Akuu Dan Farmasii UMI

30
akuu dan Farmasii UMI kumpulan Tugas seLama "Menjabat" sebagai Mahasiswi Universitas muslim Indonesia... Sabtu, 09 Juni 2012 UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST PADA LARVA UDANG (Artemia salina Leach) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sampai detik ini penyakit kanker menjadi ancaman kehidupan manusia di dunia, sedangkan obat spesifik untuk menghentikan perkembangan sel kanker belum juga ditemukan. Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah penyakit jantung yang menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6. Kanker termasuk penyakit yang sangat ditakuti karena sulit disembuhkan, bahkan tidak jarang menyebabkan kematian. Secara sederhana, kanker berarti pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Hingga kini penyebab pertumbuhan sel tubuh yang abnormal itu

description

farmasi

Transcript of Akuu Dan Farmasii UMI

akuu dan Farmasii UMI kumpulan Tugas seLama "Menjabat" sebagai Mahasiswi Universitas muslim Indonesia...

Sabtu, 09 Juni 2012

UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST PADA LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sampai detik ini penyakit kanker menjadi ancaman kehidupan

manusia di dunia, sedangkan obat spesifik untuk menghentikan

perkembangan sel kanker belum juga ditemukan. Penyakit kanker

merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah penyakit jantung yang

menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6.

Kanker termasuk penyakit yang sangat ditakuti karena sulit disembuhkan,

bahkan tidak jarang menyebabkan kematian. Secara sederhana, kanker

berarti pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal.

Hingga kini penyebab pertumbuhan sel tubuh yang abnormal itu tidak

diketahui secara pasti. Jika menyerang suatu organ tubuh, sel kanker

akan berkembang biak dan merusak sel-sel tubuh yang normal dengan

sangat cepat.

Penggunaan obat tradisional atau obat asli Indonesia mengalami

peningkatan, baik untuk pemeliharaan kesehatan maupun untuk

pengobatan gangguan kesehatan. Tumbuhan yang dipakai sebagai obat

tradisional mempunyai aktivitas biologis karena mengandung berbagai

senyawa kimia yang dapat mempengaruhi sel-sel hidup suatu organisme.

Salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional yaitu

mengkudu. Manfaat mengkudu untuk terapi adalah sebagai anti kanker,

antibakteri, antihipertensi dan sebagai antioksidan.

Prinsip suatu tanaman dapat digunakan sebagai antikanker yaitu

apabila tanaman tersebut mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik.

BSLT ( Brine Shrimp Letahality Test ) merupakan salah satu metode untuk

skrining terhadap senyawa sitotoksik dengan menggunakan Artemia

salina Leach. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dalam

rangka menemukan senyawa sitotoksik yang diharapkan dalam

perkembangan selanjutnya dapat digunakan sebagai obat antikanker.

I.2 Maksud Percobaan

Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami efek toksik dan tingkat keamanan Ekstrak etanol mengkudu

sebagai obat antikanker dengan menggunakan hewan uji larva udang

(Artemia salina).

II.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan Median Lethal

Concentration (LC50) dari Ekstrak etanol mengkudu dengan metode Brine

Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap Larva Udang (Artemia salina

Leach).

II.4 Prinsip Percobaan

Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

terhadap larva udang (Artemia salina) dengan menggunakan Ekstrak

etanol mengkudu. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap jumlah

larva yang mati.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan

pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut

untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan

langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun dengan migrasi

sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali

tersebut disebabkan oleh kerusakan DNA dan menyebabkan mutasi di gen

vital yang mengontrol pembelahan sel pada jaringan dan organ (Lodish,

2000).

Sel kanker timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami

transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh bahan-bahan yang

bersifat karsinogen (agen penyebab kanker) ataupun karena mutasi

spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi gen mutan disebut

neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal yang

terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Sel

neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus

pertumbuhan, yang pada akhirnya menimbulkan disintegrasi dan

hilangnya komunikasi antarsel (Lodish,2000).

Sel kanker mengganggu sel induk karena menyebabkan desakan

akibat pertumbuhan tumor, penghancuran jaringan tempat tumor

berkembang atau bermetastasis, dan gangguan sistemik lain sebagai

akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi,2007).

Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal

untuk terjadinya kanker hingga saat ini belum diketahui. Namun

demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian dapat diketahui bahwa

karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu :

a.    Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk

gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara,

yang kemudian dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada

protein, RNA dan DNA.

b.    Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti virus hepatitis B

yang menyebabkan kanker hati.

c.    Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370

nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.

d.    Agen biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu

pembentukan kanker payudara dan kanker rahim.

Brine Shimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode uji

toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif

yang toksik dari bahn alam. Metode ini menunjukkan aktifasi farmakologis

yang luas, tidak spesifik dan dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa

terhadap larva udang (Artemia Salina Leach) (Anonim,2011).

Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan cukup

reproduksibel sehingga dapat digunakan sebagai bioassay Guided

Isolation yaitu isolasi komponen kimia berdasarkan aktifitas yang

ditunjukkan oleh bioessay tersebut. Dengan mengetahui aktifitas dari

suatu kelompok komponen kimia (fraksi), dapat dilakukan isolasi senyawa

sehingga diperoleh senyawa tunggal aktif (Anonim,2011).

Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada

organ target. Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan

zat yang akan di uji. Adapun sumber zat toksik dapat berasal dari bahan

alam maupun sintesis (Anonim,2011).

Toksisitas diukur dengan mengamati kematian pada hewan coba.

Kematian hewan coba dianggap sebagai respon dengan menggunakan

kematian sebagai jawaban toksik adalah titik awal untuk mempelajari

toksisitas (Anonim,2011).

Median Lethal Dosis (LD50)adalah dosis dari sample yang diuji

yang mematikan 50% dari hewan coba, sedangkan Median Lethal

Concentration LC50 adalah konsentrasi sample yang diuji yang dapat

mematikan 50% dari hewan coba (Anonim,2011).

Angka kematian dari hewan percobaan dihitung sebagai Median

Lethal Dosis (LD50) atau median Letal Concentration (LC50). Penggunaan

LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap

hewan coba secara inhalasi atau dengan media air (Anonim,2011).

II.2 Uraian Bahan

1.    Air laut (http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)

Komposisi :

Air 96,5 %

Garam 3,5 %

Dalam 3,5 garam mengandung :

a. Senyawa klorida 55 % wt

b. Senyawa sulfat 7,7 % wt

c. Sodium 30,6 % wt

d. Calsium 1,2 % wt

e. Potassium 1,1 % wt

f. Magnesium 3,7 % wt

g. Lain-lain 0,7 % wt

2.    Air Suling (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : Aqua destillata

Sinonim : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus bangun : H-O-H

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

3.    Etanol (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol, etil alkohol

Rumus molekul : CH5OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah menguap, bau khas, rasa

panas mudah terbakar dan memberikan nyala biru.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta dalam kloroform.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari

Kegunaan : Sebagai Pelarut

4.    Ragi (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Ekstrak ragi

Sinonim : Sari ragi

Pemerian : Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas

tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan kuning

sampai coklat, bereaksi asam lemah

Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.

Kegunaan : Sebagai sumber makanan Artemia salina

II.3 Uraian Tanaman

II.3.1 Ekstrak Mengkudu (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

   Ordo : Rubiales

   Famili : Rubiaceae

  Genus : Morinda

  Spesies : Morinda citrifolia L.

II.3.2 Morfologi Mengkudu (www.wikipedia.com)

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6

m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar

tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau

cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak

cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu

mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan

untuk penopang tanaman lada. Berdaun tebal mengkilap. Daun

mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal,

dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi

daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun

menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek,

berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk

segitiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi

tinggi karena banyak mengandung vitamin A. Perbungaan mengkudu

bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun

penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya

berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa

mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik

berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan.

Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat

lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm.

Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak)

yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau,

menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya

putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu

berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah

mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk.

Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat

(senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap,

menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam

kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif

sebagai antibiotik.

II.3.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan (www.wikipedia.com)

-      Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan

bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein,

viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan

daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada

mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa

yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin,

lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace

elemens, phenylalanine, magnesium, dll.

-      Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan

sel-sel tubuh.

-      Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu

itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas

aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,

dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri

pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S .

typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta

Staphylococcus aureus.

-      Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti

peradangan dan anti-alergi.

-      Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling

efektif melawan sel-sel abnormal.

-      Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di

dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya

mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan

pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.

Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya.

Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang

tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.

II.4 Uraian Hewan Coba

1.    Klasifikasi (Mudjiman, 1998)

Filum : Arthopoda

Divisio : Crustaceae

Subdivisio : Branchiopoda

Ordo : Anostraca

Famili : Artemiidae

Genus : Artemia

Species : Artemia salina

2.    Morfologi (Mudjiman, 1998)

Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup, tetapi

secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan, yaitu

bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang baru dipanen

dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang

menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru menetas ini

berukuran kurang lebih 300 µ. Dalam pertumbuhannya larva mengalami

15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup, setelah

itu berubah menjadi artemia dewasa.

Waktu yang diperlukan sampai menjadi artemia dewasa umumnya

sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder dengan panjang 12-15 mm. Tubuh

terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat

2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula. Dada terbagi atas 12 segmen

yang masing-masing mempunyai sepasang kaki renang. Perut ternagi

atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air dengan suhu 25o-30oC dan pH

sekitar 8-9.

3.    Uraian Tentang Larva (Mudjiman, 1998)

Telur-telur yang kering direndam dalam air laut yang bersuhu 25oC

akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam cangkangnya keluarlah

burayak (larva) yang juga dikenal dengan istilah nauplius. Dalam

perkembangan selanjutnya, burayak akan mengalami 15 kali perubahan

bentuk (metamorfosis). Burayak tingkat I dinamakan instar, tingkat II

instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar XV.

Setelah itu berubahlah mereka menjadi artemia dewasa.

Burayak yang baru saja menetas masih dalam tingkat Instar I

bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron (0,4 mm) dan

beratnya 15 mikrogram. Warnanya kemerah-merahan karena masih

banyak mengandung makanan cadangan. Oleh karena itu, mereka masih

belum perlu makanan.

Anggota badannya terdiri dari sungut kecil (antenula atau antena I

dan sepasang sungut besar (antenna II). Dibagian depan diantara kedua

sungut kecilnya terdapat bintik merah yang tidak lain adalah mata

naupliusnya (oselus). Dibelakang sungut besar terdapat sepasang

mandibula (rahang) dan rudimenter kecil. Sedangkan dibagian perur

(ventral) sebelah depan terdapatlah labrum.

Pada pangkal sungut besar (antena II) terdapat bangunan seperti

duri yang menghadap ke belakang (gnotobasen seta) bangunan ini

merupakan cirri khusus untuk membedakan burayak instar I, instar II dan

instar III. Pada burayak instar I (baru menetas) gnotobasen setanya masih

belum berbulu dan juga belum bercabang.

Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah menjadi

instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi instar III.Pada tingkatan II,

gnotobasen setanya sudah berbulu tapi masih belum bercabang.

Sedangkan pada instar III, selain berbulu gnotobasen seta tersebut sudah

bercabang II.

Pada tingkatan instar II, burayak mulai mempunyai mulut, saluran

pencernaan dan dubur. Oleh karena itu, mereka mulai mencari makan,

bersamaan dengan itu, cadangan makanannya juga sudah mulai habis.

Pengumpulan makanannya dengan cara menggerak-gerakkan antena II-

nya. Selain itu untuk mengumpulkan makanan antena II juga berfungsi

untuk bergerak. Tubuh instar II dan instar III sudah lebih panjang dari

instar I.

Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata nauplius

mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula masih belum

bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur berubah menjadi

bertangkai. Selain itu, dibagian samping badannya (kanan dan kiri) juga

berangsur-angsur tumbuh tunas kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh

dibagian depan kemudian berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang

lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap

sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan berubah

menjadi artemia dewasa.

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Yang Digunakan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Aerator,

batang pengaduk, corong, gelas ukur 10ml, mikropipet, neraca analitik,

pipet skala 1 ml, pipet tetes, seperangkat alat penetsan telur dan Vial.

III.2 Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Air laut, air

suling, ekstrak ragi, dan Etanol

III.3 Hewan coba

Adapun hewan coba yang di guankan pada praktikum ini adalah

Larva udang (Artemia salina).

III.4 Cara Kerja

III.4 Penyiapan Larva

a.   Sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach direndam dalam wadah yang

berisi 250 ml air laut pada pH 8-9

b.   Kemudian diletakkan di bawah cahaya lampu yang telah dilengkapi

dengan aerator pada suhu 25oC.

c.   Setelah didiamkan selama 24 jam sambil terus diamati, telur udang

tersebut akan menetap dan menjadi larva.

d.   Larva yang telah berumur 48 jam, digunakan sebagai hewan uji aktivitas

ketoksikan.

III.4.2 Penyiapan Bahan

A.    Pembuatan suspensi ragi

a.    Disiapkan alat dan bahan

b.    Ditimbang ragi 0,1 mg

c.    Ditambahkan dengan 10 ml air laut lalu diaduk lagi hingga homogen

d.    Disimpan ragi tersebut dalam vial dan siap digunakan

B.    Pembuatan Ekstrak mengkudu

a.  Disiapkan alat dan bahan

b.  Ditimbang ekstrak mengkudu 0,1 g

c.   Dimasukkan ekstrak yang telah ditimbang ke dalam vial

d.  Ditambahkan etanol sampai dengan 10 ml

e.  Dihomogenkan 

III.4.3 Perlakuan Hewan Coba

a.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b.    Dipipet ke dalam ekstrak Mengkudu dengan menggunakan mikropipet

kedalam masing-masing vial yang berisi sesuai konsentrasi yang telah

ditetapkan yaitu 0,1 µg/ml, 1 µg/ml, 10 µg/ml dan 100 µg/ml lalu

dicukupkan volumenya hingga 5 ml

c.    Kedalam tiap vial ditambahkan dimasukkan 10 ekor larva udang (Artemia

salina Leach) dan ditambahkan dengan ragi.

d.    Dicukupkan 10 ml air laut

e.    Diinkubasi selama 1x 24 jam

f.     Diamati LC 50

g.    Dilakukan replikasi atau pengulangan sebanyak 3 kali

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

a.   Tabel Pengamatan

Konsentra

si

Replikas

i

Jumlah

kematianTotal

%

kematian

1 µg/ml

1

2

3

3

3

1

7 23,33%

10 µg/ml

1

2

3

5

6

6

17 56,67%

100 µg/ml

1

2

3

7

8

7

22 73,33%

1000 µg/ml

1

2

3

9

10

9

28 93,33%

b.   Tabel 2 Persamaan Garis

X Y x2 y2 x.y

0 4,29 0 18,40 0

1 5,18 1 26,83 5,18

2 5,62 4 31,59 11,24

3 6,48 9 42 19,44

∑ 6 ∑ 17,28 ∑ 14 ∑ 100,42 ∑ 35,86

c.    Tabel 3 Faktor Koreksi

X N Y W n.w

1 30 5,11 0,634 19,02

2 30 5,76 0,503 15,09

3 30 6,41 0,302 9,06

Jumlah 43,17

BAB V

PEMBAHASAN

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan

pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut

untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan

langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun dengan migrasi

sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji

toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif

yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai

bioassay-guided fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat,

murah dan cukup reproducible.

Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut

dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat,

yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji.

Prosedurnya dengan menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif

tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan

toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC < 1000 μg/ ml.

LC50 adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia di udara atau

dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu populasi

hewan uji atau makhluk hidup tertentu. Penggunaan LC50 dimaksudkan

untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara

berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia

melalui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau

percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC50 dapat digunakan untuk

menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga dapat juga untuk

memprediksi potensinya sebagai antikanker.

Dalam praktikum ini dilakukan variasi konsentrasi yang berbeda

masing-masing yaitu konsentrasi 0.1, 1, 10, dan 100µg/ml untuk

membandingkan toksisitas dan efek toksik yang ditimbulkan masing-

masing konsentrasi tersebut. Setelah itu, untuk melihat pada konsentrasi

berapakah larva udang mengalami LC50. Dan air laut sebagai kontrol

dimaksudkan untuk melihat apakah respon kematian dari sampel dan

bukan dari laut. digunakan karena tanaman tersebut memiliki khasiat

sebagai obat antikanker, dan Alasan digunakannya larva udang dalam

percobaan ini adalah karena larva udang merupakan general biossay

sehingga semua zat dapat menembus masuk menembus dinding sel larva

tersebut.

Pengujian terhadap ekstrak etanol mengkudu disimpulkan bahwa

konsentrasi untuk mematikan 50% larva udang (Artemia salina) adalah

1,81 x 10-3 µg/ml – 7,41 x 10-4 µg/ml sehingga dapat dikatakan ekstrak

daun mengkudu pada percobaan ini memiliki potensi toksisitas akut

menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva

Artemia salina Leach.

Sesuai penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa apabila

suatu ekstrak tanaman bersifat toksik menurut harga LC 50 dengan

metode BSLT, maka tanaman tersebut dapat dikembangkan sebagai obat

anti kanker maka daun mengkudu dapat dilanjutkan penelitiannya

sebagai obat anti kanker di masa yang akan datang.

BAB VI

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi untuk

mematikan 50% larva udang (Artemia salina) adalah 1,81 x 10-3 µg/ml –

7,41 x 10-4 µg/ml

V.2 Saran

Sebaiknya diberikan alasan yang jelas tentang pembatalan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Carballo JL,dkk. 2002. Comparison between two brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC Biotechnology.

Dita mutiah.2010.UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL BUAH ANGGUR(Vitis vinifera) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST). Universitas Diponegoro : Semarang.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. FK-UI: Jakarta.

http://1tahitiannoni.com/kandungan-zat-zat-aktif-dalam-mengkudu/ di akses pada tanggal 30 mei pukul 22.47 WITA.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mengkudu di akses pada tanggal 30 Mei 2012 pukul 22.11 WITA.

Lodish, H dkk. 2004. Molecular Cell Biology, 5th ed. WH Freeman:New York.

Mayer BNNR, Ferrigni ML.1982. Brine Shrimp, a convinient general bioassay for active plant constituents. J of Plant Medical Research.

Mudjiman, A. 1998. Udang Renik Air Asin. Bhrata Karya Aksara:Jakarta.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika: Jakarta.

Nafrialdi, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya Baru : Jakarta.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC: Jakarta.

Tim Penyusun. 2011.Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif. Fakultas Farmasi Unhas : Makassar.

Tim Penyusun. 2012. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi III. Fakultas farmasi UMI: Makassar.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia: Jakarta.

www.plantamor.com/index.php?plant=865 diakses tanggal 31 mei 2012, pukul 22.04 WITA.

LAMPIRAN

SKEMA KERJA ANTIKANKER (BST)

                                           Sampel Ekstrak etanol Mengkudu

0,1, 1, 10, dan 100 µg/ml

Dimasukkan dalam vial dan dicukupkan 5 ml air laut

Masukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach)

Dicukupkan 10 ml air laut

Diinkubasi 1x24 jam

Dihitung LC50

Diposkan oleh Revi Reski sari di 10:54:00 PM Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

2 komentar:

1.

Yanto Rabu, April 17, 2013 10:59:00 AM

Jual kista artemia merk supreme plus dari GSL USA. Tersedia kemasan kaleng isi 15 oz (425 gram) dan kemasan repacking isi 40 gram/botol. untuk informasi dan pemesanan silahkan hub 0812 2841 280. Yanto - Pemalang - Jateng.Terima KasihTersedia juga produk-produk untuk pembenihan udang dan ikan al : Ovaprim, Spirulina, Vitamin C, Multivitamin, Probiotik dll

Balas

2.

AnonimJumat, Desember 13, 2013 5:21:00 PM

pada "Konsentrasi" 10 µg/ml "% kematian" sudah 56,67%.

karena LC50 adalah konsenrasi yang dapat menyebabkan 50% kematian dari populasi...kenapa hasil untuk LC50 tidak sekitar 10µg/ml malah 1,81 x 10-3 µg/ml – 7,41 x 10-4 µg/ml

Balas

Muat yang lain...Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Get a Glitter Calendar Click Here

Document

ARTIKEL FARMASI (2) BIOKIMIA (1) FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI (3) FARMASETIKA LANJUTAN (2) Favorite Book's (2) KIMIA ORGANIK (2) KIMIA ORGANIK SINTESIS (6) MIKROBIOLOGI (12) Ungakapan Perasaan (9)

Revi Reski sari Lihat profil lengkapku

Revi At-thafunnisaa

Buat Lencana Anda

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.