Akuntansi Lingkungan

16
1 AKUNTANSI LINGKUNGAN: Apakah Sebuah Pilihan atau Kewajiban? Hasyim M., S.E., M. Si. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mendiskusikan secara umum akuntansi lingkungan baik secara teoritis dan penerapannya di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian berbagai kalangan seperti pemerintah, organisasi bisnis, dan masyarakat. Akuntansi lingkungan dikembangkan oleh berbagai organisasi di beberapa Negara. Indonesia pun telah mengatur tentang akuntansi lingkungan ini. Namun demikian masih terjadi ketidakseragaman penerapan pada semua organisasi khususnya dalam hal pelaporan dan pengungkapan aktivitas sosial dan lingkungan. Untuk memperbaiki implementasi akuntansi lingkungan di Indonesia diperlukan regulasi pemerintah yang mewajibkan penyusunan standar pelaporan dan pengungkapan kegiatan sosial dan lingkungan. Tidak kalah pentingnya adalah regulasi yang mewajibkan penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan khususnya pada organisasi yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumber daya alam. Kata kunci : Akuntansi Lingkungan PENDAHULUAN Umumnya perusahaan menerapkan konsep maksimasi laba (salah satu dari konsep yang dianut kaum kapitalis) namun pada saat yang sama mereka melanggar konsensus dan prinsip-prinsip maksimasi laba itu sendiri. Prinsip-prinsip yang dilanggar tersebut antara lain adalah kaidah biaya ekonomi (economic cost), biaya akuntansi (accounting cost) dan biaya kesempatan (opportunity cost). Implikasi dari pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah terbengkalainya pengelolaan (manajemen) lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja lingkungan serta rendahnya minat perusahaan terhadap konservasi lingkungan. Pelanggaran terhadap opportunity cost misalnya, telah memberi dampak yang signifikan bagi keberlanjutan (sustainability) lingkungan global.

description

akuntansi

Transcript of Akuntansi Lingkungan

Page 1: Akuntansi Lingkungan

1

AKUNTANSI LINGKUNGAN:Apakah Sebuah Pilihan atau Kewajiban?

Hasyim M., S.E., M. Si.Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk mendiskusikan secara umum akuntansi lingkunganbaik secara teoritis dan penerapannya di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian berbagaikalangan seperti pemerintah, organisasi bisnis, dan masyarakat.

Akuntansi lingkungan dikembangkan oleh berbagai organisasi di beberapaNegara. Indonesia pun telah mengatur tentang akuntansi lingkungan ini. Namundemikian masih terjadi ketidakseragaman penerapan pada semua organisasi khususnyadalam hal pelaporan dan pengungkapan aktivitas sosial dan lingkungan.

Untuk memperbaiki implementasi akuntansi lingkungan di Indonesia diperlukanregulasi pemerintah yang mewajibkan penyusunan standar pelaporan danpengungkapan kegiatan sosial dan lingkungan. Tidak kalah pentingnya adalah regulasiyang mewajibkan penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan khususnya padaorganisasi yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumber daya alam.

Kata kunci : Akuntansi Lingkungan

PENDAHULUAN

Umumnya perusahaan menerapkan konsep maksimasi laba (salah satu dari konsep

yang dianut kaum kapitalis) namun pada saat yang sama mereka melanggar konsensus

dan prinsip-prinsip maksimasi laba itu sendiri. Prinsip-prinsip yang dilanggar tersebut

antara lain adalah kaidah biaya ekonomi (economic cost), biaya akuntansi (accounting

cost) dan biaya kesempatan (opportunity cost). Implikasi dari pelanggaran terhadap

prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah terbengkalainya pengelolaan (manajemen)

lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja lingkungan serta rendahnya minat perusahaan

terhadap konservasi lingkungan. Pelanggaran terhadap opportunity cost misalnya, telah

memberi dampak yang signifikan bagi keberlanjutan (sustainability) lingkungan global.

Page 2: Akuntansi Lingkungan

2

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan

banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi

tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan

sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun seiring dengan perjalanan

waktu, masyarakat semakin menyadari adanya dampak-dampak sosial yang

ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya untuk mencapai laba

yang maksimal, yang semakin besar dan semakin sulit untuk dikendalikan. Oleh

karena itu, masyarakat pun menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan

dampak-dampak sosial yang ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya.

Manusia modern menghadapi krisis lingkungan hidup yang merupakan akibat

langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang tidak beretika. Artinya, manusia

melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia

berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-

norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma

ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa

menggunakan hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa

bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti

lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam.

Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang

mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.

Permasalahan lingkungan semakin menjadi perhatian yang serius, baik oleh

konsumen, investor maupun pemerintah. Investor asing memiliki kecenderungan

mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari

Page 3: Akuntansi Lingkungan

3

munculnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan tanah, rusaknya ekosistem,

polusi air, polusi udara dan polusi suara. Senada dengan para investor, pemerintah

mulai memikirkan kebijakan ekonomi makro-nya terkait dengan pengelolaan

lingkungan dan konservasi alam.

Proses produksi yang digunakan perusahaan, juga produk yang dihasilkan, dapat

merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat berupa polusi udara, polusi tanah,

polusi air. Polusi udara berbahaya bagi masyarakat yang menghirupnya. Misalnya

produksi bahan bakar dan besi, juga penggunaan mobil, menambah CO2 di udara. Cara

yang dapat ditempuh perusahaan untuk mencegah polusi udara adalah dengan

melakukan revisi proses produksi sehingga CO2 yang beterbangan di udara terbuka bisa

diminimalisasi. Sedangkan cara pemerintah untuk mengatasi masalah polusi udara ini

adalah dengan peraturan yang sifatnya memaksa perusahaan untuk membatasi jumlah

CO2 yang dihasilkan oleh proses produksi.

Tanah yang terpolusi dengan sampah beracun hasil proses produksi, terpolusi dari

sampah yang tidak membusuk dari waktu ke waktu akan berdampak tidak produktifnya

tanah untuk lahan pertanian. Cara perusahaan yang dapat ditempuh untuk menekan

polusi tanah adalah dengan revisi proses produksi dan pengepakan untuk mengurangi

sampah, menyimpan sampah beracun dan mengirik ke tempat pembuangan sampah

beracun. Pendauran ulang plastik, pembatasan penggunaan material yang akan menjadi

sampah tidak bisa membusuk.

Akan tetapi sampai saat ini pengungkapan tanggung jawab sosial dalam

laporan keuangan masih bersifat sukarela, dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 1 Paragraf ke sembilan dinyatakan:

Page 4: Akuntansi Lingkungan

4

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),

khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan

penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna

laporan yang memegang peranan penting”.

PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk

melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran dan

pelaporan juga belum diatur, jadi untuk pelaporan tanggung jawab sosial

diserahkan pada masing-masing perusahaan. Standar akuntansi keuangan di Indonesia

belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama

informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang

terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya.

Menurut Anggraini (2006), bahwa perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan

manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan

informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi

tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya

maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.

Pemerintah telah mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 17 tentang Penanaman Modal dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

telah mengatur upaya dalam kewajiban perusahaan dalam melestarikan lingkungan.

Pasal 17, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal misalnya menyatakan sebagai berikut:

Page 5: Akuntansi Lingkungan

5

“Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan

wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi

standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan tertuang dengan jelas pada Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 40, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal

74 menyatakan sebagai berikut:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai

biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur

dengan peraturan pemerintah.

KAJIAN LITERATUR

Pertanggungjawaban sosial korporat (CSR) sebagai sebuah gagasan menjadikan

perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi

keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada

Page 6: Akuntansi Lingkungan

6

triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri,

2008). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

secara berkelanjutan (sustainable).

Salah satu tujuan perusahaan dalam pengungkapan kinerja lingkungan, sosial,

dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk

mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada

investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin

hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan

stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan corporate

social responsibilty (CSR): - lingkungan dan sosial - dalam setiap aspek kegiatan

operasinya (Darwin, 2007).

Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan

memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media

termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Anonim; 2011). Hal yang sama juga

dikemukan oleh Kiroyan (2006), dalam Anonim (2011) menyatakan bahwa dengan

menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan

memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan

bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh

para pelaku pasar.

Pengertian Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan merupakan ilmu akuntansi yang bekerja dalam ruang

lingkup environmental management system. Pendapat lain juga mengatakan bahwa akuntansi

sosial lingkungan mengidentifikasi, menilai, dan mengukur aspek penting dari kegiatan

sosial ekonomi perusahaan dan negara dalam memelihara kualitas hidup masyarakat sesuai

Page 7: Akuntansi Lingkungan

7

dengan tujuan yang telah ditetapkan (Haniffa, 2002 dalam Anonim; 2011). Sedangkan

akuntansi sosial lingkungan yang didefinisikan oleh Ramanathan (1996 dalam Anonim;

2011) adalah proses seleksi variabelvariabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan

prosedur pengukuran, yang secara sistematis mengembangkan formasi yang bermanfaat untuk

mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi kepada

kelompok sosial yang tertarik baik di dalam maupun di luar perusahaan.

Gray (1998) dalam Anonim (2011) menjelaskan bahwa akuntansi

pertangunggjawaban sosial adalah "accounting for environmental degradation and

reducing effects of our society an future generation". Sedangkan Akuntansi biaya lingkungan

menurut Julius (1999) dalam Anonim (2011) adalah identifikasi, pengukuran dan alokasi

biaya-biaya lingkungan hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ini ke dalam pengambilan

keputusan usaha serta pengkomunikasian hasilnya kepada para stakeholders perusahaan.

Perusahaan berbeda-beda dalam mendefmisikan biaya lingkungan, hal ini tergantung pada

seberapa besar informasi yang dipergunakan dan skala serta lingkup pengujiannya (Astuti,

2002 dalam Anonim 2011).

Tujuan Akuntansi Lingkungan

Setelah melihat beberapa defenisi tentang akuntansi lingkungan di atas, selanjutnya

penulis mencoba memaparkan beberapa tujuan dari akuntansi lingkungan. Terdapat beberapa

alasan yang dapat kita lihat mengapa manajer menginginkan implementasi akuntansi lingkungan

agar berhasil, adalah sebagai berikut (EPA,1995 dalam Anonim 2011):

1. Akuntansi lingkungan memerlukan cara baru dalam memandang biaya lingkungan perusahaan,

kinerja, dan keputusan perusahaan. Top management akan memperhitungkan keuntungan

yang diperoleh apabila mengadopsi akuntansi lingkungan.

2. Akuntansi lingkungan bukan semata-mata permasalahan akuntansi dan informasi diperlukan

oleh semua kelompok entitas, baik desainer, chemists, engineers, manajer produksi,

operator, staf keuangan, manajer lingkungan maupun akuntan sehingga diperlukan untuk

Page 8: Akuntansi Lingkungan

8

menyatukan pandangan antar kelompok.

Akuntansi lingkungan dipertimbangkan karena akan menjadi perhatian bagi pemegang

saham dengan cara mengurangi biaya yang berhubungan dengan lingkungan sehingga

diharapkan dengan pengurangan biaya lingkungan tersebut akan menciptakan kualitas

lingkungan yang lebih baik. Selain itu, tujuan akuntansi lingkungan juga untuk menjembatani

kepentingan perusahaan dengan pemangku kepentingan secara menyeluruh. Hal tersebut untuk

mengetahui kegiatan perusahaan dalam menangani pencemaran lingkungan serta

kewajiban perusahaan atas masalah tersebut melalui laporan keuangan perusahaan.

Selain itu, hal tersebut juga bertujuan untuk memenuhi tuntutan terhadap undang—undang

yang menyangkut kewajiban lingkungan (environmental liabilities) (Anonim, Media

Akuntansi 1998).

Keterlibatan Akuntan dan Cakupan Akuntansi Lingkungan

Grey dan Walters (1993) mengemukakan ada dua alasan yang mendorong

akuntan terlibat pada masalah lingkungan yaitu:

1. Masalah lingkungan pada dasarnya merupakan masalah bisnis. Hal inidapat

dijelaskan sebagai berikut, perubahan pasar tentu akan membawa dampak pada

dunia bisnis dan akuntan dituntut untuk memberikan perhatian dan berperan serta

mulai dari penentuan biaya, penetapan nilai asset sampai dengan penghitungan

tingkat resiko yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan sebagai akibat dari

kegiatan bisnis.

2. Masalah lingkungan membutuhkan kegiatan audit (dalam bahasa teknis akuntansi,

audit antara lain diartikan sebagai prosedur pemeriksaan laporan keuangan, mulai

dari pengkajian dokumen sampai dengan pemberian rekomendasi). Melalui kegiatan

audit ini para akuntan akan menemukan wilayah tertentu untuk terlibat kedalam

Page 9: Akuntansi Lingkungan

9

masalah lingkungan, meskipunistilah audit dalam hal ini tentu tidak sama persis

dengan prosedur audituntuk laporan keuangan suatu perusahaan.

Selanjutnya Gray dan Walters (1993) memaparkan bahwa Akuntansi

lingkungan mencakup tujuh hal berikut ini:

1. Akuntansi untuk resiko

2. Akuntansi untuk penilaian kembali asset dan proyeksi modal

3. Analisis biaya terutama untuk area kunci (key areas) seperti energi,limbah, dan

perlindungan lingkungan

4. Investasi yang didalamnya menyangkut faktor lingkungan

5. Pengembangan system informasi akuntansi (SIA) baru

6. Mengukur costs and benefits terhadap program-program pengembangan

lingkungan

7. Pengembangan teknik-teknik akuntansi yang mengekspresikan harta,utang dan

biaya yang bernuansa ekologi.

Dengan memperhatikan lingkup pekerjaan akuntan tersebut membawa

konsekuensi perubahan bagi tugas akuntan yaitu:

Akuntan Keuangan

1. Menyusun neraca yang didalamnya mencakup akun-akun berikut : Penetapan

nilai asset; Hutang; Biaya tak terduga; Provisi.

2. Menyusun laporan keuangan yang didalamnya mencakup biaya-biayayang

berkaitann dengan pengelolaan limbah/ sampah dan kebersihanlingkungan

3. Menyusun laporan tahunan yang mencakup gambaran kinerja perusahaan untuk

lingkungan

Page 10: Akuntansi Lingkungan

10

4. Menyusun laporan kerjasama dengan bank, manajer lembaga keuangan,dan

lembaga asuransi

Akuntan manajemen

1. Menyusun rencana bisnis termasuk munculnya biaya-biaya baru

yangmenyangkut masalah lingkungan

2. Membuat costs and benefits analysis dengan adanya pengembangan lingkungan

3. Menyusun analisis biaya dan efisiensi dengan adanya program-program

pengembangan lingkungan

Akuntan sistem

1. Merencanakan berbagai perubahan pada system informasi manajemen(MIS)

2. Merencanakan berbagai perubahan pada system pelaporan keuangan

Pengungkapan Lingkungan Hidup

Menurut Belkaoui (1980) dalam Anonim (2011) konsep akuntansi sosial

lingkungan mengharuskan perusahaan untuk melaporkan interaksi ekonomis dan sosial

antara perusahaan dengan lingkungannya. Hal itu dikarenakan perusahaan memperoleh

nilai tambah karena kontribusi masyarakat sekitar termasuk lingkungan hayati. Rusaknya

lingkungan hayati berarti menimbulkan biaya sosial yang hares ditanggung oleh

masyarakat termasuk perusahaan sebagai bagian dari masyarakat.

Pelaporan atau pengungkapan informasi akuntansi sosiallingkungan terkait

dengan aspek-aspek interaksi antara organisasi perusahaan dengan lingkungan sosial

dan lingkungan fisiknya (alam). Oleh karena itu, pelaporan informasi akuntansi sosial-

lingkungan mencakup informasi akuntansi tentang kontribusi lingkungan alam, energi,

sumber daya manusia (karyawan) dan keterlibatan masyarakat terhadap aktivitas bisnis

Page 11: Akuntansi Lingkungan

11

dan kinerja keuangan perusahaan, dampak-dampak ekonomis, sosial, dan ekologis yang positif

dan negatif dari aktivitas bisnis perusahaan terhadap lingkungan alam, energi, karyawan dan

masyarakat serta shareholders lainnya, kontribusi perusahaan untuk mengatasi masalah-

masalah sosial, ekonomis, dan ekologis. (Andreas Lako, 2003 dalam Anonim; 2011)

Selanjutnya Saudagaran (2001) dalam Anonim (2011) menyarankan tiga tipe

pengungkapan dari lingkungan, yaitu: 1) environmental disclosure; 2) employee

disclosure;3) value added statements. Seiring dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan No.1 (PSAK) paragraf kesembilan dinyatakan bahwa perusahaan dapat pula

menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai

tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan

hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai

kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Suhendah (2005),

bentuk pelaporan akuntansi sosial lingkungan dikenal dengan istilah triple bottom line reporting

yang mencakup dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berbeda dan satu perusahaan

ke perusahaan lainnya karena perbedaan budaya dan negara.

FASB (1999) di dalamnya memuat bahwa semua informasi yang tidak bisa

dikategorikan dalam laporan keuangan utama bisa dimasukkan dalam media pelaporan yang

lain. Hal ini juga berlaku untuk informasi biayabiaya berkaitan dengan lingkungan yang bisa

dirangkum dalam suatu wujud pelaporan akuntansi lingkungan hidup menjadi pelengkap bagi

laporan keuangan (Satriawan dan Djasuli, 2001 dalam Anonim 2011). Di Indonesia, hal ini juga

sudah diatur di PSAK (2007) khususnya di PSAK 33 mengenai Akuntansi Pertambangan Umum

yang sudah mewajibkan perusahaan pertambangan untuk melaporkan biaya pengelolaan

lingkungan hidup dalam laporan keuangan.

Page 12: Akuntansi Lingkungan

12

Pelaporan Lingkungan dalam situs resmi Kementrian Lingkungan Hidup

(www.menlh.go.id) bahwa: Environmental reporting adalah sebuah istilah yang biasanya

digunakan oleh suatu institusi atau organisasi untuk mengungkapkan data yang berhubungan

dengan lingkungan, disahkan (diaudit) atau tidak, mengenai risiko lingkungan, dampak

lingkungan, kebijakan, strategi, target, biaya, pertanggungjawaban atau kinerja lingkungan

kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi dengan tujuan

meningkatkan nilai hubungan dengan institusi atau organisasi yang memberi laporan

melalui laporan tahunan, a stand-alone corporate environmental statement (pernyataan

mengenai pengelolaan lingkungan) atau dalam bentuk newsletter, video, CD-ROM, dan

website).

Pengungkapan yang layak mengenai informasi yang signifikan bagi para

investor dan pihak lainnya hendaknya cukup, wajar, dan lengkap. Semuanya

dipergunakan dalam konteks yang layak. Tujuan positifnya adalah memberikan

informasi yang signifikan dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan dalam

pengambilan keputusan. (Erahman, 2002 dalam Anonim 2011).

Pada lingkungan institusional sekarang, banyak pengungkapan tanggung jawab

sosial bersifat sukarela dan tidak diaudit. Beberapa usaha yang sudah dilakukan untuk

memonitor aktivitas sosial perusahaan atau untuk memvalidasi pengungkapan mereka

sehingga motivasi dapat mucul bagi manajemen untuk merubah pengungkapan sukarela

dan memperluasnya menjadi pengungkapan yang merefleksikan semua aspek dari kinerja

perusahaan yang terkait.

Untuk menjadikan suatu disclosure menjadi berguna, harus ada korespondensi

antara pengungkapan dengan kejadian aktual. Jika pengguna eksternal tidak sadar akan

Page 13: Akuntansi Lingkungan

13

korespondensi ini, perusahaan bisa saja mengurangi pengungkapan tanggung jawab

sosialnya.

Kualitas pengungkapan diestimasikan dengan mengukur hubungan antara:

(1) apa yang perusahaan identifikasi sebagai pencapaian dan tujuan,

(2) ukuran independen untuk kinerja aktual.

Selain itu, tujuan dari pengungkapan lingkungan hidup adalah untuk

menyediakan informasi bagi stakeholders yang memungkinkan mereka untuk

mengevaluasi perhatian lingkungan hidup suatu perusahaan baik jangka pendek maupun

jangka panjang dalam konteks risiko, ketentuan arus kas masa kini dan prospektif dan

kekonsistenan dengan perhatian pada lingkungan itu sendiri.

Pengungkapan atas konsekuensi sosial atas perilaku perusahaan telah dibahas di

banyak literatur. (Anonim 2011). Hasil temuan pada literatur tersebut menyatakan

bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial yang andal terbukti berguna bagi pengguna

ekstemal.

Tingkat Pengungkapan Lingkungan Hidup di Luar Negeri

Seperti yang dipublikasikan Anonim (2011) bahwa sampai akhir tahun 1997,

catatan–catatan hasil penelitian The Institute Survey of Australia mengindikasikan

kurangnya respon pihak produsen terhadap tuntutan masyarakat. Hanya 4% dari 500

perusahaan besar dunia yang dijadikan sampel telah memuat informasi yang cukup

memadai di bidang lingkungan dalam laporan keuangan tahunannya. Sementara 19%

lainnya hanya membuat laporan, namun hanya dalam catatan-catatan kecil dalam

lembaran-lembaran yang tentu saja tidak cukup memadai untuk dijadikan bahan

Page 14: Akuntansi Lingkungan

14

analisis. Sedangkan 77% dari sampel perusahaan sama sekali tidak memberilcan tempat

laporan lingkungan dalam perhatiannya.

Sampel yang digunakan sebanyak 474 pengguna laporan keuangan ditemukan

bahwa 68,7% menyatakan mereka sangat membutuhkan informasi mengenai lingkungan

dalam laporan keuangan. Pihak pemerintah menduduki posisi pertama yang membutuhkan

laporan lingkungan, disusul kalangan akademisi dan kalangan pemegang saham (Tim,

1998).

Survei internasional tentang environmental reporting yang dilakukan KPMG tahun

1993 dan 1996 melaporkan bahwa pada tahun 1993 sebanyak 58% perusahaan

menempatkan isu-isu lingkungan (environmental issues) dalam laporan tahunan dan

menjadi agenda bisnis mereka; sedangkan tahun 1996 meningkat menjadi 71% (KPMG

1992a dan 1997b dalam Chan dan Milne, 1999). Survei McKinsey tahun 1993

menyatakan bahwa 92% dari para CEO yang disurvei menunjukkan bahwa lingkungan

berada dalam tiga prioritas utama mereka. Sementara survei yang lain melaporkan bahwa

66% dari 500 perusahan yang masuk dalam S&P firms memiliki board committees

yang bertanggung jawab atas masalah-masalah sosial-lingkungan (Aigner, 2000).

Tingkat Pengungkapan Lingkungan Hidup dalam Negeri

Menurut Susi dan Bahusin (2001) diketahui bahwa secara umum tingkat

pengungkapan akuntansi lingkungan hidup yang terkait dengan kepedulian perusahaan

dengan lingkungan hidup sekitar masih rendah. Husada (1999), menganggap bahwa

tingkat pengungkapan lingkungan hidup di Indonesia yang masih rendah disebabkan

oleh masih banyak penyelewengan dana peduli lingkungan dan banyak perusahaan yang

menghindarkan diri dari pengelolaan peduli lingkungan.

Page 15: Akuntansi Lingkungan

15

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

a. Bagi perusahaan-perusahaan yang potensial menghasilkan limbah berbahaya dan

beracun khususnya perusahaan publik di Indonesia yang ingin meningkatkan

environmental disclosure-nya dalam laporan tahunan maka perusahaan tersebut

harus terlebih dahulu meningkatkan environmental performance-nya.

b. Bagi regulator akuntansi dan lingkungan. Penciptaan standar pelaporan yang

relevan bagi kebutuhan pihak akuntansi dan pengawas lingkungan harus segera

direalisasikan mengingat semakin mendesaknya tuntutan masyarakat terhadap

transparansi di segala bidang dewasa ini.

c. Pelaporan dan pengungkapan informasi akuntansi sosial-lingkungan dalam

pelaporan keuangan menjadi dianggap penting dan menjadi suatu fenomena global.

d. Tingkat environmental disclosure dalam laporan tahunan perusahaan merupakan

informasi berharga yang pantas dipertimbangkan sebagai salah satu kriteria

pengambilan keputusan investasi yang rasional oleh investor.

e. Sejumlah perusahaan besar di Australia, Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan

sejumlah negara lain di Eropa secara sukarela sudah berinisiatif menyajikan

informasi kinerja lingkungan dalam suatu pelaporan lingkungan yang berdiri sendiri

(stand-alone environmental reports) sejak pertengahan tahun 1990-an.

Page 16: Akuntansi Lingkungan

16

DAFTAR PUSTAKA

Angraini. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yangMempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan KeuanganTahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Bursa EfekJakarta)”. Disampaikan di SNA 9 Padang.

Clark, Gordon L & Libby Prior Jonson. 1994. Ethics in Business. Paper presented inEthics & Management Lecturing – Monash University – Australia.

Darwin. 2007. Google.Search.co.id. “Akuntansi Lingkungan” (diakses 28 Mei 2011)

Gray. Rob, Jan bebbington, Diane Walters. 1993. Accounting For the Environment –Published in association with the Chartered Association of Certified Accountant.London:Paul Chapman Publishing Ltd.

Ja'far S., Muhammad dan Arifah, Dista Amalia. 2006. ”Pengaruh DoronganManajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan KinerjaLingkungan terhadap Public Environmental Reporting. Disampaikan di SNA 9Padang.

Monika, E. R., dan Dwi Hartanti. 2008. Analisis Hubungan Value Based Managementdengan Corporate Social Responsibility dalam Iklim Bisnis Indonesia (StudiKasus Perusahaan SWA100 2006). Disampaikan di SNA 11 Pontianak.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2007. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

______. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40, Tahun 2007 tentangPerseroan Terbatas.

Suratno, Ignatius Bondan, Darsono, dan Siti Mutmainah. 2006. PengaruhEnvironmental Performance Terhadap Environmental Disclosure dan EconomicPerformance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar diBursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Disampaikan di SNA 9 Padang.

Susi dan Kurniati Bahusin, 2001. Pengungkapan Akuntansi Lingkungan Hidup PadaPerusahaan-Perusahaan Pertambangan Dan Pemegang Hph Yang Terdaftar DiBursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jurusan Akuntansi FEUNILA.

Anonim. 2011. Google.Search.co.id, “Akuntansi Lingkungan” (diakses 29 Mei 2011)

Anonim. 2011. Google.Search.co.id, “Environmental Accounting” (diakses 1 Juni 2011)

http://www.menlh.go.id/