Akuntansi Manajemen Lingkungan

13
AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN OLEH GINREY SHANDY ALGAM I GEDE YUDI PRIMANTA PROGRAM PROFESI AKUNTAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

description

Akuntansi Manajemen

Transcript of Akuntansi Manajemen Lingkungan

Page 1: Akuntansi Manajemen Lingkungan

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

OLEH

GINREY SHANDY ALGAM

I GEDE YUDI PRIMANTA

PROGRAM PROFESI AKUNTAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Page 2: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 1

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya mempedulikan sumber daya di bumi

untuk kepentingan generasi mendatang, melahirkan kepedulian akan pentingnya menjaga

kelestarian dan ketersediaan sumber daya. Kepedulian pada lingkungan yang meliputi

kualitas udara, air dan bahan beracun yang dapat merusak alam juga berpengaruh terhadap

bisnis perusahaan yang dituntut agar perusahaan berbisnis dengan ramah lingkungan.

Hal ini menyebabkan perusahaan harus berusaha memenuhi tuntutan ini dengan

melakukan bisnis yang ramah lingkungan. Perusahaan harus menyiapkan anggaran yang

terkait dengan aktivitas untuk memastikan bahwa mereka tidak menghasilkan/ harus

mengolah limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Hal ini pada akhirnya akan menjadi

biaya bagi perusahaan. Perusahaan harus memikirkan bagaimana agar dapat meminimalkan

atau bahkan menghilangkan biaya yang terkait dampak lingkungan.

Salah satu pendekatan manajemen terkait biaya lingkungan adalah environment cost

of quality. Makalah ini akan membahas mengenai biaya lingkungan, bagaimana

meminimalkan biaya lingkungan dan bahkan menggunakan biaya lingkungan yang

dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan tambahan dari peningkatan-peningkatan yang

dilakukan. Selain itu makalah ini akan membahas mengenai triple bottom line yang

merupakan pendekatan yang memperhatikan tidak hanya profit, tetapi juga aspek sosial dan

lingkungan.

ENVIRONMENTAL COST OF QUALITY.

Kepedulian akan pentingnya perusahaan memperhatikan dampak lingkungan dalam

aktivitas industri, mendorong munculnya banyak peraturan yang mewajibkan perusahaan

untuk melakukan pengelolaan atas dampak yang dihasilkan dari kegiatan produksi. Hal ini

mendorong perusahaan perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit terkait lingkungan.

Untuk meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan terkait lingkungan, maka perusahaan

harus menerapkan suatu sistem produksi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu muncul

suatu konsep yang dinamakan ecoefficiency.

Page 3: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 2

Ekoefisiensi merupakan suatu konsep yang bertujuan untuk menyatukan antara

tujuan bisnis perusahaan dengan menyelesaikan berbagai permasalahan terkait lingkungan

sebagai akibat dari kegiatan produksi. Secara esensi, ekoefisiensi menjaga agar organisasi

dapat memproduksi makin banyak barang dan jasa yang mana secara simultan mengurangi

dampak negatif terhadap lingkungan, konsumsi sumber daya, dan biaya. Ekoefisiensi paling

tidak mengandung tiga hal penting. Pertama, peningkatan kinerja ekologi dan ekonomi dapat

dan sudah seharusnya saling melengkapi. Kedua, peningkatan kinerja lingkungan

seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan untuk nama baik, tetapi juga

sebagai suatu persaingan (competitiveness). Ketiga, ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan

pendukung pengembangan yang berkesinambungan (sustainable development).

Pengembangan yang berkesinambungan didefinisikan sebagai pengembangan yang

memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Ekoefisiensi mengimplikasikan peningkatan efisiensi yang berasal dari peningkatan

kinerja lingkungan. Ada sejumlah sumber dari insentif dan penyebab peningkatan efisiensi,

diantaranya:

1. Pelanggan menginginkan produk yang lebih bersih, yaitu produk yang diproduksi tanpa

merusak lingkungan serta penggunaan dan pembuangannya ramah lingkungan.

2. Para pegawai lebih suka bekerja di perusahaan yang bertanggungjawab terhadap

lingkungan dan akan menghasilkan produktivitas yang lebih besar.

3. Perusahaan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan cenderung memperoleh

keuntungan eksternal, seperti biaya modal yang lebih rendah dan tingkat asuransi yang

lebih rendah.

4. Kinerja lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan keuntungan sosial yang

signifikan, seperti keuntungan bagi kesehatan manusia.

5. Fokus pada peningkatan kinerja lingkungan membangkitkan keinginan para manajer

untuk melakukan inovasi dan mencari peluang baru.

6. Pengurangan biaya lingkungan dapat mempertahankan atau menciptakan keunggulan

bersaing.

Pengurangan biaya dan insentif kompetitif merupakan hal yang penting. Biaya

lingkungan dapat merupakan persentase yang signifikan dari biaya operasional total.

Pengetahuan mengenai biaya lingkungan dan penyebab-penyebabnya dapat mengarah pada

desain ulang proses yang dapat mengurangi bahan baku yang digunakan. Jadi, biaya

Page 4: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 3

lingkungan saat ini dan di masa depan dikurangi sehingga perusahaan menjadi lebih

kompetitif.

Definisi Biaya Lingkungan

Sebelum informasi biaya lingkungan dapat diberikan kepada manajemen, biaya

lingkungan harus didefinisikan. Berbagai kemungkinan bisa saja ada terkait definisi biaya

lingkungan, namun pendekatan menarik yaitu mengadopsi definisi yang konsisten yang

dikenal dengan total environmental quality model (TEQM). Dalam model ini, keadaan

yang ideal adalah tidak ada kerusakan lingkungan. Kerusakan didefenisikan sebagai

degradasi langsung dari lingkungan, seperti emisi residu benda padat, cair, atau gas ke dalam

lingkungan (misalnya: pencemaran air dan polusi udara), atau degradasi tidak langsung

seperti penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu.

Dengan demikian, biaya lingkungan dapat disebut juga sebagai biaya kualitas

lingkungan. Dalam arti yang sama dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya

yang dikeluarkan karena kualitas lingkungan yang buruk ada atau mungkin ada. Dengan

demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan penciptaan, deteksi, perbaikan, dan

pencegahan degradasi lingkungan. Dengan definisi ini, biaya lingkungan dapat

diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention costs),

Biaya yang terkait ini adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk

mencegah diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan.

Contoh: Evaluasi dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk

mengendalikan polusi, desain proses dan produk untuk mengurangi dan menghapus

limbah, melatih pegawai, mempelajari dampak lingkungan, audit risiko lingkungan,

daur ulang produk, pemerolehan sertifikasi ISO 14001.

2. Biaya Deteksi Lingkungan (environmental detection costs)

Biaya yang terkait deteksi adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan dalam

menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi

standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh: Audit aktivitas lingkungan,

pemeriksaan produk dan proses, pengembangan ukuran kinerja lingkungan,

pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan dari pemasok, serta

pengukuran tingkat pencemaran.

3. Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure costs)

Page 5: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 4

Merupakan biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah

dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh: Pengoperasian peralatan

untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah

beracun, pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah,

serta daur ulang sisa bahan.

4. Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental external failure)

Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan serta melepas limbah atau sampah

ke dalam lingkungan. Biaya ini terbagi menjadi dua, yaitu: biaya kegagalan eksternal

yang direalisasi (realized external failure costs) dan biaya kegagalan eksternal yang

tidak direalisasikan (unrealized external failure costs). Biaya kegagalan eksternal yang

direalisasi adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan

eksternal yang tidak direalisasikan adalah biaya sosial disebabkan oleh perusahaan,

tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Biaya sosial ini dapat

diklasifikasikan sebagai biaya yang dihasilkan dari degradatio lingkungan dan yang

berhubungan dengan dampak negatif terhadap properti atau kesejahteraan individu.

Dalam kedua kasus, biaya ditanggung oleh orang lain dan bukan oleh perusahaan

meskipun penyebab adalah perusahaan.

Contoh biaya kegagalan eksternal yang direalisasi adalah: pembersihan danau yang

tercemar, pembersihan minyak yang tumpah, pembersihan tanah yang tercemar,

penggunaan bahan baku dan energi secara tidak efisien, penyelesaian klaim kecelakaan

pribadi dari praktik kerja yang tidak ramah lingkungan, dll. Contoh biaya sosial adalah:

mencakup perawatan medis karena udara yang terpolusi (kesejahteraan individu),

hilangnya kegunaan danau sebagai tempat rekreasi karena pencemaran (degradasi),

hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan individual), dan

rusaknya ekosistem karena pembuangan sampah padat (degradasi).

Page 6: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 5

Gambar 1.

Klasifikasi Biaya Lingkungan Berdasarkan Aktivitas

* (S) menunjukkan biaya sosial

Gambar dikutip dari Hansen, Mowen, & Guan (2009)

Pelaporan Biaya Lingkungan

Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika organisasi serius meningkatkan

kinerja lingkungan dan pengendalian biaya lingkungan. Langkah pertama yang baik adalah

laporan yang merinci biaya lingkungan berdasarkan kategori. Pelaporan biaya lingkungan

berdasarkan kategori mengungkapkan dua hasil penting, yaitu: (1) dampak dari biaya

lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan dan (2) jumlah relatif yang dikeluarkan dalam

setiap kategori. Gambar 2 di bawah, dikutip dari Hansen et al.(2009) memberikan contoh

laporan biaya lingkungan sederhana.

Page 7: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 6

Gambar 2.

Contoh Pelaporan Biaya Lingkungan

(Hansen et al., 2009)

Dari laporan ini, terlihat upaya untuk menyoroti pentingnya biaya lingkungan

dengan mengekspresikan mereka sebagai persentase dari total biaya operasional. Dalam

laporan ini, biaya lingkungan merupakan 30 persen dari total biaya operasional, merupakan

jumlah yang signifikan. Dari sudut pandang praktis, biaya lingkungan akan menjadi

perhatian manajerial hanya jika mewakili jumlah yang signifikan. Ketika menjadi biaya

yang sangat signifikan, maka manajer cenderung berusaha melakukan upaya pengurangan

terhadap biaya yang terkait lingkungan.

Investasi lebih dalam kegiatan pencegahan dan deteksi dapat menghasilkan

penurunan yang signifikan pada biaya kegagalan lingkungan. Bahkan investasi pada

peralatan yang mendukung pengurangan konsumsi energi, air, dan bahan kimia dapat

menghasilkan penghematan. Biaya lingkungan tampaknya berperilaku dalam banyak cara

yang sama seperti biaya kualitas. biaya lingkungan terendah yang dicapai pada titik

kerusakan sama seperti zero-defect dalam model biaya kualitas. Dengan demikian, solusi

ekoefisien lebih berfokus pada pencegahan dengan pandangan bahwa pencegahan lebih

murah daripada mengobati. Analogi ini sama dengan total quality model, kerusakan nol

adalah titik biaya terendah untuk biaya lingkungan.

Page 8: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 7

Laporan Keuangan Lingkungan

Ekoefisiensi memungkinkan modifikasi pada pelaporan biaya lingkungan. Secara

khusus, selain pelaporan biaya lingkungan, mengapa tidak melaporkan manfaat lingkungan?

Dalam suatu periode tertentu, ada tiga jenis manfaat, yaitu: pendapatan tambahan, tabungan

saat ini, dan biaya yang dihindari (penghematan yang sedang berlangsung). Pendapatan

tambahan adalah pendapatan yang mengalir ke dalam organisasi karena tindakan lingkungan

seperti daur ulang kertas, menemukan aplikasi baru untuk limbah tidak berbahaya (misalnya,

menggunakan scrap kayu untuk membuat potongan-potongan kayu dan papan catur), dan

peningkatan penjualan karena pencitraan atas ramah lingkungan ditingkatkan. Menghindari

biaya mengacu pada penghematan atas biaya yang telah dibayarkan pada tahun sebelumnya.

Tabungan saat ini mengacu pada pengurangan biaya lingkungan yang dicapai pada tahun

berjalan. Dengan membandingkan manfaat yang dihasilkan dengan biaya lingkungan yang

terjadi dalam suatu periode tertentu, jenis laporan keuangan lingkungan dibuat. Manajer

dapat menggunakan pernyataan ini untuk menilai kemajuan (manfaat yang dihasilkan) dan

potensi untuk kemajuan (biaya lingkungan). Laporan keuangan lingkungan juga dapat

menjadi bagian dari laporan kemajuan lingkungan yang diberikan kepada pemegang saham

pada laporan tahunan.

Gambar 3.

Contoh Laporan Keuangan Lingkungan

Page 9: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 8

STRATEGI BERDASARKAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

LINGKUNGAN

Secara keseluruhan peningkatan kinerja lingkungan menyarankan untuk selalu

meningkatkan kerangka kerja terkait pengendalian lingkungan. Terdapat lima tujuan utama

yang dapat diindentifikasi terkait kinerja lingkungan dari perspektif lingkungan, yaitu:

meminimalkan penggunaan bahan mentah atau baru, meminimalkan penggunaan barang

berbahaya, meminimalkan penggunaan energi untuk produksi dan penggunaan produk,

meminimalkan pelepasan residu baik padat, cair atau gas, dan terakhir memaksimalkan

peluang daur ulang.

Dalam melakukan hal ini peran penting dari aktivitas manajemen tidak bisa

dihindarkan. Aktivitas manajemen yang dilakukan mulai dari mengidentifikasi aktivitas

lingkungan, menilai biaya yang diperlukan berdasarkan aktivitas lingkungan. Prosedur

pengendalian kemudian dapat dilakukan setelah mengetahui biaya lingkungan dan produk

serta proses apa yang menghasilkan biaya lingkungan.

Pada tahapan ini kemudian, manajemen perlu mengklasifikasikan aktivitas.

Aktivitas diklasifikasikan sebagai aktivitas lingkungan bernilai tambah dan yang tidak

bernilai tambah. Dengan mengetahui aktivitas-aktivitas tersebut maka kemudian dapat

ditentukan langkah selanjutnya. Perusahaan kemudian dapat meredesain produk dan

prosesnya untuk meminimalkan dan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.

Desain yang dirancang adalah desain yang ramah lingkungan. Hal ini meliputi

produk, proses, material, energi, dan daur ulang. Jadi desain ini mencakup seluruh siklus

hidup produk dan pengaruhnya bagi lingkungan diperhitungkan. Hal yang tidak bisa

dilupakan juga adalah terkait pengukuran keuangan. Manajemen berperan untuk

memastikan bahwa peningkatan perhatian pada aspek lingkungan seharusnya memberikan

konsekuensi bagi perusahaan berupa keuntungan secara ekonomi. Perusahaan harus

menghitung total biaya lingkungan yang dikeluarkan selama beberapa periode apakah

terdapat penurunan biaya terkait dampak lingkungan.

Menurut Boer, Curtin, & Hoyt (1998), terdapat tiga strategi untuk mengelola biaya

lingkungan, yaitu:

1. End of pipe strategy

Dalam pendekatan ini, perusahaan menghasilkan limbah atau polutan, dan kemudian

membersihkannya sebelum dibuang ke lingkungan. Scrubber cerobong asap,

pengolahan air limbah, dan filter karbon udara adalah contoh-contoh strategi akhir pipa.

Page 10: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 9

Pendekatan ini kurang menguntungkan, karena menambah biaya dalam laporan

keuangan tanpa ada dampak pemulihan atas biaya yang dikeluarkan

2. Process improvement strategy

Dengan pendekatan ini, perusahaan mencari jalan untuk mendaur ulang limbah secara

internal untuk mengurangi sisa produksi, atau mengadopsi proses produksi yang tidak

menghasilkan sisa. Cara ini dapat meningkatkan meningkatkan profit dan juga

mengurangi polusi seperti pada end of pipe strategy.

3. Prevention strategy

Merupakan strategi utama untuk memaksimalkan nilai dari kegiatan yang berhubungan

dengan pencemaran dimana melibatkan penghindaran yang menyeluruh terhadap polusi

dengan cara tidak memproduksi sama sekali polutan. Dalam strategi ini, perusahaan

sangat menghindari semua masalah dengan otoritas yang berwenang, dan bahkan dalam

banyak kasus perusahaan yang melakukan strategi ini dapat meningkatkan profit secara

signifikan.

TRIPLE BOTTOM LINE

Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep

CSR tersebut maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini. Salah

satu yang terkenal adalah teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan bahwa

jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan

tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga

harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan

turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan

usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah

mengejar profit dan mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk

tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang

dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas

dan melakukan efisiensi biaya. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan

memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang

tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat

Page 11: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 10

tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya

serendah mungkin.

People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi

perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan

hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk

berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga

disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karena

itu perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan

masyarakat

Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam

kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk

hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup

dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagian

besar dari manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan

karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.

Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang

wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana

menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk

melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan

memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping

ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya

Pengungkapan Triple Bottom Line

Dalam era globalisasi peursahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi saja,

tetapi harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan

berusaha untuk memenuhi kegiatan yang berkaitan dengan memperhatikan kepentingan

sosial dan lingkungan. Seperti penelitian Sandra (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang

berkelanjutan bukan hanya mengejar keuntungan financial, bukan hanya peningkatan nilai

pemegang saham. Namun yang paling baik adalah dicapai melalui kerangka kerja yang luas

di bidang ekonomi, sosial, lingkungan dan nilai-nilai etika serta tujuan bersama yang

melibatkan interaksi antara perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan.

Selanjutnya, konsep ini dikembangkan seperti penelitian Zu (2009) dalam Sandra

(2011) mengungkapkan tentang teori triple bottom line dengan tiga aspek utama yaitu,

Page 12: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 11

ekonomis, sosial dan lingkungan. Triple bottom line menangkap spektrum yang lebih luas

dari nilai-nilai dan kriteria untuk mengukur kesuksesan organisasi yaitu ekonomi,

lingkungan dan sosial. Hal ini berarti memperluas kerangka kerja pelaporan sederhana untuk

memperhitungkan kinerja sosial dan lingkungan disamping kinerja keuangan. Ini juga

menangkap esensi pembangunan berkelanjutan (sustainability development) dengan

mengukur dampak ketiga aspek tersebut dari kegiatan operasi perusahaan.

Konsep disampaikan oleh Solihin (2008) menyatakan bahwa pengenalan konsep

sustainability development memberi dampak besar kepada perkembangan konsep triple

bottom line selanjutnya. Sebagai contoh the organization for economic cooperation and

development (OECD merumuskan”kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta

adanya perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian kepada

para pemegang saham, upah bagi karyawan dan pembuatan produk serta jasa bagi para

pelanggan melainkan perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal

yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat”.

Triple Bottom Line: Lebih dari Sekadar Profit

Pada tahun 2010an, Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft Foods memutuskan

menghentikan pembelian minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh Grup Sinar Mas. Alasan

mereka adalah dugaan adanya perusakan hutan tropis yang membahayakan kehidupan

satwa, mengurangi kemampuan penyerapan karbon dioksida yang merupakan salah satu

penyebab utama perubahan iklim global yang lebih dikenal dengan global warming.

Di luar negeri, Timberland, salah satu produsen pakaian dan sepatu outdoor juga

didera hal yang sama (Harvard Business Review, September 2010). Pagi hari 1 Juni 2009,

Jeff Swartz, menerima e-mail dari 65 ribu aktivis dan pelanggan yang marah. Mereka

menuduh Timberland membeli materialnya dari hutan yang ditebang secara ilegal di

Amazon. Parahnya, awalnya Timberland tidak mengetahui apakah material yang mereka

beli benar berasal dari Amazon atau tidak, yang mengimplikasikan mungkin saja tuduhan

tersebut benar.Bukan itu saja, di bulan Mei 2010, seluruh dunia gempar dengan kasus bunuh

diri di pabrik FoxConn, Cina. Delapan pegawainya mati karena bunuh diri dalam waktu lima

bulan.

Fenomena nasional dan internasional ini mengimplikasikan dengan jelas bahwa

perusahaan masa kini tidak bisa sekadar memperhatikan profit lagi. John Elkington tahun

1988 memperkenalkan konsep Triple Bottom Line (TBL atau 3BL). Atau juga 3P – People,

Page 13: Akuntansi Manajemen Lingkungan

Halaman | 12

Planet and Profit. Singkat kata, ketiganya merupakan pilar yang mengukur nilai kesuksesan

suatu perusahaan dengan tiga kriteria: ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Sebenarnya, pendekatan ini telah banyak digunakan sejak awal tahun 2007 seiring

perkembangan pendekatan akuntansi biaya penuh (full cost accounting) yang banyak

digunakan oleh perusahaan sektor publik. Pada perusahaan sektor swasta, penerapan

tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) pun merupakan salah satu

bentuk implementasi TBL.

Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan

kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang

dilakukan perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang saham). Tidak dapat

diingkari, masih banyak perusahaan yang melihat program ini sebagai suatu program yang

menghabiskan banyak biaya dan merugikan. Bahkan, beberapa perusahaan menerapkan

program ini karena “terpaksa” untuk mengantisipasi penolakan dari masyarakat dan

lingkungan sekitar perusahaan. Selain sisi internal perusahaan, hambatan lainnya dari sisi

eksternal karena belum adanya dukungan regulator dan profesi akuntansi tentang penyajian

pelaporan non finansial.

Ahli manajemen dari Harvard Business School, Michael Porter, dalam tulisannya yang

berjudul Strategy and Society: The Link Between Competitive Advantage and Corporate

Social Responsibility (Harvard Business Review, Desember 2006), telah melakukan riset

dan mengemukakan bahwa konsep sosial harus menjadi bagian dari strategi perusahaan.

Strategi perusahaan terkait erat dengan program tanggung jawab sosial. Perusahaan tidak

akan menghilangkan program tanggung jawab sosial itu meski dilanda krisis, kecuali ingin

mengubah strateginya secara mendasar. Sementara pada kasus program tanggung jawab

dipotong lebih dulu.

DAFTAR REFERENSI

Boer, G., Curtin, M., & Hoyt, L. (1998). Environmental cost management. Management

Accounting, 80(3), 28–38.

Hansen, D. R., Mowen, M. M., & Guan, L. (2009). Cost Management: Accounting &

Control (6th ed.). Mason: Southwestern Cengage Learning.

Nugroho, Adhi Karya. 2013. Skripsi: Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur

Kepemilikan, Dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Triple

Bottom Line Di Indonesia. Undip. Semarang

http://swa.co.id/2010/10/triple-bottom-line-lebih-dari-sekadar-profit/