Akuntansi Perpajakan 2.ppt

51
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN SEWA (LEASE) SEWA (LEASE)

Transcript of Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Page 1: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

SEWA (LEASE)SEWA (LEASE)

Page 2: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Our Main Topics•PERSPEKTIF AKUNTANSI KEUANGAN DI

INDONESIA ATAS:▫SEWA (LEASING) - PSAK NO.30: SEWA

(REVISI 2007)•PERSPEKTIF PERPAJAKAN DI

INDONESIA ATAS:▫SEWA (LEASING)

PPh BADAN PPN PPh PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

Page 3: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

3SEWA (LEASE)PSAK No. 30:Sewa (lease) adalah suatu perjanjian di mana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

PMK NOMOR 84/PMK.012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN:Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.

Page 4: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

4

Lease ProvisionsCancellation Cancellation ProvisionProvision

Leasing dapat dibatalkan berdasarkan kondisi tertentu

yang telah disepakati

Lease TermLease Term Periode yang tidak dapat dibatalkan dimana lessee telah menyepakati perjanjian sewa

untuk menggunakan aset.

Bargain Purchase Bargain Purchase OptionOption

Pemberian hak/opsi kepada lessee untuk membeli aset pada harga yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai wajar pada tanggal

opsi dapat dilaksanakan

Page 5: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

5

Lease ProvisionsResidual ValueResidual Value Nilai pasar aset yang disewakan pada akhir

masa leasing.Pembayaran sewa yang diharuskan selama masa

leasing ditambah, jika ada, pembayaran nilai residu.

Minimum Lease Minimum Lease PaymentPayment

Page 6: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

AKTIFITAS LEASING SESUAI AKTIFITAS LEASING SESUAI PSAK 30PSAK 30I. SEWA PEMBIAYAAN (FINANCE LEASE)

Sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan dan dapat juga tidak dialihkan.

II. SEWA OPERASI (OPERATING LEASE) Sewa selain sewa pembiayaan

III. TRANSAKSI JUAL DAN SEWA BALIK (SALES AND LEASEBACK)

Penjualan suatu aset dan penyewaan kembali atas aset yang sama.

Page 7: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

SEWA PEMBIAYAAN (FINANCE LEASE) SESUAI PSAK SEWA PEMBIAYAAN (FINANCE LEASE) SESUAI PSAK 3030Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi

didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya.

Contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan dalam kondisi normal mengarah kepada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:a)Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;b)Lessee mempunyai opsi membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan dengan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi itu memang akan dilaksanakan;c)Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset aset sewaan; dand)Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.e)Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor terkait pembatalan ditanggung oleh lessee;f)Laba atau rugi fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lesseeg)Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang secara subtansial lebih rendah dari nilai pasar rental.

Page 8: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

IASB

IAS 17” Leases”According to IAS 17, whether a lease is a finance lease or not will have to be judged based on

the substance of the transaction, rather than on its mere form. If substantially all of the

benefits and risks of ownership have been transferred to the lessee, the lease should be

classified as a finance lease. IAS 17 stipulates that substantially all of the risks or benefits of

ownership are deemed to have been transferred if any one of the following four criteria has

been met:

1.The lease transfers ownership to the lessee by the end of the lease term.

2.The lease contains a bargain purchase option (an option to purchase the leased asset at a

price that is expected to be substantially lower than the fair value at the date the option becomes

exercisable) and it is reasonably certain that the option will be exercisable.

3.The lease term is for the major part of the economic life of the leased asset; title may or may

not eventually pass to the lessee.

4.The present value (PV), at the inception of the lease, of the minimum lease payments is at

least equal to substantially all of the fair value of the leased asset, net of grants and tax credits

to the lessor at that time; title may or may not eventually pass to the lessee.

Page 9: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Transfer of Ownership?

Yes

Yes

Yes

Yes

Bargain PurchaseOption?

No

Lease term is major part of the economic life ?

No

PV Payment at least equal to substantially

all of FMV?

No

Klasifikasi Leasing-LesseeBased on IASB: IAS No.17

CapitalLease No

OperatingLease

Page 10: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

FASB

SFAS 13” Accounting for Leases”

The lessee records the lease as a capital leases at its inception if substantially all of

the benefits and risks of ownership have been transferred to the lessee.

Substantially all of the benefits and risks of ownership are deemed to have been

transferred if any one of the following criteria is met:

1.The lease transfers ownership to the lease by the end of the lease term

2.The lease contains a bargain purchase option

3.The lease term is equal to 75% or more of the estimated economic life of the

leased property, and the beginning of the lease term does not fall within the last 25%

of the total economic life of the leased property

4.The present value (PV) of the minimum lease payments at the beginning of the

lease term is 90% or more of the fair value to the lessor less any investment credit

retained by the lessor.

If a lease agreement meets none of the four criteria set fort above, it is classified as

an operating lease by the lessee.

Page 11: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Transfer of Ownership?

Yes

Yes

Yes

Yes

Bargain PurchaseOption?

No

Term >75% ofUseful Life?

No

PV Payment >90%of FMV?

No

Klasifikasi Leasing-LesseeBased on FASB: SFAS No.13

CapitalLease No

OperatingLease

Page 12: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Additional revenue recognition criteria applicable to lessors.

Collectibility of the minimum lease payments is reasonably predictable.

No important uncertainties surround the amount of unreimbursable costs yet to be incurred by lessor.

Page 13: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Implicit Interest Rate: Rate that would be used to discount the minimum lease payments to the fair market value of the leased asset at the inception of the lease.

Incremental Borrowing Rate: Rate at which lessee could borrow the amount of money necessary to purchase the leased asset.

Page 14: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Lessor always uses the implicit rate to discount rental payments.

Lessee uses the implicit rate, if it can

be determined practically.

Otherwise lessee uses the incremental

borrowing rate.

Page 15: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Suatu sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aset yang dapat disusutkan dan beban keuangan dalam setiap periode akuntansi.

Jika tidak ada kepastian yang memadai (reasonable certainty) bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, aset sewaan harus disusutkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaatnya.

Jika ada kepastian yang memadai (reasonable certainty) bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, aset sewaan harus disusutkan secara penuh selama umur manfaatnya (useful life), tanpa memperhatikan saat masa sewa berakhir.

Page 16: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Perhitungan Nilai Kini dari Pembayaran Sewa Minimum (PV of Minimum Lease Payments)

• Annuity Due : Payment in advance:– Payments begins at the beginning of period

• Ordinary Annuity : Payment in arrears– Payments begins at the end of period

FORMULA OF ORDINARY ANNUITY:

PV = C 1 - 1 r r (1+r)

T

FORMULA OF ORDINARY ANNUITY:PV = C 1 - 1

(1+r) r

T

C = Coupon / fixed payment r = Interest Rate T = Times Period

Page 17: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

PT MBR menyewa alat berat dari PT ABC, leasing company, dengan SGU dengan hak opsi dan syarat sbb:

Masa SGU selama 5 tahun (mulai 1 Januari 2005 – 31 Desember 2009)

Nilai sewa per tahun sebesar Rp 65 juta, termasuk Rp 5 juta untuk biaya pemeliharaan dan asuransi (executory cost)

Pembayaran dilakukan tahunan di mukaMasa manfaat alat beratnya selama 5 tahun (metode garis

lurus dan nilai residu tidak ada)Tingkat suku bunga leasing sebesar 10%.

17

ACCOUNTING FOR CAPITAL LEASES

Lessee

ContinuedContinued

Page 18: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

18

Accounting for Capital LeasesTabel Pembayaran SGU

ContinuedContinued

Tanggal Deskripsi Pembayaran Angsuran Pokok Pembayaran Bunga Sisa

01 J anuari 2005 Saldo awal SGU 250,191,92701 J anuari 2005 Pembayaran 1 60,000,000 60,000,000 0 190,191,927

31 Desember 2005 Pembayaran 2 60,000,000 40,980,807 19,019,193 149,211,12031 Desember 2006 Pembayaran 3 60,000,000 45,078,888 14,921,112 104,132,23231 Desember 2007 Pembayaran 4 60,000,000 49,586,777 10,413,223 54,545,45531 Desember 2008 Pembayaran 5 60,000,000 54,545,455 5,454,545 0

Total 300,000,000 250,191,927 49,808,073

Page 19: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Leased Equipment 250,192 Obligations under Capital Leases

250,192

19

Accounting for Capital Leases - LeseeEntries on January 1, 2005 (Rp 000)

Lease Expense 5,000Obligations under Capital Leases 60,000

Cash65,000

PMT = Rp60,000; PMT = Rp60,000; N = 5; I = 10%N = 5; I = 10%

ContinuedContinued

Page 20: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

20

Accounting for Capital Leases - Lesee

Entries on December 31, 2005

Amortization Expense on LeasedEquipment 50,038

Accumulated Amortization on Leased Equipment50,038

Rp250,192 Rp250,192 ÷ 5÷ 5Prepaid Executory Costs 5,000Obligations under Capital Leases 40,981Interest Expense 19,019

Cash65,000

(Rp250,192 (Rp250,192 – – Rp60,000) x 10%Rp60,000) x 10%

Page 21: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Leased Payments Receivable 250,192 Equipment Purchased for Lease 250,192

21

Accounting for Capital Leases - LessorEntries on January 1, 2005 (Rp 000)

Leased Payments Receivable 300.000 Equipment Purchased for Lease

250.192 Unearned Interest Revenue

49.808 ContinuedContinued

Record at net basis

Record at gross basis

Page 22: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

22

Accounting for Capital Leases - Lessor

Entries on December 31, 2005

Record at net basis:Cash 65.000

Lease Payments Receivable40.981 Interest Revenue

19.019Executory Cost (a liability)5.000Record at gross basis:

Cash 65,000Lease Payments Receivable

60.000 Executory Cost ( a liability)

5.000Uearned Interest Revenue 19,019

Interest Revenue19.019

Page 23: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

23

Accounting for Capital Leases

Accounting for lease with a bargain purchase option Pembayaran sewa minimum meliputi pembayaran minimum terutang selama masa

sewa hingga tanggal pelaksanaan opsi pembelian dan pembayaran yang dipersyaratkan untuk melaksanakannya.

Pada tanggal pelaksanaan opsi, saldo bersih akun aset yang disewa (leased asset account) termasuk nilai akumulasi penyusutan ditransfer ke perkiraaan aset biasa (regular asset account).

Jika opsi tidak dilaksanakan (exercised), maka kerugian akibat tidak dilakukannya opsi tersebut merupakan selisih antara nilai buku aset yang disewa dengan nilai harga sesuai dengan opsi yang seharusnya.

Accounting for leases with a lessee-guaranted residual value Pembayaran sewa minimum meliputi pembayaran selama masa rental yang dibayar

oleh lessee ditambah dengan jumlah yang dijamin oleh lesee atau pihak yang terkait dengan leseee.

Pada akhir masa leasing, jumlah yang dijamin akan dilaporkan sebagai hutang leasing dan nilai sisa buku aset yang disewa sama dengan nilai residu yang dijamin.

Jika nilai wajar aset yang disewa lebih rendah dibandingkan nilai residu yang dijamin, diakui rugi atas perbedaan itu dan lesee harus melakukan pembayaran atas selisih tersebut.

1

2

Page 24: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

PT MBR menyewa alat berat dari PT ABC, leasing company, dengan SGU dengan hak opsi dan syarat sbb:

Masa SGU selama 5 tahun (mulai 1 Januari 2005) Terdapat opsi untuk membeli aset yang disewa dengan nilai Rp 75

juta yang dapat dilakukan pada akhir tahun ke-5 (31 Desember 2009).

Nilai sewa per tahun sebesar Rp 65 juta, termasuk Rp 5 juta untuk biaya pemeliharaan dan asuransi (executory cost)

Pembayaran dilakukan tahunan di muka Masa manfaat alat beratnya selama 10 tahun (metode garis lurus

dan nilai residu tidak ada) Tingkat suku bunga leasing sebesar 10%.

24

ACCOUNTING FOR CAPITAL LEASES WITH A BARGAIN PURCHASE OPTION

Lessee

ContinuedContinued

Page 25: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

25

Accounting for Capital LeasesTabel Pembayaran SGU

ContinuedContinued

Date Description Amount Interest Expense Principal Lease Obligation1/1/2008 Initial Balance 296,761,026 1/1/2008 Payment-1 60,000,000 0 60,000,000 236,761,026 31/12/2008 Payment-2 60,000,000 23,676,102.60 36,323,897 200,437,129 31/12/2009 Payment-3 60,000,000 20,043,712.86 39,956,287 160,480,841 31/12/2010 Payment-4 60,000,000 16,048,084.15 43,951,916 116,528,926 31/12/2011 Payment-5 60,000,000 11,652,892.56 48,347,107 68,181,818 31/12/2012 Purchase Option 75,000,000 6,818,181.82 68,181,818 (0)

Page 26: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

26

Accounting for Capital Leases with bargain purchase option

Entries on December 31, 2009 - Ribuan

Equipment 148.381

Accumulated Amortization -on Leased Equipment 148.380*Leased Equipment296.761

To transfer remaining balance in leased asset to equipment account* 5 year x (Rp 296.761.026/10)

Obligations under Capital Leases 68.182Interest Expense 6.818

Cash 75,000

To record exercise of bargain purchase option

Asumsikan lesee melaksanakan opsi untuk membeli aset yang disewa pada akhir tahun ke-5

Page 27: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

27

COMPARISON EXPENSE RECOGNIZED IN ACCOUNTING FOR CAPITAL LEASES AND OPERATING LEASE

Interest Expense Executory Cost AmortizationYes Yes Yes

Rent ExpenseYes

Expense Recognized – Capital Lease – Lesee Perspective

Expense Recognized – Operating Lease – Lesee Perspective

Page 28: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

28

COMPARISON EXPENSE RECOGNIZED IN ACCOUNTING FOR CAPITAL LEASES AND OPERATING LEASE

Interest RevenueYes

Rent IncomeYes

Income Recognized – Capital Lease – Lessor Perspective

Expense Recognized – Operating Lease – Lessor Perspective

Interest Revenue Manufacturer’s ProfitYes Yes

Direct Financing

Lease

Sales Type Lease

Page 29: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

PERSPEKTIF PERPAJAKAN INDONESIA ATAS

TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Page 30: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

LEASING (FINANCIAL DAN OPERATING LEASE)LEASING (FINANCIAL DAN OPERATING LEASE)KMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA

(LEASING) KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA

SEWA-GUNA-USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

SEWA-GUNA-USAHA TANPA HAK OPSI (OPERATING

LEASE).Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :1.jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;2.masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan;3.perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :1.jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;2.perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Page 31: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Sewa-guna-usaha Dengan Hak OpsiSewa-guna-usaha Dengan Hak OpsiKMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSOR PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSOR adalah sebagai berikut :1) Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran

sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;2) LESSOR TIDAK BOLEH MENYUSUTKAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA-

GUNA-USAHAKAN DENGAN HAK OPSI;3) Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam Pasal 3

Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor;

4)4) Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan brutodikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua setengah persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi.

5) Kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan;

6) Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.

Page 32: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Sewa-guna-usaha Dengan Hak OpsiSewa-guna-usaha Dengan Hak OpsiKMK NOMOR 1169/KMK.01/1991 KEGIATAN SEWA GUNA USAHA

(LEASING)PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSEE PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSEE adalah sebagai berikut :1) SELAMA MASA SEWA-GUNA-USAHA, LESSEE TIDAK BOLEH MELAKUKAN

PENYUSUTAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA-GUNA-USAHA, SAMPAI SAAT LESSEE MENGGUNAKAN HAK OPSI UNTUK MEMBELI;

2) Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan;

3) PEMBAYARAN SEWA-GUNA-USAHA YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG OLEH LESSEE KECUALI PEMBEBANAN ATAS TANAH, MERUPAKAN BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO LESSEE SEPANJANG TRANSAKSI SEWA-GUNA-USAHA TERSEBUT MEMENUHI KRITERIA SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI;

4) Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam kriteria sewa guna usaha dengan hak opsi (pasal 3 KMK No.1169/KMK.01/1991), Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha.

Page 33: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Sewa-guna-usaha Dengan Hak OpsiSewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi ASPEK PPH

PEMOTONGAN & PEMUNGUTAN Pasal 23 ayat (4) huruf b

UU PPh No.36 Tahun 2008:Pemotongan pajak PPh Pasal 23 tidak dilakukan atas sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.

Aspek Pajak Pertambahan Nilai Pasal 1A ayat (1) huruf b UU PPN

1984, termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.

Pasal 4A ayat (3) huruf d UU PPN 1984, jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi termasuk jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai .

Page 34: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

SKEMA PPN ATAS LEASING DENGAN HAK OPSI

LESSOR LESSEE

SUPPLIER/DEALER

Kontrak Leasing Dengan Hak Opsi

Angsuran = pokok + bunga

Pembayaran + PPN

BKP

Obyek PPN

Non-Obyek PPN Non – PPh 23FP

“Lessor QQ Lessee”

FP“Lessor QQ

Lessee”

Reimbursment PPN

Page 35: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG BERAKHIR MENJADI LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA USAHA YANG

DISYARATKAN

DALAM PELAKSANAANNYA SUATU PERJANJIAN SGU DENGAN HAK OPSI KADANG-KADANG TERPUTUS, SEHINGGA MASA SEWA GUNA USAHA MENJADI LEBIH PENDEK DARI MASA YANG SEMULA DISEPAKATI.

HAL INI DAPAT TERJADI KARENA BEBERAPA HAL :a)FORCE MAJEUR, YAITU PUTUSNYA TRANSAKSI SGU KARENA BENCANA ALAM SEPERTI KEBAKARAN DAN LAIN-LAIN, SEHINGGA BARANG MODAL YANG DIPEROLEH SECARA FINANCE LEASE MENGALAMI RUSAK BERAT DAN TIDAK DAPAT DIPAKAI LAGI.b)DEFAULT, YAITU TERPUTUSNYA TRANSAKSI SGU KARENA LESSEE TIDAK DAPAT MEMENUHI PEMBAYARAN LEASE PAYMENT SERTA KEWAJIBAN LAINNYA SEHINGGA KONTRAK FINANCE LEASE BERAKHIR LEBIH CEPAT.c)SEBAB EKONOMIS, YAITU LESSEE MENGAKHIRI MASA LEASE SEBELUM WAKTUNYA KARENA PERTIMBANGAN EKONOMIS SEMATA-MATA, DENGAN MEMBAYAR SEKALIGUS KEWAJIBAN YANG TERSISA.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Se - 10/Pj.42/1994

Page 36: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG BERAKHIR MENJADI LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA USAHA YANG

DISYARATKAN

Dalam hal terjadi force majeur, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan oleh lessee tidak wajib dibayar kembali oleh lessee.

Apabila barang tersebut diasuransikan dan penggantian asuransi berupa uang tunai, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan oleh lessee wajib dibayar kembali, kecuali penggantian asuransi tersebut berupa barang modal baru atau bagian barang modal baru, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan dari barang modal lama tidak wajib dibayar kembali dan Pajak Masukan dari barang modal baru atau bagian dari barang modal baru tersebut tidak dapat dikreditkan.

Page 37: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi (SE - Sewa-guna-usaha Dengan Hak Opsi (SE - 10/PJ.42/199410/PJ.42/1994))

ASPEK PPh atas Leasing Dalam hal perjanjian finance lease menyatakan jangka waktu yang lebih pendek

atau pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih pendek dari jangka waktu minimum yang disyaratkan perlakuan perpajakannya disamakan dengan operating lease.

Dalam hal masa SGU finance lease lebih pendek daripada masa SGU berdasarkan Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1169/KMK.01/1991 yang disebabkan karena force majeur (bencana alam seperti kebakaran dan lain-lain), default (lessee tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran lease payment) ataupun karena pertimbangan ekonomis tertentu yang dilakukan secara wajar tanpa motif untuk menghindarkan atau memperkecil besarnya pengenaan pajak terutang serta dilakukan oleh masing-masing pihak yang tidak terdapat hubungan istimewa, maka tidak perlu mengubah perlakuan perpajakan dari finance lease menjadi operating lease akan tetapi tetap diperlakukan sebagai finance lease. Dengan adanya perubahan masa SGU, maka besarnya penghasilan bagi lessor serta besarnya biaya bagi lessee dengan sendirinya berubah atau berbeda dibandingkan apabila tidak terjadi perubahan masa SGU.

Further detail, please read SE - 10/PJ.42/1994!!!!!!!!!

Page 38: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

38

1. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan.

2. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayarkan atau yang terutang adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

3. Lesse memotong PPh Pasal 23 setiap kali membayar sewa kepada Lessor dengan dasar perhitungan pemotongan PPh Pasal 23

1. Seluruh pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh merupakan obyek PPh pasal23.

2. Berhak menyusutkan barang yang disewa-guna-usahakan dimulai pada tahun pajak barang modal yang bersangkutan disewa-guna-usahakan

3. Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu.

4. Lessor memungut pajak pertambahan nilai nilai (PPN) jasa sewa yang diberikan

PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK OPERATING LEASE

ContinuedContinued

Lessee Lessor

Page 39: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

39

COMPARISON EXPENSE RECOGNIZED IN TAXATION FOR CAPITAL LEASES AND OPERATING LEASE

Interest Expense

Executory Cost

Principal Payment

Amortization

YesYes YesYes YesYes Not AllowedNot Allowed

Expense Recognized – Capital Lease – Lesee Perspective

Expense Recognized – Operating Lease – Lesee Perspective

Rent ExpenseYesYes

Page 40: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

40

COMPARISON EXPENSE RECOGNIZED IN ACCOUNTING FOR CAPITAL LEASES AND OPERATING LEASE

Interest RevenueYes

Rent IncomeYes

Income Recognized – Capital Lease – Lessor Perspective

Expense Recognized – Operating Lease – Lessor Perspective

Interest Revenue Manufacturer’s ProfitYes Yes

Direct Financing

Lease

Sales Type Lease

Page 41: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

KOREKSI FISKAL ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI DALAM SPT TAHUNAN PPh

BADAN Atas beban penyusutan atau amortisasi aset yang disewa dengan hak

opsi dilakukan koreksi fiskal positif. Atas beban bunga yang timbul atas hutang sewa guna usaha dengan

hak opsi dilakukan koreksi fiskal negatif dengan menambah jumlah pembayaran pokok (principal) hutang sebagai biaya.

Ilustrasi mengacu pada kasus PT MBR sebelumnya, pada laporan laba rugi tahun 2005 akan terdapat data berikut:

Laporan L/R Nilai Koreksi Fiskal SPT Tahunan

PPh Badan

Positif Negatif

BebanBeban Bunga Leasing-Hak OpsiBeban amortisasi aset leasing

19.019

50.038

-50.03

8

100.980-

120.0000Pembayaran pokok (principal) hutangPembayaran pokok (principal) hutang

Page 42: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Accounting for Operating LeasesAccounting for Operating Leases——LesseeLessee

42

Lessor: PT.XYZ, Lesse: PT.ABCHP Barang modal selain kendaraan = Rp 200.000.000Jangka waktu operating lease = 20 bulanPembayaran per bulan = Rp 8.000.000

PT.XYZ:Tagihan setiap bulan = Rp 8.000.000PPN (PM- utk lesse) = Rp 800.000PT ABC = Rp 8.800.000Memotong PPh Pasal 23 ( 2% x 8.000.000) = Rp 160.000Dibayar ke Lessor = Rp 8.640.000

Jurnal PT ABC:Beban Sewa 8.000.000PPN-Masukan 800.000

Kas 8.640.000 Hutang PPh Pasal 23 160.000

Page 43: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Transaksi Jual dan Sewa KembaliSale-Leaseback Transactions

An arrangement whereby one party sells property to a second party, and then the first party leases the property back is a

sale-leaseback transaction.

Page 44: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Sale-Leaseback Transactions in PSAK No.30 Jika suatu transaksi jual dan sewa kembali merupakan sewa

pembiayaan, selisih lebih dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual-lesee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi dan jelas transaksi itu terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi harus diakui segera. Jika harga jual di bawah nilai wajar, laba atau rugi harus diakui segera,

kecuali rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan aset tersebut.

Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset .

Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada transaksi jual dan sewa kembali lebih rendah daripada nilai tercatatnya, rugi sebesar selisih antara nilai tercatat dan nilai wajar harus diakui segera.

Page 45: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Ilustrasi Kasus Sale-LeasebackPada tanggal 1 Januari 2008, PT ABC menjual sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp 750.000.000 kepada PT XYZ dengan harga jual Rp 950.000.000 dan menyewa kembali aset yang dijual itu dengan beberapa kondisi sebagai berikut:1)Masa sewa selama 10 tahun, non-cancelable. Uang muka sebesar Rp 200.000.000 dan pembayaran angsuran leasing setiap awal tahun sebesar Rp 107.107.000. Tingkat suku bunga implisit sebesar 10%.2)Mesin itu memiliki nilai wajar (fair value) sebesar Rp 950.000.000 pada tgl 1 Januari 2008 dan estimasi masa manfaat 20 tahun. Metode penyusutan adalah garis lurus.3)PT ABC memiliki opsi untuk memperbarui leasing untuk sisa masa leasing 10 tahun dengan pembayaran angsuran leasing sebesar Rp 100.000.000 per tahun. Kepemilikan mesin akan beralih pada akhir masa leasing.

Page 46: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Jurnal Akuntansi-Sale-Lease Back

1 Januari 2008 Cash 950,000 Equipment-net 750,000 Unearned Profit on Sale-Leaseback 200,000

To record original sale of equipment

1 Januari 2008 Leased Equipment 950,000 Obligation under Capital Lease 642,893 Cash 307,107

To record lease of equipment, including down payment & first payment

31 Desember 2008 Amortization Expense on Leased Equipment 47,500 Accumulated Depreciation on Leased Equipment 47,500

To record amortization of equipment over 20 year (Rp 950 juta /20)

31 Desember 2008 Interest Expense 64,289 Obligation under Capital Lease 42,818

Cash 107,107 To record second lease payment, interest expense (10% X Rp 642.893.000)

31 Desember 2008 Uearned Profit on Sale-Leaseback 10,000 Revenue Earned on Sale-Leaseback 10,000

To record recognition of revenue over 20 year life in proportion to the amortizationof the leased asset.

PT ABC (Penjual - Lesee) - Ribuan

Page 47: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

Jurnal Akuntansi-Sale-Lease Back

1 Januari 2008 Equipment 950,000 Cash 950,000

To record purchase of equipment

1 Januari 2008 Cash 307,107 Lease Payments Receivable 642,893

Equipment 950,000 To record direct financing sale -lease back to PT ABC

31 Desember 2008 Cash 107,107 Lease Payments Receivable 42,818 Interest Revenue 64,289

To record receipt of second lease payment

PT XYZ (Pembeli - Lessor) - Ribuan

Page 48: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

SKEMA PERLAKUAN PPN ATAS PERJANJIAN “SALE & LEASE BACK”Referensi Surat Dirjen Pajak No: S-813/PJ.53/2005

LESSELESSOR

2

1

1. Lesse menjual barang modalnya kepada lessor dalam rangka memperoleh fresh money untuk menyehatkan likuiditas perusahaaan

3. Barang modal tersebut kemudian di “lease back” dibawah kondisi sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease), yang berdasarkan Pasal 4A UU PPN 1984 Jo. Pasal 9 PP No.50/1994, merupakan jasa yang tidak dikenakan pajak, tetapi untuk transaksi pengalihan harta (transaksi lease back) merupakan penyerahan BKP yang terutang PPN.

2. Penyerahan hak atas harta yang dijual (transaksi sale) termasuk dalam pengertian penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN jika memenuhi syarat Ps.16-D UU PPN.

Page 49: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

SALE LEASE BACK-Case PT XXX merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa

penyewaan alat berat. Oleh karena PT XXX membutuhkan dana untuk mengembalikan pinjaman/utangnya, maka atas alat berat tersebut PT XXX mengadakan perjanjian sale and lease back dengan hak opsi dengan PT ABC, pihak perusahaan leasing.

Perjanjian Sewa Guna Usaha (Sale ang Lease Back) Nomor xxx tanggal xxx antara PT XXX dengan PT ABC antara lain menyepakati : PT XXX menjual barang modal sebagaimana tercantum dalam Pasal 22.1

kepada PT ABC, dan PT XXX dengan ini mengikat diri untuk secara serta-merta menyewa guna usaha kembali barang modal tersebut (Pasal 1).

PT XXX mengakui bahwa PT ABC adalah pembeli dan oleh karena itu, terhitung sejak tanggal pencairan fasilitas. PT ABC adalah satu-satunya pemilik barang modal (yang di-sale and lease back-kan) (Pasal 6).

Pertanyaan:Apakah atas transaksi sale and lease back yang dilakukan oleh PT XXX terutang PPN?

Page 50: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

SALE LEASE BACKSURAT DIRJEN PAJAK S-813/PJ.53/2005

Dalam transaksi sale and lease back dengan hak opsi antara PT XXX dengan PT ABC, perusahaan leasing :

1) Penyerahan hak atas alat berat (BKP) yang dijual oleh PT XXX kepada perusahaan leasing (transaksi sale termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, dengan sepanjang Pajak Masukan atas perolehan alat berat tersebut oleh PT XXX dapat dikreditkan, dikenakan PPN mengacu pada Pasal 16-D); dan

2) Penyerahan hak atas alat berat yang telah menjadi milik perusahaan leasing kepada PT XXX (transaksi lease back dengan hak opsi) termasuk dalam pengertian penyerahan BKP yang terutang PPN, sedangkan penyerahan jasanya (jasa leasing dengan hak opsi) bukan merupakan yang dikenakan PPN.

Page 51: Akuntansi Perpajakan 2.ppt

ISU…

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Susilo Sudjono mengatakan pihaknya menerima banyak keluhan dari perusahaan pembiayaan patungan tentang pengenaan PPN atas produk leasing- Sale Lease Back.

"Dalam praktiknya sale and lease back merupakan satu prosedur transaksi langsung sementara pihak pajak merasa itu dua transaksi yang berbeda hingga karena PPN. Jadinya ini semua tidak jelas," kata dia. (Bisnis Indonesia - 8 Mar 2006)