Adaptasi Ternak

5
Adaptasi Ternak Faktor-Faktor yang melibatkan proses adaptasi terhadap ternak antara lain: 1. Faktor Lingkungan Dalam mempelajari hewan ternak, kita harus mengkaji faktor-faktor lingkungan secara komprehensif. Hal ini perlu dipahami karena akan terjadi saling interaksi di antara faktor-faktor lingkungan itu sendiri dan terjadi saling mempengaruhi sebelum faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi hewan ternak. Terjadi saling interaksi di antara sesama mineral-mineral dengan protein, mineral dengan vitamin, dalam mempengaruhi hewan ternak. Faktor- faktor lingkungan terutama faktor fisik dan kimia berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat dan proses metabolisme hewan ternak. Adaptasi atau penyesuaian diri ternak terhadap lingkungan merupakan suatu bentuk atau sifat tingkah laku yang ditujukan untuk bertahan hidup atau melakukan reproduksi dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan yang tidak baik dapat mengakibatkan perubahan status fisiologis ternak yang disebut stres. Ternak yang terkena stres tingkah lakunya akan berubah. Cara ternak untuk mengatasi atau mengurangi stres adalah dengan penyesuaian diri, baik secara genetis maupun fenotipe. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan mengalami stress. Selain itu lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat produktivitas ternak atau performance selain faktor genetic. Sehingga lingkungan yang berhubungan langsung dengan performance pada ternak merupakan faktor terpenting dalam penentuan karakter atau sifat dari ternak. Pada umumnya lingkungan mempunya presentase yang lebih tinggi dibanding genetic yaitu 70% untuk lingkungan sedangkan genetic 30%. Sehingga mengambil bagian yang sangat penting dalam membentuk karakter ternak. 2. Faktor Iklim Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerah- daerah di Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut.

description

Adaptasi ternak

Transcript of Adaptasi Ternak

Adaptasi Ternak

Faktor-Faktor yang melibatkan proses adaptasi terhadap ternak antara lain:1. Faktor LingkunganDalam mempelajari hewan ternak, kita harus mengkaji faktor-faktor lingkungan secara komprehensif. Hal ini perlu dipahami karena akan terjadi saling interaksi di antara faktor-faktor lingkungan itu sendiri dan terjadi saling mempengaruhi sebelum faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi hewan ternak. Terjadi saling interaksi di antara sesama mineral-mineral dengan protein, mineral dengan vitamin, dalam mempengaruhi hewan ternak. Faktor-faktor lingkungan terutama faktor fisik dan kimia berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat dan proses metabolisme hewan ternak.Adaptasi atau penyesuaian diri ternak terhadap lingkungan merupakan suatu bentuk atau sifat tingkah laku yang ditujukan untuk bertahan hidup atau melakukan reproduksi dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan yang tidak baik dapat mengakibatkan perubahan status fisiologis ternak yang disebut stres. Ternak yang terkena stres tingkah lakunya akan berubah. Cara ternak untuk mengatasi atau mengurangi stres adalah dengan penyesuaian diri, baik secara genetis maupun fenotipe.Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan mengalami stress. Selain itu lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat produktivitas ternak atau performance selain faktor genetic. Sehingga lingkungan yang berhubungan langsung dengan performance pada ternak merupakan faktor terpenting dalam penentuan karakter atau sifat dari ternak. Pada umumnya lingkungan mempunya presentase yang lebih tinggi dibanding genetic yaitu 70% untuk lingkungan sedangkan genetic 30%. Sehingga mengambil bagian yang sangat penting dalam membentuk karakter ternak.2. Faktor IklimBerdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerah-daerah di Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut.1. Daerah basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah hujan minimal 60 mm.2. Daerah agak basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan terdapat satu bulan kering.3. Daerah agak kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya.4. Daerah kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang lamanya mencapai 6 bulan.5. Daerah sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang dan parah.Iklim merupakan faktor penentu cirri khas dan pola hidup dari suatu ternak. Iklim sendiri merupakan bagian terpenting dari penentuan kerja status faali dari ternak. Pengaruh langsung iklim pada ternak adalah pada produktivitasnya. Penentuan status faali dari ternak sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui status faali pada ternak, para peternak dapat menentukan dan menemukan pengaruh lingkungan pada ternak. Karena pada dasarnya dengan mengetahui temperature lingkungan, kelembaban, temperature kulit, suhu tubuh, suhu rectal, respirasi dan denyut jantung, peternak akan dapat mengetahui cara dan pengaruh buruk faktor-faktor iklim terhadap ternak serta untuk mengetahui pada temperature dan kelembaban beberapa ternak memiliki produktivitas yang baik dan efisien, oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut dan intensif. Selain itu iklim juga sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan produksi ternak.Iklim yang cocok untuk daerah peternakan adalah pada klimat semi-arid. Daerah dengan klimat ini ditandai dengan kondisi musim yang ekstrim, dengan curah hujan rendah secara relatif dan musim kering yang panjang. Fluktuasi temperatur diavual dan musim sangat besar, lengas udara sepanjang tahun kebanyakan sangat rendah dan terdapat intensitas radiasi solar yang tinggi karena atmosfir yang kering dan lagit yang cerah. Meskipun curah hujan keseluruhan berkisar antara 254 sampai 508 mm, dapat terjadi lebat bila turun hujan tetapi kejadiannya sangat jarang. Radiasi sinar matahari terhadap hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi gen oleh radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses 'sunburn'. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.3. Faktor SuhuSuhu dan kelembaban udara merupakan faktor-faktor yang penting, karena pengaruhnya sangat besar terhadap kondisi ternak. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi, dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu faktor suhu berbeda dengan faktor yang lain yaitu iklim tidak dapat diatur atau dikasai sepenuhnya oleh manusia. Bila suhu lingkungan berada di atas atau di bawah comfort zone untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternak akan mengurangi atau atau meningkatkan laju metabolisme. Williamson dan Payne (1968) menjelaskan, pada sapi tropik yang dipelihara pada suhu lingkungan di atas 27C mekanisme pengaturan panas aktif dan laju pernafasan dan penguapan meningkatSelain itu suhu dan kelembaban udara merupakan faktor yang mengatur iklim serta adaptasi dan distribusi dari ternak dan vegetasi. Sebagi contoh, kehidupan ternak sapi diperlukan suhu optimal diantara 13 sampai 180C dan bila suhu naik diantara 1 100C dari suhu optimalnya, ternak akan mengalami depresi. Suhu udara dan kelembaban tinggi akan menimbulkan stress akibat kenaikan suhu tubuhnya. Untuk menurunkan suhu tubuhnya yang naik, maka diperlukan energi tambahan guna mencapai keseimbangan tubuhnya, efisiensi energi pakan (makanan) menjadi lebih kecil.4. Faktor Ransum/PakanPakan adalah sumber bahan-bahan makanan yang diperlukan untuk menyusun atau meramu ransum/makanan ternak. Ransum/makanan terdiri atas satu atau lebih jenis bahan yang diberikan untuk kebutuhan ternak sehari semalam. Setiap pakan ternak yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat makanan yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.Faktor pakan berpengaruh terhadap podukivitas ternak, menurut para ahli bahwa produktivitas ternak di suatu daerah dapat dilihat dari ketersediaan pakan di daerah tersebut. Apabila ternak di daerah tersebut produktivitasnya rendah maka kualitas dan kuantitas pakan yang tersedia keadaannya rendah pula. Dan perlu diperhatikan pula faktor pakanpun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Daerah yang ditempati oleh ternak harus ada kecocokan satu sama lainnya, yang kemudian ditunjang dengan ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak. Dengan terjadi saling ketergantungan satu sama lain dan masing-masing saling membantu, maka produktivitas ternak di daerah tersebut akan menampilkan performans yang baik.Indicator kebehasilan adaptasi terhadap ransum antara lain: Semakin banyak ransum yang dimakan heat increment tinggi pada saat proses pencernaan (terutama pakan kasar) Heat increment sangat mengganggu ternak pada saat udara panas lesu cekaman panas penampilan turun (produksi rendah) Dalam kondisi udara dingin heat increment Nafsu makan naik, konsumsi naik, produksi rendah5. Faktor PerkandanganPemeliharaan ternak terkurung dalam kandang adalah salah satu ciri khas peternakan modern, terutama pada ternak monogastrik. Ini merupakan salah satu faktor lingkungan ternak yang sangat penting diperhatikan di daerah tropis. Dengan mengandangkan ternak, penyebaran penyakit terutama penyakit zoonosis dapat lebih terkendali, pelayanan ternak lebih mudah, kerusakan lingkungan dapat diminimalkan dan mikroklimat yang terbaik bagi ternak dapat diusahakan. Kandang ternak harus memenuhi kebutuhan fisik maupun fisiologis ternak, tahan lama, hemat energi (tenaga, air), dan hemat lahan. Lahan untuk lokasi kandang perlu ditentukan dengan memperhatikan luas, topografi, permukaan air tanah, dan jarak dari pemukiman, sedangkan bangunan kandang harus memenuhi kebutuhan ternak sesuai dengan golongan atau status biologis ternak, yakni bentuk bangunan, luas lantai, tata letak, arah dan jenis bahan bangunan.Pada peternakan modern dikenal tiga tipe perkandangan, yaitu sebagai berikut.1. Kandang klimatik.2. Kandang lingkungan terkontrol.3. Kandang tipe kenel (kennel).Syarat faktor-faktor fisik bangunan kandang ternak untuk daerah tropis adalah sebagai berikut.1. Bahan bangunan harus tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul tinggi terhadap sinar.2. Berkemampuan rendah menyimpan beban panas yang berasal dari tubuh ternak.3. Kemiringan atap cukup biasanya 30-45 derajat sehingga ternak terlindung dengan baik terhadap panas sinar, hujan, dan angin.4. Sirkulasi udara terjamin dengan baik sehingga udara tak sehat dapat ke luar dan udara segar dapat masuk.5. Arah memanjang (poros) bangunan kandang adalah Timur-Barat, berbeda dengan arah bangunan di daerah subtropis/temperat ataupun beriklim dingin.6. Ada dua tipe lantai kandang, yaitu: (a) Lantai polos (solid floor); (b) Lantai berbilah (slotted floor)Hal yang perlu diperhatikan dalam menyelaraskan ternak dengan perkandangannya adalah pembatasan jumlah pemeliharaan ternak. Dalam memelihara ternak perlu adanya pembatasan jumlah yang dipelihara, hal ini perlu diperhatikan oleh karena bila jumlah yang dipelihara dalam satu satuan luas besar maka akan berpengaruh terhadap produksi ternak. Seperti yang dikemukakan oleh Salisbury dan Salisbury bahwa semakin besar/tinggi jumlah ternak yang dipelihara., maka bobot tubuh yang dihasilkan akan semakin kecil, yang sebagian besar disebabkan insiden penyakit. Apabila dilihat dari segi produksi energi maka semakin besar jumlah pemeliharaan ternak maka semakin besar panas lingkungan sekitarnya sehingga ternak lebih terkonsentrasi untuk menghalau panas dari luar tubuh, akibatnya untuk pertumbuhannya akan terganggu.