Peran Akuntansi Lingkungan Dan Etika Bisnis Terhadap Perusahaan & Kelestarian Lingkungan

32
PERAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DAN ETIKA BISNIS TERHADAP PERUSAHAAN & KELESTARIAN LINGKUNGAN Ngabey Ryvandhi Ikko W Abstract Akuntansi lingkungan dan etika bisnis merupakan suatu masalah yang penting untuk kita bahas dan teliti. Pemahaman tentang lingkungan dan etika akan membantu perusahaan mengembangkan perusahaan. Lingkungan dan etika merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk bertahan hidup dalam menjalankan perusahaan. Pesatnya perkembangan akuntansi, perusahaan yang tidak hanya berperan dalam memberikan kesejahteraan dalam bentuk materi tetapi harus menyadari lingkungan dan etika. Selain perusahaan untuk menjalankan usahanya harus memperhatikan lingkungan, tetapi peran pemerintah dan masyarakat harus berpartisipasi untuk menciptakan lingkungan yang harmonis. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan akuntansi lingkungan dan bisnis, dan mengetahui sangat pentingnya akuntansi lingkungan dan etika bisnis bagi perusahaan maupun lingkungan sekitar kita. Keywords: environmental accounting & business ethics PENDAHULUAN

description

Jurnal

Transcript of Peran Akuntansi Lingkungan Dan Etika Bisnis Terhadap Perusahaan & Kelestarian Lingkungan

PERAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DAN ETIKA BISNIS TERHADAP PERUSAHAAN & KELESTARIAN LINGKUNGAN

Ngabey Ryvandhi Ikko W

AbstractAkuntansi lingkungan dan etika bisnis merupakan suatu masalah yang penting untuk kita bahas dan teliti. Pemahaman tentang lingkungan dan etika akan membantu perusahaan mengembangkan perusahaan. Lingkungan dan etika merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk bertahan hidup dalam menjalankan perusahaan. Pesatnya perkembangan akuntansi, perusahaan yang tidak hanya berperan dalam memberikan kesejahteraan dalam bentuk materi tetapi harus menyadari lingkungan dan etika. Selain perusahaan untuk menjalankan usahanya harus memperhatikan lingkungan, tetapi peran pemerintah dan masyarakat harus berpartisipasi untuk menciptakan lingkungan yang harmonis. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan akuntansi lingkungan dan bisnis, dan mengetahui sangat pentingnya akuntansi lingkungan dan etika bisnis bagi perusahaan maupun lingkungan sekitar kita.Keywords: environmental accounting & business ethics

PENDAHULUAN Kerusakan lingkungan mulai banyak dirasakan oleh masayarakat di dunia seiring dengan perkembangan sektor industri, khususnya di negara kita di Indonesia. Bersamaan dengan berkembangnya sektor industri maka banyak ditemukan dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia. Di satu sisi, pertumbuhan industri tersebut memang berdampak positif, yaitu bertambahnya lapangan pekerjaan, sehingga pertumbuhan ekonomipun otomatis juga akan meningkat. Tapi di sisi lain, ada dampak negatif yang ditimbulkan dan mempengaruhi kelestarian lingkungan, yaitu ketika beberapa pabrik-pabrik tersebut tidak menghiraukan kelestarian lingkungan alam dengan membuang limbah cair ke sungai tanpa proses pengelolaan limbah yang berwawasan lingkungan. Hal ini tentunya akan merugikan manusia dan juga ekosistem di sekitar lingkungan tersebut. Penggunaan bahan kimia atau senyawa kimia oleh banyak sektor industri juga akan merusak lapisan ozon yang ditengarai semakin menipis. Ozon merupakan gas alam di dalam atmosfer yang berfungsi untuk menyerap sebagian besar radiasi matahari yang sangat berbahaya bagi mahkluk hidup terutama ultraviolet. Kerusakan lingkungan di Indonesia semakin parah sebagai dampak pemanasan global yang dipicu oleh ofek rumah kaca dan prilaku manusia yang tidak bersahabat dengan alam sekitar.Perlunya akuntansi lingkungan di dunia sangat dibutuhkan. Konsep yang menganggap bahwa perusahaan sebagai badan hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah dan negara untuk mendapat keuntungan dan kekkayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi penduduk yang baik yang melindungi alamnya dan juga makhluk yang berada di dalamnya. Sebuah industri sebenarnya memiliki hubungan yang erat dengan alam atau lingkungan sekitar. Disini alam dapat menyediakan bahan-bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu industri untuk memproduksi suatu barang. Merupakan suatu hal yang wajib seandainya perusahaan juga ikut bertanggungjawab melindungi bumi dari setiap kerusakan laingkuangan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan merusak industri itu sendiri, sehingga dapat dilakukan pemabangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkunagan. Perusahaan yang hanya memberikan perhatian pada manajemen dan pemilik modal, kini harus melihat kesisi baru yakni tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder yang telah menjadi topik sangat menarik dan semakin banyak dibahas, hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Semakin berkembangnya kegiatan perusahaan dalam menghasilkan laba secara otomatis menimbulkan konsekuensi lingkungan hidup di sekitarnya. Etika Bisnis berjalan lurus dengan keberadaan perusahaan yang tidak bisa lepas dari lingkungan mereka berada. Pada era globalisasi ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, serta masyarakat. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan pemilik modal. Permasalahan ini menjadikan perkembangan ilmu akuntansi pun berkembang yang selama ini hanya memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga (stockholders dan bondholders), yang mempunyai kontribusi langsung bagi perusahaan, sedangkan pihak lain sering diabaikan. Adanya tuntutan ini, maka akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ketiga, tetapi juga dengan lingkungannya. Lingkungan yang ikut dalam proses berjalannya perusahaan. Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga bukan pemerintah dan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan lingkungan tidak hanya kegiatan industri demi bisnis semata (Tony Djogo dalam Almilia dan Wijayanto dalam Hasyim, 2010: 8). Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi yang baru adalah transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan, dimana transparansi yang diungkapkan tidak hanya informasi keuangan perusahaan tetapi juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas perusahaan. Tanggung jawab lingkungan memiliki berbagai pengaruh pada kinerja perusahaan. Sebuah pandangan muncul bahwa tanggung jawab lingkungan perusahaan dapat berperan untuk kinerja finansial sebuah perusahaan. Pendekatan ini telah diuraikan sebagai enlightened shareholder approach, menyatakan bahwa pembuat keputusan perusahaan harus mempertimbangkan berbagai hal mengenai sosial dan lingkungan jika mereka memaksimalkan keuntungan jangka panjang (Brine, et al. N.d dalam Dharmayanti, 2011). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi saja. Melainkan juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, untuk dapat terus bergerak maju dan tetap menjaga keberlangsungan perusahaannya.PEMBAHASANPengertian Akuntansi LingkunganMenurut (Sahid dalam Yuliusman, 2008: 12), ada beberapa pengertian akuntansi lingkungan, para ilmuwan memberikan pengertian yang luas dan ada pula yang sempit. Pengertian luas yang terdapat dalam himpunan istilah lingkungan untuk akuntansi lingkungan yang merupakan proses:1. Mengenali, mencari dan kemudian mengurangi efek-efek lingkungan negatif dari pelaksanaan praktek laporan yang konvensional. 2. Mengenali secara terpisah biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan dengan lingkungan dalam sistem laporan yang konvensional. 3. Mengambil langkah-langkah aktif untuk menyusun inisiatif-insiatif untuk memperbaiki efek-efek lingkungan yang timbul dari praktek-praktek laporan konvensional.4. Merencanakan bentuk-bentuk baru sistem laporan finansial dan non finansial, sistem informasi dan sistem pengawasan untuk lebih mendukung keputusan manajemen yang secara lingkungan tidak berbahaya. 5. Mengembangkan bentuk-bentuk baru dalam bentuk kinerja, pelaporan dan penilaian untuk tujuan internal dan eksternal. 6. Mengenali, menguji, mencari dan memperbaiki area-area dimana kriteria finansial konvensional dan kriteria lingkungan bertentangan. 7. Mencoba cara-cara di mana sistem keberlanjutan dapat dinilai dan digabungan menjadi kebiasaan yang berhubungan dengan organisasi.Menurut (Helvegia,2001) Akuntansi lingkunganmenunjukkan biaya riil atas input dan proses bisnis serta memastikan adanya efisiensi biaya, selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur biaya kualitas dan jasa. Tujuan utamanya adalah dipatuhinya perundangan perlimdungan lingkungan untuk menemukan efisiensi yang mengurangi dampak dan biaya lingkungan.Akuntansi lingkunganini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mengidentifikasikan, mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi biaya lingkungan. Menurut Mathew dan Parrerra (1996), akuntansi lingkungan ini digunakan untuk memberikan gambaran bentuk komprehensif akuntansi yang memasukkan extrenalities kedalam rekening perusahaan seperti informasi tenaga kerja, produk, dan pencemaran lingkungan. Dalam hal ini, pencemaran dan limbah produksi merupakan salah satu contoh dampak negatif dari operasional perusahaan yang memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan pengidentifikasian, pengukuran, penyajian, pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan.Tujuan Konsep Akuntansi LingkunganTujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang diperuntukkan bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua biaya-biaya yang dibuat perusahaan. Akan tetapi kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan dalam menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktifitas perusahaan. Tujuan lain dari pentingnya pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan publik yang bersifat lokal. Pengungkapan ini penting terutama bagi para stakeholders untuk dipahami, dievaluasi dan dianalisis sehingga dapat memberi dukungan bagi usaha mereka. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan selanjutnya menjadi bagian dari suatu sistem sosial perusahaan. Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan antara lain meliputi:1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan.2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat.Sebagai alat manajemen lingkungan, akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan. Data akuntasi lingkungan juga digunakan untuk menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya keseluruhan konservasi lingkungan dan juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan. Selain itu, akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menilai tingkat keluaran dan capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang berlangsung terus menerus.Secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental) dan manfaat atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental protection). Ada beberapa perusahaan jasa yang menawarkan jasa mereka untuk menyusun panduan akuntansi lingkungan bagi perusahaan-perusahaan besar. Misalnya, perusahaan elektronik Jepang Fujitsu menyewa jasa perusahaan konsultasi akuntan untuk menyusun panduan akuntansi lingkungan (environmental accounting guidelines) sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh Kementerian lingkungan hidup Jepang. Namun mereka menambahkan beberapa item-item baru dengan tujuan untuk mendapatkan akuntansi lingkungan hidup yang lebih efisien. Selain itu penggunaan teknologi informasi juga memungkinkan arus informasi dari pabrik-pabrik mereka di seluruh dunia berjalan tanpa penundaan. Hasilnya kesadaraan lingkungan diantara para pekerjanya meningkat, upaya mengurangi biaya berhasil baik dan terdapat basil positif tentang penanganan persoalan lingkungan serta pengurangan dampak negatif lingkungan yang didukung oleh perusahaan-perusahaan dan anak perusahaan diseluruh dunia.Banyaknya perhatian mengenai persoalan lingkungan menjadi penting untuk mempertimbangkan akuntansi lingkungan dalam mengungkapkan infortnasi agar data akuntansi lingkungan yang dibuat dan dipublikasikan sesuai dengan tingginya tingkat perbandingan. Panduan yang dibuat juga diharapkan mampu menjamin pengungkapan infotmasi yang diumbil ketika mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dari berbagai stakeholders. Guna mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan bagi perusahaan-perusahaan. Pertama dan utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Langkah kedua, yaitu menentukan apa yang menjadi target perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan perusahaan serta menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan. Langkah keempat, melakukan penilaian adminstrasi untuk menetapkan target dimasingmasing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam, melakukan pengujian dimasing-masing divisi. Langkah terakhir adalah melakukan telaah kinerja. Pada telaah kinerja diharapkan dapat menghasilkan segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi manajemen lingkungan dimasing-masing divisi.Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik. Tanggapan dan pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari berbagai pihak, pelanggan dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan. Di dalam akuntansi lingkungan ada beberapa komponen pembiayaan yang harus dihitung, misalnya:1. Biaya operasionalisasi bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitas lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa atau pembayaran (fee) kontrak untuk menjalankan fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk menjalankan operasionalisasi fasilitas pengelolaan lingkungan serta biaya kontrak untuk pengelolaan limbah (recycling).2. Biaya daur ulang yang dijual, atau biasa juga disebut dengan Cost incurred by upstream and down-stream business operations3. Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang) yang terdiri dari biaya total untuk material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk pengembangan material yang ramah lingkungan, produk dan fasilitas pabrik.Etika BisnisMenurut Valasques (2002) etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Kemudian menurut Hil dan Jones (1998) etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan masalah moral yang kompleks. Dan menurut Sim (2003) Etika adalah istilah filosofis yang berasal dari "etos," kata Yunani yang berarti karakter atau kustom. Definisi erat dengan kepemimpinan yang efektif dalam organisasi, dalam hal ini berkonotasi kode organisasi menyampaikan integritas moral dan nilai-nilai yang konsisten dalam pelayanan kepada masyarakat.Dari pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa etikabisnismerupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.Dari berbagai pandangan tentangetika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakanapakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika bisnisdalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama;indikator budaya dan indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.1. Indikator etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan ataupebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumberdaya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku, Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalambisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturankhusus yang telah disepakati sebelumnya.3. Indikator etika bisnis menurut hukum, Berdasarkan indikator hokum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etikabisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telahmematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.4. Indikator etika berdasarkan ajaran agama adalah pelaku bisnis dianggapberetika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujukkepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya adalah etiap pelaku bisnis baiksecara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnyadengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankanintegritas pribadinya.Bisnis yang baik tidak sekedar mencari keuntungan, tetapi memiliki misi yang luhur yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan kebutuhan secara baik. Bisnis yang baik (good business) bukan saja yang menguntungkan, tetapi juga yang baik secara moral atau etika. Penerapan dan pelaksanaan etika bisnis dalam kegiatan bisnis sehari-hari harus terus menerus dan konsisten dijalankan oleh para pengusaha sehingga tingkat terjadinya pelanggaran terhadap etika bisnis semakin hari semakin menurun.Prinsip Etika BisnisEtika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:1. Prinsip otonomi.Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Atau mengandung arti bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.2. Prinsip kejujuran.Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.3. Prinsip tidak berniat jahat.Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.4. Prinsip keadilan.Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain,menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.5. Prinsip hormat pada diri sendiri.Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.Etika Bisnis Berdasarkan Akuntansi LingkunganPerusahaan memerlukan dukungan dari stakeholders seperti pemegang saham, pegawai, konsumen, kreditur, supplier, pemerintah dan aktivis untuk dapat mencapai tujuan jangka panjangnya. Dukungan untuk bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas penempatan stokeholders dalam komitmen perusahaan. Kini stakeholder menginginkan kegiatan perusahaan akan lebih menghargai kepentingan dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dalam arti yang luas perusahaan diminta untuk menentukan sikap etis dalam mencapai kesuksesan.Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan perubahan terhadap penilaian keberhasilan perusahaan yakni (Dharmayanti, 2011):1. Urusan lingkungan.Dimulai dari masalah pencemaran udara yang berfokus pada pipa asap pabrik yang menyebabkan iritasi pada masyarakat sekitar pabrik. Selain pencemaran udara, yang harus diperhatikan adalah pencemaran air.2. Sensivitas moral.Berkaitan dengan tekanan publik akan adanya keadilan dalam ketengakerjaan. Hal tersebut kini telah tercantum dalam hukum, peraturan, kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan. 3. Penilaian buruk dan aktivis.Tekanan masyarakat atau kelompok tertentu menyerang instansi dinilai buruk, seperti perusahaan Indorayon yang diboikot karena membuang limbah dengan proses yang tidak standar. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya tidak hanya untuk mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis.4. Ekonomi dan tekanan persaingan.Perkembangan pasar global yang memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mendistribusikan produknya ke seluruh dunia. Oleh karena itu diperlukan restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.5. Skandal keuangan kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas.Penyalahgunaan jabatan dalam bidang keungan telah membuat krisis kepercayaan terhadap laporan keunagan perusahaan dan pemerintah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan ekspektasi dimana seharusnya pihak perusahaan menyampaikan keadaan perusahaan sebenarnya malah melakukan manipulasi.6. Kegagalan kepemimpinan dan penilaian resiko.Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana dewan direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa resiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diatur dengan baik, serta resiko etika kini telah menjadi aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan.7. Peningakatan keinginan transparansi Kurangnya kepercayaan stakeholder akan kegiatan yang dijalani perusahaan menimbulkan kegiatan investor dan stakeholder yang lain.8. Sinergi semua faktor dan penguatan institusional.Hubungan diantara semua faktor berdampak pada ekspektasi publik terdapat masalah etika. Dimana akibatnya masyarakatnya akan lebih sadar akan pentingnya kontrol terhadap perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan penegakan hukum.Penyusunan Standar Akuntansi Lingkungan dan Etika Bisnis terkait Regulasi LingkunganBerdasarkan UU No. 23 tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup beserta peraturan pelaksanaannya, kinerja pengelolaan lingkungan wajib diungkapkan dan disampaikan oleh setiap orang atau penanggung-jawab kegiatan. Pada umumnya informasi yang disampaikan kepada umum hanyalah AMDAL dan pengendalian pencemaran udara, sedangkan informasi kinerja pengelolaan lingkungan lainnya secara rinci hanya disampaikan kepada instansi lingkungan hidup, sehingga bagi masyarakat yang ingin mengetahuinya harus mengakses sendiri. Beberapa perusahaan besar terutama yang sudah tercatat di pasar modal serta mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan, telah mengungkapkan kinerja pengelolaan lingkungannya secara sukarela.Dalam pengembangan sebuah standar sangat dipengaruhi oleh norma yang berlaku, contoh Indonesia dalam mengembangkan standar akan berupaya mengakomodasi norma-norma internasional, dalam hal ini adalah standar yang dibuat oleh International Accounting Standards Committee (IASC). Selain itu, kepentingan stakeholder juga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam penyusunan sebuah standar, dalam kaitannya dengan permasalahan lingkungan, norma internasional dan stakeholder juga memegang peran yang penting. Namun, standar yang dikembangkan IASC belum memuat secara eksklusif tentang permasalahan lingkungan (Nyquist dalam Hasyim, 2010: 8).Intervensi ini sangat diperlukan karena tuntutan dari masyarakat dan kesadaran perusahaan secara luas terhadap kualitas lingkungan tidak sebesar di beberapa negara yang lebih maju seperti di Amerika, Kanada, Inggris, Australia maupun beberapa negara Eropa. Keputusan manajemen perusahaan untuk menyesuaikan maupun mengungkapkan informasi akan lebih besar apabila terdapat tuntutan yang besar dari stakeholder utama maupun terdapat tekanan politik. Bahkan studi (Murray et al. dalam Hasyim, 2010: 9) menunjukkan bahwa pemegang saham tidak merespon adanya pengungkapan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan di Inggris. Oleh karena itu kebijakan terkait lingkungan tersebut perlu untuk dikordinasikan tidak hanya pada tingkat negara, namun harus dikordinasikan antarnegara sehingga hasil perjanjian-perjanjian lingkungan seperti Kyoto Protocol maupun Konvensi Lingkungan di Bali dapat diwujudkan secara optimal.Pemerintah Indonesia sudah mulai memperhatikan pengelolaan lingkungan hidup sejak tahun 1972. Pada tahun tersebut Pemerintah Indonesia menyongsong Konfrensi Lingkungan Hidup Sedunia I yang diselenggarakan di Stockholm, Swedia pada bulan Juni 1972. Tetapi pada saat itu pemerintah Indonesia belum mengenal lembaga khusus yang menangani masalah lingkungan hidup. Konferensi Stockholm mulai berupaya melibatkan seluruh pemerintah di dunia dalam proses penilaian dan perencanaan lingkungan hidup, mempersatukan pendapat dan kepedulian negara maju dan berkembang untuk menyelamatkan bumi, menggalakkan partsispasi masyarakat serta mengembangkan pembangunan dengan memperhatikan lingkungan hidup. Sebagai tindak lanjut dari konfrensi tersebut, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No.16/1972 Pemerintah Indonesia membentuk panitia antar departemen yang disebut dengan panitia Perumus dan Perencana Kerja Bagi Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup. Program kebijakan lingkungan hidup tertuang dalam butir 10 GBHN 1973-1978 dan Bab 4 Repelita II. Keberdaaan lembaga yang khusus mengelola lingkungan hidup dirasakan mendesak agar pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup baik di tingkat pusat maupun di daerah lebih terjamin. Pada tahun 1975 dikeluarkan Keppres No.27/1975 yang merupakan dasar pembentukan Panitia Inventarisasi dan Evaluasi Kekayaan Alam dengan tugas pokoknya adalah menelaah secara nasional pola-pola permintaan dan penawaran, serta perkembangan teknologi, baik di masa kini maupun di masa mendatang serta implikasi sosial, ekonomi, ekologi dan politis dari pola-pola tersebut.Penyusunan Rancangan Undang Undang (RUU) Lingkungan Hidup dimulai pada tahun 1976 disertai persiapan pembentukan kelompok kerja hukum dan aparatur dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kemudian menjadi Undang Undang (UU) No.4/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dengan adanya UU ini kesadaran masyarakat Indonesia akan arti penting untuk memelihara lingkungan hidup mulai tumbuh. Untuk menindaklanjuti undang-undang tersebut kemudian ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No.29/1986 tentang Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang merupakan pedoman pelaksanaan suatu proyek pembangunan. Setiap proyek yang diperkirakan memiliki dampak penting diharuskan melakukan studi AMDAL. Pada tahun 1997 Pemerintah Indonesia telah memperbaharui UU No.4/1982 dengan UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Keppres No.23/1990 dibentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) yang bertugas melaksanakan pemantauan dan pengendalian kegiatan-kegiatan pembangunan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup. Kemudian sejalan dengan perkembangan masalah pengelolaan lingkungan hidup, pembentukan Bapedal diperbaharui dengan Keppres No.77/1994, dan kemudian diperbaharui lagi dengan Keppres No.196/1998 dan Keppres No.10/2000. Melalui Keppres No.2/2002 telah ditetapkan Perubahan Keppres No.101/2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara serta Keppres No.4/2002 telah ditetapkan Perubahan atas Keppres No.108/2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara.Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan terencana memadukan sumber daya ke dalam proses pembangunan sehingga menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini dan mendatang. Pendayagunaan sumber daya alam serta pengelolaan lingkungan yang efektif dapat dipantau dan ditinggkatkan manfaatnya bila suatu usaha atau kegiatan memiliki sistem administrasi pembangunan yang mendokumentasikan secara sistematis, berkala dan objektif dari setiap kegiatan yang dilakukannya. Instrumen yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan mengukur ketaatan pelaksanaan kegiatan pembangunan terhadap semua peraturan lingkungan yang berlaku di Indonesia dicanangkan pada tahun 1994 oleh Pemerintah Indonesia melalui Audit Lingkungan.Pada pertengahan tahun 1990-an the Internasional Accounting Standards Commitee (IASC) mengembangkan konsep tentang prinsip-prinsip akuntansi lingkungan yang di dalamnya terdapat etika bisnis internasional. Termasuk di dalamnya mengembangkan Akuntansi lingkungan dan etika bisnis dan audit hak-hak azasi manusia. Kemudian standar industri semakin berkembang dan auditor/accreditor profesional seperti the American Institute of Certified Public Auditors (AICPA) mengeluarkan prinsip-prinsip universal tentang environmental audits.Dalam pendekatan pengelolaan kualitas lingkungan, audit lingkungan hanya merupakan salah satu alat pengelolaan lingkungan. Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Keputusan Nomor KEP-42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan. Gaung audit lingkungan mulai menggema ketika WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) berpendapat bahwa sistem AMDAL yang ada sepatutnya dilengkapi dengan audit lingkungan. Namun kenyataanya masih sangat sulit untuk menelusuri terjadinya proses audit lingkungan terhadap pelaku usaha, hal ini dikarenakan tidak adanya kewajiban pelaku usaha untuk melakukan audit lingkungan, yang kini ada hanyalah kesukarelaan.Pentingnya Akuntansi lingkungan dan Etika BisnisMenurut (Gurvy Kavei dalam Royani, 2006: 86) ada lima keuntungan mempraktekkan akuntansi lingkungan yang beretika:1. Profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh, misalnya melalui efisiensi lingkungan.2. Meningkatkan akuntabilitas dan asesmen dari komunitas investasi.3. Mendorong komitmen karyawan karena mereka diperhatikan dan dihargai.4. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas.5. Mempertinggi reputasi dan corporate branding.Peran dan Fungsi Akuntansi Lingkungan dan Etika BisnisFungsi InternalFungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha, seperti rumah tangga konsumen dan rumah tangga produksi maupun jasa lainnya. Adapun yang menjadi aktor dan faktor dominan pada fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan, karena pimpinan perusahaan merupakan orang yang bertanggungjawab dalam setiap pengambilan keputusan maupun penentuan setiap kebijakan internal perusahaan, hanya dengan sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi internal memungkinkan untuk mengukur biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan Akuntansi lingkungan dan etika bisnis berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manajer ketika berhubungan dengan unit-unit bisnis.Fungsi EksternalFungsi ekternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan keuangan. SFAC No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus tersebut harus bersifat komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomis dan memiliki kemauan untuk mempelajari informasi dengan cara yang rasional. Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi lingkungan yang di dalamnya terdapat etika bisnis. Informasi yang diungkapkan mereka hasil yang diukur secara kuantitatif dari kegiatan konservasi lingkungan. Termasuk di dalamnya adalah informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu perusahaan untuk menyerahkan sumber-sumber pada entitas lain atau pemilik modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah sumber-sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber tersebut. Fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholders, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi, oleh karena itu perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya. Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi lingkungan dan etika bisnis akan berfungsi dan berarti bagi perusahaan-perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi para stakeholders yang secara semultan sangat berarti untuk kepastian evaluasi dari kegiatan konservasi lingkungan. KESIMPULANAkuntansi lingkungan dan etika bisnis telah menjadi topik yang perlu mendapat perhatian akuntan. Isu tentang akuntansi lingkunagn dan etika bisnis ini menjadi penting karena perusahaan perlu mempertanggungjawabkan dampak aktivitas operasinya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akuntansi pertanggungjawaban sosial dan lingkungan serta etika bisnis yang baik telah diterapkan oleh perusahaan di Indonesia. Namun penerapan dari akuntansi lingkungan masih dianggap kurang karena adanya kendala dalam penerapannya. Akuntan perlu mencari jalan keluar untuk meningkatkan penerapannya. Untuk menigkatkatkan penerapan akuntansi laingkuangan dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:1. Pembuatan standar pelaporan sustainability reporting (SR). Standar yang baku dan mewajibkan penerapannya khusus bagi perusahaan yang aktivitasnya berdampak pada lingkungan.2. Mewajibkan perusahaan untuk menyusun SR dengan pedoman yang telah ada, misalnya pedoman SR yang dikeluarkan oleh GRI.3. Memberikan penghargaan bagi perusahaan yang telah menerapkan sustainability reporting dengan baik.4. Audit lingkungan untuk meningkatkan kredibilitas sustainability reporting.5. Mekanisme GCG perlu dikembangkan untuk melindungi seluruh pemangku kepentingan.

Daftar Pustaka

Wahyu Mega Pratiwi, Erni Wuryani. 2013. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengolaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Lingkunagn Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi Unesa. September. Vol 2, No 1.

Yhosi Aniela. 2012. Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja Lingkugan dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Juranal Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Vol 1, No1.

Ismail, Maria. 2013. Implikasi Akuntansi Lingkungan Serta Etika Bisnis Sebagai Faktor Pendukung Keberlangsungan Perusahaan Di Indonesia. Juranal Akuntansiku. Vol 1, No 1.

Almilia, Luciana. 2007. Pengaruh Environmental Performance Dan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance.

Suaryana, Agung. 2011. Implementasi Akuntansi Sosial Dan Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis. Januari. Vol 6, No 1.

Martusa, Riki. 2011. Peranan Environmental Accounting terhadap Global Warming.

DA Nuswantara. 2008. Akuntansi Lingkungan: Antara Mandatory Dan Voluntary. Pelangi Ilmu. Vol 2, No 2.