aktivitas-enzim-amilase
-
Upload
estiningtyas-kusuma-wardani -
Category
Documents
-
view
67 -
download
8
Transcript of aktivitas-enzim-amilase
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
PERCOBAAN V
AKTIVITAS ENZIM AMILASE
NAMA : JULIAR NUR
NIM : H411 10 002
HARI/TGL : SELASA/ 13 DESEMBER 2011
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : JANNY JOVITA
YUNIANTI TIMANG
\
LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Biji-biji yang sedang berkecambah dapat merupakan sumber enzim dari
jaringan tumbuhan, meskipun enzim yang diperoleh berasal dari enzim kasar. Untuk
keperluan percobaan enzim yang sederhana, ekstrak kecambah dapat digunakan.
Enzim aktif dalam jumlah yang sangat sedikit. Tidak terpengaruh oleh reaksi yang
dikatalisisnya pada kondisi stabil. Walaupun enzim mempercepat penyelesaian suatu
reaksi, enzim tidak mempengaruhi keseimbangan reaksi tersebut, kerja katalis enzim
spesifik (Anonim, 2011).
Dari hasil penelitian para ahli biokim ternyata banyak enzim mempunyai
gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Gugus bukan protein
ini disebut dengan kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan ada pula yang
tidak terikat kuat oleh protein.. Gugus terikat kuat pada bagian protein artinya sukar
terurai dalam larutan yang disebut dengan Prostetik, sedang yang tidak begitu terikat
kuat ( mudah dipisahkan secara dialisis ) disebut dengan Koenzim. Keduanya ini
dapat memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat (Anonim, 2011).
Sebagian besar mikroorganisme memindahkan berbagai macam molekul kecil
melewati sel-sel atau membran plasma dan memetabolismenya. Substansi ini
termasuk glukosa, asam amino, peptida kecil, nukleotida dan fosfat serta ion organik
lainnya. Sebagai tambahan, untuk endoenzim yang diproduksi untuk digunakan sel,
banyak bakteri (dan fungi) memproduksi eksoenzim dan melepaskannya melalui sel
atau membran plasma. Enzim (eksoenzim) yang berperan dalam merubah
karbohidrat komplek adalah karbohidrase, amilase, selulase. Pati merupakan
substansi yang terlebih dahulu harus diubah menjadi molekul lebih sederhana agar
dapat diserap oleh sel. Mikroorganisme memproduksi enzim untuk memecah
substansi di dalam sel, salah satunya adalah amilase (Mahbub, 2008).
Jadi, untuk membahas lebih lanjut mengenai peran serta aktivitas enzim
amylase pada tumbuhan, maka percobaan ini dilakukan.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian enzim
amylase terhadap larutan pati dari kentang Solanum tuberosum.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai aktivitas enzim amylase ini dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 13 Desember 2011 pada pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan
Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya
holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim
adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah
enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan
protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula
yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim.
Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang
memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah
atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah
(Dwidjoseputro, 1992) :
Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan
katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Enzim bekerja pada suhu optimum. Di
samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
Ph
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada ph optimum, yang lazimnya berkisar
antara ph 4,5-8.0. Pada ph yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim
menjadi non aktif secara irreversible.
Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan
reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
Zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan
substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi
melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai
menjadi sukrosa dan galaktosa.
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara
produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk
tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang
normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang
sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya
(Salisbury dan Ross, 1995).
Amilase merupakan enzim yang paling penting dan keberadaanya paling
besar, pada bidang bioteknologi, enzim ini diperjual belikan sebanyak 25% dari total
enzim yang lainya. Amilase didapatkan dari berbagai macam sumber, seperti
tanaman, hewan dan mikroorganisme. Amilase yang berasal dari mikroorganisme
banyak digunakan dalam industri, hal ini dikarenakan mikroorganisme periode
pertumbuhanya pendek. Amilase pertama kali yang diproduksi adalah amilase yang
berasal dari fungi pada tahun 1894 (Anonim, 2011).
Amilase (alfa, beta dan glukoamilase) merupakan enzim yang penting dalam
bidang pangan dan bioteknologi. Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti tanaman, binatang dan mikroorganisme. saat ini sejumlah enzim amilae telah
diproduksi secara komersial. Penggunaan mikrobia dianggap lebih prosepektif karena
mudah tumbuh, cepat menghasilkan dan kondisi lingkungan dapat dikendalikan
(Anonim, 2011).
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon.
Contoh-contoh sumber karbon yang murah adalah sekam, molase, tepung jagung,
jagung, limbah tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah sebagai substrat,
maka limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk mengoptimalkan produksi enzim.
Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai suplemen antara laian: pati, sukrosa,
laktosa, maltosa, dekstyrosa, fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen sebagai
suplemen antara lain: pepton, tripton, ekstrak daging, ekstrak khamir, amonium
sulfat, tepung kedelai, urea dan natrium nitrat (Anonim, 2011).
Untuk uji deteksi amilase, degradasi yang terjadi pada pati diketahui dengan
hilangnya material yang terwarnai oleh iodine. Uji deteksi α amylase yang
menghidrolisis α-1,4-glikogen dan poliglucosan lainnya. Pada saat awal perlakuan
terjadi penurunan yang cepat berat molekul pati yang dihasilkan dari pewarnaan
iodine. Produk akhir utama dari degradasi ini adalah oligosakarida dengan berat
molekul yang rendah. Sebaliknya, β-amilase mampu mengkatalisis sebuah serangan
exolitik dan mendegradasi pati dengan cara memecah maltose dari ujung rantai pati.
Enzim amylase dari B. subtilis dapat dipisahkan satu sama lain dan secara subsekuen
mengeluarkannya bersama maltose. Enzim amylase dapat dipisahkan dari protease
dengan menambahkan insoluble starch ke dalam kultur untuk menyerap amilase
(Mahbub, 2008).
Aktivitas amilase dilakukan oleh enzim bakteri dan terlihat berwarna biru di
dalam iodin. Apabila iodin menyebabkan media pati berwarna biru pada koloni
bakteri maka tidak ada amilase yang diproduksi. Molekul maltosa yang kecil dapat
masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Interaksi iodin dengan pati
membuat media berwarna biru gelap. Menurut Ekunsaumi, produksi enzim amilase
oleh koloni bakteri pada media ditunjukkan adanya zona bening dengan penambahan
larutan iodin di sekitar koloni bakteri (Mahbub, 2008).
Komposisi dan konsentrasi media sangat mempengaruhi produksi dari enzim
amilase ekstraseluler pada bakteri, yeast, dan Aspergillus sp. Shinke dalam
Srivastava menyatakan bahwa komposisi medium sangat mempengaruhi produksi
amilase, seperti halnya sporulasi pada Bacillus cereus. Keberadaan pati akan
menginduksi produksi amilase. Keadaan lingkungan dan sumber nitrogen pada media
kultur juga akan mempengaruhi pertumbuhan produksi amilase. Disamping karbon
dan nitrogen, sodium dan garam potassium, ion metal, dan detergen juga akan
mempengaruhi produksi amilase dan pertumbuhan mikroorganisme (Mahbub, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Enzim pada tumbuhan, http://www.wordpress.com, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 pada pukul 20.21 WITA.
Anonim, 2011, Prospek dan produksi enzim alfa-amilase dari mikroorganisme. http://www.indobiogen.or.id, diakses pada tanggal 13 Desember pada pukul 20.30 WITA.
Anonim, 2011, Amilase, http://www.biogen.litbang.deptan.go.id/, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 pukul 20.25 WITA.
Dwidjoseputro, 1992, Pengantar fisiologi tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mahbub, H., 2008, Deteksi dan produksi amilase, http://www.junes.blogspot.com, diakses pada tanggal 13 Desember 2011 pada pukul 20.20 WITA.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Salisbury, F. B., dan C. W. Ross, 1990, Fisiologi Tumbuh, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, preparat kaca,
gegep, pengaduk, bunsen, stopwatch dan pipet tetes.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah amilum kentang Solanum
tuberosum, larutan JKJ, air, saliva 4 ml, dan tissue.
III.3 Prosedur percobaan
Prosedur kerja percobaan ini adalah :
1. Menyiapkan saliva ke dalam 2 buah tabung reaksi masing-masing sebanyak 2
ml.
2. Memanaskan tabung II pada bunsen sebelum dimasukkan saliva 2 ml dan tabung
I didiamkan pada suhu kamar.
3. Pada kedua tabung, memasukkan 2 ml larutan pati/starch kentang Solanum
tuberosum, kemudian homogenkan.
4. Tabung II dipanaskan menggunakan bunsen hingga mendidih dan tabung I di
diamkan pada suhu kamar.
5. Meneteskan masing-masing larutan campuran antara saliva dan larutan pati
tersebut ke kaca preparat masing-masing sebanyak 3 tetes, kemudian
meneteskan larutan JKJ//I2KI sebanyak 3 tetes kemudian mengaduk campuran
tersebut.
6. Mengamati perubahan warna yang terjadi, dimana melakukan perhitungan waktu
menggunakan stopwatch pada 2 menit pertama, 2 menit kedua dan seterusnya
hingga 10 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
WaktuWarna larutan
Dipanaskan Tidak dipanaskan
0
2
4
6
8
10
+
+
+
+
+
++
+
+
++
++
++
+++
Keterangan :
+++++ : Biru kehitaman
++++ : Kuning kecoklatan
+++ : Kuning kehijauan
++ : Kuning
+ : Merah kecoklatan
IV.2 Pembahasan
Percobaan mengenai aktivitas enzim amilase bertujuan untuk melihat
pengaruh enzim amilase terhadap larutan pati/starch yang terdapat pada kentang
Solanum tuberosum, enzim amilase merupakan enzim yang berperan dalam
mengubah amilum yang tergolong polisakarida menjadi maltosa yang tergolong
oligosakarida kemudian nantinya akan diubah menjadi monosakarida.
Percobaan ini menggunakan 2 tabung reaksi, dimana tabung I saliva yang
berasal dari air liur tidak dipanaskan kemudian ditambahkan sari kentang dan tabung
II salivanya dipanaskan, lalu ditambahkan sari kentang, kemudian ditetesi 3 tetes
pada kaca preparat dan ditambahkan dengan larutan JKJ sebanyak 3 tetes.
Penambahan larutan JKJ ini berfungsi sebagai indikator warna untuk mengetahui ada
tidaknya amilum yang terdapat dalam sari kentang tersebut.
Warna biru keunguan menunjukkan adanya amilum dalam bentuk amilosa
sedangkan warna merah atau jingga atau coklat kemerahan menunjukkan adanya
amilum dalam bentuk amilopektin.
Pada percobaan larutan yang tidak dipanaskan terlihat berwarna merah
kecoklatan karena larutan amilum yang digunakan mengandung amilopektin dan ada
kemungkinan tidak tercampur merata dengan amilum dari kentangnya. Setelah itu
dilakukan pengamatan setiap interval waktu 2 menit selama 10 menit, di sini akan
dilihat kecepatan enzim dalam menguraikan amilum. Enzim dikatakan bekerja
ditandai dengan perubahan yang terjadi pada larutan. Larutan yang awalnya berwarna
merah cokelat karena larutan pati kentang setelah 2 menit tetap berwarna merah
kecoklatan, akan tetapi setelah menit ke 4 sampai menit ke-8 berubah warna menjadi
kuning dan pada menit ke 10 berubah warna lagi menjadi kuning kehijauan .
Hasil yang diperoleh pada tabung II saliva yang dipanaskan hasilnya
berbeda, mulai dari menit ke-2 hingga menit ke-10 tetap berwarna merah kecoklatan.
Pada tabung II tidak terjadi perubahan warna menjadi bening karena enzim tidak
bekerja dengan baik. Hal ini diakibatkan karena saliva yang digunakan dipanaskan
terlebih dahulu sehingga enzim amilase yang ada di dalam saliva tersebut mengalami
denaturasi, karena telah diketahui enzim tersusun atas protein dimana hanya bekerja
pada suhu tertentu saja, dan mengalami denaturasi pada suhu yang panas.
Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim, yaitu sebagai
berikut:
1. Suhu
Enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi
dan bagian enzim yang aktif akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan
enzim berkurang.
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya
berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi
protein.
3. Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
4. konsentrasi substrat
Pada konsentrasi substrat yang tinngi maka akan memperlambat kerja enzim.
Sebaliknya jika konsentrasi enzim lebih banyak dari konsentrasi substrat maka
kecepatan kerja enzim lebih tinggi .
5. Zat-zat penghambat
Hambatan suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada
bagian aktif yang mengalami hambatan.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah enzim amilase dapat
menguraikan larutan pati yang terdapat dalam kentang Solanum tuberosum jika
berada pada suhu kamar, tetapi jika enzim telah mengalami pemanasan dan terjadi
denaturasi maka tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga proses hidrolisis berjalan
lambat atau sama sekali tidak bekerja. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : suhu, pH, konsentrasi enzi, konsentrasi substrat dan inhibitor atau zat
penghambat.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum alat-alat yang digunakan diperlengkap dan waktu
dalam pengerjaan juga dimaksimalkan.