Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

23
ACARA 1 PENGENALAN JAMUR PATOGEN YANG DIJUMPAI PADA BAHAN PASCAPANEN SECARA MIKROSKOPI I. TUJUAN Mengenal organ vegetatif dan generatif jamur patogen. II. TINJAUAN PUSTAKA Ditinjau dari sudut biologi, penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fiiologinya yang biasa. Semua tumbuhan atau bagian tumbuhan yang sifatnya menyimpang daripada biasanya disebut sakit. Perlu diperhatikan bahwa penyakit hanya akan terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat tumbuhan yang rentan, patogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan bagian tumbuhan yang rentan, tetapi lingkungan tida membantu perkembangan patogen dan tidak meningkatkan kerentanan tumbuhan. Patogen mengadakan interaksi dengan tumbuhan inang. Patogen melakukan aksi, sedang tumbuhan inang mengadakan reaksi. Lingkungan, seperti kelembaban, suhu, sinar matahari, dan hara tanah mempengaruhi tumbuhan inang maupun paogen (Semangun, 1996).

description

AA

Transcript of Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

Page 1: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

ACARA 1

PENGENALAN JAMUR PATOGEN YANG DIJUMPAI PADA

BAHAN PASCAPANEN SECARA MIKROSKOPI

I. TUJUAN

Mengenal organ vegetatif dan generatif jamur patogen.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ditinjau dari sudut biologi, penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai

penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan

tidak dapat melakukan kegiatan fiiologinya yang biasa. Semua tumbuhan atau bagian

tumbuhan yang sifatnya menyimpang daripada biasanya disebut sakit. Perlu

diperhatikan bahwa penyakit hanya akan terjadi jika pada satu waktu di satu tempat

terdapat tumbuhan yang rentan, patogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai.

Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan bagian tumbuhan

yang rentan, tetapi lingkungan tida membantu perkembangan patogen dan tidak

meningkatkan kerentanan tumbuhan. Patogen mengadakan interaksi dengan tumbuhan

inang. Patogen melakukan aksi, sedang tumbuhan inang mengadakan reaksi.

Lingkungan, seperti kelembaban, suhu, sinar matahari, dan hara tanah mempengaruhi

tumbuhan inang maupun paogen (Semangun, 1996).

Jamur adalah oragnisme yang sel-sel berinti sejati (eukaryotic), biasanya

berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung

khitin, selulose, atau keduanya. Jamur adalah organisme heterotrof, absortif, dan

membentuk beberapa macam spora. Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa

benang-benang halus memanjang, bersekat atau tidak, dan disebut hifa. Tebalnya dapat

kurang dari 0,5 µm sampai 100 µm (Semangun, 2001).

Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).

Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan

ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi

habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora

Page 2: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang

cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi

secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak

gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.

Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan

sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami

terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk

dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu

beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel

diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis (Anonim, 2009).

Penyakit pascapanen dapat timbul di semua produk yang telah dipanen serta

semua tahap pascapanen. Setiap jenis produk pascapanen, baik dalam kelompok buah,

sayur, umbi atau ubi, maupun bunga dan biji, dapat terinfeksi oleh mikroba patogen

pascapanen. Infeksi ini dapat terjadi sejak produk masih berada di lapang (Soesanto,

2006).

III. METODOLOGI

Praktikum pengelolaan penyakit pascapanen mengenai pengenalan organ

vegetatif dan generatif jamur patogen pada komoditas pascapanen secara mikrosokopi

ini dilakukan pada hari Selasa, 20 April 2010 di Laboratorium Klinik Tanaman, Jurusan

Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Bahan dan alat yang digunakan antara lain preparat jamur yang telah

disediakan, mikroskop, dan alat tulis. Adapun cara kerjanya yaitu sifat miselium, bentuk

organ penghasil konidium beserta konidiumnya dan warna dari jamur diamati di bawah

mikroskop. Setelah itu digambar dan diberi keterangan.

Page 3: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Jamur Gloeosporium sp.

Inang : Alpukad

Penyakit : Antraknose

Perbesaran : 400 X

(sumber : Anonim, 2009).

Deskripsi : Jamur Gloeosporium sp. memiliki hifa bersepta, mula-mula hialin, kelak

menjadi sedikit gelap, aservulus banyak dibentuk pada permukaan bagian tanaman

yang sakit, pada daun aservulus dibentuk pada permukaan atas maupun permukaan

bawah, serta sering terbentuk aservulus pada ranting tanaman yang sakit.

Konidiumnya hialin, jorong atau bulat telur dengan ujung-ujungnya membulat, tidak

bersepta, ukurannya rata-rata 12 – 16 x 4 – 6 µm. Pada cuaca yang lembab dan

berkabut, jamur pada daun dan ranting membentuk banyak spora (konidium). Spora

dihasilkan pada aservulus seperti massa lendir berwarna merah jambu. Spora

terutama dipencarkan oleh percikan-percikan air hujan dan mungkin oleh serangga.

Infeksi pada buah yang belum masak terjadi melalui pori-pori buah. Pada umumnya

akan terjadi infeksi laten, jamur masuk ke dalam beberapa sel kulit dan tidak

berkembang terus. Jamur baru akan berkembang dan membentuk bercak setelah

buah matang dalam pemeraman atau penyimpanan. Spora Gloeosporium sp. dapat

terbawa oleh air hujan atau embun yang meleleh melalui tangkai buah, sehingga di

sekitar bekas tangkai buah lebih banyak terjadi bercak. Air yang meleleh di samping

buah membentuk bercak-bercak yang teratur pada suatu jalur. Pada buah yang

matang dapat terjadi infeksi melalui lentisel (Semangun, 1996).

Gejalanya pada kulit buah terdapat bercak-bercak hitam yang sedikit demi sedikit

melekuk dan bersatu. Daging buah yang di dalamnya juga ikut membusuk.

Page 4: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

2. Jamur Botryodiplodia sp.

Inang : Ubi Jalar

Perbesaran : 400 X

Deskripsi : Jamur dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam,

mula-mula tertutup dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1

sekat, berwarna gelap, dan terutama disebarkan oleh air dan serangga.

Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat-tempat dengan

kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal musim

hujan (antara bulan Oktober-November). Patogen masuk lewat luka : alamiah, alat-

alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat. Penyakit ini dapat menyerang

akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati

ranting. Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang

mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang -

cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh

kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit

berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-

kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga berkembang

melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau

tanaman (Anonim, 2009).

3. Jamur Botryodiplodia sp.

Inang : Salak

Perbesaran : 400 X

Page 5: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

Deskripsi : Jamur dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam,

mula-mula tertutup dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1

sekat, berwarna gelap, dan terutama disebarkan oleh air dan serangga.

Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat-tempat dengan

kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal musim

hujan (antara bulan Oktober-November). Patogen masuk lewat luka : alamiah, alat-

alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat. Penyakit ini dapat menyerang

akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati

ranting. Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang

mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang -

cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh

kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit

berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-

kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga berkembang

melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau

tanaman. Jamur berkembang di antara kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium

tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam.

Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar

diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat

celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada

di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah-celah kulit terlihat

adanya massa spora jamur berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang

mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-

daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon (Anonim, 2009).

4. Jamur Chalaropsis sp.

Inang : Terung

Perbesaran : 400 X

Page 6: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

Deskripsi : konidium dibentuk pada sisi bawah atau atas daun, tetapi umumnya pada

sisi bawah daun. Jamur membentuk stroma padat, garis tengahnya sampai 130 µm.

Konidiofornya dibentuk dalam jumlah besar pada bercak, membentuk rumpun yang

rapat, berwarna cokelat muda sampai cokelat kehijauan, tidak bersekat atau bersekat

jarang. Konidium cokelat kehijauan, kebanyakan mempunyai warna yang sama

dengan konidiofornya, biasanya lurus atau agak lengkung, ujungnya membulat,

bersekat 1 – 9, dan berukuran 20 – 70 x 4 – 9 µm. Gejala bercak-bercak kelabu-

kecoklatan atau hitam pada daun.

5. Jamur Ceratocystis sp.

Inang : Ubi jalar

Perbesaran : 100 X

(sumber : Septa, 2009).

Deskripsi : Beberapa hari setelah infeksi, jamur akan membentuk tubuh buah yaitu

peritesium yang bulat dan mempunyai leher panjang. Dalam peritesium terdapat

banyak askus bulat telur atau bulat yang mengandung 8 askospora bulat yang tidak

berwarna. Askospora keluar dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan

membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium memiliki panjang 440 – 560 µm dan

lebarnya lebih kurang 180 µm yang telah terlihat jika dilihat dengan lup. Askospora

berukuran 4,5 – 8,7 x 3,5 – 4,7 µm. Askus mudah sekali pecah sehingga dahulu

peritesium diduga adalah piknidium. Hifa yang tumbuh dari askospora segera

membentuk dua macam spora lain yaitu konidium dan klamidospora. Konidium

tidak berwarna, ukurannya sangat variable, rata-ratanya 20,8 – 5,3 µm.

Klamidospora bulat atau jorong, cokelat tua, sering pangkalnya agak menonjol

dengan ukuran 15,9 x 13,1 µm. Gejalanya mula-mula pada kulit buah terdapat

bercak-bercak yang berwarna hitam dan cepat meluas. Pada serangan yang hebat

jamur akan masuk sampai kambium dan merusaknya menyebabkan terjadinga luka-

luka besar yang tidak pulih kembali (Semangun, 1996).

Page 7: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

6. Jamur Rhizopus sp.

Inang : Ubi jalar

Perbesaran : 100 X

(sumber : Septa, 2009).

Deskripsi : Kebanyakan Rhizopus sp. adalah parasit. Miselium terdiri dari hifa yang

panjang, bercabang-cabang dengan banyak inti. Hifanya kebanyakan berskat-sekat.

Sporangium umumnya lonjong, membentuk endospora. Jika masak, sporangium

gugur atau diterbangkan angin. Jika jatuh pada tempat yang basah, sporangium

pecah, lalu keluarlah spora kembara (kecuali ordo Zygomycetales yang membentuk

spora diam). Spora dapat bertunas membentuk jamur baru atau pun membentuk

gamet. Gamet lalu melakukan kopulasi, terbentuklah zigot. Gamet jantan membuah

gamet betina karena chemotaxis. Rhizopus sering ditemui pada rekahan buah-buah

yang telah ranum. Jamur ini mengeluarkan hifa aerial yakni hifa yang tumbuh secara

menegak dan apabila terlalu panjang dan banyak, akan saling bergumpal dan

menyerupai kapas. Hifa menegak ini dinamakan stolon. Apabila stolon menyentuh

substrat yang sesuai, ia membentuk rizoid, yaitu hifa yang lebih halus dan

menyerupai akar-akar. Rizoid akan membenam di dalam substrat, selain daripada

merupakan struktur yang menyerap nutrien, rizoid juga akan memberi sokongan

pertumbuhan, seperti sokongan akar pada pokok tumbuhan (Syahid, 2009).

7. Jamur Fusarium sp.

Inang : Ubi jalar

Perbesaran : 100 X

Page 8: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

Deskripsi : jamur membentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik

pada bermacam-macam media agar yang mengendung ekstrak sayuran. Mula-mula

miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem akhirnya koloni tampak

mempunyai benang-benang berwarna oker. Pada miselium yang lebih tua terbentuk

klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium

bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, ukurannya 6 – 15 x 2,5 – 4 µm.

Mikrokonidium dapat dibentuk dalam pembuluh kayu dan terangkut ke atas

bersama-sama dengan air dan hara tanah. Makrokonidium lebih jarang terdapat,

berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran

25 – 33 x 3,5 – 5,5 µm. Makrokonidium dapat membentuk klamidospora dan

dibentuk pada permukaan badan tanaman setelah tanaman mati. Dengan melalui

pembuluh jamur dapat mencapai buah dan menginfeksi biji. Hal inilah yang

mengakibatkan buah-buah yang dihasilkan sangat sedikit dan berbentuk kecil-kecil

(Semangun, 1996).

8. Jamur Gloeosporium sp.

Inang : Cabai

Perbesaran : 400 X

(sumber : Anonim, 2009).

Deskripsi : Jamur Gloeosporium sp. memiliki hifa bersepta, mula-mula hialin, kelak

menjadi sedikit gelap, aservulus banyak dibentuk pada permukaan bagian tanaman

yang sakit, pada daun aservulus dibentuk pada permukaan atas maupun permukaan

bawah, serta sering terbentuk aservulus pada ranting tanaman yang sakit.

Konidiumnya hialin, jorong atau bulat telur dengan ujung-ujungnya membulat, tidak

bersepta, ukurannya rata-rata 12 – 16 x 4 – 6 µm. Pada cuaca yang lembab dan

berkabut, jamur pada daun dan ranting membentuk banyak spora (konidium). Spora

dihasilkan pada aservulus seperti massa lendir berwarna merah jambu. Spora

terutama dipencarkan oleh percikan-percikan air hujan dan mungkin oleh serangga.

Page 9: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

Infeksi pada buah yang belum masak terjadi melalui pori-pori buah. Pada umumnya

akan terjadi infeksi laten, jamur masuk ke dalam beberapa sel kulit dan tidak

berkembang terus. Jamur baru akan berkembang dan membentuk bercak setelah

buah matang dalam pemeraman atau penyimpanan. Spora Gloeosporium sp. dapat

terbawa oleh air hujan atau embun yang meleleh melalui tangkai buah, sehingga di

sekitar bekas tangkai buah lebih banyak terjadi bercak. Air yang meleleh di samping

buah membentuk bercak-bercak yang teratur pada suatu jalur. Pada buah yang

matang dapat terjadi infeksi melalui lentisel (Semangun, 1996).

9. Jamur Aspergillus flavus

Inang : Jagung

Perbesaran : 400 X

(sumber : Septa, 2009).

Deskripsi : Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada

umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau

patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis

dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak). Ciri khas adalah cara

perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora. Sedangkan,

reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini dapat

berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus

yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor

(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang tampak yaitu buah maupun polong-polong jagung

berwarna hitam kehijauan karena dipenuhi oleh massa spora dari jamur ini yang

berwarna kehijauan pula. Hal ini menyebabkan polong jagung lama kelamaan akan

membusuk ataupun terlihat keriput.

Page 10: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

10. Jamur Aspergillus niger

Inang : bawang merah

Perbesaran : 400 X

(sumber : Septa, 2009)

Deskripsi : Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada

umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau

patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis

dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak). Ciri khas adalah cara

perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora. Sedangkan,

reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini dapat

berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus

yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor

(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang ditimbulkan adalah umbi dari bawang merah

terlihat lunak dan beberapa bagian umbi yang terserang jamur berwarna kehijauan

karena adanya massa dari jamur ini. Jika dilihat secara seksama, umbi lapis terlihat

keriput.

11. Jamur Aspergillus sp.

Inang : Kemiri

Perbesaran : 400 X

(sumber : Septa, 2009)

Deskripsi : jumlah askospora di dalam askus tetap, yakni 8. Hifa yang berdekatan

membentuk cabang-cabang kopulasi (gametangium) pada ujungnya disebut trikogin.

Page 11: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

Jika trikogin saling bersentuhan, terjadi kopulasi antara gametangium jantan

(antheridium) dengan gametangium betina (askogonium). Beberapa inti antheridium

masuk ke dalam askogonium, lalu plasma kedua gamet bersatu, sehingga inti kedua

gamet bersatu, dimana setelah kariogami ini (penyatuan 2 inti sel yang haploid)

terbentuklah inti yang bersifat diploid. Inti ini membelah binair tiga kali menjadi

delapan inti membentuk 8 askospora. Jika askospora masak, beberapa dari 8

askospora ini kawin dengan askospora dari hifa lainnya. Sisanya terlempar beberapa

cm karena diterbangkan angin, membentuk jamur baru. Aspergillus sp. membentuk

konidium, yakni dari mycelium tumbuh beberapa hifa lurus ke atas. Ujung benang

menggelembung. Pada gelembung ini tumbuh sel-sel bertubuh serupa spora, disebut

konidium. Pada Aspergillus sp. ujung hifanya tidak bercabang-cabang

(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang ditimbulkan adalah beberapa daging buah kemiri

yang terserang jamur berwarna kehijauan karena adanya massa dari jamur ini. Jika

dilihat secara seksama, umbi lapis terlihat keriput dan biasanya menimbulkan bau

yang tidak sedap.

12. Jamur Aspergillus sp.

Inang : Bawang putih

Perbesaran : 400 X

Deskripsi : jamur ini perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk askospora.

Sedangkan, reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium ini

dapat berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa

khusus yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.

Hifa yang berdekatan membentuk cabang-cabang kopulasi (gametangium) pada

ujungnya disebut trikogin. Jika trikogin saling bersentuhan, terjadi kopulasi antara

gametangium jantan (antheridium) dengan gametangium betina (ascogonium).

Beberapa inti antheridium masuk ke dalam ascogonium, lalu plasma kedua gamet

Page 12: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

bersatu, sehingga inti kedua gamet bersatu, dimana setelah kariogami ini (penyatuan

2 inti sel yang haploid) terbentuklah inti yang bersifat diploid. Inti ini membelah

binair tiga kali menjadi delapan inti membentuk 8 askospora. Jika askospora masak,

beberapa dari 8 askospora ini kawin dengan askospora dari hifa lainnya. Sisanya

terlempar beberapa cm karena diterbangkan angin, membentuk jamur baru

(Abdulsyahid, 2009). Gejala yang ditimbulkan adalah umbi dari bawang putih

terlihat lunak dan beberapa bagian umbi yang terserang jamur berwarna kehijauan

karena adanya massa dari jamur ini. Jika dilihat secara seksama, umbi lapis terlihat

keriput dan biasanya menimbulkan bau yang tidak sedap.

13. Jamur Penicillium sp.

Inang : Jeruk

Perbesaran : 400 X

(sumber : Septa, 2009)

Deskripsi : jamur Penicillium sp. memiliki konidia yang berwarna kehijauan.

Tubuhnya multiseluler, hifanya bersekat, dan berinti banyak. Hidupnya ada yang

parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes

(lumut kerak). Reproduksi vegetatif pada jamur ini membentuk spora dari konidia,

sedangkan seproduksi generatifnya membentuk askus yang menghasilkan

askospora. Biasanya tumbuh di mana-mana dan tampak tumbuh sebagai noda hijau

atau biru pada buah-buahan ranum. Selain itu buah yang ditumbuhi jamur

Penicillium sp. akan terdapat kumpulan konidia yang berwarna kehijauan

(Isharmanto, 2009).

Page 13: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

14. Jamur Fusarium sp.

Inang : Melon

Perbesaran : 400 X

Deskripsi : jamur membentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik

pada bermacam-macam media agar yang mengendung ekstrak sayuran. Mula-mula

miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem akhirnya koloni tampak

mempunyai benang-benang berwarna oker. Pada miselium yang lebih tua terbentuk

klamidospora yang berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium

bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, ukurannya 6 – 15 x 2,5 – 4 µm.

Mikrokonidium dapat dibentuk dalam pembuluh kayu dan terangkut ke atas

bersama-sama dengan air dan hara tanah. Makrokonidium lebih jarang terdapat,

berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran

25 – 33 x 3,5 – 5,5 µm. Makrokonidium dapat membentuk klamidospora dan

dibentuk pada permukaan badan tanaman setelah tanaman mati. Dengan melalui

pembuluh jamur dapat mencapai buah dan menginfeksi biji (Semangun, 1996).

Sebagian besar buah yang terinfeksi jamur Fusarium sp. menyebabkan buah

berukuran kecil, terdapat bercak-bercak hitam pada kulit buah, berwarna pucat dan

terlihat layu, serta di dalam daging buah terdapat bagian-bagian yang berwarna

cokelat kehitaman atau terlihat membusuk.

Page 14: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

15. Jamur Alternaria sp.

Inang : Apel

Perbesaran : 400 X

(sumber : Daniel, 2008).

Deskripsi : Patogen bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman dan

sebagai konodium. Di lapang jamur membentuk konidium pada malam hari. Infeksi

terjadi melalui mulut kulit dan melalui luka-luka. Konidium dan konidiofor

berwarna hitam atau coklat. Konidium berbentuk gada yang bersekat-sekat, pada

salah satu ujungnya membesar dan tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak

panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi tanaman melalui

stomata atau luka-luka yang terjadi pada tanaman. Gejala pertama terjadi bercak

kecil, melekuk, berwarna putih hingga kelabu. Ukuran bercak bervariasi tergantung

pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai

cincin, warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang

dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas ke bagian atas atau bawah

bercak, dan ujung daun mengering (Semangun, 2007).

Pada cuaca lembab bercak tertutupi oleh konidiofor dan konidium jamur yang

berwarna coklat sampai hitam. Ujung daun yang sakit mengering. Bercak lebih

banyak terdapat pada daun yang sudah tua. Infeksi pada umbi lapis biasanya terjadi

saat panen atau sesudahnya. Umbi yang membusuk agak berair. Pembusukan mulai

dari leher dan ini mudah dikenal dari warna yang kuning sampai merah kecoklatan.

Jika benang-benang jamur yang berwarna gelap itu berkembang. Jaringan yang sakit

akan mengering, berwarna gelap dan berstruktur seperti kertas (Nurbanah, 2001).

Page 15: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

V. KESIMPULAN

1. Untuk mengenal dan mengidentifikasi jamur-jamur patogen yang terdapat pada

bahan pasca panen, maka harus diketahui terlebih dahulu gejala yang tampak pada

bahan tersebut.

2. Untuk mengenal dan mengidentifikasi jamur-jamur patogen yang terdapat pada

bahan pasca panen, harus dipelajari juga mengenai organ vegetatif dan generatif dari

jamur patogen tersebut.

3. Organ vegetatif dan generatif dari jamur patogen antara lain berupa miselim,

konidium, dan organ penghasil konodiumnya.

Page 16: Lap Acr 1 Penyakit Pasca Panen

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyahid. 2009. Thallophyta (Algae dan Fungi). <http://www.abdulsyahid.blogspot.com/thallophyta-algae-dan-fungi.html>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.

Anonim. 2009. Aneka Pestisida dan Pupuk Alami. <http://Pestisida Alami - BP3K BANSARI TEMANGGUNG JATENG.mht>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.

______. 2009. Ciri-Ciri Umum Jamur. <http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm>. Diakses 23 Mei 2010.

Daniel. 2001. Mold Atlas of Indoor Clinical Mold, Pathogens, Allergens & Other Indoor Particles. <http://www.inspect-ny.com>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.

Nurbanah, S. 2001. Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo. Karangploso.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

___________. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Septa, A. 2009. Gambar-Gambar Jamur. <http://www.septa.blogspot.com>. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010.

Soesanto. 2006. Penyakit Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.