Rumput Toleran Naungan Untuk Mendukung Integrasi Ternak ... · Sebagian besar spesies rumput tropis...

1
Naungan baik secara alami maupun buatan mengakibatkan pengurangan intensitas cahaya yang sampai pada tanaman. Sebagian besar spesies rumput tropis mengalami penurunan produksi sejalan dengan menurunnya intensitas sinar, namun spesies yang tahan terhadap naungan menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkat pada naungan sedang. Tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa naungan cenderung memiliki produksi berat kering akar yang lebih tinggi dibanding tanaman dengan naungan. Sistem integrasi tanaman-ternak pada ekosistem perkebunan kelapa sawit maupun karet membutuhkan jenis hijauan pakan ternak yang relatif toleran terhadap naungan agar daya tampung lahan meningkat. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan dalam mendukung ketersediaan hijauan pakan adalah dengan mengembangkan tanaman pakan ternak toleran naungan untuk diintroduksikan di lahan perkebunan yang selama ini belum banyak dimanfaatkan seperti di perkebunan kelapa dan karet. Rumput Stenotaphrum secundatum dikenal dengan nama umum Buffalo grass (Australia) atau St. Agustine grass (Amerika Serikat). Termasuk dalam family Gramineae dengan sub-family Panicoideae. Stenotaphrum secundatum merupakan jenis rumput yang cocok tumbuh pada areal yang intensitas cahayanya rendah. Tanaman sangat cepat berkembang, memiliki rhizoma dan stolon yang padat, perakaran yang kuat, kemampuan berkompetisi dengan gulma sangat kuat sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma serta tahan terhadap penggembalaan berat. S.secundatum merupakan salah satu spesies tanaman pakan ternak yang toleran terhadap naungan. Jenis rumput ini menunjukkan pertumbuhan maupun produksi yang lebih baik pada lahan naungan dibanding alam terbuka/tanpa naungan. Adaptasinya terhadap kondisi naungan sangat baik seperti terlihat pada karakteristik morfologik (tinggi tanaman, lebar daun) maupun fisiologik (kandungan klorofil). Hasil penelitian di Lolitkambing menunjukan bahwa produksi S. secundatum tertinggi pada naungan 55% (54 ton/ha/tahun) dan relatif sama dengan produksi perlakuan naungan 75% (47 ton/ha/tahun). Produksi justru lebih rendah pada kondisi tanpa naungan (32 ton/ha/tahun). Hal ini menunjukan tingginya adaptasi S.secundatum pada kondisi naungan. Adaptasi tersebut ditunjukkan oleh tinggi tanaman maupun lebar daun yang berbeda nyata dengan yang ditanam di alam terbuka/tanpa naungan, yang pada akhirnya menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Secara umum produksi hijauan di daerah tropis akan menurun dengan berkurangnya intensitas cahaya, tetapi produksi hijauan yang toleran naungan masih dapat meningkat pada naungan sedang. ( Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa kandungan bahan kering, protein kasar, NDF dan ADF relatif sama pada kondisi naungan maupun terbuka. Kandungan bahan organik sekitar 87%. Kandungan energi kasar sebesar 4816 Kal/kg bahan kering. protein kasar berkisar antara 6-8% sedangkan serat (NDF) antara 82- 85%. Rumput ini memiliki palatabilitas yang tinggi saat masih muda, disukai oleh ternak ruminansia besar maupun kecil. Terdapat kandungan oksalat sejumlah ±1% namun dilaporkan tidak menyebabkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsinya. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan naungan tidak mempengaruhi jumlah konsumsi S.secundatum oleh ternak kambing. Tingkat konsumsi S. secundatum pada ternak kambing mencapai 3,3% bobot tubuh dan tergolong normal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Koefisien cerna yang merupakan salah satu indikator kualitas nutrisi yang penting tergolong tinggi pada S.secundatum. Kecernaan bahan organik berkisar antara 57- 67%, sedangkan kecernaan energi berkisar antara 69-74%. Penggunaan rumput S.secundatum sebagai pakan menghasilkan retensi nitrogen (N) yang positif (1,0-1,2 g N/hari) yang mengindikasikan kapasitasnya untuk mendukung pertumbuhan yang moderat pada ternak kambing. Dengan adaptasi yang baik pada kondisi naungan tingkat sedang sampai tinggi, maka rumput S.secundatum merupakan salah satu alternatif jenis tanaman pakan ternak yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber hijauan, terutama untuk mendukung sistem integrasi ternak dengan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet. Pengembangan tanaman pakan tersebut relatif mudah dilakukan karena perbanyakan materi tanam dapat menggunakan pols atau sobekan. Rumput Toleran Naungan Untuk Mendukung Integrasi Ternak-Perkebunan

Transcript of Rumput Toleran Naungan Untuk Mendukung Integrasi Ternak ... · Sebagian besar spesies rumput tropis...

Page 1: Rumput Toleran Naungan Untuk Mendukung Integrasi Ternak ... · Sebagian besar spesies rumput tropis mengalami penurunan produksi sejalan dengan ... Adaptasi tersebut ditunjukkan oleh

Naungan baik secara alami maupun buatan mengakibatkan pengurangan intensitas cahaya yang sampai pada tanaman. Sebagian besar spesies rumput tropis mengalami penurunan produksi sejalan dengan menurunnya intensitas sinar, namun spesies yang tahan terhadap naungan menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkat pada naungan sedang. Tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa naungan cenderung memiliki produksi berat kering akar yang lebih tinggi dibanding tanaman dengan naungan.

Sistem integrasi tanaman-ternak pada ekosistem perkebunan kelapa sawit maupun karet membutuhkan jenis hijauan pakan ternak yang relatif toleran terhadap naungan agar daya tampung lahan meningkat. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan dalam mendukung ketersediaan hijauan pakan adalah dengan mengembangkan tanaman pakan ternak toleran naungan untuk diintroduksikan di lahan perkebunan yang selama ini belum banyak dimanfaatkan seperti di perkebunan kelapa dan karet.

Rumput Stenotaphrum secundatum dikenal dengan nama umum Buffalo grass (Australia) atau St. Agustine grass (Amerika Serikat). Termasuk dalam family Gramineae dengan sub-family Panicoideae. Stenotaphrum secundatum merupakan jenis rumput yang cocok tumbuh pada areal yang intensitas cahayanya rendah. Tanaman sangat cepat berkembang, memiliki rhizoma dan stolon yang padat, perakaran yang kuat, kemampuan berkompetisi dengan gulma sangat kuat sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma serta tahan terhadap penggembalaan berat.

S.secundatum merupakan salah satu spesies tanaman pakan ternak yang toleran terhadap naungan. Jenis rumput ini menunjukkan pertumbuhan maupun produksi yang lebih baik pada lahan naungan dibanding alam terbuka/tanpa naungan. Adaptasinya terhadap kondisi naungan sangat baik seperti terlihat pada karakteristik morfologik (tinggi tanaman, lebar daun) maupun fisiologik (kandungan klorofil).

Hasil penelitian di Lolitkambing menunjukan bahwa produksi S. secundatum tertinggi pada naungan 55% (54 ton/ha/tahun) dan relatif sama dengan produksi perlakuan naungan 75% (47 ton/ha/tahun). Produksi justru lebih rendah pada kondisi tanpa naungan (32 ton/ha/tahun). Hal ini menunjukan tingginya adaptasi S.secundatum pada kondisi naungan. Adaptasi tersebut ditunjukkan oleh tinggi tanaman maupun lebar daun yang berbeda nyata dengan yang ditanam di alam terbuka/tanpa naungan, yang pada akhirnya menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Secara umum produksi hijauan di daerah tropis akan menurun dengan berkurangnya intensitas cahaya, tetapi produksi hijauan yang toleran naungan masih dapat meningkat pada naungan sedang.

(

Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa kandungan bahan kering, protein kasar, NDF dan ADF relatif sama pada kondisi naungan maupun terbuka. Kandungan bahan organik sekitar 87%. Kandungan energi kasar sebesar 4816 Kal/kg bahan kering. protein kasar berkisar antara 6-8% sedangkan serat (NDF) antara 82-85%.

Rumput ini memiliki palatabilitas yang tinggi saat masih muda, disukai oleh ternak ruminansia besar maupun kecil. Terdapat kandungan oksalat sejumlah ±1% namun dilaporkan tidak menyebabkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsinya. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan naungan tidak mempengaruhi jumlah konsumsi S.secundatum oleh ternak kambing. Tingkat konsumsi S. secundatum pada ternak kambing mencapai 3,3% bobot tubuh dan tergolong normal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Koefisien cerna yang merupakan salah satu indikator kualitas nutrisi yang penting tergolong tinggi pada S.secundatum. Kecernaan bahan organik berkisar antara 57- 67%, sedangkan kecernaan energi berkisar antara 69-74%. Penggunaan rumput S.secundatum sebagai pakan menghasilkan retensi nitrogen (N) yang positif (1,0-1,2 g N/hari) yang mengindikasikan kapasitasnya untuk mendukung pertumbuhan yang moderat pada ternak kambing.

Dengan adaptasi yang baik pada kondisi naungan tingkat sedang sampai tinggi, maka rumput S.secundatum merupakan salah satu alternatif jenis tanaman pakan ternak yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber hijauan, terutama untuk mendukung sistem integrasi ternak dengan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet. Pengembangan tanaman pakan tersebut relatif mudah dilakukan karena perbanyakan materi tanam dapat menggunakan pols atau sobekan.

Rumput Toleran Naungan Untuk Mendukung Integrasi Ternak-Perkebunan