Acara IV Evaluasi Gizi - Protein
-
Upload
sforzandecas -
Category
Documents
-
view
271 -
download
8
Transcript of Acara IV Evaluasi Gizi - Protein
ACARA IV
EVALUASI KADAR PROTEIN TERLARUT DALAM PRODUK SUSU
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia sehari –
hari dan merupakan makanan utama bagi bayi. Ditinjau dari komposisi
kimianya, susu merupakan minuman bergizi tinggi karena mengandung
hamper semua zat gizi yang diperlukan tubuh manusia sehingga baik
untuk dikonsumsi. Menurut Adnan (1984), susu merupakan bahan pangan
yang tersusun oleh zat – zat makanan yang seimbang.
Pedoman makanan sehat Australia menggolongkan semua
makanan berdasarkan khasiat yang perlu untuk kesehatan dan kehidupan
sehari – hari yang baik. Kelompok makanan dasar adalah:
Roti, biji – bijian, nasi, pasta, mi dan bijian lain
Sayur – sayuran dan polong
Buah – buahan
Susu, yoghurt, keju dan/atau alternative
Daging kurang lemak, ikan, ayam, telur, polong, dan kacang –
kacangan
(Roxon, 2009).
Selama ini pemenuhan kebutuhan susu cenderung berupa susu
hewani, terutama yang berasal dari ternak sapi dan sebagian kecil dari
ternak kambing. Sementara dari sisi lain, orang belum tentu terbiasa
memanfaatkan atau minum susu nabati misalnya susu kedelai. Alasan
utamanya adalah bahwa susu kedelai berbau kurang sedap (langu) yang
disebabkan oleh aktivitas enzim lipoksigenase yang secara alami terdapat
di dalam susu kedelai dan kacang – kacangan lainnya (Santoso, 1995).
Susu kedelai telah berkembang di Negara China pada abad kedua
sebelum masehi. Dari China kemudian berkembang ke Jepang, dan
setelah Perang Dunia II berkembang ke Negara – Negara Asia Tenggara.
Di Indonesia, susu kedelai pernah dipopulerkan dengan nama “saridele”
yaitu dalam bentuk tepung atau bubuk yang dicampur dengan biji wijen,
kacang tanah dan susu skim. Sayang sekali produk ini sekarang tidak
beredar lagi. Latar belakang e tambahain iaa…..
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi kadar protein terlarut
dalam produk susu
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Bahan
Di dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Susu Segar nomor 01-
3141-1998 dijelaskan bahwa susu segar adalah susu murni yang tidak
mendapatkan perlakuan apa pun kecuali proses pendinginan dan tanpa
mempengaruhi kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan
untuk proses pengolahan selanjutnya maka susu segar harus memenuhi
syarat – syarat tertentu sesuai dengan table di bawah ini (SNI, 1998).
Susu kedelai terbuat dari ekstrak biji kedelai yang merupakan
bahan nabati berprotein tinggi. Susu kedelai kurang begitu disukai karena
mengandung off – flavor ang sering disebut langu kedelai (beany flavor).
Fermentasi merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dan telah
terbukti dapat meningkatkan nilai gizi dan memperbaiki akseptabilitas
susu kedelai. Namun penggunaan sel hidup fermentasi susu mempunyai
beberapa kendala baik dalam pengolahan, penyimpanan maupun
pendistribusian sehingga perlu dilakukan cara lain dalam penggunaan
mikroba dalam bentuk produk susu kedelai. Penggunaan mikroorganisme
dapat memberikan efek menguntungkan melalui dua cara yaitu efek
langsung dari sel hidup mikroba dan efek tidak langsung melalui etabolit
dari sel tersebut (Mitsuoka, 1976 dalam Harmayani et all, 2006).
Yoghurt adalah produk yang dihasilkan dari fermentasi susu sapi.
Seiring dengan berkembangnya trend pada olahan pangan, saat ini
yoghurt dapat dibuat dari bahan alami seperti kedelai yang lebih dikenal
dengan soyghurt. Soyghurt memiliki beberapa keuntungan, dapat
dikonsumsi oleh vegetarian, rendah lemak, tidak mengandung kolesterol,
dan mengandung protein, isoflavon, vitamin, yang nutrisi lain yang
tinggi. Karena itu, soyghurt kaya akan nutrisi. Kedelai dimungkinkan
untuk diolah dengan beberapa cara untuk menghasilkan berbagai olahan
pangan sehingga pemilihan penambahan pangan lebih untuk konsumen
sesuai dengan masing – masing citarasa (Syaftika, 2008).
Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada susu
segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena
meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat – zat gizi lainnya
juga meningkat. Selain itu, yoghurt sesuai bagi penderita lactose
intolerance atau yang tidak toleran terhadap laktosa (Wahyudi, 2006).
Dalam proses pembuatan soyghurt ditambahkan S. thermophilus
dan L. bulgaricus sebanyak 5% dari volume susu kedelai. S. thermophilus
dan L. bulgaricus yang ditambahkan akan memanfaatkan sumber nitrogen
dan karbon yang terdapat pada susu kedelai untuk hidup dan berkembang
biak (memperbanyak diri). Semakin banyak jumlah mikrobia yang
terdapat di dalam soyghurt maka akan semakin tinggi kandungan
proteinnya karena sebagian besar komponen penyusun mikrobia adalah
protein (Efendi, 2004).
Tinjauan bahan yang belum:
SUSU SAPI, YOGHURT SUSU SAPI…..
2. Tinjauan Teori
Protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana
alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada
konsentrasi protein yang ditera. Konsentrasi protein diukur berdasarkan
opsikal density pada panjang gelombang 600 nm (OD terpilih). Untuk
mengetahui banyaknya protein dalam larutan, lebih dahulu dilakukan
kurva standar Bovine Serum Albumin (BSA) yaitu albumin Serum darah
sapi. Larutan lowry ada dua macam yaitu larutan Lowry A yang terdiri
dari fosfotungstat-fosfomolibdat (1:1), dan larutan lowry B yang terdiri
Na-karbonat 2% dalam NaOH 0,1 N, kupri sulfat dan Na-K-tartrat 2%
(Suhardi et all, 2003).
Susu kedelai memiliki kadar protein dan komposisi asam amino
yang hampir sama dengan susu sapi. Kenunggulan lain dari susu kedelai
dibandingkan dengan susu sapi adalah tidak mengandung kolesterol sama
sekali. Namun demikian, kandungan kolesterol pada susu sapi masih
tergolong sangat rendah jika dibandingkan bahan pangan hewani lainnya.
Oleh karena itu tidak perlu khawatir minum susu sapi (Astawan, 2009).
TINJAUAN TEORI TAMBAHIN……
Untuk tipus bahan atau teori….jurnal uda semua…..tambahin
boleh banget….ga juga ga papa…..trus….buku kurang 2 kayaknya……
internet kurang 2 juga…….kayaknya ga pake internet juga boleh……
yang penting buku ama jurnal…….oke2…..sip….bejuang……
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Mikropipet
b. Pipet 10 ml
c. Tabung Reaksi
d. Gelas Beaker
e. Sentrifuse
f. Spektrofotometer
2. Bahan
a. Susu Segar
b. Susu Kedelai
c. Yoghurt Susu Segar
d. Yoghurt Susu Kedelai
e. Larutan Protein BSA (Bovien Serum Albumin)
f. Reagen Lowry A & B
g. Amonium Sulfat Kristal
h. Buffer Asam Asetat pH 5
3. Cara Kerja
a. Persiapan kurva standar larutan protein
Bikin iaaa……..hehe
b. Penyiapan sampel
Bikin iaaa…..hehe….
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Absorbansi Standard Larutan BSA 0,3 mg/ml
Tabung ml H2O Konsentrasi BSA (mg/ml) Ao Standard
1 1,0 0 0,103
2 0,9 0,03 0,116
3 0,8 0,06 0,160
4 0,7 0,09 0,204
5 0,6 0,12 0,255
6 0,5 0,15 0,294
7 0,4 0,18 0,330
8 0,3 0,21 0,382
9 0,2 0,24 0,434
10 0 0,3 0,496
Sumber: Laporan Sementara
Analisis tabel 4.1
Regresi: A = 0,085; B = 1,394; R = 0,997
Y = A + B x
Y = 0,085 + 1,394 x
Tabel 4.2 Absorbansi Sampel dan Kadar Proteinnya
Sampel Ao Sampel Kadar Protein
Susu Segar 0,216 0,037
Yoghurt Susu Segar 0,092 0,002
Susu Kedelai 0,110 0,007
Yoghurt Susu Kedelai 0,043 -0,012
Sumber: Laporan Sementara
Analisis tabel 4.2
Sampel: Yoghurt Susu Sapi
Y = 0,092
Y = 0,085 + 1,394 x
0,092 = 0,085 + 1,394 x
x = 0,0050 mg
% kadar protein=x (mg ) . pengenceran
ml sampel .1000x100 %
% kadar protein=0,0050 mg . 205 ml . 1000
x100 %
% kadar protein=0,002 %
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pada sampel susu segar
dengan nilai absorbansi 0,216 diperoleh kaar protein sebesar 0,037%.
Sedangkan pada Yoghurt susu segar dengan nilai absorbansi 0,092
diperoleh kadar protein sebesar 0,002%. Pada sampel susu kedelai dengan
nilai absorbansi sebesar 0,110 diperoleh kadar protein sebesar 0,0358%
dan untuk sampel yoghurt susu kedelai dengan nilai absorbansi sebesar
0,043 diperoleh kadar protein sebesar – 0,060%. Pada sampel yoghurt susu
kedelai diperoleh nilai minus karena….??????????????????....pembahasan
e selain ini apa lagi????..........bandingkan dengan teori……
Grafik regresi…..aku ga bisa bikinnya……
Apabila proses pemanasan terlalu berlebihan maka kadar protein
akan semakin menurun. Oleh karena itu, sampel dengan perlakuan
perebusan seharusnya memiliki kadar protein yang terendah. Kemudian
diikuti dengan sampel yang dikukus dan terakhir sampel yang dikeringkan.
Suhu pada proses pengeringan dapat diatur sehingga penurunan kadar
proteinnya dapat dihambat. Sedangkan pada proses perebusan dan
pengukusan akan terjadi kontak langsung antara air dengan sampel
sehingga protein sampel akan larut dalam air. Hal ini menyebabkan kadar
protein dalam sampel menjadi berkurang.
E. KESIMPULAN
???????????????????????????
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 1984 dalam Wahyudi Maman. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 1. Teknisi Litkayasa Pelaksana pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan pascapanen Pertanian. Bogor.
Astawan Made MS, Prof. Dr. Ir. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi Raswen, Yusmarini. 2004. Evaluasi Mutu Soyghurt yang Dibuat dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula. Jurnal natur Indonesia 6 (2). Laboratorium Teknologi Hasil pertanian, Faperta, Universitas Riau. Pekanbaru.
Mitsuoka, 1976 dalam Harmayani E, Marsono Y, Nisa F. Z. 2006. Efek Hipokolesterolemik Susu Kedelai Fermentasi Steril Pada Hewan Coba. Jurnal Agrosains, 19 (1). Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Roxon Nicola. 2009. Get Up & Grow Healthy Eating And Physical Activity For Early Childhood.Australian Government. Department of Health ang Ageing. Australia.
Santoso Budi H, Ir. 1995. Susu dan Yoghurt Kedelai. http://books.google.co.id. Kanisius. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 29 Mei 2011 pukul 13.35 WIB.
SNI. 1998. Standard Susu Segar. Badan Standardisasi Nasional – BSN. Pusat Standardisasi LIPI. Jakarta.
Suhardi, Haryono Bambang, Sudarmadji Slamet. 2003. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta Bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Syaftika Novi, Indrawati Ida, Chrysanti, Nurhajati J. 2008. Antibacterial Activity of L. bulgaricus and S. thermophiles Soyghurt Cultures. Proc ASEAN Congress Trop Med Parasitol. Parasites: a hidden Threat to Global Health.
Wahyudi Maman. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 1. Teknisi Litkayasa Pelaksana pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan pascapanen Pertanian. Bogor.
LAMPIRAN
Sampel Yoghurt susu sapi
Regresi: A = 0,085; B = 1,394; R = 0,997
Y = A + B x
Y = 0,085 + 1,394 x
Y = 0,092
Y = 0,085 + 1,394 x
0,092 = 0,085 + 1,394 x
x = 0,0050 mg
% kadar protein=x (mg ) . pengenceran
ml sampel .1000x100 %
% kadar protein=0,0050 mg . 205 ml . 1000
x100 %
% kadar protein=0,002 %