POLA PERSIMPANGAN

19
©2003 Digitized by USU digital library 1 POLA PERSIMPANGAN BENY OCTOFRYANA YOUSCA MARPAUNG, ST.,MT Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Persimpangan merupakan pertemuan dua jalan, dan sering menimbulkan pemandangan yang kurang menarik. Hal ini merupakan masalah visual yang harus diperhatikan oleh perancang kota tak terkecuali juga dinas tata kota. Sebenarnya masalah desain persimpangan sering diindikasikan pada kemampuan dan kualitas si perancang untuk peka dalam menyikapinya. Persimpangan merupakan area yang penting dan dapat dijadikan sebagai tanda yang berfungsi untuk memperkaya kesan visual pada lingkungan dan tata ruang suatu kota. Sehingga keberadaan persimpangan sering dijadikan unsur yang penting karena berkaitan erat dengan keindahan dan penempatan ornamen-ornamen. Pada periode awal arsitektur modern, masalah persimpangan jarang diperhatikan, sering diabaikan bahkan tidak dirawat, hal ini acapkali terjadi dalam penataan suatu persimpangan. Sebagai contoh bangunan Georgian di Regent Street, Nottingham yang menerapkan pemakaian batu alam sebagai material bangunan sudut, yang berbeda dengan material yang dipakai pada fasade bangunan pada umumnya. (Gambar 1) Gambar 1 Sudut penonjolan batu alam pada Bangunan Georgian di Jalan Regent, Nottingham Sumber:Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration

Transcript of POLA PERSIMPANGAN

©2003 Digitized by USU digital library 1

POLA PERSIMPANGAN

BENY OCTOFRYANA YOUSCA MARPAUNG, ST.,MT

Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur

Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Persimpangan merupakan pertemuan dua jalan, dan sering menimbulkan pemandangan yang kurang menarik. Hal ini merupakan masalah visual yang harus diperhatikan oleh perancang kota tak terkecuali juga dinas tata kota. Sebenarnya masalah desain persimpangan sering diindikasikan pada kemampuan dan kualitas si perancang untuk peka dalam menyikapinya. Persimpangan merupakan area yang penting dan dapat dijadikan sebagai tanda yang berfungsi untuk memperkaya kesan visual pada lingkungan dan tata ruang suatu kota. Sehingga keberadaan persimpangan sering dijadikan unsur yang penting karena berkaitan erat dengan keindahan dan penempatan ornamen-ornamen. Pada periode awal arsitektur modern, masalah persimpangan jarang diperhatikan, sering diabaikan bahkan tidak dirawat, hal ini acapkali terjadi dalam penataan suatu persimpangan. Sebagai contoh bangunan Georgian di Regent Street, Nottingham yang menerapkan pemakaian batu alam sebagai material bangunan sudut, yang berbeda dengan material yang dipakai pada fasade bangunan pada umumnya. (Gambar 1) Gambar 1 Sudut penonjolan batu alam pada Bangunan Georgian di Jalan Regent, Nottingham Sumber:Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration”

©2003 Digitized by USU digital library 2

Ketika penerapan detail pada sudut suatu persimpangan menjadi suatu gaya, maka lahir dua tipe umum sudut yaitu sudut dalam dan sudut ruang luar. Sudut dalam terjadi dimana dua bangunan bertemu dan menimbulkan ruang kosong. Sudut ruang luar terjadi, dimana 2 bangunan bertemu dan menimbulkan pemandangan 3 dimensi pada bangunan. Tipe pertama ini umumnya dijumpai pada bangunan umum di lapangan terbuka (piazza), sedangkan tipe yang kedua biasanya menandai suatu sambungan jalan. Pada masa setelah PD II, kepentingan persimpangan merupakan ruang aktivitas pejalan kaki yang dapat dijumpai pada area pemukiman yang rumahnya juga berfungsi sebagai toko, yang terletak di sudut persimpangan jalan. Pemakaian sudut jalan yang bersegi merupakan pilihan utama untuk bangunan pemukiman pribadi, toko-toko besar, dan blok apartemen. Ruang sudut dan sekitarnya sering dianggap sebagai titik pusat perhatian yang nilainya harus melebihi nilai bangunan sekitarnya. Hal ini menyebabkan pengerjaan ornamen harus ditambahkan pada ruang sudut.

Pusat Kota Medan memiliki persimpangan-persimpangan yang keberadaanya sangat berpotensi dalam memperkaya kesan visual ruang kota. Namun pada kenyataannya potensi yang kaya akan visual tersebut saat ini sudah berubah menjadi kumuh, sehingga kesan visualnyapun menjadi tidak bermakna. Dengan kata lain, kesan visual sudah berubah menjadi kesan komersial. Sebagai contoh dapat dilihat pada persimpangan Jalan Sakamulya dan Jalan Imam Bonjol, dimana persimpangan didominasi oleh kesan visual komersial, padahal dibalik spanduk komersial tersebut terdapat bangunan yang keberadaannya berpotensi menjadi titik pandang (Gambar 2).

Situasi persimpangan Jalan Suamulya dan Jalan Imam Bonjol

Bangunan Standart Charter yang ada dibalik spanduk komersial pada persimpangan Jalan Sukamulya dan Jalan Imam Bonjol

Seni perancangan persimpangan adalah salah satu bagian dari ‘desain kota’, dimana hal tersebut bergantung pada pikiran generasi perancangnya pada masa itu yang disebut masa heroik atau modernis. Sehingga dalam hal ini penting sekali pihak pengambil keputusan di Kota Medan memperhatikan potensi visual pada suatu persimpangan, khususnya persimpangan di pusat kota Medan. Di Eropa, masalah desain persimpangan ruang kota dengan bentuk masing-masing dapat diwujudkan dengan metoda penyambungan antara penonjolan dinding dengan

©2003 Digitized by USU digital library 3

dinding batu bata alam, yang dilengkapi dengan struktur yang umum dijumpai di negara-negara Eropa. Pemecahan masalah ini pada masa klasik Yunani adalah dengan cara mengambil kepala tiang yang sama bentuknya kemudian disusun menjadi fasade (wajah) bangunan dan membuatnya bersegi dengan menonjolkan batu alam. Penonjolan tiang batu juga digunakan pada sudut di sepanjang jalur pejalan kaki. Keempat sisi dinding yang tipikal dapat disatukan dengan penggunaan tiang yang sama secara berulang-ulang. Persimpangan juga dapat dibentuk oleh sudut bangunan dengan sebuah kolom tipikal dengan kaki, badan, dan kepala tiang secara simetris (Gambar 3)

Gambar 3 Parthenon, Athena Sumber:Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration” Selain itu, para arsitek masa awal Renaissance memberikan perubahan/variasi bentuk sederhana untuk mengubah ruang luar yang dibentuk oleh bangunan sudut yang biasanya bergantung pada penonjolan tiang segiempat. Kebanyakan bangunan sudut di persimpangan tampak lebih megah dan bersemangat, yang ditampilkan dalam gaya ‘barok’, dimana tiap peralihannya digambarkan lebih dahulu pada kerutan tiang segi empat dari bawah sampai atas. Di Inggris pada zaman “Victoria” dan “Edward” para arsitek mengambil simbol dari abad pertengahan dengan menggambarkan keberadaan menara maupun sekelompok menara. Ruang sudut dalam tidak memiliki ruang lingkup yang sama dengan desain yang bermakna luas, yang mewakili masalah-masalah desain untuk seniman yang kreatif. Untuk pelataran beratap lengkung dimana lengkungannya bertemu dengan ruang sudut dalam dapat ditampilkan secara struktural atau kesan visual diperlemah dengan memberikan penampilan yang kaku (Gambar 4).

©2003 Digitized by USU digital library 4

Gambar 4 Sudut dalam dari Palazzo Medici, Riccardi, Florence Sumber:Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration” Tipologi Sudut Secara teori, pembangunan arsitektur dan desain kota pada masa postmodern sering mengalami inspirasi bentuk dari masa lampau yang bersejarah. Sering juga salah satunya mengacu pada tipologi konstruksi (Krier, 1979; Rossi, 1982). Sebuah tipe dapat didefenisikan sebagai sebuah pola karakteristik khusus atau ilustrasi dari suatu kelas/kelompok benda. Tipologi untuk bangunan sudut kota berikut adalah salah satu tipe fisik, sebuah klasifikasi yang lebih berdasarkan fungsi bentuk daripada kegunaan/fungsinya. Hal tentang mengidentifikasikan ruang lingkup tipe dan tipologi konstruksi bangunan, didapat dari proses pembelajaran bentuk kota tradisional sebagai reaksi pendekatan “modernis” untuk bentuk desain kota. Hal mengenai tipologi, bagaimanapun juga bukanlah hal yang baru. Zucker, misalnya dalam bukunya “Kota dan Lapangan Terbuka” (1959), mendefenisikan tentang model ruang lingkup tipe yang pertama untuk pemakaian dalam lapangan terbuka di kawasan perkotaan. Tipologi Zucker, didasarkan pada makna subjektif dari kualitas ruang lingkup dan sepenuhnya bebas dari kekhususan fungsi dari ruang tersebut. Suatu tipologi meliputi proses mengidentifikasi karakteristik di antara perletakkan bangunan-bangunan dalam suatu ruang kota. Dengan kata lain untuk tujuan suatu pembelajaran, persimpangan suatu ruang kota harus sering digunakan dan ditampilkan dalam kawasan perkotaan sehingga harus mudah dalam pengaturan perletakkannya. Tipologi yang digunakan oleh perancang kota harus mampu untuk menjelaskan keberadaan situasi dan bertindak sebagai karya desain. Tujuan dari keberadaan tipolgi adalah untuk membantu para perancang kota dan Dinas Tata Kota dalam tugasnya menata ruang kota. Adapun beberapa model (tipe) persimpangan yang dapat dijadikan acuan bagi perancang kota dalam menata ruang kotanya adalah sebagai berikut (sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration)

©2003 Digitized by USU digital library 5

1.Persimpangan yang terbentuk oleh sudut negatif 2.Persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada jalan (Gambar 5) 3.Persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada lapangan terbuka (Gambar 6)

Gambar 5 Tipologi sudut pada jalan

Sumber:Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration

Gambar 6 Tipologi sudut lapangan terbuka

Sumber:Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration Adapun yang dibahas lebih dalam pada karya tulis ini adalah persimpangan yang terbentuk oleh sudut negatif dan persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada jalan. Adapun persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada lapangan terbuka akan dibahas pada karya tulis selanjutnya.

Tipologi Persimpangan yang Terbentuk oleh Sudut 1. Persimpangan yang terbentuk oleh sudut negatif

Pada PD II, para perancang kota kurang memperhatikan masalah persimpangan. Sebuah penelitian di Brussel menunjukkan, bahwa para perancang kota dan

©2003 Digitized by USU digital library 6

kekuatan publik melalaikan penataan persimpangan, sehingga sekarang tampak tidak menarik dan hancur (Murdock 1984). Pencetus ini menyatakan bahwa kelalaian perancangan persimpangan ruang kota dapat membahayakan struktur kota sehingga cenderung menimbulkan munculnya daerah kumuh sehingga juga berdampak pada kesan visual yang kumuh. Pada persimpangan yang negatif, kesan yang terasa lebih berat ke dalam sehingga menimbulkan makna sebagai ruang kosong. Ruang kosong ini sering menjadi lokasi ideal untuk halaman yang batasnya sering dipagar. Contoh kasus ini dapat dilihat pada lokasi kantor gubernur di Jalan Penogoro dan RA. Kartini Medan dan Bank Indonesia di persimpangan Jalan Raden Saleh dan Balai Kota Medan (Gambar 7a dan 7b). Gambar 7a Persimpangan Jalan Penogoro dan Jalan RA. Kartini

Gambar 7b Persimpangan Jalan Raden Saleh dan Balai Kota Medan

Bangunan pada lokasi ini dikelilingi oleh halaman yang luas di dalam lingkungan berpagar. Makna persimpangan yang terjadi kurang sesuai dengan penataan untuk persimpangan suatu jalan, karena terlihat pagar dan tanaman lebih mendominasi keberadaan persimpangan.

2. Persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada jalan Adapun tipologi dari persimpangan yang terbentuk oleh sudut pada jalan terdiri dari tiga tipologi, yaitu 1.Angular Street Corner 2.Curved Street Corner 3.Towered Street Corner 1. Angular Street Corner (Persimpangan Jalan Bersegi)

Munculnya persimpangan ini pada awalnya dibentuk oleh gabungan bangunan-bangunan yang muncul pada masa gerakan modern. Pertemuan pada sudut dinding diberikan penekanan, untuk mendapat kemungkinan yang lebih baik, dan direncanakan dengan khusus. Tipe persimpangan seperti ini biasanya tidak digabungkan dengan ornamen ataupan dekorasi. Adapun Persimpangan Jalan yang Bersegi ini terdiri dari Persimpangan bersegi Sederhana dan Persimpangan Berbidang.Persimpangan Bersegi Sederhana muncul ketika dua dinding pada satu bangunan bertemu pada sudut jalan dan membentuk garis tajam. Bentuk

©2003 Digitized by USU digital library 7

fasade bangunan tersebut kemungkinan dapat membentuk sudut 900. Dalam tipe persimpangan seperti ini, bagian sudut bangunan sering kurang mendapat perhatian, sehingga perancang harus memberi tambahan dekorasi yang lebih khusus. (Gambar 8) Gambar 8 Tipologi Persimpangan yang terbentuk oleh bangunan Bersegi Sederhana (Angular) Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration Tipe persimpangan yang dibentuk oleh bangunan dengan tipe diatas dapat dilihat pada bangunan eks Bank Modern yang terletak pada persimpangan Jalan Ahmad Yani dan Mayjend Sutoyo Medan. (gambar 9) Gambar 9 Sirkulasi Jalan Ahmad Yani seperti yang ada saat ini terlihat tidak menyikapi makna bangunan eks Bank Modern yang pada masa kolonial Belanda dirancang sebagai bangunan sudut yang keberadaanya sangat mendukung makna persimpangan yang dibentuk oleh Jalan Ahmad Yani dan Mayjend Sutoyo Medan.

©2003 Digitized by USU digital library 8

Persimpangan Berbidang merupakan usaha yang digunakan oleh perancang pada masa dahulu untuk manata bagian sudut bangunan dengan baik dan fungsional. Adapun tipologinya dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 10 Tipologi Persimpangan yang terbentuk oleh bangunan Bersegi Berbidang (faceted) Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration

Tipe persimpangan berbidang menghasilkan tipe bangunan sudut yang mudah untuk ditata pada bagian fasadenya. Adapun contoh dari tipe ini dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 11 Glasshouse Street, London Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration

©2003 Digitized by USU digital library 9

Pusat Kota Medan juga tidak ketinggalan untuk memiliki tipe persimpangan seperti ini. Hal tersebut dapat terjadi karena pekanya perancang bangunan ini pada masa kolonial Belanda dalam menyikapi suatu persimpangan. Contoh tipe seperti ini dapat dilihat pada bangunan eks Depnaker yang terletak pada persimpangan Jalan Ahmad Yani VII dengan Jalan Mesjid (Gambar 12). Gambar 12 Saat ini kondisi bangunan tidak terawat, tetapi keberadaan desain bangunan sangat peka terhadap persimpangan yang terjadi. Sangat disayangkan kalau suatu saat bangunan ini dihancurkan (mengikuti jejak bangunan eks Mega Eltra), apakah perancang selanjutnya akan memiliki kepekaan yang sama dengan perancang sebelumnya. 2.Curved Street Corner (Persimpangan yang dibentuk oleh sudut jalan melengkung)

Jenis persimpangan ini muncul bilamana dua wajah bangunan yang bertemu tidak membentuk sudut, melainkan sebuah lengkungan. Kemungkinan kesan horizontal menjadi lebih kuat dimana bangunan seakan-akan mengelilingi sudut jalan. Namun kesan vertikal dapat lebih kuat bila terjadi penegasan sudut jalan sebagai elemen desain pada wajah bangunan. Adapun tipologi persimpangan ini terdiri dari Flowing, Wrapped, dan Hinged.

©2003 Digitized by USU digital library 10

a. Flowing (Persimpangan yang Mengalir) Pada persimpangan tipe ini, kesan visual persimpangan yang terjadi dibentuk oleh keseluruhan bagian depan bangunan, dengan lengkungan yang halus. Sudut jalan hampir tidak terlihat dan terlihat wajah bangunan diperkaya lagi dengan menambahkan detail-detail yang dekoratif seperti penampang atap, rangkaian garis (Gambar 12). Sungguh konsep seperti ini, benar-benar dihasilkan oleh perancang yang memiliki kepekaan tinggi dalam menyikapi makna suatu persimpangan. Konsep seperti ini harus menjadi pembelajaran bagi perancang-perancang kota Medan masa kini, agar kesan visual pada persimpangan pusat kota Medan memiliki suatu identitas yang kuat, yang mungkin sulit ditemukan di kota-kota lain Gambar 12 Konsep Skematik Flowing (Persimpangan yang Mengalir) Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration

Contoh konsep ini dapat ditemukan pada persimpangan jalan market/Upper Parliament Nottingham (Gambar 13)

Gambar 13 Sudut yang terletak pada pesimpangan jalan Market/upper Parliament Nottingham Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration”

©2003 Digitized by USU digital library 11

Di Medan, model persimpangan yang mengalir ini dapat kita temui pada bangunan London Sumatera yang terletak dipersimpangan Jalan Ahmad Yani dengan Ahmad Yani VII. Dahulunya gedung ini merupakan bekas gedung “Julianagebouw” dan diambil alih oleh perusahaan perkebunan Inggris “Harrisons dan Crossfield Ltd” dan saat ini berganti nama menjadi PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera. Bangunan sudut London Sumatera ini, membentuk Persimpangan yang Mengalir (Flowing) (Gambar 14).

Gambar 14) London Sumatera yang terletak di persimpangan Jalan Ahmad Yani dengan Ahmad Yani VII Medan b. Wrapped (Perimpangan yang dibentuk oleh sudut bangunan yang berbungkus)

Wrapped juga merupakan sebuah sudut yang berbentuk lengkung, tapi derajat lengkungannya lebih kecil daripada tipologi sudut sebelumnya. Detail yang kuat pada lengkungannya, dapat diambil dari fasade di sepanjang jalan tanpa merubah ritmenya. Penonjolan hiasan pada jendela, dinding, dan pilar-pilar yang dekoratif, membagi bidang-bidang dinding sehingga dapat berpengaruh pada persimpangan yang dibentuk oleh sudut jenis ini, sehingga tercipta kesan yang lebih bebas/tidak menyesakkan (Gambar 15) Gambar 15 Konsep Wrapped (Perimpangan yang dibentuk oleh sudut bangunan yang berbungkus) Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration”

©2003 Digitized by USU digital library 12

Adapun contoh konsep persimpangan tipe wrapped ini dapat dilihat pada gambar 16. Gambar 16 Long Row, Nottingham Contoh bangunan dengan konsep persimpangan tipe wrapped Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration c. Hinged (Perimpangan yang dibentuk oleh sudut bangunan gantung) Sudut bangunan gantung merupakan metoda untuk menyatukan dua fasade bangunan yang menghadap jalan. Keadaan ini merupakan kesempatan untuk memberiikan hiasan untuk fasade yang menghadap jalan, dan secara tegas menyatakan pentingnya sebuah sudut (Gambar 17). Gambar 17 Konsep sudut tipe hinged Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration

©2003 Digitized by USU digital library 13

Adapun contoh konsep sudut tipe hinged ini, dapat dilihat pada gambar 18. Tampak pada gambar sudut yang berbentuk persegi, dihiasi oleh elemen-elemen lengkung dan persegi yang sangat berbeda dengan elemen-elemen pada lantai dasarnya. Gambar 18 Contoh bangunan dengan tipe hinged Shakespeare Street, Nottingham Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration” Tipe hinged pada gambar 18 ini secara ideal, harus sudah dimulai dari dasar, sampai atap bangunan. Pola pada fasade sudut sangat berbeda dengan elemen-elemen di sebalahnya, yang tersusun secara vertikal. Dinding penghubung antara fasade yang bersebelahan berupa garis vertikal yang menonjol yang ditempatkan pada sekeliling sudut. Kesan menyatu timbul karena adanya elemen-elemen panghubung yang keberadaanya dapat saja hilang bila elemen-elemen tersebut terlalu menyolok sehingga bertentangan dengan elemen-elemen vertikal pada umumnya. 2. The Towered Street Corner (Persimpangan yang dibentuk oleh bangunan

bermenara)

Ekspresi yang paling kuat pada sebuah persimpangan adalah jalan yang pada ujungnya diakhiri oleh bangunan bermenara sehingga memberikan tekanan pada garis atap atau siluet pada bangunan-bangunan sudut. Hal ini juga merupakan cara yang paling berhasil dan dramatis dalam mengolah sebuah persimpangan.

©2003 Digitized by USU digital library 14

Gambar 19 Konsep tipe persimpangan Embedded Attached Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration” Bentuk kedua dibedakan berdasarkan perencanaan dan ketinggiannya bangunannya pada blok jalan. Pada bentuk ini menaranya lebih aktif dan memukau dari segi konteksnya dan dapat diterima sebagai landmark yang penting, yang menonjolkan struktur penyusunan kota. Pengolahan yang dekoratif dan penampakan menara kecil harus benar-benar vertikal (tegal lurus) dengan menara utama yang berada di atas garis atap (Gambar 20). Gambar 20 Konsep persimpangan yang dibentuk oleh bangunan Projecting Attached Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration”

©2003 Digitized by USU digital library 15

Adapun contoh tipe persimpangan yang dibentuk oleh bangunan sudut yang memiliki menara terikat, dapat dilihat pada gambar 21. Gambar 21 Contoh persimpangan yang dibentuk oleh bangunan sudut yang memiliki menara terikat. King Street/Queen Street, Nottingham Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration” Model persimpangan bermenara seperti ini juga terjadi pada persimpangan Jalan Rahmat Rusdi dan Jalan Ahmad Yani VII Medan, dimana bangunan yang berfungsi sebagai focal point (pengakhiran) adalah sisi lain dari bangunan eks Depnaker (Gambar 22). Gambar 22 Bangunan Eks Depnaker, yang terletak di persimpangan Jalan Rahmat Rusdi dan Jalan Ahmad Yani VII Medan

©2003 Digitized by USU digital library 16

Contoh lain dari persimpangan jalan bermenara yang terdapat di kota Medan adalah persimpangan Jalan MT Haryono dan Jalan Palangkaraya. Pada persimpangan ini terdapat bangunan Restoran Ria, dimana bentuk manaranya lebih aktif dan berkesan memukau dari segi konteksnya dan dapat diterima sebagai landmark yang penting di Jalan MT. Haryono, sehingga keberadaannya dapat menunjukkan struktur susunan ruang kota (Gambar 23). Gambar 23 Restoran Ria yang terletak di persimpangan jalan MT Haryono dengan Jalan Palangkaraya Pada bangunan Restoran Ria ini, terlihat pengolahan yang dekoratif dilakukan dengan penampakan manara kecil terikat dan terpancang, yang dimunculkan secara vertikal (tegak lurus).

Sebelum arah lalu lintas di Jalan MT. Haryono ini berbalik arah seperti saat ini, terdapat model persimpangan yang dibentuk oleh bangunan bermenara bulat yang populer digunakan sebagai elemen pada bangunan lama yang dibangun masa abad 19 dan awal abad 20 (Gambar 24).

Gambar 24 Jalan MT Haryono pada tahun 1930Sumber: Badan Warisan Sumatera Heritage

©2003 Digitized by USU digital library 17

Keadaan ini merupakan jenis yang kurang lazim dalam hal pengolahan sudut. Dalam hal ini, menara benar-benar terisolasi (terpisah dari bangunan yang fasadenya membentuk jalan) (Gambar 25). Gambar 26 Konsep Persimpangan yang memiliki konsep The Detached Tower (Menara terpisah) Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration” Konsep persimpangan yang dibentuk oleh bangunan yang memiliki menara terpisah terletak pada Piazza San Marco, Venice. Bangunan tersebut berdiri pada sudut jalan bangunan perpustakaan Sansovino yang berfungsi sebagai titik pembelok visual antara Piazzetta dan dan Piazza (Gambar 26). Pada sebuah ruang kota, karena harga tanah yang mahal, bangunan sudut dengan menara terpisah sangat terbatas.

Gambar 26 Contoh The Detached Tower Piazza San Marco, Venice Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration Tipe Persimpangan pada Jalan Lingkungan

©2003 Digitized by USU digital library 18

Tipe persimpangan yang bagus juga terjadi pada jalan yang sifatnya sebagai jalan lingkungan (anak jalan). Perlakuan terhadap garis atap dan lantai dasar bangunan yang membentuk persimpangan, memberi keleluasaan untuk berkreasi dan mencari bentuk baru pada bangunan sudut yang terletak pada jalan lingkungan. Dala kasus ini, sudut jalan umumnya terdiri dari berlapis-lapis sehingga menciptakan suatu bentuk sudut pada jalan lingkungan yang rumit/kompleks. Sebagai contoh bangunan yang dirancang oleh Watson Fothergill di persimpangan jalan Queen Street dan Long Row di bagian utara kota Nottingham (Gambar 27 dan 28). Gambar 27 Contoh persimpangan yang dibentuk oleh bangunan sudut pada jalan yang sifatnya sebagai jalan lingkungan ; Queens Chambers, Long Row, Nottingham Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration”

©2003 Digitized by USU digital library 19

Gambar 28 Stasiun Bus Tavira di Portugis (Sumber: Cliff Moughtin, “Urban Design Ornamen And Decoration)Sudut pada bangunan ini tampak lebih besar, yang mana sebagian kecil bagian depan rumah bertemu pada bagian atap. Sudut pada bangunan ini, ditandai dengan hiasan-hiasan pada kolom yang membentang sampai pada lantai ke dua.

Kesimpulan Dengan semakin gencarnya pengaruh gerakan modern saat ini di kota Medan, ancaman terhadap potensi ruang kotanya akan semakin meningkat. Permasalahan yang dikwatirkan apabila perancang tidak peka terhadap ruang yang akan dirancang, khususnya sudut suatu persimpangan sebagai penghubung dua elemen yang tegas dalam sebuah ruang kota yang bisa saja tidak diyakini oleh perancangnya sebagai masalah pokok desain. Dengan melihat keprihatinan pada Pergerakan Modern, perancang-perancang kota di Medan harus kembali memandang persimpangan-persimpangan sebagai elemen penting bagi kelangsungan lingkungan kota. Para Arsitek dan Perancang kota harus merespons dengan positif bahwa sudut pada suatu persimpangan sebagai sebuah masalah desain dan hasil karya. Sehingga dalam hal ini, sudut jalan pada persimpangan harus memberikan kesempatan yang besar untuk mengenalkan ornamen-ornamen dekorasi ke dalam suatu ruang kota. Daftar Pustaka Cliff Moughtin, Taner OC, dan Steven Tiesdel,1995, URBAN DESIGN – ORNAMEN AND DECORATION, Butter worth Architecture, Britain Krier, Rob, 1991, URBAN SPACE, Colin Rowe, Rizzoli, New York