Akmen Chapter 1 - 7

download Akmen Chapter 1 - 7

of 18

Transcript of Akmen Chapter 1 - 7

  • CHAPTER 1 AKUNTANSI MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN BISNIS

    Pekerjaan Manajemen dan Kebutuhan Informasi Akuntansi Manajemen

    Perencanaan (planning) pemilihan serangkaian aktivitas dan spesifikasi bagaimana aktivitas

    tersebut dilaksanakan

    Pengarahan (directing) dan pemberian motivasi (motivating) aktivitas untuk menggerakkan

    orang-orang agar melaksanakan aktivitas yang sudah direncanakan dan menjalankan kegiatan rutin.

    Pengendalian (controlling) aktivitas untuk memastikan bahwa perencanaan telah dilaksanakan

    dan telah disesuaikan dengan kondisi yang ada dan lingkungan yang selalu berubah.

    Perbandingan Akuntansi Manajemen dengan Akuntansi Keuangan

    Perbedaan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan

    Pemakai laporan Pihak internal, terkait pengambilan

    keputusan operasional perusahaan

    Pihak eksternal (investor, kreditur,

    otoritas pajak, pemerintah)

    Orientasi waktu Berorientasi pada waktu yang akan

    datang dengan menggunakan data

    dan informasi masa lalu untuk

    pengambilan keputusan yang

    mempengaruhi masa depan

    Sepenuhnya menggunakan data

    historis (ikhtisar hasil-hasil

    keuangan dari aktivitas masa lalu)

    Penekanan pada data Data yang relevan Data objektif dan dapat diverifikasi

    Kebutuhan informasi Informasi yang tepat waktu Informasi yang akurat

    Merumuskan rencana jangka

    panjang dan jangka pendek

    Menerapkan rencana

    (pengarahan dan

    pemberian motivasi)

    Mengukur kinerja

    (pengendalian)

    Membandingkan kinerja

    yang direncanakan dengan

    kinerja aktual (pengendalian)

    Pembuatan

    Keputusan

  • Ruang lingkup Terbatas hanya pada satu

    bagian/divisi/ segmen tertentu

    Meliputi keseluruhan bagian dalam

    organisasi

    Sifat pelaporan Bersifat voluntary (sukarela), dibuat

    berdasarkan kebutuhan

    Bersifat mandatory (wajib)

    Dasar penyusunan Tidak harus sesuai dengan PABU,

    sehingga bentuk laporan dapat

    berbeda-beda sesuai kebutuhan

    masing-masing perusahaan

    Laporan harus disusun berdasarkan

    PABU, sehingga bentuk laporan

    menjadi seragam dan dapat

    diperbandingkan

    Dasar ilmu Didasari ilmu ekonomi dan psikologi

    sosial, karena akuntansi manajemen

    fokus pada pengambilan keputusan

    sehingga terkait dengan perilaku

    Didasari ilmu ekonomi murni

    Struktur Organisasi

    Desentralisasi

    Desentralisasi adalah pendelegasian otoritas pembuatan keputusan dalam organisasi

    dengan memberikan otoritas kepada manajer dalam berbagai tingkat operasional untuk membuat

    keputusan yang terkait dengan bidang pertanggungjawabannya.

    Hubungan Lini dan Staf

    Bagan organisasi juga menggambarkan posisi lini dan staf. Seseorang dalam posisi lini

    terlibat langsung dalam pencapaian tujuan organisasi, sedangkan orang dalam posisi staf tidak

    terlibat secara langsung. Posisi staf memberikan dukungan terhadap posisi lini atau bagian lain

    dalam organisasi, tetapi merkea tidak memiliki kewenangan langsung terhadap posisi lini.

    Perubahan Lingkungan Bisnis

    Just In Time (JIT)

    Pendekatan pengendalian persediaan dan biaya atas persediaan dengan meminimalisasi

    sisa, baik sisa persediaan, sisa aktivitas, maupun sisa sumber daya lainnya. Perusahaan membeli

    bahan baku dan memproduksi unit output sesuai dengan permintaan aktual dari pelanggan. Dalam

    sistem JIT, persediaan dikurangi sampai dengan tingkat minimum, bahkan dalam beberapa kasus

    samapi menjadi nol. Pendekatan JIT dapat diterapkan baik untuk perusahaan perdagangan maupun

    perusahaan manufaktur. Contoh perusahaan : Carefour (tidak memiliki gudang penyimpanan).

    Konsekuensi JIT

  • Jika diterapkan pada Departemen Pembelian, maka perusahaan harus mengusahakan agar

    bahan/barang yang dibeli sama dengan bahan/barang yang dibutuhkan untuk proses

    produksi atau dijual

    Jika diterapkan pada Departemen Produksi, maka perusahaan harus mengusahakan agar

    barang yang diproses sama dengan barang yang selesai atau produk jadi.

    Jika diterapkan pada Departemen Penjualan, maka perusahaan harus mengusahakan agar

    barang jadi yang dimiliki sama dengan barang jadi yang terjual

    Kondisi Ideal untuk Penerapan JIT

    Adanya kepastian ketersediaan bahan/barang di pasar, sehingga pada waktu kapanpun dan

    dalam jumlah berapapun yang dibutuhkan akan selalu tersedia.

    Zero defect (tingkat kecacatan = 0) tidak mentoleransi adanya produk rusak atau produk

    cacat dalam proses produksi.

    Total Quality Management (TQM)

    TQM merupakan pendekatan perbaikan kualitas perusahaan secara terus-menerus

    (berkelanjutan) dalam rangka mencapai tingkatan kualitas manajemen tertentu dan memecahkan

    permasalahan yan terjadi dalam suatu organisasi. TQM memiliki dua karakteristik utama, yaitu (1)

    fokus pada pelayanan pelanggan, dan (2) pemecahan masalah secara sistematis. TQM menyediakan

    alat dan teknik untuk peningkatan yang berkelanjutan berdasarkan fakta dan analisis, dan jika

    diimplementasikan secara tepat dapat menghindari pertentangan dalam organisasi.

    Process Reengineering (PR)

    Pendekatan ini mirip dengan TQM, hanya saja lebih radikal. PR lebih menekankan pada

    perubahan yang menyeluruh, meliputi desain ulang secara menyeluruh untuk menghilangkan

    tahapan yang tidak bermanfaat, mengurangi kesalahan, dan mengurangi biaya. PR juga menekankan

    pada pendekatan tim yang melibatkan orang-orang yang terlibat langsung dalam proses bisnis serta

    menggunakan jasa konsultan luar. Fokus PR adalah menyederhanakan dan menghilangkan aktivitas

    yang tidak bermanfaat atau tidak bernilai tambah.

    Theory of Constraint (TOC)

    TOC didasarkan pada pandangan bahwa manajemen kendala secara efektif merupakan

    kunci keberhasilan. Pendekatan TOC menyempurnakan pendekatan TQM dan PR karena

    memfokuskan pada usaha-usaha perbaikan yang tampaknya paling efektif.

  • CHAPTER 2 TERMINOLOGI, KONSEP, DAN KLASIFIKASI COST

    Cost adalah nilai uang kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh

    barang/jasa, yang diharapkan membawa manfaat sekarang maupun masa depan bagi perusahaan.

    Cost juga berarti nilai uang yang melekat pada barang/jasa (resources).

    Klasifikasi Cost

    Berdasarkan Fungsi Produksi

    Manufacturing Cost

    Seluruh biaya yang terjadi/diakui selama proses produksi untuk mengubah bahan baku

    hingga menjadi produk/barang jadi. Manufacturing Cost diklasifikasikan menjadi :

    a. Direct material biaya atas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi,

    yang melekat pada produk jadi dan jumlah biayanya dapat ditelusur/diidentifikasi

    secara mudah ke harga pokok produksi.

    b. Direct labor biaya (upah) untuk karyawan bagian produksi yang melakukan

    proses produksi secara langsung dan jumlah biayanya dapat diidentifikasi secara

    mudah ke harga pokok produksi.

    c. Manufacturing overhead seluruh biaya produksi selain direct material dan direct

    labor, biayanya tidak dapat diidentifikasi secara langsung ke harga pokok produksi.

    Nonmanufacturing Cost

    Seluruh biaya yang terjadi/diakui perusahaan, di luar fungsi produksi, dimana biaya tersebut

    ada karena terjadinya aktivitas untuk mendukung proses produksi dan distribusi produk.

    Product Cost and Period Cost

    Product Cost seluruh biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu

    produk. Biaya ini melalui tahapan-tahapan persediaan sehingga disebut inventoriable cost.

    Period Cost seluruh biaya yang tidak termasuk dalam product cost. Biaya ini dicatat

    sebagai beban dalam laporan R/L pada periode dimana biaya tersebut terjadi/diakui.

    Berdasarkan Laporan Keuangan

    Laba rugi Biaya dalam laporan R/L terkait dengan matching principle. Oleh karena itu,

    biaya yang disajikan berupa biaya dalam satu periode tertentu, seperti cost of goods sold

    yang merupakan harga pokok produksi atas produk yang terjual dan biaya operasional

    (biaya administrasi dan pemasaran).

  • Neraca Biaya yang disajikan dan dilaporkan dalam neraca berupa cost persediaan yang

    masih ada sampai dengan tanggal disusunnya neraca. Terdiri dari cost atas persediaan bahan

    baku, cost atas persediaan barang dalam proses, dan cost atas persediaan barang jadi.

    Berdasarkan Sifat (Perilaku)

    Variable Cost biaya yang dalam jumlah total berubah secara proporsional dengan

    perubahan volume/aktivitas, tetapi dalam jumlah per unit konstan, tidak terpengaruh dengan

    perubahan volume/aktivitas.

    Fixed Cost biaya yang dalam jumlah total konstan, tidak berubah oleh adanya perubahan

    volume/aktivitas, tetapi dalam jumlah per unit berubah, berbanding terbalik dengan

    perubahan volume/aktivitas.

    Berdasarkan Objek Cost

    Direct Cost biaya yang dapat dengan mudah ditelusur ke objek biaya yang bersangkutan

    Indirect Cost biaya yang tidak dapat ditelusur dengan mudah ke objek biaya yang

    bersangkutan

    Berdasarkan Pengambilan Keputusan

    Differential Cost perbedaan jumlah biaya diantara alternatif-alternatif yang tersedia

    dalam pengambilan keputusan.

    Opportunity Cost manfaat potensial yang akan hilang bila salah satu alternatif telah

    dipilih dari sejumlah alternatif yang tersedia.

    Sunk Cost biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang

    dibuat saat ini maupun masa depan.

    Berdasarkan Keberadaan

    Prime Cost unsur biaya produksi yang keberadaannya bersifat mutlak di dalam proses

    produksi. Tanpa adanya prime cost, fungsi produksi tidak dapt berlangsung. Product cost

    terdiri dari direct material cost dan direct labor cost.

    Conversion Cost unsur biaya produksi yang keberadaannya di dalam fungsi produksi

    membantu proses konversi dari bahan mentah menjadi produk jadi. Keberadaannya tidak

    bersifat mutlak. Conversion cost terdiri dari direct labor cost dan manufacturing overhead.

    Quality Cost

    Produk yang memenuhi atau melebihi spesifikasi desain dan bebas dari cacat yang mungkin

    mempengaruhi penampilan atau mengurangi kinerjanya disebut produk yang memiliki kualitas

  • kesesuaian (quality of conformance) yang tinggi. Biaya untuk pencegahan, deteksi, dan aktivitas

    lain yang berkaitan dengan produk catat disebut biaya kualitas (quality cost).

    1) Prevention cost berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi/mencegah jumlah produk/

    jasa yang cacat

    2) Appraisal cost biaya pengidentifikasian produk cacat sebelum produk tersebut dikirimkan

    kepada konsumen

    3) Internal failure cost diakibatkan oleh identifikasi cacat selama proses penilaian

    4) External failure cost terjadi bila produk cacat sampai ke tangan konsumen

  • CHAPTER 3 DESAIN SISTEM : PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN JOB

    Job costing merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang dilakukan dengan

    menggunakan dasar pengumpulan beberapa job/pekerjaan dimana masing-masing job memiliki

    karakteristik khusus sehingga harga pokok untuk masing-masing job berbeda.

    Ciri perusahaan yang menggunakan Job costing

    Produknya bersifat heterogen (beraneka ragam)

    Biasanya produknya bersifat musiman

    Proses produksinya terputus-putus

    Memisahkan biaya ke dalam direct material (biaya bahan baku), direct labor (biaya tenaga

    kerja langsung), dan manufacturing overhead (BOP).

    Menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka.

    Kartu biaya (Job cost sheet) merupakan dokumen pengendali biaya berdasarkan job

    Pembebanan BOP

    Cara untuk membebankan BOP ke produk/jasa adalah dengan menggunakan proses

    alokasi. Basis alokasi (allocation base) adalah suatu ukuran, seperti jam kerja langsung atau jam

    mesin, yang digunakan untuk membebankan BOP ke produk/jasa.

    Tarif BOP ditentukan dimuka = Estimasi BOP total.......

    Estimasi unit produksi total

    BOP dibebankan u/ job tertentu = tarif BOP ditentukan dimuka x jumlah basis alokasi job tertentu

    Alasan penggunaan tarif BOP ditentukan dimuka :

    Sebelum akhir periode, manajer ingin penilaian sistem akuntansi terhadap job diselesaikan.

    Jika BOP aktual dihitung beberapa kali, faktor musiman dalam BOP dan basis alokasi dapat

    menimbulkan adanya fluktuasi tarif BOP.

    Penggunaan tarif BOP ditentukan di muka dapat menyederhanakan pencatatan.

    Penghapusan saldo BOP yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi

    Ditutup ke Harga Pokok Penjualan.

    HPP xxx

    BOP xxx

    Dialokasikan antara Barang dalam Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan dalam

    proporsi BOP yang dibebankan selama periode tersebut, yaitu pada saldo akhir masing-

    masing akun.

  • BDP xxx

    Barang Jadi xxx

    HPP xxx

    BOP xxx

    Aliran Cost dalam Job Costing

    Saat pembelian bahan baku Persediaan bahan baku

    Utang usaha/kas

    Saat pemakaian bahan baku Persediaan BDP (direct material)

    BOP (indirect material)

    Persediaan bahan baku

    Saat pengakuan gaji dan upah Gaji dan upah

    Utang gaji dan upah

    Saat distribusi gaji dan upah Persediaan BDP (direct labor)

    BOP (indirect labor)

    Gaji dan upah

    Saat pembayaran unsur BOP Biaya listrik pabrik

    Kas

    Biaya depresiasi pabrik

    Akumulasi depresiasi pabrik

    Saat pembebanan BOP BOP

    Biaya listrik pabrik

    Biaya depresiasi pabrik

    Saat pembebanan BOP ke HPPd Persediaan BDP

    BOP

    Saat mencatat produk jadi Persediaan barang jadi

    Persediaan BDP

    Saat mencatat produk terjual Kas/Piutang Usaha

    Penjualan

  • HPP

    Persediaan barang jadi

  • CHAPTER 4 DESAIN SISTEM : PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PROSES

    Process costing merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang menggunakan

    dasar pengumpulan periode untuk masing-masing tahapan/departemen produksi, sehingga harga

    pokok produksi per unit dihitung dengan pembagian antara biaya produksi untuk periode tertentu

    dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode bersangkutan.

    Ciri perusahaan yang menggunakan Process Costing

    Produknya bersifat homogen

    Tidak bergantung pada musim

    Proses produksi dilakukan secara massal dan berkelanjutan (memperhitungkan BDP)

    Mengklasifikasikan biaya produksi ke dalam raw material cost, labor cost, dan

    manufacturing overhead.

    Biasanya menggunakan departementalisasi dalam proses produksi

    Harga pokok produksi tiap unit dalam satu periode akan selalu sama

    Laporan Departemen Produksi merupakan dokumen penting yang menunjukkan akumulasi

    biaya per departemen

    Langkah Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi untuk Process Costing

    1) Menyusun laporan produksi untuk mengidentifikasi unit BDP awal, unit masuk proses

    produksi, unit jadi dan ditransfer, serta unit BDP akhir

    2) Menghitung biaya produksi yang diperhitungkan, terdiri dari biaya untuk BDP awal dan

    biaya untuk periode berjalan. Rekonsiliasi biaya menunjukkan bagaimana perhitungan biaya

    yang dibebankan ke departemen selam satu periode.

    3) Menentukan unit ekuivalen produksi unit jadi dan ditransfer ditambah dengan unit BDP

    akhir dengan tingkat penyelesaian tertentu

    4) Menghitung biaya produksi per unit, baik untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, maupun

    overhead. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi jumlah biaya dengan jumlah

    unit ekuivalen produk.

    5) Menentukan harga pokok persediaan untuk barang jadi dan BDP akhir.

  • CHAPTER 5 PERILAKU COST : ANALISIS DAN PENGGUNAAN

    Tipe Pola Perilaku Cost

    Variable Cost

    Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap

    perubahan tingkat aktivitas. Suatu biaya bersifat variabel dikarenakan basis aktivitasnya. Basis

    aktivitas adalah ukuran segala sesuatu yang menyebabkan adanya biaya variabel. Basis aktivitas

    juga disebur cost driver. Contoh basis aktivitas : jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit yang

    diproduksi, dan unit terjual.

    True Variable and Step Variable

    Beberapa biaya variabel berperilaku sebagai biaya variabel sejati (true variable).

    Sedangkan lainnya memiliki pola bertahap (step variable). Contoh biaya variabel sejati adalah

    bahan baku, karena jumlah yang digunakan selama satu periode akan memiliki proporsi langsung

    dengan tingkat aktivitas produksi. Contoh biaya variabel bertahap adalah upah tenaga kerja bagian

    pemeliharaan. Waktu kerja bagi tenaga pemeliharaan biasanya ditentukan dalam bentuk borongan.

    Sumber daya diperoleh dalam jumlah besar dan biayanya meningkat/berkurang hanya karena ada

    perubahan besar dalam tingkat aktivitas.

    Fixed Cost

    Biaya tetap dalam jumlah total bersifat konstan, tetapi dalam jumlah per unit akan

    semakin kecil bila tingkat aktivitasnya naik. Biaya tetap dipisahkan menjadi commited fixed cost

    dan discretionary fixed cost. Commited fixed cost adalah biaya tetap yang secara alamiah telah

    terklasifikasi sebagai biaya tetap, sehingga antara satu perusahaan dengan perusahaan lain akan

    memperlakukan biaya tersebut dengan klasifikasi yang sama. Faktor yang berkaitan yaitu (1) biaya

    tersebut bersifat jangka panjang (2) tidak dapat dikurangi menjadi nol meskipun dalam jangka

    pendek tanpa mengganggu tingkat profitabilitas atau tujuan jangka panjang organisasi. Contoh :

    biaya penyusutan pabrik. Sedangkan discretionary fixed cost adalah biaya yang terklasifikasi

    sebagai fixed cost karena menjadi kebijakan dalam satu perusahaan tertentu, sehingga atas biaya

    yang sama dimungkinkan terjadi pengklasifikasian yang berbeda. Contohnya biaya iklan. Jika

    perusahaan menetapkan besar kecilnya iklan tidak bergantung pada banyak sedikitnya unit

    produksi, maka biaya iklan menjadi fixed cost. Jikan besar kecilnya biaya iklan bergantung pada

    jumlah unit produk, maka harus diklasifikasikan sebagai biaya variabel atau biaya semi variabel.

    Semi Variable Cost (Mixed Cost)

    Biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap. Biaya ini dalam jumlah total

    maupun unit berubah dengan perubahan jumlah unit/volume/aktivitas produksi, tetapi pola

  • perubahannya tidak dapat ditentukan. Oleh karena biaya semi variabel memiliki pola yang tidak

    jelas, maka di dalam akuntansi manajemen, terkait pengambilan keputusan, biaya tersebut harus

    dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Metode yang digunakan untuk memisahkan

    biaya semi variabel antara lain :

    Metode observasi melakukan pengamatan dan identifikasi, kemudian ditentukan sebagai

    biaya tetap dan biaya variabel. Untuk sifat yang cenderung tetap, maka diklasifikasikan

    sebagai biaya tetap, dan sebaliknya.

    Scattergraph method menggambarkan titik-titik observasi (plotting) dan kemudian

    menggambarkan dengan menghubungkan masing-masing titik yang bersangkutan.

    Berdasarkan garis tersebut, kemudian dicari slope/kemiringan untuk penentuan biaya tetap

    dan biaya variabel.

    High low method memisahkan biaya semivariabel berdasarkan perilaku biaya pada titik

    ekstrim (tertinggi dan terendah) yang kemudian digeneralisai hasilnya pada titik-titik lain.

    Least square regression method menggunakan persamaan regresi linier antara biaya

    dengan jumlah unit atau titik-titik observasi. Metode ini biasanya menggunakan bantuan

    komputer sehingga objektivitasnya terjamin.

  • CHAPTER 6 HUBUNGAN COST-VOLUME-PROFIT

    Analisis CVP merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis hubungan atas

    biaya, volume produksi, dan tingkat laba guna menghasilkan informasi dalam pengambilan

    keputusan. CVP memfokuskan pada interaksi antarlima komponen, sebagai berikut :

    1) Harga produk

    2) Volume atau tingkat aktivitas

    3) Biaya variabel per unit

    4) Total biaya tetap

    5) Bauran produk yang dijual

    Dasar Analisis CVP

    Contribution Margin jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel, yang

    menggambarkan jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan kemudian menjadi

    laba untuk periode tersebut.

    Contribution Margin Ratio perbandingan diantara contribution margin dengan penjualan

    yang menggambarkan besarnya bagian penjualan yang menjasdi bagian kontribusi.

    CMR = Contribution Margin

    Sales

    Analisis Break Even Point (BEP)

    BEP merupakan satu titik/tingkat dimana nilai penjualan/pendapatan sama dengan nilai biaya, baik

    biaya tetap maupun biaya variabel, sehingga menghasilkan laba bersih sama dengan nol. Metode

    penentuan BEP antara lain :

    Equation method menggunakan dasar bahwa penjualan selalu sama dengan total biaya

    ditambah dengan tingkat laba yang diharapkan

    Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba

    Contribution margin method didasarkan pada contribution margin (CM) dan contribution

    margin ratio (CMR).

    CM digunakan untuk menentukan BEP dalam unit, sedangkan CMR digunakan untuk

    menentukan BEP dalam nilai uang (Rupiah).

    BEP (unit) = Fixed Cost

    CM/unit

    BEP (Rp) = Fixed Cost

    CMR

  • Manfaat Analisis BEP

    BEP dapat digunakan oleh manajemen untuk menentukan itngkat laba yang diharapkan. Dengan

    menentukan tingkat laba tersebut, maka manajemen dapat memperkirakan jumlah unit yang

    harus dijual dan nilai penjualan yang harus dicapai untuk meraih tingkat laba tersebut. Ketika

    tingkat laba telah ditentukan, maka formula BEP untuk measing-masing pendekatan adalah

    sebagai berikut :

    Equation approach harga jual x kuantitas = FC + (VC/unit x kuantitas) + Laba

    CM approach BEP (unit) = FC + Laba

    CM/unit

    BEP (Rp) = FC + Laba

    CMR

    Asumsi dalam Analisis CVP

    Harga jual adalah konstan. Harga produk/jasa tidak berubah ketika volume berubah.

    Biaya adalah linier dan secara akurat dapat dibagi menjadi elemen variabel dan tetap.

    Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.

    Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi

    sama dengan jumlah unit terjual.

  • CHAPTER 7 VARIABLE COSTING : ALAT UNTUK MANAJEMEN

    Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan harga pokok produk untuk

    tujuan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok barang yang terjual, yaitu absorption

    costing/full costing dan variable costing.

    Gambaran Umum Variable Costing dan Full Costing

    Full costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai product cost, tanpa

    membedakan variable cost maupun fixed cost. Jadi, biaya produk per unit terdiri atas bahan

    baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel maupun overhead tetap. Sedangkan jika

    menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah sesuai dengan output yang

    akan diperlakukan sebagai biaya produksi. Jadi, biaya produk per unit terdiri atas bahan baku,

    tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai period

    cost. Konsekuensinya, biaya per unit produk dalam persediaan atau dalam harga pokok barang

    yang terjual untuk variable costing tidak mengandung elemen biaya overhead tetap.

    Perbandingan Laporan R/L antara Full Costing dengan Variable Costing

    Contoh :

    BB = $ 2/unit

    BTKL = $ 4/unit

    BOP Variabel = $ 1/unit

    BOP Tetap = $ 30.000

    Harga Jual = $ 20/unit

    Unit produksi = 6.000 unit

    Unit terjual = 5.000 unit

    Persediaan awal = 0

    Biaya operasional variabel = $ 3/unit

    Biaya operasional tetap = $ 10.000

    Full Costing Variable Costing

    Bahan Baku = 2

    Tenaga kerja langsung = 4

    BOP variabel = 1

    BOP tetap = 5 30.000 : 6.000

    HPPd/unit = 12

    Laporan R/L

    Bahan Baku = 2

    Tenaga kerja langsung = 4

    BOP variabel = 1

    HPPd/unit = 7

    Laporan R/L

  • Penjualan

    100.000

    HPP

    Persediaan awal 0

    HPPd 72.000

    BTUD 72.000

    Persediaan akhir (12.000)

    HPP

    (60.000)

    Laba kotor

    40.000

    Beban operasional

    B.operasional variabel

    (15.000)

    B.operasional tetap

    (10.000)

    Laba Bersih 15.000

    Penjualan

    100.000

    Beban variabel

    Persediaan awal 0

    HPPd 42.000

    BTUD 42.000

    Persediaan akhir (7.000)

    HPP variabel (35.000)

    B.operasional variabel (15.000)

    Total beban variabel

    (50.000)

    Margin Kontribusi 50.000

    Beban tetap

    BOP tetap

    (30.000)

    B.operasional tetap

    (10.000)

    Laba Bersih 10.000

    Keterangan :

    Dalam metode full costing, jika persediaan meningkat, maka beberapa biaya produksi

    tetap dalam periode berjalan tidak tampak dalam laporan R/L sebagai bagian dari HPP.

    Biaya ini akan ditangguhkan ke periode berikutnya dan akan dimasukkan dalam akun

    persediaan di neraca (fixed manufacturing overhead cost deffered in inventory). Melalui

    contoh di atas, dapat digambarkan bahwa dalam full costing, dari BOP tetap sebesar

    $30.000 yang terjadi dalam periode berjalan, hanya $25.000 (5.000 unit terjual x

    $5/unit) yang dimasukkan dalam HPP. Sisanya sebesar $5.000 (1.000 unit tidak terjual x

    $5/unit) telah ditangguhkan ke persediaan periode berikutnya. Dalam metode variable

    costing, seluruh BOP tetap $30.000 diperlakukan sebagai beban periode berjalan.

    Persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah $5.000 dibandingkan full

    costing. Alasannya yaitu dalam variable costing, hanya biaya produksi variabel yang

  • dibebankan ke unit produk dan dimasukkan ke persediaan. Selisih $5.000 dalam

    persediaan akhir menjelaskan selisih dalam laba bersih kedua metode perhitungan biaya

    tersebut. Laba bersih operasional dalam full costing lebih tinggi $5.000 dibandingkan

    variable costing, karena BOP sebesar $5.000 ditangguhkan dalam persediaan untuk

    periode berikutnya.

    Laporan R/L full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel,

    sehingga metode ini tidak cocok untuk analisis CVP yang penting untuk perencanaan dan

    pengendalian yang baik. Pendekatan variable costing untuk menentukan biaya produksi

    per unit sesuai dengan pendekatan margin kontribusi karena mengklasifikasikan biaya

    berdasarkan perilakunya.

    Perbandingan Efek Laba Full Costing dan Variable Costing

    Hubungan antara produksi dan

    penjualan untuk periode yang

    bersangkutan

    Pengaruh pada persediaan Hubungan antara laba bersih

    operasional full costing dan

    variable costing

    Produksi = Penjualan Persediaan tidak berubah Laba bersih full costing = laba

    bersih variable costing

    Produksi > Penjualan Persediaan meningkat Laba bersih full costing > laba

    bersih variable costing

    Produksi < Penjualan Persediaan menurun Laba bersih full costing < laba

    bersih variable costing

    Keunggulan Variable Costing dan Pendekatan Margin Kontribusi

    Data yang akan digunakan utnuk melakukan analisis CVP dapat diambil langsung dari

    Laporan R/L yang disusun dengan format kontribusi.

    Dengan menggunakan variable costing, laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat

    persediaan. Dengan asumsi hal-hal lain konstan, maka laba akan searah dengan penjualan

    apabila menggunakan variable costing.

    Manajer selalu mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variabel. Hal

    ini akan menjadi masalah dalam full costing, karena biaya produksi per unit adalah

  • kombinasi biaya variabel dan biaya tetap. Dengan variable costing, biaya produksi per

    unit tidak mengandung biaya tetap.

    Dampak biaya tetap terhadap laba bersih ditekankan dalam variable costing dan

    pendekatan kontribusi. Total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan R/L.

    Data variable costing memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen, dan

    segmen bisnis yang lain.

    Variable costing berkaitan dengan metode pengendalian biaya seperti standard cost dan

    anggaran fleksibel.

    Laba bersih berdasarkan variable costing lebih dekat dengan arus kas bersih

    dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan full costing.