81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

21
MAKALAH ” Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan di Indonesia ” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Oleh: MAULIDA DWI INDAH S. (2010160437) Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 1

Transcript of 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Page 1: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

MAKALAH

” Implementasi Akuntansi Sosial dan Lingkungan di Indonesia ” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan dan Akuntansi Keuangan

Oleh:

MAULIDA DWI INDAH S. (2010160437)

Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

1

Page 2: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

IMPLEMENTASI AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN

Akuntansi sosial dan lingkungan telah lama menjadi perhatian akuntan. Akuntansi ini

menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial

dan perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak

hanya menyampaikan informasi mengenai keuangan kepada investor dan kreditor yang telah

ada serta calon investor atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu memperhatikan

kepentingan sosial di mana perusahaan beroperasi. Bentuk tanggung jawab perusahaan dan

kepada siapa perusahaan bertanggung jawab dapat dijelaskan oleh beberapa teori. Dengan

demikian, tangung jawab perusahaan tidak hanya kepada investor atau kepada kreditor, tetapi

juga kepada pemangku kepentingan lain, misalnya karyawan, konsumen, suplier, pemerintah,

masyarakat, media, organisasi industri, dan kelompok kepentingan lainnya. Sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan, akuntansi berfungsi untuk memberikan informasi untuk

pengambilan keputusan dan pertangungjawaban. Selama ini, laporan keuangan hanya

difokuskan kepada kepentingan investor dan kreditor sebagai pemakai utama laporan

keuanga. Hal ini tertuang mulai dari Standar Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1.

Jika diperhatikan, pemakai informasi tidak hanya pihak-pihak tersebut. Banyak pihak lain

yang juga memerlukan informasi keuangan, yang selayaknya mendapatkan perhatian yang

sama. Selama ini perusahaan hanya menyampaikan informasi mengenai hasil operasi

keuangan perusahaan kepada pemakai, tetapi mengabaikan eksternalitas dari operasi yang

dilakukannya, misalnya polusi udara, pencemaran air, pemutusan hubungan kerja, dan

lainnya. Akhir-akhir ini banyak sekali ditemukan berita di surat kabar mengenai dampak

operasi perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan di mana mereka beroperasi.

Misalnya berita di harian Kompas 25 Juni 2010 mengenai eksploitasi batu bara yang kurang

memperhatikan daya dukung kawasan terus mengancam kelestarian lingkungan Hal ini akan

mengancam kehidupan masyarakat pada masa mendatang. Berita yang menjadi isu penting

akhir-akhir ini adalah mengenai kecelakaan yang berasal dari tabung gas yang telah

merenggut beberapa korban. Berita lainnya menyangkut kesejahteraan karyawan atau

pemutusan hubungan kerja. Seharusnya bidang akuntansi memperhatikan hal seperti ini dan

berperan dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan sebagai bentuk pertanggung-

jawaban sosial perusahaan terhadap pemangku kepentingan.

2

Page 3: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

II. KAJIAN PUSTAKA

Definisi Akuntansi Sosial

Istilah Akuntansi Sosial (Social Accounting) sebenarnya bukan merupakan istilah

baku dalam akuntansi. Para pakar akuntansi membuat istilah masing-masing untuk

menggambarkan transaksi antara perusahaan dengan lingkungannnya. Ramanathan (1976)

dalam Arief Suadi (1988) mempergunakan istilah Social Accounting dan mendefinisikannya

sebagai proses pemilihan variabel-variabel yang menentukan tingkat prestasi sosial

perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Sementara itu Belkoui dalam Harahap

(1993) membuat suatu terminologi Socio Economic Accounting (SEA) yang berarti proses

pengukuran, pengaturan dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan

lingkungannya.

Hadibroto (1988); Bambang Sudibyo (1988) dan para pakar akuntansi di Indonesia

menggunakan istilah Akuntansi pertanggung jawaban sosial (APS) sebagai akuntansi yang

memerlukan laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban sosial perusahaan.

Hendriksen (1994), menggambarkan akuntansi sosial sebagai suatu pernyataan tujuan,

serangkaian konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi

informasi kepada pihak–pihak yang berkepentingan. Pernyataan Hendriksen (1994) tersebut

memberikan gambaran tentang hubungan mendasar antara konsep akuntansi sosial dengan

informasi yang dihasilkan, sehingga secara kongkrit informasi tersebut dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang diberikan oleh para

pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang sama, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988), yaitu Akuntansi sosial

berkaitan erat dengan masalah : (1) Penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis, (2)

mengukur kegiatan tersebut (3) melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan (4) sistem

informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan

dampaknya secara sosial ekonomi.

Tujuan Akuntansi Sosial

Adapun tujuan akuntansi sosial menurut Hendriksen (1994) adalah untuk

memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap

masyarakat dapat di evaluasi. Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988) juga

menguraikan tiga tujuan dari akuntansi sosial yaitu : (1) mengidentifikasikan dan mengukur

kontribusi sosial neto periodik suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya manfaat dan

3

Page 4: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

biaya sosial yang di internalisasikan keperusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang

mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berbeda, (2) membantu menentukan apakah

strategi dan praktik perusahaan yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumberdaya

dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas

sosial yang diberikan secara luas pada satu pihak dan aspirasi individu pada pihak lain, (3)

memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial, informasi yang

relevan tentang tujuan, kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap

tujuan-tujuan sosial perusahaan.

Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa

akuntansi sosial berperan dan menjalankan fungsinya sebagai bahasa bisnis yang

mengakomodasi masalah–masalah sosial yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga pos–pos

biaya sosial yang dikeluarkan kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan

pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan.

Pengukuran Akuntansi Sosial

Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan sosialnya terdapat

dua dampak yang timbul yaitu dampak positif atau yang disebut juga dengan manfaat social

(Social benefit) dan dampaknegatif yang disebut dengan pengorbanan sosial (Social Cost).

Masalah yang timbul adalah bagaimana mengukur kedua dampak tersebut. Menurut Harahap

(1993), masalah pengukuran akuntansi sosial memang rumit, karena jika dibandingkan

dengan transaksi biasa yang langsung dapat dicatat dan mempengaruhi posisi keuangan,

maka dalam akuntansi sosial terlebih dahulu harus diukur dampak positif dan dampak negatif

yang ditimbulkan oleh perusahaan.

Lebih jauh Harahap (1993) menguraikan beberapa metode yang biasa dipakai dalam

pengukuran Akuntansi sosial yaitu;

1. Menggunakan penilaian dengan menghitung Opportunity cost approach

2. Menggunakan daftar kuesioner

3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang

perorangan dalam menghitung kerugian masyarakat

4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga

4

Page 5: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Ansry Zulfikar (1987) dalam Achmad Sonhadji (1989) memberikan beberapa teknik

pengukuran yang dapat diapakai, antara lain;

1. Penilaian pengganti, yaitu jika nilai dari sesuatu tidak dapat langsung ditentukan,

maka dapat mengetimasikannya dengan nilai pengganti.

2. Teknik survey, yaitu mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari

kelompok masyarakat tentang pengukuran aktifitas sosial perusahaan.

3. Biaya perbaikan dan pencegahan, yaitu biaya-biaya perbaikan yang dikeluarkan oleh

perusahaan sebuhubungan dengan lingkungan sosialnya.

4. Penilaian dari penilai independen, yaitu memberikan suatu wewnang kepada pihak

luar untuk mengukur aktifitas sosial perusahaan

5. Putusan pengadilan, yaitu dengan suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum

Secara empiris beberapa perusahaan di Amerika seperti IBM, Chase Manhattan

corporation, Bank of Minneapolis telah memaparkan informasi social secara kuantitatif

dalam laporan keuangannya, yang menunjukkan pengukuran ataas praktik pengukuran

dampak social perusahaan mereka (Achmad Sonhadji, 1989)

Pelaporan, Pengungkapan (Disclosure) Akuntansi Sosial

Menurut Belkoui (1985) yang dikutip oleh Harahap (1993), pelaporan dalam

akuntansi sosial, berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau dampak

negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Pelaporan ini menurut Belkoui (1980) dalam

Sawardjono (1991) didasari relevan atau tidaknya informasi tersebut, dan relevansi ini

tergantung pada para pemakai informasi. Menurut Sawardjono (1991), peningkatan

kebutuhan informasi ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang telah

melaporkan tanggungjawab sosialnya. Di negara-negara maju seperti Amerika, Kanada,

Inggeris, Australia dan Jepang, pelaporan ini sudah merupakan hal yang lazim. Estes (1976)

dalam Achmad Sondhaji (1989) menggambarkan Praktik pelaporan akuntansi sosial yang

terdiri dari :

1. Praktik yang sederhana, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial yang tidak

disertai dengan data kuantitaif, baik satuan uang maupun satuan yang lainnya

2. Praktik yang lebih maju, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial dan disertai

dengan data kuantitatif

3. Praktik yang paling maju, yaitu laporan dalam bentuk kualitatif, perusahaan juga

menyusun laporannya dalam bentuk neraca

5

Page 6: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Selanjutnya dengan semakin berkembangnya pasar modal, perusahaan-perusahaan

melaporkan dan mengungkapkan aktifitas sosial untuk memberikan informasi kepada pemilik

modal, calon investor dan pihak-pihak luar (stakeholders) lainnya yang juga berkepentingan.

Praktik pengungkapan sosial (social disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan telah

dilakukan dinegara negara Eropa barat, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Singapura

dan Malaysia. Keadaan ini turut mendorong perusahaan–perusahaan untuk mengungkapkan

secara sukarela untuk setiap periode mengenai lingkungan sosialnya, sehingga dapat

menunjukkan kepada kepada pihak–pihak yang berkepentingan terhadap laporan tahunan

perusahaan yang dapat menjelaskan kepedulian dan kepekaan sosial suatu entitas bisnis.

Di negara Amerika Serikat praktik pengungkapan sosial ini sudah dimulai sejak tahun

1970-an dan sampai saat ini FASB telah banyak merekomendasikan secara lebih spesifik

tentang standar pelaporan externalities. Davidson (1993) memberikan contoh FAS No. 5

yang mengatur tentang penyajian dampak sosial khususnya mengenai dampak lingkungan.

Davidson (1993) seorang direktur yang menangani urusan lingkungan di Ernst dan Young

consulting Washington, mengatakan bahwa saat ini SEC (stock exchange commission) telah

menerapkan review bagi perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan dampak lingkungan

dalam laporan tahunan mereka.

Namun demikian, pengungkapan informasi sosial di Amerika Serikat sampai saat ini

masih bersifat kerelaaan (Voluntary disclosure) dan bukan merupakan suatu kewajiban

(Mandatory disclosure), tetapi kecenderungan yang terjadi adalah perusahaan

mengungkapkan aktifitas sosial tersebut untuk mendeskripsikan lebih jauh tentang kiprah

suatu perusahaan dalam menjalankan fungsi – fungsi sosialnya.

Penelitian–penelitian yang dilakukan diluar negeri menunjukkan bahwa di Inggris

Ince dan Davut (1997), Tsang dan Eric WK (1998) di Singapura, Hackson dan Milne (1996)

di Selandia Baru, Adam et.al (1997) di enam negara Eropa (Prancis,Jerman,Swiss,Inggris,dan

Belanda) dan penelitian Andrew et.al (1989) di Malaysia dan Singapura membuktikan

pengungkapan sosial perusahaan sudah menjadi hal yang lazim dilaksanakan dengan

penekanan bahwa perusahaan besar lebih banyak mengungkap informasi sosialnya

dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Deegan dan Gordon (1991) dalam Heny dan Murtanto (2001) mengemukakan bahwa

sebagian besar pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan masih bersifat

kualitatif, dan kecenderungan perusahaan mengeungkapkan informasi positif daripada

informasi negatif.

6

Page 7: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Tanggung Jawab Perusahaan

Tanggung jawab perusahaan merupakan suatu hal yang penting untuk dibahas

sebelum pembahasan mengenai laporan pertanggungjawaban. Akan tetapi, sebelum

membahas tanggung jawab perusahaan perlu kiranya membahas perusahaan bisnis. Ada

beberapa teori yang dapat menjelaskan keberadaan perusahaan, antara lain concession theory

dan agency theory. Menurut pandangan concession theory, pada dasarnya perusahaan eksis

karena konsesi atau hak istimewa yang diberikan oleh negara. Dengan demikian, perusahaan

ada karena negara memberikan hak atau konsesi untuk menjalankan usaha di suatu negara,

dampaknya adalah kepentingan individu atau kelompok tertentu berada di bawah kepentingan

publik. Hal ini mempengaruhi tanggung jawab perusahaan. Perusahaan bertanggung jawab

tidak hanya kepada pemilik dan kreditor, tetapi juga kepada publik. Teori kedua yang

menjelaskan keberadaan perusahaan adalah theory keagenan. Perusahaan merupakan

kumpulan kontrak antara berbagai pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini perusahaan

tidak dapat dipandang sebagai entitas yang terpisah dengan berbagai pihak yang

berkepentingan. Hal ini berdampak terhadap tanggung jawab yang dipikul oleh perusahaan.

Perusahaan bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan

keberadaan perusahaan. Berdasarkan pembahasan teori di atas, berbagai dimensi tanggung

jawab perusahaan dapat diidentifikasi. Perusahaan sebagai konsesi dari negara dan sebagai

kumpulan kontrak antara berbagai pihak berkepentingan mempunyai tanggung jawab kepada

berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan. Investor dan kreditor merupakan pihak yang

selama ini mendapat perhatian utama (SFAC No. 1). Namun, berdasarkan penjelasan dua

teori di atas perusahaan juga bertanggung jawab kepada pihak lain, yaitu karyawan, pemasok,

konsumen, pemerintah, dan organisasi lain yang berkepntingan terhadap keberadaan

perusahaan.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah revolusi industri perkembangan

perusahaan semakin cepat. Hal ini ditunjukan dengan adanya pabrik-pabrik yang

menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan produktivitasnya. Penggunaan sumber

daya masusia dan alam juga semakin besar. Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas

dan efisiensi, perusahaan mengambil berbagai tindakan, antara lain menggunakan teknologi

modern dalam berproduksi, melakukan akuisisi, penggunaan sumber daya yang lebih murah,

pengurangan biaya, dan usaha lainnya untuk meningkatkan produktivitas. Semuanya

dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih banyak kepada pemegang saham. Tindakan

7

Page 8: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, di satu sisi akan meningkatkan

produktivitas perusahaan, tetapi di sisi lain mungkin akan merugikan pihak-pihak yang

berkepentingan, antara lain karyawan, konsumen, dan masyarakat. Dalam usaha untuk

meningkatkan produktivitas dan efisiensi sering kali mengakibatkan perusakan lingkungan,

berupa pencemaran air, penggundulan hutan, pencemaran udara, dan lainnya. Perusahaan

menganggap semua yang dilakukannya sebagai eksternalitas dari usaha meningkatkan

produktivitas dan efisiensi perusahaan. Berdasarkan pembahasan teori sebelumnya,

keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Investor

berkepentingan terhadap sumber daya yang diinvestasikan di perusahaan. Kreditor

berkepentingan terhadap pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Pemerintah

berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku agar

kepentingan masyarakat secara umum tidak terganggu. Namun, yang tak kalah pentingnya

adalah pihak-pihak yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu karyawan, pemasok,

pelanggan, dan masyarakat di sekitar perusahaan. Karyawan perlu mendapatkan penghasilan

dan jaminan sosial yang layak. Bila memungkinkan, karyawan memerlukan pendidikan dan

pelatihan teknis untuk meningkatkan keahlian sehingga dapat meningkatkan karier di

perusahaan. Pemasok berkepentingan terhadap pelunasan utang dagang. Pelanggan

berkepentingan terhadap kualitas produk perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di

sekitar perusahaan berkepentingan terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari

aktivitas perusahaan. Perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai pihak yang

berkepentingan. Selama ini perusahaan cenderung untuk mementingkan kepentingan

investor, sedangkan kepentingan pihak lain, seperti karyawan dan masyarakat diabaikan,

dianggap sebagai eksternalitas untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan.

Misalnya untuk meningkatkan persaingan nilai upah ditekan untuk meningkatkan daya saing

perusahaan dan tidak ada jaminan kelanggengan bekerja bagi buruh harian lepas (Kompas, 2

Juli 2010). Pengurangan upah buruh dan ketiadaaan jaminan kerja akan menguntungkan

pihak pemilik perusahaan. Masalah kualitas produk, masalah lingkungan yang ditimbulkan

dari kegiatan operasi perusahaan berupa perusakan lingkungan dari perusahaan yang bergerak

di bidang pertambangan. Eksploitasi batu bara yang kurang memperhatikan daya dukung

kawasan terus mengancam kelestarian lingkungan (Kompas, 25 Juni 2010). Berdasarkan

contoh dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasi perusahaan, maka tanggung

jawab perusahaan tidak terbatas pada investor, yaitu memberikan pengembalian yang

maksimal kepada investor. Kepentingan publik dan lingkungan juga perlu mendapat

perhatian perusahaan sebagai dukungan atas operasi perusahaan. Pelestarian lingkungan di

8

Page 9: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan khususnya

perusahaan yang memanfaatkan lingkungan dan mendapatkan keuntungan dari lingkunganya.

Misalnya, perusahaan di bidang perhotelan. Hotel perlu memelihara lingkungan untuk

memberikan perasaaan nyaman kepada wisatawan yang menginap.

Teori yang Mendukung Laporan Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan

Salah satu tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC No. 1 adalah untuk

pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya. Terkait dengan laporan

pertanggungjawaban sosial dan lingkungan, selama ini memang belum ada pengaturan yang

mewajibkan pelaporannya di Indonesia dan beberapa negara Asia, kecuali di Eropa (Basyit,

2005). Akan tetapi, beberapa teori mendukung insentif perusahaan untuk melaporkannya

kepada publik. Beberapa teori yang mendukung penyampaian laporan pertanggungjawaban

sosial dan lingkungan adalah legitimacy theory dan stakeholder theory (Deegan, 2004: 292).

Legitimacy Theory

Legitimacy theory menjelaskan bahwa organisasi secara kontinu akan beroperasi

sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar perusahaan

dalam usaha untuk mendapatkan legitimasi. Norma perusahaan selalu berubah mengikuti

perubahan dari waktu ke waktu sehingga perusahaan harus mengikuti perkembangannya.

Usaha perusahaan mengikuti perubahan untuk mendapatkan legitimasi merupakan suatu

proses yang dilakukan secara berkesinambungan. Proses untuk mendapatkan legitimasi

berkaitan dengan kontrak sosial antara yang dibuat oleh perusahaan dengan berbagai pihak

dalam masyarakat. Kinerja perusahaan tidak hanya diukur dengan laba yang dihasilkan oleh

perusahaan, tetapi ukuran kinerja lainnya yang berkaitan dengan berbagai pihak yang

berkepentingan. Untuk mendapatkan legitimasi perusahaan memiliki insentif untuk

melakukan kegiatan sosial yang diharapkan oleh masyarakat di sekitar kegiatan operasional

perusahaan. Kegagalan untuk memenuhi harapan masyarakat akan mengakibatkan hilangya

legitimasi dan kemudian akan berdampak terhadap dukungan yang diberikan oleh masyarakat

kepada perusahaan. Pengungkapan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan merupakan

usaha perusahaan untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh

perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sehingga kelangsungan hidup

perusahaan terjamin. Perusahaan akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi

kontrak sosial dengan masyarakat di sekitarnya.

9

Page 10: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Stakeholder Theory

Stakeholder theory mempertimbangkan berbagai kelompok (stakeholders) yang

terdapat dalam masyarakat dan bagimana harapan kelompok stakeholder memiliki dampak

yang lebih besar (lebih kecil) terhadap strategi perusahaan. Teori ini berimplikasi terhadap

kebijakan manajemen dalam mengelola harapan stakeholder. Stakeholder perusahaan pada

dasarnya memiliki ekspektasi yang berbeda mengenai bagaimana perusahaan dioperasikan.

Perusahaan akan berusaha untuk mencapai harapan stakeholder yang berkuasa dengan

penyampaikan pengungkapan, termasuk pelaporan aktivitas sosial dan lingkungan.

Akuntansi Sosial dan Lingkungan

Berdasarkan teori yang telah dikemukan pada bagian sebelumnya, akuntansi sosial

dan lingkungan menjadi perhatian perusahaan karena perusahaan berusaha memenuhi

harapan pihak-pihak terkait dalam upaya mendapatkan legitimasi. Stakeholder theori

menjelaskan bahwa perusahaan akan memenuhi harapan stakeholder perusahaan sehingga

perusahaan akan berupaya untuk menyampaikan laporan yang menyajikan informasi

mengenai upaya perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Akuntansi sosial dan lingkungan yang dikenal selama ini berbentuk corporate social

responsibility (CSR) dan sustainability reporting (SR). Selain itu, akuntansi sosial dan

lingkungan juga dapat diterapkan dalam bidang akuntansi manajemen dan auditing.

Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan

Akuntansi pertanggungjawaban sosial dan lingkungan berada dalam koridor akuntansi

keuangan. Bentuk akuntansi pertanggungjawaban sosial selama ini dikenal dengan istilah

corporate social responsibility (CSR) dan sustainability reporting (SR). Laporan akuntansi

pertanggungjawaban sosial dapat dilaporkan pada annual report atau sebagai laporan terpisah

dari annual report. Akuntansi CSR dan SR menjadi perhatian perusahaan sesuai dengan teori

legitimasi dimana perusahaan berusaha untuk memenuhi harapan berbagai pihak yang terkait

dalam upaya mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. Akuntansi CSR

didefinisikan sebagai proses seleksi variable-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan,

ukuran, dan prosedur pengukuran, yang secara sistematis mengembangkan informasi yang

bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi

tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan. SR

merupakan isu baru yang kemudian berkembang terkait dengan pembangunan yang

berkelanjutan. Pembangunan berkesinambungan adalah pembangunan yang memenuhi

10

Page 11: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

kebutuhan dunia sekarang tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam

memenuhi kebutuhannya. Hal ini terkait dengan kebutuhan untuk memproteksi lingkungan.

SR tidak sekadar melaporkan bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, pembuangan

limbah, dampak sosial atas operasi perusahaan, tetapi mencakup pula bagaimana program

dan kinerja perusahaan atas pengembangan masyarakat (community development) terutama di

daerah operasi perusahaan. Menurut Gaffikin (2008 : 201), ide pertanggungjawaban sosial

perusahaan bisnis sudah ada pada zaman Yunani Klasik. Perusahaan bisnis diharapkan untuk

menerapkan standar yang tinggi mengenai moralitas dalam perdagangan. Pada zaman

pertengahan di Eropa, Gereja mewajibkan industri dan perusahaan bisnis berperilaku sesuai

dengan kode moral Gereja. Isu ini kemudian menjadi hangat di Amerika Serikat pada tahun

1960. Pada tahun 2000 perhatian serupa diberikan oleh Global Reporting Initiative (GRI),

sebagai bagian dari program lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memberikan

pedoman SR yang meliputi tiga elemen, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial yang

selanjutnya direvisi pada tahun 2002 (Satyo, 2005). Pedoman GRI meliputi bagian-bagian

sebagai berikut (GRI, 2002)

1 Bagian pengantar memberikan informasi mengenai overview tentang sustainability

reporting.

2 Bagian pertama memberikan definisi isi, kualitas, dan batasan laporan.

3 Bagian kedua memberikan petunjuk mengenai standar pengungkapan dalam SR.

Pengungkapan dalam SR meliputi pengungkapan informasi yang relevan dan material

mengenai organisasi yang menjadi perhatian berbagai stakeholder.

Standar pengungkapan meliputi tiga bagian yaitu, sebagai berikut:

a. Strategi dan profil perusahaan.

b. Pendekatan manajemen.

c. Indikator kinerja yang meliputi ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Pedoman pelaporan yang tertuang dalam Sustainability Reporting GRI 2000—2006

dapat dilihat pada Gambar 1. Pedoman pengungkapan GRI telah memberikan rerangka

pelaporan yang lebih menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. SR GRI berbeda dengan

laporan keuangan yang selama ini digunakan, terutama dalam pelaporan kinerja perusahaan

yang hanya melaporkan kinerja ekonomi perusahaan, tetapi mengabaikan kinerja sosial dan

lingkungan. Pelaporan informasi sosial dan lingkungan ternyata bermanfaat bagi perusahaan.

Bewley dan Magnes (2008) menemukan bahwa perusahaan mengungkapkan perusahaan

menggunakan pengungkapan lingkungan untuk membedakan perusahaan dengan perusahaan

11

Page 12: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

lain. Pengungkapan merupakan signal mengenai informasi keuangan perusahaan pada masa

depan. Mahoney et al. (2008) menemukan laporan CSR secara positif mempengaruhi Return

on Asset Perusahaan.

Gambar 1 Sustainability Reporting Guidelines GRI

Sumber: Sustainability Reporting Guidelines (GRI, 2002)

Akuntansi Manajemen Lingkungan

Akuntansi lingkungan tidak terbatas akuntansi keuangan, tetapi juga diterapkan pada

akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen lingkungan digunakan untuk memonitor dan

mengevaluasi efisiensi penggunaan sumber daya, mengurangi dampak lingkungan dari

operasi perusahaan.

Audit Sosial

Salah satu bagian dari akuntansi sosial adalah audit sosial. Tujuan audit sosial adalah

untuk menilai kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan harapan dan kebutuhan

masyarakat. Hasil audit sosial digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk

mengungkapkan kegiatan sosial perusahan dan sebagai dasar untuk kegiatan dialog dengan

masyarakat.

12

Page 13: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

III. PEMBAHASAN

Permasalahan Sosial Dalam Dunia Bisnis di Indonesia

Tabel. 1 akan mengikhtisarkan beberapa contoh permasalahan sosial yang dihadapi

oleh perusahaan di Indonesia.

TABEL . 1

CONTOH PERMASALAHAN SOSIAL PADA DUNIA BISNIS INDONESIA

No Contoh kasus Lokasi Permasalahan Sosial

01. PT.Inti Indo Rayon Utama

Porsea Propinsi . Sumatera Utara

Dihentikan operasional karena adanya masalah lingkungan dan masalah dengan masyarakat sekitar industri

02. PT. Exxon mobils Lhokseumawe Aceh utaraProp . DI Aceh

Menghentikan kegiatan produksi karena faktor stabilitas keamanan

03. PT.Ajinamoto Indonesia Jakarta Penarikan distribusi, pemasaran, dan aktifitas produksi karena masalah sertifikasi halal oleh MUI

04. Beberapa Perusahaan kertas di Riau

Propisi RiauMendapatkan protes dari masyarakat setempat sehubungan permasalahan limbah industri dan lingkungan

05. PT.Maspion IndonesiaSidoarjo Surabaya Jawa Timur

Permasalahan demo buruh dan isu kesejahteraan karyawan

06. PT.Telkom Indonesia Divre IV Jateng dan DIY

Serikat Karyawan (Sekar) PT.Telkom menolak penjualan Divre IV Kepada PT.Indosat

07. PT. BCA Jakarta Serikat Pekerja menolak Divestasi saham BCA

08. PT.Kereta Api Indonesia JakartaSerikat Pekerja menolak kembalinya Dewan Direksi lama, karena dianggap bertanggung jawab atas beberapa kasus kecelakaan kereta api yang terjadi di Indonesia

09. Bank Internasional .Indonesia (BII)

JakartaTuntutan Karyawan atas gaji, upah dan peningkatan kesejahteraan pekerja

10. PT.Gudang Garam Kediri Jawa Timur

Mogok Kerja Massal karyawan menuntut perbaikan gaji dan kesejahteraan pekerja.

Sumber : Review berbagai sumber

13

Page 14: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Sederetan data lain sebenarnya masih banyak lagi mengenai permasalahan-

permasalahan sosial yang dihadapi oleh perusahaan PMA maupun PMDN di Indonesia.

Tentunya gambaran ini semakin menunjukkan betapa dunia usaha sangat rentan dengan

berbagai masalah sosial. Beberapa kasus maraknya aksi demo buruh, penjarahan gudang,

perusakan gedung kantor dan pabrik, dan penggarapan lahan perusahaan karena masyarakat

menyakini tanah ulayat dan hak–hak rakyat yang dirampas oleh penguasa pada masa lalu,

semakin menguatkan fakta tentang stabilitas sosial yang tidak kondusif.

Peran Akuntansi Sosial

Situasi dan kondisi seperti yang telah diuraikan diatas menuntut suatu entitas bisnis

untuk mampu mengakses kepentingan lingkungan sosialnya yang diikuti dengan

pengungkapan dan pelaporan kepada pihak–pihak yang berkepentingan sehingga melahirkan

sebuah laporan (output) yang mendeskripsikan segala aspek yang dapat mendukung

kelangsungan hidup sebuah entitas. Disinilah peran akuntansi diharapkan dapat merespons

lingkungan sosialnya sebagai perwujudan kepekaan dan kepedulian entitas bisnis terhadap

lingkungan sosialnya.

Akuntansi sosial secara teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan

sosialnya antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain yang dapat

menjadi pendukung jalannya operasional karena pergeseran tanggungjawab perusahaan.

Untuk mendapatkan gambaran inilah perusahaan harus mampu mengakses lingkungan

sosialnya, setelah itu untuk menindak lanjuti dan mengukur kepekaan tersebut perusahaan

memerlukan informasi secara periodikal, sehingga informasi ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak (Shareholders, stakeholders,

debtholders). Akuntansi sosial dilaksanakan atas dasar aktifitas sosial yang dijalankan oleh

suatu entitas bisnis, selanjutnya diproses berdasarkan prinsip, metode dan konsep akuntansi

untuk diungkapkan bagi pihak – pihak yang berkepentingan, kemudian dari informasi yang

dihasilkan pengguna informasi akan dapat menentukan kebijakan selanjutnya untuk aktifitas

sosial dan kebijakan untuk lingkungan sosial entitas bisnis yang dijalankan.

Kemudian jika permasalahan akuntansi sosial ini dikaitkan dengan prinsip dasar good

corporate governance(GCG) yang menjadi issu penting pengelolaan perusahaan saat

sekarang ini, khususnya pada prinsip Responsibility yang berbicara tentang bagaimana entitas

bisnis bertanggung jawab kepada stakeholders dan juga lingkungan, Satyo (2001) menulis

bahwa prinsip dasar good corporate governance (pengelolaan yang baik), ini mengharuskan

perusahaan untuk memberikan laporan bukan hanya kepada pemegang saham, calon investor,

14

Page 15: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

kreditur dan pemerintah semata tetapi juga kepada stakeholders lainnya, seperti masyarakat

umum, konsumen, serikat pekerja dan karyawan perusahaan secara individu.

Saat ini tuntutan pengelolaan perusahaan dengan baik (Good Corporate Governance)

juga telah menjadi issue global, dimana perusahaan-perusahaan multinasional yang

menjalankan operasionalnya di Indoensia selalu berusaha meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas publik, sehingga perusahaan tidak hanya mementingkan motif bisnisnya saja,

tetapi juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat. Harahap (1993)

memberikan contoh bagaimana penerapan kepedulian sosial perusahaan-perusahaan di

Indonesia yang ditunjukkan dalam bentuk partisipasi sponsorship kegiatan keagamaan dan

penyaluran beasiswa pendidikan.

Praktik Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) di Indonesia

Praktik pengungkapan sosial bagi perusahaan di Indonesia yang ingin

mengungkapkan lingkungan sosialnya dapat berpedoman kepada standar yang telah

dikeluarkan dan diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia, dimana secara implisit telah

mengakomodasi hal tersebut . Sebagaimana tertulis pada Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No 1 Paragraf 9 yang berbunyi sebagai berikut:

“ Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah ( value added

statement), khususnya bagi industri dimana faktor – faktor lingkungan

hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap

pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan

penting.

Berdasarkan PSAK diatas, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat melaporkan kegiatan

sosialnya untuk dikomunikasikan kepada pihak luar dalam bentuk laporan nilai tambah,

sehingga dapat dipahami bahwa upaya untuk pelaporan tanggungjawab sosial perusahaan

sudah diakomodir oleh profesi akuntan di Indonesia.

Untuk melihat lebih jauh praktik pengungkapan sosial dalam laporan tahunan

perusahaan di Indonesia, para peneliti akuntansi telah melakukan berbagai penelitian seperti

yang dilakukan oleh Utomo (2000); Heny dan Murtanto (2001). Hasil riset tersebut

menemukan bahwa perusahaan di Indonesia mengungkapkan 3 tiga tema utama dalam

pengungkapan sosialnya, yaitu ketenagakerjaan, produk dan konsumen dan tema

kemasyarakatan (lihat lampiran 1).

15

Page 16: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) tersebut juga menyimpulkan bahwa

pengungkapan sosial oleh perusahaan–perusahaan di Indonesia relatif masih sangat rendah,

dan diduga perusahaan tidak memanfaatkan laporan tahunan sebagai media komunikasi

antara perusahaan dan Stakeholders lainnya. Sementara penelitian Heny dan Murtanto (2001)

menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan sosial di Indonesia masih relatif rendah yaitu

42,32 %. Pengungkapan sosial dilakukan oleh perusahaan paling banyak ditemui pada bagian

catatan atas laporan keuangan dan tipe pengungkapan yang paling banyak digunakan adalah

tipe naratif kualitatif.

Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan

Regulasi mengenai akuntansi pertanggungjawaban sosial di Indonesia telah diatur

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 57 yang diterbitkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI). Akuntansi dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan juga telah

diatur SAK. PSAK No. 1 paragraf 9 telah memberikan penjelasan mengenai penyajian

dampak lingkungan sebagai berikut:

“…Perusahaan menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup (atau

nilai tambah), khususnya bagi industri dengan sumber daya utama terkait dengan

lingkungan hidup (atau karyawan dan stakeholder lainnya sebagai pengguna laporan

keuangan penting)”.

PSAK No. 1 belum mengatur dengan tegas, tetapi mengatur pengungkapan dampak

lingkungan. Perlakuan akuntansi dampak lingkungan juga diatur di dalam PSAK No. 32

mengenai Akuntansi Kehutanan dan PSAK No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum.

PSAK No. 32 dan 33 semestinya sudah memadai untuk mengatur perlakuan akuntansi

lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur oleh pemerintah melalui Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah

mengatur upaya dalam kewajiban perusahaan dalam melestarikan lingkungan. Pasal 17,

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

misalnya menyatakan sebagai berikut:

“Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan

wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi

standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.

16

Page 17: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Tanggung jawab sosial dan lingkungan tertuang dengan jelas pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 40, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 menyatakan

sebagai berikut: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan. (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih

lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan telah diatur dengan tegas dalam

peraturan perundang-undangan. Demikian pula SAK telah menuangkannya dalam bentuk

petunjuk perlakuan akuntansi tanggung jawab sosial dan lingkungan. Perusahaan yang

terdaftar di BEI sebagian besar telah mengungkapkan kinerja ekonomi berupa tanggung

jawab perusahaan terhadap karyawannya, yaitu dalam bentuk pemberian uang pesangon,

pensiun, dan bonus. Pengungkapan ini dilakukan karena adanya tekanan dari pemerintah dan

profesi akuntan, berupa surat keputusan No. Kep- 150/Men/2000 tentang penyelesaian

pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan

ganti kerugian di perusahaan, serta PSAK No. 57 yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia. Sebagian besar perusahaan perbankan dan asuransi (lebih dari 50%)

mengungkapkan informasi mengenai praktik kerja, yaitu informasi yang berkaitan dengan

tanggung jawab perusahaan dalam pengembangan sumber daya manusia. Selain itu,

perusahaan juga sudah mengungkapkan kegiatan-kegiatan sosial, berupa pemberian

sumbangan, serta tanggung jawab perusahaan terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Hal

ini dilakukan untuk memenangi persaingan yang semakin ketat. Namun, masih sedikit

perusahaan yang melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan. Suharto (2004)

menyebutkan beberapa kesulitan manajemen keuangan untuk melaporkan kewajiban

lingkungan, yaitu sebagai berikut:

a. Permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan

belum ada secara tegas.

b. Biaya dan manfaat dalam rangka menyajikan informasi lingkungan dalam laporan

keuangan dirasakan tidak seimbang oleh perusahaan.

c. Pengenalan kewajiban bersyarat.

d. Kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan.

17

Page 18: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

Satyo (2005) memberikan tiga kendala pelaporan SR, yaitu (1) rendahnya political

will dari manajemen tingkat atas, (2) tidak adanya standar pelaporan SR, dan (3) tidak adanya

pengukuran kinerja SR. Gray (2008) menyatakan bahwa akuntansi sosial belum terorganisasi

dalam area koheren atau aktivitas. Penerapan akuntansi sosial dan lingkungan belum

sepenuhnya diterapkan oleh perusahaan publik di Indonesia. Khususnya akuntansi

lingkungan, berdasarkan hasil penelitian perusahaan publik di Indonesia, masih sedikit

perusahaan yang melaporkannya dalam annual report sehingga perlu dicari jalan keluarnya

untuk meningkatkan penerapannya.

Usaha Meningkatkan Pelaporan Akuntansi Sosial dan Lingkungan

Dampak aktivitas perusahaan perlu dilaporkan sebagai perwujudan tanggung jawab

perusahaan kepada pemangku kepentingan. Rendahnya kesadaran pelaporan dampak

lingkungan disebabkan oleh beberapa kendala pelaporannya. Karena pentingnya akuntansi

sosial dan lingkungan yang dikenal dengan SR, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan

penerapannya. Berikut ini dibahas beberapa upaya yang dapat diterapkan.

Penyusunan Standar Akuntansi Lingkungan

Dalam upaya untuk memiliki pedoman SR, IAI diharapkan menyusun pedoman SR.

Adanya standar yang baku dan bersifat mandatory mengatur SR akan meningkatkan

pelaporan SR untuk perusahaan yang aktivitasnya mempengaruhi masyarakat dan lingkungan.

Aras dan Crowther (2008) menyatakan bahwa kebutuhan standar dalam menganalisis dan

mengukur sustainability dan memberikan petunjuk model yang lengkap mengenai impikasi

distribusi dan dikembangkan menjadi model yang dapat dioperasionalkan. Kebutuhan standar

pelaporan juga terkait dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007

tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40, Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas yang mengatur upaya dalam kewajiban perusahaan dalam

melestarikan lingkungan. Usaha ini mungkin akan menemukan kendala terkait dengan

pengukuran dan hambatan dalam proses penyusunanya karena standar akuntansi sosial dan

lingkungan berkaitan dengan konsekuensi ekonomi perusahaan. Masalah pengukuran dapat

diatasi dengan pelaporan nonkeuangan.

Mewajibkan untuk Menerapkan Pedoman Pelaporan yang Sudah Ada

Pelaporan akuntansi triple bottom GRI telah diwajibkan di negara Eropa. Indonesia

mungkin dapat mewajibkan pelaporan GRI untuk perusahaan yang berkaitan dengan

18

Page 19: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

penggunaan sumber daya alam dan aktivitasnya berdampak terhadap sosial dan lingkungan di

sekitar perusahaan.

Memberikan Penghargaan atas Perusahaan yang Telah Menyelenggarakan SR

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen telah

menyelenggarakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA), yaitu penghargaan

yang diberikan kepada perusahaan yang telah menerapkan SR dengan baik. Dampak dari

penghargaan ini diharapkan akan meningkatkan reputasi perusahaan dan kemudian

kesadarannya dalam melaporkan apa saja yang telah mereka lakukan untuk memberikan nilai

tambah untuk sosial dan lingkungan.

Audit Sosial dan Lingkungan

Adanya pelaporan lingkungan harus disertai dengan audit sosial dan lingkungan.

Tujuan audit adalah untuk meningkatkan kredibilitas SR. Pelaksana audit dapat diserahkan

kepada akuntan independen.

Mengembangkan Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) untuk Memastikan

Penerapan Kewajiban Sosial dan Lingkungan

Untuk memastikan penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan diperlukan

mekanisme GCG. Mekanisme GCG yang selama ini hanya melindungi investor khususnya,

di pasar modal. Mekanisme GCG dapat diperluas, yaitu untuk melindungi seluruh pemangku

kepentingan misalnya pemerintah, pelanggan, pemasok, dan masyarakat. Dalam aplikasinya

peran komisaris independen dapat diperluas yang sebelumnya hanya melindungi kepentingan

pemegang saham minoritas diperluas untuk melindungi kepentingan seluruh pemangku

kepentingan. Perusahaan juga harus mempublikasi laporan akuntansi sosial dan lingkungan

kepada seluruh pemangku pepentingan melalui media massa, sebagai bentuk

pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan. Untuk menjamin

kredibilitas laporan akuntansi sosial dan lingkungan, laporan perlu diaudit oleh akuntan.

19

Page 20: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

IV. SIMPULAN

Akuntansi sosial dan lingkungan telah menjadi topik yang perlu mendapat perhatian

akuntan. Isu ini menjadi penting karena perusahaan perlu mempertanggungjawabkan dampak

aktivitas operasinya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akuntansi tradisional hanya

memberikan informasi ekonomi terutama yang bersifat keuangan kepada investor dan

kreditor untuk pengambilan keputusan. Sehubungan dengan itu, perlu dikembangkan ukuran

kinerja lebih luas untuk memperbaiki ukuran yang kinerja yang telah ada. Ukuran kinerja

tradisional dipandang kurang memadai untuk tujuan sustainability development. Akuntansi

pertanggungjawaban sosial dan lingkungan telah diterapkan oleh perusahaan di Indonesia.

Namun khususnya penerapan akuntansi lingkungan masih kurang karena adanya kendala

dalam penerapannya. Akuntan perlu mencari jalan keluar untuk meningkatkan penerapnnya.

Pertama, dengan pembuatan standar pelaporan sustainability reporting (SR). Standar yang

baku dan mewajibkan penerapannya khusus bagi perusahaan yang aktivitasnya berdampak

pada lingkungan. Kedua, mewajibkan perusahaan untuk menyusun SR dengan pedoman yang

telah ada, misalnya pedoman SR yang dikeluarkan oleh GRI. Ketiga, memberikan

penghargaan bagi perusahaan yang telah menerapkan SR dengan baik. Keempat, audit

lingkungan untuk meningkatkan kredibilitas SR. Terakhir, mekanisme GCG perlu

dikembangkan untuk melindungi seluruh kepentingan pemangku kepentingan.

20

Page 21: 81146720 MAKALAH Akuntansi Sosial Lingkungan

V. DAFTAR PUSTAKA

Basyit. 2005. “Eropa: Sustainability Reporting Sudah Menjadi Kewajiban”. Akuntansi, Edisi 47, Tahun XII, Juli 2005. Hal. 18-19.

Arief Suadi, et.al, 1988. Akuntansi Sosial : Implikasi dan Kemungkinan Pengembangan di Indonesia, majalah akuntansi, no. 11 bulan Nopember.

Global Reporting Initiative. 2002. Sustainability Reporting Guidelines.

Kompas, 2 Juli 2010. “Bercermin pada Sejarah Kelam”. Hal 17.

Kompas, 25 Juni 2010. “Kepala Daerah Turut Terlibat Merambah”. Hal 27.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Suharto, Harry. 2004. “Standar Akuntansi Lingkungan: Kebutuhan Mendesak”. Akuntansi. Edisi 42. Tahun XI, Juli 2004. Hal. 4-5.

21