang

manik lenggang, gumancang di gunung karang, sang ratu

talawira, buyut gintung sada sang putih, inamang hati awaking

66

Pengintegrasian antara bacaan al-Qur‟an dan jangjawokan agar doa-doa yang

dipanjatkan terkabul. Wawancara dengan masyarakat/warga Adat Wewengkon Kasepuhan

Kampung Cibengkung Desa Citorek Barat, Abah Nasid pada tanggal 20 April 2017 pukul 11.41

WIB. 67

maning jalu siluluyu datang sarengeteng denge tungkul tanuk tangah nyemah hurip ku

Nabi waras ku Allah ku kersaning Allah lā ill Allah muḫammad rasūlullah Maksudnya adalah

apabila dihadapkan dengan persidangan maupun keadaan sontak yang mengancam pada

keselamatan, maka orang yang hendak mendzalimi atau pun pada saat persidangan akan

tercengang dengan kekalahan (patalukkan).

Page 163: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

146

inamang hati, sang ratu komara geni, sang ratu tunjang buana,

sang ratu tunjang budha, ulah hilap tina gawe, karaksaan aing

anu aya di gunung karang, hurip langgeng ing manusa, anu aya

sajati ning manusa. Cep tiis, cep tiis, cep tiis, hurip ku Nabi

waras ku Allah ku kersaning Allah lā ill Allah muḫammad

rasūlullah.”

Makna dari jangjawokan di atas, berisi bentuk sambatan atau bersambat si

pengguna mantra kepada sang ratu dan raja penguasa alam yang mengganggu

anak manusia dari kehidupan naluriahnya. Sambatan ini dilakukan agar anak

manusia dikembalikan kepada kehidupan sediakala (naluriahnya), yaitu hurip

langgeng ing manusa, anu aya sajati ning manusa.68

Akhir dari mantra ini

terdapat term cep tiis, cep tiis, dan cep tiis guna penyakit yang mengendap di

dalam tubuh manusia agar lekas sembuh dan merasakan ketenangan.

B. Ritual Masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan dalam

Menggunakan Jimat

Pengamalan yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak Banten pada al-Qur‟an hingga menjadi berbentuk jimat yang

mempunyai beragam praktik, di antaranya jimat dikenakan pada bagian dompet,

menempelkan jimat di bagian ambang pintu dan lemari, mengenakan jimat pada

bagian dalam sabuk, serta menyimpan jimat kecil pada bagian dalam minyak

hingga melebur.

Praktik-praktik ini dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek bertujuan mendatangkan keselamatan dan keberkahan, karena di dalam

68

Hurip langgeng ing manusa, anu aya sajati ning manusa maksudnya adalah kehidupan

manusia sesuai dengan sunnatullah. Wawancara mendalam (konfirmasi data) dengan warga adat

wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Barat, Abah Nasid pada tanggal 14 Mei 2017.

Page 164: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

147

jimat terdapat ayat-ayat suci al-Qur‟an, lafaẓ Allah Swt. asmaul husna, nama-

nama malaikat, nabi Muhammad Saw. Khulafaur Rasyidin, dan nama-nama para

waliyullah (kekasih Allah Swt).

1. Menempelkan Jimat pada Bagian Ambang Pintu dan Lemari

Jimat yang biasa dijadikan hiasan di dinding dalam ruangan rumah berupa

tulisan kaligrafi seperti orang yang sedang berdoa, berupa harimau, berupa

burung, dan berupa ular naga. Di dalam tulisan itu terdapat ayat-ayat suci al-

Qur‟an, lafaẓ Allah Swt. asmāul ḫusna, nama-nama para nabi dan malaikat, serta

nama Khulifaur Rasyidin.

Tulisan kaligrafi di atas memang mudah ditemukan di Pasar-pasar. Akan

tetapi, berbeda halnya dari sudut manfaat atau pengaruh dengan tulisan Arab

berupa jimat al-Qur‟an yang dipotong-potong hingga menjadi huruf-huruf

hijāiyyah yang diperoleh melalui ijazah atau dari ahli hikmah (kyai).

Benda magis itu hasil dari jerih payah kyai, mengusahakannya melalui

puasa atau bahkan salat istikharah agar khadam magis masuk ke dalam tulisan

atau benda yang hendak digunakan sebagai penyelamat, karismatik, pengasihan

maupun penglaris ini tergantung dari kebutuhan pengguna ketika mendatangi ahli

hikmah.69

Selain itu, bentuk jimat yang di tempel di ambang pintu tidak hanya

bertuliskan kaligrafi dan jimat al-Qur‟an, melainkan dalam bentuk tulisan Arab

69

Wawancara dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Kidul, Ustadz Mukhtar al Khoiri pada tanggal 23 April 2017 pukul 11.12 WIB.

Page 165: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

148

pun seperti al-Qur‟an lumrah, yang biasa digunakan. Ini sesuai yang pernah

dipraktikkan warga masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Tengah, Suryadinata meletakkan jimat di ambang pintu lantaran sesuai petunjuk

gurunya pada saat ketika ia nyantri (belajar) di Pondok tradisional.

Dia dapat pesan ketika hendak menempelkan doa-doa itu pada bagian

lemari, syarat utamanya adalah harus berpakaian sopan, menghadap kiblat, dan

dalam keadaan suci. Selain itu, ia disarankan agar membaca basmaallah dan

syahadatain dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan.70

Jimat keselamatan di atas, ketika peresearch mengamatinya dengan

seksama, di dalam jimat itu terdapat beragam doa berupa ta‟wiż atau permohonan

perlindungan seorang hamba yang lemah kepada Tuhannya, Allah Swt. dari tipu

muslihat dan halusinasi setan.

70

Wawancara dengan santri kolot Majlis Ta‟lim Nurul Iman Kampung Babakan Cicurug

Desa Citorek Tengah, Suryadinata pada tanggal 19 April 2017 pukul 17.41.

Gambar IV.7 Jimat keselamatan

yang di tempel pada bagian

ambang pintu dan lemari.

Page 166: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

149

“Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari

Iblis dan pasukan tentara setan dan kami

berlindung kepada-Mu sesuatu makhluk yang

sangan jelek dan buruk.”

Menurut warga masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Ibu Tiamah, jimat yang dia gunakan mesti di tempelkan di ambang pintu

dan dijadikan hiasan rumah, baik pada bagian ruangan tamu maupun di ambang

pintu bagian dalam. Ini dilakukan karena berdasarkan petunjuk ketika Tiamah

mendapatkannya dari Jawa Timur dan Jawa Barat, Madura dan Bogor pada saat

Ziarah ke makam para waliyullah bersama rombongan dari Wewengkon Citorek.

Ia meyakini atas praktik sebab syariat (usaha) yang dia dikerjakan, yaitu

menempelkan lafaẓ-lafaẓ al-Qur-an pada bagian rumahnya akan mendatangkan

keselamatan dan keberkahan, karena di dalam hiasan itu sewaktut-waktu akan

menimbulkan kesakralannya sebagai penjaga dari ilmu hitam (teluh) yang hendak

menzalimi.71

71

Wawancara dengan warga masyarakat adat wewengkon Kasepuahn Desa Citorek

Sabrang Bu Tiamah pada tanggal 22 April 2017.

Gambar IV.8 Jimat keselamatan yang di tempelkan pada ambang pintu serta

dijadikan hiasan rumah.

Page 167: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

150

Berdasarkan hasil wawancara, gambar ular naga, harimau, dan buaya di

atas tidak memiliki makna yang signifikan, kecuali hanya sekedar seni dari si

pembuat jimat. Hal ini dapat dikatakan wajar karena tidak ada keterangan secara

eksplisit dalam kitab al-aufaq dan mujarāt al-Kurbra tentang gambar-gambar

tersebut. Pendapat ini dikuatkan oleh kyai Sarku, seorang ulama adat wewengkon

Kasepuhan Desa Citorek Tengah.72

2. Mengenakan Jimat pada Bagian Sabuk

Tokoh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kepala Desa Citorek

Sabrang, Jaro Asid Rosidin pernah merasakan keanehan yang ia rasakan di luar

nalar manusia, yaitu ketika mencoba dan mempraktikkan jimat al-Qur‟an (wafaq)

beruapa sabuk tidak mempan dibacok (kekebalan). Selain itu, pada saat

mengenakannya, dia merasakan suasana panas kepada bagian seluruh anggota

badan, hingga bawaannnya tidak bisa menahan emosi ketika menghadapi masalah.

Di bawah alam sadar, jimat itu berfek percaya diri dan tidak pernah takut ke siapa

pun yang dia hadapi.

Jimat ayat-ayat suci al-Qur‟an berupa wafaq yang terdiri dari huruf-huruf

hijāiyyah dan numerik-numerik Arab Asid Rosidin mendapatkannya melalui

ijazah pada saat nyantri (belajar) di Pondok Pesantren Salafiah. Menurutnya,

banyak orang-orang yang memaknai al-Qur‟an sebagai jimat, akan tetapi tidak

disertai dengan guru dan ijazah yang pada akhirnya berubah menjadi gila.

72

Wawancara dengan tokoh agama masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa

Citorek Tengah, kyai Sarku, pada tanggal 14 Mei 2017.

Page 168: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

151

Dia sangat percaya, bahwa yang dia kerjakan sesuai petunjuk gurunya

yaitu mengenakan ayat-ayat suci al-Qur‟an pada bagian dalam sabuk hanya

sebatas syariat atau mediator. Adapun kelebihan dan efek dari barang itu yang

dapat melampaui nalar manusia hanyalah pemberian Allah Swt. yang berguna

sebagai penjaga diri dari orang yang hendak menzalimi. “Kahareup jurang

katukang jungklang,”73

ketika keadaannya memaksa, sudah tidak ada jalan lain

untuk mecari keselamatan, maka lebih baik melawan dan berperang dengan

orang-orang yang hendak menzalimi itu.

Dengan demikian, tata cara dalam mempraktikkan wafaq (jimat al-Qur‟an)

itu, semestinya dalam keadaan suci, dan tidak boleh digunakan dalam keangkuhan

dan kesombongan, melainkan harus dalam keadaan kacau atau sukar serta tersudut

ketika dalam menghadapi berbagi persoalan. Perintah ini dilakukan karena

amanah pada saat ijazah. Selain itu, benda itu tidak hanya berupa barang biasa,

melainkan terdapat dalil atau ayat-ayat suci al-Qur‟an yang mesti dijaga, diraksa

dan dilestarikan.74

3. Meletakkan Jimat dalam Dompet

Dompet merupakan tempat untuk menyimpan uang maupun untuk

menyimpan sesatu yang berbentuk privasi (rahasia). Pandangan salah satu warga

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek, dompet merupakan tempat

privatisasi yang bagus dan aman untuk menyimpan barang seperti jimat. Adapun

73

Maksudnya adalah keadaan genting, tidak ada jalan lain baik ke depan maupun ke

belakang. Hasil wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat adat wewengkon Kasepuhan

Desa Citorek Sabrang, Jaro Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017. 74

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Jaro Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017 pukul 09.34 WIB.

Page 169: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

152

jimat al-Qur‟an yang berukuran kecil adat kebiasaan masyarakat mengenakannya

pada bagian dompet.

Jimat yang dikenakan dalam dompet bisanya untuk mendapatkan karisma

yang tinggi (pangabaran), kekebalan, pengasihan, dan penglaris. Namun, praktik-

praktik mistik ini dilakukan oleh Supriati masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Kampung Cicurug Desa Citorek Tengah dalam hal perdagangan

warungan (toko sembako).75

Ketika ia berencana membuka toko sembako, sebelumnya ia meminta doa

atau syariat (usaha) kepada ahli hikmah, kyai agar perdagangannya lancar.

“Alhamdulillah kami dibere ceceukeulan, anu berupa potongan-potongan ayat-

ayat suci al-Qur‟an supados diaspkeun kanu dompet.”76

Dari ahli hikmah ia

disarankan agar meletakkan jimat yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur‟an berupa

huruf hijāiyyah itu di dalam dompet. Atas ikhtiar dan keberkahan al-Qur‟an yang

dia kerjakan sebelumnya, memberikan pengaruh maslahat dan kemanfaatan dalam

proses berdagang.

75

Wawancara dengan Supriati warga masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung

Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, pada tanggal 19 April 2017 pukul 11.34 WIB.

76 Maksudnya adalah saya bersyukur atas pemberian jimat al-Qur‟an dari Kyai guna

sebagai pegangan (teteungeur hate) ketika meminta petunjuk dan keberkahan dalam berdagang

agar ditempatkan pada bagian dompet. Wawancara dengan Supriati warga masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, pada tanggal 19 April

2017.

Page 170: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

153

Praktik ini dilakukan hal yang sama oleh masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Kampung Guradog Barat Desa Citorek Timur, Suryani. Jimat yang ia

dapatkan dari orang yang dianggap tahu tentang ilmu kebatinan, yaitu ahli

hikmah, kyai sebanyak dua buah jimat. Kedua benda itu berupa tulisan Arab yang

dipotong-potong. Ketika ia hendak menggunakannya harus sesuai dengan

penunjuk, yaitu mesti menempelkan jimat di ambang pintu toko dan

mengenakannya pada bagian dalam dompet.77

Selain itu, ia juga mendapatkan doa-doa khusus yang harus diamalkan

(diwirid) ketika sesudah shalat.78

Namun, dalam mempraktikkannya, guna sebagai

jembar rezeki atau penglaris dalam proses perdagangan ia selalu membaca surat

al-Wāqi‟ah pada bagian ayat (wafākihating kaṡīrati llā maqṭū‟ati walā

mamnū‟ah) sebanyak 16 kali pada saat sebelum berjualan. Ayat itu ia maknai

sebagai permohonannya kepada Allah Swt. agar diberikan rezeki yang banyak dan

tidak ada putus-putusnya. Suryani merasakan perbedaan yang signifikan,

77

Wawancara dengan Suryani warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan kampung

Guradog Barat Desa Citorek Timur pada tanggal 21 April 2017 pukul 15.34 WIB. 78

setiap harinya Suryani mengamalkan (mewiridkan) secara bolak-balik Bismillāh 100

kali, Surat Al-Fātiḫah 10 kali, 100 ان زبى كسيم kali, dan 100 يامالك القدس kali. Wawancara mendalam

dengan Suryani warga masyarakat Adat wewengkon Kasepuhan kampung Guradog Barat Desa

Citorek Timur pada tanggal 21 April 2017.

Gambar IV.9 Jimat pengasihan

yang dapat digunakan dalam

proses perdagangan.

Page 171: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

154

dibandingkan sebelumnya yang tidak mengamalkan (mewiridkan) atau pun tidak

mengenakan jimat al-Qur‟an dalam kehidupannya.

Adapun jimat yang dikenakan dalam dompet, bagi budayawan Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek, Mulyadi Sugiansar sebagai teteungeur hate,

pegangan hidup, yaitu pemeliharaan diri dari setan dan dari orang-orang yang

hendak berdengki. Menurutnya, perihal jimat terdapat tuah atau pun tidak! Hal itu

tergantung orang yang mempraktikkannya. Menurutnya, hakikat dari jimat itu

sendiri adalah sugesti seseorang pada saat memaknai dalam mempergunakannya.

Ketika dalam mempernggunakan jimat itu, ia mengenakannya pada bagian

yang paling domestiksasi privatisasi, yaitu pada bagian dalam dompet dan tidak

boleh terbawa buang air kecil maupun buang air besar. Praktik yang dia kerjakan

sesuai perintah ketika pertama mendapatkan dari ahli hikmah, kyai maupun guru

spiritual. Selain itu, pada saat berpergian ke mana pun benda magis itu (jimat)

suatu keharusan untuk dikenakan dan dibawa, karena memberikan efek positif

yaitu percaya diri dan mendatangkan ketenangan.79

4. Mencampurkan Jimat ke Dalam Minyak

Minyak merupakan zat cair berlemak, biasanya kental, dan tidak larut

dalam air.80

Kemudian, jimat al-Qur‟an yang berukuran kecil dicampur-adukkan

ke dalam minyak wangi, yaitu barang cair asri yang harum baunya hingga merata.

79

Hasil wawancara mendalam dengan budayawan warga Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek Kampung Naga I Desa Citorek Tengah, Mulyadi Sugiansar pada tanggal 19 April 2017

pukul 13.54 WIB. 80

Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1 (Jakarta: Freeware,

2010) atau dapat diakses di http://ebsoft.web.id

Page 172: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

155

Hal ini dipraktikkan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung Babakan

Sawah Desa Citorek Sabrang, Sarnata tiap kali hendak berjualan selalu

mengenakan minyak yang sudah dicampurkan dengan ayat-ayat suci al-Qur‟an,

jimat berupa wafaq.

Tata cara dalam menggunakan benda magis itu diantaranya, (1) jiwa dan

raga harus dalam keadaan suci, (2) membaca doa dengan khidmat, sesuai perintah

atau petunjuk pada saat pertama ia mendatangi ahli hikmah, kyai (3)

menyemprotkan parfume pada badan secukupnya. “Si minyak eta dioles-oleskeun

atanapi disemprotkeun kana bagian awak, pikeun dipikaweulas dipikaasih ku

manusa.”81

Prosesi acara itu diyakini akan mendatangkan kejembaran rezeki yang

banyak, dibandingkan dengan sebelumnya. Pasca mempraktikkan jimat itu, sesuai

dengan arahan gurunya, dia merasakan sesuatu hal yang berbeda dengan yang

sebelumnya, yaitu keberkahan rezeki. Kelebihan yang dia dapatkan meski sedikit

jumlahnya, akan tetapi rezeki terus-menerus berdatangan. “Arek naon loba-loba

oge ari ngan sakali mah,”82

pengguna membandingkan dengan income yang

banyak, akan tetapi hanya sebatas musiman.83

81

Maksudnya adalah minyak yang sudah dicampurkan dengan jimat al-Qur‟an dioleskan

pada bagian badan hingga merata, guna sebagai penglaris dalam berdagang. Ketika dihadapan

orang-orang yang hendak membeli mempunyai sifat mikaweulas mikasih (pemurah dan

penyayang) oleh sesama. Hasil wawancara mendalam dengan warga masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Kampung Babakan Sawah Desa Citorek Sabrang, Sarnata pada tanggal 22 April 2017.

82 Maksudnya adalah buat apa rezeki banyak-banyak apabila berdatangannya cuma satu

kali atau musiman. Lebih baik berdatangan rezeki sedikit, akan tetapi berkesinambungan (terus-

menerus). 83

Hasil wawancara dengan warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Sarnata pada tanggal 22 April 2017 pukul 13.15 WIB.

Page 173: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

156

Berbeda dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Desa Citorek Kidul, Ustadz Mukhtar al Khoiri, jimat yang dikenakan ke dalam

minyak dipergunakan sebagai media dalam meraih pangabaran atau karisma yang

tinggi dalam pandangan masyarakat.

Ketika bermaksud mengenakan minyak yang sudah dicampurkan dengan

ayat-ayat suci al-Qur‟an berupa jimat baik potongan-potongan lafaẓ al-Qur‟an

hingga menjadi huruf hijāiyyah maupun ayat-ayat tertentu dan surat-surat tertentu.

Sebelumnya, dia mewiridkan doa-doa khusus diiringi dengan berpuasa. Hal ini

dilakukan supaya minyak yang dia gunakan berhasil sesuai dengan kebutuhan

awal (doa pertama).84

C. Manfaat Mengenakan Jimat

Bentuk jimat al-Qur‟an yang dipotong-potong hingga menjadi huruf-huruf

hijāiyyah apabila diamati tidak jauh berbeda dengan benda-benda yang biasa kita

temukan dalam masyarakat umum. Namun, ada sesuatu yang berbeda dengan

benda-benda yang diperjualbelikan di pasaran, guna dijadikan sebatas hiasan

dindinng dalam ruangan rumah.

Berbeda dengan jimat yang dikeluarkan langsung oleh ahli hikmah, kyai.

Letak perbedaannya pada pengaruh atau manfaat dari benda magis khadam itu.

Hal ini karena, hasil dari jerih payah pembuat yang melalui jalan meditasi,

84

Hasil Wawancara mendalam dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan Desa Citorek Kidul, Ustadz Mukhtar al Khoiri pada tanggal 23 April pukul 11.12 WIB.

Page 174: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

157

wiridan, puasa, dan salat istikharah. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek berbeda-beda.

Tergantung seberapa besar masalah dan seberapa banyak syariat (cukang

lantaran, ikhtiar) yang mereka gunakan. Ada yang memanfaatkannya sebagai

media dalam pencarian jodoh, pangabaran; karisma yang tinggi di semua mata

manusia, pengasihan/penglaris dalam perdagangan, kekebalan dalam lingkungan

tanah kejawaraan, serta keselamatan dan keberkahan dalam masyarakat umum.85

1. Pengasihan (penglaris)

Menjadikan perusahaan tidak cukup dengan ikhtiar saja, melainkan harus

diserati dengan doa. Hampir seluruh masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek khususnya yang concern dalam usaha pertokoan atau warungan

menggunakan beragam doa. Mulai dari doa yang bersifat jangjawokan (mantra),

doa kejawen, maupun jimat al-Qur‟an.

Praktik-praktik yang telah mereka kerjakan, manfaatnya sudah dirasakan

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung Guradog Barat Desa Citorek

85

Persepsi masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan jimat al-Qur‟an guna sebagai

kekebalan, jembar rezeki, pengasihan, penglaris, karimatik yang tingggi (pangabaran) dan lain-

lain merupakan implikasi dari ketidaksanggupan mereka dalam memecahkan permasalahan hidup.

Hal ini seperti teori Frazer, bahwa manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan

sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Makin terbelakang

kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Soal-soal hidup yang tak dapat

dipecahkan dengan akal dipecahkannya dengan magic, ilmu gaib. Bahkan menurut Rudlf Otto

semua sistem kepercayaan di dunia berpusat kepada suatu konsep tentang hal yang magis

(mysterium) yang dianggap maha dahsyat (tremendium) dan keramat (sacer) oleh manusia

disebabkan oleh sifat tak rasional dari konsep Tuhan (uber das irrationale in der idee des

gottlichen). Lihat, Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, h. 54 dan 66.

Page 175: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

158

Timur, Suryani.86

Sebelumnya, Suryani tidak percaya atas praktik magis

(nyareat)87

yang dilakukan kawan sepekerjaannya. Akan tetapi, setelah dia

mempraktikkan jimat potongan ayat-ayat suci al-Qur‟an dan ijazah berupa

wiridan88

dari ahli hikmah, efeknya memberikan pengaruh yang berbeda dengan

yang sebelumnya, yaitu lebih berkah dan lancar. Perbedaan pengaruh yang ia

rasakan disebabkan karena setiap harinya ia mengamalkan Bismillāh 100 kali,

Surat Al-Fātiḫah 10 kali, 100 ان زبى كسيم kali, dan 100 يامالك القدس kali.89

“Kalancaran atanapi laris jualan lain pangaruh tina jimat, tapi tina

berkahna ayat-ayat al-Qur‟an anu ku urang kudu diraksa sareung dijaga”, ujar

Suryani.90

Selain itu, Suryani juga menempelkan wafaq (potongan-potongan ayat

suci al-Qur‟an) di atas ambang pintu toko dan mengenakannya dalam dompet.

Praktik ini dilakukan karena dalam al-Qur‟an terdapat banyak doa-doa, dan atas

perintah ketika dia nyareat mendatangi ke kediaman para ahli hikmah atau kyai.91

86

Suryani merupakan salah satu warga Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung Guradog

Barat Desa Citorek Timur yang menggunakan (pengguna) jimat al-Qur‟an sebagai penglaris

dagangan. 87

Nyareat adalah usaha yang dilakukan masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Citorek agar diberikan petunjuk, kelancaran dan doa kepada Kyai. Nyareat dalam perspektif Imam

al-Ghazali merupakan usaha yang dilakukan manusia agar mendapatkan pancaran cahaya

(petunjuk) dari ahli hikmah (kyai). Lihat, al-Ghazali, Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar,

terjemahan Hasan Abrori dan Mashur Abadi, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 45-46. 88

Wiridan adalah amalan-amalan berupa doa khusus yang dilakukan secara berulang-

ulang baik pada waktu malam maupun siang sesudah shalat. Wawancara dengan Suryani warga

masyarakat adat wewengkon Kasepuhan kampung Guradog Barat Desa Citorek Timur ketika

konfirmasi data pada tanggal 2 Juni 2017. 89

Amalan yang dikerjakan warga masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Timur, Suryani termasuk ke dalam jimat. 90

Pengaruh yang dirasakan Suryani bukan dari efek keyakinan pada jimat atau pun doa-

doa khusus melainkan efek dari berkahnya al-Qur‟an, karena ia telah menjaganya dan

mengamalkannya. 91

Wawancara dengan Suryani warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan kampung

Guradog Barat Desa Citorek Timur pada tanggal 21 April 2017 pukul 15.34 WIB.

Page 176: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

159

Dengan demikian, praktik di atas dilakukan hal yang sama oleh warga

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan Kampung Babakan Cicurug Desa

Citorek Tengah,92

Supriati dan warga masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Kampung Babakan Sawah Desa Citorek Sabrang, Sarnata.93

Namun, mereka tidak

memberikan penjelasan secara jelas mengenai amalan (doa) apa yang mereka

kerjakan setiap harinya, lantran hal ini menurut mereka merupakan sebuah rahasia

yang sangat privatisasi.

Oleh karena itu, jimat pengasihan yang mereka gunakan memberikan

manfaat yang berbeda. Padahal, sebelumnya income Toko Sembako atau

warungan mereka biasa-biasa saja, akan tetapi setelah mereka mempraktikkannya

dapat mendatangkan kelancaran. Padahal, usaha yang mereka kerjakan bukan

melalui ritual pesugihan maupun memuja-muja, tetapi hanya menggunakan jimat

al-Qur‟an hingga dapat mendatangkan keberkahan dan keselamatan dalam

mencari nafkah.

2. Karismatik (pangabaran)

Jimat pangabaran atau karismatik biasanya digunakan tokoh-tokoh

masyarakat tertentu, seperti tokoh politik, tokoh agama, maupun tokoh adat

Kasepuhan. Tapi, warga masyarakat biasa pun tidak sedikit yang mengenakannya.

Praktik ini sudah bukan menjadi rahasia umum dilakukan masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek. Pengguna jimat pangabaran mayoritas

92

Wawancara dengan Supriati warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Kampung

Babakan Cicurug desa Citorek Tengah, pada tanggal 19 April 2017 pukul 11.34 WIB. 93

Hasil wawancara dengan warga masyarakat adat wewengkon Kasepuhan Desa Citorek

Sabrang, Sarnata pada tanggal 22 April 2017 pukul 13.15 WIB.

Page 177: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

160

digunakan kaum muda, tokoh agama, maupun tokoh pemerintahan guna membuka

perasaan subjektif atau fenomena motorik yg mendahului dan menandai

permulaan suatu serangan paroksismal atau aura.

Praktik-praktik demikian diakui oleh tokoh agama masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Kampung Cibengkung Desa Citorek Barat Ustadz Harjat.

Menurutnya, jimat al-Qur‟an yang dia gunakan hanya sebagai mediasi agar

mempunyai karismatik (pangabaran) di mata masyarakatnya. Praktik ini,

menurutnya dilakukan agar masyarakat mendengarkan dan mempraktikkan pesan-

pesan yang telah beliau sampaikan baik melalui penafsiran ayat-ayat yang tersurat

maupun tersirat dan kitab-kitab kuning.94

Jimat karismatik merupakan teteunger hate (pegangan) memperoleh

karismatik di setiap pandangan manusia. Jimat ini tersusun dari Surat al-Ḫijr: 1-99

94

Wawancara dengan tokoh agama Kampung Cibengkung Desa Citorek Barat, ustadz

Harjat pada tanggal 20 April 2017 pukul 17.37 WIB.

Gambar IV.5 Jimat yang

biasa digunakan sebagai

karisma yang tinggi dan

pembuka aura.

Page 178: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

161

dan Surat al-Ikhlāṣ: 1-4, serta nama-nama seperti malaikat Jibril, Mingkail, Israfil,

dan Izrail. Jimat ini bertuliskan warna merah sebagai simbol kesakralan. Warna

merah ini mengikuti tengah-tengah al-Qur‟an, yaitu walyatalaṭaf Surat al-Kahf

ayat ke 19, dimana ayat ini diyakini sebagai simbol maupun lambang kesucian.95

Manfaat dari jimat karismatik juga dirasakan langsung kepala Desa

Citorek Sabrang, Jaro Asid Rosidin. Menurutnya, apabila tidak mempunyai jimat

(teteungeur hate atau pegangan hidup) maka dia akan kesusahan dalam memimpin

masyarakat yang berjumlah 1.501 Jiwa dari jumlah keluarga, penduduk dan sex

rasio Desa Citorek Sabrang.96

“Alhamdulillah setiap kali menginstruksikan

kepada semua perangkat Desa maupun masyarakat, mereka langsung

memperhatikan dan melaksanakannya dengan baik sesuai perintah,” pungkas Jaro

Citorek Sabrang.97

3. Penyelamat Jiwa dan Raga

Jimat merupakan media keselamatan atau pegangan hidup bagi masyarakat

Adat Wewengkon Kasepuhan Citorek. Media ini digunakan tergantung tujuan dan

kebutuhan mereka masing-masing. Tapi, kebanyakan masyarakat Wewengkon

Citorek mengenakan barang bertuah ini untuk keselamatan. Benda-benda yang

mereka gunakan berupa barang turunan dari nenek moyang seperti batu, keris,

95

Wawancara mendalam (konfirmasi data) dengan tokoh agama Kampung Cibengkung

Adat Wewengkon Kasepuhan Desa Citorek Barat, Ustadz Harjat pada tanggal 14 Mei 2017. 96

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Cibeber Dalam Angka; Cibeber Subdistrict In

Figures 2016 (Kabupaten Lebak: Badan Pusat Statistik, 2016), h. 21. 97

Hasil wawancara mendalam dengan tokoh pemerintahan masyarakat adat Kasepuhan

wewengkon adat Kepala Desa Citorek Sabrang, Jaro Asid Rosidin pada tanggal 22 April 2017

pukul 09.34 WIB.

Page 179: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

162

golok, pisau, tombak, panglai, kemenyan, sepaheun maupun sebaliknya, yaitu

potongan-potongan ayat suci al-Qur‟an dan wiridan (doa-doa khusus) dari ahli

hikmah atau kyai.

Pengaruh dari jimat al-Qur‟an dirasakan langsung warga masyarakat Adat

Wewengkon Kasepuhan Kampung Cibengkung Desa Citorek Barat, oleh Saridan.

Ketika dia terpojok ancaman pembunuhan dari seluruh jawara berpengaruh di

masyarakat Adat se-Wewengkon Kasepuhan Citorek.

Atas pengaruh dari keberkahan al-Qur‟an yang dia gunakan seolah-olah

para jawara yang sebelumnya bengis dan mempunyai sifat keras tanpa belas

kasihan kepda manusia menjadi biasa-biasa saja seperti sediakala seakan-akan

tanpa ada masalah. Padahal ikhtiar yang dia lakukan hanya sebatas melaksanakan

saran dan perintah gurunya agar memegang potongan-potong ayat suci al-Qur‟an,

yaitu jimat.98

Selain itu, jimat penyelamat dapat memberikan pengaruh pada ketenangan

jiwa dan raga ketika berpergian. Hal ini di rasakan oleh tokoh budayawan Adat

Wewengkon Kasepuhan Citorek, Mulyadi Sugiansar. Tidak hanya demikian,

jimat keselamtan juga berfungsi sebagai penjaga dan penangkal dari ilmu-ilmu

hitam (teluh), setan/zin, dan dapat digunakan media tambahan agar merasakan

percaya diri ketika dihadapkan berbagai masalah.99

98

Hasil wawancara mendalam dengan Saridan warga masyarakat adat Kasepuhan

Kampung Cibengkung Desa Citorek Barat pada tanggal 20 April 2017. 99

Hasil wawancara mendalam dengan budayawan adat wewengkon adat Kasepuhan

Citorek, Mulyadi Sugiansar pada tanggal 19 April 2017 pukul 13.54 WIB.

Page 180: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

163

4. Penyembuh

Jimat al-Qur‟an juga dapat dipergunakan sebagai penyembuh dari

penyakit. Sebagaimana firman Allah Swt. “Dan Kami turunkan dari al-Qur‟an

suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-

Qur‟an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain

kerugian.”100

Menurut tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, kyai Sarku, apabila ada

seseorang yang terkena penyakit tidak lekas sembuh. Padahal, orang yang

mempunyai penyakit itu sudah pernah berobat melalui medis ke berbagai Rumah

Sakit (RS) di dalam negeri maupun di luar negeri, maka menurutnya, solusi

terakhir adalah pengobatannya melalui lafaẓ al-Qur‟an.101

Ia pernah mempraktikkan pengobatannya dengan menggunakan lafaẓ-lafaẓ

al-Qur‟an yang ditulis di atas piring, kemudian dileburkan dengan air putih lalu

100

Lihat, Q.S. al-Isrā‟ ayat 82. 101

Wawancara mendalam dengan tokoh agama masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan

Kampung Babakan Cicurug Desa Citorek Tengah, kyai Sarku ketika konfirmasi data pada tanggal

02 Juli 2017.

Gambar IV.6 Jimat yang dapat

digunakan sebagai pengobatan

dari berbagai penyakit.

Page 181: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

164

diminumkan kepada pasien yang mempunyai penyakit nyeuri beuteung (sakit

perut) yang tidak lekas sembuh. Namun, setelah melalui proses yang panjang,

yaitu menuliskan potongan-potongan Surat al-Burūj, dan Surat aṭ-Ṭāriq102

dan

mencampurkannya dengan mewiridkan hizib naṣar lisayyidina Abī al-Ḫasan al-

Syadzlī (melakukan upaya doa-doa khusus) yang ditiupkan pada air tersebut,

kemudian menghasilkan efek berbuah manis yaitu kesembuhan atas izin Allah

Swt.

Alasan kyai Sarku menggunakan Surat aṭ-Ṭāriq sebagai pengobatan

penyakit, karena dalam surat tersebut terdapat lafaẓ ئبيخسج مه بيه الصلب والتسا

(yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan). Ia

menafsirkan bahwa semua penyakit dapat merasuk melalui tulang sulbi begitu pun

sebaliknya, yaitu pengobatan. Ayat ini juga dapat difungsikan sebagai perebah

(menumbangkan) pendekar atau jawara yang gagah perkasa yang tidak mempan

dibacok, dibakar, ditembak (kebal) maupun yang lainnya menjadi mempan dan

melembek tidak kuasa kecuali kersana Allah Swt. (kekuasaan-Nya).

102

Akhir Surat ini Allah menguraikan pemeliharaan-Nya terhadap manusia dan

pencatatan yang diperintahkan-Nya menyangkut amal kegiatan mereka. Berbeda dengan Surat al-

Burūj yang akhir surahnya menguraikan tentang pemeliharaan Allah terhadap al-Qur‟an dalam al-

Lauḫ al-Maḫfūz. Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur‟an, Volume 15, h. 171.

Page 182: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

165

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan dalam menggunakan jimat harus dalam

keadaan suci, tidak digunakan dalam keangkuhan dan kesemobongan serta

mematuhi petunjuk kyai. Prosesi penggunaannya, jimat diletakan pada bagian

ambang pintu dan lemari, mengenakan jimat pada bagian sabuk, meletakan jimat

ke dalam dompet, dan mencampurkan jimat yang berukuran kecil ke dalam

minyak (prfume). Sebelumnya, pembuat jimat melakukan ritual terlebih dahulu

seperti salat istikharah, mewiridkan doa-doa khusus, bahkan puasa.

Sebagian besar masyarakat Adat Wewengkon Kasepuhan dalam

kehidupan sehari-harinya meyakini al-Qur’an terdapat doa-doa khusus yang

mengandung beragam keutamaan-keutamaan tertentu. Kemudian, al-Qur’an

diramu hingga dibuat huruf-huruf hijāiyyah dan dicampurkan dengan nama Allah

Swt. Rasulullah Saw. Khulafaur Rasyidin, malaikat, dan numerik Arab sehingga

menjadi sebuah jimat.

Adapun makna dari persepsi masyarakat terhadap al-Qur’an itu bagian dari

penghormatan, pemuliaan dan pelestarian masyarakat terhadap al-Qur’an. Motif

dan tujuan masyarakat Kasepuhan dalam menggunakan jimat karena memiliki

beragam manfaat, antara lain: Pertama, dapat menyelamatkan diri dan

Page 183: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

166

memberikan kepercayaan/ketenangan dalam menyelesaikan berbagai persoalan

hidup. Kedua, dapat berfungsi sebagai karismatik yang tinggi dalam pandangan

setiap manusia demi mempertahankan eksistensi kekuasaan. Ketiga, digunakan

sebagai penglaris dalam perdagangan untuk kepentingan stabilitas ekonomi.

Keempat, sebagai penyembuh dari berbagai penyakit untuk kepentingan

masyarakat luas yang mengendap penyakit yang tak kunjung sembuh dan lain

sebagainya.

B. Saran

Pemulis merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar

memperhatikan aspek-aspek lain dari kehidupan masyarakat Wewengkon

Kasepuhan Lebak Banten, khususnya dari sudut adat istiadat dan budaya

masyarakat. Selain itu, dalam menggunkan jimat masyarakat diharapkan lebih

berhati-hati dan jangan sampai mengarah pada kemusyrikan, seperti jimat untuk

pesugihan, jimat memiliki kekuatan murni, dan lain-lain.

Page 184: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

167

DAFTAR PUSTAKA

„Abduh, Muhammad. Tafsir Juz „Amma, terjemahan Muhammad Bagir.

Bandung: Mizan, 1999.

Abdurrahman dkk, Romdon. ed., Agama dan Masyarakat. Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga Press, 1993.

Abu Tolib, Nurdeen Deuraseh dan Mansor. “Mental Health in Islamic Medical

Tradition”, The International Medical Journal, Volume 4, Nomor 2,

Desember Tahun 2005.

Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas Al-Qur‟an; Kritik Terhadap Ulumul Qur‟an.

terjemahan Khoiron Nahdliyyin. Yogyakarta, LKis, 2005.

Adriana, Iswah. “Neloni, Mitoni atau Tingkeban: (Perpaduan antara Tradisi Jawa

dan Realitas Masyarakat Muslim)”, KARSA, Volume 19, Nomor 2,

Tahun 2011.

Agus, Bustanuddin. Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi

Agama. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006.

Ahmad Said, Hasani. “Islam dan Budaya di Banten: Menelisik Tradisi Debus dan

Maulid,” Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume

10, Nomor 1, Juni Tahun 2006.

Thib Raya, Ahmad. dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hope, 1997.

Ahmad, Perdana. Ilmu Hikmah Antara Karomah dan Kedok Perdukunan. T.tp.:

T.pn., t.t..

Ahsana AS, Chairunnisa. Pesona Azimat: Antara Tradisi dan Agama, Bandung:

Pustaka Aura Semesta, 2014.

„Alī „īsa Ibrāhīm, „Alī as-Sayyid. Hadis-hadis dan Atsar yang Menjelaskan

Tentang Keutamaan Surah-Surah al-Qur‟an, terjemahan Abdul

Hamid. Jakarta: PT SAHARA intisains, 2010.

Al Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maragi. terjemahan Bahrun Abubakar dkk.

Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993.

al-Jīlānī, „Abd al-Qādir. Tafsir „Abd al-Qādir al-Jīlānī. Istanbul: Markaz al- al-

Jīlānī li al-Buhūth al-„Ilmiyah, 2009.

Ali, Muhamad. “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Living Hadis”

Journal of Qur‟an and Hadis Studies-Vol. 4, No, 2, Tahun 2005.

Page 185: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

168

Ash-ṣhabuni, Muhammad. Shafwatut Tafasir; Tafsir-tafsir Pilihan, terjemahan

Yasin. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011.

Piliang, Yasraf Amir. Bayang-Bayang Tuhan Agama dan Imajinasi. Jakarta:

Mizan Publika, 2011.

Andriawan, Didik. Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an Sebagai Pengobatan (Studi

Living Qur‟an pada Praktik Pengobatan Dr. K.H. Komari Saefulloh di

Pesantren Sunan Kalijaga, Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo-

Kabupaten Nganjuk ), Skripsi S1 Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas

Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Anshori, Aik Iksan. Tafsir Ishari; Pendekatan Hermeneutika Sufistik Tafsir

Shaikh „Abd al-Qādir al-Jīlānī. Jakarta: Referensi, 2012.

Anwar, Khoirul. “Pesantren, Kiyai dan Tarekat,” Studia Islamika, Volume 5,

Nomor 1, Tahun 1998.

Apipudin, Al-Qur‟an Sebagai Penyembuh Penyakit (Analisis Kitab Khazīnat al-

Asrār Karya Muhammad Haqqi al-Nāzilī 1993). Ciputat Tangerang

Selatan: Young Progressive Muslim, 2013.

as-Suyūṯhī, Jalāluddīn. Asbābu al-Nuzūl al-Musammā Lubābu al-Nuqūl Fī

Asbābu al-Nuzūl. Beirūt: Libanān: Mu‟assisah al-Kutub al-Tsiqāfiyah,

2241 H/2002.

…………..al-Itqān fī „Ulūm al-Qur‟ān. Beirūt: Maktabatu Dāri al-Turāts, 1349

H/2010.

Athar dkk, Shahid. “Islamic Medical Ethics: The IMANA Perspective”, Jima

Volume 37 Tahun 2005.

Azis Dy dkk, Aceng Abdul. Islam Ahlussunnah Waljama‟ah di Indonesia;

Sejarah, Pemikiran, dan Dinamika Nahdlatul Ulama. Jakarta: PP

Lembaga Pendidikan Ma‟arif Nadlatul Ulama, 2006.

al Qarnī, Ā‟id „Abdullah. Al-Qur‟an Berjalan; Potret Keagungan Manusia

Agung, terjemahan Abad Badruzzaman. Jakarta: PT Sahra intisains,

2006.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan, 1998.

Bachtiar, Harsja W. The Religion of Java: a Commentary, in Readings on Islam in

Southeast Asia. compiled by Ahmad Ibrahim, Pasir Panjang: Institute

of Southeast Asian Studies, 1985.

Page 186: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

169

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak-Banten, Kecamatan Cibeber Dalam

Angka Cibeber District In Figures 2014: Kondisi Geografis dan Iklim,

diakses pada 15 September 2016 dari www.lebakkab.go_.id-media-

doc-post-cibeber-2014.

…………..Kecamatan Cibeber Dalam Angka Cibeber District In Figures 2016.

Kabupaten Lebak: Badan Pusat Statistik, 2016.

Bagong Suyanto dan Sutinah, ed., Metode Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Bowie, Fiona. The Anthropology of Religion. Oxford: Blackwell Publishers, 2001.

Chakim, Sulkhan. “Dakwah Islam dan Spritualitas Kejawen”, Komunika, Volume

I, Nomor 2, Juli-Desember Tahun 2007.

Chalik, Abdul “Agama dan Politik Dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan”,

Ibda‟ Journal Kebudayaan Islam, Volume 14, Nomor 1, Januari-Juni

2016.

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya Disertai Tanda-tanda

Tajwid dengan Tafsir Singkat; Al-Qur‟an Bayan. Jakarta: Al-Qur‟an

Terkemuka, 2009.

…………..Al-Qur‟an Dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama RI, 2009.

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak,

Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy dan

Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug.

Rangkasbitung: Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan

Parawisata Kabupaten Lebak, 2004.

Djajadiningrat, Hossen. Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten. Jakarta:

Djambatan: 1983.

Effendi, Djohan. Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi; Wacana Keagamaan

di Kalangan Generasi Muda NU Masa Kepemimpinan Gus Dur.

Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010.

Eldeeb, Ibrahim. Be a Living Qur‟an terjemahan Faruq Zaini. Ciputat, Tangerang

Selatan: Lentera Hati, 2009.

Esack, Farid. Samudera al-Qur‟an, terjemahan Nuril Hidayah. Yogyakarta: Diva

Press, 2008.

Esack, Farid. The Qur‟an: a Short Introduction. London: Oneworld Publication,

2002.

Page 187: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

170

F Nagamia, Husain. “Islamic Medicine History and Current Practices”, ed.,

Aysegϋl Demirhan Erdemir and Abdul Nasser Kaadin, Journal of the

International Society for the History of Islamic Medicine (ISSN: 1303-

667x), Volume 2, Nomor 4, Oktober Tahun 2003.

Faizin, Haman. “Mencium dan Nyunggi al-Qur‟an Upaya Pengembangan Kajian

al-Qur‟an Melalui Living Qur‟an” dalam Suhuf, Vol. 4, No, 1, (2011).

Gafur, Abdul. Al-Qur‟an dan Budaya Magi (Studi Antropologis Komunitas

Keraton Yogyakarta dalam Memaknai al-Qur‟an dengan Budaya

Magi, Tesis S2 Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2007.

Gardjito, Murdijati. Serba-serbi Tumpeng Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Ghazali, Sharif Kaf. “Islamic Medicine History and Current Practices”, ed.,

Aysegϋl Demirhan Erdemir and Abdul Nasser Kaadin, Journal of the

International Society for the History of Islamic Medicine (ISSN: 1303-

667x), Volume 2, Nomor 4, Oktober Tahun 2003.

Ghazali, Imam Abu Hamid. Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar,

terjemahan Hasan Abrori dan Mashur Abadi. Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002.

Ghazali, Al-Asma‟ Al-Husna terjemahan Ilyas Hasan. Bandung: Mizan, 2000.

Gellner, David N. ed., Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LKis, 2002.

Giyarto, Selayang Pandang Banten. Klaten: PT Intan Pariwara, 2008.

Glasse, Chirl. Ensiklopedi Islam, terjemahan Ghufron A. Mas‟adi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1999.

Hakim, Lukman. Ed., Moh. Ali Fadillah, Banten Dalam Perjalanan Jurnalistik.

Pandeglang: Banten Heritage, 2006.

Herusatoto, Budiono. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita,

2000.

Hidayat, Komaruddin Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermeneutika.

Jakarta: PT Mizan, 2011.

Hossein Nasr, Seyyed. ed., Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, terjemahan:

M Solihin Arianto dkk. Bandung: Mizan, 2003.

Humaeni, Ayatullah. “Kepercayaan Kepada Kekuatan Gaib Dalam Mantra

Masyarakat Muslim Banten,” El-Harakah Vol. 16 No. 1 Tahun 2014.

Page 188: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

171

…………..“Mantra Masyarakat Muslim Banten,” El-Harakah Vol. 16 No. 1

Tahun 2014.

…………..“Ritual, Kepercayaan Lokak dan Identitas Budaya Masyarakat Ciomas

Banten”, El Harakah, Volume 17, Nomor 2, Tahun 2015.

Husna, Najmil. “Wawasan Sihir dalam Tafsir al-Kabīr”, (Tesis S2 Sekolah Pasca

Sarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta, 1427 H/2007 M.

Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Laporan Hasil Penelitian

Jimat Dalam Konsep Magis Masyarakat Banjar. Banjarmasin: IAIN

Antasari, 1999.

Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur‟an; Sebuah Tafsir Sederhana

Menuju Cahaya Al-Qur‟an, terjemahan Rudy Mulyono. Jakarta: al-

Huda, 2006.

Irfani, Fahmi. Jawara Banten: Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya. Jakarta:

Young Proressive Muslim Press, 2011.

Ismail, Roni. “Hakikat Monoteisme Islam (Kajian Atas Konsep Laa Ilaḫa

illallah),” Religi, Vol. X, No. Juli Tahun 2014.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2011.

Junaedi, Didi. “Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian al-Qur‟an

(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Sroj al-Hasan Desa Kalimukti

Kec. Pebedilan Kab. Cirebon),” dalam Journal of Qur‟an and Hadis

Studies-Vol. 4, No, 2, Tahun 2015.

Khaldun, Ibnu. Muqaddimah Ibn Khaldun, terjemahan Ahmadie Thaha. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2016

Koentjaraningrat. Sejarah Antropologi I. Jakarta: UI Press, 2007.

…………..Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

L. Pals, Daniel. ed., Seven Theories of Religion. New York: Oxford University

Press, 1996.

Lawrence, Bruce. The Qur‟an: A Biography, terjemahan Aditya Hadi Pratama.

Bandung: Semesta Inspirasi, 2006.

Lubis dkk, Nina Herlina. Sejarah Kabupaten Lebak. Rangkasbitung: Pemerintah

Daerah Kabupaten Lebak bekerja sama dengan Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas

Padjadjaran, 2006.

Page 189: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

172

Lubis, Ridwan. Sosiologi Agama; Memahami Perkembangan Agama dalam

Interaksi Sosial. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Mahmud Abdullah, Muhammad. Sembuhkan Penyakitmu Dengan Al-Qur‟an,

terjemahan Muhammad Muhisyam. Yogyakarta: Bernada Publishing,

2010.

M. Mansur. ed., “Living Qur‟an dalam Lintas Sejarah Studi al-Qur‟an” dalam

Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan

Hadis. Yogyakarta: TH-Press, 2007.

M.A. Tihami, Upacara Rebo Wekasan di Serang Jawa Barat. Serang: Fakultas

Syaria‟ah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 1991.

Madjid, Nurcholish. “Kedudukan dan Pernan Ulama Dalam Islam,” Titik-Temu

Jurnal Dialog Peradaban, Vol, 6, No. 2, Januari-Juni Tahun 2014.

Motawalli As-Sya‟rawi, Syaikh Mohamad. Meniti Jalan Menuju Al-Qur‟an,

terjemahan Usman Hatim. Jakarta: Yayasan Alumni Timur Tengah,

2010.

Mutawalī al-Sya‟rāwī, Muhammad. Tafsīr Al-Sya‟ rāwī. Mesir: al-Akhbar al-

Yaum, t.t.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya, 2007.

Muhammad Ghazali, Syaikh. Tafsir Tematik Dalam Al-Qur‟an, terjemahan

Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama,

2005.

Muktadin, Baytul. Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an Untuk Pengobatan Penyakit

Jiwa (Studi Living Qur‟an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa

Tengah. Tesis S2 Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2015.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Murphy, Robert F. Cultural and Social Anthropology. United State of America:

Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, 1986.

Nasichin, Imam. Tradisi Mitoni di Kelurahan Noyontaansari Pekalongan (Studi

Living Qur‟an). Skripsi S1 Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan 2016.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta:

Universitas Indonesia Press, 1985.

Page 190: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

173

…………..Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1985.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1983.

Nawawi, Rif‟at Syauqi. Kepribadian Qur‟ani. Jakarta: Amzah, 2011.

Nurwana, Praktik Pengamalan Ayat al-Qur‟an Saat Proses Mandi Hamil Tujuh

Bulan Oleh Masyarakat Kelurahan Kuin Selatan Kota Banjarmasin

(Studi Living Qur‟an), Skripsi S1 Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Institut Agama Islam Negeri

Antasari Banjarmasin 2017.

Podo, Hadi dan J. Sulivan, Joseph. Pandai Berbahasa Inggris; Kamus Ungkapan

Indonesia-Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1986.

Rosidi, Ajip. Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta:

Pustaka Jaya, 1995.

R. Guenon, Symbolism of the Cross. penerjemah A. Macnab. London: Luzac,

1975.

Rachman, M. Fauzi. Rahasia dan Makna Huruf Hijaiyyah. Yogyakarta: Citra

Risalah, 2010.

Rahman, Fazlur. Tema Pokok al-Qur‟an. terjemahan Anas Mahyuddin, Bandung:

Pustaka, 1996.

Ridwan. Kontekstualisasi Etika Muslim terhadap The Others; Aplikasi

Pendekatan Historis-Kritis Atas al-Qur‟an. Purwokerto: IAIN

Salatiga, 2016.

Saeed, Abdullah. Islamic Thought; An Introduction. New York: Routledge, 2006.

Sardar, Ziauddin. Reading the Qur‟an; The Contemporary Relevance of the

Sacred Text of Islam. New York: Oxford University Press, 2011.

Salim, Peter. Advanced English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English

Press, 1991.

Schimmel, Annemarie. Rahasia Wajah Suci Ilahi: Memahami Islam Secara

Fenomenologis penerjemah Rahmani Astuti. Bandung: Mizan, 1997.

Setiawan, Ebta. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1 Jakarta:

Freeware, 2010 atau dapat diakses di http://ebsoft.web.id

Page 191: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

174

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an.

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

…………..“Ensikolopedia Al-Qur‟an Kajian Kosakata,” dalam Nasaruddin Umar

ed., Ensiklopedia, vol. I, Jakarta: Lentera Hati, 2007.

…………..Yang Tersembunyi. Jakarta : Lentera Hati, 1999.

…………..Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat.

Bandung: Mizan, 1996.

Spradley, James P. Participant Observation. United States of America: Waveland

Press, 2016.

…………..James P. The Ethnographic Interview. United States of America:

Waveland Press, 2016.

Sugiansar, Mulyadi. “Wewengkon Adat Kasepuhan Citorek,” artikel diakses pada

06 Mei 2017 pukul 06.00 WIB dari

http://pancercitorek.blogspot.co.id/2013/01/wewengkon-adat-

kasepuhan-citorek.html

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Sukamto dkk, Hadi. “Understanding Behaviour Environmental Education Water

Resources Model of Outdoor Study on Community of “Osing” at

Banyuwangi District East Java Indonesia”, Research of Humanities

and Social Sciences, Volume 6, Nomor 6, Tahun 2016.

Sulastri, Iis. Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Tradisional Debus di Menes

Pandeglang Banten. Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakrta, 1435 H/2014 M.

Sutisna, Agus. Revitalisasi Kajaroan; Jalan Alternatif Menuju Otonomi Desa di

Banten. Rangkasbitung Banten: Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashiro

Rangkasbitung, 2003.

Suwito, ed., Kajian Tematik Al-Qur‟ans Tentang Konstruksi Sosial. Bandung:

Angkasa Bandung, 2008.

Syamsuddin, Sahiron. ed., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis.

Yogyakarta: TH-Press, 2007.

Syarbashi, Ahmad. Dimensi-dimesi Kesejatian al-Qur‟an. Yogyakarta: Ababil,

1996.

Page 192: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

175

Tamamul Iman, Muhammad. Dimensi Ontologis Debus: Sumbangnya Bagi

Pembentukkan Identitas Budaya Masyarakat Banten (Studi Kasus di

Walantaka, Kota Serang, Banten). Tesis S2 Program Pasca Sarjana

Ilmu Filsafat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2005.

Tanggok, M. Ikhsan. Pedoman Akademik Program Magister Fakultas Ushuluddin

Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

Jakarta: Program Magister Fakultas Ushuluddin, 2012.

Tri Haryanto, Joko. “Relasi Agama dan Budaya dalam Hubungan Intern Umat

Islam”, Journal SMaRT, Volume 1, Nomor 1, Juni Tahun 2015.

Van Bruinessen, Martin. “Shari‟a Court, Traekat and Pesantren: Relegious

Institution in The Banten Sultanate,” In Archipel, Volume 50, Tahun

1995.

…………..IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Artikel diakses 27 Agustus 2016

dari https//id.wikipedia.org

Zuhaili, Wahbah. Al-Qur‟an dan Paradigma Peradaban, terjemahan M. Thohir.

Yogyakarta: Dinamika, 1996.

Zuriati. Azimat Minangkabau Kritik Teks dan Edisi Kritis, Disertasi pada Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sastra, 2013.

Page 193: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

i

Lampiran I

Ketika berdialog dengan tokoh adat Kasepuhan dan masyarakat

Ketika wawancara dengan tokoh agama

Page 194: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

ii

Jimat berupa al-Qur’an atau ayat-ayat tertentu maupun surat-surat

tertentu

Page 195: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

iii

Page 196: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

iv

Jimat non al-Qur’an yang biasa digunakan masyarakat adat wewengkon

Kasepuhan

Jangjawokan

Patalukan/petalukan:

Maning jalu siluluyu datang sarengeteng denge

tungkul tanuk nyemah, hurip ku nabi waras ku

allah ku kersaning lailaha illah Muhammad

rasulullah

Page 197: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

v

1. Ziarah akbar masyarakat adat wewengkon Kasepuhan

2. Ngarengkong atau mengarak hasil panen dengan kesenian Sunda

Tradisi masyarakat Adat Wewengkon asepuhan ebak anten

Page 198: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

vi

3. Gapura ketika memasuki adat Kasepuhan Lebak Banten

4. Panen padi seluruh masyarakat wewengkon adat Kasepuhan satu tahun

sekali

Page 199: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

vii

5. Ngalantaiken pare (tempat mengeringkan padi)

Lampiran II

Interview Guide

A. Masyarakat Umum/pengguna

1. Tradisi lokal apa saja yang biasa dilakukan masyarakat adat wewengkon

kasepuhan Citorek Lebak Banten?

2. Kepercayaan apa saja yang biasa dipraktikan oleh masyarakat adat

wewengkon kasepuhan selain agama?

3. Sejak kapan kepercayaan masyarakat adat wewengkon kasepuhan Citorek

Lebak Banten terhadap jimat?

4. Siapa saja tokoh-tokoh utama yang mempraktikan jimat tersebut?

5. Apakah Anda termasuk salah satu orang yang mempraktikan jimat

tersebut?

Page 200: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

viii

6. Kapan kepercayaan terhadap jimat muncul di adat wewengkon kasepuhan

citorek?

7. Dari mana kepercayaan terhadap jimat itu berasal?

8. Siapa yang paling berperan penting dalam menyebarkan kepercayaan

terhadap jimat?

9. Apa pemahaman Anda tentang jimat yang dipraktikan masyarakat adat

wewengkon kasepuhan Citorek Lebak Banten?

10. Jimat apa saja yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari?

11. Bagaiamana bentuk jimat yang Anda ketahui! apakah berbentuk ayat al-

Qur’an, huruf hijaiyah, atau non al-Qur’an?

12. Dari mana Anda mendapatkan benda tersebut?

13. Siapa yang mengijazahkan jimat tersebut?

14. Apa manfaat jimat bagi Anda?

15. Apa yang Anda rasakan saat mengenakan jimat?

16. Menurut Anda, siapa yang memberikan rasa/perasaan tersebut?

17. Bagaimana tatacara Anda menggunakan jimat?

B. Tokoh Agama

1. Apa tanggapan Anda tentang fenomena jimat pada masyarakat adat

wewengkon kasepuhan Citorek Lebak Banten?

2. Bagaimana sejarah jimat masyarakat adat wewengkon kasepuhan Citorek

Lebak Banten?

3. Bagaimana pertumbuhan jimat pada masyarakat adat wewengkon

kasepuhan Citorek Lebak Banten?

Page 201: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

ix

4. Apakah ada dalil yang dijadikan pegangan dalam mengenakan jimat?

5. Kitab apa saja yang dijadikan landasan dalam kebolehan penggunaan

jimat?

6. Bagaimana pemahaman Anda terhadap jimat?

7. Apa manfaat jimat menurut Anda?

8. Ayat atau Surah apa saja yang dijadikan bahan jimat?

9. Bagaimana bentuk jimat yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an?

10. Apa alasan Anda menggunakan ayat-ayat al-Qur’an sebagai jimat?

11. Ayat apa saja yang terdapat di dalam wafaq/jimat?

12. Apa makna dari huruf-huruf hijaiyyah atau hanya sekedar seni?

13. Kenapa tidak semua ayat al-Qur’an yang dimasukkan ke dalam wafaq

/jimat?

14. Kenapa bentuknya seperti ini atau itu?

15. Darimana pengambilan/referensi bentuk jimat tersebut?

16. Kenapa ayat tersebut yang diambil?

C. Tokoh Adat Kasepuhan

1. Tradisi lokal apa saja yang biasa diselenggarakan oleh masyarakat adat

wewengkon kasepuhan Citorek Lebak Banten?

2. Apa tanggapan kasepuhan atas praktik masyarakat adat wewengkon

kasepuhan Citorek Lebak Banten dalam menggunakan jimat dalam

kehidupan sehari-hari?

3. Apakah ada sisi kesamaan antara jimat al-Qur’an dengan mantra

kasepuahan?

4. Apa makna al-Qur’an bagi adat wewengkon kasepuhan?

Page 202: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

x

5. Bagaimana pandangan kasepuhan tentang sejarah jimat di masyarakat adat

wewengkon kasepuhan Citorek Lebak Banten?

6. Apa yang diamksud dengan jimat menurut kacamata kasepuahan sendiri?

7. Apa makna dari penggunaan jimat tersebut bagi kasepuhan?

8. Siapa yang memediasi jimat hingga menyebar ke seluruh masyarakat adat

wewengkon?

9. Bagaimana bentuk jimat dalam pandangan adat kasepuhan?

10. Bagaimana praktik penggunaan jimat yang dilakukan kasepuahan?

Observation Guide

A. Tujuan

Panduan penelitian ini dibuat bertujuan untuk mengetahui

bagaimana sejarah dan tradisi masyarakat wewengkon adat Kasepuhan

Citorek Lebak Banten dalam mempraktikkan al-Qur’an sebagai bahan

jimat/azimat. Kemudian, pada tahap ini peneliti menentukan siapa saja

yang akan diwawancarai, karena ini berperan penting dalam tahap

perencanaan wawancara terstruktur maupun wawancara tidak terstruktur

(wawancara mendalam).

Dengan demikian, hal ini fakta sosial masyarakat adat wewengkon

Kasepuhan diamati dan ditulis secra seksama. Kemudian peneliti berperan

serta dalam menginterpretasi baik data dokumen, data hasil wawancara

maupun hasil dari catatan lapangan dengan secermat mungkin.

Pengamatan ini dilakukan, untuk mengeksplorasi dan menemukan konsep-

Page 203: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xi

konsep atau membangun teori berdasarkan realitas yang ada pada

masyarakat wewengkon adat kasepuhan Citorek Lebak Banten dalam

mempersepsi al-Qur’an sebagai kekuatan magis, jimat sebagai pegangan

hidup (teteunger kahirupan).

B. Aspek yang Diamati

Adapun sudut pandang (angle) yang akan diamati dalam penelitian

ini adalah:

1. Religiusitas keagamaan masyarakat adat wewengkon kasepuhan

Citorek Lebak Banten.

2. Tradisi masyarakat adat wewengkon kasepuhan Citorek Lebak Banten.

3. Sarana keagamaan adat wewengkon kasepuhan Citorek Lebak Banten.

4. Kondisi fisik secara umum masyarakat adat wewengkon Kasepuhan

Citorek Lebak Banten.

5. Budaya atau tradisi masyarakat adat wewengkon kasepuhan Citorek

Lebak Banten dalam mempraktikkan al-Qur’an dalam bentuk

Jimat/azimat (teteungeur kahirupan).

Page 204: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xii

Lampiran II

Daftar Informan

Nama : Kiyai Sarku

Alamat : Kp. Babakan Cicurug Ds. Citorek Tengah

Umur : 65 Tahun

Sebagai : Tokoh Agama

Nama : Olot Sariman

Alamat : Kp. Babakan Cicurug Ds. Citorek Tengah

Umur : 70 Tahun

Sebagai : Tokoh Adat Kasepuhan

Nama : Supriati

Alamat : Kp. Babakan Cicurug Ds. Citorek Tengah

Umur : 28 Tahun

Sebagai : Pengguna/masyarakat umum/pedagang

Nama : Suryadinata

Alamat : Kp. Babakan Cicurug Ds. Citorek Tengah

Umur : 29 Tahun

Sebagai : Masyarakat umum (Background santri)

Nama : Mulyadi Sugiansar, S.Pd

Alamat : Kp. Babakan Naga I Ds. Citorek Tengah

Umur : 50 Tahun

Page 205: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xiii

Sebagai : Guru /Budayawan masyarakat adat wewengkon Kasepuhan

Nama : K.H. Mahmud

Alamat : Kp. Guradog Timur Ds. Citorek Timur

Umur : 57 Tahun

Sebagai : Tokoh Agama

Nama : Jaro Jajang

Alamat : Kp. Guradog Timur Ds. Citorek Timur

Umur : 45 Tahun

Sebagai :Kepala Desa/tokoh adat dan pengurus AMAN (Aliansi

Masyarakat Adat Nasional)

Nama : Subri

Alamat : Kp. Guradog Timur Ds. Citorek Timur

Umur : 57 Tahun

Sebagai : Tokoh masyarakat (Background jawara)

Nama : Suryani

Alamat : Kp. Babakan Guradog Barat Ds. Citorek Timur

Umur : 45 Tahun

Sebagai : Masyarakat umum (pedagang)

Nama : Junaedi

Alamat : Kp. Guradog Barat Ds. Citorek Timur

Page 206: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xiv

Umur : 30 Tahun

Sebagai : Masyarakat umum

Nama : K.H. Rumdani

Alamat : Kp. Babakan Sawah Ds. Citorek Sabrang

Umur : 65 Tahun

Sebagai : Tokoh Agama

Nama : Olot Sarki

Alamat : Kp. Babakan Sawah Ds. Citorek Sabrang

Umur : 70 Tahun

Sebagai : Tokoh Adat Kasepuhan

Nama : Asid Rosidin

Alamat : Kp. Babakan Impres Ds. Citorek Sabrang

Umur : 65 Tahun

Sebagai : Kepala Desa (Background Jawara)

Nama : Sarnata

Alamat : Kp. Babakan Sawah Ds. Citorek Sabrang

Umur : 35 Tahun

Sebagai : Masyarakat umum/pedagang

Nama : Rusdi

Alamat : Kp. Babakan Sawah Ds. Citorek Sabrang

Umur : 50 Tahun

Page 207: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xv

Sebagai : Masyarakat umum/Petani

Nama : Us. Harjat

Alamat : Kp. Cibengkung Ds. Citorek Barat

Umur : 36 Tahun

Sebagai : Tokoh Agama

Nama : Olot Umar

Alamat : Kp. Babakan Cibengkung Ds. Citorek Barat

Umur : 60 Tahun

Sebagai : Tokoh Adat Kasepuhan

Nama : Rasidan

Alamat : Kp. Cibengkung Ds. Citorek Barat

Umur : 45 Tahun

Sebagai : Masyarakat Umum/Petani

Nama : Abah Nasid

Alamat : Kp. Cibengkung Ds. Citorek Barat

Umur : 70 Tahun

Sebagai : Masyarakat Umum/Petani/Pengurus Adat

Nama : Rohendi, S.Pd

Alamat : Kp. Cibengkung Ds. Citorek Barat

Page 208: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xvi

Umur : 33 Tahun

Sebagai : Masyarakat umum/Putra Pengurus adat/perangkat Desa

Nama : Kiyai Sukarna

Alamat : Kp. Ciusul Ds. Citorek Kidul

Umur : 47 Tahun

Sebagai : Tokoh Agama

Nama : Olot Calo

Alamat : Kp. Ciusul Ds. Citorek Kidul

Umur : 100 Tahun

Sebagai : Tokoh Adat Kasepuhan

Nama : Awan Setiawan, SE

Alamat : Kp. Ciusul Ds. Citorek Kidul

Umur : 27 Tahun

Sebagai : Perangkat Desa

Nama : Ust. Khoiri al-Mukhtar

Alamat : Kp. Ciusul Ds. Citorek Kidul

Umur : 28 Tahun

Sebagai : Masyarakat Umum (Background santri)

Nama : Misbahuddin

Alamat : Kp. Ciusul Ds. Citorek Kidul

Umur : 25 Tahun

Page 209: AL-QUR'AN DAN JIMAT (Studi Living Qur'an pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten)

xvii

Sebagai : Masyarakat Umum