AHP Serat Kasar BAB 3
-
Upload
ria-dewi-nurani -
Category
Documents
-
view
964 -
download
2
Transcript of AHP Serat Kasar BAB 3
`
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serat adalah zat non gizi yang terdapat di dalam bahan pangan hasil pertanian,
terdapat dua jenis macam serat yaitu ada serat makanan (dietery Fiber) dan serat
kasar (crude fiber). Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada
kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat,
membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk
sisekresikan keluar, tanpa bantuan serat.
Dari dua macam serat yang ada disini akan dibahas mengenai serat kasar yang
terdapat dalam bahan hasil pertanian. Serat kasar adalah abgian dari pangan yag
tidak dapat dihidriolisis oleh asam ataupun basa kuat, bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%)
dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena
agka ini merupakan indeks dan menentukan nialai gizi makanan tersebut, selain
itu kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses
pengolahan, misalnya proses penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan
kotiledon dengan pemisahan presentase serat dapat dipakai untuk menentukan
kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses.
Serat makanan hanya terdapat dalam bahan pangan nabati dan kadarnya
bervariasi menurut jenis bahan. Kadar serat dalam makanan dapt
mengalamiperubahan akibat pegolahan yang dilakukan terhadap bahan asalnya.
Serat dapat berperan menghalangi penyerapan zat-zat gizi lain seperti lemak,
karbohidrat, dan protein sehingga apabila makanan mengandung kadar serat yang
rendah maka hampir semua zat-zat gizi tersebut dapat diserap oleh tubuh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengukuran kadar
serat kasar dan memahami prinsip analisis kadar serat setra juga untuk
mengetahui kadar serat kasr dari suatu bahan hasil pertanian
`
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Serat Kasar
Serat adalah zat non gizi sebagai sisa-sisa skeletal sel-sel tanaman yang
tahan terhadap hidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia. Serat makanan
sedan dering juga disebut sebagai unavailable carbihydrate sedangkan yang
tergolong sebagai available carbohydrate adalah gula, pati dan desktrin, karena za-
zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorbsi manusia yang kemudian didalam
tubuh diubah menjadi glukosa dan akhirnya menjadi energiatau disimpan dalam
bentuk lemak. Serat makanan ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian
besar mengandung 3 macam polisakarida yaitu selulosa, zat pektin, dan hemi
selulosa. Selain itu juga mengandung zat yang terbuka karbohidrat yakni lignin
( Piliang dan Djosoebagio, 2002).
Serat kasar merupakan residu dari bahan makana atau hasil pertanian
setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa,
dengan sedikit lignin dan pentosa. Serat kasar juga merupakan kumpulan dari
semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen dari serat kasar ini yaitu terdiri
dari selulosa, pentosa, lignin, dan komponen-komponen lainnya. Komponen dari
serat kasar ini serat ini tidak mempunyai nilai gizi akan tetapi serat ini sangat
penting untuk proses memudahkan dalam pencernaan didalam tubuh agar proses
pencernaan tersebut lancar (peristaltic) ( Hermayati dkk, 2006).
2.2 Prinsip Analisa Serat Kasar
Prinsip analisa serat kasar yaitu sampel yang dihidrolisis dengan asam kuat
dan basa kuat encer. Sehingga karbohidrat, protein, dan zat-zat lain
terhidrolisisdan larut, kamudian disaring dan dicuci dengan air panas yang
mengandung asam dan alkohol, selanjutnya dikeringkan dan ditimbang
(Hermayanti dkk, 2006).
Selulosa dan hemiselulosa dapat dihidrolisis oleh mikroorganisme remen
pada ruminansia menjadi VFA (Volatile Fatty Acid), gas metan (CH4), dan
karbohidrat (CO2) serta melepaskan energi. Sedangkan lignin adalah bagian yang
`
mengandu dari tanaman mengandungan subtansi kompleks yang tidak dapat
dicerna. Penentuan kadar serat kasar berdasarkan pada SNI 01-2891-1992, yaitu
ekstraksi sample dengan asam dan basa untuk memisahkan serat kasar dari bahan
lainnya (Sudarmadji, 1996).
2.3 Fungsi Serat Kasar Dalam Tubuh
Hanya dalam beberapa dasawarsa abkhir ini di ungkapkan oleh para
ilmuwan, bahwa pada serat-serat yang terdapat dalam bahan pangna tidak dapat
dicerna mempunyai sifat positif bagi gizi dalam metabolisme. Serat tersebut yaitu
Dietary Fiber merupakan komponen bagi jaringan tanaman yang tahan terhadap
proses hidrolisis terhadap enzim dalam lambung dan usus kecil. Serat-serat
tersebut banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-buahan.
Secara kimia dinding sel tersebut terdiri dari dinding sel berbagai seperti selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan non karbohidrat seperti polimer lignin, beberapa gumi
da mucilage. Karena itu dietary fiber pada umumnya merupakan karbohidrat atau
polisakarida (Maura, 2011).
Pada awalnya, serat hanya dianggap sebagia senyawa inert secara gizi
yang memiliki kemampuan mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya
serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan
untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air
rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran
melalui usus untuk dapat diekresikan keluar karena gerak-gerakan peristaltik usus
besar menjadi lebih lamban. Hal ini menyebabkan beberapa pengaruh, seperti
mampu mencegah berbagai jenis penyakit, etrutama yang berhubunan dengan
sistem pencernaan manusia. Beberapa manfaat dari serat tersebut adalah
mengatasi masalah konstipati, diverticulosis, hemiorhoid, usus buntu, tumor, dan
kanker saluran pencernaan. Perlu diketahui bahwa serat pangan berbeda dengan
serat kasar yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat
kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan kimia
sulfat (H2SO4) dan Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa digunakan untuk
menentukan kadar serat kasar. Sebaliknya, serat pangan adalah bagian dari bahan
`
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (Fadhila,
2012).
2.4 Fungsi Penggunaan Larutan H2SO4 (0,255 N) dan NaOH (0,313 N)
Serat kasar merupakan bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis
oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat yaitu asam
sulfat (H2SO4 0,255 N) dan Natrium hidroksida (NaOH 0,313 N). Fungsi kedua
larutan ini yaitu untuk menghidrolisis serat makanan yang terkandung dalam
sample dengan menggunakan basa. Nilai serat kasar lebih rendah daripada serat
makanan karena H2SO4 dan NaOH mempunyai kemampuan lebih besar untuk
menghidrolisis komponen serat makanan dibandingkan dengan enzim pencernaan
(Maura, 2011).
Setelah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat
selama beberapa menit, dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat
dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan
yang mengandung dinding sel ( Piliang dan Djosoebagio, 2002).
2.5 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Pertama-tama pada awalnya dibuat larutan H2SO4 0,255 N. Pertama ditimbang
1,25 gr kristal NaOH agar didapatkan larutan NaOH 0,313 N lalu ditera
menggunakan aquadest 100 ml untuk mengurangi kepekatan pada larutan agar
lebih encer. Kemudian terbentuk larutan NaOH 0,313 N.
Perlakuan kedua yaitu membuat larutan NaOH 0,313 N. Pertama-tama timbang
1,25 gr kristal NaOH untuk memperoleh larutan NaOH 0,313 N. Kemudian ditera
dengan aquadest 100 ml untuk mengurangi kepekatan larutan sehingga lebih encer
dan terbentuknya larutan NaOH 0,313 N.
Setelah itu dilakukan penentuan serat kasar perlakuan pertama yaitu bahan
dihancurkan atau dihaluskan untuk memperkecil luas permukaan agar
memudahkan proses ekstraksi dan pelarutan bahan. Kemudian ditimbang 10 gr
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 600 ml. Lalu ditambahkan H2SO4 200 ml
untuk melarutkan bahan dan sebagai penentuan kadar serat kasar pada bahan
dengan menghidrolisis serat makanan yang terkandung didalam bahan. Kemudian
`
ditutup dan dididihkan pada pendingin balik untuk melarutkan bahan dengan
larutan H2SO4 agar nantinya diperoleh serat kasar. Setelah mendidih, didiamkan
selama 30 menit untuk mengoptimalkan suhu awal. Kemudian disaring
suspensinya agar terpisah antara larutan dengan filtrat. Setelah itu diisikan dengan
aquadest mendidih dan NaOH mendidih juga agar serat kasar tidak hilang dan
menghilangkan bahan lain selain serat kasar. Kemudian residu dimasukkan ke
dlam erlemeyer 600 ml dan dicuci knertas saring menggunakan NaOH agar serat
kasar yang masih ada ikut masuk kedalam erlenmeyer juga, lalu didiamkan
selama 30 menit agar suhunya kembali ke suhu yang normal. Selanjutnya saring
dengan kertas saring yang telah dioven untuk memisahkan serat kasar dengan
larutan. Lalu dicuci lagi menggunakan K2SO4 10 % yang berguna untuk
menyaring serat kasar yang masih tertinggal. Setelah itu cuci lagi dengan alkohol
95% 15 ml untuk memperoleh serat kasar kurang lebih akan didapatkan serat
kasar dari bahan. Selanjutnya dikeringkan kertas saring atau menghilangkan KA
pada bahan dan kertas saring ketika berada pada suhu ruang sehingga akan
didapatkan berat kertas saring dan serat kasar bahan saja.
2.6 Kandungan Gizi Bahan
Pada praktikum kali ini yang digunakan oleh Shift I, II, dan III yaitu Wortel, Apel,
Brokoli dan tomat. Bahan tersebut memiliki kandungan nilai gizi yang berbeda-
beda. Kandungan per 100 gram bahan-bahan tersebut sebagau berikut:
1. ApelKandungan Kadar
Energi 207 kj/kkalAir 84%
Serat 2,3 grLemak 0 grProtein 0,4 grGula 11,8 gr
Vitamin A 2 grVitamin C 15 mgVitamin B1 0,02 mgVitamin B2 0,01 mgvitamin B6 0,05 mg
`
vitamin E 0,5 mg (Untung, 1994).
2. Brokoli
Kandungan KadarKalori 43,86 kj/kkal
Protein 4,66 gr
Asam lemak omega 3+ 0,20 gr
Karbohidrat 8,19 gr
Lemak 0,55 gr
Kalsium 74,72 gr
Potasium 505,44 gr
Fosfor 102,8 mg
Fe 1,37 mg
Zn 0,62 mg
Magnesium 39,00 mg
Vitamin A 228,07 RE
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,18 mg
Vitamin B3 0,94 mg
Vitamin B5 0,79 mg
Vitamin B6 0,22 mg
Vitamin B9 93,91 mg
Vitamin C 123,40 mg
Vitamin E 0,75 mg
Vitamin K 155,20 mcg
Serat 4,68 mg
Mangan 0,34 mg
Triptofan 0,05 gr
(Untung, 1994).
`
3. Tomat
Kandungan Gizi JumlahEnergi 75 kj/18 kkal
Karbohidrat 4 gram%Gula 2,6 gram
Diet serat 1 gramLemak 0,2 gramProtein 1 gram
Air 95 gramVit. C 13 mg
(Eemoo, 2010).
4. Wortel
(Eemoo, 2010).
Kandungan KadarEnergi 173 Kj
Karbohidrat 9 GrGula 5 Gr
Diet Serat 3 GrLemak 0,2 GrProtein 1 Gr
Vitamin A 835 MgVitamin B1 0,04 MgVitamin B2 0,05 MgVitamin B3 1,2 MgVitamin B6 0,1 MgVitamin C 7 MgKalsium 33 Mg
Besi 0,66 MgMagnesium 18 Mg
Fosfor 35 MgKalium 249 MgSodium 2,4 Mg
`
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Erlenmeyer 600 ml
Pendingin Balik
Penangas air
Beaker glass 500 ml dan 250 ml
Pipet ukur
Bulb pipet
Gelas ukur 100 ml
Corong
Mortar
Labu ukur 1000 ml
Neraca Analitik
Spatula
Oven
Eksikator
3.1.2 Bahan
Apel
Wortel
Brokoli
Tomat
Larutan H2SO4 0, 255 N 200 ml
Larutan NaOH 0, 313 N 450 ml
Aquadest
K2SO4 10%
Alkohol 95%
Kertas saring
Label
3.2 Skema Kerja
Timbang 1, 25 gram H2SO4 pekat
Tera dengan Aquadest 100 ml
Larutan H2SO4 0, 255 N
Timbang 1, 25 gram kristal NaOH pekat
Tera dengan Aquadest 100 ml
Larutan NaOH 0, 313 N
`
3.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 0, 255 N
3.2.2 Pembuatan Larutan NaOH 0, 313 N
3.2.3 Penentuan Serat Kasar
Bahan
Dihancurkan/ dihaluskan
Timbang 10 gram
Letakkan dalam erlenmeyer 600 ml
Tambahkan H2SO4 200 ml
Tutup dan didihkan pada pendingin balik
Setelah mendidih diamkan 30 menit
Saring suspensi
Residu disiram dengan Aquadest mendidih dan NaOH mendidih 250 ml
Residu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 600 ml
Cuci kertas saring dengan NaOH dan letakkan dalam erlenmeyer 250 ml
Tutup dan didihkan pada pendingin balik
Setelah mendidih diamkan 30 menit
Saring menggunakan kertas saring (yang telah dioven dan ditimbang)
Cuci dengan larutan K2SO4 10 ml
Cuci dengan alkohol 95% atau etanol 95% 10 ml
Keringkan kertas saring dan residu selama 1-2 jam
`
BAB 5. PEMBAHASAN
`
5.1 Analisa Data
5.1.1 Shift I
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang didapatkan dimana
digunakannya sampel wortel dan tomat yaitu sebagai berikut: pada sampel wortel,
RK Ovennya (Residu+kertas yang telah dioven) adalah 2,097 dan K Ovennya
(kertas saring oven) adalah 0,987. Sedangkan pada tomat diperoleh RK Oven
sebesar 1,394 gram dan K Ovennya sebesar 1,013 gram. Berdasarkan data
tersebut dapat ditentukan serat kasar dalam suatu bahan. Dari hasil perhitungan,
diperoleh hasil: serat kasar wortel adalah 1,11 gram dan serat kasar tomat adalah
0,381 gram.
Berdasarkan uraian data tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar serat
kasar wortel lebih besar daripada tomat. Hal ini dikarenakan komponen serat
makanan pada tomat lebih banyak jika dibandingkan dengan serat makanan pada
wortel sehingga kemampuan H2SO4 dan NaOH dalam menghidrolisis serat
makanan pada tomat lebih efektif/lebih tinggi daripada menghidrolisis serat
makanan pada wortel. Jadi serat kasar yang paling banyak tersisa terdapat pada
sampel wortel.
5.1.2 Shift II
Pada analisa serat kasar kali ini digunakan apel dan brokoli sebagai
sampel. Adapun menurut hasil pengamatan dan perhitungna yang didapatkan,
dapat diketahui bahwa pada apel, berat dari R.K. Oven adalah sebesar 1,235 gram,
berat R.K Oven sebesar 0,982 gram, sehingga diperoleh kandungan serat kasar
pada apel sebesar 0,253 gram. Sedangkan pada brokoli, berat dari R.K. Oven
adalah sebesar 1,441 gram, berat K Oven sebesar 1,010 gram dan pada akhirnya
diperoleh kandungan serat kasar pada brokoli sebesar 0,431 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan serat kasar pada brokoli lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kandungan serat kasar pada apel. Jika dibandingkan dengan
literatur sebelumnya, yaitu bahwa kandungan serat pada apel sebasar 0,07 gram
(Yulianti, 2010) dan kandungan serat pada brokolisebesar 3 mg (Lingga, 2010).,
hasil karbohidrat berdasarkan hasil perhitungan merupakan penyimpangan (tidak
akurat) sebab seharusnya kandungan serat kasar pada apel lebih besar daripada
`
kandungan serat kasar pada brokoli. Hal seperti ini dapat terjadi karena kurang
tepatnya prosedur yang dilakukan pada saat percobaan berlangsung, misalnya
ketidaktepatan pada saat penimbangan, kurang bersihnya alat-alat yang
digunakan, serat kasar tidak terekstraksi secara optimal dan lain sebagainya.
5.1.3. Shift III
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil sebagai berikut: pada wortel, RK Ovennya (Residu+kertas yang
telah dioven) adalah 1,50 gram dan K Ovennya (kertas saring oven) adalah 1,003
gram. Sedangkan pada apel diperoleh RK Oven sebesar 1,80 gram dan K
Ovennya sebesar 0,972 gram. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan serat
kasar dalam suatu bahan. Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil: serat kasar
wortel adalah 0,497 gram dan serat kasar apel adalah 0,828 gram.
Berdasarkan uraian data diatas dapat disimpulkan bahwa kadar serat kasar
apel lebih besar daripada wortel. Seharusnya kadar serat wortel dalam 3 gram
bahan lebih besar daripada kadar serat apel dalam 2,3 gram bahan. Terjadi
penyimpangan pada praktikum kali ini yang disebabkan H2SO4 dan NaOH yang
digunakan dalam proses analisa tidak terhidrolisis secara maksimal/sempurna dan
juga dapat terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan selama kegiatan
praktikum berlangsung (seperti kurang ketelitian dalam hal menimbang atau
ketika dilakukannya proses penyaringan).
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
`
4.1 Hasil Pen mengggamatan
4.1.1 Shift I
No Bahan RK. Oven (gr) K. Oven (gr)1. Wortel 1, 50 1, 0032. Apel 1,80 0, 972
4.1.2 Shift II
No Bahan RK. Oven (gr) K. Oven (gr)1. Apel 1, 235 0, 9822. Brokoli 1,441 1, 010
4.1.3 Shift III
No Bahan RK. Oven (gr) K. Oven (gr)1. Wortel 2,097 0, 9872. Tomat 1,394 1, 013
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Shift I
No Bahan Serat Kasar (gram)1. Wortel 0, 4972. Apel 0,828
4.2.2 Shift II
No Bahan Serat Kasar (gram)1. Apel 0, 2532. Brokoli 0,431
4.2.3 Shift III
No Bahan Serat Kasar (gram)1. Wortel 1, 112. Tomat 0, 381
DAFTAR PUSTAKA
`
Eemoo. 2010. Kandungan Gizi Wortel - Carrot. http://eemoo-esprit.blogspot.com.
[ diakses 19 Mei 2012].
Fadhila, Reza. 2012. Analisa Serat Kasar. http://www.medicalera.com.
[ diakses 19 Mei 2012].
Hermayanti, Yeni, Eli Gusti. 2006. Modul Analisa Proksimat. Padang: SMAK 3
Padang.
Lingga, L. 2010. Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Maura,Eka. 2011. Analisa Proksimat. http://lisadyitik.blogspot.com.
[ diakses 19 Mei 2012].
Sudarmadji, Slamet. Et al.1996. Prosedur Analisa Bahan Makanan Dan
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Piliang, W.G dan S. Djojosoebagio, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi Volume I
Edisi Keempat. Bogor: IPB.
Untung, Darmanto. 1994. Keanekaragaman Buah dan Sayuran. Semarang:
Penerbit Graha Ilmu.
Yulianti, S. 2010. Khasiat dan Manfat Apel. Jakarta: Agromedia Pustaka.
DATA PENGAMATAN
`
Shift I
No Bahan RK. Oven (gr) K. Oven (gr)1. Wortel 1, 50 1, 0032. Apel 1,80 0, 972
Shift II
No Bahan RK. Oven (gr) K. Oven (gr)1. Apel 1, 235 0, 9822. Brokoli 1,441 1, 010
Shift III
No Bahan RK. Oven (gr) K. Oven (gr)1. Wortel 2,097 0, 9872. Tomat 1,394 1, 013
LEMBAR PERHITUNGAN
`
Shift I
1. Wortel
Serat kasar = 1, 50 – 1, 003
= 0, 497 gram
2. Apel
Serat kasar = 1, 80 – 0, 972
= 0, 828 gram
Shift II
1. Apel
Serat kasar = 1, 235 – 0, 982
= 0, 253 gram
2. Brokoli
Serat kasar = 1, 441 – 1, 010
= 0, 431 gram
Shift III
1. Wortel
Serat kasar = 2, 097 – 0, 987
= 1, 11 gram
2. Apel
Serat kasar = 1, 394 – 1, 013
= 0, 381 gram
Rumus : Serat Kasar = RK Oven – K Oven