Acr Omega Ly

download Acr Omega Ly

of 11

description

acromegaly

Transcript of Acr Omega Ly

Terapi untuk AkromegaliI Made S. B. Pramantara07020050871.PendahuluanAkromegali adalah kelainan akibat dari peningkatan sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dalam waktu yang lama setelah penutupan tulang epifise.5 Paling banyak sering terlihat pada pertengahan umur pada pria dan wanita.2 Setiap tahunnya insiden dari acromegaly kira-kira 3-4 kasus per juta populasi. Prevalensinya pada populasi saat ini diperkirakan 40 kasus per juta, tetapi bisa sama tingginya dengan 90 kasus perjuta penduduk).4Growth Hormon (GH) ini dihasilkan oleh pituitari.1 Pituitai adalah kelenjar yang mempunyai bentuk dan ukuran seperti kacang, kelenjar ini terletak di dasar otak di belakang dan di antara keduan mata. Kelenjar pituitari memproduksi berbagai macam hormon yang membantu untuk mengontrol fungsi tubuh yang penting seperti pertumbuhan dan perkembangan.2Penyebab tersering pengeluaran GH yang berlebihan berasal dari tumor jinak pada pituitari. Tumor jinak ini dinamakan Adenoma.1 Kebanyakan adenoma pituitari terjadi secara spontan dan tidak diturunkan. Banyak adenoma pituitari terjadi karena perubahan genetik dalam satu sel pituitari. Pada kasus yang jarang, akromegali disebabkan oleh tumor dari pancreas, paru-paru, dan kelenjar adrenal. Tumor-tumor ini dapat menyebabkan GH yang berlebihan dikarenakan tumor-tumor ini mengsekresikan GH untuk sel tumor tersebut atau lebih sering tumor-tumor ini mengeluarkan Growth Hormone-Releasing Hormon (GHRH), yang nantinya mengstimulasikan pituitary untuk mengeluarkan GH.2 Yang paling penting disini adalah GH yang dihasilkan dapat menyebabkan meningkatnya insulin-like growth factor I (IGF-I), yang diproduksi di hati sebagai respon terhadap adanya GH. IGF-I ini menyebabkan pertumbuhan tulang dan jaringan in di dalam tubuh. IGF-I memberikan signal pada pituitary untuk mengurangi produksi dari GH. Bagaimanapun juga, mekanisme ini tidak terjadi dan pituitary terus saja membuat GH, yang menyebabkan level dari IGF-I terus meningkat yang berakibat pada pertumbuhan dan pembesaran organ. IGF-I ini stabil sepanjang hari dan bila ada kenaikan dari hormon ini hampir diindikasikan adanya acromegaly.1,3

Akromegali dapat diobati pada kebanyakan pasien, tetapi karena perkembangan penyakitnya yang lambat dan tidak terlalu kelihatan, biasanya tidak dapat didiagnosis lebih awal dan baru diketahui setelah bertahun-tahun .1,3,5 Dari studi retrospective epidemiologi yang dilakukan kematian akibat komplikasi yang paling banyak adalah dikarenakan penyakit kardiovaskular sekitar 60%, dari penyakit pernapasan 25% dan dari keganasan sekitar 15%. Ada bukti yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang mengindikasikan bahwa mengontrol GH level dan atau IGF-1 level agar normal sesuai dengan umur berhubungan dengan berkurangnya angka kematian. Menekan GH dibawah 5 mU/liter telah menunjukan penurunan angka kematian.3Akromegali dapat ditandai dengan adanya tanda-tanda seperti pasien memiliki pertumbuhan tangan dan kaki yang berlebihan yang merupakan tanda awal dari akromegali, dimana pasien merasa adanya perubahan pada telapak kaki atau ukuran sepatu yang bertambah lebar. Secara bertahap perubahan pada tulang mengakibatkan bentuk wajah berubah dimana kening dan dagu bawah menonjol, tulang hidung melebar, dan gigi merenggang.1 Pertumbuhan tulang cartilage yang berlebihan dapat menyebabkan arthritis. Karakteristik lainnya adalah nyeri persendian, penebalan kulit, kulit menjadi kasar, kulit berminyak, skin tags, pembesaran bibir dan lidah, suara membesar dikarenakan pembesaran sinus dan vocal cords, sleep apnea (berhentinya bernafas saat tidur dikarenakan obstruksi jalan nafas), banyak berkeringat dan bau badan, badan menjadi lemas, nyeri kepala, kerusakan penglihatan, gangguan menstruasi pada wanita, dan gangguan ereksi pada pria.1,4,5Diagnosis akromegali berdasarkan gejala klinis, peningkatan serum IGF-I dan ketidakmampuan menekan GH serum saat Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).4 Pengukuran GH satu kali saja tidak cukup untuk menyediakan informasi terhadap peningkatan GH, dikarenakan GH dikeluarkan secara pusatile.1,2,4 Oleh karena itu pengukuran random GH untuk mendiagnosis acromegaly dapat menyebabkan hasil yang false positif maupun false negative. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang akurat biasanya digunakan TTGO. untuk mendiagnosis akromegali karena dengan meminum 75 sampai 100 gram glukosa akan menurunkan GH di darah kurang dari 1 mg/mL pada orang yang sehat. Pada orang yang memproduksi GH yang berlebihan, penurunan GH ini tidak terjadi. TTGO merupakan tes yang sangat bermanfaat untuk mengkonfirmasi diagnosis dari acromegaly. Tes yang lainnya yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur kadar IGF-I di dalam darah, dimana biasanya IGF-I juga akan meningkat pada orang yang dicurigai akromegali. Dikarenakan level IGF-I di dalam darah lebih stabil daripada GH sepanjang hari, biasanya sering digunakan pada praktek sehari-hari dan merupakan alat screening yang penting.1,2,4,5,7 Bila IGF-I dan GH telah diukur dan didiagnosis acromegaly maka digunakan magnetic resonance imaging (MRI) untk mengetahui lokasi dan memeriksa ukuran dari tumor yang menyebabkan peroduksi berlebihan dari GH. MRI merupakan alat imaging yang paling sensitive tetapi computerized tomography (CT) scans dapat digunakan pada orang-orang yang tidak boleh menggunakan MRI. Contohnya saja pada orang yang mempunyai alat pacu jantung (pace maker) tidak boleh di scan dengan MRI dikarenakan MRI mempunyai kekuatan magnet yang kuat. Apabila pada scan kepala tidak didapatkan adanya gambaran tumor maka dokter harus mencari keberadaan tumor ditempat lain (non-pituitary ectopic tumors) di dada, perut, atau pelvis sebagai penyebab meningkatnya sekresi GH.1,22. Terapi untuk akromegaliPengobatan untuk Akromegali non surgery termasuk terapi medis dengan somatosatin analogs, dopamine agonists, GH receptor antagonists (GHRAs) atau pegvisomant, dan terapi radiasi. Terapi-terapi ini lebih efektif bila digunakan bersama-sama dengan terapi bedah.1,42.1. Dopamin AgonisReseptor dopamine (reseptor D2) diekspresikan dalam somatotroph adenoma dan sekresi GH ditekan oleh dopamine agonis tetapi responnya pada pasien acromegaly tidak sama.5 Dopamin agonis (contohnya: bromocriptin dan pergolide) berikatan pada reseptor tipe 2 dopamin (D2) di pituitari dan menekan sekresi GH pada beberapa pasien acromegaly, meskipun mekanisme prosesnya masih belum jelas. Secara historical bromocriptin telah digunakan untuk mengatasi gejala pada acromegaly sebelum tersedia terapi farmakologi yang lainnya. Pada minoritas pasien, bromocriptin mengurangi kadar GH, tetapi kadar GH dan IGF-I jarang mencapai normal dengan modalitas terapi ini. Faktanya kurang dari 20% pasien mencapai kadar GH yang kurang dari 5 ng/mL dan kurang dari 10% pasien akan mencapai kadar IGF-I yang normal. Pasien secara subjektif merasakan peningkatan kllinis yang tidak berhubungan dengan berkurangnya kadar GH terbukti pada beberapa pasien dan pengecilan ukuran tumor terjadi pada minoritas pasien. Dosis yang diberikan sampai 20 mg/hari diberikan secara oral (setiap 6 jam) untuk mendapatkan efek yang optimal. Peningkatan dosis bromocriptin sampai lebih dari 20 mg/hari tidak dipertimbangkan mempunyai efek yang menguntungkan. Efek samping yang timbul akibat pengobatan dengan dopamine agonis ini adalah nausea, muntah, keram pada perut, hidung buntu, aritmia, efek pada CNS, gangguan tidur, lemah, hipotensi postural yang transien, dan kedinginan yang menginduksi vasospasme perifer (ergostism).4 Ada penelitian yang menunjukan bahwa dopamin agonis lebih berespon pada adenoma yang menghasilkan prolaktin lebih banyak dan GH dimana didapatkan lebih dari 50% pasien mencapai kadar IGF-I yang normal.1,5Sebuah penelitian terhadap formulasi bromocriptin jangka panjang menunjukan indikasi tidak adanya kadar GH atau IGF-I yang normal pada pasien acromegaly. Penelitian ini juga melaporkan bahwa cabergoline, obat baru dan meupakan dopamin agonis jangka panjang, gagal juga untuk menormalkan baik GH atau IGF-I,4 tetapi ada penelitian lain yang menunjukan bahwa carbegoline memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan dopamine agonis yang lainnya dan menormalkan IGF-I pada kirra-kira 30% pasien. Ironisnya saat ini bromocriptin yang merupakan dopamine agonis yang kurang potensial merupakan dopamine agonis yang dilisensikan untuk pengobatan acromegaly, oleh karena itu pengobatan dengan memberikan dopamine agonis tidak ditetapkan sebagai pengobatan yang tepat.52.2. Somatostatin AnalogsSecara alami somatostatin dihasilkan oleh tubuh yang dikenal dengan somatotropin release-inhibiting factors, mempunyai efek biologis yang tidak diinginkan pada banyak sel dan organ diseluruh tubuh. Efek dari somatostatin luas menghambat pada pengeluaran hormone, proliferasi dan daya tahan dari sel. Somatostatin menghambat endokrin (mis: GH, insulin, glucagon, cholesitokinin, vasoactive intestinal peptide dan secretin) dan eksokrin (enzim pancreas, asam lambung dan intestinal fluid). Somatostatin juga menghambat proliferasi dari sel normal dan sel tumor.9 Biasanya somatostatin dihasilkan endokrin normal, gastrointestinal, imun dan sel neuron dan juga oleh beberapa jenis tumor. Somatostatin mempunyai reseptor yang terdiri dari 5 transmembrane domain somatostatin dipermukaan sel dan G-protein couple yang berespon pada somatostatin endogen dengan mengurangi GH. Lima somatostatin reseptor subtype (SSTR-1,-2,-3,-4, dan -5) berada dalam jumlah tertentu di CNS, anterior pituitary, mucosa gastrointestinal tract, endokrin dan eksokrine pancreas.5 Kelenjar pituitary pada orang dewasa mengekspresikan SSTR-1, -2, -3, dan -5 subtipe, tetapi SSTR-2 dan -5 merupakan reseptor yang diekspresikan pada somatotroph adenomas yang biasanya sering menyebabkan terjadinya acromegaly.5,9 Somatostatin beredar di sirkulasi dalam bentuk somatostatin 14 dan 28 dam mempunyai afinitas yang sama pada setiap reseptor somatostatin. Somatostatin ini mempunyai waktu paruh yang singkat (< 3 menit) dikarenakan didegradasi oleh enzim sehingga membuat somatostatin tidak aktif. 5,9 Somatostatin analog saat ini telah luas digunakan sebagai terapi acromegaly. Obat ini mempunyai aktivitas yang sama dengan somatostatin yang dihasilkan oleh tubuh tetapi mempunyai waktu paruh yang lebih lama. Somatostatin analog yang paling umum digunakan adalah Octreotide dan lanreotide.9 Octreotide merupakan sintetik cyclical octapeptide dengan sebuah D-tyrptophan pengganti untuk meningkatkan waktu paruh sampai 100 menit dan ada penelitian yang menyebutkan bahwa ocreotide 40 kali lebih potent daripada somatostatin endogen.4 Penelitian yang lain lagi menyebutkan bahwa ocreotide 45 kali lebih potent dalam menghambat sekresi GH.6,10 Ocreotide secara lebih spesifik berikatan dengan reseptor somatostatin yaitu SSTR-2 dan -5, ikatan sedang pada SSTR-3 dan mempunyai ikatan yang lemah dengan SSTR-1 dan -4.9 Sedangkan penelitian yang lainnya menyebutkan bahwa ocreotide tidak mempunyai ikatan pada SSTR-1 dan SSTR-4.6 Lancreotide terdiri dari 6 asam amino yang berikatan specific pada SSTR-2.5 Ocreotide dan Lancrotide telah terbukti mengontrol gejala hormonal dari pituitary adenoma. Kedua obat ini mengurangi dan menormalkan produksi berlebihan GH dan IGF-I yang berhubungan dengan akromegali.1,2,4,5,9 Kemampuan mengobati akromegali dengan somatostatin analogs bergantung pada ekspresi dari SSTR-2 dan -5 ,yang mana sangat dominan pada hormone-secreting adenoma.9 Ocreotide dan Lancreotide juga mempunyai efek mengurangi ukuran dari tumor pada 30-40 % pasien.7 Pada penelitian yang lainnya angka ini meningkat yaitu sekitar 73% dari pasien menunjukan penurunan ukuran tumor sekitar >30%.9 Ocreotide mempuyai paruh waktu yang panjang sehingga obat ini dapat diberikan 3 sampai 4 kali perhari, dan tidak menunjukan terjadinya rebound hipersekresi ketika pengobatan diinterupsi. Dosis yang efektif untuk mengobati akromegali adalah 300g sampai 2000g perhari, diberikan 3 sampai 4 kali sehari yang diberikan secara subkutan.7 Pada penelitian lainnya dosis yang biasa diberikan perhari adalah 100 g sampai 250 g, dosis maksimumnya sampai 1500 g yang juga diberikan 3 kali sehari secara subkutan.4 Efek samping terutama yang timbul akibat penggunaan ocreotide dalam waktu yang lama adalah meningkatnya resiko terbentuknya batu kandung empedu ini terjadi pada 25% pasien.4 Efek jangka pendek dari penggunaan obat ini adalah nyeri pada perut, diare, malabsorbsi lemak, nausea, dan flatulence.4,5,7Secara klinis terjadi bradikardi yang tidak signifikan pada 25% pasien. Lancreotide mempunyai struktur dan kemampuan yang mirip dengan ocreotide tetapi mempunyai dosis injeksi yang berbeda dari ocreotide yaitu 30 mg dan dapat diberikan sekitar 7 sampai 21 hari. Mempunyai efek samping yang sama dengan ocreotide yaitu berupa nyeri abdominal, diare dan cholelithiasis pada sekitar 20% pasien.7 Formulasi baru dari ocroetide dan lancreotide jangka panjang menghasilkan penekanan GH dan IGF-I yang konsisten dengan pemberian obat sebulan sekali atau setiap minggu.4 Pengobatan dengan somatostatin analog lebih efektif menurunkan IGF-I daripada dengan menggunakan dopamin agonis.9

2.3. Pegvisomant

Struktur pegvisomant mirip dengan native GH dengan pengecualian pergantian 9 asam amino. Target pergantian asam amino ini membuat hormone berikatan pada GH reseptor tanpa pengaktifan reseptor hormone ini.8 Pegvisomant mempunyai dua tempat berikatan, pertama indentik dengan GH berperan sebagai reseptor antagonis (reseptor kompetitif) mencegah normal endogen GH untuk berikatan dengan reseptornya, tempat kedua berbeda dengan GH oleh karena itu bekerjanya dengan mencegah terbentuknya formasi sebuah kompleks reseptor-dimer aktif dengan GH, yang penting untuk tranduksi signal dalam membentuk IGF-I.7 Pegvisomant telah dibuktikan mempunyai efek yang berhubungan dengan dosis yang diberikan dimana semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin meningkat persentase pengikatannya dengan reseptornya.8 Penelitian yang dilakukan untuk meneliti kemanjuran dan keamanan obat ini dalam 12 minggu dengan memakai metode randomisasi, double-blind, placebo-control study menemukan bahwa pegvisoman secara signifikan menurunkan konsentrasi IGF-I dan mengurangi gejala dan tanda dari acromegaly. Pengobatan dengan 10 mg, 15 mg, dan 20 mg pegvisomant didapatkan konsentrasi IGF-I yang normal pada 54%, 81%, dan 89% pasien.5-8 Sebuah penelitian yang lain berlangsung dengan memakai 160 pasien akromegali yang diberikan pegvisomant secara subkutan perhari selama 12 bulan didapatkan konsentrasi IGF-I menjadi normal pada 97% pasien,8,10 sedangkan penelitian lain lagi yang dilakukan selama 8 bulan pengobatan menunjukan bahwa 97% pasien yang mendapat dosis maksimal 40 mg perhari mempunyai IGF-I yang berkisaran normal. Kemanjuran yang dicapai obat ini tidak sama dengan yang dicapai oleh obat yang lainnya misalnya somatostatin analog dan dopamine agonis,5,6 di Inggris pegvisomant dilisensikan sebagai obat yang dapat digunakan untuk mengobati acromegaly yang resistant. Penelitian yang lebih jauh lagi didapatkan bahwa pegvisomant aman dan efektif ketika digunakan bersamaan dengan somatostatin analog dan dapat diberikan perminggu ketika menggunakan kedua obat ini secra bersama-sama.5Pada semua clinical trials pegvisomant dapat ditoleransi dengan baik. Tidak ada laporan yang menunjukan meningkatnya resiko gangguan gastrointestinal, hyperglikemia, atau aritmia seperti yang terjadi pada penggunaan somatostatin analog,8 bahkan obat ini dapat menurunkan gangguan metabolisme akibat acromegaly, contohnya saja dengan meningkatkan metabolisme glukosa dengan cara menurunkan glukosa darah puasa, menurunkan Hemoglobin A1c (glycated haemoglobin) dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Kelainan pada metabolisme kortisol dan tulang yang merupakan karakteristik dari akromegali dapat juga diobati dengan pegvisomant. Pada akhirnya ada sejumlah kasus yang melaporkan bahwa terdapat hasil fungsi tes hati yang tidak normal pada pasien yang menerima pengobatan pegvisomant. Biasanya pasien asymptomatic tetapi mempunyai peningkatan level serum hepatosit aspartate transaminase (AST) dan alanin transaminase (ALT) dengan bilirubin yang stabil. Hal ini biasanya timbul dalam 1-2 bulan pengobatan pertama dan mekanisme terjadinya masih belum jelas. Semua pasien yang diobservasi sesuai dengan tanggal, ALT dan AST kembali ke nilai normal ketika menghentikan pemakaian obat ini, meskipun pada beberapa pasien penggunaan kembali obat ini memunculkan kembali gejala keabnormalan tersebut. Tidak ada bukti bahwa terjadi gangguan yang menetap pada fungsi hati.5Adanya peningkatan serum GH pada pasien acromegaly yang diobati dengan pegvisomant. Hal ini muncul lebih berkaitan dengan hilangnya efek penghambat IGF-I pada sekresi GH daripada proses patologi, termasuk pertumbuhan tumor. Hal ini juga terjadi pada obsevasi individu sehat yang diberikan pegvisomant. Meningkatnya serum GH terbukti terjadi pada 2 minggu pengobatan. Level GH secara cepat terjadi plateau dan menjadi stabil setelah pengobatan yang lama.8 Saat ini bedah merupakan inisial terapi untuk akromegali. Pengembangan pegvisomant tidak mengganti peranan bedah sebagai modalitas utama dalam mengobati akromegali. Untuk pasien yang tidak dapat diobati dengan bedah, pegvisomant digunakan sebagai terapi pertama dikarenakan kemanjuran dan keamanan obat ini. Pegvisomant menunjukan efek terapeutik yang signifikan pada hampir semua pasien acromegaly dengan menurunkan IGF-I yang tidak berespon dengan pengobatan yang biasanya.82.4. Terapi RadiasiTerapi radiasi biasanya digunakan bukan sebagai modalitas utama untuk mengobati akromegali.2 Terapi ini digunakan untuk orang-orang yang masih mempunyai sisa-sisa tumor setelah pembedahan dan yang tidak berespon pada obat,1 sedangkan ada juga para ahli yang mengatakan terapi ini bisa digunakan untuk pasien yang tidak dapat melakukan pembedahan.7 Dikarenakan radiasi membuat penurunan kadar GH dan IGF-I yang lambat, pasien biasanya juga menerima terapi medikasi untuk menurunkan kadar hormone. Efek penuh dari terapi radiasi mungkin tidak terjadi selama bertahun-tahun pengobatan.1 Lebih lanjut lagi hasil dari sejumlah tempat penelitian besar terhadap pengobatan terapi radiasi menunjukan kira-kira 50% pasien mendapatkan penekanan sekresi GH setelah 10 tahun radiasi.4Dua tipe radiasi yang biasa digunakan adalah konvensional dan stereotactic. Radiasi konvensional dilakukan dengan menembakan sinar radiasi ekstenal ke target tumor tetapi dapat merusak jaringan disekitarnya. Pengobatan ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian radiasi dosis kecil di atas 6 minggu, sehingga memberikan waktu jaringan normal untuk menyembuhkan dirinya sendiri diantara sela waktu pengobatan. Radiasi stereotatic dilakukan dengan menembakan sejumlah besar dosis sinar radisi dengan berbagai macam sudut pada tumor. Pasien harus memakai rangka yang keras pada kepala agar kepala tetap atau tidak bergerak pada waktu diradiasi. Tipe stereostatic radiasi tersedia dalam bentuk sinar proton, linear accelerator (LINAC), pisau gamma. Dengan menggunakan metode stereotatic tumor harus berjarak paling sedikitnya 5 mm dari chiasma optic untuk menghindari terjadinya kerusakan pada jaringan disekitarnya. Pengobatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan sekali sesi agar mengurangi resiko keruskan pada jaringan disekitarnya.1Semua bentuk terapi radiasi menyebabkan penurunan produksi hormone pituitary yang lainnya secara bertahap, sehingga pada kebanyakan pasien membutuhkan terapi pengganti hormone. Radiasi juga dapat menyebabkan terganggunya fertilitas pasien.1 Terapi pengganti dengan sex steroid, tiroksin, hidrokortison, atau kembinasi dari obat-obat ini dibuthkan pada 70% pasien setelah 10 tahun menjalani radio terapi dikarenakan menurunnya fungsi pituitari.2 Hilangnya penglihatan dan kerusakan pada otak merupakan komplikasi yang jarang. Jarang juga terjadi kasus tumor yang berkembang bertahun-tahun pada tempat sinar radiasi lewat.13. KesimpulanTidak ada satupun pengobatan yang efektif untuk semua pasien akromegali. Pengobatan akromegali harus secara individual dan lebih mengarah ke terapi kombinasi, bergantung pada karakteristik pasien seperti umur dan ukuran tumor. Pengobatan untuk Akromegali non surgery termasuk terapi medis dengan somatosatin analogs, dopamine agonists, pegvisomant, dan terapi radiasi.Dopamin agonis merupakan obat yang sudah lama ada sebelum obat-obat yang lainnya ditemukan dan merupakan obat yang dahulu dipakai untuk mengobati pasien akromegali, kerjanya dengan mengikat reseptor D2. Faktanya pada pasien yang menggunakan obat ini kurang hanya sedikit saja yang mencapai kadar IGF-I yang normal. Dopamin agonis juga mempunyai efek samping yang cukup banyak seperti nausea, muntah, keram pada perut, hidung buntu, aritmia, efek pada CNS, gangguan tidur, lemah, hipotensi postural yang transien, dan kedinginan yang menginduksi vasospasme perifer (ergostism) oleh karena itu, saat ini dopamin agonis sudah jarang digunakan.Somatostatin merupakan obat yang sudah luas digunakan saat ini, dimana kerjanya berikatan dengan SSTR-2 dan -5. Pasien yang menggunakan obat ini menunjukan penormalan sekresi GH dan IGF-I, selain itu juga efek obat ini dapat mengecilkan ukuran tumor. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah terjadinya batu ginjal selain itu ada beberapa efek samping yang lainnya misalnya nyeri pada perut, malabsorbsi lemak, nausea, dan flatulence, diare, dan lain-lain. Pengobatan dengan somatostatin analog lebih efektif menurunkan IGF-I daripada dengan menggunakan dopamine agonis.Pegvisomant merupakan obat ackomegali yang paling terbaru, bekerjanya sebagai reseptor antagonis untuk GH sehingga mencegah GH berikatan dengan reseptornya dan mencegah terbentuknya formasi sebuah kompleks reseptor-dimer aktif dengan GH, yang penting untuk tranduksi signal dalam membentuk IGF-I. Pegvisomant ini menghasilkan penurunan GH dan IGF-I serta mempunyai efek mengecilkan tumor. Penggunaan pegvisoman dapat meningkatkan serum ALT dan AST tetapi tidak secara permanen. Untuk pasien yang tidak dapat diobati dengan bedah, pegvisomant digunakan sebagai terapi pertama dikarenakan kemanjuran dan keamanan obat ini. Pegvisomant menunjukan efek terapeutik yang signifikan pada hampir semua pasien akromegali dengan menurunkan IGF-I yang tidak berespon dengan pengobatan yang biasanya. Pegvisomant mempunyai efek yang labih baik dan juga efek samping yang sedikit jika dibandingkan dengan somatostatin analog, tetapi kedua obat ini juga dapat digunakan sebagai terapi kombinasi.Terapi radiasi biasanya digunakan bukan sebagai modalitas utama untuk mengobati akromegali. Terapi ini digunakan untuk orang-orang yang masih mempunyai sisa-sisa tumor setelah pembedahan dan yang tidak berespon pada obat, bisa digunakan untuk pasien yang tidak dapat melakukan pembedahan. Bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu konvensional dan stereotactic. Efek samping dari terapi ini adalah menurunnya fungsi pituitary sehingga kebanyakan pasien membutuhkan terapi pengganti hormone.

Daftar pustaka1. National endocrine and Metabolic Diseases Information Service. NIDKK. 2008. Available from : http://.www.endocrine.nidkk.nih.gov2. Sandostatin LAR3. Colao A, Ferone D, Marzullo P, and Lombardi G. Systemic Complications of Acromegaly: Epidemiology,Pathogenesis, and Management. The Endocrine Society. 2002. 102152. Available from : http://www.edrv.endojournals.org4. Melmed S, Jackson I, Kleinberg D, And Klibanski A. Current Treatment Guidelines for Acromegaly. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. 1998. Vol. 83;85. Higham C E and Trainer P J. Growth Hormone Excess And The Development Of Growth Hormone Receptor Antagonists. 2008. Exp Physiol 93.11;11571169.6. Kopchick J J, Parkinson C, Stevens E C, And Trainer P J. Growth Hormone Receptor Antagonists: Discovery, Development, and Use in Patients with Acromegaly. Endocrine Reviews 2002;23(5):623646.7. Arafah B M and Nasrallah M P. Pituitary tumors: pathophysiology, clinical manifestations and management. Endocrine-Related Cancer .2001;8 :2873058. Friend K E. Acromegaly: A New Therapy. Cancer Control. 2002.vol 9;3:232-235.9. Susini C and Buscail L. Rationale For The Use Of Somatostatin Analogs As Antitumor Agents. European Society for Medical Oncology . 2006;17: 17331742.10. Katzung. Hypothalamic & Pituitary Hormones in: Katzung. Basic and Clinical Pharmacology. 9th ed. p. 849-855.