MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU Manihot … · pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil...
Transcript of MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU Manihot … · pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil...
MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN
UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI
LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA
PT SINAR PEMATANG MULIA I
ELIZABET SAGALA
A24070076
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
ELIZABET SAGALA. Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz) PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku
Industri Tapioka PT Sinar Pematang Mulia I. (Dibimbing oleh SUWARTO).
Produksi ubi kayu sebagai bahan baku tapioka masih menghadapi
berbagai kendala. Produksi ubi kayu yang masih rendah dan sifat ubi kayu yang
mudah busuk merupakan dua masalah yang perlu diatasi. Salah satu upaya dalam
mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan manajemen panen dan
pasca panen yang baik.
Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di PT PAL dan PT SPM I.
Kegiatan magang dimulai pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.
Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah untuk mengetahui manajemen
panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL dalam memasok bahan baku PT SPM I.
Magang ini juga bertujuan untuk mempelajari secara langsung teknik-teknik,
pemasalahan, dan solusi pasca panen ubi kayu.
Magang dilaksanakan dengan mengikuti pekerjaan teknis budidaya di
lapangan, manajerial kebun dan pengambilan data. Data yang dikumpulkan
meliputi data primer dan data sekunder. Kegiatan magang ini juga dilakukan
penulis secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di
lapangan. Kegiatan sebagai asisten mandor dilaksanakan selama empat minggu,
sebagai asisten kepala divisi selama lima minggu, sebagai quality control di
pabrik PT SPM I selama dua minggu, sebagai asisten pengawas lapang kurang
lebih empat minggu, dan mengikuti kegiatan tambahan dari perusahaan di
perkebunan kelapa sawit kurang lebih tiga minggu. Pengumpulan data selama
magang berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan panen dan pasca
panen. Data panen yang dikumpulkan berupa kriteria panen ubi kayu, persiapan
panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen,
pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen,
pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), pencapaian produksi, dan
kegiatan pasca panen di kebun. Pengamatan pasca panen di pabrik dilakukan
terhadap lama penyimpanan ubi kayu di lapangan, analisis bahan baku berupa
penentuan kadar aci dan rafaksi.
Berdasarkan hasil pengamatan selama magang dapat disimpulkan bahwa:
1) manajemen panen dan pasca panen ubi kayu yang baik diperlukan dalam
mengatasi masalah kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku, 2) masalah panen
dan pasca penen di kebun PT PAL adalah penundaan umur panen, terbatasnya
ketersediaan angkutan panen, selang waktu antara panen dan pelelesan yang
terlalu lama, pengawasan panen tidak maksimal dan kurangnya tenaga kerja.
Sedangkan masalah panen dan pasca panen di petani mitra adalah ubi kayu
dipanen terlalu muda, kondisi jalan yang buruk, dan pengawasan yang kurang
maksimal, 3) penundaan umur panen sampai 18 bulan tidak meningkatkan bobot
panen ubi kayu, 4) semakin lama ubi kayu dibiarkan di area maka semakin besar
kehilangan hasil, mencapai 5.90 %, 5) kehilangan hasil juga timbul akibat tidak
dilakukannya pelelesan di kebun petani mitra mencapai 5 % dari total hasil panen,
6) ubi kayu hasil panen dari kebun PT PAL dan petani mitra hanya mampu
memenuhi 22.49 % dari kebutuhan bahan baku minimum, 7) kekurangan bahan
baku dipenuhi dari pembelian umum (petani bukan mitra).
MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN
UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI
LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA
PT SINAR PEMATANG MULIA I
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ELIZABET SAGALA
A24070076
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
JUDUL : MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI
KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG
AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI
TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I
NAMA : ELIZABET SAGALA
NIM : A24070076
Menyetujui:
Pembimbing
(Dr. Ir. Suwarto, MSi)
NIP 19630212 198903 1 004
Mengetahui:
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr)
NIP 19611101 198703 1 003)
Tanggal Lulus:……………….
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal
18 September 1988. Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Penulis
merupakan anak dari Dirman Sagala dan Hiana Sinaga.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 035950 Silencer dan pada tahun yang
sama penulis diterima di SLTPN 1 Sidikalang. Penulis menjadi murid teladan
untuk tahun ajaran 2001/2002. Selain menjadi murid teladan, penulis juga pernah
meraih beberapa kejuaraan sains antar sekolah. Tahun 2004 penulis diterima di
SMAN 1 Sidikalang. Selama di SMA penulis aktif dalam kegiatan ekstra
kurikuler, bahkan beberapa kali meraih juara dalam bidang olahraga volley puteri,
tolak peluru dan vocal group. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan jurusan
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti berbagai aktivitas baik di
dalam kampus maupun di luar kampus. Tahun 2007 penulis menjadi anggota Unit
kegiatan Mahasiswa (UKM) cabang volley. Pada tahun yang sama penulis juga
menjadi anggota paduan suara mahasiswa Kristen IPB. Pada tahun 2008 penulis
menjadi bendahara Perkumpulan Mahasiswa Dairi PERSADA selama dua periode
yaitu tahun 2008 dan tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) di
PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku Industri Tapioka PT Sinar Pematang
Mulia I.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mem-
berikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Maya Melati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen
Agronomi dan Hortikultura.
3. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MSi dan Ir. A. Pieter Lontoh, MSi selaku dosen
penguji.
4. Orang tua, keluarga, dan teman-teman khususnya AGH 44 atas dukungan
dan bantuan selama penulisan skripsi.
5. Seluruh direksi, manajemen, dan karyawan Lambang Jaya Group,
PT PAL, dan PT SPM I atas kesempatan magang yang telah diberikan
serta bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan magang.
6. Pak Mustofa, Pak Erwin, Pak Dimin, Pak Posdin, Pak Wiro, Bu Eliz,
Hazzilil, Kusuma Ayu, yang telah membantu penulis selama penulis
berada di Lampung.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
PENDAHULUAN ...................................................................................... xi
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan .............................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Manajemen Panen dan Pasca Panen ................................................ 3
Sejarah dan Botani Ubi Kayu .......................................................... 5
Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu ................................................. 5
Budidaya Ubi Kayu ......................................................................... 6
Panen Ubi Kayu .............................................................................. 9
Pasca Panen Ubi Kayu .................................................................... 10
Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu ............................................. 11
Pemanfaatan Ubi Kayu .................................................................... 11 METODOLOGI MAGANG ...................................................................... 16
Tempat dan Waktu .......................................................................... 16
Metode Pelaksanaan ........................................................................ 16
Analisis Data dan Informasi ............................................................ 18 KEADAAN UMUM ................................................................................... 19
Letak Geografis dan Administratif .................................................. 19
Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................... 19
Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... 20
Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... 21
Ubi Kayu ............................................................................. 21
Kelapa Sawit ........................................................................ 22
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL ......................... 23
Struktur Organisasi .............................................................. 23
Ketenagakerjaan .................................................................. 26
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I ...................... 26
Struktur Organisasi .............................................................. 26
Ketenagakerjaan .................................................................. 27 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. 31
Aspek Teknis ................................................................................... 31
Ubi Kayu ............................................................................. 31
Kelapa Sawit ........................................................................ 41
Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I .................................... 46
Aspek Manajerial ............................................................................ 50
Asisten Mandor ................................................................... 50
Asisten Kepala Divisi I ........................................................ 50
Asisten Pengawas Lapangan ............................................... 50
Quality Control (QC) SPM I ............................................... 51 PEMBAHASAN ......................................................................................... 54
Panen ............................................................................................... 54
Kriteria Panen ...................................................................... 54
Persiapan Panen ................................................................... 58
Peralatan Panen ................................................................... 58
Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen ..................................... 60
Organisasi dan Administrasi Penen ..................................... 62
Pelaksanaan Panen............................................................... 63
Pemeriksaan Kualitas Panen ................................................ 67
Sistem Panen ....................................................................... 68
Upah Panen .......................................................................... 69
Pengangkutan Hasil Panen .................................................. 69
Kehilangan Hasil (Losses) ................................................... 70
Pencapaian produksi ............................................................ 73
Pasca Panen di Kebun ..................................................................... 76
Pasca Panen di Pabrik ..................................................................... 76 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 80
Kesimpulan ...................................................................................... 80
Saran ................................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 81
LAMPIRAN ................................................................................................ 84
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011 .................................. 12
2. Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL ................................................. 22
3. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL ....................................... 22
4. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu PT PAL.......................... 54
5. Rata-rata Bobot Ubi Kayu pada Umur Panen 16 dan 18 Bulan ....... 55
6. Hasil Ubi Segar dan Pati Ubi Kayu pada Umur Panen Berbeda ..... 56
7. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu Petani Mitra ................... 57
8. Ketersediaan Angkutan dan Alat Panen PT PAL ............................ 59
9. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu
PT PAL ............................................................................................ 61
10. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu
Petani Mitra ...................................................................................... 62
11. Pelaksanaan Panen Ubi Kayu PT PAL ............................................ 65
12. Penurunan Bobot Ubi Kayu ............................................................. 71
13. Pelaksanaan Leles Petani Mitra ....................................................... 73
14. Bobot Umbi Ubi Kayu ..................................................................... 74
15. Lama Bahan Baku di Lapangan ....................................................... 78
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pohon Industri Ubi Kayu ................................................................. 13
2. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun PT PAL
Tahun 2006 - 2010 ........................................................................... 20
3. Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger;
b. Dibentuk Menggunakan Furrow) ................................................ 32
4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan Lubang;
b. Pemberian Pupuk). ....................................................................... 35
5. Pemupukan pada Petani Mitra ......................................................... 36
6. Cara Penyemprotan Herbisida ......................................................... 38
7. Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda ............................... 38
8. Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA) ......... 39
9. Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim
Kemarau ........................................................................................... 41
10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka
PT SPM I .......................................................................................... 49
11. Pelaksanaan Panen di PT PAL (a. Bajak Panen;
b. Penyecekan) ................................................................................. 64
12. Perubahan Warna Ubi Kayu UJ-5 (a. 1 HSP; b. 2 HSP; c. 3 HSP;
d. 4 HSP; e. 5 HSP) .......................................................................... 66
13. Ubi Kayu Hasil Pencurian yang Berhasil Ditemukan ...................... 72
14. Busuk Umbi pada Blok B9 .............................................................. 75
15. Blok B9 yang Tergenang Air ........................................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Varietas Ubi Kayu yang Telah Dilepas ............................................. 85
2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL ............. 86
3. Jurnal Harian Magang sebagai Quality control (QC) PT SPM I ...... 88
4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun
PT PAL ............................................................................................ 89
5. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Pengawas Kemitraan di
PT PAL ............................................................................................ 91
6. Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun Kelapa Sawit PT PAL 92
7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL ............................................. 93
8. Curah Hujan di Kebun PT PAL ....................................................... 97
9. Struktur Organisasi PT PAL ........................................................... 98
10. Struktur Organisasi PT SPM I ........................................................ 99
11. Skema Pengolahan Ubi Kayu PT SPM I ........................................ 100
12. Debet Order Ubi Kayu PT PAL ...................................................... 104
13. Upah panen pada Petani Mitra ........................................................ 105
14. Pemasukan Ubi Kayu Petani Mitra ................................................. 106
15. Kadar Aci pada Ubi Kayu yang Dibeli PT SPM I .......................... 107
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki
peranan cukup penting. Ubi kayu tidak hanya sebagai sumber bahan pangan tetapi
juga sebagai bahan baku industri, etanol, dan pakan temak (Kasim, 2009;
Puspitasari, 2009; Costa, 2010).
Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan akan
membusuk dalam 2 - 5 hari (Barrett dan Damardjati, 1984). Selain daya simpan
yang singkat, susut saat panen dan pasca panen yang tinggi menjadi masalah.
Diperkirakan susut pada saat panen ubi kayu sebesar 7 % dan susut pasca panen
lebih dari 24 % . Susut yang terjadi pada ubi kayu dapat disebabkan oleh faktor
fisik, fisiologis, hama dan penyakit. Susut fisik dapat terjadi akibat kerusakan
mekanis selama pemanenan dan penanganan, dan akibat perubahan suhu. Susut
fisiologis terutama disebabkan oleh air, enzim dan respirasi. Sedangkan faktor
hama dan penyakit mencakup mikro-organisme (jamur, bakteri, dan virus), insek,
tikus, dan hama (Barret dan Damardjati, 1984). Sistem panen juga menjadi
masalah, dimana kadang terdapat ubi kayu yang sangat melimpah di pasaran dan
kadang kebutuhan tidak tercukupi.
Kebutuhan ubi kayu setiap tahun selalu meningkat, baik untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Pada tahun 2004 sampai 2006 ekspor ubi
kayu Indonesian semakin meningkat dari 53 304 ton menjadi 139 096 ton
(Deptan, 2007). Tidak hanya ubi kayu, ekspor produk olahan ubi kayu seperti
tapioka dan gaplek juga tinggi yaitu 31 juta pada tahun 2007 (Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2011).
Ketersediaan bahan baku sangat diperlukan dalam industri tapioka (Bank
Indonesia, 2004). Apabila terjadi kelangkaan bahan baku maka produksi akan
terhambat. Kualitas bahan baku juga sangat penting dalam industri tapioka karena
kualitas bahan baku akan menentukan kualitas dari tepung tapioka yang
dihasilkan. Untuk menghasilkan bahan baku tapioka yang berkualitas dengan
kontinuitas yang terjamin dan dengan jumlah yang memadai diperlukan
manajemen panen dan pasca panen yang baik.
2
Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan
panen dapat dilaksanakan dengan pembentukan organisasi panen, penentuan
kebutuhan tenaga kerja, penetapan kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan
(Sulaiman, 2007).
PT Pematang Agri Lestari (PAL) dan PT Sinar Pematang Mulia I (SPM I)
merupakan dua perusahaan yang berada di bawah grup Lambang Jaya. PT PAL
memiliki perkebunan ubi kayu yang bekerja sama dengan petani dalam bentuk
kemitraan. Ubi kayu yang dihasilkan PT PAL diolah PT SPM I menjadi tapioka.
Untuk memenuhi bahan baku PT SPM, maka PT PAL memerlukan manajemen
panen dan pasca panen yang baik.
Tujuan
Tujuan umum magang di PT PAL dan PT SPM I adalah:
1. Membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan
keadaan nyata di lapangan.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih penulis untuk
mengikuti pekerjaan dalam proses kerja secara nyata, meningkatkan
kemampuan teknis, manajerial, serta analisis kegiatan di lapangan.
Tujuan khusus magang adalah :
1. Untuk mempelajari manajemen panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL
untuk bahan baku tapioka PT SPM I.
2. Mempelajari secara langsung teknik-teknik, pemasalahan panen dan pasca
panen ubi kayu, serta solusinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Panen dan Pasca Panen
Manajemen adalah rangkaian dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen dapat juga diartikan
sebagai perpaduan antara ilmu dan seni. Sebagai ilmu dapat dipelajari, dipahami,
diteliti, ditingkatkan, dan dibuktikan kebenarannya. Sebagai seni berupa kekuatan
pribadi yang kreatif ditambah dengan keterampilan (skill) yang timbul dari
pengalaman sebagai hasil pengamatan dalam pelaksaan pekerjaan (Wachjar,
2010).
Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan
panen dapat dilaksanakan dengan melakukan pembentukan organisasi panen,
penentuan jumlah kebutuhan tenaga kerja panen dan pasca panen, penetapan
kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan (Sulaiman, 2007).
Kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pasca panen, yaitu:
Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan. Fungsi perencanaan sudah termasuk di dalamnya penetapan
budget. Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai pada tahun
tertentu. Sebelum menetapkan budget, kebun akan memperkirakan terlebih dahulu
potensi produktivitas/ha tanaman ubi kayu terhadap kondisi yang ada. Oleh karena
itu lebih tepat bila perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan, kebijakan,
prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi.
Perencanaan panen dan pasca panen dilakukan sebelum pelaksanaan panen
dan pasca panen. Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keberhasilan panen dan
pasca panen. Persiapan panen dan pasca panen yang harus dilakukan mencakup
persiapan sarana dan prasarana panen dan pasca panen, perencanaan pengadaan
panen dan pasca panen, pengangkutan, serta kesediaan pabrik dalam menerima
4
hasil panen. Perencanaan panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik
untuk mencapai target produk ubi kayu yang berkualitas.
Pengorganisasian dan Administrasi
Pengorganisasian atau organizing dimaksud mengelompokkan kegiatan
yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi
dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat
hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian
dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam
mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta
tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang
berdayaguna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Kegiatan panen dan pasca panen harus terorganisasi dengan baik supaya
berjalan lancar dan mencapai target produksi yang diinginkan perusahaaan.
Mandor panen bertanggung jawab kepada mandor besar agar ubi kayu yang
dipanen sesuai dengan kriteria panen; mandor besar bertanggung jawab kepada
asisten divisi. Produksi umbi yang dihasilkan menjadi tanggung jawab asisten
divisi. Alat panen disiapkan oleh setiap pemanen.
Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen. Administrasi panen yang
dilakukan berupa pelaporan nota pengiriman ubi kayu dan buku-buku yang
bersangkutan dengan panen dan pasca panen.
Penggerakan
Penggerakan adalah tindakan menggerakan karyawan atau bawahan agar
dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien dalam
kondisi tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Misalnya, mandor
yang dipilih untuk mengawasi para karyawan harus memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang dapat menggerakkan, mempengaruhi dan memotivasi
karyawan.
Tenaga Panen
Tenaga kerja panen dan pasca panen sebaiknya tenaga kerja tetap agar
memiliki spesialisasi sebagai pemanen. Hal ini bertujuan agar dapat memanen
sesuai kriteria panen (tidak rusak). Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung
5
berdasarkan luas area yang akan dipanen, dengan memperhitungkan kapsitas rata-
rata pemanen.
Pengawasan
Pengawasan (controlling) sering juga disebut pengendalian adalah salah satu
fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang
benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah digariskan semula.
Pengangkutan
Pengangkutan tergantung pada faktor kondisi jalan, kapasitas pabrik,
ketersediaan truck pengangkut, jarak dengan pabrik.
Sejarah dan Botani Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) berasal dari Brazil, Amerika Selatan,
menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari
Meksiko
ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi
kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika (Isnanimurti, 2008).
Dalam sistematika tanaman, ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Arhichlamydeae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Sub Famili : Manihotae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz
(Direktorat budidaya kacang-kacangan dan umbi-umbian, 2007).
Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.
6
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia, dan mudah diolah.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu
berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-
pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup
netral bagi suburnya tanaman ubi kayu (BPP IPTEK, 2000).
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu 10 - 700 m
dpl, sedangkan toleransinya 10 – 1 500 m dpl (BPP IPTEK, 2000). Pada ketinggian
sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi
tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu
dapat menghasilkan bunga dan biji (Prihandana et al., 2008). Curah hujan yang
sesuai untuk tanaman ubi kayu 1 500 – 2 500 mm/tahun (Bank Indonesia, 2004).
Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60 – 65 %, dengan
suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10 oC (Prihandana et al., 2008). Jika
suhunya di bawah 10 0C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu,
tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar
matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama
untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya (BPP IPTEK, 2000).
Budidaya Ubi Kayu
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah
yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau
gembur (BIP Irian Jaya, 1995), sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga
panen (Bank Indonesia, 2004; Roja, 2009). Pengolahan tanah juga bertujuan
untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak
bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air.
Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan
sistem konservasi tanah yaitu memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini
penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu
didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.
Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Stek berasal dari
batang bagian tengah yang sudah berkayu, panjang 15 - 20 cm, diameter 2 - 3 cm.
7
Pangkal stek dipotong rata atau runcing (BIP Irian Jaya, 1995; Roja. 2009).
Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang
tidak merata. Stek ditanam dalam posisi vertikal. Stek yang ditanam dalam posisi
lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume
akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat
diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Kedalaman tanam 15 cm,
pada musim hujan maupun musim kemarau (Onwueme, 1978; Prihandana et al.,
2008; Roja. 2009). Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga
kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab.
Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah
musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap
terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah,
waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan
(November – Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di
lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah
yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat
ditanam setiap waktu.
Permasalahan budi daya ubi kayu di Indonesia adalah saat tanam serentak,
yakni sebagian besar pada awal musim hujan. Hal ini mengakibatkan waktu panen
yang serentak pula. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengatur setiap wilayah
dengan menanam ubi kayu berdasarkan umur panen, yaitu genjah (7 - 9 bulan),
sedang (8 - 11 bulan), dan dalam (10 - 12 bulan). Petani tidak akan menderita
karena harga yang merosot karena panen raya ubi kayu. Cara lain adalah dengan
mengatur suatu wilayah dengan pembagian kelompok tanam, yakni kelompok
Oktober, kelompok November, kelompok Desember, kelompok Januari,
Kelompok Februari, dan seterusnya.
Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1 - 3 minggu
(Bank Indonesia, 2004). Bila penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu,
tanaman sulaman akan tumbuh tidak sempurna karena ternaungi tanaman
sekitarnya.
Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman
ubi kayu khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Penelitian menunjukkan
8
kompetisi dengan gulma menurunkan produktivitas ubi kayu hingga 7,5 % (Roja,
2009).
Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur
hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Berikut
adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :
- Pupuk Organik : 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam
- Urea : 150 – 200 kg/ha
- SP36 : 100 kg/ha
- KCl : 100 – 150 kg/ha
Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, pupuk
organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan
guludan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat (BIP Irian Jaya,
1995; Roja, 2009).
Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas
campestris pv. manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB) (BIP
Irian Jaya, 1995). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8 % untuk
varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90 % untuk varietas yang agak
rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap
kedua penyakit ini.
Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae) (BIP
Irian Jaya, 1995; Roja. 2009). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau
dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan
tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil
akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53 %, tergantung umur tanaman
dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca, serangan
tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga
95 %. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara
mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil
panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering,
kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah.
9
Pengendalian tungau merah sebaiknya dilakukan dengan menanam ubi
kayu pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan
tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya
serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan semakin tinggi.
Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam
varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau,
sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 ditanam di
daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung)
sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus
ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang (Wargiono at
al., 2006).
Panen Ubi Kayu
Hasil panen bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kultivar
yang digunakan, cara budidaya, tingkat kesuburan, jenis tanah, jarak tanam, dan
iklim (Onwueme, 1978). Kriteria utama umur panen ubi kayu fleksibel. Ubi kayu
dapat dipanen pada saat tanaman berumur 7 - 9 bulan dimana kadar pati dalam
keadaan optimal (Prihandana et al., 2008). Ciri tanaman yang sudah bisa dipanen
yaitu saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai
menguning dan banyak yang rontok (BPP IPTEK, 2000).
Penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah
dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Di daerah beriklim basah, pemanenan
ubi kayu dapat ditunda sampai dengan 12 bulan, karena kadar pati cenderung
stabil pada umur 7 - 9 bulan (Prihandana et al., 2008). Hal ini disebabkan bobot
hasil panen ubi kayu tidak tergantung pada berapa umur tanaman, tapi lebih
tergantung pada berapa bulan pertumbuhan yang vigor berlangsung (Onwueme,
1978).
Panen ubi kayu dilakukan secara manual dengan cara mencabut. Jika
dalam mencabut tersebut dirasakan susah, maka sebelumnya tanah disekitar
batang ubi kayu sebagian terlebih dahulu digali dengan cangkul, baru setelah itu
batang dicabut sampai umbinya terangkat semuanya. Ubi kayu yang tertinggal,
karena patah/putus pada waktu pencabutan, maka sisa umbi tadi diambil dengan
10
digali dengan cangkul. Cara lain yaitu dengan menggunakan tali/tambang yang
dililitkan pada batang, lalu diungkit (Bank Indonesia, 2004 ; Sutrisno, 2007 ).
Pasca Panen Ubi Kayu
Penanganan pasca panen pada ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam usaha ubi kayu. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki daya simpan
yang pendek, sementara kebutuhan sangat mendesak.
Pada kegiatan pasca panen, hasil panen sebaiknya dikumpulkan di lokasi
yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Setelah itu perlu
dilakukan pemilahan dan penyortiran. Pemilihan atau penyortiran umbi ubi kayu
sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi
penyortiran ubi kayu dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung
dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna
bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari
ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di dalam tanah yang diberi
alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP IPTEK, 2000).
Pengemasan umbi ubi kayu bertujuan untuk melindungi umbi dari
kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri
dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari
bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000).
Penyimpanan ubi kayu jarang dilakukan dalam bentuk segar. Susut selama
penyimpanan cukup tinggi terutama disebabkan oleh jamur dan serangga (Tengah,
1996). Masalah utama yang dihadapi petani ubi kayu adalah kepoyongan, yang
akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna ubi kayu setelah panen. Pada
awal busuk ubi kayu akan berwarna biru dan lama kelamaan akan berubah
menjadi warna kecoklatan atau coklat kehitaman (Both and Wholley, 1978). Salah
satu penyebab reaksi pencoklatan ini di duga karena aktivitas enzim fenolase
(Winarno, 1980). Selama penyimpanan metabolisme dalam umbi ubi kayu masih
berlangsung terus sehingga perombakan karbohiadrat/pati menjadi senyawa gula
yang lebih sederhana tetap berlangsung. Hal ini mengakibatkan selama
penyimpanan, rendemen pati ubi kayu menurun. (Tengah at al., 1996).
11
Batang ubi kayu setelah panen sebagian disiapkan sebagai bibit untuk
penanaman selanjutnya, sedangkan batang ubi kayu yang tidak dijadikan bibit,
hendaknya dipotong- potong/dicincang untuk dikembalikan lagi ke dalam tanah/
dibenamkan agar lapuk dan terurai menjadi hara tanah dan memperbaiki struktur
tanah, sehingga kesuburan tanah relatif dapat dipertahankan. Karena ubi kayu
diambil hasilnya yang berupa umbi, maka dengan dicabutnya umbi tidak ada
bagian tanaman yang berupa bahan organik tertinggal di dalam tanah. Oleh karena
itu sangat dianjurkan diadakannya upaya mengembalikan sisa-sisa tanaman yang
ada ke dalam tanah dengan terlebih dahulu dicacah. Upaya lain dengan
menghentikan kegiatan tanam setelah lahan dipergunakan untuk tanaman ubi kayu
lebih dari dua kali, lahan bisa ditanami dengan tanaman kacang-kacangan atau
diberakan untuk memulihkan kesuburannya (Bank Indonesia, 2009).
Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu
Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13
300 000 ton) setelah Brazil (25 554 000 ton), dan Thailand (13 500 000 ton),
disusul negara-negara seperti Nigeria (11 000 000 ton), dan India (6 500 000 ton)
dari total produksi dunia sebesar 122 134 000 ton/tahun (Bigcassava, 2007).
Peningkatan produksi ubi kayu tahun 2005 – 2011 mencapai 4.42 %,
sedangkan sasaran indikatif produksi dan produktivitas ubi kayu pada tahun 2011
pada setiap wilayah tertera pada Tabel 1. Dimana sasaran rata-rata produktivitas
Indonesia adalah 185 ku/ha dengan luasan 1 264 900 ha.
Pemanfaatan Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi dan
jagung. Lebih kurang 60 % dari produksi ubi kayu di Indonesia digunakan sebagai
bahan makanan, sedangkan 32 % digunakan sebagai bahan industri dalam negeri,
dan 8 % diekspor dalam bentuk gaplek. Dibidang industri, ubi kayu menghasilkan
bioethanol, yang dapat dijadikan bahan bakar nabati karena ramah lingkungan.
Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai
tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu,
etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets
12
(Depperin, 2007). Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir.
Skema pohon industri ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011
No Provinsi Luas
tanam (ha)
Luas
panen (ha)
Produktivitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
1 N. Aceh 3 954 3 765 128 48 256
2 Sumatera Utara 44 029 41 934 202 845 105
3 Sumatera Barat 5 877 5 597 202 112 803
4 Riau 6 411 6 106 114 69 417
5 Jambi 2 992 2 850 141 40 052
6 Sumatera Selatan 14 158 13 484 156 210 440
7 Bengkulu 7 480 7 124 121 86 141
8 Lampung 338 729 322 610 248 7 987 217
9 Bangka Belitung 1 923 1 832 146 26 694
10 Kepulauan Riau 1 282 1 221 110 13 379
Sumatera 426 836 406 524 232 9 439 504
11 D.K.I. Jakarta 53 51 120 610
12 Jawa Barat 119 677 113 982 192 2 185 809
13 Jawa Tengah 205 161 195 398 181 3 527 670
14 D.I. Yogyakarta 68 387 65 133 155 1 009 709
15 Jawa Timur 243 628 232 035 165 3 830 583
16 Banten 12 823 12 212 145 176 699
Jawa 649 729 618 810 173 10 731 079
17 Bali 12 609 12 009 151 181 201
18 Nusa Tenggara Barat 9 083 8 650 124 107 282
19 Nusa Tenggara Timur 90 826 86 504 110 947 654
Bali dan NT 112 518 107 163 115 1 236 136
20 Kalimatan Barat 17 417 16 588 149 246 874
21 Kalimatan Tengah 9 296 8 854 121 107 061
22 Kalimantan Selatan 9 189 8 752 151 132 061
23 Kalimantan Timur 8 548 8 142 159 129 579
Kalimantan 44 451 42 336 145 615 575
24 Sulawesi Utara 6 625 6 310 134 84 773
25 Sulawesi Tengah 4 808 4 580 166 76 201
26 Sulawesi Selatan 32 270 30 734 175 536 807
27 Sulawesi Tenggara 14 319 13 637 171 232 549
28 Sulawesi Barat 4 488 4 274 145 61 845
29 Gorontalo 1 603 1 527 124 18 932
Sulawesi 64 113 61 062 166 1 011 108
30 Maluku 11 754 11 195 132 148 091
31 Maluku Utara 11 754 11 195 125 139 992
32 Papua Barat 2 671 2544 117 29 713
33 Papua 4 274 4 071 120 48 803
Maluku dan Papua 30 454 29 004 126 366 598
Indonesia 1 328 100 1 264 900 185 23 400 000
13
Gambar 1. Pohon Industri Ubi Kayu
Sumber: Depperin.go.id
Tapioka
Ubi Kayu yang digunakana sebagai bahan baku tapioka adalalah ubi kayu
yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan. Ubi kayu yang dipanen pada
umur 7 - 10 bulan akan menghasilkan tapioka berkualitas baik (Bank Indonesia,
2004). Selain itu, varietas ubi kayu yang dikembangkan untuk industri tapioka
biasanya memiliki kadar HCN (asam sianida) yang tinggi (Hafsah, 2003). Pada
Lampiran 1 ditunjukkan kadar HCN beberapa jenis ubi kayu yang telah dilepas di
Indonesia.
UBI
KAYU
BATANG
DAUN
BIJI
UMBI
KULIT
DAGING
BIBIT
PAPAN
PARTIKEL KERAJINAN
BRIKET
ARANG
MAKANAN
FARMASI
PAKAN
TERNAK MINYAK
PAKAN
TERNAK
TAPIOKA
GAPLEK
TEPUNG UBI
KAYU
ONGGOK
MAKANAN
RINGAN
TAPIOKA
PEARL DEKSTRIN
MALTOSA
BAHAN
MAKANAN
PELLET
BAHAN
MAKANAN
PAKAN
TERNAK ASAM/Ca
SITRAT
GLUKOSA
FRUKTOSA
ALKOHOL
ASAM
ORGANIK SORBITOL
SENYAWA
KIMIA LAIN
PAKAN
TERNAK
PEREKAT
14
Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor (Menteri Negara
Riset dan Teknologi, 2009) yaitu :
1. Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.
2. Kandungan air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga
kandungan air nya rendah. Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya
mengandung kadar air 15 – 19 %.
3. Banyaknya serat dan kotoran; ubi kayu yang digunakan harus yang berumur
kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat
patinya masih tinggi.
4. Tingkat kekentalan; daya rekat tapioka diusahakan tetap tinggi dengan
menghindari penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi.
Adapun cara pembuatan tepung tapioka adalah sebagai berikut:
1. Pengupasan; pengupasan dilakukan dengan cara manual, bertujuan untuk
memisahkan daging ubi kayu dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga
dilakukan untuk memilih ubi kayu berkualitas tinggi dari ubi kayu lainnya.
Ubi kayu yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka dan
dijadikan pakan ternak.
2. Pencucian; pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-
remas ubi kayu di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan
kotoran pada ubi kayu.
3. Pemarutan; parut yang digunakan ada dua jenis yaitu :
a. Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan
tenaga manusia sepenuhnya.
b. Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator.
4. Pemerasan/ekstraksi; pemerasan dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Pemerasan bubur ubi kayu yang dilakukan dengan cara manual
menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan
air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di
dalam ember.
b. Pemerasan bubur ubi kayu dengan saringan goyang (sintrik). Bubur
ubi kayu diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin.
Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air
15
melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak
pengendapan.
5. Pengendapan; pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan
selama 4 jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan
endapan diambil dan dikeringkan.
6. Pengeringan; sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan
dengan cara menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang
diletakkan di atas rak-rak bambu selama 1 - 2 hari (tergantung dari cuaca).
Dengan kualitas bahan baku yang baik, 1 ton ubi kayu dapat menghasilkan
200 - 250 kg tapioka. (Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan Umbi‐umbian,
2007).
METODOLOGI MAGANG
Tempat dan Waktu
Magang dilaksanakan di PT Pematang Agri Lestari dan PT Sinar
Pematang Mulia I, Lampung pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan selama mengikuti magang meliputi pekerjaan
teknis budidaya, manajerial kebun dan pengambilan data. Kegiatan dalam
pengumpulan data meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Kegiatan
magang ini juga dilakukan penulis secara langsung dengan mengikuti dan
mempelajari seluruh kegiatan di lapang. Kegiatan sebagai asisten mandor selama
empat minggu, asisten kepala divisi selama lima minggu, quality control selama
dua minggu, asisten pengawas lapang kurang lebih empat minggu,dan mengikuti
kegiatan tambahan dari perusahaan kurang lebih tiga minggu. Jurnal kegiatan
magang disampaikan pada Lampiran 2, 3, 4, 5, dan 6.
Kegiatan sebagai pendamping mandor adalah memotivasi, mengawasi dan
mengorganisir karyawan, melakukan kegiatan administratif dan berdiskusi dengan
mandor. Pada saat sebagai pendamping asisten kepala divisi I, pekerjaan yang
dilakukan adalah mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan
(kontrol lapangan), membantu asisten dalam membantu mandor tetap, dan
mempelajari laporan harian. Selama menjadi karyawan pabrik, penulis bertugas di
bagian quality control. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan kekentalan
aci, mengukur pH tepung tapioka, mengukur kadar air tepung, residu, memeriksa
kondisi tepung (keras ataupun basah) melakukan pengacaan tepung, membuat
analisis bahan baku, dan membuat laporan harian. Pada saat menjadi pendamping
pengawas kemitraan, penulis mendampingi pengawas lapangan ketika
mengunjungi petani-petani mitra, melakukan wawancara, dan diskusi dengan
petani mitra.
17
Penulis juga secara khusus melakukan kegiatan pengamatan yang
berhubungan dengan panen dan pasca panen, yang meliputi:
1. Pengumpulan data panen berupa: kriteria panen ubi kayu, persiapan panen,
tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen,
pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen,
pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), dan pencapaian
produksi. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan mengamati
secara langsung di kebun PT PAL dan di kebun petani mitra. Pengamatan
terhadap kriteria panen ubi kayu, berupa umur panen ubi kayu dan pengaruh
penundaan umur panen terhadap bobot ubi kayu yang dipanen. Data diambil
dari empat blok dengan dua umur panen yang berbeda. Dua blok untuk satu
umur panen yang sama. Setiap blok diambil 1 ha, dalam satu hektar diambil
lima baris dan dalam baris diambil 3 batang ubi kayu secara acak.
2. Pasca panen di kebun
Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan mengamati
secara langsung kegiatan pasca panen di kebun PT PAL dan di kebun mitra.
3. Pasca panen di Pabrik
a. Sumber dan Kebutuhan bahan baku. Sumber bahan baku PT SPM I
saat ini tidak hanya berasal dari PT PAL. Kebutuhan bahan baku akan
dianalisis berdasarkan kebutuhan minimum pabrik.
a. Lama penyimpanan ubi kayu di lapangan; pabrik akan mengolah ubi
kayu apabila tercapai bobot 700 ton. Lama penyimpanan ubi kayu
dicatat selama periode pengolahan 15 hari.
b. Analisis bahan baku (pengukuran kadar aci dan rafaksi); pengukuran
kadar aci dilakukan untuk membantu menetukan besarnya potongan
bahan baku yang dibeli. Pengamatan terhadap pengukuran kadar aci
dilakukan selama 1 hari dengan mengambil sampel dari bahan baku
yang dibeli; rafaksi merupakan potongan bobot di pabrik karena
adanya kotoran dan materi lain yang terbawa saat panen. Untuk
analisis bahan baku yang diamati adalah persentasi rafaksi.
Data sekunder diperoleh dari literatur dan laporan manajemen mengenai
keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal
18
penanaman, produksi, struktur organisasi (kelompok-kelompok tenaga kerja,
deskripsi tugas, dan fungsi-fungsi manajemen), dan ketenagakerjaan.
Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dinalisis dengan
menggunakan uji t dan secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentasi
hasil pengamatan. Data diuraikan secara deskriptif dan dibandingkan terhadap
norma baku yang berlaku pada perkebunan ubi kayu dan standar yang ditetapkan
oleh perusahaan. Selain itu, penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik
yang telah ditetapkan oleh kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun
aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari pendamping
mandor, asisten kepala kebun, karyawan pabrik, dan pendamping pengawas mitra.
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Administratif
PT PAL dan PT SPM I terletak di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten
Mesuji, Lampung Timur. Lokasi kebun PT PAL dan PT SPM I berjarak 220 km
dari kota Bandar Lampung. Transportasi masuk ke wilayah PT PAL dan PT SPM
I dapat ditempuh dengan dengan kendaraan dalam waktu lima jam. Sedangkan
jarak dari ibu kota kabupaten yaitu 16 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan
dalam waktu satu jam.
Kantor Kebun PT PAL berada di wilayah Desa Suka Agung (SP3D).
Lokasi kebun PT PAL tersebar di beberapa desa yaitu Desa Rejo Mulyo, Desa
Suka Agung, Desa Hadi Mulyo (SP4D), dan Desa Agung Batin (SP5D). PT SPM I
berada di wilayah Desa Rejomulyo (SP2D). Kantor PT PAL dan PT SPM I
dibangun secara berdekatan.
PT SPM I didirikan pada tahun 1994. PT SPM I merupakan perusahan
yang bergerak dalam pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak
dalam pemasaran.
Kegiatan produksi di PT SPM I dilakukan selam 24 jam, yang dibagi
dalam tiga shift. Setiap shift terdiri dari 8 jam kerja, yaitu shift I pada pukul 08.00
– 16.00 WIB, shift II pada pukul 16.00 – 24.00 WIB, dan shift III pada 00.00 –
08.00 WIB. Pertukaran shift akan dilakukan setiap minggu. Hari kerja efektif PT
SPM I sendiri dibagi menjadi dua, yaitu 6 hari kerja efektif/minggu untuk
karyawan tetap, dan 7 hari kerja efektif/minggu untuk karyawan harian tetap dan
karyawan harian lepas.
Proses produksi dilakuakn setiap hari, kecuali pada saat bahan baku
sedikit. Kapasitas mesin sendiri sebesar 1 400 ton/hari. Namun, tidak menutup
kemungkinan pabrik membeli bahan baku lebih dari kapasitas sebagai stock.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Ubi kayu adalah komoditi utama yang dibudidayakan oleh PT PAL pada
awal berdirinya. Seiring berjalannya waktu, tanaman ubi kayu diganti menjadi
20
kelapa sawit. Perubahan jenis tanaman yang dibudidayakan dari ubi kayu menjadi
kelapa sawit disebabkan kondisi lahan sudah kurang optimal lagi untuk ditanami
ubi kayu. Luas area penanaman ubi kayu yang tersisa ± 100 ha dan ± 1 810 ha
lahan dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit.
Berkurangnya luas areal yang ditanami ubi kayu mengakibatkan pasokan
bahan baku ke PT SPM I tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
PT SPM I maka PT PAL membentuk pola kemitraan dengan petani. Luas area
petani mitra I yang aktif sampai dengan Mei 2011 adalah 3 292 ha (Lampiran 7).
Kebun petani mitra yang tersisa tersebar di sembilan wilayah sentra, yaitu Buko
Poso, Brabasan, Gedung Aji, Lingkungan Pabrik, Menggala C, Oki, Simpang
Pematang, dan Talang Gunung.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson maka tipe iklim di sekitar PT
PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim B dengan bulan basah 7 - 9 bulan.
(curah hujan > 200 mm/bulan) dan 1 bulan kering (<100 mm/bulan) berturut-
turut. Curah hujan rata-rata selama lima tahun (2005 - 2010) berkisar 61.10 -
332.06 mm/bulan dengan hari hujan rata-rata 2 - 14 hari/bulan (Gambar 2). Curah
hujan dan hari hujan selama 6 tahun terahir dapat tertera pada Lampiran 8.
Gambar 2. Rata-rata Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) di Kebun
PT PAL Tahun 2006 - 2010
21
Tingkat kesuburan tanah di PT PAL, terutama untuk tanah lapisan atas
tergolong sangat rendah-rendah dengan jenis tanah Ultisol dan Incepticol.
Kedalaman efektif tanah secara umum > 100 cm. Pada lapisan atas mengandung
bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan yang terdapat
dibawahnya, dan kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya
kedalaman tanah. Namun pada profil ke-1 dan ke-3 kandungan bahan organik
tanah pada lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya.
Struktur tanahnya terdiri dari liat (clay/C), liat berpasir (sandy clay/SC),
dan lempung liat berpasir (sandy clay loam/SCL). Struktur dan konsistensi tanah
pada umumnya remah dan sangat gembur atau gembur. Sehingga, kondisi tanah
tersebut sesuai untuk tanaman ubi kayu. Permeabilitas tanah bervariasi, mulai dari
permeabilitas lambat, sedang, hingga cepat.
Warna tanah di PT PAL adalah kuning dan merah. Sebagian besar
drainase tanah di areal PT PAL adalah baik, namun pada beberapa areal dijumpai
tanah-tanah yang berdrainase buruk dengan warna tanah abu-abu atau grey.
Derajat kemasaman (pH) berkisar 4.35 - 4.65. Topografi lahan bervariasi, mulai
datar (flat) sampai berombak (undulating) dengan tingkat kemiringan 2 – 5 %.
Kondisi di atas sesuai untuk syarat tumbuh ubi kayu. Namun, untuk
mendapatkan hasil yang optimal diperlukan penambahan pupuk, bahan organik,
dan teknik budidaya yang tepat.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Ubi Kayu
Varietas ubi kayu yang ditanam di PT PAL adalah varietas Kasetsart (UJ-
5). Selain varietas Kasetsart, terdapat beberapa petak ubi kayu sambung
(mukibat). Jarak tanam yang digunakan yaitu 90 cm x 60 cm, sehingga populasi
18 000 tanaman/ha dengan produktivitas rata-rata Januari 2007 sampai dengan
Juni 2011 yaitu 21.91 ton/ha (Tabel 2).
22
Tabel 2. Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL
No Tahun Luas area panen (ha) Produktivitas (kg/ha)
1 2001 958.25 17 045
2 2002 955.50 17 235
3 2003 698.00 17 547
4 2004 739.90 21 200
5 2005 680.98 20 527
6 2006 418.85 24 136
7 2007 253.75 26 560
8 2008 365.03 24 506
9 2009 195.05 23 106
10 2010 198.05 26 839
11 2011 23.25 22 270
Rata-rata
21 906
Sumber: Data PT PAL (Diolah)
Kelapa Sawit
Varietas kelapa sawit yang ditanam PT PAL terdiri dari beberapa jenis
yang ditanam pada tahun yang berbeda-beda (Tabel 3). Varietas kelapa sawit yang
ditanam terdiri dari varietas Dura, Tenera, D x P Marihat dan Socfin. Jarak tanam
yang digunakan yaitu jarak tanam segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9
m, sehingga populasi 143 tanaman/ha.
Tabel 3. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL
No Tahun tanama Luas Total tanaman TM/TBM
1 1999 140.95 20 157 TM 9
2 2000 111.37 15 937 TM 8
3 2001 36.83 5 266 TM 7
4 2002 119.51 17 090 TM 6
5 2003 65.02 9 300 TM 5
6 2004 296.77 42 438 TM 4
7 2005 232.10 33 191 TM 3
8 2006 341.16 48 786 TM 2
9 2007 442.64 63 298 TM 1
10 2008 0 0 0
11 2009 350.91 50 180 TBM 2
12 2010 419.73 4 670 TBM 1
13 2011 8.39 1 200 TB
Total 2 565.38 307 310
Sumber: Data Sekunder (Diolah)
23
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL
Struktur Organisasi
Pematang Agri Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
perkebunan kelapa sawit dan ubi kayu. PT PAL dipimpin oleh seorang General
Manager (GM) yang membawahi tiga divisi yaitu Divisi Kebun, Divisi
Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik. Masing-masing divisi dipimpin oleh
seorang manajer. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan keuangan, GM dibantu
oleh dua orang staf administrasi dan keuangan. Struktur Organisasi PT PAL
tertera pada Lampiran 9;
Divisi Kebun
Manajer Kebun. Kebun PT PAL dipimpin oleh seorang manajer kebun.
Fungsi pokok manajer kebun yaitu: 1) menyusun, mengawasi, dan mengevaluasi
kegiatan operasional kebun secara periodik (tahunan, bulanan, mingguan, dan
harian) setiap divisi, 2) mengkoordinasikan dan mengawasi departemen di
bawahnya, 3) menetapkan standar kerja dan standar biaya operasional setiap
departemen, 4) mendelegasikan dan mengkoordinasikan kepala divisi untuk
melaksanakan poin 1, 5) mencari dan membeli bibit apabila kekurangan bibit,
sesuai dengan kriteria yang ditentukan, 6) menandatangani permintaan pembelian
untuk pupuk, suku cadang, dan peralatan kebun, dan 7) menilai prestasi bawahan.
Dalam pelaksanaan di lapangan, manajer kebun dibantu oleh asisten manajer
kebun.
Kepala Wilayah/Divisi. Areal kebun di PT PAL dibagi menjadi tiga
wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang kepala divisi atau kepala
wilayah. Untuk wilayah I, ada dua komoditas yang ditanam yaitu ubi kayu dan
kelapa sawit. Di wilayah II dan III komoditas yang ditanam hanya satu, yaitu
kelapa sawit. Tugas dan tanggung jawab dari kepala wilayah yaitu: 1)
mengkoordinasikan dan mengawasi bawahannya, 2) melaksanakan jadwal tugas
dari atasan, mendelegasikan, dan mengawasi mandor-mandor secara teratur, 3)
menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, peralatan
kebun, serta penggantian upah harian sesuai dengan wilayah masing-masing, dan
24
4) mencari dan meberhentikan tenaga harian atau borongan dengan persetujuan
manajer kebun.
Mandor. Tugas dan tanggung jawab mandor yaitu : 1) mengawasi dan
memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di
lapangan, 2) ikut aktif dalam upaya mencari tenaga kerja harian dan borongan, 3)
membuat laporan permintaan uang untuk upah harian dan borongan, dan 4)
membuat laporan areal tanam, pupuk, dan laporan lain yang ditentukan oleh
kepala wilayah/divisi masing-masing.
Divisi Kemitraan.
Divisi kemitraan dibentuk dengan tujuan untuk penyelenggara peningkatan
hasil usaha pertanian masyarakat khususnya tanaman ubikayu, kelangsungan
industri tapioka khususnya industri tapioka milik Grup Lambang Jaya dan
menjadi sasaran kelangsungan usaha PT PAL melalui program kemitraan. Jabatan
di divisi kemitraan terdiri atas manajer divisi kemitraan, advisor site kemitraan,
legal, kepala wilayah, administrasi dan keuangan, pengawas lapangan kebun,
pengawas lapangan pengolahan lahan, dan surveyor kredit.
Manajer Kemitraan. Manajer kemitraan mempunyai fungsi pokok untuk
menjalankan kebijakan perusahaan untuk mengembangkan tanaman ubi kayu
dengan pola kemitraan. Tugas dan tanggung jawab manajer kemitraan, yaitu: 1)
menyusun dan mengevaluasi program kerja dan anggaran biaya tahunan, bulanan,
mingguan maupun harian dan melaporkannya kepada manajer kebun, 2)
melakukan koordinasi dengan pihak pabrik dalam hal kebijakan penjualan
maupun pembayaran hutang, refraksi, harga, dan lain-lain bagi anggota kemitraan,
3) monitoring pelaksanaan tugas bawahan dan mengevaluasi perkembangan
anggota kemitraan, dan 4) bertanggung jawab terhadap pengembalian dana yang
telah disalurkan kepada anggota mitra. Manajer divisi kemitraan mempunyai
wewenang untuk menandatangani setiap surat-surat perjanjian, mengatur
pendistribusian saprodi maupun kegiatan lainnya yang diperlukan setiap anggota
kemitraan, serta memberikan dan menetapkan sanksi kepada anggota kemitraan
yang melanggar perjanjian.
Advisor Site. Advisor site mempunyai fungsi pokok melakukan
pembinaan terhadap kegiatan divisi kemitraan apakah dilaksanakan sesuai dengan
25
sistem dan prosedur yang telah ditetapkan. Advisor site juga mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk mengusulkan tindakan perbaikan kepada manajer
kebun atau kepala divisi kemitraan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya belum
memenuhi sistem dan prosedur yang berlaku.
Legal. Bagian legal mempunyai fungsi pokok untuk memberikan
informasi mengenai legalitas data permohonan agar tidak timbul perselisihan atau
kerugian perusahaan di kemudian hari. Wewenang dari bagian legal yaitu
menandatangani surat perjanjian sebagai saksi.
Kepala Wilayah. Kepala wilayah mempunyai fungsi pokok untuk
mengembangkan dan mengelola kemitraan sesuai dengan wilayah masing-masing.
Kepala wilayah berwenang untuk menandatangani persetujuan berita acara hasil
survei apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan perusahaan,
mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan yang diperlukan setiap
anggota kemitraan, dan menentukan besarnya angsuran pinjaman anggota mitra.
Administrasi dan Keuangan. Fungsi pokok bagian administrasi dan
keuangan yaitu membantu kepala wilayah untuk mengumpulkan data dan
informasi seluruh kegiatan kemitraan. Administrasi dan keuangan mempunyai
wewenang untuk menerima uang penjualan ubi kayu anggota mitra dari bagian
kasir pabrik untuk selanjutnya dilakukan pemotongan sebagai angsuran pinjaman
berdasarkan persetujuan kepala wilayah.
Pengawas Lapangan. Pengawas lapangan kebun mempunyai fungsi
pokok melakukan pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan
yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatan-
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah
kerjanyasehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas
lapangankebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam
penjadwalan pemanenan.
Pengawas Lapangan Pengolahan Lahan. Pengawas lapangan bagian
pengolahan lahan memiliki fungsi pokok untuk melakukan pengawasan kegiatan
pengolahan areal tanaman ubi kayu anggota mitra agar produksi. Wewenangnya
yaitu mengatur operator dan mekanik untuk melaksanakan tugas dengan baik.
26
Surveyor Kredit. Surveyor kredit mempunyai tugas pokok melaksanakan
survey terhadap personal, areal tanaman, dan agunan calon anggota mitra untuk
proses persetujuan permohonan kredit. Surveyor kredit mempunyai wewenang
untuk menandatangani surat berita acara hasil survei.
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaa PT PAL terdiri dari karyawan tetap (KT) dan karyawan
harian lepas (KHL). Karyawan tetap di PT PAL berjumlah 80 orang yang terdiri
dari satu orang pimpinan perusahaan (general manager), karyawan Divisi Kebun
54 orang, karyawan Divisi Kemitraan 20 orang, dan karyawan Divisi Pupuk
Organik 6 orang. Gaji karyawan tetap diberikan setiap bulan. Untuk karyawan
harian lepas (KHL) jumlahnya tidak tetap, karena sewaktu-waktu karyawan bisa
masuk maupun keluar. Upah KHL dihitung per hari dan diberikan setiap akhir
minggu.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I
Struktur Organisasi
Sinar Pematang Mulia I merupakan perusahan yang bergerak dalam
pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak dalam pemasaran. PT
SPM I dipimpin oleh seorang manajer pabrik (factory manager) yang membawahi
lima departemen. Kelima departemen tersebut yaitu Departemen Produksi,
Personalia dan Umum, Administrasi dan Keuangan Site, Logistik, dan
Purchasing. Secara struktur, tugas manajer pabrik dalam menangani empat
departemen (selain Departemen Produksi) dibantu oleh seorang office manager.
Karena belum ada staf yang menempati posisi tersebut, manajer pabrik
bertanggung jawab langsung terhadap kelima departemen dibawahnya.
Departemen produksi berfungsi sebagai penyelenggara pengelolaan proses
produksi untuk mencapai visi, misi, nilai dasar dan tujuan perusahaan.
Departemen Produksi dipimpin oleh kepala departemen produksi atau manajer
produksi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang asisten.Struktur
Organisasi PT SPM I tertera pada Lampiran 10;
Manajer Produksi. Manajer produksi mempunyai fungsi pokok untuk
melakukan pengawasan dan mengendalikan kegiatan operasional pabrik agar
27
produktivitas dan efisiensi proses produksi dapat berjalan sesuai dengan target
yang diharapkan.
Kepala Departemen Personalia dan Umum. Kepala Departemen
Personalia dan Umum mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan
dan pengendalian ketenagakerjaan atau hal-hal yang berhubungan dengan
perusahaan baik secara internal maupun eksternal demi terciptanya kenyamanan
dan kelangsungan usaha. Untuk urusan administrasi, kepala Departemen
Personalia dan Umum dibantu oleh staf Administrasi Personalia.
Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site. Fungsi pokok kepala
Bagian Keuangan dan Administrasi Site yaitu mengelola keuangan dan
administrasi site agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar. Untuk
pembayaran biaya-biaya pembelian bahan dan biaya operasional pabrik, kepala
Bagian Keuangan dan Administrasi Site dibantu oleh kasir pabrik dan kasir lapak.
Urusan administrasi dibantu oleh staf administrasi site.
Kepala Bagian Logistik. Kepala bagian logistik memiliki fungsi pokok
kepala bagian logistik yaitu mengatur ketersediaan barang kebutuhan operasional
pabrik dan hasil produksi agar kegiatan dan distribusi barang berjalan dengan
lancar.
Kepala Pembelian Bahan Baku (Purchasing). Kepala pembelian bahan
baku memiliki fungsi pokok memenuhi kebutuhan bahan baku yang berkuallitas
agar produktivitas pabrik berjalan dengan stabil. Kepala pembelian bahan baku
berwenang untuk menetapkan potongan refraksi dan menandatangani laporan
harian pembelian.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PT SPM I terdiri dari tiga golongan karyawan, yaitu
karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan tetap
(KT). Perbedaan gaji ketiga golongan tersebut yaitu terdapat pada sistem
penghitungan, waktu pemberian, dan upah lembur. Sistem penghitungan gaji KHL
yaitu gaji dihitung berdasarkan jumlah hari karyawan tersebut bekerja dan
diberikan setiap minggu. Gaji KHT diberikan setiap bulan dan dilakukan
pemotongan sebanyak jumlah hari karyawan tersebut tidak bekerja. Karyawan
28
tetap diberikan gaji tetap, tidak dilakukan pemotongan, dan diberikan setiap bulan.
Pada perhitungan upah lembur antara karyawan tetap (karyawan harian tetap dan
karyawan tetap) dan karyawan lepas berbeda. Pada karyawan lepas, upah lembur
dihitung sama dengan upah harian, sedangkan karyawan tetap, upah lembur
dihitung menggunakan upah lembur (misalnya, karyawan yang bekerja hari
minggu maka akan mendapat upah lembur sebesar 2 HK).
PT SPM I memiliki karyawan sebanyak 164 orang. Jumlah tersebut terdiri
dari 60 orang KHT yang ditempatkan di bagian bagging dan sortir bonggol, 27
orang KHT bekerja di bagian operator, dan 77 orang yang termasuk KT.
Pola Hubungan Kemitraan, PT PAL, dan PT SPM I
Pada awalnya, kebun ubikayu PT PAL merupakan kebun inti untuk
mensuplai bahan baku bagi pabrik tapioka PT SPM I. Namun karena adanya
penggantian tanaman dari ubi kayu menjadi kelapa sawit. PT PAL tidak
mampumemenuhi kebutuhana bahan baku PT SPM I. Masalah ini diatasi PT PAL
dengan membentuk divisi mitra. Divisi ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan
PT SPM I melalui kerja sama dengan petani. Dalam kerjasama , PT SPM I, PT
PAL, dan petani mitra memiliki kewajiban dan hak yang berbeda-beda.
PT SPM I
Kewajiban PT SPM I yaitu:
1. Menerima seluruh ubi kayu divisi kemitraan.
2. Menentukan harga beli ubi kayu divisi kemitraan minimal senilai harga ubi
kayu diluar ubi kayu divisi kemitraan (umum) yang dibeli PT SPM I atau
bahkan lebih tinggi dari harga umum.
3. Memberikan fee kepada PT PAL (divisi kemitraan) atas ubi kayu yang
dikirim ke PT SPM I yang besarnya telah disepakati bersama.
Hak PT SPM I yaitu:
1. Seluruh ubi kayu divisi kemitraan harus dijual kepada PT SPM tanpa
kecuali
29
2. Menentukan standarisasi ubi kayu divisi kemitraan yang dipanen, berkaitan
dengan umur, tingkat kebersihan dari kotoran dan lain-lain
PT PAL (Divisi Kemitraan)
Kewajiban PT PAL yaitu :
1. Menjual seluruh hasil ubi kayu kepada PT SPM I.
2. Mengirimkan/menjual ubi kayu dengan kualitas baik.
3. Memberikan kontribusi bahan baku kepada PT SPM I dengan hasil rata-rata
adalah 20 – 25 ton/ha.
4. Memberikan laporan jadwal panen per bulan kepada PT SPM I.
5. Memberikan pinjaman yang berbentuk dana untuk digunakan dalam
pengadaan barang dan jasa yang akan digunakan oleh petani mitra untuk
pembelian pupuk, herbisida dan pengolahan lahan.
6. Menerima dan membeli seluruh ubi kayu petani mitra yang berasal dari
lahan yang diperjanjikan dalam perjanjian ini, yang diterima di pabrik yang
ditunjuk oleh divisi mitra dalam hal ini adalah pabrik PT SPM I dengan
harga pasaran yang berlaku.
Hak-hak PT PAL yaitu :
1. Mendapat prioritas dalam penerimaan ubi kayu oleh PT SPM I.
2. Memperoleh fee dari PT SPM I atas penjualan ubi kayu.
3. Memperoleh harga beli ubi kayu dari PT SPM I yang kompetitif.
4. Bersama-sama petani mitra menentukan jadwal waktu panen yang berkaitan
dengan umur tanaman dan luas tanaman yang dipanen yang berkaitan
dengan jumlah kebutuhan pabrik.
5. Menerima pengembalian pinjaman dari petani mitra melalui pemotongan
atas nota penjualan ubi kayu petani mitra dipabrik yang ditunjuk oleh divisi
mitra.
6. Menerima barang atau surat–surat berharga dari petani mitra sebagai
jaminan atas pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.
30
Petani Mitra
Kewajiban-kewajiban petani mitra adalah:
1. Menyediakan lahan untuk dikelola dalam budidaya ubi kayu.
2. Membiayai seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses budidaya
tanaman ubi kayu, mulai dari penyiapan lahan sampai dengan pengangkutan
hasil panen ke pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati bersama.
3. Memelihara dan mengawasi usaha budidaya tanaman ubi kayu secara
intensif agar mencapai hasil produksi yang berkualitas baik dengan produksi
minimal 25 ton/ha.
4. Bersedia untuk tidak mengalihkan dalam bentuk apapun pinjaman dari
divisi mitra kepada orang lain tanpa persetujuan dari divisi mitra.
5. Melakukan panen pada umur tanaman 9 – 14 bulan (untuk ubi kayu
Kasetsart), dan menjual seluruh hasil produksi tanaman ubi kayu diatas
lahan yang diperjanjikan ke pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra dan tidak
diperbolehkan menjual kepada pihak lain dalam kondisi apapun.
6. Membayar kembali seluruh pinjaman yang diterima dari divisi mitra, yang
dipotong dari akumulasi nota penjualan ubi kayu petani mitra di pabrik
divisi mitra.
7. Menyerahkan barang atau surat–surat berharga sebagai jaminan atas
pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.
Hak–hak petani mitra yaitu:
1. Menerima pinjaman dari divisi mitra.
2. Menerima pembayaran dari divisi mitra atas penjualan ubi kayu petani mitra
kepada divisi mitra, setelah dipotong seluruh pinjaman petani mitra kepada
divisi mitra.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan selama magang di PT PAL yaitu sebagai
pendamping mandor, asisten kepala divisi, dan pendamping pengawas lapangan.
Pada saat menjadi pendamping mandor dan asisten kepala divisi, kegiatan dimulai
pada pukul 07.00 WIB - 15.00 WIB. Waktu istirahat pada pukul 12.00 - 13.00
WIB, kecuali pada hari jumat jam istirahat pada pukul 11.30 - 13.00 WIB.
Sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga
tidak menutup kemungkinan pekerjaan selesai lebih awal ataupun lebih lama dari
waktu yang telah ditentukan.
Kegiatan yang dilakukan selama magang di PT SPM yaitu sebagai QC
(quality control). Kegiatan di pabrik dimulai pada pukul 08.00 - 16.00 WIB.
Ubi Kayu
Persiapan lahan. Kegiatan pengolahan lahan di kebun PT PAL untuk area
penanaman ubi kayu menggunakan bajak. Pembajakan dilakukan tiga kali
sebelum tanam. Jika penanaman terlambat, maka akan dilakukan pembajakan ke
empat. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Pembajakan pertama,
kedua dan ketiga berselang kurang lebih dua minggu. Setelah dibajak langsung
dibentuk guludan dengan menggunakan furrow. Jarak antar guludan yang
terbentuk dengan furrow yaitu 90 cm.
Pengolahan lahan di petani mitra dilakukan dengan menggunakan tractor.
Pengolahan lahan oleh petani berbeda-beda, yaitu bajak satu kali, bajak dua kali,
bajak satu kali dan gulud, serta bajak dua kali dan gulud. Perbedaan cara
pengolahan disebabkan berbagai faktor. Pengolahan lahan di petani yang lahannya
tidak digulud biasanya dikarenakan kondisi modal yang terbatas, dan tidak
tersedianya alat untuk membuat gulud. Adanya pola pikir bahwa dengan
melakukan pembajakan lahan satu kali pada lahan sudah pernah diolah atau
ditanami ubi kayu dan gulmanya sedikit cukup dilakukan satu kali. Namun secara
umum, pembajakan dilakukan dua kali dan gulud. Selang waktu antara bajak satu
dan bajak dua ± 2 minggu. Setelah dibajak akan dibentuk guludan dengan
32
menggunakan ridger. Jarak antar guludan dapat disesuaikan dengan keinginan
petani.
Guludan yang dibentuk dengan furrow berbeda dengan guludan yang
dibentuk dengan menggunakan ridger. Guludan yang dibentuk dengan
menggunakan furrow lebih tinggi dibanding dengan guludan yang dibentuk
dengan menggunakan ridger. Guludan yang dibentuk dengan menggunakan
ridger pada umunya setelah satu bulan setelah pembentukan tidak terlihat lagi
(Gambar 3a), sedangkan guludan yang dibentuk dengan menggunakan furrow
masih jelas bentuknya pada saat satu bulan setelah pembentukan (Gambar 3b).
Gambar 3. Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger; b. Dibentuk
Menggunakan Furrow)
Persiapan bahan tanam. Bahan tanam yang digunakan di kebun PT PAL
sebagai bibit adalah stek batang. Stek diambil dari batang ubi kayu yang telah
dipanen dari penanam sebelumnya. Batang ubi kayu yang dijadikan bibit saat ini
adalah bagian batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan panjang
a
b
33
kurang lebih 1 m. Satu batang ubi kayu dipotong menjadi lima bagian, sehingga
panjang setiap stek ± 20 cm. Pada saat awal penanaman bibit dibeli dari
perusahaan lain. Varietas yang banyak ditanam di kebun PT PAL yaitu varietas
Kasetsart.
Varietas Kasetsart merupakan salah satu varietas ubi kayu yang dipakai
untuk bahan baku tapioka. Varietas ini relatif tahan hama dan penyakit, kadar air
yang cukup rendah, berwarna putih, kandungan HCN tinggi, kadar pati yang
cukup tinggi, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
varietas lainnya yang pernah ditanam. Selain varietas UJ-5, PT PAL pernah
menanam varietas Thailand, Umas (ubi kayu kuning), M31, M30, Mangu, dan
Mukibat (ubi kayu sambung).
Pada persiapan bahan tanam terdapat kegiatan tebang bibit. Tebang bibit
biasanya dilakukan oleh BHL laki-laki. Upah akan diberikan berdasarkan jumlah
batang ubi kayu yang berhasil ditebang. Setiap batang ubi kayu berukuran 1 m
diberi upah Rp. 20. Maka untuk mencapai 1 HK, BHL harus menebang sebanyak
1 710 batang. Jika area tanam bersih dari gulma, seorang BHL dapat menebang
sebanyak 2 500 batang atau setara dengan Rp. 50 000. Pada areal tebang bibit
umumnya banyak ditumbuhi gulma dan batang ubi kayu banyak yang telah rebah
sehingga memperlambat penebangan. BHL hanya dapat menebang
1 500 - 2 000 batang/hari atau setara dengan Rp. 30 000 - Rp. 40 000.
Kegiatan persiapan bahan tanam pada petani mitra berupa tebang bibit.
Apabila bibit yang dibutuhkan tidak mencukupi, petani mitra akan membeli bibit.
Varietas Kasetsart adalah varietas yang disarankan untuk ditanam oleh petani
mitra, namun sebagian petani masih menggunakan varietas Thailand.
Panjang stek yang digunakan petani mitra sebagai bahan tanam bervariasi.
Perbedaan panjang stek yang digunakan dipengaruhi ketersediaan bibit dan
kebiasaan petani. Jika kondisi tanaman sebelumnya kurang baik, maka bibit yang
digunakan kurang baik. Apabila diameter batang tanaman sebelumnya kecil maka
bibit yang ditanaman akan kecil. Apabila ketersediaan bibit sangat melimpah,
maka panjang bibit yang ditanam cenderung panjang. Petani berharap dengan
semakin panjangnya bibit yang ditanam akan menghasilkan umbi yang banyak
dan besar.
34
Beberapa petani juga melakukan penyimpanan bibit. Penyimpanan dilakukan
untuk mempersiapakan bibit untuk penanam berikutnya pada area yang sama. Bibit
yang disimpan adalah batang umbi yang belum dipotong. Batang-batang ubi kayu
tersebut diikat dan disimpan ditempat teduh dengan cara ditidurkan ataupun
diberdirikan. Penyimpanan ini akan menyebabkan penurunan daya tumbuh bibit.
Bibit pada umunya disimpan sampai satu bulan
Penanaman. Penanaman ubi kayu di PT PAL dilakukan pada sepanjang
tahun, tergantung kesiapan lahan dan kondisi cuaca. Penanaman pada saat curah
hujan cukup tinggi dapat menyebabkan biaya perawatan untuk pengendalian
gulma menjadi tinggi, karena pada saat tersebut gulma akan cepat tumbuh dan
dapat menyaingi tanaman ubi kayu. Selain menyebabkan peningkatan biaya
perwatan juga meningkatkan waktu penanaman menjadi lama. Kondisi tanah yang
mudah terkena banjir menyebabkan kondisi berlumpur. Kondisi ini akan
menyebabkan petani susah berjalan di area. Jarak tanam yang digunakan adalah
90 cm x 60 cm, sehingga populasi ± 18 000 tanaman/ha dengan pola monokultur.
Pola tanam yang digunakan petani mitra yaitu monokultur dan tumpang
sari. Tumpang sari biasanya dengan karet. Jarak tanam yang digunakan petani
mitra berbeda-beda, biasanya disesuaikan dengan kondisi tanah, vairtas yang
ditanam, sistem tanam (monolultur/tumpangsari), ketersediaan bibit, dan
kebiasaan. Jarak tanam di kebun petani mitra pada umumnya lebih rapat
dibanding di kebun PT PAL.
Penyulaman. Setelah penanaman ubi kayu biasanya akan dilakukan
penyulaman. penyulaman di PT PAL dilakukan 2 - 4 MST hari setelah tanam.
Jumlah tanaman yang disulam tidak tentu, biasanya sekitar 20 %. Tanaman akan
disulam jika persentase bibit tidak tumbuh lebih dari 10 %. Bibit sulaman yang
digunakan adalah bibit sisa penanaman yang biasanya disimpan di pinggiran
petakan. Karena bibit sulaman yang digunakan tidak disimpan ditempat teduh
sehingga daya tumbuh bibit sulaman juga tidk 100 %. Jika bibit sulaman tidak
mencukupi, akan diambil dari tanaman yang sudah siap panen.
Penyulaman juga dilakukan pada petani mitra. Namun, penyulaman tidak
dilakukan oleh semua petani. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam
melakukan penyulaman yaitu kondisi modal dan persentase bibit yang mati. Jika
35
persentase bibit yang mati rendah, biasanya bibit tidak perlu disulam. Penyulaman
biasanya dilakukan sebelum pemupukan pertama, yaitu sebelum 2 - 6 MST.
Pemupukan. Pemupukan ubi kayu di kebun PT PAL biasanya dilakukan
dua kali. Pada kondisi tertentu dilakukan pemupukan sebanyak tiga kali.
Pemupukan ketiga sangat jarang dilakukan. Pemupukan pertama dilakukan
2 – 6 MST (sebelum dua bulan), pemupukan kedua dilakukan 3 - 6 BST, dan
pemupukan ketiga pada 7 BST. Pemupukan dilakukan setelah pengendalian
gulma. Karena pengendalian gulma secara kimia, diharapkan setelah penyem-
protan tanaman langsung dapat dipulihkan kembali. Cara Pemupukan di Kebun
PT PAL dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan
Lubang; b. Pemberian Pupuk).
Pupuk yang digunakan di kebun PT PAL yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl.
Perbandingan dosis pada setiap hektaran untuk pupuk I yaitu 100 kg : 100 kg : 50
kg, pupuk II 50 kg : 0 kg : 150 kg, dan pupuk III 0 kg : 0 kg : 100 kg atau 0 kg : 0
kg : 150 kg. sistem pemupukan di kebun PT PAL adalah sistem target, ditaman
pupuk yang harus disebar adalah 75 kg/HK.
Pemupukan ubi kayu di petani mitra juga dilakukan sebanyak dua sampai
tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari
satu bulan, pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 3 - 6 bulan, dan
pemupukan ketiga pada saat tanaman berumur 7 bulan. Waktu pemupukan
disesuaikan dengan waktu panen. Jika ubi kayu akan dipanen pada umur muda (7
a b
36
atau 8 bulan), maka pemupukan kedua akan dilakukan pada bulan ke 3 atau ke 4.
Jika pemanenan akan dilakukan pada umur 9 atau 10 bulan, pemupukan akan
dilakukan pada bulan ke 5 atau 6. Pemupukan ketiga jarang dilakukan, hanya
dilakukan jika diperlukan saja. Pemupukan ketiga dilakukan jika ubi kayu akan
dipanen dengan umur lebih dari 9 bulan.
Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, KCL, dan NPK, SP-36. Dosis
yang digunakan berbeda-beda. Dosis yang diberikan biasanya disesuaikan dengan
kondisi ekonomi. Anggapan semakin banyak pupuk semakin tinggi hasil masih
berlaku untuk sebagian petani mitra. Hal ini mengakibatkan, saat kondisi
keuangan petani mitra membaik, petani akan cenderung memupuk ubi kayu
dengan dosis pupuk yang lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya. Selain pupuk
kimia, petani mitra juga menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang
pernah digunakan PT PAL berupa onggok dan kompos. Pupuk organik biasanya
diberikan oleh petani pada saat pembajakan atau setelah penanaman.
Cara pemupukan di petani mitra berbeda dengan di kebun PT PAL. Pada
petani mitra, pupuk biasanya disebar di sekitar tanaman tanpa ditutup (Gambar 5).
Pemupukan ubi kayu di kebun PT PAL dilakukan dengan pembuatan lubang di
sekitar (5 - 10 cm) dari tanaman. Pupuk yang telah dicampur dimasukkan ke
dalam lubang dengan dosis 1 sendok the/tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Gambar 5. Pemupukan pada Petani Mitra
Pewiwilan. Pewiwilan/perempelan yang dilakukan perusahaan yaitu
dengan menyisakan dua tunas. Perempelan dilakukan pada saat tanaman berumur
37
kurang dari dua bulan. Perempelan bertujuan untuk memperoleh indeks luas daun
yang maksimal. Dengan indeks luas daun yang maksimal, diharapkan akan
diperoleh hasil umbi yang maksimal.
Perempelan di kebun petani mitra dilakukan berkisar 4 - 16 MST. Namun,
tidak semua petani melakukan pewiwilan. Sebagian petani melakukan pewiwilan
sebanyak dua kali. Petani mitra yang melakukan perempelan dua kali biasanya
akan menyisakan dua batang dan sebagian menyisakan satu batang. Perempelan
kedua pada umunya dilakukan jika tanaman terlalu rimbun. Pada sebagian petani,
alasan untuk tidak melakukan perempelan adalah untuk menghemat biaya dan
dikarenakan jumlah tunas varietas Kasetsart biasanya tidak banyak.
Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma di area penanam ubi kayu
PT PAL saat ini dilakukan secara kimia. Pada tahun sebelumnya, pengendalian
gulma dilakukan secara manual dan secara kimia. Beberapa faktor yang
menyebabkan pengendalian gulma dilakukan secara kimia adalah terbatasnya
tenaga kerja, mengurangi biaya perawatan, dan pengendalian gulma secara kimia
cenderung lebih cepat dan awet.
Pengendalian gulma dilakukan sebelum pemupukan. Selain sebelum
pemupukan, penyemprotan herbisida juga dilakukan sebelum panen. Pengendalian
gulma sebelum panen bertujuan untuk memepermudah proses panen. Namun,
terkadang pengendalian gulma sebelum panen tidak dilakukan karena tanaman
yang dipanen sudah terlalu tua. Cara penyemprotan untuk tanaman muda
dibedakan dengan penyemprotan tanaman tua. Pada tanaman muda, ujung alat
semprot dilengkapi dengan mangkok. Penyemprotan dilakukan dengan posisi
mangkok lebih rendah dari tanaman dan hanya menjangkau satu baris alur
guludan dan menggunakan nozel kuning. Hal ini disebabkan tanaman muda tidak
tahan terhadap herbisida. Apabila tanaman muda terkena herbisida, maka dapat
mengakibatkan tanaman stress bahkan mati.
Pada tanaman dewasa, ujung alat semprot tidak dilengkapi mangkok.
Ketinggian alat semprot diatur agar semprotan dapat menjangkau tiga baris alur
guludan. Pada tanaman tua, batang tanaman sudah tahan terhadap herbisida. Cara
penyemprotan herbisida dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
38
Gambar 6. Cara Penyemprotan Herbisida
Gambar 7. Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda
Pada kenyataan di lapangan, BHL sering tidak memperhatikan nozel yang
digunakan saat penyemprotan. Akibatnya terdapat batang dan daun tanaman
terkena herbisida sehingga mengalami stres sesaat bahkan ada yang mati (Gambar
8). Tanaman yang mudah mengalami stres dan bahkan mati adalah tanaman muda.
Herbisida yang digunakan yaitu herbisida dari golongan Glifosat dengan
bahan aktif isopropil Glifosat 480 g/l atau setara dengan Glifosat 356 g/l. Dosis
herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 3 - 4 l/ha, konsentrasi 2.5 – 3.3 %, dan
volume semprot 120 l/ha.
39
Gambar 8. Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA)
Gulma dominan yang tumbuh di areal ubi kayu PT PAL yaitu Boreria sp.,
Chromolaena odorata, Phylantus niruri, Echinocloa colonum, Eleusine indica,
dan Brachiaria mutica,.
Pengendalian gulma di lahan petani dilakukan dengan dua cara yaitu
secara kimia dan secara manual dan secara kimia.pengendalian secara manual
pada umunya dilakukan satu kali. Pengendalian gulma dilakukan pada 1 - 6 BST
dan sebelum panen. Herbisida yang umum digunakan petani mitra adalah Glifosat
dengan dosis 1 - 5 l/ha. Selain Glifosat, herbisida lain yang digunakan petani
yaitu herbisida 2.4 D dan Diuron masing-masing dengan dosis 0.25 - 3 l/ha dan
1 kg/ha.
Pengendalian Hama dan Penyakit. Terdapat beberapa hama yang
menyerang ubi kayu di kebun PT PAL dan lahan petani mitra, yaitu ulat dan
white scale (Aonidomytillus albus). Karena hama hanya beberapa tanaman, maka
tidak dilakukan pengendalian hama secara khusus.
Masalah yang utama saat ini dan telah terjadi selama beberapa tahun
terahir baik di kebun PT PAL dan petani mitra adalah adanya busuk umbi. Busuk
umbi dapat mencapai 50 % dari total hasil. Busuk umbi akan terlihat pada saat
4 BST, dan kadang pada saat 5 BST. Gejala tanaman yang mengalami kebusukan
tidak akan terlihat jika umbi tidak dicabut karena tajuk umbi tetap utuh. Busuk
umbi tidak secara terus menerus terjadi walaupun umbi ditanam pada area yang
40
sama. petani menduga bahwa busuknya umbi disebabkan curah hujan yang terlalu
tinggi, busuk akar, dan kiondisi tanah yang sudah terlalu banyak herbisida.
Beberapa cara yang dilakukan petani untuk memecahkan masalah ini
adalah dengan melakukan pemberian pupuk dolomit ke dalam tanah, pemberian
pupuk kompos, penguranan intensitas penggunaan herbisida, pewiwilan,
diberakan, dan penanaman berselang. Dari hasil perlakuan belum ditemukan
solusi yang tepat.
Panen. Ubi kayu di kebun PT PAL akan dipanen jika tanaman telah
berumur 9 bulan atau lebih. Jika kondisi cuaca baik, tenaga kerja tersedia, dan
cuaca baik, maka pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 bulan.
Namun, karena suatu hal, pemanenan sering terlambat dan akan dipanen pada
batas waktu yang tidak ditentukan.
Sistem panen yang digunakan adalah sistem rombongan berdasarkan
bobot hasil panen (tonase). Pemanenan dilakukan dengan cara dicabut secara
mekanis dengan menggunakan bajak panen. Ubi yang telah dipanen akan
langsung diangkut. Pada kodisis tertentu, seperti angkutan panen tidak tersedia,
hujan lebat, maka pengangkutan ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.
Lokasi kebun yang dekat (± 1 km) dengan pabrik menjadi keuntungan.
Ubi kayu yang telah dipanen dan dimasukkan ke dalam truk pada waktu kapanpun
dapat langsung dikirim ke pabrik tanpa terlebih dahulu disimpan. Kondisi pabrik
yang dekat dengan kebun juga dapat digunakan sebagai acuan dalam memanen.
Kondisi bahan baku pabrik dapat dilihat setiap saat, sehingga ketika diketahui
bahan baku masih banyak di lapangan, maka pemanenan dapat ditunda.
Pemanenan pada petani dilakukan secara manual menggunakan tangan dan
kadang menggunakan cangkul. Pencabutan ubi kayu dengan cangkul hanya akan
dilakukan jika ukuran umbi besar. Pada kondisi kemarau, petani mitra
menggunakan alat bantu panen yaitu gancu (Gambar 9).
Pemanenan ubi kayu akan dilakukan jika umur panen sudah cukup
(9 bulan). Namun, pada kondisi tertentu, petani sering memanen pada umur 6
bulan. Tanaman yang telah cukup umur dan kondisi jalan tidak mendukung
(rusak, berlumpur, lengket), pemanenan biasanya ditunda, bahkan sampai dengan
41
umur tanaman 12 bulan. Sistem panen yang digunakan petani adalah sistem
tonase.
Gambar 9. Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim Kemarau
Hasil panen biasanya dijajarkan untuk memudahkan pengangkutan. Hasil
panen yang tidak bisa diangkut pada hari yang sama biasanya akan tetap dibiarkan
di lahan untuk kemudian diangkut pada hari berikutnya.
Kelapa Sawit
Seluruh area kebun di PT PAL pada awal berdirinya ditanami ubi kayu.
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi tanah menjadi semakin tidak sesuai
untuk penanaman ubi kayu. Area penanaman yang tidak sesuai untuk ubi kayu
kemudian dikonversi menjadi area penanaman kelapa sawit. Proses konversi
dilakukan sejak tahun 1999 dan masih dilakukan sampai dengan saat ini.
Persiapan bahan tanam. Persiapan bahan tanaman dilakukan 8 - 12
bulan sebelum penanaman. Persiapan bahan tanaman berupa pembibitan kelapa
sawit. Pembibitan kelapa sawit di kebun PT PAL dilakukan dengan sistem
pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan ini terdiri dari
pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Sebelum
ditanam di dalam polibag biji yang telah berkecambah diseleksi terlebih dahulu.
Kecambah yang telah dipilih lalu direndam dengan fungisida. Fungisida yang
42
digunakan yaitu Dithane (Mankozeb 80 %) dengan konsentrasi 0.15 %. Kecam-
bah ditanam dengan posisi plumula di bagian atas.
Pembibitan awal dilakukan selama 2.5 - 3 bulan. Pada pembibitan awal di
kebun PT PAL, biasanya tidak diberi naungan. Setelah di pembibitan awal,
tanaman dipindahkan ke pembibitan utama. Tanaman dipelihara di pembibitan
utama sampai dengan umur 12 bulan.Bibit yang telah ditanam perlu pemupukan.
Pupuk majemuk (Scrbok) dan pupuk esensial (Alpadin dan Saputra) adalah pupuk
yang digunakan selama di pembibitan. Pemupukan pupuk majemuk dilakukan
satu minggu sekali, sedangkan pupuk organik esensial setiap satu bulan sekali.
Penyiraman dilakukan jika kondisi curah hujan kurang. Penyiraman dilakukan
pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprinkler.
Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan biasanya yaitu
kumbang Apogonia (penggerek daun), ulat, dan jangkrik. Pengendalian Apogonia
biasanya menggunakan Bestox, sedangkan jangkrik dapat dikendalikan dengan
menggunakan Furadan 3G. Selama di pembibitan sampai dengan penanaman
dilakukan seleksi bibit. Bibit yang terserang penyakit dan abnormal tidak akan
ditanam. Ciri-ciri bibit abnormal yaitu bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut
pelepah dengan batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit
tumbuh lemah, bentuk anak daun tidak sempurna, dan daun berwarna kuning
muda.
Persiapan lahan. Persiapan tanam dimulai pengajiran untuk menandai
titik-titik mana yang akan ditanami kelapa sawit. Setelah dilakukan pengajiran
lalu dilakukan pembuatan lubang tanam. Jika lubang tanaman telah selesai
dilakukan, maka setiap lubang tanam diberi pupuk kompos dan pupuk kiserit.
Dosis pupuk kiserit yang digunakan adalah 0.3 kg/lubang tanam. Pembuatan
lubang dilakukan dengan menggunakan holdiger.
Penanaman. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Bibit yang
ditanam adalah bibit yang telah berumur 8 - 12 bulan. penanaman dilakukan
dengan cara polibag dari bibit disobek, lalu bibit dimasukkan ke dalam lubang
tanaman. Tanah di sekitar lubang tanam dimasukkan ke dalam lubang tanam, lalu
pada perpaduan antara tanah di polibag dengan tanah dari luabang tanam ditekan
sampai keras.
43
Pada saat penanaman akan terlihat lubang tanam yang tidak sesuai dengan
alur atau baris. Jika tidak sesuai dengan alur maka dilakukan pembuatan lubang
secara manual, dan bibit yang telah ditanam dibongkar kembali untuk dipindahkan
ke lubang tanam yang baru.
Pengawetan tanah. Pengawetan tanah di PT PAL dilakukan untuk
menghindari terjadinya kerusakan tanah yang lebih buruk. Pengawetan tanah
dilakukan secara fisik dan secara biologis. Pengawetan tanah secara fisik
dilakukan dengan membuat parit jalan. Pengawetan secara biologis dilakukan
dengan cara menanam tanaman penutup tanah atau legume cover crop (LCC).
LCC yang digunakan yaitu Peuraria javanica (PJ) dengan dosis 4 kg/ha. Pada
saat penanaman, benih PJ dicampur dengan pupuk Rock phosphat dengan
perbandingan 1:1. LCC ditanam 1 m dari tanaman sawit. Setiap gawangan terdiri
dari 3 baris kacangan, dimana jarak antar lubang dalam baris 30 cm. Selain PJ, di
kebun PT PAL juga ditanam Mucuna chonchinchinensis (MC)
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM). Pemeliharaan
pada TBM terdiri dari penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan, pemeliharaan
tanaman penutup tanah, pemupukan, kastrasi, dan pengendalian hama dan
penyakit.
Penyisipan tanaman dilakukan jika terdapat tanaman mati. Selain
penyisipan untuk tanaman mati, penyisipan juga dilakuakan untuk mengganti
tanaman yang tumbuh tidak normal.
Pemeliharaan piringan pada TBM dilakukan dengan dua cara yaitu cara
manual dan cara kimia. Pemeliharaan secara manual dilakukan dengan menggaruk
kacangan dan gulma yang ada di piringan dibabat menggunakan sabit (arit).
Sepanjang jari-jari proyeksi daun harus bebas dari gulma dan LCC. Jari-jari
piringan yang harus bebas dari gulma dan LCC yaitu 2 m.
Perawatan piringan dilakukan dengan sistem target dan harian. Sistem
target diberlakukan jika BHL sudah dianggap mampu. Target yang harus dicapai
oleh BHL adalah 50 tanaman/HK. Sistem ini sering merugikan jika pengawasan
kurang baik. BHL menjadi lebih fokus untuk menyelesaikan target tanpa
memperhatikan kebersihan dari piringan. Keuntungan dari sistem ini adalah,
apabila dilakukan pengawasan yang baik, maka pekerjaan dapat diselesaikan lebih
44
cepat. BHL yang baru mengikuti kegiatan perawatan piringan biasanya akan
dimasukkan dalam kelompok sistem harian. Keuntungan dari sistem harian adalah
piringan hasil babatan cenderung lebih bersih. Namun, jika tidak diawasi dengan
baik, hasil yang diperoleh sedikit. Pada sistem harian BHL cenderung lebih fokus
pada kebersihan bukan pada kecepatan.
Pengendalian gulma pada piringan dengan cara kimia merupakan alternatif
yang dipilih jika terjadi kesulitan tenaga kerja. Namun pada tanaman muda tidak
dianjurkan. Herbisida yang dipakai biasanya herbisida dengan bahan aktif
Glifosat. Konsentrasi yang digunakan 100 ml/15 l.
Selaian pemeliharaan tanaman, PT PAL juga melakukan pemeliharaan
LCC. Pemeliharaan LCC berupa dongkel anak kayu (DAK) dan aplikasi
herbisida. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan dengan cara wiping dan spot.
Konsentrasi herbisida untuk spot yaitu 0.3%, sedangkan untuk wiping
menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 0.5%.
Pada TBM pemupukan dilihat dari jenis tanahnya. Keadaan tanah di kebun
PAL merupakan tanah mineral, sehingga dosis pemupukan yang diberikan
disesuaikan dosis anjuran untuk TBM di tanah mineral. Sistem pemupukan
dilakuan dengan sistem target, dimana target yang harus dicapai adalah
7 - 8 zak/HK.
Kastrasi dilakukan untuk membuang tandan buah yang belum sesuai
kriteria panen. Kastrasi dilakukan agar pada saat tanaman memasuki TM buah
yang dihasilkna sudah memenuhi kriteria dan mencegah serangan penyakit busuk
tandan Marasmius (Marasmius bunch rot). Rotasi kastrasi yang dilakukan yaitu
satu sampai dua bulan sekali dan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja.
Kastrasi dilakukan pada semester pertama (Januari - Juni). Setelah bulan Juni,
bunga dipersiapkan untuk memasuki masa TM.
Hama yang menyerang TBM diantaranya yaitu ulat api, ulat kantung,
tikus, dan belalang. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan sesuai dengan
tingkat serangan. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan dengan menggunakan
insektisida. Dosis dan jenis insektisida disesuaikan dengan jenis hamanya. Pada
ulat api pengendalian dilakukan dengan cara diambil menggunakan tangan. Hama
tikus dikendalikan dengan menggunakan racun tikus Klerat.
45
Penyakit yang menyerang TBM yaitu Crown Disease. Penyakit ini
merupakan penyakit genetis. Tanaman yang terserang penyakit akan dibiarkan
sampai tumbuh besar. Pada saat tanaman sudah besar biasanya tanaman akan
normal kembali. Jika tanaman sudah besar dan masih terserang penyakit, maka
tanaman tersebut dicabut.
Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan pada TM
berupa pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit,
pengawetan tanah, pemupukan, dan pemeliharaan jalan.
Gulma dominan di area sawit PT PAL adalah alang-alang (Imperata
cylindrica) dan gulma-gulma berkayu (Melastosoma malabatricum dan Lantana
camara), micania michranta, dan ageratum conizoides. Pengendalian gulma pada
TM berupa pengendalian gulma di piringan dan di gawangan. Diameter piringan
yang harus bersih yaitu 1.5 m. Rotasi perawatan piringan TM yaitu 2 - 3 kali
setahun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan mencampur herbisida
Glifosat dan Mesulfuron methyl dengan dosis masing-masing 1 - 2 l/ha dan
20 g/ha. Pengendalian gulma di gawangan dengan cara manual dilakukan dengan
cara mendongkel anakan kayu. Rotasi perawatan gawangan yaitu dua kali
setahun.
Penunasan atau pruning pada TM dilakukan setiap 8 bulan. Jumlah daun
yang disisakan yaitu songgo dua dan sebagian songgo tiga. Pada TM yang sudah
besar biasanya digunakan songgo dua. Sulitnya mendapat tenaga kerja
menyebabkan pemangkasan sering terlambat. Hal ini dapat mengakibatkan
banyak buah masak yang tertinggal di pohon dan mengganggu proses pemanenan.
Hama yang menyerang TM yaitu tikus. Jika gawangan bersih,
pengendalian hama tikus dilakukan dengan memberikan rodentisida Klerat.
Tanaman menghasilkan dipupuk berdasarkan hasil analisis daun. Hasil
analisis daun digunakan sebagai dasar pemberian dosis pemupukan untuk satu
tahun. Penempatan pupuk pada TM disesuaikan dengan jenis pupuknya. Pupuk
Urea diaplikasikan dengan cara disebar di piringan. Pupuk yang tidak mudah larut
seperti KCl disebar di sekitar gawangan mati.
Perbaikan jalan sangat perlu dilakukan. Jalan yang masih semi permanen
sangat mudah rusak pada saat musim hujan. Perbaikan dilakukan dengan cara
46
meratakan jalan dengan alat berat Grader. Rotasi perbaikan jalan disesuaikan
dengan kebutuhan.
Panen. Sistem panen kelapa sawit di Kebun PT PAL dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu ancak panen tetap dan giring. Sistem yang digunakan disesuaikan
dengan kebijakan masing-masing mandor panen. Penentuan sistem panen
didasarkan pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja.
Berdasarkan standar perusahaan, rotasi panen setiap 10 - 15 hari. Namun hampir
di semua blok mengalami keterlambatan panen. Meskipun rotasi panen
mengalamai keterlambatan, tidak menutup kemungkinan adanya buah mentah
yang dipanen. Hal ini pada umumnya terjadi jika basis borong masih kurang.
Curah hujan yang tinggi akan sangat mempengaruhi rotasi panen. Pada
kondisi curah hujan tinggi, maka proses pemasakan buah akan semakin cepat.
Namun, jarang terjadi percepatan rotasi panen. Hal ini disebabkan ketersediaan
tenaga kerja panen yang tidak mencukupi. Ketersediaan tenaga kerja menjadi
sangat berpengaruh dalam rotasi panen. Pada saat musim buah, panen dilakukan
dengan sistem borongan. Harga setiap tandan berbeda tergantung dari umur
tanaman. Pada saat musim buah sedang sedikit, sistem panen yang digunakan
adalah sistem harian target.
Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I
Ubi kayu yang telah tiba di pabrik terlebih dahulu dilakukan penimbangan.
Karena timbangan yang tersedia di pabrik hanya satu, maka pada saat panen raya,
sering terjadi antrian panjang. Jika antrian sudah terlalu banyak, biasanya bahan
baku di kirim ke PT SPM II. Ubi yang telah ditimbang di lapak tidak akan
ditimbang lagi di pabrik.
Penimbangan ubi kayu dilakukan dengan cara setiap supir ataupun pemilik
ubi kayu mendaftar ke bagian penimbangan. Setelah mendapat giliran untuk
melakukan penimbangan, angkutan ubi kayu baik puso, truck, trailer, maupun
angkutan panen lainnya masuk ke mesin timbangan, termasuk supir angkutan.
Setelah ditimbang maka setiap angkutan akan diambil 5 kg ubi kayu untuk diuji
kadar acinya. Selanjutnya ubi kayu dikeluarkan ke lapangan penampungan.
47
Angkutan yang telah kosong kemudian ditimbang kembali bersama denga sopir.
Kapasitas timbangan yang digunakan PT SPM I adalah 60 ton.
Ubi kayu yang telah ditimbang kemudian diukur kadar acinya. Setelah
dilakukan pengukuran kadar aci, lalu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan lanjutan dilakukan saat penurunan ubi kayu dari dalam angkutan.
Pemeriksaan dilakukan untuk menentukan besarnya rafaksi. Ubi kayu yang telah
diturunkan dari angkutan siap untuk diolah.
Pengolahan ubi kayu akan segera dilakukan jika bahan baku SPM yang
tersedia tercukupi. Tercukupi dalam arti bahan baku telah mencapai 700 ton.
Pengolahan ubi kayu dimulai dengan pemasukan ubi kayu ke dalam hopper
dengan menggunakan loder. Ubi kayu dalam hopper kemudian diproses di
screwpeller atau molen. Di dalam molen akan terjadi proses pembersihan bahan
baku. Ubi kayu akan tepisah dari pasir, tanah, bonggol, dan benda asing yang
tercampur. Ubi kayu dari molen akan dimasukkan ke dalam bak pencucian.
Kotoran-kotoran dan kulit ari yang masih melekat akan dibersihkan pada proses
pencucian (washer). Proses pencucian berlangsung dalam dua tahap. Limbah
pencucian diproses lagi di dalam molen limbah. Pada molen limbah akan
dipisahkan antara limbah padat dan limbah cairnya. Limbah padat berupa kulit ari
akan dijual yang nantinya digunakan untuk pakan ternak. Sedangkan limbah cair
akan digunakan untuk biogas.
Ubi kayu yang telah dicuci disortir. Pada penyortiran dilakuakan
pembuangan batang kayu maupun benda lain yang terbawa selama pembersihan.
Bonggol ubi kayu yang masih menempel dipisahkan yang nantinya akan dipotong
secara manual. Ubi yang telah bersih dimasukkan ke dalam chopper. Chopper
berfungsi untuk mencacah ubi kayu. Setelah dicacah, bahan baku masuk ke dalam
rasper melalui screwfeeder. Rasper berfungsi untuk menghaluskan ubi kayu
dengan sistem seperti parut. Hasil parutan diekstrak di dalam extractor. Di dalam
extractor parutan ubi kayu dipisahkan antara starch mill dan ampasnya (onggok).
Strarch mill dari extractor kemudian dimasukkan ke dalam separator
untuk membersihkan sisa fiber dan kotoran. Proses ini disebut pemurnian. Starch
mill kemudian dikeringkan. Pengeringan tepung dilakukan dengan dua tahap,
yaitu pengeringan dengan menggunakan centrifuge kemudian dikeringkan lagi
48
dengan menggunakan oven. Centrifuge menghasilkan tapioka basah dengan kadar
air 30 - 35%. Tapioka basah kemudian dikeringkan di oven dengan suhu
180 - 200 oC. Kadar air tapioka yang telah dikeringkan berkisar 12.5 – 13 %.
Kadar air ini akan berpengaruh terhadap warna tepung yang dihasilkan. Semakin
tinggi kadar air tepung maka semakin putih tepung yang dihasilkan. Namun, jika
kadar air terlalu tinggi maka tepung tidak dapat disimpan dalam jangka waktu
yang lama.
Tapioka yang telah kering dimasukkan ke dalam shifter bagging. Shifter
bagging berfungsi untuk menyaring tepung yang telah kering. Saringan yang
terdapat dalam shifter bagging adalah 80 mes. Tepung yang telah disaring
kemudian dikemas. Tapioka yang telah di bagging kemudian disimpan di gudang
untuk selanjutnya dipasarkan.
Diagram alir pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka tertera pada
Gambar 10, sedangkan foto setiap kegiatan dari tiap tahapan pengolahan ubi kayu
menjadi tapioka dapat dilihat pada Lampiran 10.
49
Limbah cair
Rotary
screen
Limbah Padat
Air bersih
Sulfur
Loader
Root Peller
Hoper
Washer
Choper
Rasper
Pulp
Extractor i
Extractor ii
Extractor iv
Extractor v
Extractor
iii
Gambar 10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka PT SPM I
Sparator &
hydrocyloon
Centrifuge
Drayer (oven)
Shiffter bagging
Storage tapioca
starch
Packing
Xilo bagging
50
Aspek Manajerial
Asisten Mandor
Mandor bertugas untuk mengawasi dan memberi pengarahan kepada,
membuat laporan kegiatan di lapangan, membantu mencari tenaga kerja harian,
dan membuat pengajuan upah karyawan harian. Mandor membawahi ketua-ketua
rombongan (mandor-mandor harian).
Penulis menjadi pendamping mandor selama satu bulan. selama satu bulan
penulis membantu mandor mengawasi tenaga kerja harian dan membuat laporan.
Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengawasi persiapan penanaman
ubi kayu, tebang bibit, penanaman, penyemprotan herbisida, pemupukan, dan
panen.
Asisten Kepala Divisi I
Kepala divisi memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan jadwal
tugas dari atasan. Kepala divisi juga bertugas mengawasi dan mengevaluasi kerja
mandor-mandor. Untuk bagian perawatan, kepala divisi bertanggung jawab atas
mandor-mandor harian karena tidak ada mandor perawatan secara khusus.
Penulis mengikuti kegiatan sebagai asisten kepala divisi I selama lima
minggu. Pada divisi I terdapat kebun ubi kayu dan kelapa sawit. Selama menjadi
asisten kepala divisi I, penulis bertugas untuk membantu mandor dan ikut
mengontrol kebun. Mandor yang diawasi selama menjadi kepala wilayah yaitu
mandor perawatan piringan, mandor perawatan gawangan, mandor pupuk, mandor
pembuatan jalan pikul, mandor kastrasi, mandor panen, dan mandor kutip
brondol.
Dari hasil pengamatan, terdapat kegiatan yang memerlukan pengawasan
yang lebih baik. Kegiatan yang perlu pengawasan yang lebih baik seperti kegiatan
perawatan piringan, pemupukan, aplikasi herbisida, dan pemupukan.
Asisten Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan kebun mempunyai tugas pokok melakukan
pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima
kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang
51
berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanya sehingga dana
yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangan kebun
mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan
pemanenan.
Penulis menjadi asisten pengawas lapangan selama kurang lebih selama
empat minggu (24 hari). Selama menjadi asisten pengawas punulis terlebih dahulu
mengikuti penjelasan kegiatan kemitraan, wawancara dengan petani, memeriksa
kondisis kebun mitra, kunjungan ke rumah petani mitra, memeriksa kondisi lapak
bersama pengawas lapang, mengikuti pendaftaran anggota mitra baru,
mengembalikan sertifikat, dan memberikan penjelasan-penjelasan budidaya ubi
kayu bagi petani mitra.
Quality Control (QC) SPM I
Quality control memiliki fungsi pokok menjalankan pengawasan terhadap
mutu produk agar dapat memenuhi syarat-syarat mutu yang diinginkan oleh
pelanggan. Selain itu, QC juga bertanggung jawab atas kebersihan laboratorium.
Penulis mengikuti menjadi QC selama dua minggu. Pada awal menjadi
QC , penulis mengikuti orientasi pabrik selama satu hari. Selama menjadi QC,
penulis bertugas untuk mengukur pH sagu, mengukur residu tepung, membuat
gumpalan dan perebusan sagu, mengukur losses sagu, pengacaan tepung,
mengukur bume, memeriksa tingkat kekasaran dan kehalusan tepung, mengukur
kadar air tepung membuat analisis untuk pengiriman sagu, belajar menentukan
great sagu, dan membuat laporan harian. Laporan harian berupa hasil analisis
selama satu hari. Apabila terjadi pengembalian sagu dari konsumen, maka QC
yang memeriksa dan membuat analisi harus bertanggung jawab.
Pengukuran pH dilakukan dengan cara, tepung diambil dari setiap
kemasan yang belum diberi label. Setiap sampel diambil sebanyak 20 gr tepung.
Tepung tersebut kemudian dicampur dengan air sebanyak 80 ml. air dan tepung
dicampur sampai rata. Setelah itu, campuran air dan tepung diukur pH dengan
menggunakan pH meter. Standar pH yang digunakan adalah pH 20%.
Pengukuran residu dilakukan dengan cara, tepung diambil dari setiap
kemasan, lalu ditimbang sebanyak 100 gr. Tepung kemudian dicampur dengan air
52
sebanyak 1000 ml, tepung yang telah dicampur dengan air disaring dengan
menggunakan saringan 60 mess. Benda asing ataupun tepung kasar yang
tertinggal dalam saringan disebut residu. Residu tersebut kemudian dipindahkan
ke dalam kertas HVS yang telah ditimbang terlebih dahulu (bobot awal) . Kertas
yang berisi residu kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selam 20
menit dengan suhu 1150C. Setelah 20 menit residu ditimbang (bobot akhir)
dimana bobot residu = bobot akhir- bobot awal.
Penggumpalan tepung dilakukan untuk mengetahui warna tepung jika
digunakan sebagai bahan makanan. Penggumpalan tepung dilakukan dengan cara
tepung dimasukkan ke dalam panci masak kemudian dipanaskan sambil
menambahan air secara berlahan. Tepung dan air dicampur sampai membentuk
gumpalan. Banyaknya tepung ± 20 gr, dan tidak semua tepung akan membentuk
gumpalan, karena lingkaran yang dibentuk tidak lebih dari ukuran koin Rp 100.
Pemasakan tepung juga dilakukan untuk mengetahui warna tepung. Warna
hasil pemasakan biasanya akan digunakan sebagai acuan penggunaan tepung
sebagai bahan perekat. Pemasakan tepung dilakukan dengan mengambil tepung
dari setiap kemasan yang belum dilberi label. Sebanyak 50 gr tepung dicampur
dengan 100 ml air kemudian dicampur. Air yang sudah dicampur dengan tepung
kemudian dimasukkan ke dalam 160 ml air mendidih sambil diaduk sampai
menggumpal. Air yang digunakan adalah air biasa. Setelah menggumpal lalu
dimasukkan ke dalam plastik.
Pengacaan tepung dilakukan pada saat bagging. Pada setiap kemasan
diambil sampel kemudian dilakukan pengacaan. Tepung diletakkan di atas kaca
transparan dimana di dalam kotak tersebut terdapat lampu 200 Watt. Tepung
kemudian diratakan setipis mungkin kemudian lampu dinyalakan. Setiap
pengacaan cukup menggunakan satu sedok teh tepung. Pada pengacaan, maka
pemula tidak dapat menentukan great tepung, karena pada saat awal pengacaan,
pada umumnya akan melihat tepung berwarna putih bersih. Untuk itu perlu
dilakukan latihan pengacaan agar hasil pengacaan lebih akurat.
Pengukuran kekentalan aci (Bume) bertujuan untuk mengetahui tingkat
kekentalan aci. Pengukuran kekentalan dilakukan pada tanky final, separator dan
extractor. Tingkat kekentalan untuk tanky final sebaiknya 22 Bume, untuk
53
separator 5 Bume, dan untuk separator 22 Bume. Jika tingkat kekentalan pada
setiap unit terlalu besar, maka nozel extractor akan buntu dan jika terlalu kecil
maka aci yang terkandung akan sedikit. Alat yang digunakan untuk mengukur
kekentalan adalah viscometer.
Pemeriksaan tingkat kekasaran dan kehalusan tepung juga perlu dilakukan.
Pada setiap kemasan tepung harus diraba. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
tujuan agar tepung yang dihasilkan benar-benar halus dan seragam. Pengecekan
harus secara terus menerus karena saringan pada bagging sering rusak.
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan infraret moisture.
Pada setiap kemasan diambil 5 gr tepung lalu dimasukkan ke dalam infraret
moisture. Tepung dibiarkan di dalam infraret moisture selama 10 menit. Kadar
air tepung tapioka yang baik adalah 12 % sampai 13 %. Jika kadar air tepung
lebih dari 13 %, maka tepung akan diolah kembali karena dengan kadar air yang
lebih dari 13 % memiliki daya simpan kurang dari 1 tahun. Jika kadar air tepung
kurang dari 12 % maka akan mempengaruhi warna tepung, dimana warna tepung
akan menjadi lebih hitam dan lebih merah sehingga tidak baik untuk bahan
makanan maupun bahan perekat. Selain denngan menggunakan infraret moisture,
pemeriksaan kadar air juga dilakukan dengan cara diraba. Bila terasa lembab,
maka tepung tidak perlu diukur kadar airnya tetapi langsung diolah kembali.
Perabaan kadar tepung harus dilakukan sesering mungkin agar keakuratan tangan
lebih terjamin.
Setiap pengiriman bahan baku akan dilampirkan hasil analisis bahan baku.
Hasil analisis digunakan sebagai bukti bahwa tepung tapioka yang diproduksi
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
PEMBAHASAN
Panen
Kriteria Panen
Berdasarkan umur panen tanaman, varietas ubi kayu dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu umur genjah, sedang, dan dalam yang masing-masing dipanen
pada fase kadar pati optimal, mulai umur 7 - 9 bulan (Tonglum at al., 2001).
Varietas berumur genjah, dipanen pada umur 7 - 9 bulan, varietas berumur sedang
pada umur 8 - 11 bulan, dan varietas berumur dalam pada umur 10 - 12 bulan
(Wargiono et al., 2006).
Ubi kayu yang di tanam di PT PAL dan petani mitra adalah UJ-5
(Kasetsart). Ubi kayu UJ-5 sebaiknya dipanen setelah berumur 9 - 10 bulan
(Hafsah, 2003). Pada umur 9 - 10 bulan, kandungan pati yang terkandung dalam
umbi ubi kayu sudah maksimal, yaitu antara 19 - 30% (Balitkabi, 2003). Umur
panen dan produktivitas ubi kayu PT PAL pada tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu PT PAL
Blok Waktu tanam Waktu panen Umur panen (bulan) Produktivitas
A20 November 2009 Februari 2011 15 30.01
A4 November 2009 Februari 2011 15 20.59
Rata-rata
25.30
B13 Desember 2009 April 2011 16 20.24
B14 Desember 2009 April 2011 16 22.90
B15 Desember 2009 April 2011 16 18.79
B16 Desember 2009 April 2011 16 18.30
B17 Desember 2009 April 2011 16 23.22
Rata-rata
20.69
B9 November 2009 April 2011 17 14.75
Rata-rata
14.75
B1 November 2009 Mei 2011 18 19.54
B2 November 2009 Mei 2011 18 23.85
B3 November 2009 Mei 2011 18 29.29
Rata-rata
24.23
Rata-rata total
22.27 Sumber: Data Primer
55
Ubi kayu PT PAL dipanen lebih dari 12 bulan. Perbedaan umur panen
sendiri disebabkan oleh sulitnya mendapatkan tenaga kerja panen, curah hujan
yang tinggi, terbatasnya angkutan panen, dan kendala dalam pembagian tugas
antara kebun ubi kayu dengan kelapa sawit.
Penundaan umur panen sampai pada 18 bulan dapat meningkatkan hasil
ubi segar (Tonglum at al., 2011). Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivias
ubi kayu ubi kayu dipanen pada umur 15 bulan lebih tinggi dibanding dengan ubi
kayu yang dipanen dengan umur 16, 17, dan 18 bulan, sedangkan berdasarkan
pengamatan berdasarkan bobot pertanaman diperoleh bahwa penundaan panen ubi
kayu di PT PAL tidak berbeda nyata terhadap bobot ubi kayu yang dipanen pada
umur panen 16 dan 18 bulan (Tabel 5). Hal ini disebabkan berbagai faktor seperti,
ubi kayu setelah umur 9 bulan tidak dipelihara lagi, sehingga ubi kayu bersaing
dengan gulma, umbi busuk, dan adanya area yang tergenang air.
Tabel 5. Rata-rata Bobot Ubi Kayu pada Umur Panen 16 dan 18 Bulan
Umur panen Blok Jumlah tanaman sampel Rata-rata bobot/tanaman
16 B2, B3 30 3.425a
18 B14, B15 30 3.055a
Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunujukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %.
Kadar pati ubi kayu tidak menurun meski panen ditunda beberapa bulan
setelah fase kadar pati optimal, bahkan hasil pati meningkat karena bobot ubi
cenderung meningkat dengan bertambahnya umur tanaman (Wargiono et al.,
2006). Namun, penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim
basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering karena pertumbuhan tanaman
pada pertanaman April - Mei akan terhambat dan hasilnya rendah jika terjadi
cekaman kekeringan atau curah hujan <25 mm/10 hari selama tiga bulan pertama
(Wargiono, 2001). Hasil ubi kayu pada umur panen berbeda dari tanaman yang
ditanam pada awal musim hujan tidak mengalami kekeringan sampai 6 bulan dan
hasilnya tinggi (Tabel 6).
56
Tabel 6. Hasil Ubi Segar dan Pati Ubi Kayu pada Umur Panen Berbeda
Umur panen
(bulan)
Hasil ubi segar
(ton/ha)
Hasil pati (ton/ha) Rendemen aci
(%)
8 16.19 2.31 14.27
10 23.06 4.81 20.86
12 31.31 5.94 18.97
14 37.56 7.38 19.64
16 41.50 8.69 20.94
18 42.25 9.19 21.75 Sumber: Tonglum et al. 2001.
Kadar aci ubi kayu PT PAL yang di panen pada umur 15 - 18 bulan adalah
24 %. Ubi kayu varietas Kasetsart sendiri jika dipanen pada umur panen yang
tepat (9 - 11 bulan) menghasilkan kadar aci 19 – 30 % (Hafsah, 2003). Karena
kadar aci ubi kayu PT PAL hanya diukur saat ubi kayu yang ditanam diganti,
sehingga perbedaan kadar aci pada umur panen yang berbeda tidak dapat
dianalisis.
Pemanenan ubi kayu yang tepat akan menghasilkan tapioka dengan
kualitas yang baik dan dengan rendemen yang tinggi. Waktu panen yang terlalu
cepat akan merugikan karena kandungan kadar pati ubi kayu masih rendah
menyebabkan kulalitas ubi kayu menjadi kurang baik (Asnawi, 2003). Hal
tersebut biasanya terjadi pada saat kebutuhan mendesak (hari raya, anak-anak
masuk sekolah) sehingga petani terpaksa menjual ubi kayu sebelum masa panen.
Keadaan seperti ini sering terjadi terutama di desa yang belum mengembangkan
industri tapioka rakyat (ITTARA). Ketidakjelasan mengenai saat panen yang tepat
menyebabkan petani memanen ubi kayu atas dasar kebutuhan (Nurdjanah, 2003).
Ubi kayu yang dipanen pada kebun petani mitra biasanya berumur
9 - 12 bulan (Tabel 7). Pada kondisi tertentu, pemanenan sering ditunda.
Penundaan umur panen menjadi lebih lama biasanya disebabkan karena faktor
cuaca dan harga. Pada saat curah hujan tinggi akan menyebabkan jalan menjadi
rusak sehingga waktu panen harus ditunda. Sebaliknya jika curah hujan terlalu
rendah dapat menyebabkan tanah menjadi sangat keras, sehingga menyulitkan
pemanenan. Jika harga jual rendah, beberapa petani biasanya akan menunda
pemanenan sampai dengan harga jual kembali tinggi.
57
Pemanenan ubi kayu sering juga dilakukan petani mitra sebelum pada
umur panen yang seharusnya walaupun petani memahami umur panen ubi kayu
yang tepat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan yang mendesak. Panen pada umur
muda biasanya terjadi sebelum lebaran dan awal semester. Pemanenan pada umur
muda akan berpengaruh pada besarnya potongan di pabrik. Namun, hal ini tidak
menjadi pertimbangan bagi petani jika kebutuhan sudah sangat mendesak. Faktor
harga dan menghindari gagal panen juga menjadi faktor panen sebelum waktunya.
Hasil pengamatan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa, 20 % petani yang
melakukan panen lebih awal yaitu 7 bulan, sedangkan petani yang lain melakukan
panen sesuai dengan kriteria panen UJ-5. Dari hasil panen yang diperoleh, ubi
kayu yang dipanen pada umur 12 bulan memiliki produktivitas yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan ubi kayu yang dipanen pada umur 7, 8, 9, 10, dan
11 bulan.
Tabel 7. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu Petani Mitra
Sumber: Data Primer
Perbedaan hasil panen pada petani mitra disebakan oleh berbagai faktor,
seperti teknik budidaya, jarak tanam dan kesuburan tanah. Perbedaan teknik
No Lokasi Umur panen (bulan) Produktivitas (ton/ha)
1 Bandar Jaya 7 25
2 Mataram Jaya 7 20
3 Bandar Sakti 7 30
Rata-rata 25
4 Bandar Mataram 8 18
5 SP3D 8 22
Rata-rata 20
6 Metro Kibang 9 25
7 Bandar Rejo 9 25
8 Bandar Mataram 9 25
9 Rojo Mulio 9 25
10 Menggala 9 23
Rata-rata 24.6
11 OKI 10 20
12 Gedung Boga 10 15
Rata-rata
17.5
13 SPUA 11 20
14 SP5A 11 18
Rata-rata
19
15 Palembang 12 35
Rata- rata
35
Rata- rata total
23.73
58
budidaya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Jarak tanam akan
memepengaruhi populasi tanaman dalam luasan tertentu. Pada umunya petani
mitra menanam ubi kayu lebih rapat dibanding dengan PT PAL sedangkan jarak
tanam yang digunakan PT PAL sendiri sudah terlalu rapat. Seperti ubi kayu petani
mitra yang berada di Palembang, lokasi penanaman ubi kayu merupakan bukaan
hutan sehingga tanahnya masih subur.
Persiapan Panen
Persiapan panen ubi kayu di PT PAL berupa persiapan penyediaan tenaga
kerja dan angkuatan. Sebelum panen, mandor harus memastikan ada atau tidaknya
tenaga kerja panen begitu pula dengan angkutan panen.
Persiapan panen untuk petani mitra berupa persiapan area panen.
Persiapan area panen yang dimaksud adalah berupa penyemprotan gulma di
gawangan (sekitar tanaman) dengan mengunakan herbisida agar ubi yang telah
dicabut terlihat dan mempermudah pencabutan ubi kayu. Petani mitra pada
umumnya menggunakan herbisida Round up dan Clean up dengan dosis 4 l/ha.
Selain persiapan area panen, persiapan penyediaan tenaga kerja pemanen
merupakan hal penting. Banyaknya Perusahaan di lingkungan sekitar petani mitra
menyebabkan petani mitra kesulitan dalam mempersiapkan tenaga kerja panen
meskipun upah yang diberikan oleh petani mitra lebih besar dibanding di
perusahaan-perusahaan. Upah panen bajak yang diberikan oleh PT PAL adalah
Rp. 40 000/ton sedangkan upah yang diberikan petani kepada buruh adalah
Rp. 45 000 – Rp. 85 000/ton. Persiapan angkutan juga sangat sulit, karena petani
ubi kayu banyak dan sering panen pada waktu yang bersamaan.
Peralatan Panen
Alat-alat panen yang biasa digunakan di kebun inti PT PAL adalah bajak
panen, parang, karung, angkutan (truck, trailler, dum truck), dan batu asah. Pisau
digunakan untuk memisahkan umbi dari batang, karung digunakan untuk
memasukkan ubi kayu ke dalam truck untuk mempermudah pengangkutan.
Parang dan karung biasanya disediakan sendiri pemanen, tetapi karung berasal
dari PT PAL dengan syarat tidak untuk dibawa pulang. Alat angkut panen seperti
truck, trailler, dan dum truck yang digunakan adalah milik PT PAL.
59
Bajak panen telah digunakan PT PAL sejak panen ubi kayu pada tahun
pertama didirikannya perusahaan. Penggunaan bajak panen bertujuan untuk
mempercepat pemanenan. Selain mempercepat proses panen, bajak panen juga
berfungsi mempermudah panen. Ubi kayu yang dipanen tua biasanya sulit untuk
dicabut, maka dengan adanya bajak pemanenan dapat dilakukan dengan mudah.
Kelemahan dari bajak panen adalah ubi kayu banyak yang terpotang. Ubi kayu
yang terpotong akan cepat membusuk jika tidak segera diolah. Jika panen
menggunakan bajak hendaknya diikuti dengan ketersediaan tenaga kerja yang
memadai.
Penggunaan bajak panen saat ini kurang optimal, karena ketersediaan
tenaga kerja yang terbatas. Bajak panen tidak digunakan setiap hari pada setiap
pemanenan (Tabel 8). Bajak panen dalam 1 HKM dapat membajak area seluas
3 ha.
Tabel 8. Ketersediaan Angkutan dan Alat Panen PT PAL
No Tanggal Angkutan (unit) Alat panen (unit)
1 6 April 2011 - 1 bajak
2 7 April 2011 - 1 bajak
3 9 April 2011 1 trailler 1 bajak
4 11 April 2011 1 trailler 1 bajak
5 12 April 2011 1 trailler 1 bajak
6 13 April 2011 - 1 bajak
7 14 April 2011 2 trailler 1 bajak
8 15 April 2011 1 trailler 1 bajak
9 16 April 2011 1 trailler 1 bajak
10 11 Mei 2011 - 1 bajak
11 12 mei 2011 1 trailler 1 bajak
12 13 Mei 2011 2 trailler 1 bajak
13 14 Mei 2011 2 trailler 1 bajak
14 15 Mei 2011 1 trailler 1 bajak
15 16 Mei 2011 1 trailler 1 bajak
16 17 Mei 2011 1 trailler 1 bajak
17 18 Mei 2011 2 trailler 1 bajak
18 19 Mei 2011 1 trailler 1 bajak Sumber: Data Primer
Alat Panen yang biasa digunakan di kebun mitra adalah parang, karung,
batu asah, gancu, angkutan (truck), dan cangkul. Cangkul digunakan untuk
mengambil ubi kayu yang tidak dapat dicabut dengan tangan karena umbi besar.
Sebagian petani menggunakan gancu untuk mengeluarkan umbi dari yang
60
tertinggal. Gancu pada umunya digunakan pada saat musim kemarau karena
kondisi tanah yang sangat keras sehingga tidak memungkinkan menggunakan
cangkul. Cangkul, gancu dan parang berasal dari pekerja, sedangkan karung
berasal dari petani mitra. Transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil
panen petani mitra adalah sewaan dan milik sendiri.
Panen di petani mitra tidak menggunakan bajak. Hal ini disebabkan
beberapa faktor, diantaranya petani mitra tidak memiliki bajak panen, tidak
tersedianya jasa sewa bajak panen, ketersediaan tenaga kerja tidak terjamin.
Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen
Tenaga kerja panen ubi kayu PT PAL pada umumnya bekerja juga di area
sawit. Tenaga kerja yang terbatas menyebabkan pemanenan ubi kayu sering
terlambat. Pada saat ini, tenaga kerja yang digunakan untuk melaksanakan panen
ubi kayu adalah tenaga kerja yang sudah biasa bekerja di area ubi kayu. Tenaga
kerja panen tidak hanya pria tetapi juga wanita. Beberapa tenaga kerja dibentuk
dalam satu rombongan yang dipimpin oleh seorang mandor harian. Jumlah tenaga
kerja dan jumlah rombongan pemanen setiap hari tidak tetap (Tabel 9). Tenaga
kerja panen Wanita di PT PAL lebih banyak dibanding dengan laki-laki. Tenaga
kerja laki-laki dan perempuan bercampur dalam satu rombongan sehingga tidak
dapat dibandingkan hasil panen antara pemanen lai-laki dengan hasil panen
perempuan. Demikian juga dengan perbedaan usia pemanen, karena hasil panen
berdasarkan rombongan sehingga tidak dapat dibandingkan antara tenaga kerja
pemanen usia muda dengan tenaga kerja panen usia tua.
Jumlah rombongan pemanen berkisar 1 - 3 rombongan. Rata-rata tenaga
kerja panen yang digunakan PT PAL adalah 17 orang pemanen. Jika dilihat
berdasarkan kemampuan bajak panen dan tenaga kerja panen di lapangan, maka
17 orang tenaga kerja panen terlalu sedikit. Satu unit bajak hendaknya diikuti
dengan 73 pemanen. Kebutuhan tenaga kerja untuk satu unit mesin bajak dapat
dihitung sebagai berikut:
= 72,5 =73 orang
Jika dilihat berdasarkan standar perusahaan, 1 HK = 2 ton
61
Maka: kebutuhan tenaga kerja = = 35 orang
Tabel 9. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu PT PAL
No
Tanggal
Laki-laki
(orang)
Wanita
(orang)
∑ Tenaga
kerja
(orang)
∑
Rombo
ngan
Hasil
panen
(kg)
Rata-rata
(kg/orang/
hari)
1 9 April 9 13 22 3 14 500 659.09
2 11 April 3 1 4 1 7 180 1795.00
3 12 April 4 9 13 2 11 420 878.46
4 13 April 3 1 4 1 6 300 1575.00
5 14 April 4 10 14 2 13 580 970.00
6 15 April 3 4 7 1 5 900 842.86
7 16 April 1 9 10 1 6 970 697.00
8 12 Mei 6 9 15 2 2 560 170.67
9 13 Mei 11 13 24 2 19 790 824.58
10 14 Mei 11 12 23 2 16 620 722.61
11 15 Mei 8 4 11 1 16 330 1484.55
12 16 Mei 13 9 22 2 23 410 1064.09
13 17 Mei 10 11 21 2 17 730 844.29
14 18 Mei 8 8 16 2 20 970 1310.63
15 19 Mei 10 10 20 2 18 050 902.50
Rata-rata 6.93 8.20 15.07 1.73 921.33 Sumber: Data Primer
Kemampuan tenaga kerja dalam pemanenan ubi kayu rata-rata untuk
panen bajak di kebun PT PAL adalah 921.33 kg/orang/hari. Hasil ini jauh dari
standar perusahaan. Rata-rata kapasitas panen dapat mencapai 2 – 2,5 ton/HK
untuk wanita dan 2,5 – 3 ton/HK untuk tenaga kerja pria. Jika hasil yang diperoleh
hanya 921.33 kg/orang/hari, maka upah yang diperoleh untuk pemanen adalah Rp.
32 246. Sedangkan untuk mencapai 1 HK, maka hasil minimal yang harus
dipanen BHL adalah 978 kg/orang. Tidak tercapainya target panen disebabkan
berbagai faktor, dan faktor transportasi (angkutan panen) menjadi salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi pemanenan.
Transportasi panen yang terbatas, mengakibatkan setiap rombongan harus
saling menunggu. Karena jumlah pemanen tidak sama setiap hari untuk setiap
rombongan, pemanen enggan untuk memanen untuk diangkut keesokan harinya.
Hal ini disebabkan untuk mempermudah pembagian upah. Jika anggota dalam
satu group banyak, angkutan yang tersedia sedikit dan rombongan pemanen
banyak, maka rombongan yang memiliki anggota sedikit akan memperoleh hasil
62
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan rombongan yang memiliki anggota
banyak. Hal ini berhubungan dengan kapasitas angkutan. Curah hujan yang terlalu
tinggi sangat menggagu proses pemanen. Tidak hanya mengakibatkan umbi
tertimbun, tetapi juga memperlambat pemanenan. Tanah menjadi berlumpur
sehingga pemanen susah untuk berjalan di area.
Pengaruh usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja pada pemanenan tidak
dapat dianalisis karena hasil panen dimasukkan pada satu rombongan. Pembagian
hasil dilakukan secara merata. Hal ini dapat mengakibatkan sebagian BHL tidak
bekerja maksimal. Maka dalam hal ini, ketegasan dari ketua rombongan dan
pengawasan yang baik dari mandor sangat diperlukan.
Tenaga kerja di petani mitra adalah pria. Jumlah tenaga kerja di petani
mitra cenderung lebih sedikit dibanding dengan PT PAL. Satu rombongan
berkisar antara enam sampai sepuluh orang (Tabel 10). Rata-rata jumlah tenaga
kerja pemanen pada petani mitra adalah 7 orang. Pemanen juga hanya satu
rombongan pada satu lokasi pemanen.
Tabel 10. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu
Petani Mitra
Sumber: Data Primer
No
Lokasi
∑ Tenaga
kerja (orang)
Rombong
an
Kapasitas
panen (kg)
Rata-rata
(kg/orang/hari)
1 Gedung Boga 6 1 5 000 659.09
2 SP3D 6 1 10 000 1795.00
3 SPUA 6 1 7 000 878.46
4 Rojo Mulio 7 1 10 000 1575.00
5 SP5A 6 1 5 500 970.00
6 Bandar jaya 8 1 16 000 842.86
7 Mataram Jaya 8 1 8 000 697.00
8 Metro Kibang 10 1 15 000 170.67
9 Bandar Rejo 8 1 15 000 824.58
10 Bandar Sakti 8 1 20 000 722.61
11 Bandar Mataram 8 1 7 000 1484.55
12 Bandar Mataram 6 1 7 000 1064.09
13 OKI 6 1 10 000 844.29
14 Palembang 6 1 7 000 1310.63
15 Menggala 6 1 8 000 902.50
Rata-rata 7 1 10 500 1 406 35
63
Organisasi dan Administrasi Penen
Seorang mandor panen ubi kayu membawahi mandor harian. Jumlah
mandor harian disesuaikan dengan jumlah rombongan. Mandor harian bertugas
dalam mengawasi anggotanya (BHL). Jumlah anggota pada satu rombongan
tergantunng pada ketua rombongan. Ketua rombongan bersifat tetap. Ketua
rombongan dipilih sendiri oleh anggotanya. Ketua rombongan juga bertugas
dalam membantu mandor dalam membuat laporan harian. Laporan harian berisi
jumlah tenaga kerja yang hadir setiap hari.
Mandor panen bertugas dalam mengawasi BHL dan juga ketua
rombongan. Upah BHL panen juga ditentukan oleh mandor. Upah BHL dan
banyaknya ubi kayu yang dipanen akan ditulis di debet order (DO). Debet order
akan diserahkan kepada supir angkutan panen untuk digunakan di pabrik. Pihak
pabrik akan mengisi bobot umbi yang dipanen berdasarkan hasil timbangan. DO
tersebut akan diambil oleh admin PT PAL. DO akan digunakan pada saat
pembayaran upah BHL. Contoh DO tertera pada Lampiran 11.
Laporan harian yang telah dibuat oleh mandor harian diserahkan kepada
mandor panen. Mandor panen harus memeriksa laporan tersebut saat di lapangan
agar tidak terjadi kecurangan. Laporan harian tersebut kemudian diserahkan
kepada kepala divisi yang nantinya akan diserahkan kepada bagian administrasi
dan keuangan.
Pelaksanaan Panen
Pemanen di PT PAL dimulai dengan kegiatan pembajakan (Gambar 11a).
Operator yang bertugas untuk bajak panen biasanya membajak area sehari
sebelum dilakukan pengumpulan dan pengangkutan. Operator panen merupakan
karyawan tetap dari PT PAL. Jika tidak ada gangguan, tenaga kerja tersedia,
maka pembajakan area panen dilakukan setiap hari.
Tenaga kerja pemanen tiba di lapangan pada pukul 07.00 WIB dan
kegiatan panen langsung dimulai. Kegiatan panen dipimpin oleh ketua rombongan
dan diawasi oleh mandor. Beberapa tenaga kerja pemanen mengumpulkan
beberapa baris ubi kayu hasil bajakan pada satu jalur yang berupa tumpukan-
tumpukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pada saat pengangkutan.
64
Beberapa tenaga kerja yang lainnya bertugas melakukan penyecekan (kegiatan
memisahkan umbi dari bonggol seperti terlihat pada Gambar 11b).
Penyecekan hendaknya dilakukan dengan benar, dimana bagian pangkal
umbi sebaiknya jangan tertinggal di bonggol. Hal ini disebabkan bagian pangkal
ubi kayu memiliki kadar pati yang lebih tinggi dibanding bagian tengah maupun
dibanding dengan bagian ujung umbi (Nurdjanah, 2007). Setelah ubi kayu yang
dikumpulkan banyak, ubi kayu dimasukkan ke dalam truck/trailer/dum truck.
Pada pengangkutan, semua pekerja turut serta, agar mempercepat pengangkutan
agar angkutan dapat segera digilir ke rombongan lainnya.
Gambar 11. Pelaksanaan Panen di PT PAL (a. Bajak Panen; b. Penyecekan)
Panen ubi kayu di kebun PT PAL pada saat ini kurang terlaksana dengan
baik. Pada saat pelaksanaan panen, ubi kayu yang telah dibajak tidak langsung
dikumpulkan, demikian juga ubi yang telah dikumpulkan tidak langsung diangkut
ke pabrik (Tabel 11). Hal ini akan sangat merugikan perusahaan. Penundaan
pengangkutan juga mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan hasil (losses).
Pemanenan tanpa langsung diangkut akan mengakibatkan ubi kayu kepoyongan.
Kepoyongan dapat mengakibatkan penurunan kadar aci. Setelah dipanen, proses
metabolisme masih terjadi dalam umbi ubi kayu sehingga perombakan
karbohidrat/pati menjadi senyawa gula tetap berlangsung. Kepoyongan dapat
menyebabkan rendemen pati ubi kayu mengalami penurunan 11 - 38 %
(Soeharmadani, 1990). Dengan menurunnya kadar aci maka potongan di pabrik
akan semakin besar.
a b
65
Tabel 11. Pelaksanaan Panen Ubi Kayu PT PAL
No Waktu pelaksanaan
Pembajakan Pengumpulan dan perajangan Pengangkutan
1 6 April 2011 7 April 2011 9 April 2011
2 7 April 2011 9 April 2011 9 April 2011
3 9 April 2011 9 April 2011 9 April 2011
- 11 April 2011 11 April 2011
- 12 April 2011 12 April 2011
4 11 April 2011 11 April 2011 11 April 2011
- 12 April 2011 12, 16 April 2011
- 13 April 2011 14 April 2011
- 14 April 2011 16 April 2011
5 12 April 2011 12 April 2011 12 April 2011
- 13 April 2011 14 April 2011
- 14 April 2011 14 April 2011
- 15 April 2011 15 April 2011
6 13 April 2011 14 April 2011 14 April 2011
7 14 April 2011 15 April 2011 15 April 2011
8 15 April 2011 15 April 2011 15 April 2011
- 16 April 2011 16 April 2011
9 11 Mei 2011 12 Mei 2011 12 Mei 2011
- 13 Mei 2011 13 Mei 2011
10 12 Mei 2011 13 Mei 2011 13 Mei 2011
- 14 Mei 2011 14 Mei 2011
11 13 Mei 2011 14 Mei 2011 14 Mei 2011
12 14 Mei 2011 14 Mei 2011 14 Mei 2011
- 15 Mei 2011 15 Mei 2011
- 16 Mei 2011 16 Mei 2011
13 16 Mei 2011 16 Mei 2011 16 Mei 2011
- 17 Mei 2011 17 Mei 2011
14 17 Mei 2011 17 Mei 2011 17 Mei 2011
- 18 Mei 2011 18 Mei 2011
15 18 Mei 2011 19 Mei 2011 19, 20 Mei 2011
16 19 Mei 2011 19 Mei 2011 19, 20 Mei 2011 Sumber: Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan panen pada bulan Mei lebih
baik dibanding dengan pelaksanaan panen pada bulan April. Ubi kayu yang
dipanen pada bulan April sering tidak langsung dikumpulkan maupun diangkut.
Ubi kayu yang dipanen pada bulan April ada yang diangkut 5 hari setelah bajak
panen. Ubi kayu yang terlalu lama di lapangan akan mengalami pembusukan
(Gambar 12). Ubi kayu sendiri mudah rusak dan akan membusuk dalam 2 - 5 hari
(Barrett dan Damardjati, 1984).
66
Gambar 12. Perubahan Warna Ubi Kayu UJ-5 (a. 1 HSP; b. 2 HSP; c. 3 HSP;
d. 4 HSP; e. 5 HSP)
a b
c d
e
67
Ubi kayu yang telah dibajak namun tidak langsung diangkut seperti pada
bulan April disebabkan oleh berbagai faktor seperti:
1. Terbatasnya angkutan panen; dimana angkutan panen sedang digunakan
untuk mengangkut sawit.
2. Hujan; karena pengangkutan ubi kayu dilakukan dengan memasukkan
angkutan panen sampai ke dalam area, maka pada saat hujan angkutan
sangat sulit berjalan di area.
3. Lama pemasukan ke dalam angkutan panen; karena waktu yang
dibutuhkan untuk memasukkan ubi kayu lebih lama bila dibandingkan
dengan memasukkan sawit ke dalam angkutan mengakibatkan supir
angkutan kurang berkenan mengangkut ubi kayu.
Pemanen di petani mitra dilakukan dengan cara dicabut. Tenaga kerja
mencabut ubi kayu dan langsung meletakkannya pada satu tumpukan yang berada
pada satu baris. Beberapa baris hasil cabutan dikumpulkan pada satu baris. Ubi
kayu yang tidah dapat dicabut karena terlalu besar langsung dicangkul. Setelah
dicabut dan dikumpulkan, seluruh pekerja melakukan pemisahan ubi kayu dari
batangnya dengan cara dipotong, kemudian ubi kayu langsung dimasukkan
kedalam truck.
Pemeriksaan Kualitas Panen
Pemeriksaan kualitas panen bertujuan untuk menjaga agar kegiatan panen
berlangsung dengan baik. Pengawasan panen juga bertujuan agar tidak terjadi
kecurangan saat panen (mencegah BHL membawa ubi kayu untuk kebutuhan
rumah ataupun untuk dijual). Pengawasan dilakukan selama panen yang dilakukan
oleh mandor. Luasan ubi kayu PT PAL yang tinggal 100 ha mengakibatkan
mandor ubi kayu juga harus bertugas untuk mandor sawit, sehingga terkadang
area pemanenan tidak diawasi satu hari penuh.
Adapun hal yang menjadi perhatian dalam pengawasan dan pemeriksaan
kualitas panen ubi kayu di PT PAL adalah:
1. Ubi kayu yang tertinggal di area. Biaya leles yang lebih tinggi
dibandingkan biaya panen menyebabkan pekerja sering dengan sengaja
meninggalkan ubi
68
kayu di area agar hasil lelesan nantinya menjadi banyak.
2. Bonggol ubi kayu dan tanah. BHL sering memasukkan bonggol dan tanah
ke dalam truck dengan tujuan agar hasil panen banyak, dengan adanya
bonggol dan tanah maka potongan dari pabrik akan besar.
3. Proses kerja. Sarana transportasi yang terbatas dan pemanenan dengan
sistem rombongan menyebabkan perlu pengawasan kerja agar rombongan
lain tidak terlalu lama mengantri angkutan.
Pengawasan di kebun petani mitra tidak sama dengan pengawasan di PT
PAL Sistem kerja di kebun petani lebih bersifat kekeluargaan. Hal ini
mengakibatkan ubi kayu hasil panen beberapa petani mitra memiliki kualitas yang
lebih rendah (banyak bonggol dan tanah).
Permasalahan- permasalahan baik di petani mitra dan di kebun PT PAL
perlu diatasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperketat
pengawasan dan memberi peringatan kepada pemanen yang melakukan
kecurangan.
Sistem Panen
Sistem panen yang digunakan PT PAL dan petani mitra adalah sistem
tonase. Kelebihan dari sistem ini adalah pemanen akan berusaha memanen
sebanyak mungkin dan dapat mengurangi biaya panen. Jika dilakukan sistem
harian, pemanen cenderung untuk bermalas-malasan sehingga hasil panen lebih
sedikit. Kelemahan dari sistem ini adalah banyak ubi kayu yang tertinggal di area,
pada kodisi kemarau atau saat terlalu banyak hujan tonase sering tidak tercapai
sehingga upah tidak mencapai 1 HK (Rp. 34 200). Hal ini akan merugikan
pekerja. Hasil panen dari setiap rombongan pada sistem tonase akan dipisah
antara satu rombongan dengan rombongan lainnya sehingga ketika pemanenan
dalam satu area dilakukan oleh beberapa rombongan maka dibutuhkan
transportasi panen sesuai dengan jumlah rombongan. Hal ini sangat menyulitkan
PT PAL, mengingat transportasi tidak hanya digunakan untuk kebun ubi kayu
saja tetapi juga untuk kebun kelapa sawit. Dengan menggunakan sistem ini,
hendaknya diikuti dengan ketersediaan angkutan dan pengawasan yang lebih
ketat.
69
Upah Panen
Upah panen di kebun PT PAL disesuaikan dengan hasil yang diperoleh
pekerja (BHL). Upah untuk panen cabut sebesar Rp. 45 000/ton sedangkan untuk
panen bajak Rp. 35 000/ton. Namun untuk situasi tertentu (hujan) yang
mengakibatkan BHL memasukkan ubi kayu ke dalam truck dengan cara langsir,
BHL diberi tambahan upah Rp. 5 000/ton, sehingga upah panen cabut menjadi
Rp 50 000/ton dan untuk panen bajak Rp. 40 000/ton .
Pembayaran upah dilakukan satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari
sabtu. Selain upah panen, terdapat pula upah leles. Upah leles berkisar
Rp. 75 000/ton – Rp. 130 000/ton. Perbedaan upah leles tergantung dengan
kondisi area. Semakin banyak ubi yang masih teringgal di area maka upah leles
semakin murah dan begitu juga sebaliknya. Leles di kebun PT PAL biasanya
dilakukan satu kali, namun untuk kondisi tertentu seperti pada saat musim hujan,
pelelesan dilakukan dua kali. Upah untuk leles I lebih murah dibanding upah
untuk leles II.
Upah panen di kebun PT PAL berbeda dengan upah panen di kebun mitra.
Upah untuk panen cabut di kebun mitra adalah Rp 45 000/ton - Rp. 85 000/ton
(Lampiran 12). Perbedaan upah tergantung kesepakatan dengan pemanen,
tergantung wilayah dan kondisi area panen. Kondisi arean panen yang banyak
gulma akan mengakibatkan biaya cabut lebih mahal. Upah panen untuk satu
wilayah berbeda dengan wilayah lainnya tergantung standar upah BHL masing-
masing wilayah. Sedangkan upah untuk leles Rp. 100 000/ton.
Pengangkutan Hasil Panen
Pengangkutan hasil panen sangat penting saat panen ubi kayu. Sifat ubi
kayu yang mudah busuk dan sistem panen yang bersifat tonase menyebabkan
angkutan panen harus ada saat panen. Transportasi panen yang biasa digunakan
untuk mengangkut hasil panen dari kebun ke pabrik yang digunakan PT PAL
adalah milik dari PT PAL. Sarana jalan untuk pengangkutan hasil panen dari
kebun PT PAL tidak terdapat masalah karena kebun dan pabrik berada pada lokasi
yang berdekatan (± 1 km), yang menjadi masalah adalah ketersediaan kendaraan,
karena angkutan panen digunakan tidak hanya untuk mengangkut hasil panen ubi
70
kayu tetapi juga untuk mengangkut sawit. Di pabrik PT SPM I, ubi kayu yang
berasal dari kebun PT PAL tidak perlu mengikuti antrian.
Alat angkutan yang sering digunakan untuk petani mitra adalah truck.
Truck yang digunakan petani mitra ada yang sewaan dan ada yang milik sendiri.
Pengangkutan hasil dari kebun petani mitra sering terhambat. Hal ini disebabkan
oleh kondisi jalan yang sangat buruk dan lokasi yang sangat jauh. Saat kondisi
hujan, petani mitra akan lebih memilih untuk tidak melakukan panen.
Petani pada umumnya melaksanakan panen jika curah hujan tidak terlalu
tinggi. Saat curah hujan tidak terlalu tinggi banyak petani yang melaksanakan
panen, sehinmga ubi kayu yang berasal dari mitra perlu mengikuti antrian dalam
penimbangan. Pada saat panen raya antrian penimbangan bisa mencapain satu
hari. Hal ini mengakibatkan pengangkutan dari lahan petani menjadi terganggu,
karena angkutan yang dimiliki petani maupun angkutan sewaan terbatas.
Pengangkutan ubi kayu dari petani mitra sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut;
Pabrik
Besar
Lapak Pabrik
Petani mitra Pabrik
Kecil
Lapak Pabrik
Kehilangan Hasil (Losses)
Kehilangan hasil (losses) merupakan salah satu hal yang sangat dihindari
dalam kegiatan panen karena dapat menurunkan produksi. Memperkecil losses
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi. Terdapat beberapa
sumber losses di kebun PT PAL. Area penanaman ubi kayu yang semakin sempit
sehingga perhatian untuk ubi kayu semakin minim, ubi kayu dipanen melebihi
batas umur panen yang dianjurkan membuat ubi kayu banyak yang busuk, dan
kondisi iklim yang tidak beraturan sehingga terkadang panen dilakukan saat
musim hujan. Panen pada musim hujan mengakibatkan tanah hasil bajakan
menggumpal sehingga ubi kayu tertimbun di tanah.
71
Selang waktu antara bajak panen dengan pengumpulan dan pengangkutan
yang terlalu lama mengakibatkan penyusutan bobot umbi terutama pada saat
kemarau sedangkan pada musim hujan mengakibatkan umbi cepat busuk. Panen
menggunakan bajak mengakibatkan banyak umbi yang terpotong. Umbi yang
terpotong menjadi kecil biasanya tidak dipungut. Semakin banyak ubi terpotong
akibat bajak maka losses akan semakin besar. Kualitas kerja juga sangat
mempengaruhi jumlah losses. Apabila BHL tidak diawasi, biasanya BHL akan
sengaja meninggalkan sebagian umbi di area agar ubi kayu yang akan dileles lebih
banyak.
Kehilanganm hasil biasanya terjadi di kebun PT PAL adalah akibat ubi
kayu terlalu lama di lapangan. Ubi kayu yang telah dipanen akan tetap melakukan
respirasi sehingga akan terjadi penurunan bobot jika dibiarkan di lapangan.
Semakin lama ubi kayu dibiarkan di lapang, maka semakin besar losses yang
ditimbulkan (Tabel 12).
Tabel 12. Penurunan Bobot Ubi Kayu
No 1 HSP
(kg)
2HSP
(kg)
3 HSP
(kg)
4 HSP
(kg)
5 HSP
(kg)
6 HSP
(kg)
7 HSP
(kg)
1 0.01 0.04 0.16 0.19 0.22 0.24 0.25
2 0.18 0.32 0.42 0.43 0.44 0.52 0.56
3 0.23 0.28 0.36 0.38 0.40 0.46 0.50
4 0.70 0.72 0.83 0.87 0.91 0.94 0.97
5 0.01 0.03 0.12 0.17 0.18 0.19 0.22
6 1.05 1.11 1.30 1.35 1.52 1.66 1.75
7 0.01 0.07 0.09 0.09 0.12 0.22 0.26
8 0.54 0.58 0.61 0.63 0.65 0.68 0.73
9 0.14 0.17 0.19 0.22 0.28 0.29 0.34
10 0.03 0.13 0.18 0.23 0.31 0.34 0.36
11 0.16 0.18 0.34 0.39 0.46 0.54 0.66
12 0.20 0.30 0.40 0.44 0.55 0.65 0.70
13 0.05 0.09 0.10 0.17 0.20 0.26 0.27
14 0.20 0.30 0.39 0.42 0.48 0.53 0.56
15 0.37 0.45 0.46 0.50 0.60 0.68 0.72
Rata-rata 0.26 0.32 0.40 0.43 0.49 0.55 0.59
Dalam 1 ha 579.02 712.64 890.80 957.61 1 091.23 1 224.85 1 313.93 Sumber : Data Primer
Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa ubi kayu dibiarkan selama tujuh
hari setelah panen (HSP), maka rata-rata penurunan bobot mencapai 0.59
kg/tanaman atau setara dengan 1 313.93 kg/ha (produktivitas PT PAL tahun 2011
72
yaitu 22.27 ton/ha). Dengan demikian kehilangan hasil selama tujuh hari
mencapai 5.9 % (suhu rata-rata saat selama tujuh hari pengamatan adalah 28 oC
dan tidak terjadi hujan).
Kehilangan hasil juga dapat ditimbulkan karena adanya pencurian dari
area. Ubi yang sering hilang adalah ubi hasil bajak yang belum selesai
dikumpulkan maupun yang sudah dikumpulkan tetapi belum diangkut ke pabrik
(Gambar 13). Selama panen hendaknya dilakukan pengawasan di area pema-
nenan.
Gambar 13. Ubi Kayu Hasil Pencurian yang Berhasil Ditemukan
Kehilangan produksi untuk sebagian petani mitra juga tinggi . Kehilangan
hasil pada petani mitra akan tinggi jika tidak dilakukan pelelesan (Tabel 13). Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 40 % petani mitra yang melakukan
pelelesan. Adanya petani mitra yang tidak melakukan pelesan adalah karena
kurangnya tenaga kerja dan dikarenakan biaya leles yang lebih tinggi dibanding
panen. Kehilangan hasil pada petani mitra akibat tidak melaksanakan leles
mencapai 5 % dari hasil panen.
73
Tabel 13. Pelaksanaan Leles Petani Mitra
No Lokasi Tidak dileles/dileles Produktivitas Losses (%)
1 Gedung Boga Leles : 400 kg/ha 15 2.67
2 SP3D Tidak dileles 22 -
3 SPUA Leles : 500 kg/ha 20 2.5
4 Rojo Mulio Leles : 400 kg/ha 25 1.6
5 SP5A Tidak dileles 18 -
6 Bandar Jaya Tidak di leles 25 -
7 Mataram Jaya Leles : 1 000 kg/ha
Leles : 1 000 kg/ha
20 5
8 Metro Kibang 25 4
9 Bandar Rejo Tidak dileles 25 -
10 Bandar Sakti Tidak dileles 30 -
11 Bandar Mataram Tidak dileles 18 -
12 Bandar Mataram Tidak dileles 25 -
13 OKI Leles : 1 000 kg/ha 20 5
14 Palembang Tidak dileles 35 -
15 Menggala Tidak dileles 23 - Sumber : Data Primer
Pencapaian produksi
Pencapaian produksi merupakan jumlah nyata produksi yang ingin dicapai
oleh suatu perusahaan. Produksi ubi kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti jumlah tanaman/hektar, kondisi tanah, bahan tanam, dan faktor luar
seperti pencurian. Setiap musim tanam, produksi ubi kayu berubah-ubah. Curah
hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan produksi ubi kayu menurun. Penanaman
terus menerus pada lokasi yang sama akan menyebabkan tanah semakin tidak
subur sehingga produksi semakin menurun.
Jika:
Jarak tanam ubi kayu 90 cm x 60 cm
populasi tanaman/ha = 18 518/ha
Luas area produktif adalah 95 %
Populasi tanaman 17 592 tanaman/ha
Tanaman yang berhasil tumbuh diperkirakan 90 %
Populasi tanaman adalah 15 833 tanaman/ha
Perkiraan bobot umbi yang dapat dipanen (berdasarkan bobot rata-rata
pada Tabel 14) adalah:
Blok B2 : 15 833 tanaman x 3.08 kg/tanaman = 48 765.64 kg/ha
48 765.64 kg/ha = 48.76 ton/ha
74
Blok B3 = 59.69 ton/ha
Blok B14 = 49.56 ton/ha
Blok B15 = 47.18 ton/ha
Tabel 14. Bobot Umbi Ubi Kayu
No Blok B2 (kg) Blok B3 (kg) Blok B14 (kg) Blok B15(kg)
1 1.60 7.10 2.50 5.86
2 2.65 4.60 5.60 4.40
3 3.60 2.55 4.20 5.90
4 4.30 1.56 3.00 2.44
5 5.50 2.60 3.85 2.25
6 1.10 5.62 2.90 2.53
7 4.55 4.05 2.84 2.60
8 2.53 5.15 3.18 0.93
9 2.85 1.30 3.50 3.86
10 2.14 3.25 1.00 2.49
11 4.07 3.82 4.20 1.63
12 1.03 2.20 3.20 2.78
13 5.16 1.86 2.43 3.24
14 3.35 5.75 2.60 2.77
15 1.70 5.10 1.95 1.04
Rata-rata 3.08 3.77 3.13 2.98 Sumber: Data Primer
Potensi hasil varietas Kasetsart adalah 25 - 38 ton/ha (Hafsah, 2003).
Perkiraan pada analisis berdasarkan bobot/ tanaman, maka ubi kayu di kebun PT
PAL memiliki potensi hasil yang lebih tinggi. Pada kenyataan di lapangan, hasil
yang diperoleh jauh lebih rendah dari hasil analisis. Dari hasil panen diperoleh
produktivitas blok B2, B3, B14 dan B15 secara berturut-turut adalah 23.85 ton/ha,
29.29 ton/ha, 22.90 ton/ha, dan 18.79 ton/ha.
Blok A20 memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding blok yang
lainnya, yaitu 30.01 ton/ha. Pada kondisi di lapangan, pada blok A20 tidak
terdapat area yang tergenang air, tanah lebih subur, dan dipanen lebih awal
dibanding blok yang lainnya. Sedangkan blok B9 memiliki produktivitas yang
paling rendah, yaitu 14.75 ton/ha. Pada blok B9 terdapat masalah busuk umbi
(Gambar 14) dan banyak area yang tergenang air sehingga banyak ubi kayu yang
matin (Gambar 15).
75
Gambar 14. Busuk Umbi pada Blok B9
Gambar 15. Blok B9 yang Tergenang Air
Produktivitas yang tidak mencapai potensi hasil varietas Kasetsart juga
disebabkan kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah di PT PAL termasuk sangat
rendah sampai dengan rendah. Pada kondisi tanah yang kurang subur sebaiknya
jarak tanam yang digunakan yaitu 100 cm x 66 cm atau 125 cm x 64 cm dengan
populasi per hektarnya antara 12 500 sampai dengan 15 000 tanaman sedangkan
populasi tanaman ubi kayu di PT PAL adalah ± 18 000 tanaman/ha. Dengan jarak
tanam yang terlalu rapat mengakibatkan hasil ubi kayu menjadi menurun karena
populasi dan jarak tanam yang optimal berpengaruh terhadap pemaksimalan
pemanfaatan hara dan cahaya surya (matahari) oleh tanaman (Wargiono et al., 2006).
Rata-rata produktivitas ubi kayu untuk petani mitra lebih tinggi bila
dibandingkan dengan PT PAL. Produktivitas rata-rata ubi kayu petani mitra
mencapai 23.73 ton/ha. Namun, produktivitas rata-rata dari petani mitra belum
76
mencapai potensi hasil dari varietas Kasetsart. Rendahnya produktivitas pada
petani disebabkan berbagai faktor seperti lahan yang kurang subur karena
ditanami secara terus-menerus, jarak tanam, (ubi kayu tidak dibudidayakan
dengan baik (gulma dibiarkan samapai tinggi, penggunaan pupuk yang
disesuaikan dengan kondisi ekonomi), adanya petani mitra yang tidak melakukan
leles, dan terjadinya masalah busuk umbi.
Pasca Panen di Kebun
Setelah ubi kayu dipanen, maka ubi kayu langsung dikirim ke pabrik. Baik
PT PAL maupun petani mitra melakukan hal tersebut. Sebagian brangkasan dari
ubi kayu di kebun PT PAL dikembalikan ke tanah dan sebagian batang digunakan
untuk bibit.
Petani mitra pada umumnya menggunakan daun ubi kayu untuk makanan
ternak. Pucuk ubi kayu biasanya sudah dipotong beberapa minggu sebelum panen,
sedangkan batang ubi kayu digunakan untuk bibit pada penanaman berikutnya.
Sebagian petani juga menjual batang ubi kayu untuk bibit. Dengan demikian
hanya sedikit sisa tanaman yang kembali ke tanah. Hal ini akan memepercepat
penurunan kesuburan tanah.
Pasca Panen di Pabrik
Sumber dan Kebutuhan Bahan Baku SPM I
Kebutuhan bahan baku PT SPM I saat ini tidak dapat dipenuhi oleh
PT PAL. Untuk memenuhi kebutuhan PT SPM I maka dibangun lapak di sentra
produksi ubi kayu. Lapak ini berfungsi untuk menampung ubi kayu yang berasal
dari petani mitra dan bukan mitra disekitar lapak, sehingga petani tidak perlu
mengeluarkan biaya trasnportasi yang besar untuk menjual hasil panennya ke
pabrik.
Hasil panen ubi kayu petani mitra sendiri hanya dapat memenuhi 22.49 %
dari total kebutuhan minimal (Lampiran 14). Berdasarkan permintaan PT SPM I,
diharapkan ubi kayu yang berasal dari petani mitra dapat memenuhi 60 % dari
total kebutuhan bahan baku minimum. Namun, sampai pada saat ini kebutuhan
bahan baku didominasi dari petani bukan mitra. Ubi kayu dari PT PAL, petani
77
mitra, dan dari petani umum pada saat ini mampu memenuhi kebutuhan PT SPM
I. Namun ketersediaan bahan baku dalam jangka panjang tidak dapat dipastikan
karena saat ini sudah banyak petani mengganti tanamannya dengan komoditi yang
lain seperti karet dan sawit. Untuk itu diperlukan penambahan petani mitra untuk
menjamin ketersediaan bahan baku.
Kebutuhan minimum bahan baku PT SPM I setiap hari adalah 700 ton ubi
kayu. Jika jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 25 hari, maka dalam satu
tahun dibutuhkan sebanyak 210 000 ton ubi kayu. Jika rata-rata produktivitas
ubi kayu adalah 22 ton/ha (produktivitas PT PAL), maka diperlukan penambahan
area penanaman seluas 5 008 ha untuk menjamin ketersediaan bahan baku dimasa
yang akan datang. Penambahan area penanaman ini bisa dicapai dengan
penambahan petani mitra.
Kurangnya bahan baku mengakibatkan PT SPM I mendirikan lapak-lapak
dibeberapa wilayah. Dengan adanya lapak diharapkan, ubi kayu dari petani yang
bukan mitra dapat diserap. Petani yang bukan anggota mitra menjadi lebih mudah
menjual ubi kayunya karena lokasi pasar menjadi lebih dekat. Bagi petani mitra,
adanya lapak juga memberikan pengaruh. Petani mitra tidak harus menjual hasil
panen ke pabrik, tetapi dapat dijual di lapak terdekat.
Lama Bahan Baku di Lapangan
Penundaan pengolahan ubi kayu dapat menurunkan kandungan pati
(Tengah at al., 1996). Menurunnya kadar pati disebabkan proses metabolisme
dalam umbi ubi kayu yang berlangsung terus sehingga perombakan
karbohidart/pati menjadi senyawa gula yang lebih sederhana tetap berlangsung,
akibatnya akan terjadi penurunan kadar pati umbi (Soeharmadi, 1990). Untuk itu
ubi kayu yang telah dipanen hendaknya langsung diolah.
Pabrik PT SPM I akan mengolah ubi kayu apabila tersedia bahan baku
sebanyak 700 ton. Pada kenyataan di lapangan, bahan baku yang dipereleh lebih
dari 700 ton. Pada musim panen, bahan baku sering ditimbun di lapangan.
Penimbunan bahan baku di lapangan diupayakan hanya sampai 3 hari untuk
menghindari busuknya ubi kayu (Tabel 15). Selain pada musim panen, penim-
78
bunan ubi kayu juga dapat terjadi karena adanya ganguan mesin. Namun,
penimbunan akibat kerusakan mesin jarang terjadi.
Tabel 15. Lama Bahan Baku di Lapangan
Sumber: Data Primer
Analisis Bahan Baku
Pengukuran Kadar Aci. Pada saat dilakukan penimbangan, ubi kayu
dari dalam angkutan diambil sebagian sampel (± 5 kg). Sampel ini digunakan
untuk mengkur kadar Aci. Pengukuran kadar aci dilakukan untuk menetukan
besarnya potongan yang akan diberikan. Untuk ubi kayu yang berasal dari PT
PAL pengukuran kadar aci hanya dilakukan jika varietas yang ditanam diganti.
Kadar aci untuk PT PAL untuk varietas Kasetsart adalah 24 % sedangkan
kadar aci untuk petani bervariasi berkisar 10 - 30 %. Kadar aci ubi kayu yang
rendah disebabkan adanya pencampuran ubi kayu secara sengaja dan pemanenan
ubi kayu dengan umur panen 7 bulan. Ubi kayu dengan umur 7 bulan belum
memenuhi standar mutu karena ubi kayu yang dipanen pada umur 7 bulan
memiliki kadar pati kurang dari 19 % sedangkan kadar pati untuk Kastsart adalah
19 - 30 %. Untuk kebutuhan bahan baku industri dibutuhkan ubi kayu dengan
kadar pati tinggi (Nurdjanah, 2007). Pada umunya, ubi kayu yang dicampur
adalah ubi kayu varietas Kasetsart dengan ubi kayu varietas Thailand. Pada saat
pengamatan tidak terdapat ubi kayu yang dicampur sehingga kadar aci ubi kayu
petani cukup bagus yaitu 24 – 28 % (Lampiran 15).
No Waktu penerimaan Lama di lapangan (hari)
1 18 April 2011 2
2 19 April 2011 2
3 20 April 2011 2
4 21 April 2011 2
5 22 April 2011 3
6 23 April 2011 2
7 24 April 2011 2
8 25 April 2011 2
9 26 April 2011 2
10 27 April 2011 2
12 29 April 2011 2
13 30 April 2011 2
14 1 Mei 2011 2
15 2 Mei 2011 2
79
Penentuan Rafaksi. Rafaksi adalah besarnya potongan yang diberikan
pihak pabrik terhadap bahan ubi kayu yang dibeli berdasarkan kondisi ubi kayu.
Besarnya rafaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Semakin muda umur panen,
maka rafaksi yang diberikan akan semakin besar. Dalam hal ini, yang dimaksud
panen muda adalah ubi kayu yang dipanen kurang dari 9 bulan. Semakin banyak
benda asing yang tercampur pada ubi kayu, maka semakin besar rafaksi yang
diberikan. Benda asing yang sering tercampur maupun yang sengaja dicampur
adalah bonggol ubi kayu, tanah, dan batu.
Penentuan rafaksi dilakukan pada saat ubi kayu dikeluarkan dari angkutan
panen. Rafaksi untuk ubi kayu yang berasal dari PT PAL saat ini sebesar 5 %.
Besarnya rafaksi untuk PT PAL berdasarkan kesepakatan kerja. Sedangkan
rafaksi untuk petani mitra maupun petani bukan mitra berbeda-beda. Rafaksi
untuk petani mitra dan bukan petani mitra berkisar 5 – 30 %. Rafaksi sebesar 5 %
sangat jarang terjadi karena kualitas ubi dari petani mitra dan petani sangat jarang
sama dengan kualitas ubi kayu dari PT PAL. Pada umunya kulaitas ubi kayu dari
petani mitra dan dari petani bukan mitra lebih rendah. Rafaksi 30 % juga sangat
jarang terjadi. Rafaksi 30 % hanya terjadi jika ubi kayu dipanen kurang dari
7 bulan, karena umbi kecil, banyak benda asing yang tercampur, dan jenis ubi
kayu bukan Kasetsart. Besarnya rafaksi yang umum diberikan adalah 6 - 8 %.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Manajemen panen dan pasca panen ubi kayu yang baik diperlukan dalam
mengatasi masalah kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku. Masalah panen
dan pasca penen di kebun PT PAL adalah penundaan umur panen, terbatasnya
ketersediaan angkutan panen, selang waktu antara panen dan pelelesan yang
terlalu lama, pengawasan panen tidak maksimal dan kurangnya tenaga kerja.
Sedangkan masalah panen dan pasca panen di petani mitra adalah ubi kayu
dipanen terlalu muda, kondisi jalan yang buruk, dan pengawasan yang kurang
maksimal.
Penundaan umur panen sampai 18 bulan tidak meningkatkan bobot panen ubi
kayu. Semakin lama ubi kayu dibiarkan di area maka semakin besar kehilangan
hasil, mencapai 5.9 %. Kehilangan hasil di kebun petani mitra mencapai 5 % dari
total hasil panen.
Ubi kayu hasil panen dari kebun PT PAL dan petani mitra hanya mampu
memenuhi 22.49 % dari kebutuhan bahan baku minimum. Kekurangan bahan
baku dipenuhi dari pembelian umum (petani bukan mitra).
Saran
Penulis menyarankan agar: 1) pada saat pelaksanan panen sebaiknya
dilakukan pengawasan yang lebih baik agar hasil kerja yang diperoleh maksimal,
2) pemanenan ubi kayu sebaiknya dilakukan sesuai dengan umur panen, 3) ubi
yang telah dibajak sebaiknya langsung diangkut dan setelah panen langsung
dileles, 4) perlu dilakukan pelelesan untuk memperkecil kehilangan hasil, 5) perlu
dilakukan penambahan luas area ubi kayu petani mitra 5 008 ha agar kebutuhan
bahan baku PT SPM I tetap teramin dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Agrica. 2007. Bensin singkong. Lembaga Pers Mahasiswa AGRICA Fakultas
Pertanian Unsoed Purwokerto, Edisi XIX/Tahun XXI September 2007.
Aswani, R. 2003. Analisis fungsi produksi usaha tani ubi kayu dan industri tepung
tapioka rakyat di Provinsi Lampung. J. Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Vol. 6, No. 2: 131-140.
Bank Indonesia. 2004. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Budidaya Ubi Kayu.
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. Jakarta. 32 halaman.
Barrett, D. M. dan Damardjati, D. S. 1984. Peningkatan mutu hasil ubi kayu di
Indonesia. http://www.linkpdf.com. [05 Agustus 2010].
Bigcassava. 2007. Proyek Pengembangan Budi Daya Singkong Varietas Darul
Hidayah sebagai Upaya Meningkatkan Taraf Kehidupan Ekonomi Petani,
Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel.
http://www.bigcassava.com. [01 Agustus 2010].
BIP Irian Jaya. 1995. Budidaya ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz). Balai
Informasi Pertanian Irian Jaya. Sentani – Jayapura. Agdex: 170/20.
BPP IPTEK. 2000. Ketela pohon/singkong (Manihot utilissima Pohl).
www.ristek.go.id. [01 Agustus 2010].
BPS. 2005. Luas Panen- Produktivitas- produksi tanaman ubi kayu seluruh
provinsi. www.bps.go.id. [01 Agustus 2010].
Both, R.H, dan D.W. Wholey. 1978. Cassava processing in South Asia, p 711. In
A. Ghoninard, J.H. Cook and E. J. Weber (Eds.). Cassava Harvesting and
Processing. CIAT/IDR.
Costa, Y. W. 2010. Memanfaatkan limbah ubi kayu menjadi kecap.
http://www.deptan.go.id . [15 September 2010].
Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 2007. Pohon industri ubi kayu.
http://www.depperin.go.id. [15 September 2011].
Deptan. 2007.peluang pengembangan industri berbasis casava. Deptan.go.id
pengolahan ubi kayu.pdf. [15 September 2011].
Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan umbi‐umbian. 2007. Vademikum
Ubikayu. http://pse.litbang.deptan.go.id.pdf . [20 September 2011].
Dirjen P2HP. 2005. Kebijakan dan program pengembangan agroindustri ubi kayu.
www.agribisnis.deptan.go.id. [15 September 2010].
82
Fitriyani, D. 2009. Aplikasi unit proses flotasi udara terlarut (dissolved air
flotation) pada produksi tapioka. http://www.Corporation Hydraq.html.
[05 Agustus 2010].
Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
263 hal.
Isnanimurti, 2008. Ubi kayu (Manihot esculenta) sebagai bahan alternatif
pengganti bensin (bioetanol) yang ramah lingkungan.
Isnanimurti.wordpress.com. [05 Agustus 2010].
Kasim, Y. 2009. Pemanfaatan pati ubi kayu dalam berbagai industri.
http://www.iptek.net.id. [01 Agustus 2010].
Martono, B. dan Sasongko. 2007. Prospek pengembangan ubi kayu sebagai bahan
baku bioethanol. http://www.diy.go.id. [01 Agustus 2010].
Mentri Negara Riset dan Teknologi. 2009. Pengolahan pangan: tepung tapioka.
http://www.iptek.net.id. [01 Agustus 2010].
Nurdjanah, S., Susilawat, Sabatini, M. R. 2007. Prediksi kadar pati ubi kayu
(Manihot esculenta Crantz) pada berbagai umur panen dengan
menggunakan penetrometer. J. Teknologi dan Industri Hasil Pertanian.
Vol. 12, No. 2:65-73.
Onwueme, I. C. 1978. The Tropical Tuber Crops. John Wileys & Sons Ltd.
Chichester. Majalah Ilmiah Teknologi. 234 p.
Prihandana, R., K. Noerwijan, P.G. A. Nurani, D. Setyaningsih, S.Setiadi, dan
R.Hendroko. 2008. Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan.
Agromedia. Jakarta. 194 hal.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2011.
Indikator Makro Sektor Pertanian. BltnMakro. Vol. V, No. 8: 1-29.
Puspitasari, A. D. 2009. Wilayah kesesuaian untuk tanaman ubi kayu di
kabupaten lampung tengah. Http://Www.Scribd.Com. [01 Agustus 2010].
Roja, A. 2009. Ubikayu: Varietas Dan Teknologi Budidaya. Makalah. Peneliti
Madya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 15
halaman.
Sulaiman, Y. 2007. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaesis guinansis
jaqc.) dan Aspek Taksasi Produksi di PT. Sentosa Mulia Bahagia, Musi
Bayuasin, Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
86 halaman.
Soeharmadi. 1990. Usaha meningkatkan daya simpan ubi segar. Litbang.go.id.
[15 September 2010].
83
Sutrisno, I. 2007. Model kelayakan proyek kemitraan terpadu komoditas ubi kayu.
http://www.scribd.com. [15 September 2010].
Tengah, I G.P., Mulyani, S., Ina, P.T., Ekawati, I G.A., Utama, I. B. D. 1996.
Pengaruh penundaan pengolahan ubi kayu menjadi gaplek terhadap mutu
pelet yang dihasilkan. Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian.
Vol. 2, No.1:21-25.
Tongglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler. 2001. Cassava Agronomy
Research and Adoption of Improved Practices in Thailand, Major
Achievement During the Past 35 years. Proc. of the Sixth Regional
Workshop, Cassava's Potential in Asia in the 21st Century: Present
Situation and Future Research and Development Needs. Centre of Tropical
Agriculture (CIAT). Ho Chi Minch City. 228-258.
Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubi kayu
Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor; 42 halaman.
Winarno, F.G. 1980. Enzim Pangan. Pusbangtepa/Food Technology Department
Centre.IPB. Bogor
Wachyar, A. 2010. Manajemen produksi tanaman. Manajemen produksi.
Wordpress.com. [15 Agustus 2010].
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Varietas Ubi Kayu yang Telah Dilepas
Sumber : Balitkabi Malang dalam Hafsah, 2003
No Varieta Tahun
pelepasan
Umur
(bulan)
Warna Potensi
hasil
(ton/ha)
Rasa Kadar
tepung (%)
Kadar HCN
(mg/kg)
1 Gading 7-8 Putih 15-20 Manis <45
2 Valenca 8 Putih 15-20 Manis <45
3 SPP 10-11 Putih 20-30 Pahit >100
4 Bogor 8-10 Putih 20-30 Pahit >100
5 Muara 7-10 Putih 20-30 Pahit >100
6 Adira1 1978 7-10 Kuning 22 Sedang 45 27,5
7 Adira2 1978 8-12 Kuning 21 sedang 41 124
8 Adira 4 1986 10,15-11,5 Putih 35 Agak pahit 18-22 68
9 Malang 1 1992 9-10 Putih
kekuningan
36,5 Manis 32-36 <40
10 Malang 2 1992 8-10 Kuning
muda
31,5 Manis 32-36 <40
11 Darul
hidayah
1998 8-12 Putih 102 Kenyal
seperti
ketan
25-31.5 <40
12 UJ -3 2000 8-10 Putih
kekuningan
20-35 Pahit 20-27
13 UJ- 5 2000 9-10 Putih 25-38 Pahit 19-30
14 Malng 4 2001 9 Putih 39,7
15 Malang 6 2001 9 Putih 36,4
85
86
Lampiran 2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL
Tanggal Uraian kegiatan
Prestasi kerja
Lokasi
Jumlah
KH
yang
diawasi
(orang)
Luas
area
yang
diawasi
(ha)
Lama
kegi-
atan
(jam)
14/02/2011 Tiba di Lambang Jaya Group - - - Bandar
Lam-
pung
15/02/2011 Tiba di kantor PT PAL
Hari libur
- - - Kebun
PT PAL
16/02/2011 Melapor ke kantor PT PAL
dan orientasi kebun
(mempelajari laporan biaya
dan operasional kebun bulan
Januari)
- - - Kebun
PT PAL
17/02/2011 - Pengangkutan hasil panen 5 - 7 A20
18/02/2011 - Persiapan area penanaman
ubi kayu (bajak II).
1 3,00 4 B7
19/02/2011 - Bajak II 1 1.75 4 B7, B8
20/02/2011 Hari minggu
21/02/2011 - Tebang bibit
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
10 7 B10,
A20
22/02/2011 - Panen dan pengangkutan
ubi kayu
11 7 A20
23/02/2011 - Panen dan pengangkutan
ubi kayu hasil panen
- Semprot II herbisida
10
9
2
4
3
A20
B9
24/02/2011 - Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
- Seleksi bibit
- Semprot herbisida II
6
8
7 A26
B7
25/02/2011 - Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
- Seleksi bibit ubi kayu
6 7 B7
26/02/2011 - Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
6 1 7 B7
27/02/2011 Hari minggu
28/02/2011 - Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
- Seleksi bibit ubi kayu
6 1 7 B7 dan
B8
87
Lampiran 2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL
(Lanjutan)
Tanggal Uraian kegiatan
Prestasi kerja
Lokasi Jumlah
KH yang
diawasi
(orang)
Luas area
yang
diawasi
(ha)
Lama
kegi-
atan
(jam)
01/03/2011 - Pengangkutan bibit
dan penanaman ubi
kayu;
- Melakukan seleksi
bibit
5 1 7 B8
02/03/2011 - Pengangkutan bibit
dan penanaman ubi
kayu
- Seleksi bibit ubi kayu
5 1 7 B8
03/03/2011 - Penanaman ubi kayu
dan penyulaman
5 2 2 B8
04/03/2011 - Panen dan Pengang-
kutan bibit dan
penanaman ubi kayu;
9 A20
05/03/2011 Hari libur
06/03/2011 Hari minggu
23/03/2011 - Semprot herbisida I 10 1.8 7 B6
24/03/2011 - Semprot herbisida I 9 2 7 B6
26/03/2011 - Semprot herbisida I B5 6 7 B5
27/03/2011 Hari minggu
88
Lampiran 3. Jurnal Harian Magang sebagai Quality control (QC) PT SPM I
Tanggal Uraian kegiatan Lama
kegiatan
(jam)
Lokasi
18/04/2011 - Orientasi pabrik
- Orientasi Quality Control
8 Pabrik SPM I
19/04/2011 - mengukur pH dan losses sagu,
pengacaan tepung, mengukur
bume, mengukur kadar air
sagu, memeriksa kehalusan
dan kekerasan tepung, mem-
buat laporan harian, dan
membuat analisis bahan baku
yang akan dikirim ke
konsumen (Quality Control)
8 Pabrik SPM I
20/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
21/04/2011 - Bagian penimbangan 8 Pabrik SPM I
22/04/2011 Hari libur 8
23/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
24/04/2011 Hari minggu
25/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
26/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
27/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
28/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
29/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
30/04/2011 - Quality Control 8 Pabrik SPM I
01/05/2011 Hari minggu
89
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun
PT PAL
Tanggal Uraian kegiatan
Prestasi kerja
Lokasi
Jumlah
mandor
yang
diawasi
(orang)
Luas
area
yang
diawasi
(ha)
Lama
kegi-
atan
(jam)
30/03/2011 - Kontrol perawatan pi-
ringan, perawatan ga-
wangan, panen, pemu-
pukan, kutip brondolan,
dan pembuatan jalan
pikul
9 7 Kebun
PT
PAL
31/03/2011 - Pemupukan I ubi kayu 1 2 7 B5
01/04/2011 - Pemupukan I ubi kayu 1 2 7 B5
02/04/201 - Pemupukan I ubi kayu 1 2 7 B4, B5
03/04/2011 Hari minggu
04/04/2011 - Panen sawit 5 8 C1
05/04/2011 - Panen sawit 6 8 C1
06/04/2011 - Panen sawit 6 8 C1, C2
07/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pemupukan I ubi kayu
2 1
2
7 B9,
B11
08/04/2011 Hujan (tidak ke area) 7 Kantor
09/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
3 0.5 7 B9
10/04/2011 Hari minggu
11/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
1 0.3 7 B9
12/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi
2 7 B9,
B14
13/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
1 7 B13
14/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
2 7 B14
15/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit dan
penanaman ubi kayu
- SUPERVISI
1 7 B13
90
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun
PT PAL (Lanjutan)
Tanggal Uraian kegiatan
Prestasi kerja
Lokasi
Jumlah
mandor
yang
diawasi
(orang)
Luas area
yang
diawasi
(ha)
Lama
kegi-
atan
(jam)
16/04/2011 - Panen ubi kayu
- Pengangkutan bibit
dan penanaman ubi
kayu
2 7 B14
17/04/2011 Hari minggu
02/05/2011 - Pemupukan sawit 1 18.2 7 C2
03/05/2011 - Tanam LCC di
gawangan kelapa sawit
1 4 7 A1, A2,
A3, B1
04/05/2011 - Leles I 1 1.75 7 B17
05/05/2011 - Leles I dan bajak leles 1 2 7 B15, B17
06/05/2011 - Leles II dan bajak leles
07/05/2011 - Leles II dan bajak
leles.
1 2 7 B16, B17
08/05/2011 Hari minggu
09/05/2011 - Leles II dan bajak leles 1 2.5 7 B13, B15
10/05/2011 - Leles II dan bajak leles 1 2.5 7 B14, B15
11/05/2011 - Pengangkutan hasil
leles II
- Bajak panen
1 6 7 B13, B14,
B15, B16,
B2
12/05/2011 - Pupuk borak
- Panen ubi kayu.
1 7 I8, I9, I11,
I11, B2
13/05/2011 - Panen dan
pengangkutan ubi kayu
2 7 B2
14/05/2011 - Panen dan
pengangkutan ubi kayu
2 7 B2
15/05/2011 Hari minggu
17/04/2011 Hari minggu
18/05/2011 - Panen dan
pengangkutan ubi kayu
hasil panen
2 7 B2, B3
19/05/2011 - Panen dan
pengangkutan ubi kayu
2 7 B3
20/05/2011 - Panen dan
pengangkutan ubi kayu
1 7 B3
21/05/2011 - Leles I dan
pengangkutanubi kayu
hasil panen
2 7 B2, B3
22/05/2011 Hari minggu
91
Lampiran 5. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Pengawas Kemitraan di
PT PAL
Tanggal Urain kegiatan
Lama
kegiatan
(jam)
Lokasi
23/05/2011 - Penjelasa kegiatan kemitraan
- Memeriksa kondisi kebun petani
mitra
9 Kantor dan
Gedung Boga
24/05/2011 - Mengikuti seminar ketenagakerjaan
PT PAL dan PT SPM I
8 Q. house
25/05/2011 - Memeriksa kebun petani mitra 9 SP3D
26/05/2011 - Bersama Surveyor memeriksa area
panen
9 SPUA dan
kantor
27/05/2011 - Kunjungan ke rumah petani mitra
dan memeriksa kondisi lapak
9 Rojo Mulyo,
lapak Bukoposo
28/05/2011 - Kunjungan ke petani mitra
(Supartan)
8 SP5D
29/05/2011 Hari minggu
30/05/2011 - Pendamping pengawas mitra 9 Kantor mitra
31/05/2011 - Mendaftarkan Priwoto sebagai
anggota mitra ke kantor notaris dan
memeriksa kebun petani mitra
9 Bandar Jaya
01/06/2011 - Memeriksa kondisi kebun Marsudi 9.5 Mataram Jaya
02/06/2011 Hari libur
03/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 8 Kantor mitra
04/06/2011 - Kunjungan ke petani mitra (Rani)
dan memeriksa kodisi lapak
8.5 Metro Kibang,
lapak Sukadana
05/06/2011 Hari minggu
06/06/2011 - Memeriksa kondisi kebun petani
mitra dan kondisi lapak
8 Metro, lapak
Sukadana
07/06/2011 - Memriksa kondisi area panen ubi
kayu petani mitra
- Kunjungan ke rumah petani mitra
12.5 Bandar Rejo
08/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 8 Kantor mitra
09/06/2011 - Mengembalikan sertifikat petani
yang sudah selesai bermitra
8.5 HTI (Bandar
Mataram)
10/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 8 Kantor mitra
11/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 8 Kantor mitra
12/06/2011 Hari minggu
13/06/2011 - Pendamping pengawas mitra 8 Kantor mitra
14/06/2011 - Perpisahan dengan kariawan mitra
dan kariawan PT PAL
8 Kantor mitra
dan kantor PT
PAL
92
Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun Kelapa Sawit
PT PAL
Tanggal Uraian Kegiatan
Prestasi kerja
Lokasi
Jumlah
KH
yang
diawasi
(orang)
Luas area
yang
diawasi
(ha)
Lama
kegi-
atan
18/02/2011 - Perawatan piringan 23 3 J12, J16
19/02/2011 - Perawatan piringan dan
dongkel anak kayu
27 5 I12 dan
I13
03/03/2011 - Pupuk dolomit 20 5 I2 dan I3
07/03/2011 - Kutip berondolan 14 7 B1
08/03/2011 - Pupuk dolomite 20 7 J1,J2,J3,
J7
09/03/2011 - Semprot gawangan sawit
dan wiping
- Pembuatan jalan pikul
Persiapan gorong-gorong
26 7 J9
Kantor
10/03/2011 - Perawatan piringan
- Sebar kompos
- Pengangkutan dan penana-
man bibit sawit
13
6
7 J3
J1 dan J2
11/03/2011 - Pengangkutan dan sebar
bibit sawit
7 J6
12/03/2011 - Sebar kompos
- Sebar bibit sawit dan pena-
naman
9 4 7 J2
13/03/2011 Hari minggu
14/03/2011 - Hujan Kantor
15/03/2011 - Belajar memancang
- Penggantian lubang
tanam dan penanaman
sawit
4 1.5 5 A1, A2
J1, J2
16/03/2011 - Belajar memancang
- Penggantian lubang tanam
dan penanaman sawit
4 1 5
2
A1, B2
J1, J2
17/03/2011 - Belajar memancang 5 2.5 7 A2, B1
18/03/2011 - Belajar memancang - 2 7 J7
19/03/2011 - Pupuk urea 14 7 25.33 F1, F2
20/03/2011 Hari minggu
21/03/2011 - Panen dan Kutip
brondolan.
11
10
7 C1, C2
22/03/2011 - Perawatan piringan 15 6 7 J6
93
Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL
No Nama Mitra Alamat Areal Total sisa areal (ha)
1 Liyon Buko Poso 14
2 Made Yandye Buko Poso 8
3 Nyoman Nade Buko Poso 10
4 Sujo Buko Poso 5
5 I.Wayan Suwardana Buko Poso 10
6 Abu Rosid S Brabasan 12
7 Dr. Harisno Brabasan 30
8 H. Juanda Brabasan 13
9 Jaya Bs Brabasan 15
10 Lasino Brabasan 24
11 Maraundak H Brabasan 17
12 Miswan Brabasan 0
13 Muawan Brabasan 4
14 Mujiono Brabasan 10
15 Muktar Daulay Brabasan 5
16 Pujiaman Brabasan 80
17 Sugeng Brabasan 35
18 Sugito Brabasan 13
19 Sutan Baun S Brabasan 17
20 Sutrisno Brabasan 10
21 Suyatno Brabasan 3
22 Tugiyono Brabasan 30
23 Bani Handoko Gedung Aji 27
24 Budi Yanto Gedung Aji 25
25 Hermanto Gedung Aji 5
26 I Wayan Merdana Gedung Aji -
27 Idris Gedung Aji -
28 Imam Mustopa Gedung Aji 7
29 Istanto Gedung Aji -
30 Jamaludin Gedung Aji 30
31 Ketutjarse Gedung Aji 24
32 Munawir Sugito Gedung Aji 5
33 Musafa Rahman Gedung Aji 12
34 Putu Santika Gedung Aji 25
35 Rabidi Gedung Aji 50
36 Rizal Ghifari Gedung Aji 70
37 Rohmat Soleh Gedung Aji -
38 Samsul Gedung Aji 70
94
Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL 31 Mei 2011 (Lanjutan)
No Nama Mitra Alamat Areal Total sisa areal (ha)
39 Sarimin Gedung Aji 37
40 Sarwadi Gedung Aji 10
41 Siti Aminah Gedung Aji 5
42 Sujarno Gedung Aji 3
43 Supendi Gedung Aji 30
44 Supriyatno Gedung Aji 55
45 Sutoyo Gedung Aji 20
46 Suyoto Gedung Aji 67
47 Wayan Sudiarte Gedung Aji 50
48 Wayan Suwarta Gedung Aji 20
49 Adi Mujito Lingk. Pabrik 3
50 Awan Lingk. Pabrik 4
51 Darlis Lingk. Pabrik -
52 Edison Lingk. Pabrik 8
53 Jimin Lingk. Pabrik 17
54 Karyono ( Sp 3d) Lingk. Pabrik 3
55 Komang Swastra Lingk. Pabrik 45
56 Kuseni Lingk. Pabrik 9
57 Maryani Lingk. Pabrik 9
58 Miskun Hadi Lingk. Pabrik 5
59 Sarwono Lingk. Pabrik 2
60 Sugeng Lingk. Pabrik -
61 Untung Sopoyono Lingk. Pabrik 25
62 Yunizar Lingk. Pabrik 3
63 Ade Nuryanto Menggala C 25
64 Andi Bizar Menggala C 13
65 Boymin Menggala C 42
66 Ciptadi Jw Menggala C 34
67 Dwi Sutanto Menggala C 9
68 Gimun Saputra Menggala C 60
69 Gusti Ketut S Menggala C -
70 Heriyanto Menggala C 1
71 I. Wayan Suastika Menggala C 1
72 Jalalludin Menggala C 25
73 Jasman Menggala C 70
75 Matjono Menggala C 14
76 Misran Menggala C 33
77 Muke Menggala C 15
95
Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL (Lanjutan)
No Nama Mitra Alamat Areal Total sisa areal (ha)
78 Ny Daryati Menggala C 3
79 Rudi Hartono Menggala C 53
80 Sadiyo Menggala C 70
81 Sadut Menggala C 20
82 Sarni Menggala C 20
83 Sumiati Menggala C 65
84 Sunardi Menggala C 60
85 Supangat Menggala C 90
86 Tolu Menggala C -
87 Trumit Menggala C 90
88 Yahya Sarbini Menggala C 8
89 Jumino Menggala C 10
90 Agustri Saputro Oki -
91 I Made Tarip Oki 18
92 Iskandar Oki 40
93 Jauhari Oki 29
94 M.Dhopir Oki 11
95 Purno Susanto Oki 15
96 Rumanto Oki 50
97 Siswo Supeno Oki -
98 Sonny Imawan Oki 12
99 Sugiyono(Sp) Oki 20
100 Sulisdianto Oki 29
101 Suroto Oki 35
102 Suyamtoyoga Ardi Oki 26
103 Thomson Oki 128
104 Tri Suwarso Oki 300
105 Tugimin Oki 26
106 Wahyu Purnomo Oki -
107 Yusri Perwadi Oki 17
108 M.Habib Anshori Oki 25
109 Heriyanto(Spua) Simpang Pematang 6
110 Karyono (B. Aji) Simpang Pematang 3
111 Muktawadik Simpang Pematang 10
112 Sariaman Simpang Pematang -
113 Sarno Simpang Pematang 7
114 Sopian Simpang Pematang -
115 Sujarwo Simpang Pematang -
116 Susanto Simpang Pematang 20
96
Lampiran 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL (Lanjutan)
No Nama Mitra Alamat Areal Total sisa areal (ha)
117 Suyadi Simpang Pematang 10
118 Yan Ishar Simpang Pematang -
119 Yusuf Simpang Pematang 3
120 Agung Maksum Talang Gunung -
121 Ali Mulyana Talang Gunung 35
122 Bayu Sukamto Talang Gunung 28
123 Budi S Talang Gunung 17
124 Darlis Dkk Talang Gunung 4
125 Eka Putra Talang Gunung 9
126 Gilik Rohim Talang Gunung 17
127 H. Tumid Talang Gunung 9
128 M. Ady Saeputera Talang Gunung 30
129 Sarmin Talang Gunung -
130 Sugiono Talang Gunung 20
131 Sujudi Talang Gunung 18
132 Sukarmin Ready Talang Gunung 97
133 Sukrin Talang Gunung 10
134 Suparto Talang Gunung -
135 Suyatno Talang Gunung 8
136 Wiwit /Wiji Lestari Talang Gunung 104
137 Jumino Talang Gunung 10
138 Karnadi Talang Gunung 10
139 Yuliantoro Talang Gunung 30
Total 3 292
Sumber : PT PAL (Diolah). .
\
97
Lampiran 8. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun PT PAL Tahun 2006 - 2010
Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata/bulan
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 12 292.00 18 400.00 15 450.30 11 264.50 14 253.50 14 332.06
Februari 10 244.00 9 258.00 7 191.50 13 399.50 18 406.00 11 299.80
Maret 13 24.00 15 315.00 13 267.50 15 403.00 21 408.00 15 283.50
April 11 29.00 13 244.50 11 289.10 8 282.00 11 230.00 11 214.92
Mei 11 20.00 7 93.50 7 68.00 2 158.00 10 218.50 7 111.60
Juni 7 121.00 7 47.00 5 128.50 3 175.00 15 805.00 7 255.30
Juli 5 173.00 9 166.50 2 52.00 3 36.00 22 663.00 8 218.10
Agustus 0 0.00 3 16.00 8 211.50 2 67.00 16 460.00 6 150.90
September 0 0.00 3 61.50 2 134.00 2 52.00 5 58.00 2 61.10
Oktober 1 60.00 6 281.00 11 174.00 13 162.00 12 209.00 9 177.20
November 3 50.00 7 354.00 11 207.00 14 253.00 8 201.00 9 213.00
Desember 15 296.00 10 196.50 16 339.50 12 359.00 11 228.00 13 283.80 Sumber : Data PT PAL (Diolah)
Keterangan : berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson maka tipe iklim di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim B dengan bulan
basah 7 - 9 bulan.
HH (Hari Hujan)
CH (Curah Hujan)
97
98
Lampiran 9. Struktur Organisasi PT PAL
98
99
Lampiran 10. Struktur Organisasi PT SPM I
99
100
Lampiran 11. Skema Pengolahan Ubi Kayu PT SPM I
1) Penimbangan 2). Pengukuran Kadar Aci
3) Pembongkaran 4) Penampungan Bahan Baku
5) Pengangkutan ke Dalam hopper 6) Ubi Kayu Dalam Hopper
101
7) Washing 8) Penyortiran dan Pemotongan Bonggol
9) Chopper dan Rassper 10) Tanky Final
11) Extractor 12) Centrifuge
102
13) Pengangkutan ke oven 14) Pengeringan (oven)
15.a) Bagging Ukuran 25 dan 50 Kg 15.b) Bagging Ukuran Jumbo (800 kg)
16) Pengacaan 17) Pelabelan
103
18) Gudang Penyimpanan
104
Lampiran 12. Debet Order Ubi Kayu PT PAL
Cabut Rp…………………
Angkutan Rp…………...
Tanda Terima
BE :………………….Kg
B. Bruto :………………….Kg
B. Kendaraan :…………………..Kg
Netto :………………….Kg
Peman :………………….
No. Petak :………………….
Luas :…………………..Ha
Pematang
Sopir Mandor Penimbang
…………. ………….. …………….
105
Lampiran 13. Upah panen pada Petani Mitra
No Lokasi Upah panen ton/ha(Rp)
1 Gedung Boga 60 000
2 SP3D 60 000
3 SPUA 80 000
4 Rojo Mulio 75 000
5 SP5A 60 000
6 Bandar Jaya 40 000
7 Mataram Jaya 40 000
8 Metro Kibang 45 000
9 Bandar Rejo 40 000
10 Bandar Sakti 40 000
11 Bandar Mataram 60 000
12 Bandar Mataram 50 000
13 OKI 60 000
14 Palembang 60 000
15 Menggala 65 000 Sumber: Data Primer
106
Lampiran 14. Pemasukan Ubi Kayu Petani Mitr
Sumber : Data Mitra (Diolah)
No Tanggal Lingkungan
pabrik (kg)
OKI
(kg)
SP Pema-
tang (kg)
Brabasan
A (kg)
TL Gunung
(kg)
Lapak
unit 4 (kg)
Lapak Buko-
poso (kg)
Menggala
C (kg)
Total
(kg)
1 23 Mei 2011 12.140 9.660 - 14.010 35.430 59.120 62.120 - 192.480
2 24 Mei 2011 2.840 4.300 - 21.320 38.620 44.830 51.970 - 163.880
3 25 Mei 2011 - 24.640 2.330 22.430 - 31.620 33.270 - 114.290
4 26 Mei 2011 4.460 - - - - 44.800 48.530 - 97.790
5 27 Mei 2011 4.600 14.710 - 12.670 10.970 57.160 55.740 - 155.850
6 28 Mei 2011 20.620 5.170 - 21.720 28.040 35.850 54.590 - 165.990
7 29 Mei 2011 9.820 16.820 - 13.800 34.400 42.190 34.790 - 151.820
8 30 Mei 2011 16.550 18.370 - 20.660 41.310 62.820 34.120 11.020 204.850
9 31 Mei 2011 16.140 23.140 5.120 21.610 23.640 24.620 40.920 8.520 163.710
10 1 Juni 2011 28.780 22.370 6.260 12.920 6.100 38.160 61.380 9.090 185.060
11 2 juni 2011 12.460 16.350 - 11.690 13.090 24.920 38.410 5.330 122.250
12 3 Juni 2011 16.660 14.000 - - - 29.900 20.760 5.340 86.660
13 4 Juni 2011 6.020 - 7.210 - 25.360 79.980 9.330 127.900
14 5 Juni 2011 27.310 18.790 - 13.980 - 44.880 79.600 4.260 188.820
15 6 Juni 2011 9.390 16.810 - 18.130 11.400 31.880 65.910 - 153.520
16 7 Juni 2011 - 9.660 - 11.690 20.220 44.960 61.540 11.250 159.320
17 8 Juni 2011 - - - 32.510 7.070 26.790 48.980 13.780 129.130
18 9 Juni 2011 8.610 4.180 - 23.640 11.720 54.320 30.590 19.030 152.090
19 10 Juni 2011 9.750 10.400 - 10.040 11.930 37.600 55.150 26.580 161.450
20 11 Juni 2011 10.450 - 31.610 7.560 65.140 85.730 9.850 210.340
21 12 Juni 2011 16.530 10.140 - 31.460 11.830 60.380 64.530 13.740 208.610
22 13 Juni 2011 21.780 11.470 4.240 12.540 8.050 57.370 40.509 11.320 167.279
Rata-rata 157.143
106
107
Lampiran 15. Kadar Aci pada Ubi Kayu yang Dibeli PT SPM I
No Kendaraan Kadar aci (%) 1 BE 9384 EO 24 2 BE 9275 BJ 25 3 BE 4685 JR 27 4 BE 9553 T 24 5 BE 9454 FD 25 6 BE 8522 RG 26 7 BE 4457 CG 25 8 BE 9551 BK 25 9 BE 9247 N 27 10 BE 9892 GF 21 11 BE 9645 BW 25 12 BE 9156 TD 26 13 BE 9317 BU 28 14 BE 9044 TE 26 15 BE 8662 AJ 25 16 BE 9420 TC 26 17 BE 9832 TB 27 18 BE 9583 JA 25 19 BE 9526 FA 24 20 BE 4094 AL 25
Rata-rata 25.3 Sumber: Data Primer