HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

53
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS CIKIDANG KECAMATAN CIKIDANG KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Tarikh Azis NIM : 109103000012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

Transcript of HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

Page 1: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN

STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS

CIKIDANG KECAMATAN CIKIDANG KABUPATEN

SUKABUMI TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Tarikh Azis

NIM : 109103000012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untukmemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya

ataumerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerimasanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 September 2012

Tarikh Azis

Materai

Rp 6000

Page 3: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

iii

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA

BALITA DI PUSKESMAS CIKIDANG KECAMATAN CIKIDANG

KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Tarikh Azis

NIM: 109103000012

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK dr. Hadianti, Sp.PD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M

Page 4: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN

DAN STATUS GIZI PADA BALITA DIPUSKESMAS CIKIDANG

KECAMATAN CIKIDANG KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012yang

diajukan oleh Tarikh Azis (NIM: 109103000012), telah diujikan dalam sidang di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 21 September 2012.

Laporan penelitian ini telah di terimasebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta,21September 2012

DEWAN PENGUJI

KetuaSidang Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr.WitriArdini, M.Gizi, Sp.GK dr.WitriArdini, M.Gizi, Sp.GK dr.Hadianti, Sp.PD

Penguji 1 Penguji 2

dr.RivaAuda, Sp.A, M.Kes dr.Francisca A. Tjakradidjaja MS, Sp.GK

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN SH Jakarta Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta

Prof.DR.(hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And DR. dr. Syarief Hasan Luthfie, Sp.KFR

Page 5: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penelitian ini dapat terwujud

walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi. Shalawat

serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa manusia menuju jalan lurus dan diridhoi Allah SWT.

Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian

ini yang berjudul “hubungan antaraasupan protein dan status gizi di puskesmas

cikidang kecamatan cikidang kabupaten sukabumi tahun 2012”, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan laporan penelitian ini

banyak menemui hambatan baik yang datang dari faktor luar penulis maupun dari

dalam diri penulis. Mengatasi hambatan-hambatan tersebut, penulis banyak

mendapat dukungan, pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

masukan untuk penelitian saya.

2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakartayang telah memberikan dukungan untuk penelitian saya.

3. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK sebagai dosen pembimbing 1 penelitian saya,

yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan

laporan penelitian ini.

4. dr. Hadianti, Sp.PD sebagai dosen pembimbing 2 penelitian saya, yang telah

banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan

penelitian ini.

5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan Ibu Silvina Fitrina Nasution,M.Biomed

selaku penanggung jawab modul riset Program Studi Pendidikan Dokter 2009,

atas motivasinya terhadap penyelesaian penelitian saya.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

vi

6. Kepala dan Staff Puskesmas Cikidang Kabupaten Sukabumi atas kerjasamanya

dan kesediaanyasebagai tempat penelitian saya.

7. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar penulis, terutama

orang tua penulis H.Masnun,S.KM dan Hj.Koni’ah,S.Ag serta adik penulis

Muhammad Tegar Syaekhuddin dan Muhammad Fatihuddin yang telah

memberikan do’a, motivasi serta pengertian selama penulis melakukan penelitian

ini.

8. Sahabat dan teman-teman terutama Eka Noviawati, Farid Nurdiansyah, Lia

Ameliawati, Neneng Nurlaila Uspuriyah, Mochammad Iqbal Nurmansyah,

Muhammad Takdir Hakim dan Kelompok Belajar Bunga Matahari yang telah

merelakan waktu dan memberikan motivasi bagi penulis serta seluruh staf

pengajar dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hiayatullah Jakarta.

Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah

pengetahuan kita semua terutama mengenai asupan protein dan status gizi balita

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, 12 September 2012

Penulis

Page 7: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

vii

ABSTRAK

Tarikh Azis. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan antara Asupan Protein

dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang

Kabupaten Sukabumi tahun 2012.

Konsumsi makanan untuk balita sangat penting untuk penilaian status gizi. Selain

konsumsi makanan saat ini, status gizi juga sangat ditentukan oleh konsumsi

makanan masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

asupan protein dan status gizi balita. Penilaian asupan protein dilakukan dengan

cara memberikan kuesioner food recall dan food frequency questioner untuk

mengetahui asupan makanan balita dengan cara memberikan pertanyaan kepada

responden. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, serta teknik pengambilan

sampel yakni simple random sampling. Sampel berjumlah 93 balita, laki-laki 52

orang (55%) dan perempuan 41 orang (45%). Penelitian ini menggunakan uji

Fisher. Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan nilai median distribusi asupan

protein adalah 160% (80%-360%) dalam penelitian ini tidak didapatkan nilai p

karena seluruh balita memiliki asupan protein yang lebih. Hubungan asupan

protein ini tidak signifikan secara statistik, hal ini bisa disebabkan karena kurang

tepatnya penghitungan asupan makanan, jumlah sample yang kurang, penyakit

infeksi pada balita dan ketidak jujuran responden dalam menjawab kuesioner.

Kesimpulannya adalah asupan protein tidak berhubungan dengan status gizi

balita.

Kata Kunci: Asupan Protein, Status Gizi Balita

Page 8: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

viii

ABSTRACT

Tarikh Azis. Medical Students of Studies Program. Protein Intake Relationships to

Nutritional Status of Toddler at the Public Health Center of Cikidang District,

Sukabumi, in 2012.

Food consumption to toddler was critical for the status of nutrient. Apart from

current food consumption, the status of nutrient was also greatly determined by it

is past record of food consumption. This study is aimed to determine whether

there is a relationship of protein intake to nutritional status of toddler. The

research was done by providing food recall questionnaire and food frequency

questionnaire to find how toddler intakes food by giving questions to respondents.

This study used observational research with aquantitative approach with cross-

sectional design, as well as the sampling technique that simpled random sampling.

The sample totaled 93 infants,52 males (55%) and 41 females (45%). This study

uses Fisher's test. Based on the result, it obtains median value of distribution of

the protein intake 160% (80% -360%), the research did not obtain because the p

value for all toddler had high protein intake. The relationship of the protein intake

was not statistically significant, this could be due toimproper food intake

calculation, the less number of respondents, infectious disease in toddler and

dishonesty of respondents in answering the questionnaire. The conclusion is that

protein intake is not associated with nutritional status of toddler.

Key words:Protein Intake, Nutritional Status of Toddler

Page 9: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACT .......................................................................................................viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ............. ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ .. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2

1.3 Hipotesis................................................................................................. 2

1.4 Tujuan Penelitian…............................................................................... 2

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 Landasan Teori .......................................................................... ........... 4

2.1.1 Definisi Protein ......................................................................4

2.1.2 Fungsi Khusus Asam Amino..................................................4

2.1.3 Klasifikasi Protein..................................................................5

2.1.4 Sumber Protein.......................................................................7

2.1.5 Fungsi Protein.........................................................................8

2.1.6 Angka Kecukupan Protein....................................................10

2.1.7 Pengertian Status Gizi...........................................................11

2.1.8 Cara Penentuan Status Gizi...................................................12

Page 10: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

x

2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... .......... 17

2.3 Definisi Operasional.................. ..........................................................18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 19

3.1 Desain Penelitian..................................................................................19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 19

3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 19

3.3.1 Jumlah Sampel...................................................................... 19

3.3.2 Kriteria Sampel ..................................................................... 20

3.3.2.1 Kriteria Inklusi ......................................................... 20

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi ...................................................... 20

3.3.2.3 Kriteria Drop Out......................................................20

3.4 Cara Kerja Penelitian .......................................................................... 20

3.5 Managemen Data ................................................................................ 21

3.6 Etik Penelitian..................................................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23

4.1 Distribusi Balitaberdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 23

4.2 Distribusi Balitaberdasarkan Umur......................................................24

4.3Distribusi Balitaberdasarkan Status Gizi Balita....................................24

4.4 Distribusi Balitaberdasarkan Asupan Kalori ................................. …..25

4.5Hubungan antaraAsupan Kalori dan Status Gizi Balita........................25

4.6Distribusi Balitaberdasarkan Asupan Protein……… .......................... 26

4.7 Hubungan antaraAsupan Protein dan Status Gizi Balita......................27

4.8 Keterbatasan Penelitian........................................................................28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 29

5.1 Simpulan ............................................................................................. 29

5.2 Saran .................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

LAMPIRAN ......................................................................................................... 31

Page 11: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelompok Protein BerdasrkanKelarutannya………………………....6

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia ..........................11

Tabel 3. Status Gizi Balita.................................................................................13

Tabel 4. Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antropometri.................................13

Tabel 5. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi Balita................................24

Tabel 6. Distribusi Balita Berdasarkan Asupan Kalori.....................................25

Tabel 7. Distribusi Balita Berdasarkan Asupan Protein...................................26

Tabel8. Distribusi Balita Berdasarkan Penggabungan Kategori Asupan

Protein.................................................................................................27

\

Page 12: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Distribusi Persentase Responden Berdasarkan JenisKelamin .............23

Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur............................................24

Gambar 3. Diagram Hubungan Asupan Kalori Terhadap Status Gizi Balita........25

Gambar 4. Diagram Hubungan Asupan Protein Terhadap Status Gizi Balita.......27

Page 13: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent..........................................................................31

Lampiran 2 Kuesioner.......................................................................................32

Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik..................................................................36

Lampiran 4 Riwayat Penulis.............................................................................40

Page 14: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan bagian terbesar tubuh

sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein; setengahnya ada di dalam

otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit dan

selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai

hormon, pengangkut zat-zat gizi, darah dan matriks intraseluler adalah protein.

Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor

sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat dan molekul-molekul yang

esensial untuk kehidupan.1

Kurang energi protein disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein

dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut

kekurangan energi protein apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat

badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. Kekurangan energi protein

merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas

terutama pada balita. Pada umumnya penderita kurang energi protein berasal dari

keluarga yang berpenghasilan rendah.2

Kurang energi protein dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan

kematian. Jika hal itu dibiarkan, maka angka mortalitas pada suatu populasi akan

meningkat setiap tahunnya.2

Status gizi balita berdasarkan TB/U dapat di klasifikasikan menjadi : status

gizi sangat pendek, pendek, normal dan tinggi. Riset kesehatan dasar (Riskesdas)

Kementrian Kesehatan tahun 2007 menemukan bahwa prevalensi nasional balita

pendek dan balita sangat pendek (stunting) adalah 36,8%. Sebanyak 17 provinsi

mempunyai prevalensi balita pendek dan balita sangat pendek di atas prevalensi

nasional, persentase ini cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu untuk di cari tahu

penyebab semua ini, baik dari pola asupan makanannya, aktivitas balita dan

pengetahuan ibu tentang pentingnya komposisi makanan.3

Page 15: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

2

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kemenetrian Kesehatan tahun 2007

menemukan bahwa 17,9 % anak usia di bawah lima tahun mengalami

kekurangan gizi. Laporan ini mengungkapkan, 14% anak pada kelompok usia

yang sama justru mengalami kegemukan.3

Pada penelitian yang di lakukan di

daerah Rusun Penjaringan Sari Jawa Timur di dapatkan Balita dengan konsumsi

protein baik sebanyak 34%, cukup 32 %, sedang 23 % dan buruk 11%. Sedangkan

untuk status gizi tinggi sebanyak 2,1%, normal 51,1%, pendek 36,2% dan sangat

pendek 10,6%.4

Berdasarkan data tahun 2011 di puskesmas Cikidang terdapat 5098 balita yang

memiliki catatan status gizi. Dari data tersebut, di dapatkan 69 balita (1,35 %)

dengan status gizi sangat kurang dan 278 balita (5,45%). dengan status gizi

kurang.5 Jika dibandingkan dengan data riskesdas, angka ini memang lebih

rendah. Namun hal tersebut tetap tidak dapat diabaikan. Perlu di cari tahu apa

yang menjadi penyebab utama bagi balita tersebut sehingga memiliki status gizi

kurang.

Berdasarkan data diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan

asupan protein terhadap status gizi balita di Puskesmas Cikidang Kabupaten

Sukabumi Jawa Barat pada tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan asupan protein terhadap status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Cikidang tahun 2012?

1.3. Hipotesis

Asupan protein berpengaruh terhadap status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Cikidang.

1.4. Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan asupan protein dan status gizi balita di wilayah

kerja Puseksmas Cikidang tahun 2012.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

3

1.4.2 Tujuan Khusus

Diketahuinya gambaran asupan protein pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Cikidang

Diketahuinya status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Cikidang

Diketahuinya gambaran asupan kalori pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Cikidang

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi peneliti

Sebagai syarat kelulusan

Untuk mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat

secara akademis di masyarakat

Untuk mengetahui asupan protein dan status gizi balita di wilayah

kerja Puskesmas Cikidang

1.5.2 Bagi Keilmuan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang

tertarik dalam masalah Gizi

1.5.3 Bagi Orang tua

Penelitian ini merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan

mengenai status gizi dan peran asupan protein dan asupan kalori

pada balita

1.5.4 Bagi Pemerintah Dinas Kesehatan setempat

Memberi informasi mengenai masalah kebutuhan protein dan

kalori pada balita yang belum tercukupi di wilayah kerja

Puskesmas Cikidang

Page 17: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Protein

Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama

atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat

yang paling penting dalam setiap organisme.1

Protein merupakan nutrien yang amat penting bagi tubuh, karena

fungsinya sebagai sumber energi dalam tubuh dan juga sebagai zat pembangun.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O

dan N. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein

yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.5,6,7

Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-

jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses

pembentukan jaringan terjadi secara pesat. Pada masa kehamilan proteinlah yang

membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga menggantikan

jaringan tubuh yang rusak dan perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh

ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang lama.5,6

2.1.2 Fungsi Khusus Asam Amino

Hampir semua asam amino mempunyai fungsi khusus. Triptofan adalah

prekursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin. Metionin memberikan

gugus metil guna sintesis kolin dan kreatinin. Selain itu metionin merupakan

prekursor sistein. Fenilalanin adalah prekursor tirosin dan bersama membentuk

hormon-hormon tiroksin dan epinefrin.Tirosin merupakan prekursor bahan yang

membentuk pigmen kulit dan rambut.Arginin dan sentrulin terlibat dalam sintesis

ureum dalam hati.1,4

4

Page 18: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

5

Glisin mengikat bahan-bahan toksik dan mengubahnya menjadi bahan

tidak berbahaya. Glisin juga digunakan dalam sintesis porfirin nukleus

hemoglobin dan merupakan bagian dari asam empedu.Histidin diperlukan untuk

sintesis histamin. Kretinin yang disintesis dari arginin, glisin, dan metionin

bersama fosfat membentuk kreatinin fosfat, suatu simpanan penting fosfat

berenergi tinggi di dalam sel. Glutamin yang dibentuk dari asam glutamat dan

asparagin dari asam aspartat merupakan simpanan asam amino di dalam tubuh.

Selain itu asam glutamat aadalah prekursor pengantar saraf gamma amino-asam

butirat.1,8

2.1.3. Klasifikasi Protein

Protein dapat digolongkan berdasarkan struktur susunan molekulnya,

kelarutannya, adanya senyawa lain dalam molekul, tingkat degradasi, dan

fungsinya.2,9

2.1.3.1. Penggolongan Protein berdasarkan Struktur Susunan Molekul

a. Protein fibriler/skleroprotein

Protein fibriler berbentuk serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut

encer, baik larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol. Susunan molekulnya

terdiri dari rantai molekul yang panjang, sejajar dengan rantai utama, tidak

membentuk kristal dan bila rantai ditarik memanjang, dapat kembali ke keadaan

semula. Contoh dari protein ini adalah kolagen yang terdapat di tulang rawan,

miosin di otot, keratin di rambut dan fibrin di gumpalan darah.

b. Protein globuler/sferoprotein

Protein globuler berbentuk bola. Protein ini banyak terkandung dalam bahan

makanan seperti susu, telur dan daging. Protein ini larut dalam larutan garam,

asam encer dan basa dibandingkan dengan protein fibriler.10,11

Page 19: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

6

2.1.3.2. Penggolongan Protein berdasarkan Kelarutan

Berdasarkan kelarutannya protein globuler dikelompokkan menjadi beberapa

grup, yaitu: albumin, globulin, glutein, prolamin, histon dan protamin.

Tabel 1. Kelompok Protein berdasarkan Kelarutannya11

PROTEIN SIFAT CONTOH

Albumin Larut dalam air dan

terkoagulasi dalam panas

Albumin telur, albumi serum

dan laktalbumin dalam susu

Globulin Tidak larut dalam air dan

terkoagulasi oleh panas

Miosinogen dalam otot dan

ovoglobulin dalam kuning

telur

Glutein Tidak larut dalam pelarut

netral tapi larut dalam pelarut

basa/asam encer

Glutein dalam gandum atau

orizenin dalam beras

Prolamin/Gliadin Larut dalam alkohol 70-80%

dan tidak larut dalam air

ataupun alkohol absolut

Gliadin dalam gandum,

hordain dalam barley dan

zein pada jagung

Histon Larut dalam air dan tidak

larut dalam amonia encer

Globulin dalam hemoglobin

Protamin Larut dalam air dan tidak

terkoagulasi oleh panas

Salmin pada ikan salmon dan

klupein pada ikan herring

2.1.3.3. Penggolongan Protein berdasarkan Tingkat Degradasi

Protein dapat dibedakan menurut tingkat degradasinya. Degradasi

biasanya merupakan tingkat permulaan denaturasi.

a. Protein alami adalah protein dalam keadaan seperti protein dalam sel.

b. Turunan protein yang merupakan hasil degradasi protein pada tingkat

permulaan denaturasi. Dapat dibedakan sebagai: protein turunan

primer (protean, metaprotein) dan protein turunan sekunder (proteosa,

pepton, dan peptida).11

Page 20: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

7

2.1.4. Sumber Protein

Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi protein hewani dan protein

nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan organ-organ dalam hewan

seperti hati, pankreas, ginjal, paru, jantung, usus dan otak. Susu dan telur merupakan

sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang

juga merupakan kelompok sumber protein hewani yang baik, jenis kelompok sumber

protein hewani ini mengandung sedikit lemak, sehingga baik bagi komponen susunan

hidangan rendah lemak. Namun kerang-kerangan mengandung banyak kolesterol,

sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan jenis

burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein hewani yang berkualitas

baik.5,7

Sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan biji-bijian seperti

kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa dan lain-lain.

Asam amino yang terkandung dalam protein ini tidak selengkap pada protein

hewani, namun penambahan bahan lain yaitu dengan mencampurkan dua atau

lebih sumber protein yang berbeda jenis asam amino pembatasnya akan saling

melengkapi kandungan proteinnya. Bila dua jenis protein yang memiliki jenis

asam amino esensial pembatas yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka

kekurangan asam amino tertentu dapat ditutupi oleh asam amino sejenis yang

berlebihan pada protein lain. Dua protein tersebut saling mendukung

(complementary) sehingga mutu gizi dari campuran menjadi lebih tinggi dari pada

salah satu protein itu. Contohnya yaitu dengan mencampurkan dua jenis bahan

makanan antara campuran tepung gandum dengan kacang-kacangan, tepung

gandum kekurangan asam amino lisin, tetapi asam amino belerangnya berlebihan,

sebaliknya kacang-kacangan kekurangan asam amino belerang dan kelebihan

asam amino lisin. Pencampuran 1: 1 antara tepung gandum dan kacang-kacangan

akan membentuk bahan makanan campuran yang telah meningkatkan mutu

protein nabati. Karena itu susu dengan serealia, nasi dengan tempe, kacang-

kacangan dengan daging atau roti, bubur kacang hijau dengan ketan hitam

merupakan kombinasi menu yang dapat meningkatkan mutu protein.5,12

Page 21: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

8

2.1.5. Fungsi Protein

Secara garis besar, protein dalam tubuh berfungsi sebagai (1) pertumbuhan dan

pemeliharaan, (2) pembentukan ikatan-ikatan esensial dalam tubuh, (3) mengatur

keseimbangan air, (4) memelihara netralitas tubuh, (5) pembentukan antibodi, (6)

mengangkut zat-zat gizi, dan (7) sumber energi.

2.1.5.1. Pertumbuhan dan Pemeliharaan

Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus tersedia asam amino

esensial yang diperlukan dan cukup nitrogen atau ikatan amino (NH2) guna

pembentukan asam-asam amino nonesensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau

penambahan otot hanya mungkin bila tersedia cukup campuran asam amino yang

sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan. Beberapa jenis jaringan tubuh

membutuhkan asam-asam amino tertentu dalam jumlah yang lebih besar. Rambut,

kulit, dan kuku membutuhkan lebih banyak asam amino yang mengandung sulfur.

Protein kolagen merupakan protein utama otot, tendo dan jaringan ikat. Fibrin dan

miosin adalah protein lain yang terdapat di dalam otot-otot.

Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis, yang secara gantian dipecah dan

disintesis kembali. Tiap hari sebanyak 3% jumlah protein total berada dalam

keadaan berubah ini. Dinding usus yang setiap 4-6 harus diganti, membutuhkan

sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh sangat efisien dalam memelihara

protein yang ada dan menggunakan kembali asam amino yang diperoleh dari

pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan

lain.1,7,8

2.1.5.2. Pembentukan Ikatan-ikatan Esensial Tubuh

Hormon-hormon, seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikina

pula bebagai enzim. Ikatan-ikatan ini bertindak sebagai katalisator atau membantu

perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh.

Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai

pengangkut oksigen dan karbon dioksida adalah ikatan protein. Begitupun bahan-

bahan lain yang berperan dalam penggumpalan darah. Protein lain adalah

fotoreseptor pada mata.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

9

Asam amino triptofan berfungsi sebagai prekursor vitamin niasin dan

pengantar saraf serotonin yang berperan dalam membawa pesan dari sel saraf

yang satu ke sel saraf yang lain.

Dalam hal kekurangan protein, tampaknya tubuh memprioritaskan

pembentukan ikatan-ikatan tubuh yang vital ini.1,9

2.1.5.3. Mengatur keseimbangan Air

Cairan tubuh terdapat di dalam tiga kompartemen : intraselular (di dalam

sel), ekstraselular/intarselular (diantara sel), dan intravaskular (di dalam pembuluh

darah). Komparetemen-kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh membran

sel. Distribusi cairan di dalam kompartemen-kompartemen ini harus di jaga dalam

keadaan seimbang atau homeostasis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem

kompleks yang melibatkan protein dan elektrolit. Penumpukan cairan di dalam

jaringan dinamakan edema dan merupakan tanda awal kekurangan protein.13

2.1.5.4. Memelihara Netralitas Tubuh

Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan

basa untuk menjaga pH pada taraf konstan. Sebagian besar jaringan tubuh

berfungsi dalam keadaaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,35-7,45).13,14

2.1.5.5. Pembentukan Antibodi

Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada

kemampuannya untuk memproduksi antibodi terhadap bahan-bahan asing yang

memasuki tubuh. Tingginya tingkat kematian pada anak-anak yang menderita gizi

kurang kebanyakan disebabkan oleh menurunnya daya tahan terhadap infeksi

(muntaber, dsb) karena ketidak mampuannya membentuk antibodi dalam jumlah

yang cukup.15

Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan

racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Dalam

keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh

toksik bahan-bahan racun ini berkurang. Seseorang yang menderita kekurangan

protein lebih rentan terhadap bahan-bahan racun dan obat-obatan.15

2.1.5.6. Mengangkut Zat-zat Gizi

Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari

saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke

Page 23: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

10

jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagian besar

bahan yang mengangkut zat-zat gizi ini adalah protein. Alat angkut protein ini

dapat bertindak secara khusus, misalnya protein jenis zat gizi seperti mangan dan

zat besi, yaitu transferin, atau mengangkut lipida dan bahan sejenis lipida, yaitu

lipoprotein.

Kekurangan protein, menyebabkan gangguan pada absorpsi dan

transportasi zat-zat gizi.15

2.1.5.7. Sumber Energi

Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat, karena

menghasilkan 4 kkal/g protein. Namun, protein sebagai sumber energi relatif

lebih mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi yang dibutuhkan

untuk metabolisme energi. 14

2.1.6. Angka Kecukupan Protein

Kebutuhan protein menurut kutipan FAO/WHO adalah konsumsi yang

diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan

produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan atau

menyusui.11

Angka Kecukupan Protein (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil

penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat badan, berupa

protein patokan tinggi yaitu protein telur (mutu cerna/ digestibility dan daya

manfaat/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan taraf suapan terjamin.

Angka kecukupan protein yang di anjurkan dalam taraf suapan terjamin menurut

kelompok umur adalah sebagai berikut. Angka Kecukupan Protein untuk

penduduk Indonesia berdasarkan berat badan patokan, umur, mutu protein dan

daya cerna protein.12

Page 24: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

11

Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia16

No Kelompok

Umur

Berat

Badan (kg)

Tinggi

Badan (cm)

Energi

(Kkal)

Protein

(g)

Anak

1 0-6 bl 6 60 550 10

2 7-12 bl 8,5 71 650 16

3 1-3 th 12 90 1000 25

4 4-6 th 17 110 1550 39

5 7-9 th 25 120 1800 45

Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung

dalam protein tersebut. Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan

asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan

manusia, mempunyai mutu yang tinggi.Sedangkan jumlah asam amino yang tidak

esensial tidak dapat digunakan sebagai pedoman karena asam-asam amino

tersebut dapat disintesis dalam tubuh. Kebutuhan manusia akan protein dapat

diketahui dengan jumlah nitrogen yang hilang. Nitrogen yang hilang atau

terbuang sekitar 54mg/kg berat badan per hari. Angka tersebut dapat dikalikan

dengan 6,25 menjadi kebutuhan protein per kg berat badan per hari. Angka ini

biasanya ditambahkan 30% untuk memberi peningkatan terbuangnya nitrogen.

Sehingga tergantung individu, ukuran berat badan, jenis kelamin, dan umur. Hasil

akhir kebutuhan protein menjadi 0,57 g/kg berat badan per hari (laki-laki dewasa)

atau 0,54 g/kg berat badan per hari (wanita dewasa). Jumlah tersebut sudah cukup

untuk memenuhi keperluan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dengan

syarat protein yang dikonsumsi mempunyai mutu yang tinggi.2,5,7

2.1.7. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga

didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara

Page 25: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

12

kebutuhan dan masukan nutrisi. Penelitian status gizi merupakan pengukuran

yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.2

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta

menghasilkan energi.2

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.

Status gizi juga diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran

gizi tertentu.1

2.1.8. Cara Penentuan Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tak

langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian

status gizi tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan,

statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk menentukan status

gizi digunakan indeks antropometri.2,9

Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos artinya

tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari

tubuh.Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari

berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak. Otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri yang umum

digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur, tinggi

badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan. Menurut DepKes RI

2002 klasifikasi status gizi anak yaitu :

Page 26: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

13

Tabel 3. Status Gizi Balita2

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS

Berat badan menurut umur

(BB/U)

Gizi Lebih > + 2 SD

Gizi Normal -2 SD s/d +2 SD

Gizi Kurang -3 SD s/d -2 SD

Gizi Buruk < – 3 SD

Tinggi badan menurut umur

(TB/U)

TB Tinggi > + 2 SD

TB Normal -2 SD s/d +2 SD

TB Pendek -3 SD s/d <-2 SD

TB Sangat Pendek <-3 SD

Berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB)

Gemuk > + 2 SD

Normal -2 SD s/d + 2 SD

Kurus -3 SD s/d < -2 SD

Sangat Kurus < – 3 SD

Dari masing-masing indeks antropometri tersebut mempunyai beberapa kebaikan

dan kelemahan yang dikutip dari Hartini, seperti yang terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antropometri2

INDEKS KEBAIKAN KELEMAHAN

1. BB/U

- Baik untuk mengukur status

gizi akut atau kronis

BB dapat berfluktuatisi

Sangat sensitif terhadap

perubahan- perubahan kecil

Umur sulit ditaksir

2. TB/U - Ukuran panjang dapat

dibuat sendiri, murah dan

mudah dibawa

- Tinggi badan tidak cepat

naik bahkan tidak mungkin

turun

Pengukuran relatif sulit dilakukan

karena anak berdiri tegak,

sehingga diperlukan 2 orang

untuk melakukannya

Ketepatan umur sulit

3. BB/TB - Tidak memerlukan data

umur

- Dapat membedakan proporsi

badan (normal, gemuk dan

kurus)

Membutuhkan 2 macam alat ukur

Pengukuran relative lebih lama

Membutuhkan 2 orang untuk

melakukannya

Page 27: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

14

Sedangkan menurut Soekirman (2001) :

a. Indikator BB/U

Indikator BB/U dapat normal, lebih rendah atau lebih tinggi setelah

dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB/U normal digolongkan pada

status gizi buruk. BB/U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau buruk

BB/U tinggi dapat digolongkan berstatus gizi lebih.

1) Kelebihan

a) Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum

b) Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu

pendek

c) Dan dapat mendeteksi kegemukan

2) Kelemahan

a) Interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat oedema

b) Data umur yang akurat sering sulit diperoleh kesalahan pada saat

pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas dan anak bergerak

c) Masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk

tidak menimbang naknya karena dianggap seperti barang dagangan

b. Indikator TB/U

Mereka yang diukur dengan indicator TB/U dapat dinyatakan TB-nya

normal, kurangan tinggi menurut standar WHO. Bagi yang TB/U kurang menurut

WHO dikategorikan stunted yang diterjemahkan “sebagai pendek tak sesuai

umurnya”. Tingkat keparahannya dapat digolongkan menjadi ringan, sedang dan

berat. Hasil pengukuran menggambarkan status gizi masa lampau. Seseorang

yang tergolong pendek tak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak

baik. Berbeda dengan berat badan rendah yang diukur dengan BB/U yang

mungkin dapat diperbaiki dalam waktu pendek, baik pada anak maupun dewasa.

Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lampau :

1. Kelebihan

a) Dapat memeberikan gambaran riwayat gizi masa lampau

b) Dapat dijadikan indicator keadaan sosial ekonomi penduduk

2. Kelemahan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

15

a) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada

kelompok usia balita

b) Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini

c) Memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh di

negara- negara berkembang

d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama

bila dilakukan oleh petugas non profesional

c. Indikator BB/TB

Pengukuran antropometri terbaik adalah menggunakan indikator

BB/TB.Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif

dan spesifik. Artinya mereka yang BB/TB kurang, dikategorikan sebagai kurus

atau wasted. Indikator BB/TB ini diperkenalkan oleh Jellife pada tahun 1996 dan

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, terutama bila

data umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu indikator BB/TB

merupakan indikator independent terhadap umur.

1) Kelebihan

a) Independent terhadap umur dan ras

b) Dapat menilai status “kurus” dan “gemuk” dan keadaan marasmus atau

KEP berat lain.

2) Kelemahan

a) Kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak tidak dilepas atau

bergerak terus.

b) Masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk

tidak menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

c) Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan anak

pada kelompok balita.

d) Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur terutama bila

dilakukan oleh petugas non professional.

e) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek normal

atau panjang. 11,12

Diantara bermacam-macam indek antropometri, BB/U merupakan indikator

yang paling umum digunakan sejak 1972 dan dianjurkan juga mengunakan TB/U

Page 29: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

16

dan BB/TB untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi kronis atau akut.

Keadaan gizi kronis atau akut mengandung arti terjadi keadaan yang dihubungkan

dengan masa lalu dan waktu sekarang.Pada keadaan kurang gizi kronis .BB/U dan

TB/U rendah tetapi BB/TB normal.13

Kondisi ini sering disebut dengan stuting, pada 1978. WHO lebih

menganjurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan faktor umum yang

menurut pengalaman sulit didapat secara benar , khususnya di daerah terpencil

dimana terdapat masalah pencatatan kelahiran. lndeks BB/TB juga

menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat

menggambarkan keadaan gizi waktu lampau.14,15

Page 30: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

17

2.2. Kerangka Konsep

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti

: hubungan yang tidak diteliti

Faktor ekonomi

keluarga dan

lingkungan sosial

Asupan :

Karbohidrat

Lemak

Vitamin

Makronutrien

dan

mikronutrien

lain Asupan Protein

Status Gizi Balita

Pengetahuan

ibu mengenai

protein dan

kalori

Pola Makan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

18

2.3. Definisi Operasional

Variabel Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

Status

Gizi2

Metode

antropometri

dengan

komponen

yang

diukurnya

adalah:

- Usia

- Tinggi badan

- Klasifikasi

status Gizi

berdasarkan

kurva CDC

- Timbangan BB

(kg)

- Meteran TB

(cm)

- Bagan Kurva

CDC

TB/U

Responden

memilki

status:

1. Pendek

2. Normal

Asupan

Kalori1

Kuesioner Pedoman

kuesioner

Ordinal Klasifikasi

asupan kalori

responden

Asupan

Protein1

Jenis makanan

yang

mengandung

protein

Konversi nilai

kalori :

Gram Klasifikasi

asupan

protein

responden

Page 32: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan kuantitatif dengan

desain Cross Sectional dengan meneliti variabel terikat dan variabel bebas

secara bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Cikidang pada

bulan Juli-Agustus 2012.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi untuk penelitian ini adalah anak-anak usia dibawah lima tahun (

balita) yang memiliki catatan status gizi dan bersedia menjadi sampel di

wilayah kerja Puskesamas Cikidang Kec. Cikidang Kab. Sukabumi.

3.3.1. Jumlah Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan cara simple

random sampling yaitu dengan memilih Posyandu terdekat kemudian di pilih

dengan menggunakan tabel. Jumlah sampel dihitung dengan rumus

Keterangan :

Z : deviat baku alfa 1,96

Zβ : deviat baku beta 0,84

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna 20%

P2 : proporsi pada kelompok yang belum diteliti adalah 50%

P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan

judgement peneliti

0,2 + P2 = 0,2 + 0,5 = 0,7

Q1 : 1-P1 = 1 - 0,7 = 0,3

n1 = n2=(Z 2PQ + Zβ P1Q1 + P2Q2 )

P1-P2

19

Page 33: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

20

Q2 : 1-P2 = 1 - 0,5 = 0,5

P : proporsi total (P1+P2)/2 = 1,2/2 = 0,6

Q : 1-P = 1 – 0,6 = 0,4

Maka hasil hitung adalah 93.Sampel pada penelitian ini berjumlah

93 dari balita yang mempunyai status gizi di wilayah kerja Puskesmas

Cikidang.

3.3.2. Kriteria Sampel

3.3.2.1. Kriteria inklusi

Semua balita yang memiliki catatan status gizi di puskesmas Cikidang

yang bersedia menjadi responden

3.3.2.2. Kriteria Eksklusi

Semua balita yang memiliki catatan status gizi di puskesmas Cikidang

dengan riwayat penyakit kongenital

3.3.2.3. Kriteria Drop Out

Semua balita yang memiliki catatan status gizi di puskesmas Cikidang

yang bersedia menjadi responden namun tidak mengisi semua

kuisioner dengan lengkap

3.4. Cara Kerja Penelitian

KESIMPULAN

WAWANCARA RESPONDEN

PEMBUATAN KUESIONER DAN

INFORMED CONSENT PENGUMPULAN DATA POPULASI

SAMPLING DENGAN KRITERIA

INKLUSI

PENGUMPULAN DATA HASIL

JAWABAN RESPONDEN

ANALISIS DATA

Page 34: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

21

3.5. Managemen Data

Data yang digunakan adalah data sekuder yang didapat dari Puskesmas

Cikidang dan data primer yang didapat langsung melalui kuesioner dari sampel

yang memenuhi kriteria inklusi.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software statistic yaitu

semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding untuk

kemudian dimasukkan kedalam program Statistical Package for Social Sciences

(SPSS) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengkodean (coding)

Memberi kode jawaban atau hasil pernyataan pada lembar kuesioner.

b. Pengolahan data (editing)

Isian lembaran kuesioner diteliti kembali

c. Pemasukan data (entry)

Data yang telah di coding kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

d. Pembersihan data (cleaning)

Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan.

Kemudian data diolah lebih lanjut dan dilakukan beberapa uji analisa data

sebagai berikut:

1) Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menyajikan

danmendeskripsikankarakteristik data setiap variabel yang diteliti.

2) Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji dan menjelaskan

hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Analisis

bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan Confident

Interval (CI) 95% atau α sama dengan 0,05.

Adapun hubungan kemaknaan antara variabel independent dan dependent

dari penelitian ini adalah:

a) Hubungan bermakna atau secara statistik terdapat hubungan yang

signifikan, apabila p value α.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

22

b) Hubungan tidak bermakna atau secara statistik terdapat hubungan yang

signifikan, apabila p value > α

3.6 Etik Penelitian

Mengajukan usulan penelitian kepada komisi etik. Kelengkapan berkasnya

terdiri dari:

Surat usulan dari institusi

Protokol penelitian

Daftar tim peneliti

Informed Consent (formulir persetujuan keikutsertaan dalam penelitian)

Kuesioner

Memberikan informed consent kepada subjek penelitian dan institusi

terkait

Page 36: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Cikidang

Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi diperoleh data responden tentang

sebaran jenis kelamin, umur, status gizi, distribusi kategori asupan kalori dan

distribusi kategori asupan protein.

Dari hasil observasi dengan 93 responden diperoleh data sebagai berikut :

4.1 Distribusi Balita berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 1. Distribusi Persentase Balita berdasarkan Jenis Kelamin

Dari gambar diatas dapat di ketahui bahwa jumlah balita laki-laki

52 balita (55%) dan balita perempuan 41 balita (45%). Perbandingan ini hampir

merata, ini menunjukkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Cikidang distribusi

balita berdasarkan jenis kelamin cukup seimbang.

55%

45%

Laki-laki Perempuan

23

Page 37: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

24

4.2 Distribusi Balita berdasarkan Umur

Gambar 2. Distribusi Balita berdasarkan Umur

Distribusi Balita berdasarkan umur terdapat 19 responden yang rentang

usianya ≤ 1,5 tahun, 48 responden dengan rentang usia >1,5-3 tahun dan 26

responden dengan rentang usia >3-5 tahun dengan nilai median 3(1-5).

4.3 Distribusi Balita berdasarkan Status Gizi Balita

Berdasarkan perhitungan antropometri didapatkan nilai mean 94,9 % (6,62).

Dengan klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Balita berdasarkan Status Gizi Balita

Kategori Status Gizi (TB/U) Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)

Pendek 21 22.6

Normal 72 77.4

Total 93 100

Dari data diatas menunujukkan bahwa balita status gizi pendek adalah

22.6%. Berdasrkan Riskesdas 2007 angka ini berada dibawah prevalensi nasional

yang menunjukkan angka 36,8%. Selain itu target program perbaikan gizi yang

diproyeksikan sebesar 20% dan target MDGs sebesar 18,5 telah dapat dicapai,

tetapi tetap perlu ada berbagai upaya untuk mempertahankan agar pencapaian itu

agar tidak mengalami penurunan.

0

20

40

60

≤1,5 >1,5-3 >3-5

Jum

lah

Bal

ita

Umur

Distribusi Balita berdasarkan Umur

Page 38: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

25

4.4 Distribusi Balita berdasarkan Asupan Kalori

Tabel 6. Distribusi Balita berdasarkan Asupan Kalori

Asupan Kalori Frekuensi (Jiwa) Persentase

(%)

Kurang 44 47,3

Lebih 49 52,7

Total 93 100

Data diatas menunjukan bahwa asupan kalori kurang dan asupan kalori

lebih hampir seimbang.Rata-rata asupan kalori responden adalah median 785,6

(503-1391,33) kkalori asupan ini sudah sesuai dengan kebutuhan asupan kalori

balita. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya karena

pengetahuan ibu yang kurang sehingga tidak memperhatikan kebutuhan anaknya,

faktor ekonomi keluarga yang rendah sehingga susah untuk memenuhi kebutuhan

pangan keluarga atau faktor dari anaknya sendiri misalnya menurunnya nafsu

makan karena penyakit yang diderita baik itu kongenital maupun dapatan.

4.5 Hubungan antara Asupan Kalori dan Status Gizi Balita

Gambar 3. Diagram Hubungan antara Asupan Kalori dan Status Gizi Balita

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Kurang Lebih

Jum

lah

Bal

ita

Asupan kalori

Hubungan antara Asupan Kalori dan Status Gizi Pendek Normal

Page 39: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

26

Dari hasil tabulasi silang antara hubungan asupan kalori dengan status gizi

balita menunjukkan bahwa terdapat 6 balita yang memiliki status gizi pendek

dengan asupan kalori kurang dan 15 balita dengan asupan kalori lebih. Untuk

balita dengan status gizi normal dengan asupan kalori kurang terdapat 38 balita

dan 34 balita dengan asupan kalori lebih.

Hubungan asupan kalori terhadap status gizi balita di puskesmas Cikidang

diteliti dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai significancy P=0,051,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan asupan kalori dengan

status gizi balita berdasarkan TB/U.

Asupan kalori dapat mempengaruhi status gizi balita, namun hal ini perlu

juga melihat asupan-asupan yang lain, seperti karbohidrat, protein dan lemak.

Karena asupan-asupan tersebut juga di butuhkan oleh tubuh baik sebagai sumber

tenaga, zat pembangun, pengangkut zat-zat gizi dan pembentuk antibodi.

4.6 Distribusi Balita berdasarkan Asupan Protein

Agar pola makan jangka panjang responden dapat tergambarkan, maka

pada penghitungan protein digunakan metode FFQ. Berdasarkan hasil

perhitungan FFQ didapatkan nilai median 160% (80%-360%), selanjutnya dibagi

menjadi beberapa klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Balita Berdasarkan Asupan Protein

Asupan Protein Frekuensi (Jiwa) Persentase (%)

Kurang 0 0

Cukup 10 10,75

Lebih 83 89,25

Total 93 100

Pada perhitungan awal didapatkan 3 kategori asupan protein. Agar

tabel yang akan dilihat hubungannya memenuhi persyaratan uji statistik, maka

dilakukan penggabungan baris dengan kategori sebagai berikut:

Page 40: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

27

Tabel 8. Distribusi Balita Berdasarkan Penggabungan Kategori Asupan Protein

Asupan Protein Frekuensi (Jiwa) Persentase

(%)

Kurang 0 0

Cukup 93 100

Total 93 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa asupan protein kurang adalah 0% dan

asupan protein cukup adalah 100%, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi asupan

protein di wilayah kerja Puskesmas Cikidang sangat baik. Walaupun sudah

dilakukan penggabungan baris, kategori asupan protein tetap tidak memenuhi

persyaratan uji statistik, karena semua balita berada di kategori asupan protein

cukup.

4.7 Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Balita

Gambar 4. Diagram Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Balita

Dari hasil tabulasi silang antara hubungan asupan protein dengan status

gizi balita menunjukkan bahwa terdapat 21 responden yang memiliki status gizi

pendek, hal ini bisa disebabkan karena asupan protein tidak dapat diserap oleh

tubuh dengan baik, metabolisme protein didalam tubuh terhambat, penyakit

infeksi pada responden tersebut. Untuk balita dengan status gizi normal dengan

asupan protein lebih terdapat 72 balita.

0

20

40

60

80

Kurang CukupJum

lah

Bal

ita

Asupan Protein

Pendek Normal

Page 41: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

28

Pada penelitian hubungan asupan protein dan status gizi balita

berdasrakan TB/U ini tidak dapat dilakukan uji tabulasi silang, karena seluruh

responden memiliki asupan protein yang lebih.

Hal ini membuktikan bahwa asupan protein bukanlah faktor yang

dominan untuk menentukan status gizi balita. Kemungkinan adanya faktor lain

yang dapat mempengaruhi status gizi sangatlah mungkin. Misalnya asupan,

asupan lemak dan penyakit kongenital atau penyakit infeksi dapatan.

4.8 Keterbatasan Penelitian

Kurang tepatnya penghitungan asupan makronutrien dengan

menggunakan daftar bahan makanan penukar.

Kemungkinan tidak jujurnya responden (orang tua balita) dalam

menjawab kuesioner.

Kemungkinan terdapat balita yang sedang terkena penyakit infeksi.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

29

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein terhadap status gizi

balita berdasarkan TB/U tidak berpengaruh karena pada penelitian ini

seluruh responden mempunyai asupan protein yang cukup, sehingga tidak

memenuhi persyaratan uji statistik.

5.1.2 Berdasarkan hubungan asupan kalori dengan status gizi balita, penelitian

ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara keduanya.

.

5.2 Saran

Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan asupan protein dan faktor-faktor lainnya terhadap status gizi balita

berdasarkan TB/U tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama. Serta perlu

dilakukan juga penelitian lebih lanjut mengenai asupan-asupan makronutrien dan

mikronutrien yang lainnya supaya dapat dilihat juga seberapa besar asupan

makanan tersebut mempengaruhi status gizi balita baik itu berdasarkan BB/U,

TB/U ataupun BB/TB karena dilihat dari penelitian ini masih sangat perlu untuk

dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut.

29

Page 43: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier S. Protein, dalam : Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

Jakarta : Gramedia; 2001. h.77-98.

2. Supariasa IDN, dkk. Antropometri Gizi, dalam : Supariasa IDN, dkk.

Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 2002. h.33-45.

3. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2007.Jakarta :

Balai Penerbit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

4. Os DS, Suhartini dan Utomo B. Laporan Penelitian. Hubungan Tingkat

Konsumsi Energi dan Protein Terhadap Status Gizi Balita Dengan Indek

BB/U, TB/U dan BB/TB.2006

5. Data Status Gizi Balita Puskesmas Cikidang Kec.Cikidang Kab.Sukabumi

Jawa Barat tahun 2011

6. Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia; 2002. h.70-83.

7. Robert KM, dkk. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta : EGC; 2009. h.110-25.

8. Behrman, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: EGC; 2000

9. Budiyanto. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Yogyakarta:UMM Press; 2002

10. Kanwil Depsos DIY. Laporan Pemetaan dan Survey Anak Jalanan

Provinsi DIY. Kanwil Depsos; 2002

11. Kartasapoetra G. dan Marsetyo H. Ilmu Gizi dan Kesehatan Produktivitas

Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta. Cet. Keempat; 2004.h.93-110.

12. Khumaidi M. Gizi Masayrakat. Jakarta : BPK Gunung Mulya; 2003

13. Soediatomo. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta:

Dian Rakyat. Cet. Kedua; 2002

14. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

Jakarta : Direktorat : Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional; 2000

15. Suhardjo. Berbagai cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara; 2003.

h.55-67.

16. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V, Jakarta; 2004

Page 44: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

31

Lampiran 1

Informed Consent

INFORMED CONSENT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sukabumi,......Agustus 2012

Bapak / Ibu yang terhormat,

Saat ini mahasiswa tingkat tiga Program Studi Pendidikan Dokter UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tengah melakukan penelitian mengenai hubungan

asupan protein terhadap status gizidi Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang

Kabupaten Sukabumi 2011

Untuk itu kami berharap agar Bapak / Ibu bersedia mengikuti prosedur

penelitian yang telah kami rencanakan dengan benar dan jujur.Penelitian ini

dilakukan secara sukarela. Segala data yang berkaitan dengan penelitian akan

kami simpan sebagai rahasia. Bapak / Ibu berhak untuk menolak atau

mengundurkan diri dari penelitian ini. Bila Bapak / Ibu bersedia untuk ikut dalam

penelitian ini, mohon surat persetujuan ini ditandatangani.

Saya yang bertandatangan di bawah ini secara sadar menyetujui dan berpartisipasi

sebagai subyek penelitian dan bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Nama : (L/P)

Usia :

Sukabumi,....................Agustus 2012

(...................................)

Page 45: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

32

Lampiran 2

Kuesioner

Formulir Food Recall 24 Jam Konsumsi Makanan

Nama Responden :

Tanggal Lahir :

BB/TB :

No Waktu Makan Bahan

Makanan

Jumlah Ukuran

1 Makan pagi

2 Pkl 10.00

3 Makan siang

Page 46: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

33

4 Pkl 15.00

5 Makan malam

Page 47: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

34

Food Frequency Questioner

Nama Responden :

Tanggal Lahir :

BB/TB :

BMI :

Kebutuhan kalori :

Asupan kalori total :

Asupan protein :

No Bahan

makanan

Ukuran Jumlah Tidak

pernah

Setiap

hari

Dalam

Seminggu

Dalam

Sebulan

Dalam

Setahun

1 Ayam

tanpa

kulit

1 ptg

sdg/ 1

porsi

2 Ikan 1ptg

sdg/1

porsi

3 Ikan asin 1 ptg

kcl/1

porsi

4 Teri

Kering

1 sdm/1

porsi

5 Daging

kambing

1 ptg

sdg/1

porsi

6 Hati ayam 1 bh

sdg/1

porsi

7 Telur

ayam

1 btr/1

porsi

8 Telur

bebek

1

btr/1por

si

Page 48: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

35

9 Ayam

dengan

kulit

1 ptg

sdg/1

prsi

10 Bebek 1 ptg

sdg/1

porsi

11 Kuning

telur

ayam

4 btr/1

porsi

13 Bakso 10 bj

sdg/1

porsi

14 Kacang

hijau

2 sdm/1

porsi

15 Kacang

kedelai

2 sdm/1

porsi

16 Tahu 1 bj

bsr/1

porsi

17 Tempe 2 ptg

sdg/1por

si

18. Susu 1gls/1

porsi

Page 49: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

36

Lampiran 3

Data Hasil Uji Statistik

Statistics

Jeniskelamin

N Valid 93

Missing 0

A. Jenis Kelamin

B. Distribusi Balita berdasarkan status gizi balita (TB/U)

Descriptives

Statistic Std. Error

PersenTBPERU Mean 94.9028 .68696

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 93.5384

Upper Bound 96.2672

5% Trimmed Mean 94.8329

Median 94.2000

Variance 43.888

Std. Deviation 6.62479

Minimum 75.00

Maximum 115.00

Range 40.00

Interquartile Range 9.11

Skewness .139 .250

Kurtosis .610 .495

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 52 55.9 55.9 55.9

P 41 44.1 44.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

Page 50: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

37

KatTBPERU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Normal 72 77.4 77.4 77.4

Pendek 21 22.6 22.6 100.0

Total 93 100.0 100.0

C. Hubungan jenis kelamin terhadap status gizi balita

jeniskelamin * KatTBPERU Crosstabulation

KatTBPERU

Total Normal Pendek

jeniskelamin L Count 36 16 52

Expected Count 40.3 11.7 52.0

% within jeniskelamin 69.2% 30.8% 100.0%

P Count 36 5 41

Expected Count 31.7 9.3 41.0

% within jeniskelamin 87.8% 12.2% 100.0%

Total Count 72 21 93

Expected Count 72.0 21.0 93.0

% within jeniskelamin 77.4% 22.6% 100.0%

D. Asupan Kalori

AsupanKalori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang 44 47.3 47.3 47.3

Lebih 49 52.7 52.7 100.0

Total 93 100.0 100.0

Page 51: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

38

E. Hubungan asupan kalori terhadap status gizi balita

KatAsKalori * KatTBPERU Crosstabulation

KatTBPERU

Total Normal Pendek

KatAsKalori Kurang Count 38 6 44

Expected Count 34.1 9.9 44.0

% within KatAsKalori 86.4% 13.6% 100.0%

Lebih Count 34 15 49

Expected Count 37.9 11.1 49.0

% within KatAsKalori 69.4% 30.6% 100.0%

Total Count 72 21 93

Expected Count 72.0 21.0 93.0

% within KatAsKalori 77.4% 22.6% 100.0%

F. Distribusi asupan protein

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.822a 1 .051

Continuity Correctionb 2.912 1 .088

Likelihood Ratio 3.938 1 .047

Fisher's Exact Test .081 .043

N of Valid Casesb 93

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.94.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 52: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

39

Descriptives

Statistic Std. Error

PerKeckpnProtein Mean 165.21 6.324

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 152.65

Upper Bound 177.77

5% Trimmed Mean 161.24

Median 160.00

Variance 3.719E3

Std. Deviation 60.982

Minimum 80

Maximum 360

Range 280

Interquartile Range 76

Skewness .919 .250

Kurtosis .467 .495

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

PerKeckpnProtei

n .112 93 .006 .928 93 .000

a. Lilliefors Significance Correction

G. Hubungan asupan protein terhadap status gizi balita

KatAsBaru * KatTBPERU Crosstabulation

KatTBPERU

Total Normal Pendek

KatAsBaru Lebih Count 72 21 93

% within KatAsBaru 77.4% 22.6% 100.0%

Total Count 72 21 93

% within KatAsBaru 77.4% 22.6% 100.0%

Page 53: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA …

40

Lampiran 4

Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Tarikh Azis

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 15 Januari 1991

Agama : Islam

Alamat : Desa Sliyeg Lor, Blok Perangan,Kecamatan Sliyeg

RT:RW / 02:01 Kabupaten Indramayu Jawa Barat

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1995-1997 : TK Pipit Kec.Sliyeg

1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri 1 Sliyeg

2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ciwaringin

Kab.Cirebon

2006 – 2009 : Madrasah Aliyah Negeri Babakan Ciwaringin

Kab.Cirebon

2009 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.