Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen
-
Upload
ahmad-khoirudin-asrofi -
Category
Documents
-
view
41 -
download
2
description
Transcript of Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen
ACARA 1
PENGENALAN JAMUR PATOGEN YANG DIJUMPAI PADA
BAHAN PASCAPANEN SECARA MIKROSKOPI
I. TUJUAN
Mengenal organ vegetatif dan generatif jamur patogen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ditinjau dari sudut biologi, penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai
penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan
tidak dapat melakukan kegiatan fiiologinya yang biasa. Semua tumbuhan atau bagian
tumbuhan yang sifatnya menyimpang daripada biasanya disebut sakit. Perlu
diperhatikan bahwa penyakit hanya akan terjadi jika pada satu waktu di satu tempat
terdapat tumbuhan yang rentan, patogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai.
Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan bagian tumbuhan
yang rentan, tetapi lingkungan tida membantu perkembangan patogen dan tidak
meningkatkan kerentanan tumbuhan. Patogen mengadakan interaksi dengan tumbuhan
inang. Patogen melakukan aksi, sedang tumbuhan inang mengadakan reaksi.
Lingkungan, seperti kelembaban, suhu, sinar matahari, dan hara tanah mempengaruhi
tumbuhan inang maupun paogen (Semangun, 1996).
Jamur adalah oragnisme yang sel-sel berinti sejati (eukaryotic), biasanya
berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung
khitin, selulose, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan
membentuk beberapa macam spora. Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa
benang-benang halus memanjang, bersekat atau tidak, dan disebut hifa. Tebalnya dapat
kurang dari 0,5 µm sampai 100 µm (Semangun, 2001).
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang
cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak
gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami
terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk
dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu
beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel
diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis (Anonim, 2009).
Penyakit pascapanen dapat timbul di semua produk yang telah dipanen serta
semua tahap pascapanen. Setiap jenis produk pascapanen, baik dalam kelompok buah,
sayur, umbi atau ubi, maupun bunga dan biji, dapat terinfeksi oleh mikroba patogen
pascapanen. Infeksi ini dapat terjadi sejak produk masih berada di lapang (Soesanto,
2006).
III. METODOLOGI
Praktikum pengelolaan penyakit pascapanen mengenai pengenalan organ
vegetatif dan generatif jamur patogen pada komoditas pascapanen secara mikrosokopi
ini dilakukan pada hari Selasa, 20 April 2010 di Laboratorium Klinik Tanaman, Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan dan alat yang digunakan antara lain preparat jamur yang telah
disediakan, mikroskop, dan alat tulis. Adapun cara kerjanya yaitu sifat miselium, bentuk
organ penghasil konidium beserta konidiumnya dan warna dari jamur diamati di bawah
mikroskop. Setelah itu digambar dan diberi keterangan.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Jamur Gloeosporium sp.
Inang : Alpukad
Penyakit : Antraknose
Perbesaran : 400 X
(sumber : Anonim, 2009).
Deskripsi : Jamur Gloeosporium sp. memiliki hifa bersepta, mula-mula hialin, kelak
menjadi sedikit gelap, aservulus banyak dibentuk pada permukaan bagian tanaman
yang sakit, pada daun aservulus dibentuk pada permukaan atas maupun permukaan
bawah, serta sering terbentuk aservulus pada ranting tanaman yang sakit.
Konidiumnya hialin, jorong atau bulat telur dengan ujung-ujungnya membulat, tidak
bersepta, ukurannya rata-rata 12 – 16 x 4 – 6 µm. Pada cuaca yang lembab dan
berkabut, jamur pada daun dan ranting membentuk banyak spora (konidium). Spora
dihasilkan pada aservulus seperti massa lendir berwarna merah jambu. Spora
terutama dipencarkan oleh percikan-percikan air hujan dan mungkin oleh serangga.
Infeksi pada buah yang belum masak terjadi melalui pori-pori buah. Pada umumnya
akan terjadi infeksi laten, jamur masuk ke dalam beberapa sel kulit dan tidak
berkembang terus. Jamur baru akan berkembang dan membentuk bercak setelah
buah matang dalam pemeraman atau penyimpanan. Spora Gloeosporium sp. dapat
terbawa oleh air hujan atau embun yang meleleh melalui tangkai buah, sehingga di
sekitar bekas tangkai buah lebih banyak terjadi bercak. Air yang meleleh di samping
buah membentuk bercak-bercak yang teratur pada suatu jalur. Pada buah yang
matang dapat terjadi infeksi melalui lentisel (Semangun, 1996).
Gejalanya pada kulit buah terdapat bercak-bercak hitam yang sedikit demi sedikit
melekuk dan bersatu. Daging buah yang di dalamnya juga ikut membusuk.
2. Jamur Botryodiplodia sp.
Inang : Ubi Jalar
Perbesaran : 400 X
Deskripsi : Jamur dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam,
mula-mula tertutup dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1
sekat, berwarna gelap, dan terutama disebarkan oleh air dan serangga.
Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat-tempat dengan
kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal musim
hujan (antara bulan Oktober-November). Patogen masuk lewat luka : alamiah, alat-
alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat. Penyakit ini dapat menyerang
akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati
ranting. Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang
mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang -
cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh
kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit
berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-
kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga berkembang
melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau
tanaman (Anonim, 2009).
3. Jamur Botryodiplodia sp.
Inang : Salak
Perbesaran : 400 X
Deskripsi : Jamur dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam,
mula-mula tertutup dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1
sekat, berwarna gelap, dan terutama disebarkan oleh air dan serangga.
Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat-tempat dengan
kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal musim
hujan (antara bulan Oktober-November). Patogen masuk lewat luka : alamiah, alat-
alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat. Penyakit ini dapat menyerang
akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati
ranting. Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang
mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang -
cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh
kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit
berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-
kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga berkembang
melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau
tanaman. Jamur berkembang di antara kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium
tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam.
Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar
diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat
celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada
di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah-celah kulit terlihat
adanya massa spora jamur berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang
mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-
daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon (Anonim, 2009).
4. Jamur Chalaropsis sp.
Inang : Terung
Perbesaran : 400 X
Deskripsi : konidium dibentuk pada sisi bawah atau atas daun, tetapi umumnya pada
sisi bawah daun. Jamur membentuk stroma padat, garis tengahnya sampai 130 µm.
Konidiofornya dibentuk dalam jumlah besar pada bercak, membentuk rumpun yang
rapat, berwarna cokelat muda sampai cokelat kehijauan, tidak bersekat atau bersekat
jarang. Konidium cokelat kehijauan, kebanyakan mempunyai warna yang sama
dengan konidiofornya, biasanya lurus atau agak lengkung, ujungnya membulat,
bersekat 1 – 9, dan berukuran 20 – 70 x 4 – 9 µm. Gejala bercak-bercak kelabu-
kecoklatan atau hitam pada daun.
5. Jamur Ceratocystis sp.
Inang : Ubi jalar
Perbesaran : 100 X
(sumber : Septa, 2009).
Deskripsi : Beberapa hari setelah infeksi, jamur akan membentuk tubuh buah yaitu
peritesium yang bulat dan mempunyai leher panjang. Dalam peritesium terdapat
banyak askus bulat telur atau bulat yang mengandung 8 askospora bulat yang tidak
berwarna. Askospora keluar dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan
membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium memiliki panjang 440 – 560 µm dan
lebarnya lebih kurang 180 µm yang telah terlihat jika dilihat dengan lup. Askospora
berukuran 4,5 – 8,7 x 3,5 – 4,7 µm. Askus mudah sekali pecah sehingga dahulu
peritesium diduga adalah piknidium. Hifa yang tumbuh dari askospora segera
membentuk dua macam spora lain yaitu konidium dan klamidospora. Konidium
tidak berwarna, ukurannya sangat variable, rata-ratanya 20,8 – 5,3 µm.
Klamidospora bulat atau jorong, cokelat tua, sering pangkalnya agak menonjol
dengan ukuran 15,9 x 13,1 µm. Gejalanya mula-mula pada kulit buah terdapat
bercak-bercak yang berwarna hitam dan cepat meluas. Pada serangan yang hebat
jamur akan masuk sampai kambium dan merusaknya menyebabkan terjadinga luka-
luka besar yang tidak pulih kembali (Semangun, 1996).
6. Jamur Rhizopus sp.
Inang : Ubi jalar
Perbesaran : 100 X
(sumber : Septa, 2009).
Deskripsi : Kebanyakan Rhizopus sp. adalah parasit. Miselium terdiri dari hifa yang
panjang, bercabang-cabang dengan banyak inti. Hifanya kebanyakan berskat-sekat.
Sporangium umumnya lonjong, membentuk endospora. Jika masak, sporangium
gugur atau diterbangkan angin. Jika jatuh pada tempat yang basah, sporangium
pecah, lalu keluarlah spora kembara (kecuali ordo Zygomycetales yang membentuk
spora diam). Spora dapat bertunas membentuk jamur baru atau pun membentuk
gamet. Gamet lalu melakukan kopulasi, terbentuklah zigot. Gamet jantan membuah
gamet betina karena chemotaxis. Rhizopus sering ditemui pada rekahan buah-buah
yang telah ranum. Jamur ini mengeluarkan hifa aerial yakni hifa yang tumbuh secara
menegak dan apabila terlalu panjang dan banyak, akan saling bergumpal dan
menyerupai kapas. Hifa menegak ini dinamakan stolon. Apabila stolon menyentuh
substrat yang sesuai, ia membentuk rizoid, yaitu hifa yang lebih halus dan
menyerupai akar-akar. Rizoid akan membenam di dalam substrat, selain daripada
merupakan struktur yang menyerap nutrien, rizoid juga akan memberi sokongan
pertumbuhan, seperti sokongan akar pada pokok tumbuhan (Syahid, 2009).
7. Jamur Fusarium sp.
Inang : Ubi jalar
Perbesaran : 100 X
Deskripsi : jamur membentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik
pada bermacam-macam media agar yang mengendung ekstrak sayuran. Mula-mula
miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem akhirnya koloni tampak
mempunyai benang-benang berwarna oker. Pada miselium yang lebih tua terbentuk
klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium
bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, ukurannya 6 – 15 x 2,5 – 4 µm.
Mikrokonidium dapat dibentuk dalam pembuluh kayu dan terangkut ke atas
bersama-sama dengan air dan hara tanah. Makrokonidium lebih jarang terdapat,
berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran
25 – 33 x 3,5 – 5,5 µm. Makrokonidium dapat membentuk klamidospora dan
dibentuk pada permukaan badan tanaman setelah tanaman mati. Dengan melalui
pembuluh jamur dapat mencapai buah dan menginfeksi biji. Hal inilah yang
mengakibatkan buah-buah yang dihasilkan sangat sedikit dan berbentuk kecil-kecil
(Semangun, 1996).
8. Jamur Gloeosporium sp.
Inang : Cabai
Perbesaran : 400 X
(sumber : Anonim, 2009).
Deskripsi : Jamur Gloeosporium sp. memiliki hifa bersepta, mula-mula hialin, kelak
menjadi sedikit gelap, aservulus banyak dibentuk pada permukaan bagian tanaman
yang sakit, pada daun aservulus dibentuk pada permukaan atas maupun permukaan
bawah, serta sering terbentuk aservulus pada ranting tanaman yang sakit.
Konidiumnya hialin, jorong atau bulat telur dengan ujung-ujungnya membulat, tidak
bersepta, ukurannya rata-rata 12 – 16 x 4 – 6 µm. Pada cuaca yang lembab dan
berkabut, jamur pada daun dan ranting membentuk banyak spora (konidium). Spora
dihasilkan pada aservulus seperti massa lendir berwarna merah jambu. Spora
terutama dipencarkan oleh percikan-percikan air hujan dan mungkin oleh serangga.
Infeksi pada buah yang belum masak terjadi melalui pori-pori buah. Pada umumnya
akan terjadi infeksi laten, jamur masuk ke dalam beberapa sel kulit dan tidak
berkembang terus. Jamur baru akan berkembang dan membentuk bercak setelah
buah matang dalam pemeraman atau penyimpanan. Spora Gloeosporium sp. dapat
terbawa oleh air hujan atau embun yang meleleh melalui tangkai buah, sehingga di
sekitar bekas tangkai buah lebih banyak terjadi bercak. Air yang meleleh di samping
buah membentuk bercak-bercak yang teratur pada suatu jalur. Pada buah yang
matang dapat terjadi infeksi melalui lentisel (Semangun, 1996).
9. Jamur Aspergillus flavus
Inang : Jagung
Perbesaran : 400 X
(sumber : Septa, 2009).
Deskripsi : Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada
umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau
patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis
dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak). Ciri khas adalah cara
perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora. Sedangkan,
reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini dapat
berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus
yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor
(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang tampak yaitu buah maupun polong-polong jagung
berwarna hitam kehijauan karena dipenuhi oleh massa spora dari jamur ini yang
berwarna kehijauan pula. Hal ini menyebabkan polong jagung lama kelamaan akan
membusuk ataupun terlihat keriput.
10. Jamur Aspergillus niger
Inang : bawang merah
Perbesaran : 400 X
(sumber : Septa, 2009)
Deskripsi : Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada
umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau
patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis
dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak). Ciri khas adalah cara
perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora. Sedangkan,
reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini dapat
berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus
yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor
(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang ditimbulkan adalah umbi dari bawang merah
terlihat lunak dan beberapa bagian umbi yang terserang jamur berwarna kehijauan
karena adanya massa dari jamur ini. Jika dilihat secara seksama, umbi lapis terlihat
keriput.
11. Jamur Aspergillus sp.
Inang : Kemiri
Perbesaran : 400 X
(sumber : Septa, 2009)
Deskripsi : jumlah askospora di dalam askus tetap, yakni 8. Hifa yang berdekatan
membentuk cabang-cabang kopulasi (gametangium) pada ujungnya disebut trikogin.
Jika trikogin saling bersentuhan, terjadi kopulasi antara gametangium jantan
(antheridium) dengan gametangium betina (askogonium). Beberapa inti antheridium
masuk ke dalam askogonium, lalu plasma kedua gamet bersatu, sehingga inti kedua
gamet bersatu, dimana setelah kariogami ini (penyatuan 2 inti sel yang haploid)
terbentuklah inti yang bersifat diploid. Inti ini membelah binair tiga kali menjadi
delapan inti membentuk 8 askospora. Jika askospora masak, beberapa dari 8
askospora ini kawin dengan askospora dari hifa lainnya. Sisanya terlempar beberapa
cm karena diterbangkan angin, membentuk jamur baru. Aspergillus sp. membentuk
konidium, yakni dari mycelium tumbuh beberapa hifa lurus ke atas. Ujung benang
menggelembung. Pada gelembung ini tumbuh sel-sel bertubuh serupa spora, disebut
konidium. Pada Aspergillus sp. ujung hifanya tidak bercabang-cabang
(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang ditimbulkan adalah beberapa daging buah kemiri
yang terserang jamur berwarna kehijauan karena adanya massa dari jamur ini. Jika
dilihat secara seksama, umbi lapis terlihat keriput dan biasanya menimbulkan bau
yang tidak sedap.
12. Jamur Aspergillus sp.
Inang : Bawang putih
Perbesaran : 400 X
Deskripsi : jamur ini perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora.
Sedangkan, reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini
dapat berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa
khusus yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.
Hifa yang berdekatan membentuk cabang-cabang kopulasi (gametangium) pada
ujungnya disebut trikogin. Jika trikogin saling bersentuhan, terjadi kopulasi antara
gametangium jantan (antheridium) dengan gametangium betina (ascogonium).
Beberapa inti antheridium masuk ke dalam ascogonium, lalu plasma kedua gamet
bersatu, sehingga inti kedua gamet bersatu, dimana setelah kariogami ini (penyatuan
2 inti sel yang haploid) terbentuklah inti yang bersifat diploid. Inti ini membelah
binair tiga kali menjadi delapan inti membentuk 8 askospora. Jika askospora masak,
beberapa dari 8 askospora ini kawin dengan askospora dari hifa lainnya. Sisanya
terlempar beberapa cm karena diterbangkan angin, membentuk jamur baru
(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang ditimbulkan adalah umbi dari bawang putih
terlihat lunak dan beberapa bagian umbi yang terserang jamur berwarna kehijauan
karena adanya massa dari jamur ini. Jika dilihat secara seksama, umbi lapis terlihat
keriput dan biasanya menimbulkan bau yang tidak sedap.
13. Jamur Penicillium sp.
Inang : Jeruk
Perbesaran : 400 X
(sumber : Septa, 2009)
Deskripsi : jamur Penicillium sp. memiliki konidia yang berwarna kehijauan.
Tubuhnya multiseluler, hifanya bersekat, dan berinti banyak. Hidupnya ada yang
parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes
(lumut kerak). Reproduksi vegetatif pada jamur ini membentuk spora dari konidia,
sedangkan seproduksi generatifnya membentuk askus yang menghasilkan
askospora. Biasanya tumbuh di mana-mana dan tampak tumbuh sebagai noda hijau
atau biru pada buah-buahan ranum. Selain itu buah yang ditumbuhi jamur
Penicillium sp. akan terdapat kumpulan konidia yang berwarna kehijauan
(Isharmanto, 2009).
14. Jamur Fusarium sp.
Inang : Melon
Perbesaran : 400 X
Deskripsi : jamur membentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik
pada bermacam-macam media agar yang mengendung ekstrak sayuran. Mula-mula
miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem akhirnya koloni tampak
mempunyai benang-benang berwarna oker. Pada miselium yang lebih tua terbentuk
klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium
bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, ukurannya 6 – 15 x 2,5 – 4 µm.
Mikrokonidium dapat dibentuk dalam pembuluh kayu dan terangkut ke atas
bersama-sama dengan air dan hara tanah. Makrokonidium lebih jarang terdapat,
berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran
25 – 33 x 3,5 – 5,5 µm. Makrokonidium dapat membentuk klamidospora dan
dibentuk pada permukaan badan tanaman setelah tanaman mati. Dengan melalui
pembuluh jamur dapat mencapai buah dan menginfeksi biji (Semangun, 1996).
Sebagian besar buah yang terinfeksi jamur Fusarium sp. menyebabkan buah
berukuran kecil, terdapat bercak-bercak hitam pada kulit buah, berwarna pucat dan
terlihat layu, serta di dalam daging buah terdapat bagian-bagian yang berwarna
cokelat kehitaman atau terlihat membusuk.
15. Jamur Alternaria sp.
Inang : Apel
Perbesaran : 400 X
(sumber : Daniel, 2008).
Deskripsi : Patogen bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman dan
sebagai konodium. Di lapang jamur membentuk konidium pada malam hari. Infeksi
terjadi melalui mulut kulit dan melalui luka-luka. Konidium dan konidiofor
berwarna hitam atau coklat. Konidium berbentuk gada yang bersekat-sekat, pada
salah satu ujungnya membesar dan tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak
panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi tanaman melalui
stomata atau luka-luka yang terjadi pada tanaman. Gejala pertama terjadi bercak
kecil, melekuk, berwarna putih hingga kelabu. Ukuran bercak bervariasi tergantung
pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai
cincin, warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang
dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas ke bagian atas atau bawah
bercak, dan ujung daun mengering (Semangun, 2007).
Pada cuaca lembab bercak tertutupi oleh konidiofor dan konidium jamur yang
berwarna coklat sampai hitam. Ujung daun yang sakit mengering. Bercak lebih
banyak terdapat pada daun yang sudah tua. Infeksi pada umbi lapis biasanya terjadi
saat panen atau sesudahnya. Umbi yang membusuk agak berair. Pembusukan mulai
dari leher dan ini mudah dikenal dari warna yang kuning sampai merah kecoklatan.
Jika benang-benang jamur yang berwarna gelap itu berkembang. Jaringan yang sakit
akan mengering, berwarna gelap dan berstruktur seperti kertas (Nurbanah, 2001).
V. KESIMPULAN
1. Untuk mengenal dan mengidentifikasi jamur-jamur patogen yang terdapat pada
bahan pasca panen, maka harus diketahui terlebih dahulu gejala yang tampak pada
bahan tersebut.
2. Untuk mengenal dan mengidentifikasi jamur-jamur patogen yang terdapat pada
bahan pasca panen, harus dipelajari juga mengenai organ vegetatif dan generatif dari
jamur patogen tersebut.
3. Organ vegetatif dan generatif dari jamur patogen antara lain berupa miselim,
konidium, dan organ penghasil konodiumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyahid. 2009. Thallophyta (Algae dan Fungi). <http://www.abdulsyahid.blogspot.com/thallophyta-algae-dan-fungi.html>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.
Anonim. 2009. Aneka Pestisida dan Pupuk Alami. <http://Pestisida Alami - BP3K BANSARI TEMANGGUNG JATENG.mht>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.
______. 2009. Ciri-Ciri Umum Jamur. <http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm>. Diakses 23 Mei 2010.
Daniel. 2001. Mold Atlas of Indoor Clinical Mold, Pathogens, Allergens & Other Indoor Particles. <http://www.inspect-ny.com>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.
Nurbanah, S. 2001. Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo. Karangploso.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
___________. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Septa, A. 2009. Gambar-Gambar Jamur. <http://www.septa.blogspot.com>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.
Soesanto. 2006. Penyakit Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.