Akmen Chapter 1 - 7
-
Upload
kartika-sari -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
Transcript of Akmen Chapter 1 - 7
-
CHAPTER 1 AKUNTANSI MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN BISNIS
Pekerjaan Manajemen dan Kebutuhan Informasi Akuntansi Manajemen
Perencanaan (planning) pemilihan serangkaian aktivitas dan spesifikasi bagaimana aktivitas
tersebut dilaksanakan
Pengarahan (directing) dan pemberian motivasi (motivating) aktivitas untuk menggerakkan
orang-orang agar melaksanakan aktivitas yang sudah direncanakan dan menjalankan kegiatan rutin.
Pengendalian (controlling) aktivitas untuk memastikan bahwa perencanaan telah dilaksanakan
dan telah disesuaikan dengan kondisi yang ada dan lingkungan yang selalu berubah.
Perbandingan Akuntansi Manajemen dengan Akuntansi Keuangan
Perbedaan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan
Pemakai laporan Pihak internal, terkait pengambilan
keputusan operasional perusahaan
Pihak eksternal (investor, kreditur,
otoritas pajak, pemerintah)
Orientasi waktu Berorientasi pada waktu yang akan
datang dengan menggunakan data
dan informasi masa lalu untuk
pengambilan keputusan yang
mempengaruhi masa depan
Sepenuhnya menggunakan data
historis (ikhtisar hasil-hasil
keuangan dari aktivitas masa lalu)
Penekanan pada data Data yang relevan Data objektif dan dapat diverifikasi
Kebutuhan informasi Informasi yang tepat waktu Informasi yang akurat
Merumuskan rencana jangka
panjang dan jangka pendek
Menerapkan rencana
(pengarahan dan
pemberian motivasi)
Mengukur kinerja
(pengendalian)
Membandingkan kinerja
yang direncanakan dengan
kinerja aktual (pengendalian)
Pembuatan
Keputusan
-
Ruang lingkup Terbatas hanya pada satu
bagian/divisi/ segmen tertentu
Meliputi keseluruhan bagian dalam
organisasi
Sifat pelaporan Bersifat voluntary (sukarela), dibuat
berdasarkan kebutuhan
Bersifat mandatory (wajib)
Dasar penyusunan Tidak harus sesuai dengan PABU,
sehingga bentuk laporan dapat
berbeda-beda sesuai kebutuhan
masing-masing perusahaan
Laporan harus disusun berdasarkan
PABU, sehingga bentuk laporan
menjadi seragam dan dapat
diperbandingkan
Dasar ilmu Didasari ilmu ekonomi dan psikologi
sosial, karena akuntansi manajemen
fokus pada pengambilan keputusan
sehingga terkait dengan perilaku
Didasari ilmu ekonomi murni
Struktur Organisasi
Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian otoritas pembuatan keputusan dalam organisasi
dengan memberikan otoritas kepada manajer dalam berbagai tingkat operasional untuk membuat
keputusan yang terkait dengan bidang pertanggungjawabannya.
Hubungan Lini dan Staf
Bagan organisasi juga menggambarkan posisi lini dan staf. Seseorang dalam posisi lini
terlibat langsung dalam pencapaian tujuan organisasi, sedangkan orang dalam posisi staf tidak
terlibat secara langsung. Posisi staf memberikan dukungan terhadap posisi lini atau bagian lain
dalam organisasi, tetapi merkea tidak memiliki kewenangan langsung terhadap posisi lini.
Perubahan Lingkungan Bisnis
Just In Time (JIT)
Pendekatan pengendalian persediaan dan biaya atas persediaan dengan meminimalisasi
sisa, baik sisa persediaan, sisa aktivitas, maupun sisa sumber daya lainnya. Perusahaan membeli
bahan baku dan memproduksi unit output sesuai dengan permintaan aktual dari pelanggan. Dalam
sistem JIT, persediaan dikurangi sampai dengan tingkat minimum, bahkan dalam beberapa kasus
samapi menjadi nol. Pendekatan JIT dapat diterapkan baik untuk perusahaan perdagangan maupun
perusahaan manufaktur. Contoh perusahaan : Carefour (tidak memiliki gudang penyimpanan).
Konsekuensi JIT
-
Jika diterapkan pada Departemen Pembelian, maka perusahaan harus mengusahakan agar
bahan/barang yang dibeli sama dengan bahan/barang yang dibutuhkan untuk proses
produksi atau dijual
Jika diterapkan pada Departemen Produksi, maka perusahaan harus mengusahakan agar
barang yang diproses sama dengan barang yang selesai atau produk jadi.
Jika diterapkan pada Departemen Penjualan, maka perusahaan harus mengusahakan agar
barang jadi yang dimiliki sama dengan barang jadi yang terjual
Kondisi Ideal untuk Penerapan JIT
Adanya kepastian ketersediaan bahan/barang di pasar, sehingga pada waktu kapanpun dan
dalam jumlah berapapun yang dibutuhkan akan selalu tersedia.
Zero defect (tingkat kecacatan = 0) tidak mentoleransi adanya produk rusak atau produk
cacat dalam proses produksi.
Total Quality Management (TQM)
TQM merupakan pendekatan perbaikan kualitas perusahaan secara terus-menerus
(berkelanjutan) dalam rangka mencapai tingkatan kualitas manajemen tertentu dan memecahkan
permasalahan yan terjadi dalam suatu organisasi. TQM memiliki dua karakteristik utama, yaitu (1)
fokus pada pelayanan pelanggan, dan (2) pemecahan masalah secara sistematis. TQM menyediakan
alat dan teknik untuk peningkatan yang berkelanjutan berdasarkan fakta dan analisis, dan jika
diimplementasikan secara tepat dapat menghindari pertentangan dalam organisasi.
Process Reengineering (PR)
Pendekatan ini mirip dengan TQM, hanya saja lebih radikal. PR lebih menekankan pada
perubahan yang menyeluruh, meliputi desain ulang secara menyeluruh untuk menghilangkan
tahapan yang tidak bermanfaat, mengurangi kesalahan, dan mengurangi biaya. PR juga menekankan
pada pendekatan tim yang melibatkan orang-orang yang terlibat langsung dalam proses bisnis serta
menggunakan jasa konsultan luar. Fokus PR adalah menyederhanakan dan menghilangkan aktivitas
yang tidak bermanfaat atau tidak bernilai tambah.
Theory of Constraint (TOC)
TOC didasarkan pada pandangan bahwa manajemen kendala secara efektif merupakan
kunci keberhasilan. Pendekatan TOC menyempurnakan pendekatan TQM dan PR karena
memfokuskan pada usaha-usaha perbaikan yang tampaknya paling efektif.
-
CHAPTER 2 TERMINOLOGI, KONSEP, DAN KLASIFIKASI COST
Cost adalah nilai uang kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh
barang/jasa, yang diharapkan membawa manfaat sekarang maupun masa depan bagi perusahaan.
Cost juga berarti nilai uang yang melekat pada barang/jasa (resources).
Klasifikasi Cost
Berdasarkan Fungsi Produksi
Manufacturing Cost
Seluruh biaya yang terjadi/diakui selama proses produksi untuk mengubah bahan baku
hingga menjadi produk/barang jadi. Manufacturing Cost diklasifikasikan menjadi :
a. Direct material biaya atas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi,
yang melekat pada produk jadi dan jumlah biayanya dapat ditelusur/diidentifikasi
secara mudah ke harga pokok produksi.
b. Direct labor biaya (upah) untuk karyawan bagian produksi yang melakukan
proses produksi secara langsung dan jumlah biayanya dapat diidentifikasi secara
mudah ke harga pokok produksi.
c. Manufacturing overhead seluruh biaya produksi selain direct material dan direct
labor, biayanya tidak dapat diidentifikasi secara langsung ke harga pokok produksi.
Nonmanufacturing Cost
Seluruh biaya yang terjadi/diakui perusahaan, di luar fungsi produksi, dimana biaya tersebut
ada karena terjadinya aktivitas untuk mendukung proses produksi dan distribusi produk.
Product Cost and Period Cost
Product Cost seluruh biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu
produk. Biaya ini melalui tahapan-tahapan persediaan sehingga disebut inventoriable cost.
Period Cost seluruh biaya yang tidak termasuk dalam product cost. Biaya ini dicatat
sebagai beban dalam laporan R/L pada periode dimana biaya tersebut terjadi/diakui.
Berdasarkan Laporan Keuangan
Laba rugi Biaya dalam laporan R/L terkait dengan matching principle. Oleh karena itu,
biaya yang disajikan berupa biaya dalam satu periode tertentu, seperti cost of goods sold
yang merupakan harga pokok produksi atas produk yang terjual dan biaya operasional
(biaya administrasi dan pemasaran).
-
Neraca Biaya yang disajikan dan dilaporkan dalam neraca berupa cost persediaan yang
masih ada sampai dengan tanggal disusunnya neraca. Terdiri dari cost atas persediaan bahan
baku, cost atas persediaan barang dalam proses, dan cost atas persediaan barang jadi.
Berdasarkan Sifat (Perilaku)
Variable Cost biaya yang dalam jumlah total berubah secara proporsional dengan
perubahan volume/aktivitas, tetapi dalam jumlah per unit konstan, tidak terpengaruh dengan
perubahan volume/aktivitas.
Fixed Cost biaya yang dalam jumlah total konstan, tidak berubah oleh adanya perubahan
volume/aktivitas, tetapi dalam jumlah per unit berubah, berbanding terbalik dengan
perubahan volume/aktivitas.
Berdasarkan Objek Cost
Direct Cost biaya yang dapat dengan mudah ditelusur ke objek biaya yang bersangkutan
Indirect Cost biaya yang tidak dapat ditelusur dengan mudah ke objek biaya yang
bersangkutan
Berdasarkan Pengambilan Keputusan
Differential Cost perbedaan jumlah biaya diantara alternatif-alternatif yang tersedia
dalam pengambilan keputusan.
Opportunity Cost manfaat potensial yang akan hilang bila salah satu alternatif telah
dipilih dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Sunk Cost biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang
dibuat saat ini maupun masa depan.
Berdasarkan Keberadaan
Prime Cost unsur biaya produksi yang keberadaannya bersifat mutlak di dalam proses
produksi. Tanpa adanya prime cost, fungsi produksi tidak dapt berlangsung. Product cost
terdiri dari direct material cost dan direct labor cost.
Conversion Cost unsur biaya produksi yang keberadaannya di dalam fungsi produksi
membantu proses konversi dari bahan mentah menjadi produk jadi. Keberadaannya tidak
bersifat mutlak. Conversion cost terdiri dari direct labor cost dan manufacturing overhead.
Quality Cost
Produk yang memenuhi atau melebihi spesifikasi desain dan bebas dari cacat yang mungkin
mempengaruhi penampilan atau mengurangi kinerjanya disebut produk yang memiliki kualitas
-
kesesuaian (quality of conformance) yang tinggi. Biaya untuk pencegahan, deteksi, dan aktivitas
lain yang berkaitan dengan produk catat disebut biaya kualitas (quality cost).
1) Prevention cost berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi/mencegah jumlah produk/
jasa yang cacat
2) Appraisal cost biaya pengidentifikasian produk cacat sebelum produk tersebut dikirimkan
kepada konsumen
3) Internal failure cost diakibatkan oleh identifikasi cacat selama proses penilaian
4) External failure cost terjadi bila produk cacat sampai ke tangan konsumen
-
CHAPTER 3 DESAIN SISTEM : PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN JOB
Job costing merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang dilakukan dengan
menggunakan dasar pengumpulan beberapa job/pekerjaan dimana masing-masing job memiliki
karakteristik khusus sehingga harga pokok untuk masing-masing job berbeda.
Ciri perusahaan yang menggunakan Job costing
Produknya bersifat heterogen (beraneka ragam)
Biasanya produknya bersifat musiman
Proses produksinya terputus-putus
Memisahkan biaya ke dalam direct material (biaya bahan baku), direct labor (biaya tenaga
kerja langsung), dan manufacturing overhead (BOP).
Menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka.
Kartu biaya (Job cost sheet) merupakan dokumen pengendali biaya berdasarkan job
Pembebanan BOP
Cara untuk membebankan BOP ke produk/jasa adalah dengan menggunakan proses
alokasi. Basis alokasi (allocation base) adalah suatu ukuran, seperti jam kerja langsung atau jam
mesin, yang digunakan untuk membebankan BOP ke produk/jasa.
Tarif BOP ditentukan dimuka = Estimasi BOP total.......
Estimasi unit produksi total
BOP dibebankan u/ job tertentu = tarif BOP ditentukan dimuka x jumlah basis alokasi job tertentu
Alasan penggunaan tarif BOP ditentukan dimuka :
Sebelum akhir periode, manajer ingin penilaian sistem akuntansi terhadap job diselesaikan.
Jika BOP aktual dihitung beberapa kali, faktor musiman dalam BOP dan basis alokasi dapat
menimbulkan adanya fluktuasi tarif BOP.
Penggunaan tarif BOP ditentukan di muka dapat menyederhanakan pencatatan.
Penghapusan saldo BOP yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi
Ditutup ke Harga Pokok Penjualan.
HPP xxx
BOP xxx
Dialokasikan antara Barang dalam Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan dalam
proporsi BOP yang dibebankan selama periode tersebut, yaitu pada saldo akhir masing-
masing akun.
-
BDP xxx
Barang Jadi xxx
HPP xxx
BOP xxx
Aliran Cost dalam Job Costing
Saat pembelian bahan baku Persediaan bahan baku
Utang usaha/kas
Saat pemakaian bahan baku Persediaan BDP (direct material)
BOP (indirect material)
Persediaan bahan baku
Saat pengakuan gaji dan upah Gaji dan upah
Utang gaji dan upah
Saat distribusi gaji dan upah Persediaan BDP (direct labor)
BOP (indirect labor)
Gaji dan upah
Saat pembayaran unsur BOP Biaya listrik pabrik
Kas
Biaya depresiasi pabrik
Akumulasi depresiasi pabrik
Saat pembebanan BOP BOP
Biaya listrik pabrik
Biaya depresiasi pabrik
Saat pembebanan BOP ke HPPd Persediaan BDP
BOP
Saat mencatat produk jadi Persediaan barang jadi
Persediaan BDP
Saat mencatat produk terjual Kas/Piutang Usaha
Penjualan
-
HPP
Persediaan barang jadi
-
CHAPTER 4 DESAIN SISTEM : PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PROSES
Process costing merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang menggunakan
dasar pengumpulan periode untuk masing-masing tahapan/departemen produksi, sehingga harga
pokok produksi per unit dihitung dengan pembagian antara biaya produksi untuk periode tertentu
dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode bersangkutan.
Ciri perusahaan yang menggunakan Process Costing
Produknya bersifat homogen
Tidak bergantung pada musim
Proses produksi dilakukan secara massal dan berkelanjutan (memperhitungkan BDP)
Mengklasifikasikan biaya produksi ke dalam raw material cost, labor cost, dan
manufacturing overhead.
Biasanya menggunakan departementalisasi dalam proses produksi
Harga pokok produksi tiap unit dalam satu periode akan selalu sama
Laporan Departemen Produksi merupakan dokumen penting yang menunjukkan akumulasi
biaya per departemen
Langkah Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi untuk Process Costing
1) Menyusun laporan produksi untuk mengidentifikasi unit BDP awal, unit masuk proses
produksi, unit jadi dan ditransfer, serta unit BDP akhir
2) Menghitung biaya produksi yang diperhitungkan, terdiri dari biaya untuk BDP awal dan
biaya untuk periode berjalan. Rekonsiliasi biaya menunjukkan bagaimana perhitungan biaya
yang dibebankan ke departemen selam satu periode.
3) Menentukan unit ekuivalen produksi unit jadi dan ditransfer ditambah dengan unit BDP
akhir dengan tingkat penyelesaian tertentu
4) Menghitung biaya produksi per unit, baik untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, maupun
overhead. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi jumlah biaya dengan jumlah
unit ekuivalen produk.
5) Menentukan harga pokok persediaan untuk barang jadi dan BDP akhir.
-
CHAPTER 5 PERILAKU COST : ANALISIS DAN PENGGUNAAN
Tipe Pola Perilaku Cost
Variable Cost
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap
perubahan tingkat aktivitas. Suatu biaya bersifat variabel dikarenakan basis aktivitasnya. Basis
aktivitas adalah ukuran segala sesuatu yang menyebabkan adanya biaya variabel. Basis aktivitas
juga disebur cost driver. Contoh basis aktivitas : jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit yang
diproduksi, dan unit terjual.
True Variable and Step Variable
Beberapa biaya variabel berperilaku sebagai biaya variabel sejati (true variable).
Sedangkan lainnya memiliki pola bertahap (step variable). Contoh biaya variabel sejati adalah
bahan baku, karena jumlah yang digunakan selama satu periode akan memiliki proporsi langsung
dengan tingkat aktivitas produksi. Contoh biaya variabel bertahap adalah upah tenaga kerja bagian
pemeliharaan. Waktu kerja bagi tenaga pemeliharaan biasanya ditentukan dalam bentuk borongan.
Sumber daya diperoleh dalam jumlah besar dan biayanya meningkat/berkurang hanya karena ada
perubahan besar dalam tingkat aktivitas.
Fixed Cost
Biaya tetap dalam jumlah total bersifat konstan, tetapi dalam jumlah per unit akan
semakin kecil bila tingkat aktivitasnya naik. Biaya tetap dipisahkan menjadi commited fixed cost
dan discretionary fixed cost. Commited fixed cost adalah biaya tetap yang secara alamiah telah
terklasifikasi sebagai biaya tetap, sehingga antara satu perusahaan dengan perusahaan lain akan
memperlakukan biaya tersebut dengan klasifikasi yang sama. Faktor yang berkaitan yaitu (1) biaya
tersebut bersifat jangka panjang (2) tidak dapat dikurangi menjadi nol meskipun dalam jangka
pendek tanpa mengganggu tingkat profitabilitas atau tujuan jangka panjang organisasi. Contoh :
biaya penyusutan pabrik. Sedangkan discretionary fixed cost adalah biaya yang terklasifikasi
sebagai fixed cost karena menjadi kebijakan dalam satu perusahaan tertentu, sehingga atas biaya
yang sama dimungkinkan terjadi pengklasifikasian yang berbeda. Contohnya biaya iklan. Jika
perusahaan menetapkan besar kecilnya iklan tidak bergantung pada banyak sedikitnya unit
produksi, maka biaya iklan menjadi fixed cost. Jikan besar kecilnya biaya iklan bergantung pada
jumlah unit produk, maka harus diklasifikasikan sebagai biaya variabel atau biaya semi variabel.
Semi Variable Cost (Mixed Cost)
Biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap. Biaya ini dalam jumlah total
maupun unit berubah dengan perubahan jumlah unit/volume/aktivitas produksi, tetapi pola
-
perubahannya tidak dapat ditentukan. Oleh karena biaya semi variabel memiliki pola yang tidak
jelas, maka di dalam akuntansi manajemen, terkait pengambilan keputusan, biaya tersebut harus
dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Metode yang digunakan untuk memisahkan
biaya semi variabel antara lain :
Metode observasi melakukan pengamatan dan identifikasi, kemudian ditentukan sebagai
biaya tetap dan biaya variabel. Untuk sifat yang cenderung tetap, maka diklasifikasikan
sebagai biaya tetap, dan sebaliknya.
Scattergraph method menggambarkan titik-titik observasi (plotting) dan kemudian
menggambarkan dengan menghubungkan masing-masing titik yang bersangkutan.
Berdasarkan garis tersebut, kemudian dicari slope/kemiringan untuk penentuan biaya tetap
dan biaya variabel.
High low method memisahkan biaya semivariabel berdasarkan perilaku biaya pada titik
ekstrim (tertinggi dan terendah) yang kemudian digeneralisai hasilnya pada titik-titik lain.
Least square regression method menggunakan persamaan regresi linier antara biaya
dengan jumlah unit atau titik-titik observasi. Metode ini biasanya menggunakan bantuan
komputer sehingga objektivitasnya terjamin.
-
CHAPTER 6 HUBUNGAN COST-VOLUME-PROFIT
Analisis CVP merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis hubungan atas
biaya, volume produksi, dan tingkat laba guna menghasilkan informasi dalam pengambilan
keputusan. CVP memfokuskan pada interaksi antarlima komponen, sebagai berikut :
1) Harga produk
2) Volume atau tingkat aktivitas
3) Biaya variabel per unit
4) Total biaya tetap
5) Bauran produk yang dijual
Dasar Analisis CVP
Contribution Margin jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel, yang
menggambarkan jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan kemudian menjadi
laba untuk periode tersebut.
Contribution Margin Ratio perbandingan diantara contribution margin dengan penjualan
yang menggambarkan besarnya bagian penjualan yang menjasdi bagian kontribusi.
CMR = Contribution Margin
Sales
Analisis Break Even Point (BEP)
BEP merupakan satu titik/tingkat dimana nilai penjualan/pendapatan sama dengan nilai biaya, baik
biaya tetap maupun biaya variabel, sehingga menghasilkan laba bersih sama dengan nol. Metode
penentuan BEP antara lain :
Equation method menggunakan dasar bahwa penjualan selalu sama dengan total biaya
ditambah dengan tingkat laba yang diharapkan
Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
Contribution margin method didasarkan pada contribution margin (CM) dan contribution
margin ratio (CMR).
CM digunakan untuk menentukan BEP dalam unit, sedangkan CMR digunakan untuk
menentukan BEP dalam nilai uang (Rupiah).
BEP (unit) = Fixed Cost
CM/unit
BEP (Rp) = Fixed Cost
CMR
-
Manfaat Analisis BEP
BEP dapat digunakan oleh manajemen untuk menentukan itngkat laba yang diharapkan. Dengan
menentukan tingkat laba tersebut, maka manajemen dapat memperkirakan jumlah unit yang
harus dijual dan nilai penjualan yang harus dicapai untuk meraih tingkat laba tersebut. Ketika
tingkat laba telah ditentukan, maka formula BEP untuk measing-masing pendekatan adalah
sebagai berikut :
Equation approach harga jual x kuantitas = FC + (VC/unit x kuantitas) + Laba
CM approach BEP (unit) = FC + Laba
CM/unit
BEP (Rp) = FC + Laba
CMR
Asumsi dalam Analisis CVP
Harga jual adalah konstan. Harga produk/jasa tidak berubah ketika volume berubah.
Biaya adalah linier dan secara akurat dapat dibagi menjadi elemen variabel dan tetap.
Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi
sama dengan jumlah unit terjual.
-
CHAPTER 7 VARIABLE COSTING : ALAT UNTUK MANAJEMEN
Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan harga pokok produk untuk
tujuan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok barang yang terjual, yaitu absorption
costing/full costing dan variable costing.
Gambaran Umum Variable Costing dan Full Costing
Full costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai product cost, tanpa
membedakan variable cost maupun fixed cost. Jadi, biaya produk per unit terdiri atas bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel maupun overhead tetap. Sedangkan jika
menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah sesuai dengan output yang
akan diperlakukan sebagai biaya produksi. Jadi, biaya produk per unit terdiri atas bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai period
cost. Konsekuensinya, biaya per unit produk dalam persediaan atau dalam harga pokok barang
yang terjual untuk variable costing tidak mengandung elemen biaya overhead tetap.
Perbandingan Laporan R/L antara Full Costing dengan Variable Costing
Contoh :
BB = $ 2/unit
BTKL = $ 4/unit
BOP Variabel = $ 1/unit
BOP Tetap = $ 30.000
Harga Jual = $ 20/unit
Unit produksi = 6.000 unit
Unit terjual = 5.000 unit
Persediaan awal = 0
Biaya operasional variabel = $ 3/unit
Biaya operasional tetap = $ 10.000
Full Costing Variable Costing
Bahan Baku = 2
Tenaga kerja langsung = 4
BOP variabel = 1
BOP tetap = 5 30.000 : 6.000
HPPd/unit = 12
Laporan R/L
Bahan Baku = 2
Tenaga kerja langsung = 4
BOP variabel = 1
HPPd/unit = 7
Laporan R/L
-
Penjualan
100.000
HPP
Persediaan awal 0
HPPd 72.000
BTUD 72.000
Persediaan akhir (12.000)
HPP
(60.000)
Laba kotor
40.000
Beban operasional
B.operasional variabel
(15.000)
B.operasional tetap
(10.000)
Laba Bersih 15.000
Penjualan
100.000
Beban variabel
Persediaan awal 0
HPPd 42.000
BTUD 42.000
Persediaan akhir (7.000)
HPP variabel (35.000)
B.operasional variabel (15.000)
Total beban variabel
(50.000)
Margin Kontribusi 50.000
Beban tetap
BOP tetap
(30.000)
B.operasional tetap
(10.000)
Laba Bersih 10.000
Keterangan :
Dalam metode full costing, jika persediaan meningkat, maka beberapa biaya produksi
tetap dalam periode berjalan tidak tampak dalam laporan R/L sebagai bagian dari HPP.
Biaya ini akan ditangguhkan ke periode berikutnya dan akan dimasukkan dalam akun
persediaan di neraca (fixed manufacturing overhead cost deffered in inventory). Melalui
contoh di atas, dapat digambarkan bahwa dalam full costing, dari BOP tetap sebesar
$30.000 yang terjadi dalam periode berjalan, hanya $25.000 (5.000 unit terjual x
$5/unit) yang dimasukkan dalam HPP. Sisanya sebesar $5.000 (1.000 unit tidak terjual x
$5/unit) telah ditangguhkan ke persediaan periode berikutnya. Dalam metode variable
costing, seluruh BOP tetap $30.000 diperlakukan sebagai beban periode berjalan.
Persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah $5.000 dibandingkan full
costing. Alasannya yaitu dalam variable costing, hanya biaya produksi variabel yang
-
dibebankan ke unit produk dan dimasukkan ke persediaan. Selisih $5.000 dalam
persediaan akhir menjelaskan selisih dalam laba bersih kedua metode perhitungan biaya
tersebut. Laba bersih operasional dalam full costing lebih tinggi $5.000 dibandingkan
variable costing, karena BOP sebesar $5.000 ditangguhkan dalam persediaan untuk
periode berikutnya.
Laporan R/L full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel,
sehingga metode ini tidak cocok untuk analisis CVP yang penting untuk perencanaan dan
pengendalian yang baik. Pendekatan variable costing untuk menentukan biaya produksi
per unit sesuai dengan pendekatan margin kontribusi karena mengklasifikasikan biaya
berdasarkan perilakunya.
Perbandingan Efek Laba Full Costing dan Variable Costing
Hubungan antara produksi dan
penjualan untuk periode yang
bersangkutan
Pengaruh pada persediaan Hubungan antara laba bersih
operasional full costing dan
variable costing
Produksi = Penjualan Persediaan tidak berubah Laba bersih full costing = laba
bersih variable costing
Produksi > Penjualan Persediaan meningkat Laba bersih full costing > laba
bersih variable costing
Produksi < Penjualan Persediaan menurun Laba bersih full costing < laba
bersih variable costing
Keunggulan Variable Costing dan Pendekatan Margin Kontribusi
Data yang akan digunakan utnuk melakukan analisis CVP dapat diambil langsung dari
Laporan R/L yang disusun dengan format kontribusi.
Dengan menggunakan variable costing, laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat
persediaan. Dengan asumsi hal-hal lain konstan, maka laba akan searah dengan penjualan
apabila menggunakan variable costing.
Manajer selalu mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variabel. Hal
ini akan menjadi masalah dalam full costing, karena biaya produksi per unit adalah
-
kombinasi biaya variabel dan biaya tetap. Dengan variable costing, biaya produksi per
unit tidak mengandung biaya tetap.
Dampak biaya tetap terhadap laba bersih ditekankan dalam variable costing dan
pendekatan kontribusi. Total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan R/L.
Data variable costing memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen, dan
segmen bisnis yang lain.
Variable costing berkaitan dengan metode pengendalian biaya seperti standard cost dan
anggaran fleksibel.
Laba bersih berdasarkan variable costing lebih dekat dengan arus kas bersih
dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan full costing.