ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu,...

48
ABSTRAK PERLINDUNGAN YURIDIS TERHADAP KONSUMEN LEMBAGA PERBANKAN Nasabah selaku konsumen di bidang perbankan, kedudukannya cenderung lebih lemah dari pihak bank sehingga perlu adanya perlindungan hukum bagi konsumen terutama dalam hal terjadinya sengketa perbankan. Bagaimanakah perlindungan hukum yang dapat diberikan bagi konsumen lembaga perbankan? Bagaimanakah penyelesaian sengketa perbankan pasca pergeseran kewenangan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan? Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan berangkat dari adanya ketidakjelasan atau kekaburan norma (vague van normen) dari peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen lembaga perbankan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral dan Otoritas Jasa Keuangan, secara prinsip pengaturan dari dua otoritas perbankan tersebut adalah sama, dimana ketentuan-ketentuan yang ada didalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia tersebut dimuat pula dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Surat Edaran Bank Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perlindungan yuridis terhadap konsumen lembaga perbankan terlihat dari pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan selaku Otoritas Perbankan. (2) Penyelesaian sengketa perbankan pasca pergeseran kewenangan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai upaya untuk melindungi kepentingan masyarakat selaku konsumen perbankan lebih efektif dan maksimal. Otoritas Jasa Keuangan dapat memfasilitasi pelaksanaan penyelesaian sengketa perbankan guna melindungi kepentingan masyarakat selaku konsumen perbankan. Otoritas Jasa Keuangan bersama dengan Asosiasi Perbankan Indonesia membentuk Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia atau LAPSPI. Kata kunci : perlindungan hukum, konsumen, perbankan

Transcript of ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu,...

Page 1: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

ABSTRAK

PERLINDUNGAN YURIDIS TERHADAP KONSUMEN LEMBAGA

PERBANKAN

Nasabah selaku konsumen di bidang perbankan, kedudukannya cenderung

lebih lemah dari pihak bank sehingga perlu adanya perlindungan hukum bagi

konsumen terutama dalam hal terjadinya sengketa perbankan. Bagaimanakah

perlindungan hukum yang dapat diberikan bagi konsumen lembaga perbankan?

Bagaimanakah penyelesaian sengketa perbankan pasca pergeseran kewenangan

dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan?

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan berangkat

dari adanya ketidakjelasan atau kekaburan norma (vague van normen) dari

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen lembaga

perbankan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral dan Otoritas Jasa Keuangan,

secara prinsip pengaturan dari dua otoritas perbankan tersebut adalah sama,

dimana ketentuan-ketentuan yang ada didalam Peraturan Bank Indonesia dan

Surat Edaran Bank Indonesia tersebut dimuat pula dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan dan Surat Edaran Bank Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perlindungan yuridis terhadap

konsumen lembaga perbankan terlihat dari pengaturan dan pengawasan terhadap

lembaga perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan

dan Lembaga Penjamin Simpanan selaku Otoritas Perbankan. (2) Penyelesaian

sengketa perbankan pasca pergeseran kewenangan dari Bank Indonesia kepada

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai upaya untuk melindungi kepentingan

masyarakat selaku konsumen perbankan lebih efektif dan maksimal. Otoritas Jasa

Keuangan dapat memfasilitasi pelaksanaan penyelesaian sengketa perbankan guna

melindungi kepentingan masyarakat selaku konsumen perbankan. Otoritas Jasa

Keuangan bersama dengan Asosiasi Perbankan Indonesia membentuk Lembaga

Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia atau LAPSPI.

Kata kunci : perlindungan hukum, konsumen, perbankan

Page 2: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i

PRASYARAT GELAR ………………………………………......... ii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………. . iii

LEMBAR PANITIA PENGUJI …………………………………… iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ……………………………… v

UCAPAN TERIMAKASIH ……………………………………….. vi

ABSTRAK …………………………………………………………. ix

ABSTRACT ………………………………………………………… . x

RINGKASAN ……………………………………………………... .. xi

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 11

1.3 Orisinalitas Penelitian ………………………………………........... 12

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 13

1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................... 14

1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................. 14

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 14

1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................. 14

1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................. 15

1.6 Landasan Teoritis ............................................................................. 15

1.6.1 Teori Negara Hukum ........................................................... 16

1.6.2 Teori Negara Kesejahteraan ................................................. 20

Page 3: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

1.6.3 Konsep Perlindungan Hukum oleh Negara .......................... 28

1.6.4 Asas Perlindungan Konsumen ............................................. 31

1.6.5 Konsep Otoritas Jasa Keuangan .......................................... 34

1.7 Metode Penelitian ..................................................................... 37

1.7.1 Jenis Penelitian .................................................................... 37

1.7.2 Jenis Pendekatan ................................................................. 38

1.7.3 Sumber Bahan Hukum ........................................................ 39

1.7.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum .................................. 42

1.7.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ........................................... 43

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PERBANKAN, OTORITAS

PERBANKAN, DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERBANKAN

2.1 Perbankan dan Otoritas Perbankan …………………………........... 44

2.1.1 Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan

Bukan Bank …………………………………………....... ... 44

2.1.2 Jenis dan Usaha Perbankan …………………………....... ... 53

2.1.3 Pelayanan Jasa Perbankan …………………………......... ... 59

2.1.4 Konsumen Perbankan ………………………………........... 62

2.1.5 Bank Indonesia ………………………………………...... ... 63

2.1.6 Otoritas Jasa Keuangan ………………………………......... 66

2.1.7 Lembaga Penjamin Simpanan ………………………........... 71

2.2 Perlindungan Konsumen Lembaga Perbankan …………………....... 77

2.2.1 Perlindungan Konsumen ………………………………........ 77

2.2.2 Perlindungan Konsumen Perbankan ……………………...... 87

Page 4: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

2.2.3 Perlindungan Konsumen Perbankan oleh Notaris ……......... 95

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN LEMBAGA PERBANKAN

3.1 Hubungan Hukum Antara Lembaga Perbankan dengan Konsumen 100

3.1.1 Hubungan Hukum Antara Bank dengan Konsumen

Penyimpan Dana ………………………………………....... 103

3.1.2 Hubungan Hukum Antara Bank dengan Konsumen

Peminjam Dana ………………………………………........ 105

3.1.3 Hubungan Hukum Antara Bank dengan Konsumen

Pengguna Jasa Perbankan Lainnya ……………………...... 108

3.2 Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan Sebagai Upaya

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ………………………........ 110

3.2.1 Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan oleh

Bank Indonesia ………………………………………....... 115

3.2.2 Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Perbankan oleh

Otoritas Jasa Keuangan ………………………………...... 122

3.2.3 Pengaturan dan Pengawasan Penjamin Simpanan Dalam

Rangka Perlindungan Konsumen Perbankan ………......... 130

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN LEMBAGA

PERBANKAN

4.1 Pengaturan Mekanisme Penyelesaian Sengketa oleh Lembaga

Jasa Keuangan di Sektor Perbankan …………………………........ 133

4.2 Penyelesaian Sengketa Perbankan Pasca Pergeseran Kewenangan

dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan ………........ 139

Page 5: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………...... 154

5.2 Saran …………………………………………………………........ 156

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh

peranan lembaga perbankan dalam suatu negara, sehingga lembaga perbankan

memiliki fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development) yang berarti

lembaga perbankan memiliki tujuan dalam mendukung pelaksanaan

pembangunan nasional. Kemajuan lembaga perbankan dapat pula dijadikan

ukuran kemajuan atau keberhasilan ekonomi suatu negara.1 Disamping memiliki

peran dalam mewujudkan pembangunan nasional, peranan lembaga perbankan

juga sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi secara keseluruhan, dimana kegiatan

utama dari lembaga perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

kemudian menyalurkan kembali dana masyarakat tersebut dalam bentuk

pinjaman serta memberikan jasa-jasa bank lainnya, atau sering disebut juga

sebagai lembaga intermediasi.

Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah:2

1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yang

artinya bahwa bank sebagai tempat menyimpan uang atau sarana investasi

bagi masyarakat;

2. Menyalurkan dana ke masyarakat, artinya bank memberikan atau

menyalurkan kredit atau pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan

1 Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 1.

(selanjutnya disebut Kasmir I) 2 Ibid, hal. 3-4.

Page 7: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

dana dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan kegiatan usahanya;

dan

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti pengiriman uang (transfer),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota maupun luar

negeri (inkaso), Letter of Credit (L/C), Bank Guarantee, Bank Notes, Safe

Deposit Box, dan jasa-jasa lainnya.

Sentralnya peran lembaga perbankan dalam kegiatan perekonomian

tersebut maka akan berbanding pula dengan resiko-resiko yang ditimbulkan dalam

kegiatan lembaga perbankan itu sendiri. Salah satunya pelanggaran potensial yang

sering terjadi seperti laporan yang tidak transparan, insider trading, dan pencucian

uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari

aktivitas yang bersifat lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang antara lain

meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa

keuangan, perkembangan jaringan konglomerasi dalam kepemilikan industri jasa

keuangan, serta makin maraknya praktik-praktik arbitrase peraturan (regulatory

arbitrage) oleh entitas bisnis jasa keuangan.

Selama ini fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga

perbankan berada di bawah kewenangan Bank Indonesia (selanjutnya disingkat

dengan BI) yang merupakan Bank Sentral yang mempunyai tugas untuk

pembinaan, pengaturan dan mengawasi bank, sebagaimana tercantum dalam Pasal

8 huruf c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut

Page 8: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

sebagai UU BI) dan sebagaimana tercantum pula dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (selanjutnya disingkat sebagai UU Perbankan) ,

dan pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga keuangan non bank seluruhnya

berada dibawah kewenangan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (selanjutnya disingkat sebagai Bappepam LK) yang bernaung dibawah

Kementerian Keuangan.

Sejak lahirnya BI berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968,

dimana BI diposisikan sebagai bank sentral yang berfungsi sebagai pengelola

kebijakan moneter nasional, BI tidak diposisikan sepenuhnya menjadi bank yang

menjalankan fungsi dan tugasnya secara mandiri dan independen. Dalam beberapa

dekade BI dilibatkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pemerintah

sebagai salah satu agen pembangunan, sampai dengan puncaknya ketika

terjadinya krisis moneter pada tahun 1997-1998 intervensi dari pemerintah

tersebut terutama menyangkut nilai tukar rupiah, perbankan dan kebijakan kredit.

Dengan kondisi kritis dan semakin kompleks pada saat itu BI tidak mampu

mengatasi krisis ekonomi, sehingga menjadi krisis tersebut berubah menjadi krisis

yang multidimensional, dimana bank-bank mengalami kesulitan likuiditas dan BI

tidak dapat menjalankan perannya sebagai lender of the last resort.3

Disamping keadaan tersebut di atas, lemahnya pengawasan BI terhadap

perbankan menjadi salah satu penyebab munculnya kasus-kasus kejahatan

perbankan, seperti penggelapan dana nasabah prioritas Citibank oleh Senior

3 Jimly Asshiddiqie, 2016, Konstitusi Ekonomi, Kompas Media Nusantara, Jakarta,

hal.227. (selanjutnya disebut Jimly Asshiddiqie I)

Page 9: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Relationship Managernya, konspirasi kecurangan deposito milik PT. Elnusa

antara Direktur Keuangan PT Elnusa dengan Kepala Cabang Bank Mega

Jababeka4 dan tewasnya nasabah kartu kredit Citibank oleh debt collector yang

disewa Citibank.5 Dalam kasus-kasus tersebut BI kurang memberikan perhatian

dan perlindungan kepada para konsumen yang menjadi korban. Lemahnya

pengawasan Bapepam LK terhadap perusahaan sekuritas dan perusahaan asuransi

juga menyebabkan munculnya kasus penggelapan dana nasabah Sekuritas

Antaboga dan kasus asuransi Bakrie Life yang gagal membayar nasabahnya.

Sejauh ini BI tidak sepenuhnya dapat memberikan perlindungan yang memadai

kepada para konsumen yang menjadi korban dalam kasus-kasus tersebut.

Kasus terbaru dalam bidang jasa keuangan adalah terkuaknya penipuan

berkedok investasi yang dilakukan oleh PT. Exist Assctindo pada Maret 2014

yang lalu. Penipuan yang dilakukan pemilik perusahaan sangat menjanjikan

sehingga membuat banyak nasabah yang tertarik. Kerugian dalam kasus ini

ditaksir mencapai Rp. 1,3 triliun dan tidak kurang dari 800 nasabah.6 Belajar dari

pengalaman Indonesia sebelumnya, khususnya pada saat stabilitas keuangan

terguncang, tentunya permasalahan-permasalahan tersebut haruslah mendapat

perhatian yang lebih serius dalam menghadapinya.

Disamping kejahatan-kejahatan perbankan yang notabene dilakukan oleh

oknum pejabat atau pegawai bank secara internal, sampai dengan saat ini masih

banyak terdapat pengaduan-pengaduan dari nasabah perbankan terhadap pelaku

4 Agus Budianto, 2011, “Mengkaji Kejahatan Korporasi di Bidang Perbankan Dalam

Sistem Perbankan Indonesia”, UPH Law Review, Vol. 11, No. 2, hal. 263-264. 5 Jonker Sihombing, 2011, “Aspek Hukum Kartu Kredit dan Dilema Penagihannya”,

UPH Law Review, Vol. 11, No. 2, hal. 209. 6 www.kompas.com, diakses 28 November 2014.

Page 10: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

usaha jasa perbankan yang berujung di pengadilan yang apabila dicermati dalam

putusan-putusan pengadilan tersebut diawali dengan tidak menggunakan jalur

penyelesaian sengketa perbankan, akan tetapi menggunakan mekanisme dasar

hukum Undang-Undang Perlindungan Konsumen melalui Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) maupun melalui jalur peradilan umum dan berlanjut

ke pengadilan. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa perkara antara lain: Drs.

Ariyanto Thaib melawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, dalam Perkara Nomor:

314 K/Pdt.Sus/2009 tertanggal 20 November 2009; Wahyudi Prasetio melawan

PT. Bank Century Tbk. (sekarang PT. Bank Mutiara Tbk., dalam Perkara Nomor:

94 K/Pdt.Sus/2012 tertanggal 2 Mei 2012; Muhajidin Taher,S.E., melawan PT.

Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dan PT. Advantage CSM, dalam Perkara Nomor:

190 PK/Pdt.Sus/2012 tertanggal 11 Maret 2009; Triana Widiastuti melawan PT.

Bank BRI Syariah dalam Perkara Nomor: 56 K/Pdt.Sus-BPSK/2014 tertanggal 30

September 2014; dan Ahmad Zaelani melawan PT. Bank Danamon Indonesia

Tbk., dalam Perkara Nomor: 353 K/Pdt.Sus-BPSK/2014 tertanggal 18 Agustus

2014.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, agar kegiatan di dalam sektor jasa

perbankan dan keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

akuntabel, seyogyanya dibutuhkan suatu sistem pengaturan dan pengawasan yang

baik terhadap lembaga keuangan. Di Indonesia, setelah disahkan dan diundangkan

pada tanggal 22 November 2011, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut sebagai UU OJK), terjadi

transformasi yang menyeluruh dan sistematis dalam sistem pengaturan dan

Page 11: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

pengawasan sektor jasa keuangan, yaitu pengalihan fungsi pengaturan dan

pengawasan tersebut yang semula berada dalam kewenangan BI beralih kepada

Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disingkat dengan OJK). OJK sebagai sebuah

lembaga independen yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang untuk

melakukan pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan terhadap

industri jasa keuangan di Indonesia. Dengan demikian seluruh kegiatan jasa

keuangan dalam sektor perbankan, pasar modal, asuransi, dana pensiun, lembaga

pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya menjadi kewenangan OJK.

Secara yuridis, lahirnya OJK sebagai lembaga pengawas di sektor jasa

keuangan diamanatkan dari ketentuan Pasal 34 ayat (1) UU BI, yang menentukan

bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor

jasa keuangan yang independen, dan akan dibentuk dengan undang-undang.

Adapun yang melatarbelakangi lahirnya UU OJK tersebut, yaitu:7

1. Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang

menjalankan fungsi intermediasi bagi kegiatan produktif dalam

perekonomian nasional merupakan salah satu unsur utama dalam

sistem perekonomian nasional.

2. Sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling

keterkaitan antar subsektor keuangan, baik dalam produk maupun

kelembagaan.

3. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan

di berbagai subsektor keuangan yang menambah kompleksitas

7 Rudy Hendra Pakpahan, 2012, Akibat Hukum Dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa

Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia

Vol. 9 No. 3 Oktober 2012, hal. 416.

Page 12: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem

keuangan.

4. Berbagai permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan yang

meliputi tindakan moral hazard (kecerobohan atau ketidakpedulian

terhadap kerugian), belum optimalnya perlindungan konsumen jasa

keuangan, dan terganggunya stabilitas keuangan.

Pembentukan OJK bertujuan agar keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa

keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta

mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil. Hal yang tidak kalah penting adalah agar seluruh kegiatan di sektor jasa

keuangan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. OJK

berwenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau

penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan terhadap ketiga sektor jasa keuangan

tersebut. OJK juga berwenang menetapkan sanksi administratif terhadap pihak

yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor

jasa keuangan.8

Sebagai tindak lanjut atas komitmen perlindungan konsumen keuangan,

pada tanggal 6 Agustus 2013, OJK telah menerbitkan Peraturan Nomor

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan

selanjutnya sejalan dengan diterbitkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

8 Hesty D. Lestari, 2012, ”Otoritas Jasa Keuangan: Sistem baru dalam Pengaturan dan

Pengawasan Sektor Jasa Keuangan”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12, No. 3, hal. 558.

Page 13: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Nomor 1/POJK.07/2013 tersebut, maka pada tanggal 23 Januari 2014, OJK telah

menerbitkan kembali Peraturan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga

Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan (selanjutnya disebut

sebagai POJK). Sebagai tindak lanjut dari POJK ini, OJK kemudian menerbitkan

2 (dua) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut sebagai

SEOJK) yaitu Surat Edaran Nomor 1/SEOJK.07/2014 tentang Pelaksanaan

Edukasi dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan kepada Konsumen

dan/atau Masyarakat dan Surat Edaran Nomor 2/SEOJK. 07/2014 tentang

Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku Usaha Jasa

Keuangan. Kedua SEOJK merupakan peraturan pelaksana POJK No.1/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yang berlaku efektif sejak

6 Agustus 2014.

Ketentuan tentang Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK) dibentuk

OJK dengan tujuan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat dari

tindak pelanggaran dan kejahatan di sektor keuangan, seperti manipulasi maupun

berbagai bentuk penggelapan. Hal ini sebenarnya sudah diatur dalam Pasal 4

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Namun

melalui SEOJK tersebut, OJK berupaya mendorong Edukasi dan Perlindungan

Konsumen sebagai usaha untuk terus meningkatkan pemahaman masyarakat dan

konsumen tentang perusahaan jasa keuangan serta produk dan jasa yang

ditawarkan. Dengan asumsi, jika pemahaman masyarakat memadai, tingkat

utilitas dan kepercayaan masyarakat serta konsumen terhadap lembaga dan produk

jasa keuangan akan ikut meningkat.

Page 14: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

OJK juga telah menyiapkan dua program strategis dalam kaitan

perlindungan konsumen. Kedua program meliputi Pembentukan Sistem Pelayanan

Konsumen Keuangan Terintegrasi (Financial Customer Care/FCC) dan Cetak

Biru Program Literasi Keuangan Nasional. Program FCC yang menjadi prioritas

adalah ketersediaan informasi bagi masyarakat dan pelayanan pengaduan

konsumen keuangan.

Namun demikian, fungsi dan tugas yang diemban OJK bukanlah suatu hal

yang ringan atau mudah. Berkaca dari pengalaman negara lain, lembaga semacam

OJK tidak selalu berhasil dalam menjalankan fungsinya. Saat ini kehadiran OJK

masih relatif baru dan nantinya sejarah yang akan mencatat berhasil tidaknya OJK

dalam menjalankan fungsinya dan apakah OJK mampu berfungsi lebih baik dari

BI dan Bapepam-LK. Tolok ukur yang dapat digunakan untuk menilai

keberhasilan OJK adalah kemampuannya dalam mencegah dan menangani krisis,

independensinya dan kemampuannya dalam memberikan perlindungan kepada

konsumen di sektor jasa keuangan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti masih melihat adanya

ketidakjelasan atau kekaburan norma (vague van normen) dalam peraturan

perundang-undangan terkait perlindungan konsumen lembaga jasa keuangan oleh

BI melalui Peraturan Bank Indonesia (selanjutnya disebut PBI) dan Surat Edaran

Bank Indonesia (selanjutnya disebut SEBI) dengan OJK. Sebelum dan sesudah

lahirnya OJK, BI telah pula mengeluarkan beberapa aturan terkait dengan

perlindungan konsumen lembaga perbankan, diantaranya melalui Peraturan Bank

Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Konsumen

Page 15: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/10/PBI/2008 (“PBI No.10/10/2008”); Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 (“PBI No.10/1/2008”); Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 7/24/DPNP tanggal 18 Juli 2005 tentang

Penyelesaian Pengaduan Konsumen sebagaimana telah diubah dengan Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 10/13/DPNP tanggal 6 Maret 2008 (“SEBI

No.10/2008”); dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/14/DPNP tanggal 1

Juni 2006 tentang Mediasi Perbankan (“SEBI No. 8/2006”), dan terakhir melalui

Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tanggal 16 Januari 2014 tentang

Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran yang diikuti dengan Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 16/16/DKSP tanggal 30 September 2014 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.

Peraturan OJK yang terkait dengan perlindungan konsumen lembaga perbankan

diantaranya adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan (“POJK No.1/2013”);

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga

Alternatif Penyelesaian Sengketa (“POJK No.1/2014”); dan Surat Edaran Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014 tanggal 14 Februari 2014 tentang

Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa

Keuangan (“SE OJK No. 2/2014”). BI dan OJK yang sama-sama berperan sebagai

otoritas perbankan dan juga memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengawasi lembaga perbankan, secara prinsip di dalam aturan-aturan hukum

Page 16: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

antara PBI dan SEBI dengan POJK dan SEOJK tersebut mengatur hal-hal yang

sama, seharusnya perlindungan terhadap konsumen perbankan yang menjadi satu

kesatuan dengan kegiatan usaha lembaga perbankan tersebut BI dan OJK didalam

melaksanakan tugasnya seyogyanya harus selalu berkoordinasi dan bekerja sama,

termasuk didalam membuat peraturan yang terkait dengan pengawasan di bidang

perbankan. Hal tersebut sesuai dengan amanat ketentuan Pasal 39 huruf d UU

OJK, sehingga tidak menimbulkan kekaburan atau ketidakjelasan mengenai

pengaturan terkait perlindungan konsumen perbankan. Dengan adanya ketentuan

dari dua otoritas perbankan yang berbeda tersebut tentunya dapat mengakibatkan

kebingungan dan ketidakpastian hukum bagi konsumen perbankan dalam hal

terdapat sengketa dikemudian hari dengan lembaga perbankan. Kekaburan atau

ketidakjelasan pengaturan tersebut terkait dengan lembaga dimana seharusnya

ditujukan bilamana terdapat pengaduan oleh konsumen perbankan akibat adanya

sengketa perbankan dengan lembaga perbankan. Oleh sebab itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul “Perlindungan

Yuridis Terhadap Konsumen Lembaga Perbankan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk research questions sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan yuridis terhadap konsumen dalam transaksi

perbankan di Indonesia?

Page 17: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa perbankan pasca pergeseran

kewenangan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan?

1.3 Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelitian kepustakaan terdapat beberapa penelitian yang

berkaitan dengan Otoritas Jasa Keuangan yaitu :

1. Yustina Wahyu Kusumaningsih dengan judul “Telaah Kritis Pengaturan

dan Pengawasan Sektor Jasa Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan”. Tesis dari Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas

Mada, Yogyakarta, Tahun 2013. Rumusan masalah dari tesis ini adalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan oleh

Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan?

b. Bagaimana independensi pengawasan sektor jasa keuangan oleh

Otoritas Jasa Keuangan?

2. Penelitian Hesty D. Lestari dengan judul ”Otoritas Jasa Keuangan: Sistem

Baru dalam Pengaturan dan Pengawasan Sektor Jasa Keuangan”. Tesis

dari Program Studi Magister Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah

Jakarta, Tahun 2012, yang dimuat dalam Jurnal Dinamika Hukum, Vol.

12, No. 3, September 2012. Rumusan masalah dari tesis ini adalah sebagai

berikut:

Page 18: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

a. Bagaimanakah pengaturan lembaga OJK berdasarkan UU No. 21

Tahun 2011?

b. Bagaimanakah pelaksanaan lembaga sejenis OJK di Inggris dan di

Jepang?

c. Apakah OJK akan ber-fungsi lebih baik dibandingkan dengan BI dan

Bapepam- LK dalam hal pencegahan dan penanganan krisis keuangan,

independensinya, dan pemberian perlindungan konsumen di sektor jasa

keuangan?

3. Penelitian Reka Dewantara dengan judul ”Tinjauan Yuridis Pengalihan

Pengawasan Perbankan dari Bank Sentral Kepada Otoritas Jasa

Keuangan”. Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Brawijaya Malang,

Tahun 2011. Rumusan masalah dari tesis ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah mekanisme pembentukan dan wewenang dari lembaga

yang bernama Otoritas Jasa Keuangan.?

b. Bagaimana mekanisme pengalihan pengawasan perbankan dari Bank

Sentral kepada Otoritas Jasa Keuangan?

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian mengenai perlindungan konsumen dalam sektor jasa keuangan

khususnya lembaga perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan

penulis teliti belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya, oleh karenanya penelitian

ini dapat dipertanggungjawabkan kebaharuannya baik dari isi, substansi maupun

topiknya.

1.4 Tujuan Penelitian

Page 19: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Suatu penelitian ilmiah harus mempunyai tujuan yang jelas sebagai

pedoman dalam melaksanakan suatu penelitian, dan sekaligus menunjukkan

kualitas dari suatu penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi

di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini terdiri dari tujuan

umum, dan tujuan khusus sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum yang hendak dicapai dari penulisan tesis ini yaitu untuk

pengembangan ilmu hukum terkait paradigma science as a process (ilmu sebagai

suatu proses). Dengan paradigma ini, ilmu hukum tidak akan terhenti dalam

penggalian atas suatu kebenaran, khususnya terkait dengan topik Upaya

Perlindungan Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Perbankan.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penulisan tesis ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan menganalisis perlindungan

hukum yang dapat diberikan bagi konsumen lembaga perbankan.

2. Untuk menelaah dan menganalisis penyelesaian sengketa Perbankan pasca

pergeseran kewenangan Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dari penulisan tesis ini

yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Page 20: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Memberikan sumbangan pemikiran berupa konsep, metode atau teori

dalam studi ilmu hukum, khususnya yang menyangkut konsep hukum

perlindungan konsumen lembaga jasa keuangan dan penyelesaian sengketa

perbankan pasca beralihnya kewenangan dari Bank Indonesia kepada Otoritas

Jasa Keuangan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang hendak dicapai dari penelitian tesis ini yaitu

sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau

bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam arti luas dalam hal hukum

perlindungan konsumen khususnya konsumen lembaga jasa keuangan

pasca beralihnya kewenangan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa

Keuangan.

2. Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan sumbangan pemikiran

atau bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan pada lembaga-

lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi yang berhubungan dengan

kegiatan usaha perbankan, baik kepada Bank Indonesia, kepada Otoritas,

maupun kepada Lembaga Penjamin Simpanan Jasa Keuangan (OJK) demi

tercapainya perlindungan konsumen lembaga perbankan yang efektif dan

maksimal.

1.6 Landasan Teoritis

Teori berasal dari kata theoria yang berarti pandangan atau wawasan, pada

umumnya teori diartikan sebagai pengetahuan yang hanya ada dalam alam pikiran

Page 21: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

tanpa dihubungkan dengan kegiatan yang bersifat praktis. Disamping itu, teori

dapat diartikan sebagai pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan atas

suatu peristiwa atau kejadian.9 Sudikno Mertokusumo, dengan mengutip pendapat

Gijssels, mengemukakan bahwa teori hukum diartikan sebagai suatu kesatuan

pandang, pendapat, dan pengertian-pengertian yang berhubungan dengan

kenyataan yang dirumuskan sedemikian, sehingga memungkinkan menjabarkan

hipotesis-hipotesis yang dapat dikaji.10

Lebih lanjut JJ. H. Bruggink mendefinisikan teori hukum sebagai suatu

keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan sistem

konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut

untuk bagian yang penting dipositifkan. Dalam definisi teori hukum tersebut

terkandung makna ganda yaitu teori hukum sebagai suatu produk dimana

keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan tersebut merupakan hasil dari

kegiatan teoritik dalam bidang hukum, dan teori hukum sebagai suatu proses,

yang mana perhatiannya diarahkan pada kegiatan teoritik tentang hukum atau

pada kegiatan penelitian teoritik bidang hukum sendiri, tidak pada hasil dari

kegiatan-kegiatan tersebut.11

Disamping menggunakan teori hukum tersebut, konsep hukum juga akan

dipergunakan dalam penelitian ini. Konsep berasal dari kata kerja concipere

bahasa Latin yang berarti mencakup, mengandung, menyedot, menangkap. Kata

bendanya conceptus yang secara harfiah diartikan sebagai tangkapan, sehingga

9 Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hal. 4. 10 Ibid, hal. 5. 11 JJ. H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-Pengertian Dasar dalam

Teori Hukum, terjemahan B. Arief Sidharta, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 159-160.

Page 22: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

konsep diartikan sebagai hasil tangkapan intelek atau akal budi manusia, dan

persamaannya katanya adalah idea (ide) yang dalam bahasa Yunani berarti yang

orang lihat, yang menampakan diri, betuk, gambar, rupa dari sesuatu.12

Oleh

karenanya konsep dapat diartikan sebagai suatu perwakilan universal dari

sejumlah obyek yang memiliki kemiripan unsur-unsur dasarnya, unsur-unsur

tersebut dicirikan dengan kualitas primer (yang diperoleh dari pengamatan,

pengukuran atau penghitungan), dan kualitas sekunder (yang diperoleh dari

hubungan subyek dengan obyek yang menghasilkan presepsi subyek terhadap

obyek tersebut).13

Dengan demikian konsep hukum dapat diterjemahkan sebagai suatu

persepsi atau pandangan yang berasal dari pengamatan, dan hubungan antara

subyek dengan obyek yang terkandung unsur-unsur hukum didalamnya. Konsep

hukum dapat pula dirumuskan sebagai suatu gagasan yang dapat direalisasikan

dalam kerangka berjalannya aktivitas hidup bermasyarakat secara tertib.14

Teori

hukum dan konsep-konsep hukum tersebut akan dipergunakan sebagai pisau

analisis dalam menjawab rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian

ini.

Adapun teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Teori Negara

Hukum (Rechtstaat) dan Teori Negara Kesejahteraan (Welfare State Theory)

Selain kedua teori tersebut, penelitian ini juga menggunakan konsep Perlindungan

12 B. Arief Sidharta, 2012, Pengantar Logika: Sebuah Langkah Pertama Pengenalan

Medan Telaah, Refiika Aditama, Bandung, hal. 21. 13 Ibid, hal. 21-22. 14 Peter Mahmud Marzuki, 2013, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup,

Jakarta, hal. 112.

Page 23: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Konsumen dan Otoritas Jasa Keuangan. Berikut disampaikan teori dan konsep

yang digunakan dalam penelitian ini:

1.6.1 Teori Negara Hukum (Rechtstaat)

Teori ini dicetuskan oleh Plato yang merupakan filsuf besar Yunani Kuno

yang mengemukakan bahwa terdapat dua bentuk pemerintahan yang dapat

dijalankan dalam suatu Negara. Secara lebih riil, Plato merumuskan teorinya

tentang Negara Hukum :

(i) hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani dunia fenomena yang

penuh situasi ketidakadilan,

(ii) aturan-aturan hukum harus dihimpun dalam satu kitab, supaya tidak

muncul kekacauan hukum

(iii) Setiap undang-undang harus didahului preambule tentang motif dan tujuan

undang-undang tersebut, Manfaatnya adalah agar rakyat dapat mengetahui

dan memahami kegunaan mentaati hukum itu

(iv) tugas hukum adalah membimbing melalui Undang-undang

(v) orang yang melanggar undang-undang harus dihukum.15

Teori Negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Plato menghimbau kepada

yang mempelajari hukum agar faktor manusia (aparat hukum) menjadi bagian

integral dalam studi hukum.

Aristoteles juga mengemukakan pendapatnya mengenai Negara hukum.

Menurut Aristoteles, yang memerintah dalam suatu Negara bukanlah manusia,

melainkan pikiran yang adil dan kesusilaanlah yang menentukan baik atau

15 Bernard L. Tanya, Yoan N Simanjuntak, Markus Y. Hage,2010, Teori Hukum

Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Cetakan III, Genta Publishing, Yogyakarta,

hal 41-42.

Page 24: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

buruknya suatu hukum. Menurut Aristoteles, suatu Negara yang baik ialah negara

yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Aristoteles

menyatakan:

Constitutional rule in a state is closely connected,also with the requestion

whether is better to be rulled by the best men or the best law,since a

goverrment in accordinace with law,accordingly the supremacy of law is

accepted by Aristoteles as mark of good state and not merely as an

unfortunate neceesity.16

(Aturan konstutitusional dalam suatu Negara berkaitan secara erat, juga

dengan mempertanyakan kembali apakah lebih baik diatur oleh manusia yang

terbaik sekalipun atau hukum yang terbaik, selama pemerintahan menurut hukum.

Oleh sebab itu, supremasi hukum diterima oleh Aristoteles sebagai pertanda

Negara yang baik dan bukan semata-mata sebagai keperluan yang tidak layak).

Ketentuan bahwa Indonesia adalah Negara hukum tidak dapat dilepaskan

dari Pembukaan UUD 1945 sebagai citanegara hukum, kemudian ditentukan

dalam batang tubuh dan penjelasan UUD 1945 (sebelum diamandemen). Alinea I

Pembukaan UUD 1945 mengandung kata perikeadilan; dalam alinea II terdapat

kata adil; dalam alinea III terdapat kata Indonesia; dalam alinea IV terdapat kata

keadilan sosial dan kata kemanusiaan yang adil. Semua istilah tersebut merujuk

pada pengertian Negara hukum, karena salah satu tujuan Negara hukum adalah

untuk mencapai keadilan.17

Hal senada juga dikemukakan oleh Van Apeldoorn,

bahwa tujuan hukum tidak lain adalah mewujudkan keadilan, artinya hukum

semata-mata menghendaki hal yang berfaedah atau yang sesuai dengan daya

16 George Sabine, 1995, A History of Political Theory, George G.Harrap & CO.Ltd.,

London, hal.92, sebagaimana dikutip oleh Dahlan Thaib, 1996, Kedaulatan Rakyat Negara Hukum

dan Hak-Hak Asasi Manusia, Tulisan Dalam Rangka 70 Tahun Sri Soemantri Martosoewignjo,

Media Pratama, Jakarta, hal. 22. 17 Ibid, h. 22.

Page 25: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

gunanya.18

Dalam negara hukum tersebut terkandung pula kepastian hukum yang

merupakan salah satu dari tiga ide hukum, oleh karenanya asas legalitas menjadi

salah satu kriteria dari negara hukum.

Teori Negara hukum dalam kaitannya dengan permasalahan yang diangkat

dalam tesis ini yaitu bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap

konsumen perbankan. Negara hukum memberikan aturan-aturan yang mengatur

mengenai perbankan di Indonesia.

1.6.2 Teori Negara Kesejahteraan (Welfare State Theory)

Perlindungan konsumen mutlak dilakukan oleh negara sesuai dengan

Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di Indonesia,

signifikansi pengaturan hak-hak konsumen melalui undang-undang merupakan

bagian dari implementasi sebagai suatu negara kesejahteraan, karena Undang-

Undang Dasar 1945 di samping sebagai konstitusi politik juga dapat disebut

konstitusi ekonomi, yaitu konstitusi yang mengandung ide sebagai negara

kesejahteraan sehingga dapat tumbuh berkembang karena pengaruh sosialisme

sejak abad sembilan belas.19

Sementara itu, industri keuangan modern melekat dengan fungsi

perlindungan konsumen. Hal ini sudah menjadi kelaziman global. Ada mekanisme

standar yang disepakati, dengan pelaksanaannya diawasi langsung oleh otoritas

industri keuangan. Berdasarkan hal ini maka dalam penelitian ini digunakan Teori

Kesejahteraan (Welfare State Theory).

18 L.J. van Apeldoorn, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, Hal.16. 19 Jimly Asshiddiqie, 1988, Undang-Undang Dasar 1945: Konstitusi Negara

Kesejahteraan dan Realitas Masa Depan, Pidato, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,

hal. 53. (selanjutnya disebut Jimly Asshiddiqie II)

Page 26: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Sejarah kelahiran Teori Negara Kesejahteraan20

menjadi landasan dan

kedudukan dan fungsi pemerintahan dalam konsep negara modern. Negara

kesejahteraan merupakan antitesis dari negara hukum formal (klasik), yang

dilandasi pemikiran untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap

penyelenggaraan kekuasaan negara.

Konstruksi intelektual yang menandai sebuah teori negara kesejahteraan

memiliki tujuan pokok antara lain: pertama, mengontrol dan mendayagunakan

sumber daya sosial ekonomi untuk kepentingan publik; kedua, menjamin

pendistribusian kekayaan secara adil dan merata; ketiga, mengurangi kemiskinan;

keempat, menyediakan asuransi sosial bagi masyarakat miskin; kelima,

menyediakan subsidi untuk layanan sosial bagi disadvantage people; keenam,

memberikan proteksi bagi setiap warga negara.21

Dari tujuan negara modern

tersebut, dapat dimaknai bahwa teori negara kesejahteraan tidak semata-mata

berorientasi untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara, akan tetapi lebih

menekankan pada upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Berkaitan dengan negara kesejahteraan, Spicker menyatakan bahwa

welfare state adalah a state which benefits its citizen in accordance with certain

set of principles, from cradle to grave.22

Fungsi negara semacam itulah yang

menjadi keharusan bagi peran kontekstual negara-negara modern. Pergeseran

konsep ini sekaligus mengubah skema peran sosial pemerintah yang semula

20 Sejak turut serta secara aktif dalam pergaulan kemasyarakatan, lapangan pekerjaan

pemerintah makin lama makin luas. Administrasi negara diserahkan kewajiban untuk

menyelenggarakan kesejahteraan umum (bestuurszorg). Diberinya tugas “bestuurszorg” itu

membawa suatu konsekuensi yang khusus bagi administrasi negara. Lihat E. Utrecht, 2008,

Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, hal. 28-29. 21 Amien Alhumami, “Negara Sejahtera” Artikel Harian Kompas, 16 Oktober 2005. 22 Paul Spicker, 2000, The Welfare State: A General Theory, Sage, London, hal. 6.

Page 27: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

sekedar subordinat terhadap legislasi parlemen, menjadi berperan aktif untuk

mampu mengatur kehidupan sosial kemasyarakatan melalui kebijakan regulasi

operasional dan berbagai diskresi untuk tujuan mencegah menajamnya

kesenjangan sosial serta mengupayakan terwujudnya social welfare.

Berkaitan dengan konsep negara kesejahteraan yang merupakan revisi dari

konsep negara pasif, Asshiddqie23

menguraikan bahwa dalam konsep negara

kesejahteraan, negara dituntut untuk memperluas tanggung jawabnya kepada

masalah-masalah sosial ekonomi yang dihadapi rakyat banyak. Perkembangan

inilah yang memberikan legalisasi bagi negara intervensionis abab ke-20. Negara

justru perlu dan bahkan harus melakukan intervensi dalam berbagai masalah

sosial dan ekonomi untuk menjamin terciptanya kesejahteraan bersama dalam

masyarakat. Melalui intervensi ini, fungsi negara juga meliputi kegiatan-kegiatan

yang sebelumnya berada di luar jangkuan fungsi negara, seperti memperluas

ketentuan pelayanan sosial kepada individu dan keluarga dalam hal-hal khusus,

seperti social security, kesehatan, kesejahteraan sosial, pendidikan dan pelatihan

serta perumahan. Di samping itu, kegiatan intervensi negara itu juga meluas

sampai pada pengaturan terhadap berbagai aktivitas masyarakat, baik secara

individual maupun badan-badan koletif (corporate bodies) untuk maksud

mengubah kondisi hidup dan kehidupan individu dan kelompok penduduk secara

relatif cepat.

23 Jimly Asshiddiqie, 2004, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia-Pergeseran Keseimbangan antara Individualisme dan Kolektivisme

dalam Kebijakan Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi Selama Tiga Masa Demokrasi,

1945-1980an, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, hal. 223. (selanjutnya disebut Jimly Asshiddiqie

III)

Page 28: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Mengomentari konsep negara pengurus versi Bung Hatta, Asshiddiqie24

lebih jauh berpendapat bahwa kecenderungan intervensionistis ini muncul dan

berkembang di mana-mana, termasuk di negara-negara baru yang muncul sebagai

akibat proses dekolonisasi global pada abad ke-20. Indonesia, tak terkecuali, juga

dipengaruhi oleh gagasan negara kesejahteraan ini. Seperti dikemukakan oleh

Hatta dalam sidang BPUPKI tanggal 15 Juli 1945, negara Indonesia yang akan

didirikan dengan konstitusi yang sedang mereka rumuskan dalam sidang BPUPKI

itu adalah negara pengurus. Apa yang dimaksudkan oleh Hatta dengan negara

pengurus itu, tidak lain adalah negara kesejahteraan atau welfare state. Hal ini

tercermin dalam rumusan UUD 1945, yaitu dalam Bab XIV mengenai

kesejahteraan sosial. Dengan demikian, pada abad ke-20 ini konsep negara

kesejahteraan ini menjadi populer, dan secara cepat mempengaruhi cara kerja

berbagai pemerintah di seluruh penjuru dunia.

Perspektif teori negara kesejahteraan lebih menekankan kepada negara

agar berperan secara aktif dalam mengelola dan mengorganisasi dan mengelola

perekonomian yang di dalamnya mencakup tanggung jawab negara untuk

menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi

warga negara. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan konsep kesejahteraan umum

sebagai ”keseluruhan prasyarat-prasyarat sosial yang memungkinkan atau

mempermudah manusia untuk mengembangkan semua nilainya”, atau sebagai

”jumlah semua kondisi kehidupan sosial yang diperlukan agar masing-masing

24 Ibid.

Page 29: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

individu, keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mencapai

kebutuhan atau perkembangan mereka dengan lebih utuh dan cepat”.25

Berdasarkan uraian tentang teori negara kesejahteraan, jika dihubungkan

dengan cita-cita negara Indonesia yang menjatuhkan pilihan pada negara

kesejahteraan. Hal tersebut tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 menegaskan

bahwa “...Pemerintahan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah,

memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Para pendiri negara dalam menjatuhkan pilihan negara kesejahteraan,

dilandasi alasan-alasan yang sekaligus menjadi alat ukur kesuksesan dalam

menjalankan sistem negara kesejahteraan, sebagai berikut: pertama, untuk

mempromosikan efisiensi ekonomi; kedua, untuk mengurangi kemiskinan; ketiga,

mempromosikan kesamaan sosial (social equality); keempat, mempromosikan

integritas sosial atau menghindarkan eksklusif sosial; kelima, mempromosikan

stabilitas sosial; dan keenam, mempromosikan otonomi atau kemandirian

individu.26

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri utama

negara kesejahteraan adalah munculnya kewajiban pemerintah untuk mewujudkan

kesejahteraan umum bagi warganya. Dengan kata lain, ajaran welfare state27

merupakan bentuk konkrit dari peralihan prinsip staatsonthouding, yang

25 Frans Magnis Suseno, 2009, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern, Gramedia Pustaka, Jakarta, hal. 314. 26 Tim Peneliti PSIK Universitas Paramadina, 2008, Negara Kesejahteraan dan

Globalisasi, Pengembangan Kebijakan dan Perbandingan Pengalaman, PSIK Universitas

Paramadina, Jakarta, hal.21-22. 27 Pemikiran perihal tercapainya imbangan kegiatan ekonomi yang menguntungkan

semua warga bangsa telah menjadi wacana yang menghasilkan sistim Negara kebangsaan yang

bersifat Negara kesejahteraan. Lazimnya dengan berbagai variant definisi karena perbedaan sudut

pandang terhadap unsur-unsurnya akan tetapi tidak berbeda dalam substansi dari berbagai Negara

tersebut akan disebut sebagai social welfarestate atau sociale rechtsstaat.

Page 30: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

membatasi peran negara dan pemerintah untuk mencampuri kehidupan ekonomi

dan sosial masyarakat, menjadi staatsbemoeienis yang menghendaki negara dan

pemerintah terlibat aktif dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, sebagai

langkah untuk mewujudkan kesejahteraan umum, disamping menjaga ketertiban

dan keamanan.

Berdasarkan uraian di atas, dalam teori negara kesejahteraan (welfare

state), hukum merupakan suatu sistem yang dapat berperan dengan baik dan tidak

pasif dimana hukum mampu diterapkan dan dimanfaatkan dalam kehidupan

bermasyarakat, jika instrumen pelaksanaannya dilengkapi dengan kewenangan-

kewenangan di berbagai bidang.

Indroharto mengemukakan, bahwa kewenangan diperoleh secara atribusi,

delegasi dan mandat.28

Dalam hal ini OJK memiliki kewenangan mengatur dan

mengawasi lembaga keuangan yang diperoleh secara atribusi. Kewenangan yang

diperoleh secara atribusi berarti pemberian wewenang pemerintahan yang baru

oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, sehingga dengan

aturan hukum dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang pemerintah yang baru.

Tugas dan kewenangan OJK dalam membina dan mengawasi lembaga

keuangan tersebut meliputi:

1. Power and Right to Licence (kewenangan untuk memberi izin), yaitu

kewenangan OJK menetapkan ketentuan dan persyaratan sebuah lembaga

keuangan yang merupakan seleksi awal terhadap kehadiran sebuah

lembaga keuangan baru yang mengacu pada aspek yaitu kemampuan

28 Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara, Pustaka Harapan, Jakarta , hal. 90.

Page 31: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

menyediakan dana dalam jumlah tertentu untuk modal lembaga keuangan

serta kesungguhan dan kemampuan dari para calon pemilik dan pengurus

lembaga keuangan dalam melaksanakan kegiatan usaha lembaga

keuangan, termasuk memberikan izin pendirian lembaga keuangan,

pendirian kantor cabang sampai dengan pencabutan izin. Kewenangan ini

merupakan kewenangan yang pertama dan mendasar serta merupakan

pengawasan lembaga keuangan yang paling awal, sebab ini

memungkinkan dapat ditetapkannya operasional suatu lembaga keuangan.

Dengan demikian tidak setiap orang atau badan hukum dapat mendirikan

dan mengoperasikan lembaga keuangan.

2. Power and Right to Regulate (kewenangan untuk mengatur), yaitu

kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek

kegiatan usaha lembaga keuangan yang sehat dan mampu memenuhi jasa

lembaga keuangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kewenangan ini

memungkinkan otoritas pengawas mengatur kegiatan operasi lembaga

keuangan berupa regulasi dan kebijakan sehingga dapat mendorong

terciptanya sistem lembaga keuangan yang sehat.29

3. Power and Right to Control (kewenangan untuk mengawasi), yaitu

kewenangan untuk melakukan pengawasan lembaga keuangan melalui

pengawasan langsung (on-site supervision), dan pengawasan tidak

langsung (off-site supervision). Pengawasan langsung dapat berupa

pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk

29 Kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, www.bi.go.id, diakses tanggal 23

Januari 2015.

Page 32: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan lembaga keuangan dan

untuk memantau tingkat kepatuhan lembaga keuangan terhadap peraturan

yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang

tidak sehat yang dapat membahayakan kelangsungan usaha lembaga

keuangan. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat

pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan lembaga keuangan,

laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.

4. Power and Right to Impose Sanction (kewenangan untuk memberikan atau

menjatuhkan sanksi), yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan terhadap lembaga keuangan

apabila suatu lembaga keuangan kurang atau tidak memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan. Tindakan ini mengandung unsur

pembinaan agar lembaga keuangan beroperasi sesuai dengan asas lembaga

keuangan yang sehat, dalam hal ini berupa sanksi administratif, sedangkan

sanksi untuk yang dapat dikenakan pidana diteruskan dan ditindaklanjuti

kepada pihak yang berwenang. Kewenangan ini dimaksudkan agar

lembaga keuangan melakukan perbaikan atas kelemahan dan

penyimpangan yang dilakukannya yang mengandung fungsi pembinaan

agar lembaga keuangan taat aturan.

Teori Negara Hukum Kesejahteraan dalam kaitannya dengan perlindungan

hukum nasabah perbankan yaitu pemerintah berperan untuk menciptakan

instrumen berupa aturan-aturan hukum yang nantinya dapat memberikan jaminan

kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat selaku konsumen perbankan.

Page 33: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Adanya peraturan terutama di bidang perbankan tentunya dapat memberikan rasa

aman dan nyaman bagi nasabah perbankan.

1.6.3 Konsep Perlidungan Hukum oleh Negara

Konsep perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala

peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan

kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara

anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang

dianggap mewakili kepentingan masyarakat. Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra

berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan

yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan

antisipatif.30

Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan

untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik

untuk memperoleh keadilan.31

Oleh sebab itu, perlindungan hukum perlu

diberikan kepada konsumen lembaga jasa keuangan, dimana konsumen hampir

selalu berada di pihak yang lemah kedudukan hukumnya. Perlindungan hukum

yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlindungan hukum kepada

konsumen lembaga jasa keuangan dari segala bentuk penyimpangan-

penyimpangan yang dilakukan oleh lembaga jasa keuangan tersebut.

Perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak dimensi, yang

salah satunya adalah perlindungan hukum. Perlindungan hukum bagi setiap

Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-

30

Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Mandar Maju,

Bandung, hal. 178. 31 Sunaryati Hartono, 2001, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,

Penerbit Alumni, Bandung, hal. 29.

Page 34: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), untuk itu

setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan

jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap

aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal

tersebut, dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan

kedudukan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali. Dalam

konteks Ilmu Hukum, konsep perlindungan hukum sering dimaknai sebagai suatu

bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum untuk

memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi dari

ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada

proses litigasi dan/atau non litigasi.

Dengan demikian perlindungan hukum merupakan suatu hal yang

bertujuan untuk melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu

sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:32

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam

peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu

pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam

melakukan suatu kewajiban.

2. Perlindungan Hukum Represif

32 Musrihah, 2000, Dasar dan Teori Ilmu Hukum, PT. Grafika Persada, Bandung, hal. 30.

Page 35: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi

seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila

sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Dalam perlindungan hukum preventif, rakyat diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif melalui peraturan perundang-

undangan, sebaliknya dalam perlindungan represif bertujuan untuk menyelesaikan

sengketa33

atau dengan kata lain untuk memulihkan keadaan (sengketa) yang telah

timbul melalui lembaga peradilan ataupun melalui lembaga penyelesaian sengketa

alternatif.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa salah satu

sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan

perlindungan kepada masyarakat termasuk konsumen lembaga jasa keuangan.

Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap konsumen lembaga jasa keuangan

tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum. Selanjutnya

hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam masyarakat

konsumen lembaga jasa keuangan.

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini digunakan perlindungan hukum

preventif dan represif melalui pembentukan peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan jasa keuangan perbankan yaitu perlindungan hukum dari otoritas

keuangan yang diberikan kepada konsumen lembaga jasa keuangan sebelum

33 Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu,

Surabaya, hal.2

Page 36: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

timbulnya sengketa perbankan dan perlindungan hukum dalam hal telah terjadi

sengketa perbankan antara konsumen dengan lembaga perbankan.

1.6.4 Asas Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama

berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:34

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku

usaha secara keseluruhan;

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan

kewajibannya secara adil;

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil

dan spiritual;

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa

yang dikonsumsi atau digunakan;

34 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali

Pers, Jakarta, hal. 26.

Page 37: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen

mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Kelima asas yang disebutkan tersebut, bila diperhatikan substansinya,

dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian asas yaitu:35

1. asas kemanfaatan, yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan konsumen;

2. asas keadilan, yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan; dan

3. asas kepastian hukum.

Asas-asas Hukum Perlindungan Konsumen yang dikelompokkan dalam 3

(tiga) kelompok diatas yaitu asas keadilan, asas kemanfaatan, dan kepastian

hukum. Dalam hukum ekonomi keadilan disejajarkan dengan asas keseimbangan,

kemanfaatan disejajarkan dengan asas maksimalisasi, dan kepastian hukum

disejajarkan dengan asas efisiensi. Asas kepastian hukum yang disejajarkan

dengan asas efisien karena menurut Himawan bahwa: “Hukum yang berwibawa

adalah hukum yang efisien, di bawah naungan mana seseorang dapat

melaksanakan hak-haknya tanpa ketakutan dan melaksanakan kewajibannya tanpa

penyimpangan”.36

Mengingat luasnya objek material (pokok bahasan) hukum perlindungan

konsumen itu, maka sangat sulit memberikan sistematika yang lengkap. Objek

material hukum perlindungan konsumen mencakup semua lapangan hukum pada

umumnya. Pembagian bidang-bidang hukum perlindungan konsumen dan

35 Ahmadi Miru, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di

Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 33. 36 Ibid.

Page 38: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

beragam jenis peraturan yang melingkupi, menurut adanya konsistensi, baik

dalam dalam substansi maupun penerapannya dilapangan. Untuk mencegah hal itu

sangat diperlukan adanya umbrella act. Adapun aturan-aturan lain, baik yang

setungkat dengan Undang-Undang maupun yang dibawahnya, merupakan

pengaturan yang bersifat lebih sektoral. Peraturan yang disebut sebagai umbrella

act adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (selanjutnya disingkat dengan UUPK), yang disahkan pada tanggal 20

April 1999, tetapi baru diberlakukan satu tahun kemudian (tanggal 20 April

2000). Penundaan ini dianggap perlu untuk melengkapi berbagai pranata hukum

yang diberlakukan.

Esensi dari diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

(UUPK) Tentang Perlindungan Konsumen ini adalah untuk mengatur perilaku

pelaku usaha dengan tujuan agar konsumen dapat terlindungi secara hukum. Hal

ini berarti bahwa upaya untuk melindungi kepentingan konsumen yang dilakukan

melalui perangkat hukum diharapkan mampu menciptakan norma hukum

perlindungan konsumen. Pada sisi lain diharapkan dapat menumbuh kembangkan

sikap usaha yang bertanggung jawab, serta peningkatkan harkat dan martabat

konsumen.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dalam upaya memberikan

perlindungan kepada konsumen menetapkan enam pokok materi yang menjadi

muatan Undang-Undang yaitu mengenai larangan-larangan, tanggungjawab

Page 39: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

produsen, tanggung gugat produk, perjanjian atau klausula baku, penyelesaian

sengketa dan tentang ketentuan pidana.37

1.6.5 Konsep Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Setelah adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan yang diundangkan tanggal 22 November 2011, pengaturan dan

pegawasan sektor perbankan yang semula berada pada Bank Indonesia sebagai

bank sentral Indonesia dialihkan pada otoritas jasa keuangan. Otoritas Jasa

Keuangan, yang selanjutnya (OJK), adalah lembaga yang indpenden dan bebas

dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini.

Pembentukan Undang-Undang OJK ini dimaksudkan untuk memisahkan

fungsi pengawasan perbankan dari bank sentral ke sebuah badan atau lembaga

yang independen di luar bank sentral. Dasar hukum pemisahan fungsi pengawasan

tesebut yaitu Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang

menyatakan: (1) Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan

Undang-Undang. (2) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Wujud pengawasan yang dilakukan yaitu terhadap bank dan perusahaan-

perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun,

37

Nurmandjito, 2000, Kesiapan Perangkat Perundang-undangan Tentang Perlindungan

Konsumen, Mandar Maju, Bandung, hal. 31.

Page 40: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain

yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Lembaga ini bersifat

independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar

pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa

Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam melakukan tugasnya lembaga

ini (supervisory board) melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam Undang-Undang

pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga pengawasan ini dapat

mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan

Bank dengan koordinasi dengan Bank Indonesia dan meminta penjelasan dari

Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan.

Ke-independenan OJK berkaitan dengan beberapa hal: yaitu pertama

independen yang berkait dengan pemberhentian anggota lembaga yang hanya

dapat dilakukan berdasarkan sebab-sebab yang diatur dalam Undang-Undang

pembentukan lembaga yang bersangkutan, tidak sebagaimana lazimnya

administrative agencies yang dapat sewaktu-waktu oleh Presiden karena jelas

merupakan bagian dari eksekutif.

Kedua, selain masalah pemberhentian yang terbebas dari intervensi

Presiden, sifat independen juga tercermin dari:

1. Kepemimpinan lembaga yang bersifat kolektif, bukan hanya satu orang

pimpinan. Kepemimpinan kolegial ini berguna untuk proses internal dalam

pengambilan keputusan-keputusan, khususnya menghindari kemungkinan

politisasi keputusan sebagai akibat proses pemilihan keanggotaannya;

Page 41: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

2. Kepemimpinan tidak dikuasai atau tidak mayoritas berasal dari partai

politik tertentu; dan

3. Masa jabatan para pemimpin lembaga tidak habis secara bersamaan, tetapi

bergantian (staggered terms).38

Dalam Undang-Undang tentang OJK, pimpinan tertinggi terletak pada

Dewan Komisioner. Mengenai struktur Dewan Komisioner terdiri dari 9

(sembilan) orang anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dengan

susunan sebagai berikut:

1. Seorang ketua merangkap anggota;

2. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;

3. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;

4. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;

5. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap

anggota;

6. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;

7. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen;

8. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota

Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan

9. Seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan

pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.

38 Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, 2009, Efektivitas Sistem Penyeleksian

Pejabat Komisi Negara di Indonesia, Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 3, hal. 152.

Page 42: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

Calon Dewan Komisioner diusulkan oleh Presiden yang pemilihan dan

penentuannya dilaksanakan oleh Panitia Seleksi. Panitia Seleksi tersebut dibentuk

dengan Keputusan Presiden dan beranggotakan 9 (sembilan) orang yang terdiri

atas unsur Pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat.

Setelah melakukan pengumuman calon anggota Dewan Komisioner

kepada masyarakat, Panitia Seleksi melakukan penyaringan administrasi terhadap

para calon yang telah mendaftar dan kemudian hasilnya disampaikan kepada

Presiden untuk dipilih dan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Pola

rekrutmen Dewan Komisioner OJK seperti ini menimbulkan pertanyaan, yaitu

siapa saja yang menjadi Panitia Seleksi untuk mencari calon-calon yang memang

qualified mengisi jabatan Dewan Komisioner OJK. Meskipun telah disebutkan

Panitia Seleksi terdiri atas unsur Pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat,

tetapi semua bergantung pada Presiden yang berwenang membentuk panitia

Seleksi tersebut. Kualitas Dewan Komisioner yang akan dibentuk sangat

bergantung pada proses awal seleksi oleh Panitia Seleksi. Selain itu permasalahan

lain yang timbul adalah mengenai kewenangan OJK itu sendiri yang sangat besar,

melebihi apa yang diamanatkan oleh Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2004 sebagai lembaga independen yang melakukan pengawasan terhadap

perbankan di Indonesia

1.7 Metode Penelitian

1.7.1. Jenis Penelitian

Berangkat dari adanya ketidakjelasan atau kekaburan norma (vague van

normen) dari peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen

Page 43: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

lembaga jasa keuangan oleh BI dan OJK, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif

merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan perundang-

undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum

tertentu yang dalam hal ini adalah permasalahan tentang perlindungan konsumen

lembaga jasa keuangan oleh BI, OJK dan LPS.

Penelitian normatif seringkali disebut dengan penelitian doktrinal, yaitu

penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma

dalam hukum positif.39

Dalam peneltian normatif hukum dipandang identik

dengan norma-norma tertulis, yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau

pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem normatif yang

otonom, mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat nyata.40

1.7.2. Jenis Pendekatan

Pendekatan (apprach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif

akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan

ilmu hukum dan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi

hukum tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif.

Dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan beberapa

pendekatan yaitu :41

1. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach).

39

Johny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia,

Malang, hal. 295. 40

Ronny Hanitijo Soemitro, 2008, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Alumni,

Jakarta, hal 13-14. 41 Johnny Ibrahim, Op.Cit, hal. 300-301.

Page 44: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

2. Pendekatan Konsep (conceptual approach).

3. Pendekatan Perbandingan (comparative approach).

4. Pendekatan Historis (historical approach).

5. Pendekatan Filsafat (philosophical approach).

6. Pendekatan Kasus (case approach).

Pendekatan-pendekatan tersebut dapat digabung sehingga dalam suatu

penelitian hukum normatif dapat saja menggunakan dua pendekatan atau lebih

yang sesuai.

Dalam penelitian ini penulis mengunakan 3 (tiga) metode pendekatan

yaitu: pendekatan sejarah (historical approach), pendekatan perundang-undangan

(statute approach), dan pendekatan konsep (conceptual approach), mengingat

permasalahan yang diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai

perlindungan konsumen lembaga jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK).

1.7.3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian hukum normatif

dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu bahan-bahan hukum primer, bahan-bahan

hukum sekunder dan bahan-bahan hukum tertier. Adapun bahan-bahan hukum

tersebut terdiri dari :42

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dikaji, yang terdiri dari:

42 Bambang Waluyo, 2001, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Penerbit Sinar Grafika,

Jakarta, hal. 18.

Page 45: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia;

b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan;

g. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang

Lembaga Penjaminan Simpanan Menjadi Undang-Undang;

h. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

Tentang Lembaga Penjaminan Simpanan Menjadi Undang-Undang;

i. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin

Simpanan;

j. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

k. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen;

Page 46: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

l. Peraturan Bank Inonesia Nomor 10/10/PBI/2008 tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang

Penyelesaian Pengaduan Nasabah;

m. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian

Pengaduan Nasabah;

n. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tentang Perubahan

Peraturan Bank Inonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi

Perbankan;

o. Peraturan Bank Inonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi

Perbankan;

p. Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan

Konsumen Jasa Sistem Pembayaran;

q. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan;

r. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan;

s. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/13/DPNP tentang Perubahan

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/24/DPNP tentang Penyelesaian

Pengaduan Konsumen;

t. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/24/DPNP tentang Penyelesaian

Pengaduan Konsumen;

u. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/14/DPNP tentang Mediasi

Perbankan;

Page 47: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

v. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/16/DKSP tentang Tata Cara

Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran;

w. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.07/2014

tentang Pelaksanaan Edukasi dalam Rangka Meningkatkan Literasi

Keuangan Kepada Konsumen dan/atau Masyarakat; dan

x. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK. 07/2014

tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada

Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks, jurnal-jurnal asing, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, serta

simposium yang dilakukan para pakar terkait dengan objek kajian

penelitian hukum ini.43

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamus hukum,44

Surat kabar, majalah mingguan, bulletin

dan internet juga dapat menjadi bahan bagi penelitian ini sepanjang

memuat informasi yang relevan dengan objek kajian penelitian hukum

ini.45

1.7.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam pengumpulan bahan hukum ini ditegaskan permasalahan mengenai

jenis, sifat dan kategori bahan hukum serta perlakuan terhadap bahan hukum yang

43 Johny Ibrahim, Op.Cit, hal. 392. 44 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 14-15. 45 Jay A. Sieglar dan Benyamin R. Beede, 2007, The Legal Souyrces of Public Policy,

Lexington Books, Massachussets, Toronto, hal. 23.

Page 48: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · PDF file... insider trading, dan pencucian uang. Di samping itu, masih banyak permasalahan lain sebagai akibat dari ... berada dibawah kewenangan Badan

diperoleh. Tujuannya agar pengumpulan bahan hukum dan penganalisaan

terhadap bahan hukum tersebut dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian.

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi pustaka atau studi dokumen yaitu mengumpulkan bahan hukum yang

berkaitan dengan obyek penelitian yang diteliti berupa bahan-bahan hukum

bersifat normatif-preskriptif, dilakukan dengan cara penelusuran, dan

pengumpulan dilakukan baik secara konvensional maupun dengan menggunakan

teknologi informasi seperti internet, dan lain-lain.

1.7.5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah diperoleh, selanjutnya diinventarisir,

dikelompokkan dan disusun secara sistematis dan selanjutnya bahan hukum

tersebut kemudian dikaji, dipaparkan, diinterpretasi dan dianalisis secara yuridis,

yaitu analisis yang mendasarkan pada teori-teori, konsep dan peraturan

perundang-undangan.

Penggunaan teori-teori dan konsep-konsep penelitian dalam menafsirkan

hasil analisis bahan-bahan hukum bersifat normatif-preskriptif, bertujuan

menghasilkan, menstrukturkan dan mensistematisasi teori-teori yang menjadi

dasar untuk pengambilan kesimpulan,46

sehingga tujuan akhir penelitian hukum

ini dapat tercapai, yaitu ditemukannya jawaban permasalahan mengenai

perlindungan konsumen lembaga jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK).

46 M. Van Hoecke, dan Bernard Arief Sidharta, 2001, Refleksi tentang Struktur Ilmu

Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 154-155.