AD ART PDUI

30
ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER UMUM INDONESIA MUKADIMAH Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga Negara berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur. Dokter Umum Indonesia sebagai warga bangsa yang ikut aktif dalam gerakan dan perjuangan kemerdekaan, sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung jawabnya kepada umat manusia dan bangsa, bertekad memberikan darma baktinya untuk mewujudkan nilai- nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam kehidupan keprofesian. Sesuai dengan visi universal terbentuknya organisasi profesi yang mengedepankan pentingnya kemandirian dokter, maka dalam darma baktinya sebagai salah satu pilar pokok pembangunan kesehatan, dokter Indonesia perlu meningkatkan peran advokasi kesehatan, pelaku-pengubah (agent of change), dan profesionalisme dengan berpegang teguh pada sumpah dokter dank ode etik kedokteran Indonesia, menuju kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 45 pasal 28H ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Peran advokasi kesehatan, pelaku-pengubah (agent of change) dan profesionalisme dalam kehidupan kemasyarakatan dapat terlaksana jika jiwa dan semangat persaudaraan dokter- dokter Indonesia yang terwujud sejak 1911 diteruskan dengan jalan menggalang seluruh potensi yang dimiliki dalam satu organisasi. Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi hanya dapat tercapai atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa disertai usaha-usaha teratur, terencana dan penuh kebijakan, digerakkan dengan pedoman yang berbentuk anggaran dasar maka disusunlah Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Umum Indonesia sebagai berikut : BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Perhimpunan Dokter Umum Indonesia disingkat PDUI Pasal 2 PDUI didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 2008 untuk batas waktu yang tidak ditentukan.

description

AD ART PDUI Indonesia

Transcript of AD ART PDUI

Page 1: AD ART PDUI

ANGGARAN DASAR

PERHIMPUNAN DOKTER UMUM INDONESIA

MUKADIMAH

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut

kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga Negara berkewajiban mengisi

kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya

kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur.

Dokter Umum Indonesia sebagai warga bangsa yang ikut aktif dalam gerakan dan perjuangan

kemerdekaan, sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung jawabnya kepada

umat manusia dan bangsa, bertekad memberikan darma baktinya untuk mewujudkan nilai-

nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam kehidupan keprofesian.

Sesuai dengan visi universal terbentuknya organisasi profesi yang mengedepankan

pentingnya kemandirian dokter, maka dalam darma baktinya sebagai salah satu pilar pokok

pembangunan kesehatan, dokter Indonesia perlu meningkatkan peran advokasi kesehatan,

pelaku-pengubah (agent of change), dan profesionalisme dengan berpegang teguh pada

sumpah dokter dank ode etik kedokteran Indonesia, menuju kehidupan masyarakat yang sehat

dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 45 pasal 28H ayat (1) yang menyatakan

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan.

Peran advokasi kesehatan, pelaku-pengubah (agent of change) dan profesionalisme dalam

kehidupan kemasyarakatan dapat terlaksana jika jiwa dan semangat persaudaraan dokter-

dokter Indonesia yang terwujud sejak 1911 diteruskan dengan jalan menggalang seluruh

potensi yang dimiliki dalam satu organisasi.

Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi hanya dapat tercapai atas petunjuk Tuhan

Yang Maha Esa disertai usaha-usaha teratur, terencana dan penuh kebijakan, digerakkan

dengan pedoman yang berbentuk anggaran dasar maka disusunlah Anggaran Dasar

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia sebagai berikut :

BAB I

NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Perhimpunan Dokter Umum Indonesia disingkat PDUI

Pasal 2

PDUI didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 2008 untuk batas waktu yang tidak ditentukan.

Page 2: AD ART PDUI

Pasal 3

Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Republik

Indonesia.

BAB II

DASAR

Pasal 4

PDUI berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III

TUJUAN, USAHA, DAN SIFAT

Pasal 5

Tujuan

Menghimpun segenap potensi dokter umum, meningkatkan harkat dan martabat serta

kehormatan dokter umum.

Membina, melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota PDUI.

Meningkatkan mutu profesi dokter umum.

Pasal 6

Usaha

1. Memelihara dan membina etika profesi dokter umum

2. Meningkatkan mutu pendidikan dokter umum

3. Meningkatkan pengabdian profesi dokter umum untuk kemaslahatan masyarakat

4. Membangun hubungan kerjasama dengan berbagai pihak dengan tidak melanggar aturan-

aturan pokok organisasi dan hokum Negara Republik Indonesia

5. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan serta kedudukan dokter umum sesuai dengan

harkat dan martabat profesi dokter umum

6. Melakukan upaya-upaya untuk kesejahteraan anggota

Page 3: AD ART PDUI

7. Usaha-usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan organisasi sepanjang tidak bertentangan

dengan sifat dan dasar organisasi.

Pasal 7

PDUI adalah organisasi profesi bagi dokter umum Indonesia yang bersifat otonom bernaung

di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

BAB IV

STATUS DAN FUNGSI

Pasal 8

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia merupakan organisasi profesi dokter umum nasional

di Indonesia.

Pasal 9

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia berfungsi sebagai pemersatu, Pembina, dan

pemberdaya dokter umum di Indonesia.

BAB V

KEANGGOTAAN

Pasal 10

Anggota terdiri atas :

1. Anggota Biasa

2. Anggota Luar Biasa

3. Anggota Kehormatan

Page 4: AD ART PDUI

BAB VI

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 11

Kekuasaan

Kekuasaan tertinggi organisasi berada pada kongres nasional, konferensi cabang, dan

rapat anggota komisariat sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 12

Struktur Kepemimpinan

1. Tingkat Pusat :

Terdiri atas Pengurus Pusat

2. Tingkat Cabang :

Terdiri atas Pengurus Cabang

3. Tingkat Komisariat :

Terdiri atas Pengurus Komisariat

Pasal 13

Badan Kelengkapan dan Badan Khusus

1. Adalah Badan yang dibentuk oleh pengurus pusat, cabang atau komisariat untuk

membantu pengurus pusat dalam menjalankan amanat kongres bertanggungjawab

kepada ketua umum.

2. Badan Kelengkapan terdiri dari :

a. Biro Hukum dan Mediasi (BHM)

b. Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Antar Lembaga (HUMAS & KAL)

3. Badan Khusus terdiri dari :

a. Kolegium Dokter Umum Indonesia (KDUI)

b. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BPPKB)

c. Badan Usaha Dokter Umum Indonesia (BADUI)

Page 5: AD ART PDUI

BAB VII

PERBENDAHARAAN

Pasal 14

Kekayaan PDUI diperoleh dari :

1. Uang Pangkal

2. Iuran Anggota

3. Pengumpulan Dana Abadi

4. Sumbangan anggota dan usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat

BAB VIII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN

Pasal 15

Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional

Pasal 16

Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional yang diadakan

khusus untuk itu, atas usul dari sekurang-kurangnya 50% plus 1 jumlah cabang.

BAB IX

ATURAN TAMBAHAN DAN PENGESAHAN

Pasal 17

Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini dimuat dalam anggaran rumah

tangga atau peraturan-peraturan pengurus pusat, cabang atau komisariat sepanjang

tidak bertentangan dengan anggaran dasar.

Page 6: AD ART PDUI

Pasal 18

Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada kongres nasional.

Pasal 19

Aturan Peralihan

1. Unsur pimpinan pusat dipimpin oleh Presidium Nasional Perhimpunan Dokter

Umum Indonesia sampai dilaksanakannya kongres nasional II.

2. Dalam rangka optimalisasi fase pembentukan organisasi, maka masa jabatan

Presidium Nasional Perhimpunan Dokter Umum Indonesia dan kepengurusannya

adalah selama 5 (lima) tahun, sampai dilaksanakannya kongres nasional II.

3. Dalam fase pembentukan organisasi, segenap pelaksanaan ketentuan organisasi

mempertimbangkan dan mengutamakan tujuan pendirian organisasi.

Page 7: AD ART PDUI

ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERHIMPUNAN DOKTER UMUM INDONESIA

BAB I

KEANGGOTAAN

BAGIAN I

ANGGOTA

Pasal 1

Anggota biasa adalah dokter umum, warga Negara Indonesia yang berijazah yang

diakui oleh Pemerintahan Republik Indonesia.

Pasal 2

Anggota luar biasa adalahdokter umum warga negara asing yang bekerja di

Indonesia dan telah teregistrasi oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan IDI

Pasal 3

Anggota kehormatan adalah mereka yang telah berjasa pada Perhimpunan Dokter

Umum Indonesia.

Bagian II

Tata Cara Penerimaan

Pasal 4

1. Penerimaan anggota biasa dan anggota luar biasa dilakukan oleh pengurus

komisariat setempat melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan persetujuan

terhadap AD/ART PDUI.

2. Bila belum ada komisariat PDUI di tempat calon anggota sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 (satu), pendaftaran dapat dilakukan melalui pengurus

cabang dan/atau pengurus pusat.

3. Pengurus pusat menyiapkan fasilitasi penerimaan anggota sebagaimana yang

dimaksud ayat 1 (satu) dan 2 (dua).

Page 8: AD ART PDUI

Pasal 7

1. Anggota kehormatan diusulkan oleh pengurus melalui penilaian yang dilakukan

oleh tim dibentuk khusus untuk itu terdiri dari pengurus pusat, pengurus

cabang, dan/atau pengurus komisariat yang diusulkannya.

2. Pengurus yang dapat mengusulkan sebagaiman dimaksud ayat 1 (satu) adalah

pengurus komisariat dan pengurus cabang.

3. Pengesahan sebagai anggota kehormatan dilakukan di forum kongres.

Bagian III

Hak dan Kewajiban

Pasal 8

Hak Anggota

1. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan berhak mengeluarkan pendapat,

mengajukan usul, pertanyaan lisan atau tertulis kepada pengurus, dan

mengikuti semua organisasi tetapi tidak mempunyak hak memilih dan dipilih.

2. Anggota biasa berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau

pertanyaan dengan lisan, dan/atau tertulis kepada pengurus, mengikuti semua

kegiatan organisasi dan memiliki hak memilih dan dipilih serta mendapatkan

pembinaan.

3. Tiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan dalam

melaksanakan tugas PDUI dan/atau melaksanakan profesinya.

4. Tiap anggota berhak mendapatkan manfaat dari upaya organisasi profesi untuk

mensejahterakan anggotanya.

Pasal 9

Kewajiban Anggota

1. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.

2. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi dan

mengamalkan sumpah dokter dan kode etik kedokteran Indonesia, anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga, peratu ran dan keputusan PDUI.

3. Anggota kehormatan berkewajiban mematuhi anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga dan segala peraturan dan keputusan PDUI, serta selalu menjaga

dan mempertahankan kehormatan PDUI.

Page 9: AD ART PDUI

Bagian IV

Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan

Pasal 10

Dalam keadaan tertentu anggota PDUI dapat merangkap menjadi anggota

dan/atau rangkap jabatan pada organisasi lain sepanjang tidak bertentangan

dengan kehormatan dan tradisi luhur kedokteran serta tidak menggangu tugasnya.

Bagian V

Kehilangan Keanggotaan

Pasal 11

1. Anggota dinyatakan kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas

permintaan send iri, atau diberhentikan.

2. Pemberhentian atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan dengan

pemberitahuan secara tertulis kepada pengurus cabang asal sekurang-

kurangnya satu bulan sebelumnya.

Bagian VI

Skorsing dan Pemberhentian dari Anggota PDUI

Pasal 12

1. Anggota dapat diskors atau diberhentikan karena :

a. Melanggar AD/ART PDUI

b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan PDUI

c. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik PDUI.

2. Anggota yang diskors atau diberhentikan diberi kesempatan meminta bantuan

kepada Biro Hukum dan Mediasi (BHM).

3. Anggota yang diskors atau diberhentikan dapat melakukan pembelaan dalam

forum ditunjuk untuk itu.

Page 10: AD ART PDUI

4. Tata cara skorsing dan/atau pemberhentian dan tata cara pembelaan akan diatur

dalam ketentuan dan peraturan tersendiri.

Bagian VII

Skorsing dan Pemberhentian Dari Pengurus PDUI

Pasal 13

1. Pengurus Cabang/Komisariat dapat diberhentikan oleh PP PDUI karena :

a. Melanggar AD/ART PDUI

b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

Pengurus Pusat

c. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik PDUI

2. Pengurus yang diskors atau diberhentikan diberi kesempatan meminta bantuan

kepada Biro Hukum dan Mediasi (BHM).

3. Pengurus yang diskors atau diberhentikan dapat melakukan pembelaan dalam

forum yang ditujuk untuk itu.

4. Tata cara skorsing dan/atau pemberhentian dan tata cara pembelaan akan diatur

dalam ketentuan dan peraturan tersendiri yang dikeluarkan oleh PP PDUI.

Page 11: AD ART PDUI

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN

Bagian VIII

Kongres Nasional

Pasal 14

Status

1. Kongres merupakan kekuasaan tertinggi organisasi.

2. Kongres Nasional adalah musyawarah nasional dokter umum Indonesia

yang diwakili oleh utusan cabang, dan diberi nama”Kongres Nasional

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia”.

3. Kongres Nasional diadakan sekali dalam tiga tahun.

4. Peserta kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Cabang, unsure badan

kelengkapan dan unsure badan khusus.

5. Utusan Cabang ditunjuk oleh rapat khusus yang dilaksanakan oleh pengurus

cabang.

6. Utusan cabang menampung aspirasi dokter-dokter umum dan masyarakat

yang berada di daerah tempat cabang berada, untuk disampaikan pada

Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Umum Indonesia.

7. Dalam keadaan luar biasa Kongres dapat diselenggarakan sewaktu-waktu

atas inisiatif satu cabang dan mendapat persetujuan lebih dari 2/3 dari

jumlah cabang.

8. Kongres menyelenggarakan siding ilmiah dan siding organisasi.

Page 12: AD ART PDUI

Pasal 15

Tugas dan Wewenang

1. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, pedoman-

pedoman pokok dan garis-garis besar haluan organisasi, kebijakan

strategis nasional serta program kerja nasional PDUI.

2. Menilai pertanggung-jawaban Presidium Pengurus Pusat, mengenai amanat

yang diberikan oleh kongres sebelumnya.

3. Memilih dan menetapkan Presidium Pengurus Pusat

4. Menetapkan tiga calon tempat pelaksanaan Kongres berikutnya yang

memenuhi persyaratan untuk itu.

5. Mengesahkan anggota kehormatan PDUI.

Pasal 16

Tata Tertib

1. Pengurus Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraan Kongres

Nasional

2. Kongres Nasional dihadiri oleh utusan cabang, pengurus pusat

3. Peserta penuh adalah utusan cabang dan pengurus pusat.

4. Peserta peninjau adalah pengurus cabang, peserta siding-sidang khusus, dan

undangan.

5. Jumlah peserta peninjau ditetapkan pengurus Pusat.

6. Peserta undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara.

7. Mekanisme pengambilan keputusan dalam kongres dilaksankan dalam

sidang pleno dan sidang khusus.

8. Tata tertib siding pleno :

a. Peserta sidang pleno adalah peserta penuh dengan mandat resmi yang

mempunyai hak bicara dan hak suara sedangkan peserta peninjau

hanya mempunyai hak bicara.

Page 13: AD ART PDUI

b. Banyaknya suara peserta utusan cabang dalam kongres diatur dalam

peraturan tersendiri berdasarkan jumlah anggota.

c. Sidang Pleno Kongres dipimpin oleh tiga orang presidium yang dipilih

dari peserta, dan oleh peserta.

d. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara,

tata tertib sidang, dan pemilihan pimpinan sidang pleno kongres

dipimpin oleh panitia pengarahan kongres.

e. Kongres Nasional dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari 50% + 1

jumlah cabang yang hadir pada saat perhitungan kuorum.

f. Apabila ayat 6.e. tidak terpenuhi maka kongres diundur paling lama

1x24 jam dan setelah itu kongres dianggap sah.

g. Setelah laporan pertanggungjawaban pengurus Pusat diterima oleh

kongres, maka pengurus Pusat dinyatakan demisioner.

h. Sidang Pleno dapat membentuk sidang komisi untuk membahas topic

tertentu yang telah diagendakan.

Bagian IX

Konferensi Cabang

Pasal 17

Status

1. Konferensi cabang merupakan pengambilan keputusan tertinggi pada

tingkat cabang.

2. Konferensi cabang adalah musyawarah dokter umum Indonesia yang

diwakili oleh utusan komisariat.

3. Konferensi cabang diadakan sekali dalam lima tahun.

4. Peserta konferensi cabang terdiri dari utusan komisariat, pengurus Cabang,

unsure badan kelengkapan dan unsure badan khusus

5. Utusan komisariat ditunjuk oleh rapat khusus yang dilaksanakan oleh

pengurus komisariat.

6. Utusan komisariat menampung aspirasi dokter-dokter umum dan

masyarakat yang berada di daerah tempat komisariat berada, untuk

disampaikan pada Konferensi Cabang.

7. Konferensi anggota cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam

lima tahun.

Page 14: AD ART PDUI

8. Dalam keadaan luar biasa konferensi cabang dapat diadakan sewaktu-waktu

atas usul atau inisiatif satu komisariat dan mendapat persetujuan lebih dari

2/3 jumlah komisariat yang ada.

Pasal 18

Tugas dan Wewenang

1. Menilai pertanggungjawaban pengurus cabang mengenai pelaksanaan

amanat konferensi cabang.

2. Menetapkan program kerja cabang dengan tetap berpedoman kepada

kebijakan operasioanl yang telah ditetapkan dan garis besar haluan

organisasi serta program kerja nasional yang ditetapkan oleh Kongres

Nasional.

3. Memilih ketua pengurus cabang.

Pasal 19

Tata Tertib

1. Penanggung jawab penyelenggaraan konferensi cabang adalah pengurus

cabang

2. Konferensi cabang dihadiri oleh peserta utusan komisariat, pengurus cabang

dan Pengurus PDUI Pusat serta undangan.

3. Peserta penuh adalah pengurus cabang dan pengurus pusat PDUI.

4. Peserta peninjau adalah pengurus cabang dan pengurus cabang.

5. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh pengurus cabang.

6. Sidang konferensi cabang dipimpin oleh tiga orang presidium yang dipilih

dari peserta dan oleh peserta. Sidang pembahasan dan pengesahan agenda

acara, tata tertib serta sidang pemilihan pimpinan sidang dipimpin oleh

ketua panitia pengarah musyawarah anggota cabang.

7. Konferensi cabang dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari 50% atau

setengah jumlah anggota biasa.

Page 15: AD ART PDUI

8. Apabila ayat 7 tidak terpenuhi maka konferensi cabang diundur paling lama

1 x 24 jam dan setelah itu konferensi cabang dianggap sah.

9. Stelah laporan pertanggungjawaban pengurus cabang diterima oleh

konferensi cabang, maka pengurus cabang dinyatakan demisioner.

10. Apabbila enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan

telah minimal tiga kali diingatkan untuk mengadakan konferensi cabang

tetapi pengurus cabang tidak melakukan konferensi cabang maka

pengurus pusat segera menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu

orang pengurus pusat, satu orang pengurus cabang yang telah kadaluarsa

dan salah seorang anggota PDUI cabang, untuk menyelenggarakan

konferensi cabang.

Bagian X

Rapat Anggota Komisariat

Pasal 20

Status

1. Rapat Anggota Komisariat merupakan pengambilan keputusan tertinggi

pada tingkat komisariat.

2. Rapat Anggota Komisariat adalah rapat para anggota atas undangan

penanggung-jawab rapat anggota komisariat.

3. Rapat Anggota Komisariat dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam

tiga tahun.

4. Dalam keadaan luar biasa rapat anggota komisariat dapat diadakan sewaktu-

waktu atas usul atau inisiatif tiga orang dan mendapat persetujuan lebih

dari 50% jumlah anggota biasa yang ada.

Pasal 21

Tugas dan Wewenang

1. Menilai pertanggungjawaban pengurus komisariat mengenai pelaksanaan

amanat rapat anggota komisariat.

2. Menetapkan program kerja komisariat dengan tetap berpedoman kepada

kebijakan operasional yang telah ditetapkan dan garis besar haluan

Page 16: AD ART PDUI

organisasi serta program kerja nasional yang ditetapkan oleh Kongres

Nasional.

3. Memilih ketua pengurus komisariat

Pasal 22

Tata Tertib

1. Penanggung Jawab penyelenggaraan rapat anggota komisariat adalah

pengurus komisariat

2. Rapat anggota komisariat dihadiri oleh peserta anggota komisariat dan

pengurus PDUI Cabang serta undangan

3. Anggota biasa adalah peserta rapat anggota komisariat yang mempunyai

hak suara dan hak bicara.

4. Anggota luar biasa, anggota kehormatan serta dokter bukan anggota PDUI

atas undangan pengurus komisariat adalah peninjau yang mempunyai hak

bicara dan tidak mempunyai hak suara.

5. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh pengurus komisariat.

6. Sidang rapat anggota komisariat dipimpin oleh tiga orang presidium yang

dipilih dari peserta dan oleh peserta. Sidang pembahasan dan pengesahan

agenda acara, tata tertib serta pemilihan pimpinan sidang dipimpin oleh

ketua panitia pengarah rapat anggota komisariat.

7. Rapat anggota komisariat dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari 50% atau

setengah jumlah anggota biasa.

8. Apabila ayat 7 tidak terpenuhi maka rapat anggota komisariat diundur

paling lama 1 x 24 jam dan setelah itu rapat anggota komisariat dianggap

sah.

9. Setelah laporan pertanggungjawaban pengurus komisariat diterma oleh

rapat anggota komisariat, maka pengurus komisariat dinyatakan

demisioner.

10. Apabila enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan

telah minimal tiga kali diingatkan untuk mengadakan rapat anggota

komisariat tetapi pengurus komisariat tidak melakukan rapat anggota

komisariat pengurus cabang segera menunjuk tim caretaker yang terdiri

dari satu orang pengurus cabang, satu orang pengurus komisariat yang

telah kadaluarsa dan salah seorang anggota PDUI komisariat, untuk

menyelenggarakan rapat anggota komisariat.

Page 17: AD ART PDUI

Bagian XI

Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS)

Pasal 23

Status

1. Musyawarah kerja nasional (mukernas) adalah rapat yang dihadiri oleh

segenap perangkat organisasi dari tingkat pusat dan tingkat cabang yang

diadakan sekali setahun.

2. Dalam keadaan luar biasa mukernas dapat diadakan sewaktu-waktu atas

usul pengurus pusat dan/atau pengurus cabang dan mendapat persetujuan

lebih dari 50% dari jumlah cabang.

Pasal 24

Tugas dan Wewenang

1. Membahas program kerja yang akan dilaksanakan berdasarkan amanat

kongres.

2. Membahas usulan program kerja yang dianggap perlu untuk kepentingan

anggota secara nasional.

3. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan-bahan kongres yang

akan dating dan/atau mengevaluasi program kerja nasional berdasarkan

amanat kongres.

Pasal 25

Tata tertib

1. Pengurus pusat adalah penanggung-jawab penyelenggaraan mukernas

2. Mukernas dihadiri oleh seluruh perangkat organisasi yang terdiri dari

pengurus pusat, pengurus cabang, dan undangan dari Pengurus Pusat.

3. Sidang-sidang mukernas terdiri dari sidang pleno mukernas dan komisi

komisi

4. Sidang pleno mukernas dipimpin oleh kuasa pengurus pusat dan sidang-

sidang komisi dipimpin oleh ketua komisi yang ditunjuk di sidang pleno.

Bagian XII

Sidang Pleno Khusus Presidium

Pasal 26

Page 18: AD ART PDUI

Status

1. Sidang Pleno khusus presidium adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh

anggota presidium yang telah dipilih dan ditetapkan di dalam kongres

nasional.

2. Sidang pleno khusus presidium diadakan setahun sekali selama periode

kepengurusan.

3. Dalam keadaan luar biasa sidang pleno khusus presidium dapat diadakan

sewaktu-waktu atas usul pengurus pusat.

Pasal 27

Tugas dan Wewenang

1. Memilih dan menetapkan ketua harian.

2. Mengevaluasi kinerja ketua harian dan melakukan pemilihan ulang ketua

harian jika dipandang perlu untuk itu.

3. Membahas program kerja yang akan dilaksanakan berdasarkan amanat

mukernas.

4. Membahas usulan program kerja yang dianggap perlu untuk kepentingan

anggota secara nasional.

Pasal 28

Tata Tertib

1. Presidium Pengurus pusat adalah penanggung-jawab penyelenggaraan

sidang pleno presidium

2. Sidang pleno presidium dipimpin oleh salah satu presidium yang dipilih

oleh seluruh presidium.

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN

Bagian XIII

Pengurus Pusat

Pasal 29

Status

1. Instansi kepemimpinan tertinggi organisasi yang mengurus dan

melaksanakan kebijakan-kebijakan strategis dan operasional yang bersifat

nasional yang diputuskan dalam kongres.

Page 19: AD ART PDUI

2. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi.

3. Masa jabatan kepengurusan pengurus pusat adalah tiga tahun.

4. Dalam melaksanakan kebijakan strategis yang berskala nasional, presidium

memilih dan menetapkan ketua harian dibantu oleh pengurus harian,

dewan penasehat, dewan Pembina dan dewan pakar setiap tahunnya

selama periode kepengurusan.

5. Dalam melaksanakan kebijakan operasional yang berskala nasional,

pengurus harian dibantu oleh badan-badan kelengkapan, badan-badan

khusus, komite-komite tetap dan ad-hoc, yang dibentuk untuk tujuan

tersebut.

6. Seoranng anggota hanya diperboleh-kan menjadi presidium maksimal dua

kali masa kepengurusan.

Pasal 30

Personalia Pengurus Harian Pusat

1. Personalia kepengur usan sekurang-kurangnya terdiri dari ketua harian,

seskretaris eksekutif, ketua-ketua bidang, badan kelengkapan dan badan

khusus yang secara bersama-sama melaksanakan kegiatan secara kolektif.

2. Yang dapat menjadi pengurus harian pusat adalah anggota biasa yang

pernah menjadi pengurus cabang atau anggota biasa yang mempunyai

komitmen terhadap visi dan misi PDUI.

Pasal 31

Tugas dan Wewenang

1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta

keputusan yang telah ditetapkan kongres.

2. Mengumumkan kepada seluruh pengurus pusat dan pengurus cabang yang

menyangkut pengambilan keputusan organisasi ataupun perubahan

keputusan kongres nasional dan kemudian mempertanggungjawabkan

kepada kongres nasional berikutnya.

3. Mensosialisasikan penjabaran program sesuai ketetapan kongres nasional

kepada seluruh pengurus pusat dan pengurus cabang.

4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum

kongres nasional.

5. Menyelenggarakan kongres nasional pada akhir periode.

6. Menyiapkan draft materi kongres.

Page 20: AD ART PDUI

7. Mengesahkan dan menetapkan pengurus cabang serta perangkat organisasi

tingkat pusat.

Pasal 32

Tata Cara Pengelolaan

a. Pengurus pusat menjalankan tugas segera setelah dilakukan serah terima

dengan pengurus pusat demisioner pada akhir pelaksanaan Kongres

Nasional.

b. Pelantikan pengurus Pusat harus telah dilakukan paling lambat dalam waktu

30 hari setelah kongres.

c. Untuk menyelenggarakan kegiatannya pengurus Pusat harus mengadakan

rapat-rapat berupa mukernas, rapat pleno terbatas serta rapat pengurus

harian tetap.

d. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh segenap pengurus pusat dan dilaksanakan

sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan.

e. Rapat pengurus harian dihadiri oleh seluruh aparat pengurus pusat dan

diadakan setiap kali diperlukan.

Pasal 33

Tata cara pengelolaan administrasi dan keuangan

1. Menyelenggarakan administrasi keanggotaan yang dikelola oleh unit khusus

yang bertugas untuk mendaftar, mendata, menyimpan dan mengelola

potensi dasar anggota.

2. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, yang berfungsi sesuai

dengan beban kerja organisasi yang dipimpin oleh seorang sekretaris

eksekutif dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Harian.

3. Menyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan tata cara serta tata

kelola keuangan yang transparan dan akuntabilitas dan dipimpin oleh

seorang ketua bidang keuangan yang bertanggung jawab langsung kepala

Ketua Harian.

4. Menyelenggarakan audit yang dilaksanakan oleh satuan pengawas internal

secara berkala dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Harian.

5. Satuan pengawas internal terdiri dari personalia pengurus pusat yang

memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan/atau berpengalaman pada

bidang pengelolaan keuangan.

6. Membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh akuntan public dan

disampaikan pada seluruh anggota.

Page 21: AD ART PDUI

Bagian XIV

Pengurus Cabang

Pasal 34

Status

1. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di provinsi yang

mempunyai sekurang-kurangnya satu komisariat.

2. Pengurus cabang adalah instansi kepimpinan tertinggi dalam satu cabang

dan bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi.

3. Pengurus cabang melakukan koordinasi kegiatan organisasi.

4. Pengurus cabang dipilih dalam Konferensi cabang.

5. Masa jabatan pengurus cabang adalah tiga tahun.

6. Pengurus cabang adalah kesatuan organisasi yang dibentuk diprovinsi dan

berkedudukan di ibukota provinsi.

7. Seorang anggota hanya diperbolehkan dipilih menjadi ketua cabang

maksimal dua kali masa kepengurusan.

Pasal 35

Personalia Pengurus Cabang

1. Personalia pengurus cabang sekurang-kurangnya terdiri dari ketua cabang,

wakil ketua, sekretaris, bendahara.

2. Yang dapat menjadi pengurus cabang adalah anggota biasa yang

mempunyai minat, perhatian dan komitmen serta loyalitas pada organisasi.

3. Ketua, Sekretaris dan Bendahara harus berdomisili di ibukota provinsi

4. Apabila ketua cabang tidak dapat menjalankan tugad dan/atau non aktif

maka wakil ketua dapat diangkat sebagai ketua cabang melalui sidang

pleno khusus cabang untuk itu sampai akhir masa kepengurusan.

Pasal 36

Tugas dan wewenang

1. Atas nama pengurus pusat melantik pengurus komisariat.

2. Mewakili pengurus pusat bila diperlukan dan atas permintaan pengurus

pusat.

Page 22: AD ART PDUI

3. Melaksanakan program kerja yang diputuskan pada konferensi cabang dan

program kerja yang merupakan penjabaran program kerja PDUI yang

diputuskan Kongres Nasional.

Pasal 37

Tata Cara Pengelolaan

1. Pengurus cabang dipilih oleh ketua cabang terpilih dan mendapatkan

pengesahan dari Pengurus Pusat dan selanjutnya dilantik oleh Pengurus

Pusat.

2. Pengurus cabang yang baru dapat menjalankan tugasnya setelah pelantikan

dan serah terima jabatan dengan pengurus cabang demisioner.

3. Ketua cabang yang baru harus dapat menyusun kepengurusannya paling

lambat tiga puluh hari setelah pelaksanaan konferensi cabang dan segera

mengadakan serah terima jabatan dengan pengurus demisioner.

4. Untuk menyelenggarakan kegiatan, pengurus cabang melaksanakan rapat

pleno yang dihadiri oleh pengurus cabang dan diadakan sekurang-

kurangnya sekali dalam enam bulan.

Bagian XV

Pengurus Komisariat

Pasal 38

Status

1. Komisariat merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di kabupaten/kota

yang mempunyai sekurang-kurangnya lima puluh anggota biasa.

2. Dalam satu kabupaten/kota hanya boleh ada satu komisariat.

3. Bila dianggap perlu komisariat dapat membentuk perangkat-perangkat

pengelolaan organisasi secara internal.

4. Masa jabatan pengurus Komisariat adalah tiga tahun.

Page 23: AD ART PDUI

5. Periode kepengurusan ketua komisariat hanya dipilih maksimal dua kali

masa kepengurusan.

6. Dalam kepengurusan komisariat dapat dibentuk dewan penasehat

komisariat dengan fungsi memberi saran kepada pengurus komisariat

diminta maupun tidak diminta. Dewan penasehat komisariat terdiri dari

para mantan ketua dan para tokoh senior.

Pasal 39

Personalia Pengurus Komisariat

1. Personalia pengurus komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,

sekretaris dan bendahara.

2. Yang dapat menjadi pengurus komisariat adalah anggota biasa.

3. Apabila ketua komisariat tidak dapat menjalankan tugas dan/atau non aktif

maka wakil ketua dapat diangkat sebagai ketua komisariat melalui sidang

pleno khusus komisariat untuk itu sampai akhir masa kepengurusan.

Pasal 40

Tugas dan wewenang

1. Melaksanakan keputusan Kongres Nasional, Konferensi Cabang dan Rapat

Anggota Komisariat.

2. Memberikan laporan kepada pengurus cabang tentang hasil kerja yang

dilakukan minimal sekali dalam enam bulan.

3. Bertanggung jawab kepada rapat anggota komisariat.

Pasal 41

Tata Cara Pengelolaan

1. Pengurus komisariat dipilih oleh ketua komisariat terpilih dan mendapatkan

pengesahan dari Pengurus Cabang dan selanjutnya dilantik oleh pengurus

cabang.

Page 24: AD ART PDUI

2. Pengurus komisariat baru dapat menjalankan tugasnya setelah pelantikan

serah terima jabatan dengan pengurus komisariat demisioner.

3. Ketua komisariat yang baru harus dapat menyusun kepengurusannya paling

lambat tiga hari setelah rapat anggota komisariat dan segera mengadakan

serah terima jabatan dengan pengurus komisariat demisioner.

4. Untuk menyelenggarakan kegiatannya pengurus komisariat harus

mengadakan rapat-rapat berupa rapat pleno dan rapat pengurus harian.

5. Rapat pleno diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan dan

dihadiri oleg seluruh pengurus dan perangkat organisasi yang ada di

komisariat.

6. Rapat pengurus harian diadakan sekali dalam satu bulan dan dihadiri

pengurus komisariat.

Bagian XVI

Pasal 42

Badan Kelengkapan PDUI

1. Status umum

a. Badan kelengkapan adalah anggota Pengurus Pusat dan merupakan

anggota pleno.

b. Badan kelengkapan terdiri atas Biro Hukum dan Mediasi (BHM) dan

Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Antar Lembaga (HUMAS

& KAL)

2. Tugas dan wewenang

Tugas dan wewenang badan kelengkapan diatur dalam Kompedium

Organisasi PDUI.

Page 25: AD ART PDUI

Pasal 43

Biro Hukum dan Mediasi (BHM)

1. Status

BHM dibentuk ditingkat pusat, cabang dan bila diperlukan dapat dibentuk

di tingkat komisariat.

2. Tugas dan wewenang

a. Melakukan pembinaan dalam kesadaran hukum kesehatan.

b. Membela anggota dalam menjalankan profesinya baik yang menyangkut

masalah etik, hukum, administrasi, atau organisasi, baik diminta atau

tidak diminta.

c. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan pendapat dan saran

dari badan kelengkapan organisasi yang sehubungan dan pihak pihak

yang dianggap perlu.

3. Tata cara pengelolaan

a. Personalia Pengurus BHM ditetapkan oleh pengurus Pusat.

b. Yang dapat dipilih sebagai anggota BHM adalah anggota biasa.

c. BHM dapat mengikutsertakan profesi lain yang dipandang perlu dalam

kepengurusannya.

d. Pengurus BHM sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan

anggota.

e. BHM segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesai kongres.

f. Masa jabatan sama dengan kepengurusan Pusat PDUI.

g. BHM dapat mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak lain yang

dianggap perlu.

Page 26: AD ART PDUI

Pasal 44

Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Antar Lembaga (HUMAS & KAL)

1. Status

Biro HUMAS & KAL dibentuk di tingkat pusat, cabang dan bila

diperlukan dapata dibentuk di tingkat komisariat.

2. Tugas dan wewenang

a. Melakukan kegiatan kehumasan dalam rangka meningkatkan citra

organisasi

b. Memfasilitasi kegiatan kerjasama dengan lembaga lain dengan prinsip

tidak mengikat dalam upaya mewujudkan tujuan organisasi.

c. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan pendapat dan saran

dari badan kelengkapan organisasi yang sehubungan dan pihak pihak

yang dianggap perlu.

3. Tata Cara Pengelolaan

a. Personalia Pengurus Biro HUMAS & KAL ditetapkan oleh pengurus

Pusat

b. Yang dapat dipilih sebagai anggota Biro HUMAS & KAL adalah

anggota biasa.

c. Biro HUMAS & KAL dapat mengikutisertakan profesi lain yang

dipandang perlu dalam kepengurusannya.

d. Pengurus Biro HUMAS & KAL sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,

sekretaris, dan anggota.

e. Biro HUMAS & KAL segera menjalankan tugas-tugasnya setelah

selesai kongres.

Page 27: AD ART PDUI

f. Masa jabatan sam dengan kepengurusan Pusat PDUI

g. Biro HUMAS & KAL dapat mengadakan pertemuan dengan pihak-

pihak lain yang dianggap perlu.

Bagian XVII

Pasal 45

Badan Khusus PDUI

1. Status

a. Badan kelengkapan adalah anggota Pengurus Pusat dan merupakan

anggota pleno.

b. Badan Khusus terdiri atas Kolegium Dokter Umum Indonesia

(KDUI), Badan Penyelenggara Pendidikan Keprofesian

Berkelanjutan (BPPKB) dan Badan Usaha Dokter Umum

Indonesia (BADUI).

2. Tugas dan wewenang

Tugas dan wewenang badan kelengkapan diatur dalam Kompendium

Organisasi PDUI.

Pasal 46

Kolegium Dokter Umum Indonesia

1. Status

KDUI dibentuk di tingkat dan dapat dibentuk perwakilannya di tingkat

cabang/komisariat bila diperlukan.

2. Tugas dan wewenang

a. Melakukan standarisasi kompetensi profesi.

Page 28: AD ART PDUI

b. Membina anggota dalam standarisasi dan pengembangan

kompetensi.

c. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan dan pihak pihak

yang dianggap perlu.

3. Tata cara pengelolaan

a. Personalia Pengurus KDUI ditetapkan oleh pengurus Pusat.

b. Yang dapat dipilih sebagai anggota KDUI adalah anggota biasa.

c. Pengurus KDUI sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris,

dan anggota.

d. KDUI segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesai kongres.

e. Masa jabatan sama dengan kepengurusan Pusat PDUI.

f. KDUI dapat mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak lain yang

dianggap perlu.

Pasal 47

Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan

(BPPKB)

1. Status

BPPKB dibentuk ditingkat pusat, cabang dan bila diperlukan dapat

dibentuk di tingkat komisariat.

2. Tugas dan wewenang

a. Melakukan pembinaan dalam pendidikan keprofesian

berkelanjutan.

Page 29: AD ART PDUI

b. Memfasilitasi anggota dalam bidang pendidikan dan pelatihan

untuk mengembangkan profesi sesuai kompetensi dokter umum

c. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan pendapat dan

saran dari badan kelengkapan organisasi yang sehubungan dan

pihak pihak yang dianggap perlu.

3. Tata cara pengelolaan

a. Personalia Pengurus BPPKB ditetapkan oleh pengurus Pusat

b. Yang dapat dipilih sebagai anggota BPPKB adalah anggota

biasa.

c. Pengurus BPPKB sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,

sekretaris, dan anggota.

d. BPPKB segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesai

kongres.

e. Masa jabatan sama dengan kepengurusan Pusar PDUI.

f. BPPKB dapat mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak lain

yang dianggap perlu.

Pasal 48

Badan Usaha Dokter Umum Indonesia (BADUI)

1. Status

BADUI dibentuk ditingkat pusat, cabang dan dapat dibentuk

perwakilannya ditingkat

Cabang/komisariat bila diperlukan.

2. Tugas dan wewenang

Page 30: AD ART PDUI

a. Melakukan usaha pendanaan organisasi yang sifatnya tidak

mengikat dan halal.

b. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan pendapat dan

saran dari badan kelengkapan organisasi yang sehubungan dan

pihak pihak yang dianggap perlu.

3. Tata cara pengelolaan

a. Personalia Pengurus BADUI ditetapkan oleh pengurus Pusat

b. Yang dapat dipilih sebagai anggota BADUI adalah anggota

biasa.

c. Pengurus BADUI sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,

sekretaris, dan anggota.

d. BADUI segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesai

kongres.

e. Masa Jabatan sama dengan Kepengurusan Pusat PDUI.

f. BADUI dapat mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak lain

yang dianggap.

Pasal 49

Aturan Tambahan

1. Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah tangga, akan

diatur dalam compendium tata kelola organisasi PDUI.

2. Apabila terdapat kekeliruan di dalam anggaran rumah tangga ini,

maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya.