ACARA VIII Susu (Print)
-
Upload
priambodo25 -
Category
Documents
-
view
77 -
download
1
Transcript of ACARA VIII Susu (Print)
ACARA VIII
SUSU
Tujuan Praktikum
Praktikum susu ini bertujuan untuk mengetahui kandungan lemak
pada susu, untuk mengetahui pH pada susu, untuk mengetahui adanya
protein pada susu, untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada protein
susu, untuk mengetahui adanya asam amino tritophan, untuk mengetahui
adanya asam amino tirosin, utnuk mengetahui adanya asam amino
aromatik, untuk mengetahui adanya gula reduksi, untuk mengetahui uji
fisik karbohidrat pada susu, untuk mengetahui adanya kalsium dan
phospor, untuk mengetahui adanya lemak pada susu.
Tinjauan Pustaka
Susu merupakan bahan pangan yang dihasilkan selama periode
laktasi oleh hewan menyusui dengan tujuan utama sebagai sumber nutrisi
dan memberikan sistem kekebalan bagi anak yang baru dilahirkannya
(Widodo, 2003). Susu diproduksi oleh kelenjar susu (mammary gland)
dengan alveolus sebagai unit penghasil susu utama pada kelenjar
tersebut. Ditinjau dari berbagai sudut pandang, susu dapat diartikan
sebagai emulsi dari globula lemak yang mengandung lemak susu, vitamin
larut lemak, dan membran dari globula, suspensi koloid dari misel kasein,
partikel lipoprotein dan protein globular, larutan yang tersusun atas
laktosa, protein terlarut, mineral, vitamin, enzim, zat asam, dan berbagai
komponen lainnya.
Susu merupakan sumber kalsium yang baik, karena disamping
kadar kalsium yang tinggi, laktosa didalam susu membantu absopsi susu
didalam saluran cerna (Almatsier, 2002). Menurut Murti (2004), komposisi
susu sangat beragam, bergantung pada beberapa faktor antara lain
bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, intervasi pemerahan, suhu dan umur
sapi.
Komposisi utama susu sering diartikan sebagai kandungan lemak,
protein, laktosa (disakarida), abu dan padatan total. Susu juga
mengandung sejumlah kecil komponen lainnya seperti garam mineral,
pigmen, enzim, vitamin dan leukosit (Widodo, 2003). Komposisi susu sapi
terdiri dari 87% air, 9% padatan bukan lemak, dan sisanya 4% adalah
lemak susu. Lemak susu tidak membahayakan bagi tubuh. Hanya 35%
yang diduga dapat meningkatkan kholesterol, sedangkan sisanya 65%
tidak memiliki efek buruk pada kesehatan.
Karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu adalah laktosa.
Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Enzim
laktase bertugas memecah laktosa menjadi gula-gula sederhana yaitu
glukosa galaktosa. Usia bayi, tubuh kita menghasilkan enzim laktase
dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Namun
seiring dengan bertambahnya usia, keberadaan, enzim laktase semakin
menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila
mengonsumsi susu (Khomsan, 2004).
Derajat keasaman susu segar berada diantara pH 6,6 sampai 6,7.
Akan tetapi bila susu mengalami cukup banyak pengasaman oleh aktivitas
bakteri, maka nilai pH susu akan menurun. Apabila pH susu diatas pH 6,6
sampai 6,8 baisanya hal ini disebabkan karena adanya penyakit pada sapi
yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan mineral didalam
susu (Buckle dkk., 2009).
Menurut kandungan lemak dan protein, susu dibedakan menjadi
dua, yaitu susu kaya kadar lemak dan protein tinggi, seperti susu ikan
paus, kelinci, dan anjing laut, dan susu miskin kadar lemak dan protein
rendah, seperti susu sapi, kambing, domba, kuda, kerbau, dan manusia.
Susu merupakan emulsi lamak dalam air yang mengandung garam-garam
mineral, gula, dan protein. Komposisi kimia utama susu dalah air dan
lemak. Air berfungsi sebagai pelarut, lemak susu menentukan rasa susu.
Lemak susu berbentuk butir-butir sangat kecil yang disebut globula. Tiap
butir lemak dikelilingi oleh selaput protein yang dapat memelihara
kestabilan emulsi lemak dalam susu. Globula ini menentukan proses
pemisahan susu, churning, pembuatan keju, dan penggumpalan susu
atau krim (Soeparno dkk., 2001).
Protein susu terdiri dari 80% kasein, 18% laktabumin, dan 0,05%
hingga 0,07% laktoglobulin. Kasein merupakan substansi yang berwarna
putih kekuningan didapat dalam kombinasi dengan Ca sebagai kalsium.
Kasein dapat diendapkan dengan asam-asam encer, dan alkohol.
Penggunaan kasein dalam makanan adalah sebagai pengikat pada sosis
dan unsur utama pembuatan makanan bayi. Karbohidrat utama pada susu
dalah laktosa yang tersusun atas glukosa dan galaktosa. Kemanisannya
1/6 kemanisan sukrosa. Susu merupakan sumber utama mineral
potassium, kalsium, magnesium, khlorida, fosfor dan sulfur (Poedjiadi,
2006).
Menurut Nurwantoro dan Abbas (1997), faktor-faktor yang
mempengaruhi susu adalah jenis lemak yang diperah waktu pemerahan,
makanan ternak, penyakit, musim dan umur sapi. Menurut Soeparno dkk.
(2001), faktor yang mempengaruhi komposisi susu adalah yang pertama
faktor keturunan. Perbedaan komposisi terutama pada kadar lemaknya
yang bervariasi secar luas. Kadar lemak yang tinggi biasanya diikuti
dengan kenaikan protein, sedangkan kadar mineral dan laktosa relatif
konstan. Faktor kedua adalah faktor makanan. Jumlah makanan yang
diberikan akan mempengaruhi jumlah produksi susu. Sapi mempunyai
kecenderungan untuk menghasilkan susu dengan komposisi yang konstan
terutama protein dan mineral, sehingga yang terpengaruh oleh makanan
dalah hasil atau jumlah produk. Faktor ketiga adalah faktor iklim. Kadar
lemak dan protein sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada musim dengin,
kadar lemak tinggi dibandingkan dengan musim panas.
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum susu ini adalah
mikroskop, gelas objek, kertas pH, kertas minyak, droplet, bunsen,
penjepit, pipet tetes, kertas saring, tabung reaksi, pipet ukur, gelas beker,
pengaduk corong, dan penangas air.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum susu ini adalah
susu segar, susu basi, asam asetat 2%, NaOH 4%, CuSO4 0,1%, H2SO4,
NaNO3 padat, HNO3 pekat, NH4OH, asam asetat glasial, fenilhidrazin, Na-
asetat, amonium molibdat, kalium oksalat, dan eter.
Metode
Melihat Butiran Lemak
Percobaan pertama yang dilakukan adalah butiran lemak dilihat
dibawah mikroskop, lalu butir-butir tersebut digambar.
Pengukuran pH
Percobaan kedua yang dilakukan adalah pengukuran dengan cara
pH air susu segar ditera dengan digunakan penera yang tersedia seperti
kertas atau pH meter, lalu dibiarkan beberapa lama, kemudian ditera pH-
nya.
Penggumpalan Kasein
Percobaan ketiga yaitu penggumpalan kasein dengan cara awal
ditambahkan 2% asam asetat setetes demi setetes sambil diaduk ke
dalam susu encer hingga terjadi penggumpalan, lalu dipisahkan gumpalan
yang terjadi dari filtratnya, digunakan bekuan dan filtrat untuk percobaan
ini.
Sifat-sifat kasein (uji reaksi protein)
Uji Biuret. Gumpalan kasein (P3) ditambah NaOH 40% dan
beberapa tetes CuSO4 0,1%, kemudian dicampur dan diamati warnanya.
Uji Hopskin Cole. Gumpalan kasein (P3) ditambah 1 ml larutan
formaldehid encer dan 1 ml H2SO4 pekat, lalu digojog dan diamati
warnanya.
Uji Millon. Gumpalan kasein (P3) ditambah 1 ml HgSO4 1%, lalu
dipanaskan selama 10 menit dan segera didinginkan, kemudian ditambah
5 tetes NaNO3, lau dipanaskan selama 10 menit.
Uji xantoprotein. Gumpalan ksein (P3) ditambah 1 ml HNO3 pekat,
kemudian dipanaskan dan didinginkan, lalu diamati warnanya.
Uji terhadap sifat-sifat filtrat
Preparasi. Filtrat kasein (P3) dipanaskan, kemudian disaring dan
dibagi menjadi dua untuk diuji benedict dan osazon.
Uji daya merduksi (uji Benedict). Tabung reaksi diisi dengan 1 ml
filtrat hasil preparasi, kemudian ditambah 1 ml reagen Benedict dan
dipanaskan.
Uji Osazon. Filtat hasil preparasi ditambah dengan 10 tetes asam
asetat glasial dan sedikit fenilhidrazina padat ditambah Na-asetat, lalu
dipanaskan dan disaring. Dipanaskan dalam air mendidih selama 30
menit, kemudian diamati pada mikroskop.
Uji kalsium dan phospor. Filtrat kasein (P3) ditambah NH4OH, lalu
dipanaskan dan disaring. Hasil endapan ditambah dengan asam asetat
encer, kemudian disaring untuk diperoleh filtrat (5d) dibagi menjadi dua.
Filtrat 5d ditambah 3 tetes kalium oksalat. Filtrat 5d ditambah 1 tetes
HNO3 pekat dan 3 tetes amonium molibdat, lalu dipanaskan hingga
terbentuk endapan.
Uji phosphor. Gumpalan kasein (P3) ditambah 1 tetes HNO3 pekat
dan 3 tetes amonium molibdat, lalu dipanaskan hingga terbentuk
endapan.
Uji noda lemak. Gumpalan kasein (P3) ditambah 3 hingga 4 tetes
eter, diteteskan dalam droplet, kemudian diusapkan dengan kertas
minyak, lalu diamati noda pada kertas.
Hasil dan Pembahasan
Melihat butiran lemak. Tujuan dari percobaan ini adalah
mengetahui kandungan lemak pada susu. Hasil yang diperoleh ketika
setetes susu diletakkan pada gelas objek dan diamati di bawah mikroskop
adalah seperti gambar 1.
Gambar 1. Butiran susu
Menurut Hardoyo (2012), gambar butiran susu dengan perbesaran
450 kali memiliki gambar sebagai berikut:
Gambar 2. Butiran susu
Butiran lemak pada susu merupakan jenis lemak trigliserida dan
kholesterol. Lemak tersebut terdapat sebagai emulsi kasar, sehingga
terlihat seperti butiran yang bersama kasein menimbulkan warna putih
pada susu. Warna susu yang putih disebabkan pemantulan cahaya oleh
globula lemak yan gterdispersi, kalsium kaseinat dan fosfat koloidal
(Soeparno dkk., 2001).
Pengukuran pH. Tujuan pengukuran pH adalah mengetahui pH
pada susu. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, ternyata susu segar
yang diberi kertas pH memiliki pH 6 sampai 7, sedangkan susu basi yang
diberi kertas pH memiliki pH 7 sampai 8. Percobaan susu segar hasilnya
sudah sesuai dengan teori, tetapi untuk susu basi hasilnya belum sesuai
dengan teori. Menurut Tillman dkk. (1998), susu segar memiliki pH antara
6,5 hingga 6,6 (bersifat agak asam). Keasaman susu segar berhubungan
dengan fosfat susu, protein (kasein dan albumin), serta CO2 yang
terkandung di dalam susu. Menurut Widodo (2003), apabila pH susu
menyimpang dari angka normal, berarti ada bahan-bahan yang
menyebabkan pH menyimpang (misalnya asam laktat yang terbentuk dari
laktosa susu oleh kegiatan bakteri murni pada susu) yang dihasilkan oleh
aktivitas mikrobia atau enzim.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat asam
dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan
menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan
menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6,5
samapi 6,7, jika dititrasi dengan alkali dan katalisator fenolftalin, total
asam dalam susu diketahui hanya 0,10 sampai 0,26 % saja. Sebagian
besar asam yang ada di dalam susu adalah asam laktat. Meskipun
demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang
bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat,
asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Apabila
nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis
dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun
pemburukan bakteri (Eniza, 2004).
Penggumpalan kasein. Tujuan dari penggumpalan kasein adalah
mengetahu adanya protein pada susu yaitu kasein. Prinsip kerjanya
adalah gumpalan yang terbentuk menandakan adanya kasein di dalam
susu. Hasil yang diperoleh ketika susu segar yang ditetesi asam asetat
2%, ternyata menghasilkan gumpalan. Gumpalan terjadi setelah
penambahan asam asetat 2% sebanyak 34 tetes. Penambahan asam
asetat glasial untuk mengikat asam oleh basa dalam larutan kasein.
Penambahan asam asetat adalah untuk menggumpalkan kasein pada titik
isoelektriknya (Rarasanti, 2011). Titik isoelektrik pada kasein adalah
sekitar pH 4,6 sampai 4,7.
Sifat-Sifat Kasein (Uji Reaksi Protein)
Uji Biuret. Tujuan uji reaksi protein adalah mengetahui adanya
ikatan peptida pada protein susu. Prinsip kerjanya adalah terbentuk cincin
ungu yang merupakan CuN hasil dari reaksi antara Cu dari CuSO4 dan N
dari peptida protein. Hasil yang diperoleh ketika gumpalan kasein yang
ditambah dengan NaOH 40% dan CuSO4 0,1% ternyata didapati cincin
ungu.
Menurut Ophart (2003), timbulnya warna ungu pada permukaan
dikarenakan larutan peptida dapat beraksi dengan Cu2+ membentuk
kompleks ungu dalam suasana basa. Fungsi penambahan NaOH adalah
untuk mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 dan memecah ikatan
protein agar terbentuk urea sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.
Larutan CuSO4 yang ditambahkan berfungsi sebagai donor Cu2+ yang
kemudian akan bereaksi dan membentuk kompleks ungu dengan reaksi
sebagai berikut (Ophart, 2003).
2CO(NH2)2 → CONH2-NH-CONH2 (biuret) + NH3
CuSO4 +2H2O → Cu(OH2) + H2SO4
Cu(OH)2 + NH3 → warna ungu
Uji Hopskincole. Bertujuan untuk mengetahui adanya asam amino
triptophan. Prinsip kerjanya adalah larutan berwarna ungu yang
merupakan hasil dari reaksi antara gugus indol dari asam amino
tryptophan dan aldehid dari formaldehid. Hasil yang diperoleh ketika
gumpalan kasein yang ditambah dengan formaldehid encer dan H2SO4
pekat yang kemudian digojok ternyata menghasilkan larutan berwarna
ungu.
Endapan ungu yang diperoleh pada uji Hopskincole disebabkan
oleh pereaksi yang terdiri dari asam glioksilat (CHO.COOH) dalam H2SO4.
Tryptophan adalah suatu asam amino heterosiklik yang mula-mula
diperoleh dari hasil pencernaan kasein oleh pankreas. Tryptophan akan
terkondensasi dengan aldehid dengan bantuan asam kuat dan senyawa
berwarna. Dasarnya reaksi Hopskincole memberi hasil positif khas untuk
gugus indol dalam protein (Poedjiadi, 2006).
Uji Millon. Bertujuan untuk mengetahui adanya asam amino tirosin.
Prinsip kerjanya adalah larutan berwarna merah yang merupakan hasil
dari reaksi antara fenol dari asam amino tirosin dan Hg dari HgSO4. Hasil
yang diperoleh ternyata menghasilkan warna merah pada larutan.
Menurut Ophart (2003), penambahan NaNO3 menyebabkan terjadinya
eksitasi atau oksidasi Hg+ menjadi Hg2+ dan asam amoni tirosin ternitrasi,
sehingga terjadi reaksi pembentukan HgO yang berwarna merah.
Uji xantoprotein. Bertujuan untuk mengetahui adanya asam amino
aromatik. Prinsip kerjanya adalah larutan berwarna kuning yang
merupakan hasil nitrasi terhadap benzene. HNO3 akan bereaksi dengan
inti benzene, sehingga menghasilkan warna kuning. Hasil yang diperoleh
ketika gumpalan kasein yang ditambah dengan HNO3 pekat dan
dipanaskan ternyata menghasilkan warna oranye pada larutan. Inti
benzene dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan
nitobenzene, reaksi ini akan positif jika mengandung asam amino jenis
fenilalanin, tryptophan, dan tyrosin yang mengandung inti benzene, pada
molekulnya juga mengalami reaksi dengan HNO3 pekat. Hasil dari
percobaan hampir sesuai dengan teori yang seharusnya berwarna kuning
tetapi menghasilkan warna oranye, hal terseubut mungkin terjadi karena
praktikan sebelumnya kurang bersih dalam pencucian tabung reaksi yang
digunakan (adanya kontaminasi) atau karena penambahan larutan yang
terlalu banyak dari yang disarankan.
Reaksi yang terjadi ada uji xantoprotein menghasilkan derivat atau
turunan nitro benzena berwarna kuning tua. Penambahan HNO3 pekat
pada uji ini berfungsi sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena ini
benzene dari asam amino akan bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan
campuran berwarna kuning apabila dipanaskan. Garam dari derivat
tersebut akan berwarna kuning (Poedjiadi, 2006).
Uji Terhadap Sifat-Sifat Kasein
Uji daya mereduksi (uji benedict). Bertujuan untuk mengetahui
adanya gula reduksi. Prinsip kerjanya adalah terdapat endapan merah
bata yang merupakan hasil dari reduksi CuSO4 menjadi Cu2O. Hasil yang
diperoleh ketika filtrat hasil preparasi ketika ditambah reagen Benedict dan
dipanaskan menghasilkan endapan merah bata.
Laktosa merupakan komponen karbohidrat utama dalam susu.
Endapan merah bata yang terbentuk pada larutan dikarenakan laktosa
merupakan gula pereduksi dengan aldehid pada residu glukosa yang
dapat mereduksi larutan Benedict membentuk Cu2O ditandai warna
merah bata (Widodo, 2003).
Uji Osazon. Bertujuan untuk mengetahui uji fisik karbohidrat pada
susu (laktosa). Hasil yang diperoleh diamati pada mikroskop adalah
seperti gambar3.
Gambar 3. Laktosa
Menurut Tisaurus (2008), gambar yang dihasilkan adalah sebagai
berikut.
Gambar4. Laktosa
Fenilhidrazin beraksi dengan monosakarida dan beberapa
disakarida membentuk hidrazon dan osazon. Hidrazon merupakan
substansi yang mudah larut (soluble) dan sulit diisolasi, sedangkan
osazon relatif tidak larut dan membentuk kristal yang bentuknya spesifik
untuk setiap jenis sakarida, sehingga osazon menjadi begitu penting
dalam membantu mengidentifikasi konfigurasi struktural dari sakarida.
Sukrosa tidak membentuk osazon.
Prinsip kerja osazon adalah monosakarida dalam keadaan asam
dengan pemansan dan penambahan fenilhidrazin yang berlebih akan
mengikat rantai karbohidrat dan akan membentuk fenil-osazon yang dapat
diamati kristalnya. Osazon merupakan Kristal berwarna kuning yang sukar
larut dalam air, dan terbentuk apabila monosakarida atau disakarida
pereduksi dipanaskan dengan fenilhidrazin (Sumardjo, 2006).
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina
berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur
yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena
dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah
satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara
glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa
menyusui. (McGilvery&Goldstein, 1996).
Uji kalsium. Bertujuan untuk mengetahui adanya kalsium. Hasil
yang diperoleh ketika filtrat ditambah kalium oksalat adalah terbentuk
endapan putih kekuningan. Menurut Evelyn (1997), ammonium molibdat
bereaksi dengan fosfat membentuk ammonium fosfomolibdat. Hasil uji
forfor adalah terbentuknya endapan berwarna kuning. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa dalam larutan terdapat fosfat yang bereaksi dengan
ammonium molibdat membentuk ammonium fosfomolibdat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa di dalam susu terdapat fosfor. Kalium oksalat
bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium oksalat. Kalsium memiliki
muatan positif lebih tinggi daripada muatan positif pada kalium, sehingga
oksalat akan berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat
berwarna putih.
Uji phospor. Bertujuan untuk mengetahui adanya phospor. Hasil
yang diperoleh ketika filtrat yang ditambah HNO3 pekat dan ditambah
amonium molibdat menghasilkan endapan kuning. Menurut Harvey dan
Ferrier (2011), kasein akan melepaskan phospor karena penambahan
asam kuat (HNO3) dan membentuk senyawa phospat (HPO4), pelepasan
phospor dari kasein melalui asap yang dibentuk ketika dilakukan
pemanasan kasein dalam hal ini dibentuk senyawa phospat. Penambahan
amonium molibdat akan membentuk warna kuning akibat berikatan
dengan senyawa phospat, endapan yang terjadi merupakan hasil yang
disebut amonium phospomolibdat.
Uji noda lemak. Bertujuan untuk mengetahui adanya lemak pada
susu. Hasil yang diperoleh ketika kertas minyak diusapkan ke droplet yang
berisi gumpalan kasein adalah kertas minyak menjadi transparan. Menurut
Poedjiadi (2006), pada lemak mempunyai noda transluen, sehingga pada
uji noda lemak susu yang menghasilkan kertas minyak menjadi transparan
membuktikan adanya lemak yang terkandung di dalam susu. Menurut
Soeparno (2001), lemak susu tersusun dari globula lemak yang berfungsi
sebagai pelindung lemak dari pengaruh enzim yang terdapat pada susu
serta mencegah terjadinya flokulasi pada globula.
Komposisi susu sapi terdiri dari 87% air, 9% padatan bukan lemak,
dan sisanya 4% adalah lemak susu. Lemak susu tidak membahayakan
bagi tubuh. Hanya 35% yang diduga dapat meningkatkan kholesterol,
sedangkan sisanya 65% tidak memiliki efek buruk pada kesehatan. Asam
lemak linoleat yang terkonjugasi pada lemak susu berfungsi menghambat
pembentukan tumor, menurunkan resiko beberapa penyakit seperti
kanker, hipertensi, dan diabetes, serta dapat meningkatkan sistem
pertahanan tubuh.
Kandungan asam butirat pada lemak susu memiliki daya cerna
yang tinggi dan berperan sebagai anti kanker usus besar serta
mendukung pertumbuhan bakteri baik di dalam tubuh. Fosfolipid yang
terdapat di dalam susu terdiri dari fosfatidil kolin (lesitin), fosfatidil inositol,
dan fosfatidil serin yang berfungsi sebagai pelindung mukosa usus
terhadap serangan bakteri patogen. Fosfolipid tersebut merupakan bagian
terbesar penyusun otak, jaringan saraf, hati, otot, jantung, dan sperma,
serta dapat berfungsi sebagi anti kanker. Lemak susu terdapat sekurang-
kurangnya 50 macam asam lemak susu yang berbeda, dimana 60 sampai
70% bersifat jenuh, 25 sampai 30% tidak jenuh dan 4% asam lemak
polyunsaturated.
Kesimpulan
Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa di dalam susu terkadnung asam amino aromatik yang terdiri dari
asam amino tirosin, tryphopan, dan fenilalanin. Susu mempunyai daya
mereduksi dan mengandung ikatan peptida yang menyusun protein, dan
dibuktikan dengan adanya kasein yang merupakan salah satu jenis
protein. Lemak pada susu besi yang lebih asam dari susu segar
disebabkan adanya perubahan laktosa dalam susu menjadi asam laktat.
Susu segar memiliki pH antara 6 sampai 7 sedangkan susu basi memiliki
pH 7 sampai 8.
Daftar Pustaka
Almastier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Yogyakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 2009. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Eniza, 2004. Pengolahan Susu dan Ternak. Universitas Sumatera Timur, Sumatera.
Evelyn,C.P. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia. Jakarta.
Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga University Press : Surabaya.
Gregorius, 1998. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset, Yogyakarta.
Hardoyo, D. 2002. Susu dan Pengentalan Susu / Susu Fermentasi Dilihat di Bawah Mikroskop. Taken from http://jogjakefir.blogsopt.com/2012 on Maret, 22 2014 at 23.13 WIB.
Harvey, R.A., and D. Ferrier. 2011. Biochemistry 5th Edition. Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia, Jakarta.
Legowo, A.M., Kusrahayu, dan Mulyani S. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP Undip, Semarang.
Murti, T.W. 2004. Aneka Keju. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nurwantoro, dan Abbas B.D. 1997 Mikrobiologi Pangan Hewan Nabati. Kanisius, Jakarta.
Ophart, C.E. 2003. Virtual Chembook. Elmhurst College, USA.
Poedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti. 2006. Dasar-dasar Biokimia, Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Soeparno, 2001. Diktat Kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tillaman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tisaurus. 2008. Taken from http://biodea.blogspot.com on Maret 14 2014 at 22.36 WIB.
Widodo. 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Edisi 1. Lacticia Press, Yogyakarta.
Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press, Yogyakarta.