agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat...

100
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2014 mencakup analisis kinerja makro sektor industri agro, analisis capaian kinerja sasaran dan akuntabilitas keuangan. A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2014 1. Analisis Kinerja Makro Ditengah melemahnya permintaan dunia akan produk hasil industri seiring memburuknya perekonomian dunia, sektor industri nasional masih mampu tumbuh pada angka yang cukup moderat. a. Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) sampai dengan triwulan III Tahun 2014 telah tumbuh sebesar 5,11 persen, sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2013 yang bernilai sebesar 5,8 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai angka sebesar 10,19 persen dan terendah pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34 persen. PDB tersebut diatas LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 1

Transcript of agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat...

Page 1: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA

Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun

2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan capaian

kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2014 mencakup analisis kinerja makro

sektor industri agro, analisis capaian kinerja sasaran dan akuntabilitas keuangan.

A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2014

1. Analisis Kinerja Makro

Ditengah melemahnya permintaan dunia akan produk hasil industri seiring

memburuknya perekonomian dunia, sektor industri nasional masih mampu tumbuh

pada angka yang cukup moderat.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Bruto (PDB) sampai dengan triwulan III Tahun 2014 telah

tumbuh sebesar 5,11 persen, sedikit menurun dibandingkan pertumbuhan PDB

triwulan III tahun 2013 yang bernilai sebesar 5,8 persen. Pertumbuhan terjadi pada

semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor

Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai angka sebesar 10,19 persen dan

terendah pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34 persen. PDB

tersebut diatas adalah PDB dengan migas, sedangkan jika tidak termasuk migas,

PDB Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2014 tumbuh sebesar 5,30 persen,

atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013

yang bernilai sebesar 6,33 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2014 yang

tumbuh sebesar 5,11 persen, walaupun menurun dibandingkan triwulan III tahun

2013 namun tetap memberikan gambaran akan prestasi yang dicapai oleh

Indonesia ditengah perkembangan ekonomi dunia yang memburuk.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 1

Page 2: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap solid di tengah perlambatan ekonomi

global didorong oleh tingginya permintaan domestik yang berasal dari konsumsi

rumah tangga dan investasi.

Peningkatan aliran investasi ini juga dibarengi dengan perbaikan kualitas investasi

dalam hal peralihan investasi pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi, serta

penyebaran lokasi investasi. Aliran investasi secara bertahap telah mengalami

pergeseran dari investasi pada sumber daya alam seperti pertambangan, beralih

pada industri manufaktur seperti kimia dasar dan barang dari kimia. Dari sisi lokasi,

aliran investasi secara bertahap bergerak ke berbagai lokasi proyek di luar Jawa

sesuai dengan Program Pemerintah melalui MP3EI yang mendorong pembangunan

kawasan dan infrastruktur pendukung pada koridor-koridor di luar koridor Jawa.

Perkembangan komponen-komponen pertumbuhan meliputi konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah dan kinerja ekspor memberikan landasan yang cukup solid

bagi Perekonomian Indonesia untuk tumbuh pada kisaran 6 persen meski saat ini

kondisi perekonomian global tengah mengalami perlambatan, khususnya di

kawasan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dalam World Economic Outlook (WEO)

yang dirilis Oktober 2014, IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global

sehingga untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai

3,3 persen, sedangkan perekonomian Amerika Serikat (AS) diproyeksikan hanya

akan tumbuh 2,2 persen, dan pertumbuhan China melambat menjadi hanya 7,4

persen. Laporan tersebut senada dengan pernyataan Perdana Menteri China Wen

Jiabao yang memprediksi ekonomi China hanya akan tumbuh 7,4 persen pada 2014.

Perkembangan kondisi global dan terjaganya komponen-komponen pertumbuhan

menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat dalam percaturan ekonomi global.

Dalam konteks regional kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia

paling tinggi dibanding negara lain dalam kelompok ASEAN 5 (Indonesia, Thailand,

Malaysia, Filipina, dan Vietnam) yang diprediksi hanya tumbuh 5,4 persen. Dalam

kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di bawah China, dan bahkan

mampu melampaui India.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 2

Page 3: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pencapaian positif ini sudah selayaknya untuk diapresiasi tanpa harus terlena

berpuas diri. Kondisi perekonomian global yang belum pulih dan adanya

kemungkinan perluasan intensitas dan skala krisis membuat kita semua harus tetap

waspada dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan yang ada. Tetap menjaga

kestabilan dan kekuatan fundamental ekonomi melalui peningkatan iklim investasi

dengan pembangunan infrastruktur dan pembenahan jalur birokrasi investasi, serta

peningkatan kualitas belanja pemerintah menjadi beberapa agenda kebijakan pokok

yang harus dijalankan untuk menjaga dan meningkatkan trend serta kualitas

pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dan 2013.

Tabel 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** TW III 2013**

TW III 2014**

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2.72 3.36 3.47 4.83 3.96 2.99 3,37 3,97 3,46 3,452. Pertambangan dan Penggalian 3.20 1.70 1.93 0.71 4.47 3.57 1,39 1,49 0,49 -0,13

3. Industri Pengolahan 4.60 4.59 4.67 3.66 2.21 4.74 6,14 5,73 5,66 4,90

    a. Industri Migas -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -1.53 0.56 -0,94 -2,71 -3,33 -1,08

    b. Industri Bukan Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.12 6,74 6,40 6,33 5,30

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.33 4,82 6,40 5,21 6,39

5. Konstruksi 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.95 6,65 7,50 6,53 6,45

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8.30 6.42 8.93 6.87 1.28 8.69 9,17 8,11 6,33 4,49

7. Pengangkutan dan Komunikasi 12.76 14.23 14.04 16.57 15.85 13.41 10,70 9,98 10,14 9,65

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 6.70 5.47 7.99 8.24 5.21 5.67 6,84 7,15 7,83 6,10

9. Jasa-jasa 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01 6,75 5,24 5,52 5,97

Produk Domestik Bruto  5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.20 6,49 6,23 5,78 5,11Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 6.57 6.11 6.95 6.47 5.00 6.60 6,98 6,81 6,25 5,45

Sumber: BPS, data diolah Pusdatin sd periode triwulan III TA 2014Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

b. Perkembangan Sektor Industri Non Migas

Perkembangan sektor industri non migas tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Pertumbuhan Sektor Industri Non Migas

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** TW III 2013**

TW III 2014**

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2.72 3.36 3.47 4.83 3.96 2.99 3,37 3,97 3,46 3,452. Pertambangan dan Penggalian 3.20 1.70 1.93 0.71 4.47 3.57 1,39 1,49 0,49 -0,13

3. Industri Pengolahan 4.60 4.59 4.67 3.66 2.21 4.74 6,14 5,73 5,66 4,90

    a. Industri Migas -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -1.53 0.56 -0,94 -2,71 -3,33 -1,08

    b. Industri Bukan Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.12 6,74 6,40 6,33 5,30

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.33 4,82 6,40 5,21 6,39

5. Konstruksi 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.95 6,65 7,50 6,53 6,45

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8.30 6.42 8.93 6.87 1.28 8.69 9,17 8,11 6,33 4,49

7. Pengangkutan dan Komunikasi 12.76 14.23 14.04 16.57 15.85 13.41 10,70 9,98 10,14 9,65

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 6.70 5.47 7.99 8.24 5.21 5.67 6,84 7,15 7,83 6,10

9. Jasa-jasa 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01 6,75 5,24 5,52 5,97

Produk Domestik Bruto  5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.20 6,49 6,23 5,78 5,11Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 6.57 6.11 6.95 6.47 5.00 6.60 6,98 6,81 6,25 5,45

Sumber: BPS, data diolah.Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 3

Page 4: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pertumbuhan sektor industri non migas secara keseluruhan adalah sebesar 5,30

persen pada triwulan III tahun 2014. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan III tahun 2013, namun dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya, dari tahun 2006 – 2010 namun pertumbuhan industri tersebut

masih lebih tinggi. Pertumbuhan industri non migas tersebut juga masih lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2014 yang

hanya sebesar 5,11 persen. Hal ini bearti, industri non migas memberikan

konstribusi positif bagi pembentukan pertumbuhan ekonomi nasional.

Relatif tingginya pertumbuhan industri non migas didukung oleh kinerja

pertumbuhan sebagian besar kelompok industri non migas yang rata-rata

mengalami pertumbuhan positif, kecuali untuk dua kelompok industri yaitu industri

kayu dan produk lainnya serta industri produk kertas dan percetakan.

c. Perkembangan Sub Sektor Industri Agro

Industri agro memberikan kontribusi yang relatif tinggi terhadap sektor industri

non migas, seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kontribusi Sektor Industri Manufaktur (Persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* TW III 2013**

TW III 2014**

       1). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 12,06 10,56 9,21 9,19 8,97 9,23 9,11 9,14 9,01       2). Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet 12,59 12,50 13,53 12,85 12,73 12,21 12,59 12,21 11,65       3). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam 3,88 3,70 3,53 3,43 3,29 3,27 3,38 3,39 3,2       4). Industri Logam Dasar Besi dan Baja 2,77 2,58 2,57 2,11 1,94 2,00 1,95 1,9 1,84       5). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi 28,02 28,69 28,97 27,33 28,14 27,44 27,09 28,1 27,8       6). Produk Industri Pengolahan Lainnya 0,95 0,85 0,80 0,77 0,76 0,73 0,67 0,63 0,65Industri Agro 39,73 41,11 41,39 44,31 44,18 45,11 45,21 44,26 45,84       1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 28,46 29,80 30,40 33,16 33,61 35,20 36,33 35,26 36,85       2). Industri Kayu dan Produk Lainnya 5,97 6,19 6,43 6,33 5,82 5,44 4,99 5,05 5,10       3). Industri Produk Kertas dan Percetakan 5,30 5,12 4,56 4,82 4,75 4,46 3,89 3,95 3,89

Sumber: BPS, data diolah.Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

Dari tabel di atas terlihat bahwa kontribusi industri agro terhadap industri

manufaktur secara keseluruhan relatif dominan, hampir mencapai 50 persen. Hal ini

berarti industri agro mempunyai peranan yang cukup besar terhadap

perkembangan industri manufaktur. Peningkatan pertumbuhan sedikit saja akan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 4

Page 5: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

berdampak luas terhadap pendapatan masyarakat, peningkatan tenaga kerja dan

pemerataan ekonomi ke seluruh daerah.

Pada periode triwulan III tahun 2014, kontribusi industri agro mencapai nilai

sebesar 45,84 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan kontribusi triwulan III tahun

2013 yang bernilai sebesar 44,26 persen sebagai akibat meningkatnya kontribusi

cabang industri makanan, minuman dan tembakau.

Dilihat dari sisi pertumbuhan yang menopang pertumbuhan industri manufaktur

secara keseluruhan, peran industri agro juga relatif tinggi, seperti tersaji pada tabel

berikut:

Tabel 3.4. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur (Persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** TW III 2013**

TW III 2014**

Industri Bukan Migas 5.27 5.15 4.05 2.56 5.12 6,74 6,40 6,33 5,30

       1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 7.21 5.05 2.34 11.22 2.78 9,14 7,74 2,86 8,80

       2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.77 7,52 4,19 6,34 3,54

       3). Industri Kayu dan Produk Lainnya -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.47 0,35 -2,78 6,67 7,27

       4). Industri Produk Kertas dan Percetakan 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.67 1,40 -5,26 6,04 5,12

       5). Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet 4.48 5.69 4.46 1.64 4.70 3,95 10,25 4,54 1,05

       6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam 0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.18 7,19 7,85 2,59 1,20

       7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.38 13,06 6,45 8,08 3,13

       8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.38 6,81 6,94 10,42 4,70

       9). Produk Industri Pengolahan Lainnya 3.62 -2.82 -0.96 3.19 3.00 1,82 -1,00 -4,50 10,77

Sumber: BPS, data diolah.Catatan: *: angka sementara; **: angka sangat sementara.

Pertumbuhan industri non migas pada triwulan III tahun 2014 adalah sebesar 5,30

persen. Pertumbuhan ini didukung oleh pertumbuhan industri agro sebesar 3,70

persen. Kondisi ini membuat industri agro berperan negatif terhadap pembentukan

pertumbuhan industri non migas. Hal ini disebabkan oleh menurunnya

pertumbuhan sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,34

persen, sedangkan dua cabang lain yaitu industri barang kayu dan produk lainnya

tumbuh 6,18 persen dan industri kertas dan barang cetakan sebesar 4,45 persen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 5

Page 6: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

d. Perkembangan Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor dan impor produk industri manufaktur umumnya dan industri agro

khususnya tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.5. Perkembangan Ekspor Industri Agro (US$ Juta)

Sumber: Laporan Exim Industri Agro periode Januari sd Oktober Tahun 2014

Ekspor komoditi industri pengolahan kelapa/kelapa sawit sampai dengan bulan

Oktober 2014 memberikan kontribusi ekspor tertinggi yaitu sebesar 20,19%

terhadap total nilai ekspor industri agro tahun 2014. Ekspor industri pengolahan

kelapa/kelapa sawit pada periode tahun 2014 meningkat 21,44% dibanding periode

yang sama tahun sebelumnya dengan nilai ekspor sebesar USD 19,87 milyar.

Komoditi ekspor industri agro yang memberikan kontribusi ekspor terbesar kedua

terhadap ekspor industri pengolahan nasional adalah industri pulp dan kertas

dengan nilai kontribusi sebesar 4,68% namun mengalami penurunan sebesar 1,08

persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan krisis global,

pengenaan bea masuk dari negara importir, dan tingginya volume impor. Sektor industri

makanan dan minuman memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah pulp dan

kertas sebesar 4,63% terhadap ekspor industri pengolahan nasional. Pada periode

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 6

Page 7: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Januari sampai dengan Oktober tahun 2014, kinerja ekspor industri makanan dan

minuman mengalami peningkatan sebesar 2,83 persen dibanding periode yang

sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat

karena penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014.

Tabel 3.6. Perkembangan Impor Industri Agro (US$ Juta)

NO. URAIAN 2012 2013

Januari - Oktober Oktober

2013 2014 % Perub

% Peran 2014 2013 2014*) % Perub % Peran

2014

1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 100,2 163,1 129,3 71,8 -44,47 0,07 13,2 7,7 -42,05 0,07

2 Pulp dan Kertas 3.019,9 3.200,6 2.743,7 2.743,1 -0,02 2,64 300,9 287,0 -4,61 2,55

3 Makanan dan Minuman 6.158,4 5.801,3 4.802,9 4.802,8 0,00 4,62 553,5 443,4 -19,88 3,94

4 Pengolahan Kayu 503,4 490,6 407,7 395,6 -2,97 0,38 49,1 41,0 -16,50 0,36

5 Rokok 504,4 501,7 392,5 400,5 2,04 0,39 47,6 70,6 43,38 0,63

6 Makanan Ternak 2.799,7 3.044,5 2.596,5 2.843,4 9,51 2,74 422,6 302,2 -28,49 2,68

7 Pengolahan Tetes 59,9 62,8 51,3 47,2 -8,08 0,05 2,7 4,0 50,14 0,04

8 Pengolahan Rotan Olahan 0,5 0,8 0,6 0,4 -34,61 0,00 0,1 0,1 23,67 0,00

9 Pengolahan Hasil Hutan Ikutan 27,7 29,1 24,7 24,2 -1,13 0,02 2,3 2,2 -6,10 0,02

IMPOR INDUSTRI AGRO 13.174,2 13.294,5 11.149,2 11.329,0 -79,73 100,00 1.392,0 1.158,2 -0,44 100,00

Sumber: Laporan Exim Industri Agro periode Januari sd Oktober Tahun 2014

Dari sisi impor seperti tersaji pada tabel diatas, nilai impor tertinggi adalah industri

makanan ternak. Impor tertinggi dari produk industri agro adalah pada kelompok

makanan ternak meningkat sebesar 9,51% pada periode Januari – Oktober 2014.

Untuk industri pengolahan kelapa/kelapa sawit mengalami penurunan impor

sebesar 44,47% dan industri pengolahan rotan juga mengalami penurunan impor

sebesar 34,61% begitupun juga industri pengolahan tetes juga mengalami

penurunan impor sebesar 8,08%. Meningkatnya impor makanan ternak disebabkan

oleh berkurangnya ketersediaan bahan baku pakan ternak di dalam negeri untuk

kebutuhan industri.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 7

Page 8: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

e. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN dan PMA

Realisasi PMDN

Realisasi investasi (ijin usaha tetap) PMDN industri agro Tahun 2014 sampai

dengan triwulan III sebesar Rp.5,57 triliun dengan 106 ijin usaha yang terdiri

dari 86 ijin usaha di sektor industri makanan dengan nilai investasi sebesar

Rp. 4,16 Trilyun, 4 ijin usaha sektor industri kayu dengan nilai investasi sebesar

Rp. 11,9 Milyar dan 16 ijin usaha di sektor industri kertas dan percetakan dengan

nilai investasi sebesar Rp.1,396 Trilyun.

Perkembangan realisasi investasi PMDN tahun 2010 s/d triwulan III 2014 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN menurut Sektor Industri Agro

Sumber: BKPM, diolah DJIA.P: Jumlah Proyek, I: Nilai Investasi dalam Rp Milyar

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 8

Page 9: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Realisasi PMA

Realisasi investasi (ijin usaha tetap) kategori Penanaman Modal Asing (PMA)

pada tahun 2014 hingga triwulan III untuk sektor industri agro sebanyak 219 ijin

usaha industri dengan nilai investasi sebesar US$ 662 milyar, terdiri dari

US$ 482,1 juta dari sektor industri makanan, US$ 46,6 juta sektor industri kayu

dan diikuti sektor industri kertas dan percetakan senilai US$ 133,3 juta.

Secara rinci perkembangan investasi PMA dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8. Perkembangan Realisasi Investasi PMA menurut Sektor Industri Agro

Sumber: BKPM, diolah DJIA.P: Jumlah Proyek, I: Nilai Investasi dalam US$ juta.

2. Analisis Kinerja Program Prioritas

Kementerian Perindustrian sesuai dengan amanat Keppres No. 1 Tahun 2010

tentang percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Rencana

Kerja (RKP) Tahun 2014, serta pelaksanaan Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang

Kebijakan Industri Nasional untuk memfokuskan pada pengembangan 6 (enam)

kelompok program prioritas, yakni: Revitalisasi industri pupuk, Revitalisasi industri

gula, Revitalisasi industri tekstil dan alas kaki, Revitalisasi industri semen, dan

Revitalisasi industri petrokimia.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 9

Page 10: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Dari 6 (enam) kelompok tersebut yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal

Industri Agro adalah Revitalisasi Industri Gula.

a. Prioritas Nasional

Hasil yang telah dicapai oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dalam

pengembangan industri prioritas nasional yang menjadi tanggung jawabnya yaitu

Revitalisasi Industri Gula.

Kegiatan Revitalisasi Industri Gula dilaksanakan dalam rangka mendukung

tercapainya swasembada gula tahun 2014 yang diimplementasikan melalui

program rencana aksi revitalisasi industri gula yang merupakan salah satu program

prioritas dari Kementerian Perindustrian yang ditetapkan berdasarkan Inpres No. 1

Tahun 2010. Produksi Gula Kristal Putih (GKP) tahun 2009 sebesar 2,7 juta ton dan

dengan program revitalisasi industri gula diproyeksikan akan meningkat menjadi

3,54 juta ton pada tahun 2014. Produksi GKP tahun 2014 diproyeksikan akan

surplus 580 ribu ton dari kebutuhan konsumsi langsung yang bisa dialihkan

menjadi bahan baku untuk pabrik gula rafinasi atau dapat dijual langsung ke

industri khususnya industri kecil. Namun demikian di tahun 2014 masih diperlukan

impor gula sebesar 2,16 juta ton atau setara dengan raw sugar 2,30 juta ton, yang

tentunya akan berkurang sejalan dengan dibangunnya PG baru.

Gambar 3.1.

Produksi Gula PT. RNI

Kegiatan revitalisasi industri gula ini dilaksanakan dengan anggaran sebesar

Rp. 83.712.805.000,- pada tahun 2014 yang meliputi:

1) Terlaksananya Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik

Gula Dalam Rangka Revitalisasi Industri Gula

Kegiatan ini diperlukan dalam rangka pelaksanaan Revitalisasi Industri Gula

khususnya PG Existing yang memerlukan dukungan mesin dan peralatan yang

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 10

Page 11: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

memadai sehingga dicapai efisiensi dan efektivitas produksi. Program bantuan

keringanan telah dilaksanakan sejak tahun 2009, dengan besaran bantuan 10%

dari nilai investasi yang diikuti oleh 48 PG BUMN dan swasta, dengan anggaran +

sebesar Rp. 24,43 Milyar. Pada tahun 2010 anggaran yang dialokasikan sebesar

Rp. 24,45 milyar dengan realisasi 78% atau sebesar Rp. 19,01 milyar yang dikuti

oleh 46 PG BUMN. Pada tahun 2011, besarnya bantuan dinaikkan menjadi 22,5 %

(untuk mendorong peningkatan investasi PG), dengan perincian 15% (subsidi

bunga) dan 7,5% apabila memenuhi ketentuan TKDN (untuk mendorong

penggunaan produk-produk dalam negeri), dengan anggaran terserap 47,01

Milyar (74%), yang diikuti oleh 45 PG BUMN. Pada tahun 2012, besarnya

bantuan 22,5% dengan rincian 12,5% subsidi bunga ditambah 10% apabila

memenuhi TKDN dengan serapan anggaran sebesar Rp. 47,92 Milyar (81%) yang

diikuti oleh 46 PG BUMN dan pada tahun 2013 masih diikuti oleh 46 PG BUMN,

namun anggaran yang terserap hanya sebesar Rp. 53,75 Milyar (55%). Pada

tahun 2014 anggaran yang tersedia untuk bantuan keringanan pembelian

mesin/peralatan pabrik gula

sebesar Rp. 65,9 milyar. Pada

tahun 2014, telah direalisasikan

bantuan keringanan pembelian

mesin/peralatan pabrik gula

sebesar Rp. 54,717 milyar atau

83,03% dari anggaran yang

tersedia kepada 22 pabrik gula

yaitu : 14 PG PTPN X, 5 PG dari

PT RNI I dan 3 PG dari PT RNI II.

Gambar 3.2.

Pabrik Gula Modjopanggung

2) Konsultansi Manajemen Dan Monitoring Industri Gula (KMM - Industri

Gula).

Program Restrukturisasi Permesinan Industri merupakan program yang

berkelanjutan yang telah berlangsung sejak tahun 2009. Program kegiatan ini

memberikan manfaat yang signifikan dalam mendorong investasi, peningkatan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 11

Page 12: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

produktifitas dan efesiensi pemanfaatan bahan baku, bahan penolong dan energi.

Program ini cukup berhasil dalam meningkatkan daya saing industri nasional.

Pada saat ini, terdapat 61 PG yang terdiri dari 50 PG BUMN dan 11 PG BUMS yang

sebagian besar memiliki kapasitas kurang dari 3.000 TCD. Hal ini, disebabkan

mesin yang digunakan merupakan mesin-mesin lama (sudah tua) yang masih

menggunakan teknologi proses sulfitasi sehingga rendemen yang dicapai rata-

rata hanya 7%.

Beberapa upaya yang perlu dilakukan Pabrik Gula untuk antara lain:

- Modernisasi mesin/peralatan PG melalui penggantian mesin/peralatan PG

yang sudah tua (efisiensinya rendah)

- Peningkatan daya saing melalui peningkatan kapasitas produksi gula

- Menghadapi penerapan SNI wajib GKP yang dilaksanakan pada tahun 2013

melalui penerapan sistem manajemen mutu.

Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Kementerian Perindustrian sejak

tahun 2009 sampai saat ini telah memberikan bantuan keringanan pembiayaan

mesin/peralatan PG yang sangat membantu PG dalam meringankan biaya

pembelian mesin/peralatan.

Untuk melaksanakan program keringanan pembiayaan mesin/peralatan PG ini

perlu adanya lembaga yang membantu pengelolaan secara opearasional agar

kegiatan ini memenuhi kaidah tertib administrasi, akuntabilitas dan transparansi.

Konsultasi Manajemen dan Monitoring (KMM) ini bertugas melaksanakan

verifikasi administrasi mesin/peralatan yang akan diberikan keringanan

pembiayaan.

Pada tahun 2014, kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah penyampaian

laporan pendahuluan konsultasi manajemen dan monitoring industri gula,

laporan antara konsultasi manajemen dan monitoring industri gula dan laporan

akhir konsultasi manajemen dan monitoring industri gula.

3) Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri Gula).

Program Restrukturisasi Pabrik Gula merupakan salah satu kegiatan prioritas

Tahun Anggaran 2009 (Surat Edaran Menteri Keuangan) dalam rangka

pencapaian swasembada gula. Untuk itu direncanakan penambahan produksi

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 12

Page 13: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

gula sebesar 1 juta ton pada tahun 2009 dari 2,3 juta ton menjadi 3,3 juta ton dan

pada tahun 2010 diharapkan menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2014.

Pada saat ini, terdapat 58 pabrik gula yang sebagian besar berkapasitas kurang

dari 3.000 TCD. Mesin yang digunakan merupakan mesin-mesin lama yang

menggunakan teknologi proses sulfitasi sehingga rendemen yang dicapai rata-

rata hanya 7%. Peningkatan penambahan kapasitas produksi gula sebesar 1 juta

ton diharapkan dapat dilakukan melalui program revitalisasi pabrik gula (milik

PTPN dan perusahaan swasta) yang sudah ada dan pembangunan pabrik gula

baru.

Dalam pelaksanaan revitalisasi industri gula melalui restrukturisasi

mesin/peralatan pabrik gula BUMN perlu dibentuk Lembaga Penilai Independen

(LPI) yang bertujuan untuk memverifikasi kewajaran harga pembelian

mesin/peralatan PG BUMN dengan spesifikasi teknis yang diperlukan dalam

memutuskan permohonan dan pencairan Program Restrukturisasi Mesin

Peralatan Industri Gula oleh Kuasa Pengguna Anggaran sehingga membantu Tim

Pengarah dan Tim Teknis membuat rekomendasi yang menjamin

terselenggaranya Program Revitalisasi Industri Gula Melalui Restrukturisasi

Mesin/Peralatan Pabrik Gula secara efektif dan akuntabel.

Pada tahun 2014, telah dilaksanakan laporan pendahuluan, laporan antara dan

laporan akhir untuk verifikasi perusahaan industri gula dalam rangka

pelaksanaan program restrukturisasi mesin peralatan industri gula.

4) Fasilitasi Dan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan Rencana Aksi

Revitalisasi Industri Gula.

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh industri gula meliputi on-farm

dan off-farm. Disisi on-farm masalah yang cukup menonjol rendahnya tingkat

produktivitas gula yang saat ini hanya mencapai kisaran 6 ton/ha, disamping itu

masalah ketersediaan lahan di Jawa yang tergeser oleh komoditi lain dan alih

fungsi lahan. Sementara di luar Jawa dengan adanya otonomi daerah

ketersediaan areal untuk pengembangan pabrik-pabrik baru terkendala oleh

sulitnya proses penguasaan lahan. Disisi off-farm telah dilaksanakan program

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 13

Page 14: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

rehabilitasi PG dari 2007-2009 namun pelaksanaannya belum sesuai dengan

yang diharapkan.

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tebu telah dilakukan melalui

Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional (PAPPGN) sejak

tahun 2004 dengan kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan), melalui

penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana, dan

pengadaan alsintan.

Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Revitalisasi Industri Gula

dilakukan untuk mengetahui dan updating informasi mengenai permasalahan-

permasalahan yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan rencana aksi revitalisasi

industri gula tahun 2010-2014 dan membahas alternatif solusi pemecahan

masalah melalui koordinasi antara beberapa instansi terkait.

Pada tahun 2014, kegiatan yang dilakukan adalah rapat – rapat Persiapan, Rapat

– Rapat Tim Teknis dalam penyusunan Juknis Bantuan Keringanan revitalisasi

Industri Gula, penyusunan buku juknis revitalisasi industri gula dan pencetakan

buku dan CD juknis dalam rangka program revitalisasi industri gula, pelaksanaan

sosialisasi Juknis Industri Gula yang dilaksanakan di Jawa tengah dan Jawa Timur

dan diikuti oleh seluruh Pabrik Gula, kunjungan kerja ke Jawa Timur, rapat tim

teknis pergulaan, rapat koordinasi persiapan pelaksanaan bantuan langsung,

rapat teknis persiapan pelaksanaan bantuan langsung mesin/peralatan pabrik

gula, Menghadiri The 6th Bilateral Consultation Meeting and Overview for Sugar

Trade Between Indonesia and Thailand, serta pembuatan laporan akhir kegiatan.

5) Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu.

Sistem Manajemen Mutu atau yang sering disebut sebagai ISO 9000 merupakan

konsensus internasional mengenai praktek manajemen mutu yang baik. ISO 9000

terdiri dari standar dan pedoman yang berkaitan dengan sistem manajemen

mutu dan standar pendukung yang berkaitan. Manfaat penerapan ISO 9000 bagi

perusahaan antara lain dapat meningkatkan kinerja perusahaan, meningkatkan

efisiensi kegiatan, memperbaiki manajamen organisasi, dan meningkatkan

kepercayaan dari konsumen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 14

Page 15: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Untuk mendapatkan bimbingan penerapan sistem manajemen mutu dibutuhkan

kesiapan dan kemauan/komitmen yang tinggi dari para pimpinan atau direksi

PTPN dan RNI. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pabrik gula BUMN yang

belum menerapkan sistem menajemen mutu sehingga dalam pelaksanaan proses

produksi tiap tahapnya belum memiliki SOP (Standard Operating Procedure)

yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing PG. Disamping itu

penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 merupakan salah satu syarat

untuk mendapatkan sertifikasi produk SNI Gula Kristal Putih yang akan

diberlakukan wajib pada tahun 2015 sesuai Permentan No.

68/Permentan/OT.140/6/2013 tanggal 17 Juni 2013.

Pada tahun 2014, kegiatan yang dilaksanakan antara lain Rapat Persiapan

Pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan awareness dan FGD di Jawa Tengah,

pelaksanaan bimbingan sistem manajemen mutu ke pada sebagian PG, rapat

konsultasi bimbingan system manajemen mutu di Bogor serta pembuatan

laporan akhir.

6) Audit Kinerja Industri Gula Rafinasi

Kebutuhan konsumsi gula nasional tahun 2013 diperkirakan sebesar 5,5 juta

ton, dimana 2,903 juta ton untuk konsumsi langsung (rumah tangga) dan 2,613

juta ton untuk keperluan industri. Pesatnya perkembangan kebutuhan gula,

sementara peningkatan produksi relatif rendah, menjadikan Indonesia sebagai

importir terbesar dunia, baik untuk gula konsumsi langsung (plantation white

sugar) maupun kebutuhan untuk industri (refined sugar). Khususnya untuk gula

kristal rafinasi, hingga saat ini bahan bakunya (raw sugar) diperoleh dari luar

negeri (impor) dikarenakan bahan baku tersebut tidak bisa dipenuhi dari dalam

negeri. Oleh karenanya kebijakan pemerintah dalam menentukan kuota impor

raw sugar sangat berpengaruh terhadap produksi 11 pabrik gula kristal rafinasi.

Dari sisi kebijakan pemerintah menetapkan bahwa kualitas gula rafinasi yang

dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi dalam negeri wajib memenuhi SNI wajib yang

ditetapkan. Kebijakan lain yang perlu dicermati bahwa produk gula rafinasi

dalam negeri hanya dapat dipasarkan kepada makanan, minuman dan farmasi.

Walaupun setiap pabrik mempunyai angka yang di klaim/dinyatakan sebagai

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 15

Page 16: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

kapasitas produksi, namun kemampuan produksi riil untuk menghasilkan gula

yang memenuhi persyaratan SNI wajib GKR mungkin berbeda. Padahal kapasitas

riil produksi ini akan sangat terkait dengan izin impor raw sugar yang diberikan

kepada pabrik gula rafinasi secara berkala untuk jumlah tonase dalam jangka

waktu tertentu.

Pada tahun 2014, telah dilaksanakan Laporan awal, laporan antara dan laporan

akhir Kegiatan Pelaksanaan Audit Kinerja Industri Gula Rafinasi tahun 2014.

7) Evaluasi Persediaan Raw Sugar Dan Gula Kristal Rafinasi

Indonesia sebagai negara importir gula yang cukup besar, terus berusaha

mengurangi ketergantungan terhadap impor gula dengan berbagai program

peningkatan produksi gula dalam negeri diantaranya dengan kebijakan

perlindungan terhadap pasar domestik dan insentif peningkatan produksi tebu

dan kinerja pabrik gula. Terkait dengan komoditas gula, pemerintah telah

menetapkan kebijakan untuk melakukan segmentasi pasar antara gula tebu dan

gula kristal rafinasi, agar kedua tujuan dapat dicapai, yaitu menjamin pasokan

gula pada industri dengan harga bersaing dan melindungi produsen gula dalam

negeri dari persaingan pasar gula internasional yang sebenarnya tidak adil. Gula

kristal putih diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung

masyarakat. Sementara gula kristal rafinasi diperuntukan untuk memenuhi

kebutuhan industri makanan dan minuman. Agar segmentasi pasar ini efektif,

pemerintah mengatur pola distribusi, terutama gula kristal rafinasi melalui jalur

tertutup dan dilakukan monitoring terhadap hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terjadinya rembesan gula kristal rafinasi ke masyarakat. Menyikapi

kondisi ini, Kementerian Perindustrian sebagai pembina industri makanan

minuman memandang perlu untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi

pabrik gula rafinasi sebagai pemasok gula kristal rafinasi. Untuk itu diperlukan

kegiatan evaluasi persediaan raw sugar dan gula kristal rafinasi di kedelapan

pabrik gula rafinasi yang ada

Pada tahun 2014, kegiatan Evaluasi Persediaan Raw Sugar Dan Gula Kristal

Rafinasi yang dilaksanakan antara lain: rapat persiapan, rapat – rapat pergulaan

Nasional dengan 11 Industri Gula Rafinasi, dan pada tahap I pelaksanaan evaluasi

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 16

Page 17: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

raw sugar sudah dilakukan di beberapa perusahaan, rapat evaluasi raw sugar di

Banten, rapat pergulaan nasional di Jakarta, evaluasi raw sugar ke 8 pabrik gula

rafinasi serta rapat koordinasi di Jakarta.

8) Fasilitasi Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan dan

Minuman

Seiring dengan pertumbuhan industri di Indonesia, terutama industri-industri

yang menggunakan gula kristal rafinasi seperti industri makanan dan minuman,

tentunya kebutuhan akan gula kristal rafinasi akan semakin meningkat setiap

tahunnya sehingga produsen gula rafinasi harus meningkatkan kapasitas

produksinya. informasi mengenai volume kebutuhan gula kristal rafinasi dari

industri-industri pengguna dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam

menyusun kebijakan terkait kuota impor raw sugar maupun kebijakan lainnya

tanpa merugikan industri gula dalam negeri.

Pada tahun 2014, telah dilaksanakan presentasi laporan pendahuluan, laporan

antara dan laporan akhir kegiatan.

9) Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi

Menjaga dan mengawasi peredaran gula rafinasi terdapat ketentuan yang

mengatur peruntukan gula rafinasi hanya diperuntukan bagi industri pengguna.

Adanya kekosongan ketersediaan gula dan perbedaan harga antar wilayah dan

tidak tersedia peta penyaluran gula rafinasi menyebabkan penyaluran gula

rafinasi kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pada tahun 2014, telah dilaksanakan presentasi laporan pendahuluan, laporan

antara dan laporan akhir kegiatan Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal

Rafinasi.

b. Prioritas Kementerian

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 17

Page 18: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pengembangan industri yang menjadi prioritas Kementerian Perindustrian adalah

pengembangan industri dengan konsep klaster industri. Pengembangan Klaster

Industri Prioritas meliputi industri padat karya, industri kecil dan menengah,

industri barang modal, industri berbasis sumber daya alam dan industri

pertumbuhan tinggi.

Yang menjadi binaan dan tanggung jawab serta hasil-hasil yang telah dicapai

Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pengembangan klaster industri prioritas

tersebut adalah sebagai berikut:

Industri Padat Karya:

Industri padat karya yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro

adalah industri furniture. Hasil yang telah dicapai meliputi:

1) Fasilitasi dan koordinasi pengembangan klaster industri furniture.

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah adanya stakeholder (pemangku

kepentingan) industri Furniture baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah

yang terlibat tahapan komponen kegiatan yang telah dilaksanakan adalah

melaksanakan rapat persiapan menyusunan rencana kegiatan satu tahun

kedepan antara koordinator kegiatan dan anggota, menghadiri undangan rapat

koordinasi kegiatan faskoor pengembangan klaster ke Jepara, Jawa Tengah,

melaksanakan rapat pra konvensi dan rapat konvensi RSKKNI di Semarang, serta

terselesaikannya dokumen laporan akhir.

2) Fasilitasi pusat desain furniture kayu di Jepara dan furniture rotan di

Cirebon

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terciptanya desain dan prototipe

produk industri furniture dengan tahapan komponen kegiatan yang telah

dilaksanakan rapat persiapan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara

koordinator dengan anggota, melaksanakan Penjurian tahap II Lomba Desain

Furniture dan malam penganugrahan pemenang lomba desain, Pelaksanaan

klinik desain di Jepara dan Cirebon,  Menghadiri Rapat Forum monitoring dan

Evaluasi Promosi LN 2014 di Bandung, pembuatan prototype rustic stackable

chair pada seleksi tahap II final IFDA 2014, serta memberangkatkan 4 orang

juara pembuatan desain, ke Sanghai China.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 18

Page 19: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

3) Peningkatan kompetensi SDM furniture bidang desain.

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah SDM industri furniture yang terlatih

sebanyak 100 orang dalam bidang teknik desain dengan tahapan komponen

kegiatan yang telah dilaksanakan adalah melaksanakan rapat persiapan

menyusunan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara koordinator kegiatan

dan anggota, Pelaksanaan pelatihan peningkatan kompetensi SDM Industri

furniture bidang desain di Jawa Tengah, melaksanakan pelatihan di Cirebon,

Jawa Barat, serta penyelesaian laporan akhir.

4) Peningkatan Kompetensi SDM Furniture Bidang Teknik Produksi

(finishing)

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terlatihnya SDM industri furniture

bidang teknik produksi sebanyak 100 orang kegiatan yang telah dilaksanakan

adalah melaksanakan rapat persiapan menyusunan rencana kegiatan satu tahun

kedepan antara koordinator kegiatan dan anggota, telah dilaksanakan rapat

persiapan pelaksanaan pelatihan kempetensi SDM industri furniture bidang

teknik produksi di Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

5) Kajian Analisis Daya Saing Industri Kayu Olahan Indonesia di Pasar

Internasional

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah tersusunnya suatu kajian daya

saing kayu olahan indonesia di pasar internasional kegiatan tidak bisa

dilaksanakan, dilakakukan penghematan dengan adanya Inpres No. 4 Tahun

2014 tentang Penghematan Anggaran, maka kegiatan tersebut batal untuk

dilaksanakan.

6) Monitoring dan evaluasi Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu

(svlk) dan dokumen v-legal untuk industri kayu olahan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 19

Page 20: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah Untuk memonitoring dan

mengevaluasi industri kayu olahan dapat memenuhi kewajiban mengaplikasikan

penerapan SVLK yang diwajibkan pada tahun 2014 dengan tahapan komponen

kegiatan yang telah dilaksanakan adalah melaksanakan rapat persiapan

menyusunan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara koordinator kegiatan

dan anggota, menghadiri rapat Pembahasan RPP Kewenangan Pengaturan Bidang

Industri Tertentu, pada Monitoring dan Evaluasi Implementasi SVLK dan

Dokumen V-Legal untuk industri kayu olahan di Bogor, melaksanakan workshop

monitoring dan evaluasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu di Bali, melaksanakan

workshop di Medan, menghadiri undangan FGD produk pertanian dan kehutanan

di Banten, Jawa Barat.

7) Pengembangan Industri Furniture Kayu di Sukabumi (dana optimalisasi)

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terlaksanannya bantuan mesin

peralatan untuk meningkatkan industri pengolahan kayu di Sukabumi, Jawa

Barat melalui bantuan mesin, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah

menyusun HPS, dan melakukan pelelangan, melaksanakan pemasangan mesin

pengolahan kayu, serta meneliti proses kelengkapan dokumen, pelaksanaan uji

coba dan penyerahan ke Dinas perindagkop Kab. Sukabumi.

8) Pengembangan Industri Furniture Kayu di Nganjuk, Jawa Timur (dana

optimalisasi)

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah terlaksanannya bantuan mesin

peralatan untuk meningkatkan industri pengolahan kayu di Nganjuk, Jawa Timur

melalui bantuan mesin dan pelatihan, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah

penandanganan kontrak dan proses pengadaan mesin peralatan oleh PIII serta

rapat koordinasi bantuan mesin di Jakarta yang dihadiri oleh Dinas Perindustrian

Kabupaten Nganjuk dan Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Timur, menyerahkan

mesin dan peralatan pengembangan furniture ke Dinas Perindag Kab. Nganjuk,

Jawa Timur.

Industri Berbasis Sumber Daya Alam:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 20

Page 21: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Industri berbasis sumber daya alam yang menjadi binaan Direktorat Jenderal

Industri Agro adalah industri pengolahan kelapa sawit, industri hilir kakao, dan

industri pengolahan rumput laut.

Hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

1) Industri Pengolahan Kelapa Sawit

a. Fasilitasi dan koordinasi dalam rangka pengembangan klaster hilir

kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau Kalimantan Timur, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Barat dan Papua.

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah adanya Stakeholder (pemangku

kepentingan) klaster berbasis hasil pertanian, oleochemical baik ditingkat

pusat maupun di tingkat daerah.Pihak yang terlibat dengan tahapan

komponen kegiatan yang telah dilaksanakan adalah melaksanakan rapat

persiapan menyusunan rencana kegiatan satu tahun kedepan antara

koordinator kegiatan dan anggota, melakukan kunjungan kerja ke PT. Musi

Mas di KIM II, Menghadiri rapat koordinasi dan sinkronisasi penyusunan

perencanaan dan pelaksanaan Program/Kegiatan bidang Industri

Pengolahan Sawit di Kalbar, pelaksanaan rapat fasilitasi dan koordinasi

klaster hilir kelapa sawit dan telah dilaksanakan di Jakarta, melaksanakan

rapat fasilitasi dan koordinasi di Pontianak, Kalimantan Barat.

b. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit

sasaran komponen yang ingin dicapai adalah Partisipasi promosi investasi

industri berbasis pertanian, oleochemical dalam rangka menumbuhkan nilai

investasi di daerah klaster. Tahapan komponen kegiatan yang telah

dilaksanakan adalah melaksanakan rapat persiapan menyusunan rencana

kegiatan 1 tahun kedepan antara koordinator kegiatan dan anggota,

menghadiri rapat Pembahasan RPP Kewenangan Pengaturan Bidang Industri

Tertentu di Bogor, Perjalanan dinas ke Serang dalam rangka pengumpulan

data dan informasi kegiatan promosi investasi produk hilir kelapa sawit.

Serta persiapan pelaksanaan produk hilir kelapa sawit di Medan,

melaksanakan promosi investasi di Medan, Sumatera Utara.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 21

Page 22: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

c. Sinkronisasi Implementasi Kebijakan Pendukung Pengembangan

Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit

Sasaran kegiatan ini adalah memperoleh satu paket kebijakan yang harmonis

antara kebijakan yang dikeluarkan di tingkat pusat dan kebijakan yang

dikeluarakan di tingkat daerah mengenai pengembangan industry hilir

kelapa sawit, kegiatan ini merupakan revisi dari kegiatan pendampingan

pembangunan tangki timbun yang tidak jadi dilaksanakan pada tahun

anggaran ini. Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah Menghadiri

rapat finalisasi spesifikasi teknis sawit yang dikenakan BK di Bandung,

menyelenggarakan rapat tim teknis Dispute Kepabeanan, Kunjungan kerja ke

PT Wilmar serta sedang melakukan persiapan pelaksanaan rapat

singkronisasi kebijakan di Jawa Timur, perjalanan dinas dalam rangka

sinkronisasi implementasi kebijakan pendukung pengembangan klaster IHKS

di Bogor, menghadiri rapat pembahasan pembangunan infrastruktur KIPI

Maloy di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

2) Industri Hilir Kakao

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar nomor 3 dunia dengan total

produksi pada tahun 2009 mencapai 0,6 juta ton atau + 15% dari produksi kakao

dunia (4 juta ton). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang

Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kakao merupakan salah satu

prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,

seperti Cocoa Liquor, Cocoa Butter, Cocoa Cake, Cocoa Paste dan Cocoa Powder.

Makanan olahan dan minuman cokelat dan salah satu industri prioritas yang

dikembangkan melalui pendekatan Klaster Industri Kakao.

Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi:

(a) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster

Industri Kakao.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 22

Page 23: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Program ini dilakukan untuk mensinkronkran program dan kebijakan

industri kakao antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan

stakeholder. Pada tahun 2014 kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam

rangka pengembangan klaster industri kakao meliputi rapat persiapan

pelaksanaan kegiatan, rapat teknis dalam rangka RSKKNI industri kakao di

Jakarta, rapat teknis pembahasan bea masuk kakao, rapat teknis yang

dilaksanakan di Puri Denpasar Hotel – Jakarta, sosialisasi klaster industri

kakao dan cokelat di Makassar, rapat teknis penyusunan RSKKNI industri

pengolahan kakao, rapat koordinasi serta pembuatan laporan akhir kegiatan

Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Kakao.

(b) Peningkatan Konsumsi Cokelat Serta Fasilitasi Pada Sidang ICCO / ACC

Citra Indonesia sebagai produsen produk kakao olahan dan produk

makanan/minuman berbasis cokelat inilah yang harus mulai dibangun agar

masyarakat Indonesia sendiri dapat mencintai produk-produk cokelat

buatan negeri sendiri. Selain itu perlu diluruskannya persepsi yang telah

lama tertanam pada masyarakat luas bahwa cokelat tidak baik bagi

kesehatan karena dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, menimbulkan

jerawat, mengakibatkan kegemukan, dan hal – hal negatif lainnya.Padahal

sesungguhnya cokelat yang baik kwalitasnya justru merupakan sumber

antioksidan yang sangat baik bagi kesehatan tubuh, diantaranya untuk

memperlancar peredaran darah sehingga dapat mengurangi resiko penyakit

jantung, hipertensi, mencegah penuaan/antiaging, dan dampak – dampak

positif lainnya. Sehingga diharapkan dengan semakin banyaknya masyarakat

yang mengetahui manfaat cokelat bagi kesehatan, maka konsumsi cokelat

dapat turut meningkat di dalam negeri.

Pada saat ini Indonesia sebagai produsen kakao nomor tiga terbesar telah

berstatus member candidate dari ICCO. International Cocoa Organization

(ICCO) merupakan organisasi kerjasama antar Pemerintah yang

beranggotakan 30 negara importer/konsumen kakao dan 14 negara

produsen kakao. Negara-negara konsumen kakao meliputi Uni Eropa

(Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol dan Belgia), Swiss dan Rusia. Mewakili

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 23

Page 24: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

kelompok negara produsen antara lain Brasil, Kamerun, Pantai Gading,

Ekuador, Ghana dan Malaysia.

Berdasarkan hal tersebut, untuk membangun pengembangan produk kakao

dan cokelat dalam negeri dengan meningkatkan konsumsi cokelat dalam

negeri Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan akan

menyelenggarakan kegiatan “Fasilitasi Pada Sidang ICCO/ACC dan

Peningkatan Konsumsi Cokelat”.

Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2014 adalah Rapat persiapan dan

mengikuti Sidang ICCO ke 88 di Swiss pada tanggal 10 – 14 Maret 2014,

mengikuti Sidang The 17th Meeting of The National Focal Point For Asean

Cocoa Club (ACC) on Joint Asean Cooperation In Agriculture And Forest

Products Promotion Scheme, dan mengikuti Sidang The 6th Indonesian

International Cocoa Conference & Dinner 2014, Rapat Koordinasi persiapan

Hari Kakao di Jakarta pelaksanaan Hari Kakao dan Cokelat Indonesia di

Losari, Makassar, rapat koordinasi serta pembuatan laporan akhir kegiatan.

3) Industri Pengolahan Hasil Laut

Hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

(a) Terlaksananya Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Klaster

Industri Pengolahan Hasil Laut

Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar dengan

laut seluas lebih kurang 5,8 juta km2 dari garis pantai sepanjang 81.000 km.

Industri hasil laut terdiri dari ikan, udang, rumput laut dan produk kelautan

lainnya. Dari sisi kuantitas atau diversitas potensi sumberdaya hasil laut yang

dimilikipun cukup banyak. Produksi perikanan tahun 2008 dari

penangkapan dan budidaya mencapai 9,05 juta ton. Dari total produksi

tersebut maka perikanan budidaya menyumbang 47,49%. Laju pertumbuhan

produksi perikanan nasional Sejak tahun 2005-2009 mencapai 10,02% per

tahun.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 24

Page 25: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Dibidang industri pengolahan perikanan, maka kapasitas produksi ikan

dalam olahan dalam kaleng adalah 350.000 ton pada tahun 2010 dengan

produksi sekitar 207.655 ton sehingga utilitas sebesar 59,33%.

Untuk industri pengolahan rumput laut maka kapasitas produksi olahan

rumput laut adalah 24.059 ton dengan produksi sebesar 15.638 ton, sehingga

utilitasnya 65%. Kapasitas produksi rumput laut basah adalah 2.500.000 ton.

Saat ini di dalam negeri terdapat 23 unit industri olahan rumput laut.

Peran daripada industri pengolahan hasil laut sangat penting dalam

mengolah produk primer menjadi berbagai macam produk makanan olahan

antara lain produk makanan kaleng, minuman kaleng serta industri

pengolahan hasil laut lainnya, antara lain industri kosmetika, industri

karagenan, industri pengolahan kulit ikan pari, industri agar-agar , industri

alginat dan lain-lain. Disamping itu peran industri pengolahan hasil laut

bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang rantai nilai

pengolahan dari sumberdaya laut melalui diversifikasi produk lain. Dengan

pengembangan industri pengolahan hasil laut, akan mengurangi ekspor

bahan baku dan menggantikannya dengan komoditi olahan hasil laut yang

nilai tambahnya lebih tinggi.

Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan industri pengolahan

hasil laut di dalam negeri antara lain yaitu kekurangan pasokan bahan baku,

kondisi infrastruktur yang belum memadai, masih kurangnya lembaga dan

penelitian mutu, pasokan dari pada industri pendukung seperti tinplate, es

balok dan kapal penangkap ikan masih sangat lemah dan teknologi serta R&

D dalam pengembangan industri hasil laut masih kurang dapat dihandalkan.

Mutu bahan baku rumput laut kering masih belum konsisten dan belum

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain itu peraturan tata niaga

rumput laut di beberapa negara yang memberatkan industri olahan rumput

laut serta masih banyaknya eksportir sebagai pembeli bahan baku rumput

laut, sehingga pasokan bahan baku di dalam negeri menjadi berkurang.

Dalam rangka pelaksanaan SKB (Surat Keputusan Bersama) 5 Menteri dan 1

Lembaga tentang sinergitas kegiatan pengembangan rumput laut tanggal 24

Februari 2011 khususnya untuk pengembangan di Indonesia bagian timur,

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 25

Page 26: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

maka kegiatan ”Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Klaster Industri

Hasil Laut” perlu dilaksanakan dalam rangka untuk mensinkronisasikan

program pengembangan industri pengolahan hasil laut nasional baik pusat

dan daerah melalui pendekatan klaster.

Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan kegiatan Rapat persiapan dan Rapat

Koordinasi di Nusa Tenggara Barat, Rapat teknis bersama Asosiasi Industri

Rumput Laut Indonesia (ASTRULI), Rapat koordinasi dalam rangka

penyusunan road map rumput laut, Rapat koordinasi industri pengolahan

rumput laut, Rapat teknis klaster hasil laut, Pengujian sampel minyak ikan di

BBIA serta penyusunan laporan akhir kegiatan.

(b) Bantuan Unit Pendingin (cold storage) Ikan (Dana Optimalisasi)

Kegiatan ini ditujukan dalam rangka mendukung pengembangan industri

pengolahan ikan laut merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk

sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan

nilai tambah produksi dari hasil laut lainnya melalui dukungan sarana dan

prasarana berupa unit pendingin (cold storage).

Pada tahun 2014 kegiatan Bantuan Unit Pendingin (cold Storage) Ikan

merupakan dana optimalisasi dan masih di blokir. Dengan adanya Inpres No.

4 Tahun 2014, maka anggaran dilakukan penghematan.

3. Analisis Kinerja Sasaran

Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pencapaian kinerja

sasaran seperti yang telah direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja

Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai perjanjian kontrak seperti dalam

Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014 mencakup pengukuran kinerja sasaran

dalam perspektif pemangku kepentingan (stakeholder) dan perspektif pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakehoder)

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 26

Page 27: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif stakeholders mempunyai 5 (lima)

sasaran strategis dengan 8 (delapan) indikator kinerja utama, yaitu:

1) Tingginya nilai tambah industri.

Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah hasil produksi sektor

industri agro yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input.

Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama:

a) Laju pertumbuhan industri agro dengan target pada tahun 2014 sebesar 6,53

persen.

b) Kontribusi industri agro terhadap PDB nasional dengan target pada tahun

2013 sebesar 9,03 persen.

Laju pertumbuhan industri diukur melalui pertumbuhan nilai tambah sektor

industri agro sesuai data dari BPS.

Kontribusi industri agro terhadap PDB nasional diukur melalui besaran

presentase kontribusi sektor industri agro terhadap PDB secara keseluruhan

tanpa migas. Data diperoleh dari BPS.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.9. Capaian IKU dari Tingginya nilai tambah industri

Sasaran Strategis

IKU

TW III 2013 TW III 2014

SatuanCapaian

(%)Target Realisasi Capaian

(%)Tingginya nilai tambah industri

Laju pertumbuhan industri agro

63,03 6.53 8,24 126,18 Persen

Kontribusi industri agro terhadap PDB nasional

101.87 9.03 9.63 106,64 Persen

Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan capaian tahun 2013,

indikator laju pertumbuhan industri agro mengalami peningkatan capaian yang

signifikan dari sebesar 63.03 persen capaian tahun 2013 menjadi sebesar 126,18

persen capaian tahun 2014. Hal ini terjadi karena realisasi laju pertumbuhan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 27

Page 28: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

industri agro pada tahun 2014 sebesar 8,24 persen jauh lebih tinggi

dibandingkan targetnya yang hanya sebesar 6,53 persen. Disisi lain, capaian

tahun 2013 lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 5,87 persen

dengan realisasi sebesar 3,70 persen.

Meningkatnya realisasi laju pertumbuhan industri agro dari 3,70 persen pada

tahun 2013 menjadi 8,24 persen pada tahun 2014 disebabkan oleh meningkatnya

realisasi laju pertumbuhan industri agro sektor industri makanan,minuman dan

tembakau dengan realisasi sebesar 8,80 persen. Selain sektor industri tersebut,

sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya serta kertas dan barang

cetakan juga meningkat realisasinya yaitu masing-masing sebesar 7,27 persen

dan 5,12 persen.

Faktor-faktor penyebab peningkatan pertumbuhan industri agro tersebut

diantaranya adalah:

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau :

Menurunnya impor bahan baku dan barang jadi makanan, minuman dan

tembakau.

Meningkatnya permintaan pasar domestik karena adanya Pemilu 2014

serta pasar internasional karena menguatnya ekonomi negara-negara di

Eropa dan Amerika Serikat.

Meningkatnya utilisasi produksi, kapasitas produksi dan produksi industri

pengolahan kakao, industri pengolahan kopi, dan industri minyak goreng

sawit.

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan :

Menurunnya ekspor kayu log sebagai bahan baku industri pengolahan

kayu akibat diberlakukannya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

Meningkatnya ekspor furniture kayu ke negara tujuan ekspor di Eropa

dan Amerika Serikat serta RRC

Meningkatnya utilisasi produksi industri pengolahan kayu dan industri

oleokimia.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 28

Page 29: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pertumbuhan sektor industri agro sampai dengan triwulan III tahun 2014 masih

relatif tinggi melebihi pertumbuhan ekonomi indonesia karena didukung oleh

pertumbuhan ketiga sektor industri agro yaitu sektor industri makanan,

minuman dan tembakau, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya serta

industri kertas dan barang cetakan.

Upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dalam

mengatasi berbagai permasalahan program pengembangan industri agro melalui

kebijakan-kebijakan dan program yang mendorong peningkatan daya saing

industri agro, antara lain:

(1) Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri

hilir agro melalui promosi investasi dan usulan pemberian insentif untuk

investasi di bidang industri agro tertentu maupun di daerah tertentu serta

disinsentif (seperti BK kakao dan CPO serta larangan ekspor bahan baku

rotan).

(2) Mengurangi beban biaya logistik dan distribusi dengan berpartisipasi aktif

mengusulkan perbaikan infrastruktur (pelabuhan dan jalan) dan efisiensi

pelayanan (jasa pelabuhan, transportasi).

(3) Mengingkatkan produktifitas SDM dan R&D industri agro baik dibidang

teknologi proses, produk dan manajemen untuk efisiensi dan peningkatan

daya saing industri agro.

(4) Restrukturisasi permesinan melalui bantuan keringanan permodalan serta

pengembangan iklim usaha dalam rangka mempertahankan investasi industri

yang ada dan mengembangkan atau menarik investasi baru di sektor industri

agro.

Tabel 3.10. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Agro (Persen)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012TW III 2013

TW III 2014

1. Makanan, minuman dan tembakau 11.22 2.78 9.14 7.74 2,86 8,802. Barang kayu dan hasil hutan lainnya -1.38 -3.47 0.35 -2.78 6,67 7,273. Kertas dan barang cetakan 6.34 1.67 1.40 -5.26 6,04 5,12

Industri Agro 9.17 2.01 7.29 5.18 3,54 8,24

Sumber: BPS, data diolah.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 29

Page 30: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Berdasarkan data pada tabel diatas, dari tahun 2009 sampai dengan triwulan III

2014, cabang industri makanan, minuman dan tembakau selalu berkontribusi

positif dalam pertumbuhannya, sedangkan dua sektor lain cenderung mengalami

perubahan signifikan, dari pertumbuhan negatif menjadi positif, terutama di

cabang industri barang kayu dan hasil hutan lainnya yang pernah tumbuh

sebesar -1,38 persen pada tahun 2009 menjadi 7,27 persen pada periode

triwulan III tahun 2014.

Indikator kinerja kontribusi industri agro terhadap PDB nasional periode

triwulan III tahun 2014 dibandingkan periode triwulan III tahun 2013,

realisasinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 9,28 persen

menjadi 9,63 persen. Dari sisi capaian kinerja juga mengalami peningkatan, dari

sebesar 101,87 persen pada periode triwulan III tahun 2013 menjadi sebesar

106,64 persen pada periode triwulan III tahun 2014.

Tabel 3.11. Kontribusi Sektor Industri Agro Terhadap PDB Nasional (Persen)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012TW III 2013

TW III 2014

1. Makanan, minuman dan tembakau 7.50 7.23 7.37 7.58 7,50 7,812. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 1.43 1.25 1.14 1.04 1,01 1,033. Kertas dan barang cetakan 1.09 1.02 0.93 0.81 0,77 0,78

Industri Agro 10.02 9.50 9.44 9.43 9,28 9,63

Sumber: BPS, data diolah.

Dari data pada tabel diatas, konstribusi semua sub sektor industri agro

cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 kontribusi industri

agro bisa mencapai 10,02 persen, menjadi sebesar 9,50 persen pada tahun 2010,

9,44 persen pada tahun 2011, 9,43 persen pada tahun 2012 dan 9,28 persen pada

triwulan III tahun 2013 dan 9,63 persen pada triwulan III tahun 2014. Kontribusi

tertinggi sektor industri agro terhadap PDB Nasional selama satu periode RPJMN

2009 - 2014 diraih oleh sektor industri makanan, minuman dan tembakau

dengan nilai sebesar 7,81 persen pada periode triwulan III tahun 2014 atau

sebesar Rp. 571,32 triliun, meningkat dari tahun 2013 sebesar 7,50 persen atau

sebesar Rp. 488,91 triliun.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 30

Page 31: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

2) Tingginya penguasaan pasar dalam negeri dan luar negeri.

Penguasaan pasar produk industri baik dalam maupun luar negeri dimaksudkan

untuk meningkatkan penjualan produk industri agro di pasar dalam negeri

dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar serta meningkatkan nilai ekspor

produk industri agro di pasar luar negeri sehingga dapat meningkatkan

rasio/perbandingan nilai ekspor industri agro terhadap nilai ekspor keseluruhan.

Sasaran ini dicapai melalui indikator kinerja utama:

a) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional dengan

target pada tahun 2014 sebesar 12,5 persen.

b) Pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap total permintaan di

pasar dalam negeri dengan target pada tahun 2013 sebesar 14 persen.

Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional diukur melalui

nilai penghitungan peningkatan nilai ekspor produk industri agro terhadap

terhadap total ekspor nasional.

Pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap total permintaan di pasar

dalam negeri diukur melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk industri

agro di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam negeri.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.12. Capaian IKU dari tingginya penguasaan pasar dalam negeri dan luar negeri

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian (%)

Target Realisasi Capaian (%)

Tingginya penguasaan pasar dalam negeri dan luar negeri

Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional

121.58 12,5 35,98 287,84 Persen

Pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri

147.04 14 32,32 230,85 Persen

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 31

Page 32: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan capaian tahun 2013,

indikator kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional

mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu dari 121,58 persen menjadi

287,84 persen. Indikator pangsa pasar produk industri agro nasional terhadap

total permintaan di pasar dalam negeri, dibandingkan dengan capaian tahun

2013 juga mengalami peningkatan yaitu dari 147,04 persen menjadi 230,85

persen pada tahun 2014.

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan penguasaan pasar

produk industri adalah:

(1) Memfasilitasi dan koordinasi dengan instansi terkait (sektor on farm)untuk

peningkatan produktifitas dan efisiensi on farm, pembatasan ekspor produk

primer serta diversifikasi penggunaan bahan baku alternatif produk agro.

(2) Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor melalui

pameran/promosi industri agro baik domestik maupun internasional.

3) Meningkatnya produktivitas SDM industri.

Dengan kokohnya faktor-faktor penunjang industri nasional diharapkan dapat

mendukung tercapainya tujuan industri agro.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro dengan target pada

tahun 2014 sebesar 250.000 rupiah/tenaga kerja.

Tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro diukur melalui

perbandingan antara realisasi nilai tambah industri dengan jumlah tenaga kerja

yang terlibat pada industri tersebut.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 32

Page 33: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Tabel 3.13. Capaian IKU dari Meningkatnya produktivitas SDM industri

Sasaran Strategis IKU

2013 2014Satuan

Capaian Target Realisasi CapaianMeningkatnya produktivitas SDM industri

Tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro

980.43 250.000 2.713.514 1085,41 Rupiah/ Tenaga Kerja

Dari sisi capaian, IKU tingkat produktifitas dan kemampuan SDM industri agro

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan capaian

pada tahun 2013. Pada tahun 2013, capaiannya adalah sebesar 980,43 persen

sedangkan capaian pada tahun 2014 adalah sebesar 1085,41 persen. Peningkatan

produktifitas dan kemampuan SDM industri agro ini dilakukan melalui:

(1) Meningkatkan mutu produk industri agro dengan melakukan

pelatihan/workshop cara produksi yang baik, HACCP serta meningkatkan

jumlah produk industri agro untuk diberlakukan SNI wajib dan melakukan

lomba desain untuk produk furniture.

(2) Meningkatkan produktifitas SDM dan R&D industri agro baik di bidang

teknologi proses, produk dan manajemen untuk efisiensi dan peningkatan

daya saing industri agro.

4) Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri.

Struktur industri dimaksud adalah perimbangan antara industri hulu dan

industri antara serta bagaimana kemampuan kandungan lokal digunakan dalam

produksi. Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Jumlah investasi industri agro hulu dan antara dengan target pada tahun

2014 sebesar 85 jumlah.

b) Jumlah produk dengan Tingkat Kandungan Lokal > 40% sebesar 18 produk.

Jumlah investasi industri agro hulu dan hilir diukur melalui penghitungan

realisasi ijin invetasi baru maupun pengembangan. Data bersumber dari BKPM.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel berikut:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 33

Page 34: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Tabel 3.15. Capaian IKU dari Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian (%) Target Realisasi Capaian (%)

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Jumlah investasi industri agro hulu dan antara

1128.05 85 1.021 1201,17 Jumlah

Jumlah produk dengan TKDN > 40%

0 18 18 100 Jumlahproduk

Tingkat capaian indikator jumlah investasi industri agro hulu dan antara pada

tahun 2014 adalah sebesar 1201,17 persen, meningkat signifikan sebesar 73,12

persen dibanding tingkat capaian pada tahun 2013 yang hanya sebesar 1128,05

persen.

Realisasi investasi baru dan pengembangan bidang industri agro adalah sebanyak

1021 jumlah perusahaan yang terdiri dari 34 perusahaan di sektor industri hasil

hutan dan perkebunan, 961 perusahaan di sektor industri makanan, hasil laut

dan perikanan serta 26 perusahaan di sektor industri minuman dan tembakau.

Melihat perkembangan investasi di sektor industri hasil hutan dan perkebunan

cukup positif, untuk sector industri pengolahan kayu tahun 2014 terdapat 18

perusahaan yang melakukan investasi baik untuk pembangunan pabrik baru

maupun perluasan usaha, nilai investasi yang dapat diserap dari sector kayu

adalah sebesar Rp. 548,7 Milyar rupiah, industri pulp dan kertas terdapat

14 perusahaan yang melakukan investasi baik pembangunan pabrik baru

maupun perluasan dengan nilai 1,57 trilyun rupiah dan terakhir adalah investasi

industri karet sebanyak 4 perusahan dengan nilai investasi Rp 209 milyar. Sektor

industri ini mampu menyerap investasi yang tinggi karena merupakan sektor

industri yang padat modal.

Secara keseluruhan jumlah investasi Industri hasil hutan dan perkebunan

mencapai 34 perusahaan dengan nilai Investasi 18,11 trilyun rupiah, lebih tinggi

dari target yang ditetapkan sebanyak 20 perusahaan. Selain itu kondisi investasi

tahun 2014 juga lebih baik dari tahun 2013 dimana investasi untuk sektor

industri pengolahan kayu sebanyak 23 perusahaan dengan nilai investasi 190,3

milyar rupiah dan sektor industri hilir kelapa sawit sebanyak 5 perusahaan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 34

Page 35: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

dengan nilai 6,1 trilyun rupiah sehingga secara keseluruhan ada 28 perusahaan

dengan nilai investasi 6,29 trilyun rupiah, kedepan diharapkan dengan dukungan

pemerintah dan penciptaan iklim usaha yang kondusif investasi di sektor industri

hasil hutan dan perkebunnan semakin meningkat dan diharapkan dapat tumbuh

40 perusahan per tahun dalam jangka menengah ini.

Pertumbuhan investasi di industri makanan,hasil laut dan perikanan pada tahun

2014 untuk PMDN sebanyak 295 perusahaan dengan nilai Rp. 13.934,3 Milyar,

sedangkan pertumbuhan investasi PMA sebanyak 666 perusahaan senilai US$

2.547,1 juta. Pertumbuhan investasi yang cukup besar ini disebabkan semakin

meningkatnya permintaan produk industri makanan di dalam negeri dan juga

sudah semakin kondusifnya iklim investasi di Indonesia.

Sementara itu di tahun 2014 jumlah perusahaan yang berencana melakukan

investasi di bidang industri minuman dan tembakau di Triwulan III tahun 2014

mencapai 12 perusahaan dan meningkat menjadi sekitar 26 perusahaan melalui

program MP3EI di triwulan IV. Perusahaan tersebut diantaranya PT. Bogasari

Flour Mills Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Indofood CBP Sukses

Makmur dan PT. Yupi Indo Jelly Gum.

Tingkat pencapaian indikator jumlah produk dengan TKDN > 40% pada tahun

2014 adalah sebesar 18 produk, meningkat dari capaian pada tahun 2013.

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai 18 produk yang sudah

bersertifikasi TKDN dari kementerian Perindustrian yang terdiri 14 produk

industri pengolahan kayu dan 4 produk industri pengolahan kertas.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 35

Page 36: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif Tupoksi mempunyai 8 (delapan)

sasaran strategis dengan 11 (sebelas) indikator kinerja utama, yaitu:

1) Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Rekomendasi usulan insentif dengan target pada tahun 2014 sebesar 1 jenis.

Rekomendasi usulan insentif diukur dengan realiasi jumlah insentif yang

diusulkan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro kepada Menteri Perindustrian

melalui Kepala BPKIMI yang bersumber dari usulan Direktorat di lingkungan

Direktorat Jenderal Industri Agro.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.16. Capaian IKU dari Mengusulkan Insentif yang Mendukung Pengembangan Industri

Sasaran Strategis IKU2013 2014

SatuanCapaian (%)

Target Realisasi Capaian (%)

Mengusulkan Insentif yang Mendukung Pengembangan Industri Agro

Rekomendasi usulan insentif

100 1 2 200 Jenis

Perusahaan industri yang memperoleh insentif

60 15 22 146,67 Perusahaan

Realisasi tingkat pencapaian indikator kinerja rekomendasi usulan insentif pada

tahun 2014 adalah sebesar 200 persen, dibandingkan pada tahun 2013 terjadi

perubahan dimana dari 2 jenis insentif yang akan diusulkan terealisasi sebanyak

1 jenis insentif. Pada tahun 2013, jenis insentif yang terealisasi adalah Tax

Allowance dan Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin dan/atau Peralatan.

Pada awalnya insentif yang akan diusulkan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro

dalam rangka mendukung peningkatan daya saing industri agro di pasar dalam

negeri maupun luar negeri terdiri dari 5 jenis insentif yakni: Bea Keluar (BK), Bea

Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), Tax Holiday, Tax Allowance, peraturan

pembatasan ekspor dan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 36

Page 37: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Realisasi capaian indikator kinerja jumlah perusahaan industri yang memperoleh

insentif pada tahun 2014 adalah sebesar 146,67 persen, meningkat 86,67 persen

dibanding realisasi capaian pada tahun 2013 yaitu sebesar 60 persen. Dari target

sebanyak 15 perusahaan yang memperoleh insentif, terealisasi sebanyak 22

perusahaan. Pada tahun 2014, perusahaan industri yang memperoleh insentif

berupa bantuan keringanan pembelian mesin dan/atau peralatan industri gula

sebanyak 22 perusahaan yang terdiri dari 14 PG dari PTPN X, 5 PG dari PT RNI I

dan 3 PG dari PT RNI.

Selain itu, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau sudah memfasilitasi 1

perusahaan untuk mendapat Tax Allowance untuk perluasan PT. Nestle

Indonesia di Karawang dengan nilai investasi diatas US$ 200 juta, Direktorat

Industri Minuman dan Tembakau bersama Direktorat Makanan Hasil Laut dan

Perikanan, BKPM dan Ditjen Pajak sudah menandatangani permohonan insentif

tersebut, yaitu keringanan pajak sebesar 30% bertahap selama 5 tahun.

Meskipun capaian tahun 2014 ini hanya mencapai 50% dari target yang telah

ditentukan, namun outcome yang dihasilkan sangat besar bagi pertumbuhan

industri nasional, diharapkan dengan nilai investasi tersebut perusahaan dapat

menyerap tenaga kerja yang tinggi dan meningkatkan perekonomian di wilayah

tersebut. Dalam rangka mendorong tumbuhnya investasi baru Direktorat

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan pada tahun 2014 mengusulkan 1 jenis

insentif untuk diberikan bagi dunia usaha, adapun insentif yang diusulkan adalah

pemberian tax holiday industri yang akan berinvetasi di bidang Pulp dan kertas

serta industri hilir kelapa sawit Usulan ini sudah sesuai dengan target yang

ditetapkan sebanyak 1 usulan di Tahun 2014, namun masih lebih rendah dari

pada usulan pada tahun 2013 yang terdapat 4 jenis usulan dimana tiga lainnya

adalah Tax Allowance, Bea Keluar dan Pelarangan Eskpor Rotan, dalam

pembangunan Jangka menengah Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

akan tetap mengusulkan pemberian insentif bagi investor-investor yang akan

menanamkan modal di dalam negeri di dalam kawasan. Sedangkan perusahaan

yang diusulkan untuk mendapatkan insentif adalah 1 perusahaan PT. OKI Pulp

dan Paper untuk mendapatkan Tax Holiday dengan nilai investasi sebesar 29,1

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 37

Page 38: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Trilyun rupiah, pada prinsipnya pemberian tax holiday ini sudah dalam tahap

final dan tinggal menunggu persetujuan menteri keuangan.

2) Mengembangkan R & D di instansi dan industri.

Minimnya R & D menyebabkan lemahnya daya saing industri terhadap produk-

produk luar negeri yang masuk ke Indonesia. Sasaran ini dicapai dengan

Indikator Kinerja Utama:

a) Kerjasama R&D instansi dengan industri dengan target pada tahun 2013

sebanyak 1 kerjasama.

Indikator kerjasama R&D instansi dengan industri diukur melalui perhitungan

jumlah kerjasama yang dilakukan oleh unit kerja di lingkungan Direktorat

Jenderal Industri Agro dengan industri.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.17. Capaian IKU dari Mengembangkan R & D di instansi dan industri

Sasaran Strategis IKU

2013 2014SatuanCapaian (%) Target Realisas

iCapaian

(%)Mengembangkan R & D di instansi dan industri

Kerjasama R&D instansi dengan industri

100 1 1 100 Kerjasama

Dari tabel diatas terlihat bahwa realisasi indikator kerjasama R&D instansi

dengan industri pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 meningkat 100

persen yaitu 1 (satu) kerjasama R & D . Kerjasama R & D instansi dengan industri

dengan target tahun 2014 sebanyak 1 kerjasama, capaian pada triwulan tahun

2014 sudah dilakukan kerjasama antara Direktorat Industri Minuman dan

Tembakau dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember Serta Institut

Pertanian Bogor untuk melaksanakan kegiatan pelatihan di bidang industri

pengolahan kopi dan Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kopi 2015-

2025 sehingga pencapaian pada tahun ini melampaui target atau sebesar 200%

diatas target.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 38

Page 39: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Dari kerjasama tersebut dapat dihasilkan peta panduan pengembangan industri

pengolahan kopi untuk tahun 2015-2025 yang mana di dalamnya rencana

pengembangan kopi instan dan kopi roasting, yang mana untuk kopi roasting

akan dilakukan penyusunan SKKNI di tahun 2015. Karena selama ini nilai tambah

terbesar kopi adalah dari pengolahan dari green bean menjadi kopi roasting,

sedangkan untuk kopi instan, industri dalam negeri sudah cukup kuat dan

produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk luar, sehingga diharapkan

dengan adanya roadmap kopi tersebut dapat menekan nilai ekspor dalam bentuk

green bean dan meningkatkan ekspor kopi olahan khususnya dari kopi roasting

ataupun kopi bubuk dan instan.

3) Memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan

kapasitas produksi.

Dalam upaya meningkatkan utilisasi kapasitas produksi industri agro, perlu

dilakukan fasilitasi dari pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Industri

Agro untuk memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Tingkat utilitas kapasitas produksi dengan target pada tahun 2014 sebesar

80 persen .

b) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan target pada

tahun 2014 sebesar 8 perusahaan.

c) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku dengan target pada

tahun 2014 sebesar 15 perusahaan.

Indikator tingkat utilitasi kapasitas produksi diukur dengan penghitungan

besaran presentase penggunaan kapasitas terpasang dalam industri agro.

Perusahaan yang yang mendapat akses ke sumber pembiayaan diukur dengan

penghitungan jumlah perusahaan yang memanfaatkan fasilitasi yang dilakukan

unit kerja Ditjen Industri Agro dalam akses pembiayaan maupun keringanan

pembiayaan.

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku diukur dengan

penghitungan jumlah perusahaan yang memanfaatkan fasilitas/kemudahan

pasokan bahan baku.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 39

Page 40: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.18. Capaian IKU dari Memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi

Sasaran Strategis IKU

2013 2014SatuanCapaian (%) Target Realisasi Capaian

(%)Memfasilitasi akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi

Tingkat utilisasi kapasitas produksi

98.53 80 74,61 93,26 Persen

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan

100 8 24 300 Perusahaan

Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku

360.00 15 67 446,67 Perusahaan

Realisasi capaian indikator tingkat utilisasi kapasitas produksi pada tahun 2014

adalah sebesar 93,26 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi capaian

pada tahun 2013 yang mencapai 98,53 persen. Target utilisasi pada tahun 2013

dan 2014 sama-sama sebesar 80 persen, dengan realisasi pada tahun 2014

sebesar 93,26 persen dan realisasi pada tahun 2013 sebesar 98,53 persen.

Tingkat realisasi tertinggi terjadi pada sektor industri hasil hutan perkebunan

yang mencapai nilai sebesar 82,70 persen dan sektor industri makanan,hasil laut

dan perikanan yang mencapai nilai sebesar 70,62 persen. Realisasi terendah

terjadi pada sektor industri minuman dan tembakau yang hanya mencapai nilai

sebesar 70,52 persen.

Kapasitas yang relatif masih rendah di sektor industri minuman dan tembakau

disebabkan oleh sebagian besar industri minuman dan tembakau masih

bergantung pada bahan baku impor, dengan adanya dampak gejala iklim ekstrim

menyebabkan terhambatnya pasokan bahan baku impor, disamping harga bahan

baku yang juga naik. Disamping itu produksi juga dipengaruhi oleh terganggunya

pasar dalam negeri akibat maraknya produk ilegal dan impor produk minuman

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 40

Page 41: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

berkualitas rendah dengan harga murah. Produksi beberapa industri makanan

dan minuman di daerah Jabodetabek juga terganggu akibat adanya demo-demo

buruh yang menuntut kenaikan upah.

total kapasitas industri minuman dan tembakau di tahun 2014 ini mencapai

sekitar 13.426 ribu ton namun realisasi produksi hanya mencapai 9.468 ribu ton,

hal ini disebabkan diantaranya oleh utilitas industri pengolahan teh dan

tembakau yang masih di bawah 70%.

Indikator perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan, tingkat

capaian pada tahun 2014 adalah sebesar 325 persen, meningkat secara signifikan

sebesar 225 persen dibanding dengan tingkat capaian pada tahun 2013 sebesar

100 persen. Target tahun 2014 adalah sebanyak 8 perusahaan dan terealisasi

sebanyak 26 perusahaan.

Untuk Direktorat Industri Makanan,Hasil Laut dan Perikanan, perusahaan yang

mendapat akses ke sumber pembiayaan pada tahun 2014 sebanyak

22 perusahaan gula yaitu 14 PG dari PTPN X, 5 PG dari PT RNI I dan 3 PG dari PT

RNI II. Sedangkan di Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, perusahaan

yang mendapat akses ke sumber pembiayaan dengan target 2014 sebanyak

2(dua) perusahaan, untuk mencapai sasaran yang ditentukan Direktorat Industri

Minuman dan Tembakau sudah melaksanakan pengadaan bantuan

mesin/peralatan guna memfasilitasi industri dalam meningkatkan nilai tambah

produknya, pada tahun ini untuk meningkatkan kemampuan daerah

menghasilkan produk olahan, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau telah

melaksanakan bantuan mesin peralatan peningkatan teknologi es balok dan

cooling unit susu kepada KUD yang ada di Propinsi Maluku, Sulawesi Utara, Jawa

Barat dan Jawa Timur, dengan harapan meningkatnya produksi produk hasil

olahan yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Pada direktorat industri hasil

hutan dan perkebunan, belum ada perusahaan yang mendapatkan akses ke

sumber pembiayaan pada tahun 2014.

Indikator perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku, tingkat

capaian pada tahun 2014 adalah sebesar 446,67 persen, meningkat signifikan

dibandingkan capaian pada tahun 2013 yang hanya sebesar 360 persen. Target

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 41

Page 42: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

tahun 2014 adalah sebanyak 15 perusahaan dan terealisasi sebanyak 67

perusahaan, sedangkan pada tahun 2013, ditargetkan sebanyak 14 perusahaan

dan terealisasi sebanyak 18 perusahaan.

Pada sektor industri makanan hasil laut dan perikanan, jumlah perusahaan yang

mendapat akses ke sumber bahan baku sebanyak 27 perusahaan melalui fasilitas

BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah) berikut daftar perusahaan

penerima BMDTP :

Tabel 3.19 Daftar Perusahaan Penerima BMDTP di Dit IMHLP

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

1PT. Charoen Pokphand Indonesia

15 PT. Citra Ina Feedmill

2 PT. Metro Inti Sejahtera 16 PT Malindo feedmill3 PT. Wonokoyo Jaya Corporindo 17 PT Feedmill Indonesia4 PT. Wonokoyo Jaya Kusuma 18 PT Japfa Comfeed Indonesia5 PT. Sinta Prima Feedmill 19 PT Cheil Jedang Superfeed6 PT. Cargill Indonesia 20 PT Cheil Jedang Feed Lampung7 PT. Kerta Mulya Saripakan 21 PT CJ Feed Medan

8PT. Bintang Jaya Proteina Feedmill

22 PT CJ Feed Jombang

9 PT. Matahari Sakti 23 PT. Suri Tani Pemuka10 PT. Sierad Produce 24 PT. Indojaya Agrinusa11 PT. Sinar Indochem 25 PT Welgro Feedmill Indonesia

12 PT. Mabar Feed Indonesia 26PT. Central Proteina Prima Group

13 PT. Sabas Indonesia 27 PT. Wirifa Sakti14 PT. Gold Coin Indonesia

Dalam rangka mendukung perusahaan untuk memperoleh akses bahan baku,

Direktorat industri hasil hutan dan perkebunan berupaya mendukung

ketersediaan bahan baku kayu legal dengan membangun 2 (dua) terminal kayu di

Bitung Sulawesi Utara dan Kendal Jawa Tengah, sedangkan dalam hal legalitas

kayu pada tahun 2014, direktorat industri hasil hutan dan perkebunan telah

memberikan bantuan sertifikasi legalitas kayu kepada 10 perusahaan dengan

hasil 6 perusahaan lolos dan 4 perusahaan gugur dalam memperoleh sertifikat

legalitas kayu. Kondisi ini sesuai dengan target dan lebih baik dari pada tahun

2013. Direktorat industri Minuman dan Tembakau sudah menerima

3 permohonan rekomendasi dari perusahaan untuk melakukan impor bahan

baku produk tertentu yaitu PT.Ultra Jaya, PT. Tang Mas dan PT. Ciracasindo.

Dengan adanya akses perusahaan ke sumber bahan baku diharapkan perusahaan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 42

Page 43: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

tersebut terus meningkatkan kapasitas dan daya saing sehingga bisa menjadi

pilar yang kuat untuk pengembangan industri ke depan.

4) Memfasilitasi promosi industri.

Promosi industri perlu dilakukan guna meningkatkan pengenalan produk-produk

kepada calon konsumen serta peningkatan pangsa pasar baik di pasar dalam

negeri maupun luar negeri

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi,

promosi produk/jasa dan investasi industri dengan target pada tahun 2014

sebesar 210 perusahaan.

Indikator perusahaan yang mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi

dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri diukur melalui

penghitungan jumlah perusahaan yang mengikuti kegiatan tersebut baik di dalam

maupun luar negeri.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.20. Capaian IKU dari Memfasilitasi promosi industri

Sasaran Strategis IKU

2013 2014SatuanCapaian

(%)Target Realisas

iCapaian

(%)Memfasilitasi promosi industri

Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri

149.5 210 325 154,76 Perusahaan

Capaian indikator perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi

dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri pada tahun 2014

adalah sebesar 154,76 persen, meningkat cukup signifikan dibandingkan capaian

tahun 2013 yang bernilai sebesar 149.5 persen.

Pada tahun 2014, dari target sebanyak 210 perusahaan terealisasi sebanyak

325 perusahaan. Kegiatan yang difasilitasi diantaranya adalah:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 43

Page 44: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Event pameran yang dilakukan baik di dalam dan luar negeri merupakan

bentuk partisipasi IHHP dalam rangka melakukan promosi investasi dan

pemeran produk-produk, adapun kegiatan yang di fasilitasi adalah

International Furnishing Show IMM di Koln Jerman diikuti 25 perusahaan,

International furniture expo di Shanghai, China 16 perusahaan, Iffina di Jakarta

8 perusahaan, Trade expo Indonesia TEI di Jakarta diikuti oleh 68 perusahaan,

dan IFEX (International Furniture Expo) yang diikuti 62 perusahaan, sehingga

secara keseluruhan pada tahun 2014 jumlah perusahaan yang difasilitasi

untuk mengikuti pameran adalah 176 perusahaan hal ini lebih tinggi dari

target yang ditetapkan sebanyak 60 perusahaan, kondisi ini lebih tinggi dari

tahun 2013 yang mencapai 143 perusahaan.

Sampai dengan tahun 2014, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan

Perikanan telah memfasilitasi 56 perusahaan untuk mengikuti

pameran/promosi dagang baik di dalam negeri maupun di luar negeri,

seminar/konferensi internasional. Adapun event promosi industri yang diikuti

oleh Dit Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan antara lain Partisipasi

Pameran The 39th International Food and Baverage Exhibition diikuti oleh 16

perusahaan, Agrinex diikuti oleh 2 perusahaan, SIAL China Asia's Leading

Professional Food & Beverage Exhibition diikuti oleh 4 perusahaan, Pameran

Makanan dan Minuman Kementerian Perindustrian diikuti oleh 16

perusahaan, Pameran Produksi Indonesia 2014 diikuti oleh 9 perusahaan,

Agrowisata Indonesia 2014 di Bali diikuti oleh 2 perusahaan, Hari Kakao

Indonesia 2014 di Makassar diikuti oleh 21 perusahaan, dan Hari Pangan

Sedunia diikuti oleh 1 perusahaan.

Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi,

promosi produk/jasa dan investasi industri dengan target 50 di tahun 2014,

sementara Pada tahun 2014 Direktorat Industri Minuman dan tembakau

sudah mengakomodasi sebanyak 75 perusahaan melalui lebih dari 5 (lima)

event pameran di dalam maupun luar negeri yaitu diantaranya pameran

Agrinex 2014 yang diselenggarakan di Jakarta, Pameran Agrowisata di Bali,

Pameran BICO di Jogjakarta, Foodex Japan 2014 yang diselenggarakan di

Makuhari Messe, Prefektur Chiba dan Pameran dan Seminar Kopi Nusantara

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 44

Page 45: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

2014 yang dilaksanakan di Plaza Industri Jakarta, perusahaan yang mengikuti

pameran tersebut diantaranya PT. Niramas, PT. Kalbe International, PTPN VIII,

PT. Dua Kelinci, PT Santos Jaya Abadi, PT. Nestle Indonesia, PT. Arafah Tea,

PT Glen Nevis Gunung Terong, PT Excelso Multirasa, PT. Maju Jaya Pohon

Pinang dan PT. Garuda Food Putra Putri Jaya.

Kegiatan yang di koordinir oleh Sekretariat Ditjen Industri Agro berhasil

memfasilitasi pameran di Plaza Industri sebanyak 50 perusahaan pada tahun

2014.

5) Memfasilitasi penerapan standardisasi.

Standardisasi sebagai bentuk dari non tariff barrier terhadap masuknya produk-

produk impor sangat diperlukan. Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja

Utama:

a) SNI yang diberlakukan secara wajib dengan target pada tahun 2014 sebesar

1 (satu) SNI.

Indikator SNI yang diberlakukan secara wajib diukur melalui perhitungan jumlah

SNI yang diberlakukan secara wajib di lingkungan Direktorat Jenderal Industri

Agro.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.21. Capaian IKU dari Memfasilitasi penerapan standardisasi

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian (%)

Target Realisasi

Capaian (%)

Memfasilitasi penerapan standardisasi

SNI yang diberlakukan secara wajib

100 1 1 100 RSNI

Indikator kinerja rancangan SNI yang diusulkan pada tahun 2014, tingkat

capaiannya adalah sebesar 100 persen, sama dengan tingkat capaian pada tahun

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 45

Page 46: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

2013 yang hanya sebesar 100 persen. Target pada tahun 2013 adalah sebanyak

1 SNI wajib yang ditargetkan dan terealisasi sebanyak 1 SNI yaitu SNI Wajib

Minyak Goreng Sawit Berfortifikasi Vitamin A, sedangkan pada tahun 2014, dari

target sebanyak 1 SNI terealisasi sebanyak 1 SNI yaitu SNI Wajib Kopi Instant.

SNI bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen, membantu

kelancaran perdagangan dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam

perdagangan sehingga produk-produk yang telah memenuhi SNI dapat dijamin

kualitasnya sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bagi pelaku usaha dengan

menerapkan SNI pada produknya akan membuat produknya menjadi lebih

kompetitif dipasaran.

Dengan adanya standardisasi produk maka produsen akan memproduksi sesuai

standar yang telah ditetapkan, dengan demikian produk yang beredar dipasar

seluruhnya akan sama dalam hal kualitas, sehingga konsumen tidak akan

dibingungkan lagi dengan kualitas yang bermacam-macam. Kondisi ini akan

mencegah terjadinya perang harga yang akan merugikan semua pihak

(konsumen dan produsen), akan tetapi akan menimbulkan persaingan

pelayanan/services diantara para produsen yang pada akhirnya akan

menguntungkan produsen maupun konsumen dan menjadikan pasar lebih sehat

(keseimbangan pasar relatif stabil).

6) Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta

kewirausahaan

Guna meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal

Industri Agro dalam hal kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta

kewirausahaan yang dikoordinasikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kementerian Perindustrian. Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

1) Sertifikasi asessor dengan target pada tahun 2014 adalah 3 orang.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 46

Page 47: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

2) Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di sektor

industri agro dengan target pada tahun 2014 adalah 3 SKKNI per tahun

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.22. Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian (%)

Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

Sertifikasi asessor 100 3 32 1000 OrangJumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

- 3 0 0 SKKNI per tahun

Untuk indikator sertifikasi asessor dari target sebanyak 3 orang telah

direalisasikan sebesar 32 orang meningkat cukup signifikan dari tahun lalu

sebesar 100 persen menjadi 1000 persen. Sertifikasi Asessor dengan target 3

orang, sampai triwulan IV telah ada 20 orang tersertifikasi Asessor dan 10 orang

tersertifikasi penyusunan dokumen, dan di tahun 2014 ini Direktorat Industri

Minuman dan Tembakau melalui kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Dalam

Penerapan SKKNI Industri Minuman dan Tembakau telah melakukan

pembentukan lembaga LSP dan pembentukan tempat uji kompetensi bidang

industri minuman dan sertifikasi assessor yang dilaksanakan melalui pihak ke-III,

tahun ini pendirian LSP sudah dilaksanakan sepenuhnya. Pada tahun 2014,

terdapat satu orang yang mengikuti sertifikasi asessor yaitu sertifikasi Petugas

Pengawas Standar Barang atau Jasa di Pabrik (PPSP). Capaian tersebut

memenuhi target yang ditetapkan, sehingga nilai capaian 100%. Di Direktorat

Industri Minuman dan Tembakau, terdapat 1 (Satu) orang yang mengikuti

sertifikasi asessor yaitu sertifikasi Petugas Pengawas Standar Barang atau Jasa di

Pabrik (PPSP). Capaian tersebut memenuhi target yang ditetapkan, sehingga nilai

capaian 100%. Pada tahun 2014, Direktorat Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan telah menciptakan 1 (Satu) orang assessor di bidang SVLK kondisi

ini sesuai dengan target yang ditetapkan dan lebih baik dari tahun 2013 yang

belum memiliki Assesor.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 47

Page 48: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

7) Meningkatnya budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf.

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan budaya pengawasan guna

meminimalisir atau bahkan menghilangkan penyimpangan pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Terbangunnya sistem pengendalian intern di unit kerja dengan target pada

tahun 2014 sebesar 4 satker.

Indikator kinerja utama diatas diukur melalui capaian realisasi terbangunnya

sistem pengendalian intern di unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal

Industri Agro melalui tersusunnya SOP Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Industri

Agro. Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.23. Capaian IKU dari Meningkatkan Budaya Pengawasan pada Unsur Pimpinan dan Staf

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian (%)

Target Realisasi Capaian (%)

Meningkatkan Budaya Pengawasan pada Unsur Pimpinan dan Staf

Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di Unit Kerja

100 4 4 100 Satker

Realisasi indikator kinerja ini tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 sama yaitu

sebesar 100 persen, dikarenakan semua unit kerja di lingkungan Direktorat

Jenderal Industri Agro telah mengikuti pelatihan Satgas SPIP yang dilaksanakan

oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perindustrian. Diharapkan pada tahun

berikutnya sudah bisa terbangun sistem pengendalian intern di masing-masing

unit kerja. Sistem pengendalian intern di unit kerja Direktorat Industri Minuman

dan Tembakau sudah dapat dilaksanakan dengan penyusunan Standar Operation

Procedure (SOP) untuk kegiatan penyusunan anggaran, pelaporan, rekomendasi

dan RSNI. Budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf telah berjalan

dengan baik, antara lain melalui pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 48

Page 49: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

(SOP) yang benar, sehingga dapat terbangun suatu Sistem Pengendalian Intern di

unit kerja Direktorat Industri Makanan, Hasil laut dan Perikanan. Begitupun juga

sama halnya di Setditjen Industri Agro dan Dit Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan.

Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif peningkatan kapasitas

kelembagaan mempunyai 5 (lima) sasaran strategis dengan 11 (sebelas) indikator

kinerja utama, yaitu:

1) Berkembangnya kemampuan SDM aparatur yang kompeten.

Sumber daya manusia sebagai aparatur pemerintah yang kompeten akan

menghasilkan kinerja yang mampu mendukung terealisasinya pencapaian target

kinerja instansi. Sasaran ini dicapai melalui indikator kinerja utama:

a) Standar kompetensi SDM aparatur dengan target pada tahun 2014 sebesar

3 indeks.

b) SDM aparatur yang kompeten dengan target pada tahun 2014 sebesar 90

persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.24. Capaian IKU dari Mengembangkan Kemampuan SDM Aparatur Yang Kompeten

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian (%) Target Realisasi Capaian (%)

Berkembangnya Kemampuan SDM Aparatur Yang Kompeten

Standar kompetensi SDM aparatur

0 3 0 0 Indeks

SDM aparatur yang kompeten

0 90 0 0 Persen

Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian tahun

2013, indikator standar kompetensi SDM aparatur mengalami stagnan sampai

dengan tahun 2014 yaitu tidak ada perubahan dalam pencapaian target,

dikarenakan belum dibuatnya standar kompetensi SDM aparatur dilingkungan

Direktorat Jenderal Industri Agro.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 49

Page 50: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pada tahun 2008 pernah dilakukan kajian mengenai standar kompetensi yang

dibutuhkan di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro, namun tidak pernah

direviu dan diperbaharui.

Dikarenakan belum adanya standar kompetensi SDM aparatur di lingkungan

Direktorat Jenderal Industri Agro, maka belum bisa ditentukan atau diukur

tingkat realisasi SDM aparatur yang kompeten.

2) Terbangunnya organisasi yang profesional dan pro bisnis.

Sebagai sebuah organisasi yang menjadi bagian dari lembaga pemerintah,

dituntut untuk menjadi organisasi yang profesional dan pro bisnis yang

mementingkan kepentingan industri binaan serta stakeholders yang dilayani.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Penerapan sistem manajemen mutu dengan target pada tahun 2014 sebesar

4 satker.

Indikator penerapan sistem manajemen mutu diukur melalui penghitungan

satuan kerja yang telah menerapkan sistem manajemen mutu dan diakreditasi

oleh lembaga berwenang.

Realisasi, target serta capaian dari Indiaktor Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.25. Capaian IKU dari Membangun organisasi yang profesional dan pro bisnis

Sasaran Strategis IKU

2013 2014SatuanCapaian

(%)Target Realisasi Capaian

(%)Terbangunnya organisasi yang profesional

Penerapan sistem manajemen mutu

0 4 0 0 Satker

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 50

Page 51: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

dan pro bisnis

Capaian indikator kinerja tersebut diatas masih sama dengan capaian pada tahun

2014 yaitu 0 persen, karena belum ada unit kerja di lingkungan Direktorat

Jenderal Industri Agro yang menerapkan sistem manajemen mutu. Diharapkan

pada tahun berikutnya rencana ini dapat terwujud agar pelayanan kepada

stakeholders semakin meningkat.

3) Terbangunnya sistem informasi yang terintegrasi dan handal.

Sistem informasi yang terintegrasi dan handal dibutuhkan oleh lingkungan

internal dan eksternal guna mendukung dalam pengambilan keputusan serta

memberikan kemudahan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Tersedianya sistem informasi online dengan target pada tahun 2014 sebesar

1 paket.

b) Pengguna yang mengakses dengan target pada tahun 2014 sebesar 25.000

pengguna.

Indikator tersedianya sistem informasi online diukur melalui penghitungan

ketersediaan sistem informasi berbasis web.

Pengguna yang mengakses diukur dengan penghitungan jumlah pengguna yang

mengakses web Ditjen Industri Agro selama 1 (satu) tahun.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.26. Capaian IKU dari Membangun Sistem Informasi yang Terintegrasi dan Handal

Sasaran Strategis IKU

2013 2014SatuanCapaian

(%)Target Realisasi Capaian

(%)Membangun Sistem Informasi yang Terintegrasi dan

Tersedianya sistem informasi online

100 1 1 100 Paket

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 51

Page 52: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Handal Pengguna yang mengakses

104 25.000 444.843 1779 Jumlah Pengguna

Tingkat pencapaian indikator kinerja tersedianya sistem informasi online adalah

sebesar 1779 persen pada tahun 2014, meningkat 1675 persen dari tingkat

pencapaian indikator kinerja pada tahun 2013 sebesar 104 persen. Hal ini

disebabkan bahwa website Direktorat Jenderal Industri Agro telah dibangun

sejak tahun 2006 dan setiap tahun diperbaharui dengan melakukan beberapa

perubahan terhadap konten maupun feature nya. Alamat website Direktorat

Jenderal Industri Agro adalah http://agro.kemenperin.go.id

Situs ini memuat data dan informasi mengenai industri agro. Ketersediaan data

pada database merupakan tanggung jawab unit kerja di lingkungan Direktorat

Jenderal Industri Agro. Pada tahun 2013 dilakukan pengembangan website

dengan mendesain tampilan baru memuat informasi terbaru berupa teks dan

multimedia. Sebagai gambaran untuk dapat menelusuri informasi yang berada

pada Website Industri Agro dapat dilihat melalui halaman utama / menu beranda

seperti tampilan sebagai berikut :

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 52

Page 53: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Gambar 3.1. Halaman Muka Website Ditjen Industri Agro

Tingkat pencapaian indikator sasaran pengguna yang mengakses website

Direktorat Jenderal Industri Agro sampai akhir tahun 2014 adalah sejumlah

444.843 pengguna dari target sebesar 25.000 atau dengan capaian sebesar 1779

persen. Meningkatnya jumlah pengguna website Ditjen Industri Agro akibat

adanya penayangan media cetak dan elektronika Success Story Kinerja Industri

Agro.

Untuk pengembangan sistem informasi industri agro berbasis online, Sekretariat

Direktorat Jenderal Industri Agro telah mengembangkan sistem informasi

investasi industri agro melalui aplikasi e-si agro sebanyak 1 (satu) paket. Pada

tahun 2014, realisasi jumlah paket sistem informasi industri agro meningkat

sebesar 2 (Dua) paket dari target yang ditetapkan sebanyak 1(satu) paket.

Capaian indikator pengembangan sistem informasi industri agro meningkat 200

persen pada tahun 2014 dibanding capaian tahun 2013

4) Meningkatnya kualitas perencanaan dan pelaporan.

Perencanaan yang matang akan menghasilkan output dan hasil yang berkualitas.

Setiap program maupun kegiatan juga harus sesuai dan mengacu kepada

panduan di atasnya seperti Undang-Undang No.3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, Kebijakan Industri Nasional yang sudah ditetapkan menjadi

Dokumen Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 dan Dokumen Rencana

Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014 serta Dokumen Rencana

Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2010-2014

Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama:

a) Tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap dokumen perencanaan

dengan target pada tahun 2014 sebesar 100 persen.

b) Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan dengan target pada tahun

2014 sebesar 85 persen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 53

Page 54: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

c) Nilai SAKIP Ditjen Industri Agro dengan target pada tahun 2014 sebesar 70

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.28 Capaian IKU dari Meningkatnya kualitas perencanaan dan pelaporan

Sasaran Strategis

IKU2013 2014

SatuanCapaian%

Target Realisasi Capaian %

Meningkatnya kualitas perencanaan dan pelaporan

Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan

100 85 85 100 Persen

Tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan dokumen perencanaan

100 100 100 100 Persen

Nilai Sakip Ditjen Industri Agro

77,71 70 70 100 Nilai

Dilihat dari aspek pencapaian target, indikator kesesuaian pelaksanaan kegiatan

dengan dokumen perencanaan pada tahun 2014 mencapai realisasi 100 persen,

sama dengan tingkat capaian pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh seluruh

kegiatan yang dilaksanakan di lingkup Ditjen Industri Agro sesuai dengan DIPA

TA 2014.

Pencapaian target indikator tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan pada

tahun 2014 adalah sebesar 100 persen dengan realisasi sebesar 100 persen.

Tingkat pencapaian ini sama dengan realisasi pada tahun 2013 yang mencapai

sebesar 100 persen. Tingkat capaian tersebut dapat tercapai disebabkan telah

disusunnya rencana kegiatan pada awal tahun sesuai dengan rencana penarikan

anggaran yang dibuat oleh masing-masing koordinator kegiatan dilingkup Ditjen

Industri Agro

Dari aspek capaian nilai SAKIP Ditjen Industri Agro pada tahun 2013 dari target

yang ditetapkan yaitu 70, Ditjen Industri Agro berhasil memperoleh nilai sebesar

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 54

Page 55: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

77,81 dengan capaian melebihi 100 persen dan pada tahun 2014 nilai SAKIP

Ditjen Industri Agro ditargetkan mencapai nilai 70 dengan realisasi minimum

mencapai nilai 70 yang akan dilaksanakan setelah dilakukan pada bulan Februari

2015.

Dari aspek tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan dari target yang

ditetapkan sebesar 100 persen, realisasi indikator tingkat ketepatan waktu

penyampaian laporan pada tahun 2014 adalah sebesar 100 persen. Nilai ini sama

dengan tingkat pencapaian pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh

Penyampaian Laporan Triwulanan sesuai PP39 Tahun 2006, Laporan Monev

Bappenas, Laporan Monev Anggaran, dan Laporan Realiasi Keuangan serta

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan oleh Biro Perencanaan Kemenperin, Biro Keuangan Kemenperin,

Bappenas dan Menpan RB.

5) Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional.

Perencanaan yang baik akan meningkatkan efektifitas pelaksanaannya serta

mencegah/meminimalisir tingkat penyimpangan. Perencanaan yang sudah

dilaksanakan diperlukan pelaporan sebagai bahan evaluasi pembuatan

perencanaan periode berikutnya serta memperbaiki penyimpangan yang terjadi.

Sasaran ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:

a) Tingkat penyerapan anggaran dengan target pada tahun 2014 sebesar 90

persen.

Indikator tingkat penyerapan anggaran diukur dengan realisasi penyerapan

keuangan pada tahun 2014 yang ditargetkan sebesar 90 persen.

Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.29. Capaian IKU dari Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang Profesional

Sasaran Strategis IKU

2013 2014SatuanCapaian

%Target Realisasi Capaian

%Meningkatkan Sistem Tata Kelola

Tingkat Penyerapan Anggaran

80,27 90 85,30 94,77 Persen

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 55

Page 56: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Keuangan dan BMN yang Profesional

Tingkat pencapaian indikator kinerja tingkat penyerapan anggaran pada tahun

2014 adalah sebesar 94,77 persen, meningkat dari tingkat capaian tahun 2013 yang

hanya 80,27 persen atau dengan realisasi sebesar 85,30 persen dan target sebesar

90 persen.

Jumlah anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2014 adalah

sebesar Rp.268.303.300.000,- setelah dilakukan revisi anggaran menjadi sebesar

Rp.199.275.906.000,-. Adapun Realisasinya adalah sebesar Rp. 169.982.842.429,-

atau sebesar 85,30 persen lebih rendah dibandingkan target sebesar 90 persen.

Hal ini terjadi karena ada beberapa kegiatan swakelola yang belum terlaksanakan

serta adanya kegiatan pihak ketiga yang tidak terlaksana sehingga ke depannya

perlu perencanaan yang lebih baik lagi.Pencapaian sasaran strategis berdasarkan

tiga perspektif dapat dirangkum seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.30. Capaian IKU dari Tiga Perspektif

No.PERSPEKTIF

CAPAIAN2014 2013

1. Perspektif Pemangku Kepentingan(Stakeholders)

448,30 330,25

2. Perspektif Proses Pelaksanaan Tupoksi 246,18 103,693. Perspektif Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan241,57 70,89

Rata-rata 312,02 168,28

Berdasarkan tabel tersebut diatas, terlihat bahwa ada peningkatan tingkat

pencapaian indikator kinerja sasaran sesuai dengan tiga perspektif. Perspektif

pemangku kepentingan pada tahun 2014 telah mencapai tingkat pencapaian rata-

rata sebesar 448,30 lebih tinggi dibandingkan tingkat pencapaian pada tahun 2013

yang bernilai sebesar 330,25 persen.

Dari sisi perspektif proses pelaksanaan tupoksi pada tahun 2014 telah mencapai

246,18 persen, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2013

yang hanya sebesar 103,69 persen.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 56

Page 57: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Dari sisi perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan, pada tahun 2014 telah

mencapai 241,57 persen, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan

tingkat pencapaian pada tahun 2013 yang hanya sebesar 70,89 persen.

Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pencapaian sasaran strategis dari 3 perspektif

pada tahun 2014 mencapai nilai 312,02 persen, mengalami kenaikan dibandingkan

tingkat pencapaian tahun 2013 yang hanya sebesar 168,28 persen.

Hasil yang telah dicapai dari perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan

memberi dukungan terhadap pencapaian sasaran strategis perspektif tugas pokok

dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro serta akan berdampak pada

pencapaian realisasi sasaran strategis dari sisi perspektif pemangku kepentingan

(stakeholdes) sebagaimana tergambarkan dalam peta strategi Direktorat Jenderal

Industri Agro.

4. ANALISIS CAPAIAN KINERJA RENCANA STRATEGIS 2010 – 2014

Berdasarkan dokumen perencanaan strategis (renstra) Direktorat

Jenderal Industri Agro, secara umum capaian kinerja terhadap dokumen tersebut

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.31. Capaian Kinerja Pembangunan Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun 2010 - 2014

Program/KegiatanOutcome/

OutputIndikator

Target Realisasi2010 2011 2012 2013 2014 2014

Revitalisasi dan Pertumbuhan Industri Agro

Pulihnya pertumbuhan industri agro meningkatnya nilai tambah industri berbasis agro

Pada tahun 2014, utilitasi kapasitas produksi pulih mencapai 75% sebagaimana sebelum krisis

80% 74,61%

Prioritas Nasional

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 57

Page 58: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Program/KegiatanOutcome/

OutputIndikator

Target Realisasi2010 2011 2012 2013 2014 2014

Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical

Terbentuknya kawasan industri berbasis MSM di 3 propinsi

Lokus Pengembangan

3 3 3 3 3 3

Revitalisasi Industri Gula

Terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi industri gula untuk mencapai swasembada gula

Jumlah kegiatan pelaksanaan rencana aksi mendukung revitalisasi industri gula

2 5 6 6 6 9

Prioritas Bidang PerekonomianPengembangan klaster industri furniture, kertas dan bahan bakar nabati

Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster

Lokus Pengembangan Klaster

4 4 4 4 4 4

Pengembangan klaster industri kelapa, kakao, gula, rumput laut dan perikanan

Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster

Lokus Pengembangan Klaster

4 4 4 4 4 6

Pengembangan klaster industri buah, kopi, susu dan tembakau

Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster

Lokus Pengembangan Klaster

4 6 6 6 6 7

Non PrioritasStandarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Terwujudnya standarisasi produk industri makanan, hasil laut dan perikanan

Rumusan SNI dan Revisi SNI industri makanan, hasil laut dan perikanan

4 4 4 4 4 8

Standarisasi Terwujudnya Rumusan 13 13 20 20 20 12

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 58

Page 59: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Program/KegiatanOutcome/

OutputIndikator

Target Realisasi2010 2011 2012 2013 2014 2014

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

standarisasi produk industri hasil hutan dan perkebunan

SNI dan Revisi SNI industri hasil hutan dan perkebunan

Standarisasi Industri Minuman dan Tembakau

Terwujudnya standarisasi produk industri minuman dan tembakau

Rumusan SNI dan Revisi SNI industri minuman dan tembakau

3 4 5 5 5 5

Ketahanan Pangan

Ketersediaan dan diversifikasi produk pangan yang mendukung ketahanan pangan

Unit mesin dan peralatan pengolahan makanan, hasil laut dan perikanan yang mendukung ketahanan pangan

2 2 2 2 2 0

Kegiatan Penunjang

Terlaksananya sinkronisasi pameran, kerjasama internasional, penyusunan database, penyusunan kinerja, pelatihan ISO 22000, Partisipasi Sidang ACCSQ pada industri agro

Frekuensi pameran, jumlah pelatihan, jumlah rapat dan sidang kerjasama internasional dan jumlah rapat dan sosialisasi

10 15 20 20 20

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 59

Page 60: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Pada tahun 2014, tingkat utilisasi kapasitas produksi sebesar 74,61%,

capaian tersebut dibawah target yaitu 80%. Nilai tersebut dikarenakan

meningkatnya jumlah industri baru yang berkembang namun belum melakukan

produksi, disamping itu tidak diimbangi dengan persediaan bahan baku, sehingga

utilitas beberapa produksi menurun, seperti industri kakao, daging olahan dan

lainnya.

A. Prioritas Nasional :

1. Revitalisasi Industri Gula

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi gula

untuk mencapai swasembada gula, jumlah kegiatan pelaksanaan rencana

aksi mendukung revitalisasi industri gula berjumlah 9 kegiatan. Hal ini

melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 6 kegiatan. Kegiatan-kegiatan

tersebut meliputi:

- Bantuan Keringanan Pembiayaan Mesin/peralatan Pabrik Gula Dalam

Rangka Revitalisasi Industri Gula

- Konsultansi Manajemen Dan Monitoring Industri Gula (KMM - Industri

Gula)

- Lembaga Penilai Independen Industri Gula (LPI - Industri Gula)

- Fasilitasi Dan Koordinasi Pelaksanaan Revitalisasi Industri Gula

- Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu

- Pelaksanaan Audit Teknologi Industri Gula rafinasi

- Evaluasi Persediaan Raw Sugar dan Pendistribusian Gula Kristal

Rafinasi

- Survey Kebutuhan Gula Rafinasi untuk Industri Makanan dan

Minuman

- Verifikasi Kontrak dan Penyaluran Gula Kristal Rafinasi

2. Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 60

Page 61: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Dengan telah dikeluarkan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang percepatan

Pelaksanaan Pembangunan Tahun 2010 maka diperlukan tugas, fungsi

dan kewenangan dalam rangka percepatan pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional Tahun 2010.

Untuk mencapai sasaran pertumbuhan tersebut, prioritas dan arah

kebijakan pembangunan sektor industri adalah peningkatan daya saing

industri Minyak Sawit Mentah (MSM), dengan kebijakan diarahkan untuk

meningkatkan utilitas kapasitas terpasang, memperkuat struktur industri,

memperkuat basis produksi, memenuhi kebutuhan dalam negeri, memiliki

potensi ekspor serta mengolah sumber daya alam di dalam negeri.

Pembangunan kawasan ini merupakan output yang diharapkan selesai

dalam jangka waktu yang panjang 2010-2025. Beberapa kegiatan yang

mendukung pengembangan program tersebut antara lain :

a. Fasilitasi dan koordinasi dalam rangka pengembangan klaster hilir

kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Papua.

b. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit

c. Sinkronisasi Implementasi Kebijakan Pendukung Pengembangan

Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit

B. Prioritas Bidang Perekonomian:

1. Pengembangan Klaster Industri Kelapa, Kakao, Gula, Rumput Laut dan

Perikanan

Untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi kelembagaan klaster,

Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan telah

mengembangkan 6 lokus pengembangan klaster. Hal ini menunjukkan

bahwa Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan melebihi

target sebesar 4 lokus pengembangan klaster. Lokus pengembangan

klaster yang telah dikembangkan, meliputi:

- Provinsi Sulawesi Selatan (klaster industri kakao)

- Provinsi Sulawesi Tengah (klaster industri kakao)

- Provinsi Riau (klaster industri kelapa)

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 61

Page 62: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

- Provinsi Sulawesi Utara (klaster industri kelapa)

- Provinsi Maluku (klaster industri rumput laut dan perikanan)

- Provinsi Jawa Timur (klaster industri gula)

2. Pengembangan Klaster Industri furniture, kertas dan bahan bakar nabati

Untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi kelembagaan klaster,

Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan telah mengembangkan 4

lokus pengembangan klaster. Hal ini menunjukkan bahwa Direktorat

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan tidak mencapai target sebesar 4

lokus pengembangan klaster. Lokus pengembangan klaster yang telah

dikembangkan, meliputi:

- Provinsi Sumatera Selatan (klaster industri karet)

- Provinsi Jambi (klaster industri karet)

- Provinsi Riau (klaster industri kertas dan bahan bakar nabati)

- Provinsi Sumatera Utara (klaster industri bahan bakar nabati)

- Provinsi Kalimantan Tengah (klaster industri furniture)

- Provinsi Sulawesi Barat (klaster industri furniture)

- Provinsi Sulawesi Tengah (klaster industri furniture)

C. Non Prioritas :

1. Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri makanan,

hasil laut dan perikanan, pada tahun 2014, Direktorat Industri Makanan,

Hasil Laut dan Perikanan menyusun 2 Rumusan SNI dan 6 Revisi SNI

industri makanan, hasil laut dan perikanan. Jumlah tersebut melebihi

target sebesar 4 buah. Rumusan SNI baru yang disusun sebagai berikut:

- RSNI Keripik Buah

- RSNI Roti Manis

Adapun revisi SNI yang disusun sebagai berikut:

- RSNI Keripik Tempe Goreng

- RSNI Lada Putih Bubuk

- RSNI Lemak Reroti

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 62

Page 63: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

- RSNI Jipang Beras

- RSNI Tahu

- RSNI Roti Tawar

2. Standarisasi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri hasil hutan

dan perkebunan pada tahun 2014, Direktorat Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan menyusun 10 Rumusan SNI Furniture dan 10 Revisi SNI Pulp

dan Kertas. Jumlah tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan sebesar

20 RSNI/SNI.

3. Standarisasi Industri Minuman dan Tembakau

Untuk mendukung terwujudnya standarisasi produk industri minuman

dan tembakau pada tahun 2014, Direktorat Industri Minuman dan

Tembakau menyusun 5 Rumusan SNI. Jumlah tersebut sesuai dengan

target yang ditetapkan sebesar 5 RSNI/SNI. Rumusan SNI yang baru

disusun antara lain SNI Rokok Putih dan Cerutu, SNI Anggur, SNI Bir, SNI

Arak, SNI Susu Pasteurisasi, dan SNI Krimer Nabati Bubuk.

4. Ketahanan Pangan

Pada tahun 2014 Direktorat Jenderal Industri Agro tidak memberikan

bantuan mesin dan peralatan pengolahan makanan, hasil laut dan

perikanan yang mendukung ketahanan pangan, hal ini dikarenakan

kegiatan pembangunan pabrik pakan ternak di Papua Barat dihentikan,

kerena gagal lelang, sehingga kegiatan tersebut dilakukan penghematan.

5. Kegiatan Penunjang

Untuk mendukung tercapainya sasaran yang ditetapkan di dalam

RENSTRA Ditjen Industri Agro pada tahun 2014, Direktorat Jenderal

Industri Agro berpartisipasi pada 11 sidang kerjasama internasional, 19

pameran, dan mengadakan 2 pelatihan. Total kegiatan yang dilaksanakan

sebanyak 20 kegiatan, dan telah memenuhi target yang ditetapkan.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 63

Page 64: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Sidang kerjasama internasional yang diikuti meliputi:

1. The Second World Cocoa Conference (WCC2) di Belanda

2. The 6th Bilateral Consultation Meeting and Overview for Sugar Trade

between Indonesia and Thailand di Thailand

3. Sidang Trade Policy Review (TPR) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di

Swiss

4. Sidang Codex Committee on General Principles (CCGP)di Perancis

5. Sidang The 89th Regular Session of the International Cocoa Council &

Other ICCO Meetings di Swiss

6. Sidang The 17th Meeting of The National Focal Point For Asean Cocoa

Club (ACC) on Joint Asean Cooperation In Agriculture And Forest

Products Promotion Schemedi Malaysia

7. Sidang The 90th Reguler Session of The International Cocoa Council &

Other ICCO Meetingsdi Inggris

8. Sidang AANPRC di Chiang Mai Thailand.

9. Sidang CCFA di Hongkong

10. Sidang CCPFVdi Amerika Serikat

11. Sidang PFPWG di Myanmar dan Vietnam

Kegiatan pameran yang diikuti Direktorat Jenderal Industri Agro pada

tahun 2014 meliputi:

1. Pameran The 39th Internasional Food and Beverage Exhibition

(Foodex) di Jepang

2. Pameran Salon International de I'Agroalimentaire (SIAL) 2014 di Paris

3. Pameran Asian Food Market (SIAL) Expo tanggal 12 - 16 Mei 2014 di

Shanghai China

4. Pameran Saudi Arabia Food Hotel and Hospitality 2014 di Jeddah, Arab

Saudi

5. Pameran Industri Peternakan Internasional VIV Europedi Utrecht,

Belanda

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 64

Page 65: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

6. Pameran Agrinex 2014 di Jakarta

7. Pameran Makanan dan Minuman Kementerian Perindustrian 2014 di

Jakarta

8. Pameran Produksi Indonesia 2014 di Bandung

9. Pameran Agrowisata Indonesia 2014 di Bali

10. Pameran Hari Kakao Indonesia 2014 di Makassar

11. Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 di Jakarta

12. Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) di Makassar

13. Pameran Agrinex Expo 2014 di Jakarta

14. Pameran Agrowisata di Bali

15. Pameran BICO di Jogja

16. Pameran Indonesia Coffee Festival di Bali

17. Coffee & Tea Expo di Dublin

18. Seoul International Coffee Show

19. Pameran Food Expo di Jepang tahun 2015

Pelatihan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Industri Agro pada tahun

2014 sebagai berikut:

1. Pelatihan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik di Semarang.

2. Pelatihan SDM Pakan Ternak di Bogor

3. Pelatihan konservasi energi industri karet remah di Jambi dan

Banjarmasin

4. Pelatihan kempetensi SDM industri furniture bidang teknik produksi

di Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 65

Page 66: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

5. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

Berdasarkan capaian Penetapan Kinerja, Dokumen Rencana Strategis 2010-2014,

Realisasi Fisik dan realisasi penyerapan anggaran tahun 2014, maka rasio

penggunaan anggaran direktorat Jenderal Industri Agro dapat dirangkum sebagai

berikut:

Tabel 3.19. Rasio penyerapan anggaran terhadap capaian kinerja

No UraianCapaian

(%)

Rasio terhadap

penyerapan anggaran

(%)

1 Penetapan Kinerja 312,02 365,79

2 Rencana Strategis 2010-2014 93.26 109,33

3 Realisasi Fisik 95,98 86,30

Rata-rata 187,14

Berdasarkan nilai tersebut, maka pencapaian ketiga capaian kinerja

tersebut tidak efisien, karena menggunakan 187,14% melebihi target yang

ditetapkan yaitu 100%.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 66

Page 67: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

6. ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN/KEGAGALAN ATAU

PENINGKATAN/PENURUNAN KINERJA

Beberapa faktor yang mendukung peningkatan kinerja antara lain:

Kuatnya daya saing industri pengolahan sehingga bisa dilakukan penerapan SNI

Wajib Industri Agro

Tersedianya insentif untuk investasi baru atau perluasan industri agro

Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang dapat dimanfaatkan

untuk promosi produk industri agro

Terbentuknya LSP dan pembentukan tempat uji kompetensi bidang industri

agro mempermudah penerapan sertifikasi assesor.

Tumbuhnya iklim investasi industri agro. Hal ini dapat dilihat dari munculnya

unit usaha baru pada tahun 2014, yang menyebabkan naiknya nilai ekspor

produk industri agro serta meningkatnya produkstivitas tenaga kerja.

Tersedianya insentif berupa BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah)

sehingga membantu industri dalam mendapatkan akses bahan baku.

Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang dapat dimanfaatkan

untuk promosi produk industri agro.

Tersedianya insentif berupa tax allowance dan tax holiday sehingga membantu

industri dalam mendapatkan akses bahan baku.

Tumbuhnya iklim investasi industri agro, yang menyebabkan naiknya nilai

ekspor produk industri agro serta meningkatnya produkstivitas tenaga kerja.

Banyaknya event pameran baik dalam dan luar negeri yang dapat dimanfaatkan

untuk promosi produk hilir agro sehingga meningkatkan nilai ekspor.

Adapun faktor-faktor yang menghambat diantaranya:

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 67

Page 68: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Meningkatnya kapasitas produksi industri agro yang tidak diimbangi dengan

ketersediaan stok bahan baku sehingga menyebabkan utilitas produksi industri

agro dibawah target, seperti: industri kakao, industri pengolahan daging dan

industri gula rafinasi.

Produk-produk furniture dengan nilai impor atau harga jual Rp. 2 juta atau lebih

per-unit atau satuan dikenakan pajak penjualan barang mewah sebesar 40 %

sesuai dengan PMK No. 570/KMK.04/2000 (pasal 4 lampiran IV butir j) dirasa

memberatkan industri furniture dalam negeri.

Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian berdasarkan Surat Edaran

Dirjen Pajak Nomor SE-24/-PJ/2014, sekaligus memperkuat Keputusan MA

Nomor 70/P/-HUM/2013 yang menegaskan bahwa semua komoditas

pertanian, perkebunan, dan kehutanan dikenakan PPN 10%, hal ini

mengakibatkan berkurangnya stok bahan baku industri agro dalam negeri.

Kondisi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat mempengaruhi

penurunan nilai ekspor industri agro.

Kampanye dan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang diterapkan pada beberapa

komoditi industri agro.

Terbatasnya bahan baku dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industri

mengakibatkan tidak tercapainya target utilitas produksi

Anggaran yang terus berubah-ubah di pertengahan tahun pelaksanaan

Data pendukung yang kurang aktual dan kurang berkualitas.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan antara lain:

Bekerjasama dengan stakeholder yang menangani ketersediaan bahan baku

industri

Bekerja sama dengan intansi, asosiasi dan perusahaan untuk mendapatkan data

yang lebih aktual dan berkualitas

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 68

Page 69: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Melaksanakan perencanaan yang lebih matang dengan mempertimbangkan

adanya perubahan anggaran yang tiba-tiba di pertengahan tahun, sehingga

tidak menghambat pelaksanaan kegiatan

B. REALISASI ANGGARAN

Dari total anggaran di dalam DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2014

dengan total sebesar Rp. 199.275.906.000,- telah terealisasi sebesar

Rp. 169.982.842.429.000,- atau sebesar 72,24 persen. Realisasi DIPA sampai dengan

31 Desember 2014 berdasarkan Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.31. Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2014 Berdasarkan Kegiatan

No.Uraian Kegiatan

(Eselon II)Pagu Anggaran

(Rp.)

Realisasi(Rp.)

Capaian

(%)1. Revitalisasi dan

Penumbuhan Industri Hasil

Hutan dan Perkebunan

27.121.622.000,- 24.933.494.414 91,93

2. Revitalisasi dan

Penumbuhan Industri

Minuman dan Tembakau

30.332.550.00

0,- 23.627.751.096 77,90

3. Revitalisasi dan

Penumbuhan Industri

Makanan, Hasil Laut dan

Perikanan

98.317.854.000,- 81.455.271.590 82,85

4. Penyusunan dan Evaluasi

Program Revitalisasi dan

Penumbuhan Industri Agro

43.503.880.000,- 39.966.325.329 91,86

Total 199.275.906.000,- 169.982.842.429,- 85,30

Tingkat realisasi penyerapan anggaran pada tahun 2014 sebesar 85,30 persen

lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar 72,24 persen. Realisasi tertinggi

adalah pada kegiatan Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 69

Page 70: agro.kemenperin.go.id · Web viewBAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010-2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur

Perkebunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

dengan realisasi sebesar 91,93 persen dan terendah pada kegiatan Revitalisasi dan

Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau yang dilaksanakan oleh Direktorat

Industri Minuman dan Tembakau dengan realisasi sebesar 77,90 persen.

Anggaran ditargetkan 90 persen dan terealisasi sebesar 85,30 persen pada tahun

2014. Melihat kondisi tersebut di atas, maka realisasinya dibawah dari target. Tidak

tercapainya target dikarenakan oleh rendahnya realisasi anggaran Direktorat Industri

Minuman dan Tembakau yang hanya 77,90 persen. Beberapa penyebab rendahnya

realisasi anggaran Direktorat Industri Minuman dan Tembakau antara lain :

1. Adanya wacana penghematan yang pada akhirnya tidak dilaksanakan, namun

menghambat percepatan pelaksanaan kegiatan

2. Terbatasnya data pendukung yang diperoleh sehingga informasi yang disajikan

kurang akurat dan aktual.

3. Kurangnya jumlah SDM akibat pegawai pensiun dan belum ada lagi penerimaan

pegawai baru yang diperlukan untuk menunjang kinerja industri minuman dan

tembakau.

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2014 III - 70