Ad

download Ad

of 12

description

d

Transcript of Ad

A. PENDAHULUAnnAlquran bukan kitab sastra dan bukan pula hasil karya atau renungan para sastrawan, melainkan sebuah kitab suci yang bertujuan membimbing umat ke jalan yang benar agar mereka hidup dengan selamat dari dunia sampai akhirat. Namun para ahli sejak dulu sampai sekarang, baik dari golongan muslim, maupun non muslim, mengakui bahwa Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad lebih seribu empat ratus tahun yang lalu itu, berisi ayat-ayat yang diungkapkan dalam bahasa arab yang sangat tinggi dengan gaya sastra yang menakjubkan sehingga tak seorang pun dapat menandinginya sampai sekarang, sebagaimana yang telah diuraikan.Berdasarkan kenyataan yang demikian, maka untuk memahami Alquran dengan baik diperlukan penguasaan ilmu balaghah atau dalam bahasa indonesia disebut ilmu susastra atau kesusastraan.Dari berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa ilmu balaghan membahas kaidah-kaidah yang berhubungan dengan kalam arab, khususnya berkenaan dengan pembentukan kalimat dan gaya bahasa dalam erkomunikasi.[1]Dalam ilmu balaghah tersebut ada istilah-istilah seperti majazi, tasybih, istiarah, dan kinayah. Maka dalam makalah ini akan sedikit membahas tentang pengertian majazi, tasybih, istiarah, dan kinayah beserta contohnya berupa ayat-ayat dalam Alquran yang berkenaan dengan istilah tersebut.

B. PEMBAHASAN1. MajaziBentuk majaz dalam al-Quran, dari bentuk denotatif (haqiqah) ke bentuk metafora (majaz). Menurut Abd al-Qahir al-Jurjani (471 H) majaz adalah kebalikan haqiqah. Sebuah kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang kemungkinan makna lain disebut dengan haqiqah. Sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu perpindahan makna dasar ke makna lainnya, atau pelebaran medan makna dari makna dasar karena ada alasan tertentu. Secara teoritik, majaz adalah peralihan makna dari yang leksikal menuju yang literer, atau dari yang denotatif menuju yang konotatif karena ada alasan-alasan tertentu.[2]a.Definisi MajazMajaz secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab, bentuk masdar (infinitif) dari kata.[3]Sedangkan secara terminologis para ulama telah banyak mendefinisikannya dengan beberapa ibarah atau perkataan, diantaranya :[4]1)Ibn Qutaibah mendefinisikannya sebagai bentuk gaya tutur, atau seni bertutur.2)Sibawayh mendefinisakannya dengan seni bertutur yang memungkinkan terjadinya perluasan makna.3)Al-Mubarrad mengatakan bahwamajazmerupakan seni bertutur dan berfungsi untuk mengalihkan makna dasar yang sebenarnya.4)Al-Qaadhy Abd al-Jabbaar mengatakan bahwamajazadalah peralihan makna dari makna dasar atau leksikal ke makna lainnya, yang lebih luas.5)Ibn Jinny dan Al-Jurjaany menempatkanmajazsebagai lawan darihaqiqat, dan maknahaqiqatmenurut Ibnu Jinny adalah makna dari setiap kata yang asli, sedangkanmajazadalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya beralih kepada makna lainnya. Sedangkan menurut Al-Jurjaanyhaqiqahadalah sebuah kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang kemungkinan makna lain disebut, sedangkanmajazadalah peralihkan makna dasar ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya.b. Macam-Macam Majaz1)Majaz Fi Al-MufradMajaz fi al-muradadalah majaz yang menggunakan lafadz bukan pada permulaan asal peletakannya. Macam ini disebut jugamajaz al-lughawi, dan ia terbagi ke dalam beberapa macam :[5]a)Al-hadzfuatauan-naqsu, yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz yang tersembunyi.Contohnya dalam surat Yusuf: 82

Artinya:"Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu".

Di dalam ayat ini tersimpan lafadz yang tersembunyi sebelum lafadz(negri), yaitu lafadz(penduduk).b)Az-Ziyaadah,yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz atau hurup tambahan.Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 11

Artinya:"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia"Sebagian ulama mengatakan bahwa hurupdi depan lafadzsecara makna muradnya merupakan tambahan.c)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz plural (jama')namun yang dimaksudkan adalah sebagian saja.Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 19: Artinya: "Mereka menyumbat telinganya dengan (anak) jarinya".Katadi atas secara leksikal atau makna yang sebenarnya adalah jari-jari. Kiranya mustahil bagi orang-orang munafik Mekkah menyumbat telinganya dengan semua jari karena takut bunyi guntur yang mematikan. Tetapi yang dimaksuddalam ayat tersebut adalah sebagian dari jari-jari, bukan semuanya.d)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz yang merupakan bagian dari suatu nama benda, namun yang dimaksudkan adalah keseluruhannya; bukan sebagiannya.Contohnya dalam surat Ar-Rahman: 27

Artinya:"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu".Lafadz(Wajah) di dalam ayat ini merupakan bagian dari(Dzat) Tuhan, namun di dalam ayat tersebut tidak di ambil maknatetapi dimaknai(Dzat).e)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzkhas(khusus), namun yang dimaksudkan adalah'aam(makna umumnya).Contohnya dalam surat Al-Munafiqun: 4

Artinya:"Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka".Lafadz(musuh) di dalam ayat tesebut maksudnya adalah(semua musuh).f)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadz'aam(umum), namun yang dimaksudkan adalahkhas(makna khususnya).Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 5

Artinya:"Dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi".

Lafadz(orang) di dalam ayat tersebut di maksudkan khusus bagi(orang-orang yang beriman.g)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzal-'malzuum(yang diharuskan), namun yang dimaksudkan adalahal-laazim(yang mengharuskan).Contohnya dalam surat Al-An'am: 39

Artinya:"Pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita".Kalimat (dalam kegelapan) di dalam ayat tersebut -secara majaz- dari segi asalnya adalah lafadz(buta), karena di dalam ayat lain di sebutkan: , maka penyebutan di dalam ayat tersebut dikarenakan kalimat tersebut termasuk dari keharusan orang yang buta, artinya mata orang yang buta pasti merasakan gelap gulita.h)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzal-laazim(yang mengharuskan), namun yang dimaksudkan adalahal-'malzuum(yang diharuskan).Contohnya dalam surat Al-Maaidah: 112

Artinya:"Sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?"Lafadz(sanggup/bisa) di dalam ayat tersebut -secara majaz- dari segi asalnya adalah lafadz(melakukan), hal ini dikarenakan kesanggupan mengharuskan untuk melakukan.i)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzal-musabbab(akibat), namun yang dimaksudkan adalahas-sabab(sebab).Contohnya dalam surat Al-Mu'min: 13

Artinya:"Dan menurunkan untukmu rezki dari langit".Lafadz(rizki) di dalam ayat ini merupakan akibat dari turunnya(hujan)j)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzas-sabab(sebab), namun yang dimaksudkan adalahal-musabbab(akibat).Contohnya dalam surat Al-Baqarah:

Artinya:"Barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu".

Lafadzmakna asalnya adalah "Lakukanlah kezaliman" Makna ini tidak bisa dipakaikan karena bertentangan dengan ajaran Islam, yang melarang dari berbuat zalim. Jika kita artikan dengan makna majaz, bisa dipahami bahwa katamerupakan sebab dari makna yang dimaksud, karena kezaliman merupakan penyebab adanya(balasan). Jadi makna dariadalah "Balaslah".k)Menamakan sesuatu dengan nama yang biasa disebutkan setelah ia mengalami proses tertentu.Contohnya dalam surat Yusuf: 36

Artinya:"Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur".Lafadz(arak) yang di sebutkan di dalam ayat ini adalah nama minuman yang di buat dari perasan(anggur).l)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzal-hal(keadaan), namun maksudnya adalahal-mahal(tempat) yang keadaannya seperti yang di ungkapkan tersebut).Contohnya dalam surat Ali Imron: 107

Artinya:"Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya".Lafadz (rahmat Allah) di dalam ayat ini, maksudnya adalah(surga), hal ini karena keadaan surga penuh dengan rahmat Allah.m)Menyampaikan ungkapan dalam bentuk lafadzal-mahal(tempat), namun maksudnya adalahal-hal(keadaannya).Contohnya dalam surat Al-'Alaq: 17

Artinya:"Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya)".Lafadzadalah nama suatu tempat, dan yang di maksudkan di dalam ayat ini adalah penduduk yang mendiami tempat tersebut.Menamakan sesuatu dengan nama alatnya.Contohnya dalam surat Ibrahim: 4

Artinya:"Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya".

Lafadz(lisan) di dalam ayat ini merupakan alat untuk melafalkan bahasa, oleh karena itu lafadz tersebut di maknai secara majaz, yaitu bahasa.n)Menamakan sesuatu dengan nama kebalikannya atau mengungkapkan suatu lafadz yang biasa di gunakan untuk sesuatu kebalikannya.Contohnya dalam surat Al-Insyiqaaq: 24

Artinya:"Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih".Lafadzdi dalam ayat ini biasanya di gunakan untuk (kabar/berita yang menyenangkan/menggembirakan), namun di dalam ayat tersebut di gunakan untuk kabar berita yang tidak menyenangkan sekali, yaitu (azab yang pedih).o)Mengidhafahkan atau menghubungkanfi'il(kata kerja) kepada sesuatu yang tidak biasanya di hubungkan dengannya.Contohnya dalam surat Al-Kahfi: 77

Artinya:"Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka (Khidhr) menegakkan dinding itu".Fi'il(ingin) di dalam ayat ini biasanya di hubungkan dengan(makhluk hidup), sedangkan di dalam ayat ini di hubungkan dengan lafadz(dinding).p)Menyampaikan ungkapan tentang sesuatu denganfi'il(kata kerja), namun maksudnya adalah dari segi kedekatan maknafi'iltersebut terhadapnya atau dari segi kemulyaannya atau keinginannya.Contohnya dalam surat An-Nahl: 61 dan Al-Maaidah: 6

Artinya:"Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya". Artinya:"Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah.."Fi"il(telah tiba) yang di kaitkan dengan lafadz(saat kematian) di dalam ayat pertama maksudnya (mendekati tibanya saat kematian). Danfi'il(kalian mengerjakan) yang di hubungkan dengan lafadz(shalat) di dalam ayat kedua maksudnya (kalian ingin mengerjakan).q)Menempatkan dua lafadz secara terbalik.Contohnya dalam surat Ar-Ru'd: 38

Artinya:"Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)".Lafadz(kitab) seyogyanya di dahulukan dan lafadz(masa akhir) di akhirkan, yakni (bagi tiap-tiap kitab ada masa akhirnya).r)Menempatkan suatushighah(bentuk suatu lafadz) pada kedudukanshighahlain.Contohnya dalam surat Al-Baqarah: 255

Artinya:"Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah".Lafadz(ilmu) di dalam ayat ini bershighah(kata dasar), sedangkan yang seyogyanya adalahshighah(kata kerja transitif) dari lafadz tersebut, yakni:(yang di ketahui), sehingga seyogyanya ayat tersebut bermakna:"Dan mereka tidak mengetahui apa-apa yang diketahui oleh Allah".s) Menamakan sesuatu dengan nama yang biasa disebutkan sebelumnya.Contohnya dalam surat Thaahaa: 74

Artinya:"Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam".Di dalam ayat ini orang yang datang kepada Tuhannya pada hari kiamat di namai(penjahat), hal itu di sesuaikan dengan keadaan dia sewaktu melakukan kejahata/dosa di dunia ini.2). Majaz Fi At-TarkiibMajaz fi at-tarkiibadalah majaz yang menyandarkan suatu perbuatan atau kesangsian kepada sesuatu yang tidak memiliki originalitas, dikarenakan adanya hubungan keterkaitan antara keduanya. Majaz ini di sebut jugamajaz al-aqldanmajaz al-isnaad.[6]Contohnya dalam surat Al-Anfaal: 2 Artinya:"Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)".Di dalam ayat ini terdapat suatu perbuatan Allah, yaitu(penambahan), yang di sandarkan kepada(ayat-ayat), hal ini karena dengan dibacakannya ayat-ayat tersebut menjadi sebab bertambahnya keimanan mereka.Majaz ini terbagi ke dalam empat macam, yaitu sbb:a)Penyandaran yang kedua sisnya adalahhaqiqat(makna asli).Contohnya dalam surat Az-Zalzalah: 2

Artinya:"Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya".Penggunaan lafadz(telah mengeluarkan) dan(bumi) di dalam ayat ini adalah secara haqiqat.b)Penyandaran yang kedua sisnya adalah majaz.Contohnya dalam surat Al-Baqarah: 16

Artinya:"Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka".Penggunaan lafadz(beruntung) dan(perniagaan) di dalam ayat ini adalah secara majaz.c)Penyandaran yang sisi pertamanyahaqiqatdan sisi lainya majaz.Contohnya dalam surat Ar-Ruum: 35

Artinya:"Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan".Penggunaan lafadz(telah menurunkan) di dalam ayat ini adalah secarahaqiqat, sedangkan penggunaan lafadz(kekuasaan) adalah secara majaz sehingga ia di maknai(dalil/keterangan).d)Penyandaran yang sisi pertamany majaz dan sisi lainyahaqiqat.Contohnya dalam surat Al-Ma'aarij: 15-17

. . Artinya:"Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama)".Penggunaan lafadz(memanggil) di dalam ayat ini adalah secara majaz karena di sandarkan kepada lafadz(api neraka).

d.Faedah-faedah MajazDiantara faedah-faedah penggunaan majaz adalah sebagai berikut :[7]1)Al-iijazyakni memperingkas suatu kalimat atau ungkapan.2)Memperluas lafadz, dimana seandainya suatu lafadz tidak dimajazkan maka setiap makna hanya memiliki satu komposisi.3)Menampilkan suatu makna dalam suatu gambaran yang dalam dan dekat kepada akal fikiran.2. Tasybiha)Pengertian TasybihTasybih adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena memiliki kesamaan sifat di antara kedua hal tersebut, dengan menggunakanadat(alat) tasybih, baik disebutkan maupun tidak.[8]b)Rukun-rukun TasybihAdapun rukun-rukun Tasybih adalah sebagai berikut :1)Musyabbah (sesuatu yang hendak diserupakan)2)Musyabbah bih (sesuatu yang diserupai)3)Wajhus syibhi (sifat yang terdapat pada kedua hal itu)4)Adaatut tasybih (huruf/kata yang menyatakan penyerupaan)5)Musyabbah dan musyabbah bih disebut jugatharafait tasybih.c)Pembagian Tasybih1).Tasybih mursalTasybih mursal adalah tasybih yang adat tasybihnya disebutkan.2).Tasybih muakkadTasybih muakkad adalah tasbih yang adat tasybihnya tidak disebutkan3).Tasybih mujmalTasybih mujmal adalah tasybih yang tidak disebutkan wajh syibhnya

4).Tasybih mufashalTasybih mufashal adalah tasybih yang disebutkan wajah syibhnya5.Tasybih balighTasybih baligh tasybih yang tidak disebutkan wajah syibh dan adat tasybihnya.d. Maksud dan Tujuan Tasybih1).Menjelaskan kemungkinan terjadinya sesuatu padamusyabbah2). Menjelaskan keadaanmusyabbah3).Menjelaskan kadar keadaanmusyabbah4). Menegaskan keadaanmusyabbah5).Memperindah atau memperburukmusyabbah3.IstiarohIstiaroh adalah tasybih yang dibuang salah satutharaifnya (musyabbah/musyabbah bih). Sehingga, hubungan antara makna hakiki dan makna majazi selalumusyabahah(saling menyerupai).[9]Adapun macam-macam istiaroh sebagai berikut:a)Istiaroh Tashrihiyyah, yaitu istiaroh yang dibuangmusyabbahnya.b)Istiaroh Makniyyah, yaitu istiaroh yang dibuangmusyabbahbihnyac)Istiaroh Ashliyyah, yaitu istiaroh yang menggunakan isim jamid.d)Istiaroh Tabaiyyah, adalah istiaroh yang menggunakan lafadz isim fiil.e)Istiaroh Murasyahah, adalah istiaroh yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih.f)Istiaroh Mujarrodah, adalah Istiaroh yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah.g)Istiaroh Muthlaqoh, adalah istiaroh yang tidak disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih atau musyabbah.h)Istiaroh Tamtsiliyyah, adalah suatu susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan antara makna asli dan makna majazi, dengan disertai karinah yang mencegah peletakkan pada makna asli.4. Kinayaha.Definisi KinayahKinayah secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, bentuk masdar (infinitif) dari kataSedangkan secara terminologis kinayah adalah suatu lafadz yang diungkapkan dengan menitikberatkan kepada makna seharusnya beserta membolehkan penyebutan makna aslinya.[10]b.Sebab-sebab KinayahKinayah memiliki beberapa sebab, diantaranya :[11]1)Peringatan akan keagungan kekuasaan Allah swt, seperti firman-Nya mengenai kinayah tentang Nabi Adam dalam surat Al-A'raf: 189:

Artinya:"Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu".2)Kecerdasan yang berbicara, seperti firman Allah swt mengenai kinayah tentang Zaid dalam surat Al-Ahzaab: 40:

Artinya: "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu".3)Meninggalkan suatu lafadz kepada lafadz yang lebih indah darinya atau menggantikannya dengan lafadz indah tersebut, seperti kinayah lafadz(kambing betina) mengenai(wanita) dalam firman Allah swt surat Shaad: 23:

Artinya: "Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja"Menyebutkan suatu lafadz yang vulgar atau kasar di dengar, maka dikinayahkan dengan lafadz yang tidak vulgar atau tidak kasar di dengar, seperti kinayah tentang(bersenggama) dengan lafadz(bersentuhan) sebagaimana dalam firman Allah swt surat An-Nisa: 43:

Artinya:"Atau kamu telah menyentuh perempuan".4)Membaguskan suatu lafadz, seperti kebiasaan orang arab mengkinayahkan (pakaian sutra perempuan) dengan(telur), hal ini juga sebagaimana firman Allah swt dalam surat Ash-Shaaffaat: 49:

Artinya:"Telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik".5)Bermaksud untuk menceritakan kepandaian atau kemahiran, seperti kinayah tentang(wanita) bahwa mereka dibesarkan dalam keadaan(kemewahan) dan(berhias), sebagaimana firman Allah swt dalam surat Az-Zukhruf: 18:

Artinya:"Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan".6)Bermaksud untuk melebih-lebihkan dalam mencaci maki, seperti lafadz(terbelenggu) kinayah untuk(kekikiran), sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Israa: 29:

Artinya:"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu".

7)Peringatan terhadap ujung nasibnya, seperti ujung nasibnya Abu Lahab adalah(api yang berkobar) yakni jahannam, karena itulah Allah swt menyebut namanya denga (bapa api yang menyala) dalam surat Al-Masad: 1:

Artinya:"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa".8)Bermaksud meringkas, diantaranya kinayah mengenai perbuatan-perbuatan yang beragam dengan lafadz (), seperti firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah: 24:

Artinya:"Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya)".Yakni: maka jika kamu tidak dapat mendatangkan satu surat yang seperti itu, dan pasti kamu tidak dapat mendatangkannya.9)Menitikberatkan kepada jumlah kalimat yang maknnya berbeda dengan makna dzahirnya, kemudian diambil kesimpulannya dengan tanpa mempertimbangkan kosakatanya dari segi haqiqat atau majaznya, sehingga diungkapkannya sesuai dengan maksudnya, seperti lafadz(Arsy) kinayah mengenai(kekuasaan) sebagaimana firman Allah dalam surat Thaahaa: 5:

Artinya:"Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy".c.Macam-macam KinayahUlama ahli bayan membagi kinayah ke dalam tiga macam, yaitu sebagai berikut:[12]1)Kinayah sifatKinayah sifat dapat diketahui dari adanya penyebutanmausuf(yang disifati) dalam konteks kalimat, baik itu dari lafadznya atau ucapannya maupun dari dzahirnya.Misalnya seperti penyebutan lafadzyakni Abu bakar ,yakni Umar dan yakni Khalid bin Walid.Contoh dari al-Qur'an misalnya firman Allah swt yang menyebutkan sifat-sifat Rasulullah saw dalam surat Al-Ahzab: 45-46:

. Artinya:"Wahaai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi".

2) Kinayahmausuf(yang di sifati)Kinayahmausufdapat di ketahui dari adanya penyebutan sifat dalam konteks kalimat, baik itu dari segi penyebutannya secara langsung maupun dari segi pembawaannya.Misalnya seperti penyebutan "yang mengucapkan" yakni orang Arab, yakni kota Baghdad danyakni Madinah Al-munawwarah.Contoh dari al-Qur'an misalnya firman Allah swt mengenai kinayah tentang bahtera dalam surat Al-Qamar: 13:

Artinya:"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku".

3)KinayahnisbahKinayahnisbahyaitu menisbatkan sesuatu kepada sesuatu yang lain, baik dengan penetapan bukti maupun penolakan atau sangkalan.Misalnya dalam pepatah arab yang mengatakan: (sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada sesama) terdapat kinayah mengenai penolakan adanya kebaikan di dalam diri orang yang tidak memberi manfaat kepada sesamanya.Contoh dari al-Qur'an misalnya firman Allah swt mengenai kinayah tentang persediaan Allah swt untuk kelanggengan adanya langit dan bumi, seperti persediaan adanya daya listrik untuk kelanggengan adanya cahaya dalam lampu listrik, apabila persediaan daya listrik habis atau diputus maka tidak akan ada cahaya lampu listrik tersebut, hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir: 41:

Artinya:"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap".

C. KESIMPULANAl-Qur'an merupakan kalamullah yang diturunkan dengan menggunakan gaya bahasa Arab yang tinggi dan indah, yang terlihat diantaranya- dari ungkapan-ungkapan metaforik-simboliknya (majaz) dan kiasan-kiasannya atau sindiran-sindirannya (kinayah).Majaz identik dengan peralihkan makna dasar ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya, sedangkan kinayah identik dengan penggunaan sebuah lapadz atau kata untuk menyatakan suatu hal lain dengan menitikberatkan pada makna seharusnya karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.Majaz dan kinayah terbagi ke dalam:majaz fi at-tarkiib dan majaz fi al-mufrad, namun dari segi pertalian atau penyesuaian antara makna asli dan makna majaznya, majaz terbagi ke dalam dua macam: majazbi al-isti'arahdan majazmursal. Sedangkan kinayah terbagi ke dalam tiga macam: kinayah sifat, kinayahmausufdan kinayahnisbah.Majaz dan kinayah tersebut sengaja diketengahkan oleh Allah swt dalam kalam-Nya dengan maksud agar menjadi perhatian manusia sekaligus melemahkan gaya bahasa arab khususnya dan bahasa lainnya pada umumnya dihadapan gaya bahasa-Nya (kalamullah), sehingga mereka tertarik dan terpengaruh olehnya, dan akhirnya mereka mengikuti apa yang di kandungnya, juga agar memberikan jembatan bagi rasio manusia yang terbatas dengan masalah-masalah ukhrawi dan hal-hal metafisik.Dari paparan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tasybih adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena memiliki kesamaan sifat di antara kedua hal tersebut, dengan menyebutkan unsur-unsurnya, yaitu musyabbah, musyabbah buh, adat tasybih, dan wajh syibh.Walaupun demikian, ada juga jenis tasybih yang tidak menyebutkan salah satu atau bahkan salah dua dari empat unsur tersebut. Tasybih akan semakin tinggi tingkatannya jika tidak menyebutkan musyabbah dan musyabbah bihnya. Tasybih ini disebut tasybih baligh. Dan sebaliknya, akan semakin rendah tingkatannya jika disebutkan seluruh unsur-unsurnya.Istiaroh adalah tasybih yang dibuang salah satutharaifnya (musyabbah/musyabbah bih). Dan hubungan antara makna hakiki dan majazinya adalah musyabahah (saling melengkapi). Nilai istiaroh dilihat dari segi lafadz dan rekayasa keindahannya. Dari segi lafadznya, tasybih dalam susunan kalimatnya terselubung/tersembunyi.