Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

14
Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persimpangan antara jalan utama seperti perpotongan bertingkat, pulau-pulau/bundaran. 2. Persimpangan antara jalan penghubung lokal. 3. Persimpangan antara jalan kendaraan bermotor dengan yang tidak bermotor. 4. Penyeberangan pejalan kaki. 5. Persimpangan dengan jalan kereta api. 6. Jembatan penyebrangan jalan. 7. Jembatan penyeberangan sungai. e. Bentuk Kota Rencana zone (1ingkungan) kota perlu diperhatikan, antara lain : 1. Lingkungan untuk industri 2. Lingkungan untuk pemerintahan dan pelayanan masyarakat. 3. Lingkungan untuk perumahan 4. Lingkungan untuk perdagangan. Masing-masing lingkungan mempunyai system penerangan yang disesuaikan dengan jenis jalan yang terdapat pada lingkungan/daerah tersebut. f. Pola Hijau dan Rekreasi Rekreasi yang bersifat umum seperti lantai, kebun binatang, taman-taman kota, plaza, air mancur, termi- nal, tempat rekreasi, monumen, memiliki rencana pene-

Transcript of Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

Page 1: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persimpangan antara jalan utama seperti perpotongan bertingkat, pulau-

pulau/bundaran.

2. Persimpangan antara jalan penghubung lokal.

3. Persimpangan antara jalan kendaraan bermotor dengan yang tidak bermotor.

4. Penyeberangan pejalan kaki.

5. Persimpangan dengan jalan kereta api.

6. Jembatan penyebrangan jalan.

7. Jembatan penyeberangan sungai.

e. Bentuk Kota

Rencana zone (1ingkungan) kota perlu diperhatikan, antara lain :

1. Lingkungan untuk industri

2. Lingkungan untuk pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

3. Lingkungan untuk perumahan

4. Lingkungan untuk perdagangan.

Masing-masing lingkungan mempunyai system penerangan yang

disesuaikan dengan jenis jalan yang terdapat pada lingkungan/daerah tersebut.

f. Pola Hijau dan Rekreasi

Rekreasi yang bersifat umum seperti lantai, kebun binatang, taman-taman

kota, plaza, air mancur, terminal, tempat rekreasi, monumen, memiliki rencana

penerangan dengan penonjolan pada estetika seperti penggunaan lampu hias dan

lampu sorot. Pola penghijauan jalan-jalan dengan pohon sepanjang sisi jalan perlu

difikirkan, agar pepohonan tidak menghalangi penerangan jalan.

g. Keadaan Sumber dan Jaringan Listrik

Penyebaran penerangan jalan sangat tergantung pada kondisi pemasangan

instalasi dan sistem jaringan listrik yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan

penerangan jalan yaitu :

1. Pemasangan penerangan pada tiang tegangan rendah.

2. Tegangan listrik serta masalah turunnya tegangan di bawah syarat

minimal.

Page 2: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

3. Standarisasi peralatan instalasi penerangan perlu disesuaikan dengan

sistem yang telah ada.

4. Tersedianya daya yang merata di sepanjang Jalan/ daerah.

5. Usaha penghematan pemakaian energi listrik.

h. Pembangunan jalan dan Pembangunan Energi Listrik

Pembangunan jalan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan

tahap perluasan kota. Begitu juga dengan pembangunan kelistrikan kota mutlak

diperlukan agar kegiatan kehidupan kota berlangsung terus menerus selama 24

jam setiap hari. Oleh sebab itu pelaksanaan pembangunan penerangan jalan sangat

terkait dengan perluasan jalan dan kelistrikan suatu kota.

i. Iklim dan Kondisi Jalan

Perlengkapan instalasi penerangan jalan sangat tergantung dengan keadaan

iklim dan kondisi jalan. Pada daerah pinggir pantai perlu dipilih perlengkapan

penerangan yang tahan karat. Demikian juga dengan kondisi jalan yang berdebu,

masuknya uap air serta getaran dari angin perlu pemilihan komponen-komponen

penerangan yang dapat menjaga kualitasnya.

2. Kriteria Penerangan Jalan

Secara umum ada beberapa kriteria penerangan jalan yang perlu

diperhatikan, antara lain:

a. Visual Performance

Sejak kejernihan pandangan sebagai akhir dari ketentuan

perencanaan penerangan dan bukan oleh iluminasi, tetapi adalah luminansi

(kesilauan), maka berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan hasil

penerangan yang baik. Jadi tidak, hanya didasarkan untuk mencapai

iluminasi yang tinggi, tetapi mempertimbangkan faktor kenyamanan

pengemudi kaki bila berada di Jalan. Visual performance mempunyai

kriteria antara lain:

Page 3: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

1) Batas Luminansi

Luminansi rata-rata permukaan jalan diperlukan sebagai salah

satu syarat untuk mendapatkan visual performance yang baik. Semakin

besar luminansi maka kontras dirasakan mata makin bertambah dan

perlu diperbaiki. Sebagai penerangan yang nyata dipergunakan rata-rata

luminansi permukaan jalan bila pengemudi berada pada jarak kira-kira

60 m dan 160 meter.

Rata-rata luminansi permukaan jalan juga mempengaruhi derajad

kenyamanan penglihatan (visual confort) dari instalasi penerangan jalan.

Nilai rata-rata luminansi permukaan jalan yang dipergunakan untuk

bermacam-macam kategori jalan biasanya dengan batas minimal 0,5

cd/m untuk lalu lintas jalan dengan kepadatan rendah dan 2 cd/m untuk

lalu lintas yang padat dan kecepatan yang sangat tinggi.

2) Keseragaman (Uniformity)

Untuk mendapatkan visual performance yang baik maka

keseragaman cahaya lampu yang disyaratkan untuk overal uniformity

(Uo) adalah 0,4. Overall Uniformity adalah perbandingan luminansi

minimum dengan luminansi rata-rata dan hasilnya tidak boleh lebih

rendah dari 0,4.

3) Silau (glare)

Didalam kriteria visual performance batas silau (6) minimal yang

diizinkan bagi lalu lintas sangat rendah adalah > 4, dan untuk lalu lintas

jalan sangat padat yaitu > 6.

b. Kenyamanan Penglihatan (Visual Confort)

Untuk mendapatkan keseragaman penglihatan dari penerangan jalan

diperlukan pula beberapa kriteria antara lain :

1) Batas Luminansi

Sama halnya dengan kriteria visual performance, untuk kenyamanan

penglihatan juga menghendaki luminansi permukaan jalan. Luminansi rata-

rata untuk lalu lintas sangat rendah adalah 0,5 cd/m, dan untuk lalu lintas

sangat tinggi luminansi rata-rata 2 cd/m.

Page 4: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

2) Keseragaman (Uniformity)

Keseragaman yang diharapkan untuk mendapai kenyamanan penglihatan

adalah pada arah memanjang jalan (U1). Kerataan ini diperolah melalui

parbandingan luminansi minimum dengan luminansi maksimum.

Keseragaman minimal untuk lalu lintas dengan kepadatan rendah adalah >

0,5 dan untuk lalu lintas sangat tinggi > 0,7.

3) Silau

Batas silau untuk kenyamanan penglihatan ditentukan besar kecilnya

Threshold Increment (TI). Batas Ti untuk lalu lintas sangat tinggi > 10 7.

dan untuk lalu lintas sangat rendah adalah > 20 %.

3. Klasifikasi Distribusi Cahaya

Untuk mendapatkan pembagian cahaya yang baik dengan pertimbangan

pengoperasian yang lebih praktis dari sebuah sumber cahaya, maka jarak cahaya

pada pemasangan yang tinggi harus dijaga konstan. Diperlukan beberapa

pembagian cahaya yang berbeda-beda untuk menerangi lebar jalan yang berbeda-

beda secara efektif. Pembagian cahaya dari armatur dikelompokkan atas beberapa

bagian yaitu:

a. Pembagian Cahaya Vertikal (Tegak Lurus)

Pembagian cahaya vertikal digunakan untuk jarak pemasangan

tiang yang tinggi. Pembagian dengan sudut vertikal yang lebih tinggi dari

penyetaran intensitas cahaya maksimum diperlukan untuk mendapatkan

keseragaman cahaya yang diinginkan. Pembagian cahaya vertikal juga

terdiri atas tiga kelompok, yaitu:

1) Pembagian Cahaya Pendek

Sebuah sumber cahaya mempunyai pembagian cahaya yang pendek

bila intensitas cahaya maksimum berada di daerah diagram iso candela

yang pendek.

2) Pembagian Cahaya Menengah

Sebuah cahaya dikatakan mempunyai pembagian cahaya menengah

bila intensitas cahaya maksimum berada di daerah diagram iso candela

menengah.

Page 5: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

3) Pembagian Cahaya Panjang

Sebuah cahaya dikatakan mempunyai pembagian cahaya panjang bila

intensitas cahaya maksimum berada di daerah iso candela yang

panjang.

b. Pembagian Cahaya Lateral (Samping)

Pembagian cahaya samping digunakan untuk lebar jalan pada pemasangan

tiang tinggi. Pembagian cahaya samping dibagi atas dua bagian:

1) Cahaya Pada Daerah Pusat

Cahaya pada daerah pusat dibagi atas beberapa tipe seperti dijelaskan oleh

Simbolon T.W (1979:13) adalah:

a) Tipe I

Suatu distribusi cahaya dikiasifikasikan kepada tipe I bila diagram iso

candela membagi garis intensitas cahaya dan lebar jalan raya sama

besar. Untuk lebih jelasnya lihat gambar.

b) Tipe 1 – 4 jalur

Suatu distribusi cahaya diklasifikasikan kepada tipe 1 – 4 jalur bila ia

mempunyai empat simpangan sorotan, seperti gambar.

c) Tipe V

Suatu distribusi cahaya diklasifikasikan sebagai tipe V bila pembagian

intensitas cahayanya berbentuk lingkaran dan penyebaran cahayanya

sama pada seluruh sudut-sudutnya, perhatikan gambar.

Page 6: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

2) Cahaya Dekat atau Samping Daerah Pusat

Cahaya pada samping daerah pusat dibagi pula atas beberapa tipe :

a) Tipe II

Suatu distribusi cahaya diklasifikasikan sebagai tipe II bila membagi

garis intensitas cahaya setengah maksimum ke dalam daerah longitudinal

(memanjang) dimana titik intensitas cahaya jatuh (pendek, menengah, dan

panjang) tidak melewati sisi jalan.

b) Tipe II - 4 jalur

Suatu distribusi cahaya digolongkan sebagai tipe II - 4 jalur bila ia

mempunyai empat sorotan pada masing-masing lebar jalan, Jelasnya

perhatikan gambar.

c) Tipe III

Suatu distribusi cahaya diklasifikasikan kepada tipe III bila membagi

garis intensitas cahaya setengah maksimum ke dalam daerah memanjang.

Dimana titik maksimum intensitas cahaya jatuh (pendek, menengah,

panjang) berada sebagian atau keseluruhan di sisi jalan, perhatikan gambar.

Page 7: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

d) Tipe IV

Suatu distribusi cahaya digolongkan sebagai tipe IV bila ia membagi

garis intensitas cahaya maksimum ke dalam jajaran memanjang, dimana

intensitas cahaya jatuh (pendek, menengah, panjang) berada sebagian atau

keseluruhan di atas sisi jalan.

c. Pembagian Cahaya di atas intensitas Cahaya Maksimum

Pembagian cahaya di atas intensitas cahaya maksimum ini dikelompokkan

atas tiga bagian:

1) Cut Off

Suatu distribusi cahaya disebut cut off bila intensitas cahayanya 1000 lumen

per lampu, tidak lebih dari 25 (2,25%) pada sudut 900 di atas titik horizontal

dan 100 (10 %) pada sudut 800 di atas titik vertikal.

2) Semi Cut Off

Suatu distribusi cahaya disebut semi cut off bila intensitas cahayanya 1000

lumen per lampu, tidak lebih dari 50 (5 %) pada sudut 900 di atas titik

horizontal dan 200 (20 %) pada sudut 800 di atas titik vertikal.

3) Non Cut Off

Dikategorikan non cut off bila tidak ada pembatasan intensitas cahaya pada

daerah di atas intensitas cahaya maksimum. Pengertian cut off, semi cut off

dan non cut off di dalam tipe armatur berdasarkan rekomendasi C.I.E

(Commission International de 'Eclairage). Tahun 1975 maka batas silau

ditentukan dengan harga Glare (G) dan TI (Threshold Increment), bukan

dengan cut off, semi cut off dan non cut off.

Page 8: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

4. Penyusunan Lampu

Untuk mendapatkan penerangan yang bak maka perbandingan antara jarak

antar lampu dengan tinggi tiang harus dalam daerah distribusi cahaya dari armatur

yang dipergunakan. Jarak antar lampu sering dipengaruhi oleh sistem penyusunan

armatur (tiang) dan lebar jalan. Bila ditinjau dari aspek ekonomi disarankan

menggunakan lampu yang lebih besar untuk jarak dan tinggi lampu yang wajar,

bila dibandingkan dengan menggunakan lampu yang kecil tetapi jarak antar tiang

lebih dekat.

Penyusunan lampu dijelaskan oleh Philips (1996:122) dapat dibagi atas

beberapa cara antara lain:

a. Jalan Satu Jalur

Ada empat jenis penyusunan lampu pada lalu lintas jalan satu jalur,

yaitu;

1) Penyusunan lampu (tiang) satu sisi

Penyusunan lampu (tiang) satu sisi (single side) yaitu pemasangan

tiang lampu hanya pada salah satu sisi jalan saja. Biasanya dipakai

jalan-jalan penghubung.

2) Penyusunan lampu selang seling

Penyusunan lampu selang seling (staggered) yaitu pemasangan tiang

lampu pada kedua sisi jalan secara selang seling. Tipe ini biasanya

dipakai pada jalan yang lebar atau jalan utama.

3) Penyusunan lampu berhadap-hadapan

Penyusunan lampu berhadap-hadapan (opposite) yaitu pemasangan

lampu pada kedua sisi jalan dengan posisi berhadap-hadapan. Tipe ini

juga untuk jalan utama dan jalan lintas yang sangat memerlukan

penerangan yang tinggi dan baik.

4) Penyusunan lampu menggantung di tengah jalan

Penyusunan lampu menggantung di tengah jalan (span wire) adalah

pemasangan lampu dengan posisi menggantung di tengah jalan,

Biasanya pemasangan jenis ini terbatas pada jalan kecil saja.

Page 9: Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut.doc

Untuk lebih jelasnya bentuk penyusunan armature dapat dilihat gambar ini :

Gambar 5a. Susunan lampu (tiang) jalan satu jalur (Phlips 1986:123)

b. Jalan Dua Jalur

Untuk jenis jalan dua jalur ada tiga cara pemasangan tiang lampu,

yaitu :

1) Penyusunan dua armatur di tengah

Penyusunan dua armatur di tengah-tengah jalan (central twin bracket)

adalah dengan, menyusun dua armatur pada satu tiang di tengah jalan.

Biasanya digunakan pada jalan utama dan jalan lintas.

2) Kombinasi dua armatur di tengah dengan berhadap-hadapan.

Penyusunan dua armatur di tengah-tengah dan, dikombinasikan

dengan penyusunan armatur berhadap-hadapan (combined twin

bracket and opposite). Penyusunan armatur jenis ini dipakai untuk

jalan utama, jalan lintas dan jalan bebas hambatan (tol).

3) Penyusunan armatur memanjang di tengah jalan

Penyusunan armatur memanjang di tengah jalan sepanjang jalan

(catenary) biasa digunakan untuk jalan-jalan penghubung.