ABSTRAK -...

27
1 ABSTRAK Zico Anaz Bosch. 21205380 Analisis Penilaian Perusahaan terhadap Penerapan Manajemen Pajak dan pengaruhnya pada Laporan Keuangan PT Barito Buana Pusaka ”. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2008 Kata Kunci : Laporan laba rugi, Undang Undang perpajakan, Manajemen Pajak, tax planning ( xi + 74 + Lampiran ) Sistem Self Assesment yang berlaku di Indonesia dapat menjadi pemicu terhadap perlakuan perusahaan dalam menerapkan perencanaan pajak. Penilitian ini akan coba membahas penerapan perencanaan pajak yang diterapkan oleh perusahaan. Perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen pajak. Tujan dari manajemen pajak dibagi dua ; yaitu menerapkan peraturan pajak secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya. Manajemen pajak yang dilaksanakan dengan baik melalui fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan pajak (tax planning) sendiri merupakan kunci penting dalam merencanakan strategi efisiensi biaya pada aspek pajak Ada dua perlakuan yang dapat digunakan oleh persahaan. Yang pertama, perusahaan dapat memasukkan biaya yang sekiranya dapat dimasukkan dalam laporan laba rugi pada periode yang bersangkutan dan juga menghilangkan pos pendapatan yang sekiranya dapat dihilangkan pada laporan laba rugi periode yang bersangkutan. Yang kedua, perusahaan dapat memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada sedemikian rupa sehingga biaya yang seharusnya tidak diperbolehkan mengurangi penghasilan (koreksi fiskal positif) dapat menjadi biaya fiskal, atau menjadi biaya yang dapat mengurangi penghasilan dalam laporan laba rugi tersebut (tidak dikoreksi fiskal positif). Perlakuan tersebut dapat membuat jumlah laba yang dilaporkan menjadi lebih kecil dan berimbas pada turunnya jumlah beban pajak yang dibayarkan. Daftar Pustaka (1993 2007)

Transcript of ABSTRAK -...

1

ABSTRAK

Zico Anaz Bosch. 21205380“Analisis Penilaian Perusahaan terhadap Penerapan Manajemen Pajak danpengaruhnya pada Laporan Keuangan PT Barito Buana Pusaka ”.

Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2008Kata Kunci : Laporan laba – rugi, Undang – Undang perpajakan, Manajemen Pajak,

tax planning

( xi + 74 + Lampiran )

Sistem Self Assesment yang berlaku di Indonesia dapat menjadi pemicuterhadap perlakuan perusahaan dalam menerapkan perencanaan pajak. Penilitian iniakan coba membahas penerapan perencanaan pajak yang diterapkan oleh perusahaan.Perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen pajak. Tujan dari manajemen pajakdibagi dua ; yaitu menerapkan peraturan pajak secara benar dan usaha efisiensi untukmencapai laba dan likuiditas yang seharusnya. Manajemen pajak yang dilaksanakandengan baik melalui fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan,pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan pajak (tax planning) sendirimerupakan kunci penting dalam merencanakan strategi efisiensi biaya pada aspekpajak

Ada dua perlakuan yang dapat digunakan oleh persahaan. Yang pertama,perusahaan dapat memasukkan biaya yang sekiranya dapat dimasukkan dalamlaporan laba – rugi pada periode yang bersangkutan dan juga menghilangkan pospendapatan yang sekiranya dapat dihilangkan pada laporan laba – rugi periode yangbersangkutan. Yang kedua, perusahaan dapat memanfaatkan peraturan perpajakanyang ada sedemikian rupa sehingga biaya yang seharusnya tidak diperbolehkanmengurangi penghasilan (koreksi fiskal positif) dapat menjadi biaya fiskal, ataumenjadi biaya yang dapat mengurangi penghasilan dalam laporan laba – rugi tersebut(tidak dikoreksi fiskal positif). Perlakuan tersebut dapat membuat jumlah laba yangdilaporkan menjadi lebih kecil dan berimbas pada turunnya jumlah beban pajak yangdibayarkan.

Daftar Pustaka (1993 – 2007)

2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Penulis ingin mengangkat permasalahan pembayaran pajak ini dengan judul

“Analisis Penilaian Perusahaan Terhadap Penerapan Manajemen Pajak dan

pengaruhnya pada Laporan Keuangan PT Barito Buana Pusaka ”. Alasan

penulis mengambil judul ini adalah sistem self assesment yang memberikan

kepercayaan kepada wajib pajak dan juga perusahaan sebagai pembayar pajak untuk

menghitung sendiri, membayar serta melaporkan pelaksanaan semua kewajiban

perpajakan. Hal ini menimbulkan celah bagi wajib pajak untuk dapat menekan jumlah

pajak yang harus dibayarkan tanpa melanggar ketentuan undang – undang yang

berlaku. Kondisi seperti ini yang membuat manajemen pajak sebagai strategi untuk

mengefisiensikan jumlah pajak menjadi hal yang penting untuk diterapkan oleh wajib

pajak.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlakuan perusahaan dalam menerapkan manajemen pajak

terhadap laporan laba – rugi.

2. Bagaimana pengaruh laporan laba – rugi sesudah perusahaan menerapkan

manajemen pajak.

3. Bagaimana pertimbangan perusahaan dalam memutuskan menerapkan manajemen pajak terhadap laporan laba – rugi.

I.3 Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian ini agar dapat memberikan pemahaman sesuaidengan yang diharapkan, antara lain sebagai berikut:

1. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan kepada fungsi perencanaan pajak

atau Tax Planning terhadap pajak terutang badan (PPh badan) yang

merupakan salah satu dari empat fungsi Manajemen Pajak.

2. Data yang penulis gunakan adalah Laporan laba – rugi perusahaan yang

bergerak di bidang jasa security periode 2005 – 2006

3

3. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pos pendapatan dan biaya

sebagai dasar perhitungan laba operasi dalam laporan laba – rugi yang

bersangkutan yang digunakan untuk menerapkan perencanaan pajak

4. Penelitian ini dibatasi sampai kepada permasalahan ada atau tidaknya

pengaruh penerapan manajemen pajak terhadap laporan laba – rugi sebelum

maupun sesudah penerapan manajemen pajak.

5. Penulis memakai data laporan laba – rugi karena laporan laba – rugi

menggambarkan laba operasi perusahaan secara spesifik karena di dalam

laporan tersebut terdapat pos – pos yang yang menjadi dasar perhitungan laba

operasi perusahaan, seperti pos pendapatan dan biaya. laporan laba – rugi juga

menyajikan perhitungan laba operasi perusahaan. Sedangkan Neraca hanya

menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tanpa

menjelaskan perhitungan laba operasi secara secara spesifik. Selain itu dalam

Neraca terdapat pos atau akun yang tidak menjadi dasar perhitungan laba

operasi perusahaan, contohnya Kas.

I.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan perusahaan dalam menerapkan

manajemen pajak terhadap laporan laba – rugi.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh laporan laba – rugi sesudah

perusahaan menerapkan manajemen pajak.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan perusahaan dalam memutuskan menerapkan manajemen pajak terhadaplaporan laba – rugi.

I.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

berguna untuk :

1. Bagi Penulis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari ke dalam dunia usaha yang

riil, yaitu untuk mengetahui pengaruh penerapan manajemen pajak terhadap

laporan laba – rugi yang berfungsi untuk mengefisiensikan beban pajak terutang

perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

4

Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan kebijakan yang dapat ditempuh oleh

perusahaan untuk tetap menerapkan perencanaan pajak atau tax planning yang

merupakan bagian dari manajemen pajak terhadap laporan keuangan.

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi pembaca tentang tax

planning dan kegunaannya bagi perusahaan yang menerapkannya serta pengaruh

penerapan tax planning tehadap jumlah beban pajak terutang badan.

I.6 Kerangka Pemikiran

Perencanaan pajak sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan

yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang mayoritas ditekankan pada

pengendalian setiap transaksi yang melekat dengan konsekuensi pajaknya. Tujuannya

adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang

akan dibayarkan, melalui apa yang disebut dengan penghindaran pajak/tax avoidance

(Moch. Zain, 1997)

Hal senada dikemukakan oleh Suandy (2001,7), bahwa pada umumnya

penekanan perencanaan pajak adalah untuk menimumkan kewajiban pajak,

diupayakan beban pajak yang timbul akibat aktivitas perusahaan dapat ditekan

sedemikian rupa dengan tetap berpijak pada legalitas tata cara perpajakan itu sendiri.

Hal tersebut mungkin untuk dilaksanakan karena dalam ketentuan Pasal 4 UU No. 6

tahun 1983 yang telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994 dan kemudian

diperbaharui dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, disebutkan bahwa :

Ayat 1

Wajib pajak mengisi dan menyampaikan surat pemberitahuan dengan benar,lengkap, dan menandatanganinya.

Ayat 2

Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan oleh wajib pajakyang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilengkapi dengan laporankeuangan berupa Neraca dan pemberitahuan laba – rugi serta keteranganlainnya yang diperlukan.

5

Implikasi dari ketentuan di atas adalah adanya sistem self assesment dimana

perusahaan mendapat beban yang berat tapi sekaligus diberi keleluasaan untuk

menyelenggarakan manajemen pajak secara akurat dan bertanggung jawab. Pada self

assesment ini perusahaan harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam

surat pemberitahuannya, menghitung dasar pengenaan pajaknya, menghitung jumlah

pajak yang terutang atau mengangsur jumlah pajak yang terutang.

Sanggahan akan terjadi sejak saat wajib pajak mengisi surat pemberitahuan

dan menyampaikan, dan ketentuannya tidak dapat dihindarkan apabila wajib pajak

diminta untuk menjelaskan atau mempertahankan berbagai hal yang terdapat dalam

surat pemberitahuannya. Karenanya agar suatu rencana pajak yang baik dapat

dilaksanakan, maka harus didukung oleh keteraturan dalam pembukuan perusahaan,

karena ketidakserasian antara biaya yang dilaporkan dengan pengeluaran yang telah

dilakukan atau dokumen dasar akan mempersulit perusahaan, baik dalam usahanya

untuk menimalkan beban pajak maupun kemungkinan dikenakan sanksi pajak dari

pihak fiskus apabila perusahaan diperiksa.

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian yang dikemukakan di

atas, penulis merumuskan hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

“Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh sebelum dan sesudah

penerapan manajemen pajak terhadap beban pajak terutang wajib pajak badan

PT Barito Buana Pusaka ”.

6

BAB II

Telaah Pustaka

2.1 Manajemen Pajak.

Manajemen pajak adalah suatu usaha yang menyeluruh yang dilakukan oleh

manajer perpajakan dalam suatu perusahaan atau organisasi agar hal yang

berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat

dikelola dengan baik, efisien, ekonomis, sehingga dapat memberikan kontribusi yang

maksimum bagi perusahaan.

Penjelasan atas pengertian di atas adalah sebagai berikut:

1. Usaha yang menyeluruh adalah dengan cara mengelola semua fungsi

manajemen pajak yang ada.

2. Manajer perpajakan berfungsi sebagai pengelola fungsi dalam manajemen

pajak sebagai pihak yang paling paham tentang UU perpajakan di Negara

yang bersangkutan.

3. Bila dalam pembayaran pajak yang terutang semakin efisien, maka

penghasilan kena pajak atatu PPh badan yang harus dibayarkan juga akan

menjadi lebih efisien.

4. Kontribusi maksimum adalah suatu kondisi dimana pembayaran pajak yang

dilakukan perusahaan dapat berjalan semaksimum mungkin namun

penghasilan perusahaan juga maksimum.

2.2 Fungsi dalam Manajemen Pajak

Dalam manajemen pajak terdapat empat fungsi manajemen, antara lain

adalah:

1. Tax Planning

Tax Planning adalah suatu usaha yang mencakup perencanaan perpajakan

agar jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan adalah jumlah yang paling efisien.

7

2. Tax Administration Compliance (Actuating)

Tax Administration Compliance adalah suatu fungsi yang mencakup usaha

untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan cara menghitung pajak secara

benar, membayar pajak tepat waktu dan melaporkannya secara tepat waktu

pula.

3. Tax Audit (Controlling)

Tax Audit adalah strategi untuk menangani pemeriksaan pajak, menanggapi

hasil pemeriksaan pajak maupun strategi dalam mengajukan surat keberatan

dan surat banding.

4. Koordinasi Antar Bagian (Organizing)

Fungsi Organizing adalah fungsi yang berkaitan dengan perpajakan, seperti

mengkomunikasikan ketentuan dan prosedur perpajakan kepada pihak atau

bagian lain dalam perusahaan seperti penjualan yang berhubungan dengan

PPN serta pelatihan bagi staf yang berkaitan dengan masalah perpajakan.

2.3 Tax Planning

Tujuan dari tax planning adalah mencari berbagai kemungkinan yang dapat

ditempuh oleh perusahaan agar dalam konteks peraturan perpajakan yang berlaku,

perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah yang kecil. Dalam perencanaan

pajak dikenal tiga istilah, yaitu:

1. Tax Avoidance; adalah upaya untuk mencapai efisiensi pajak dengan cara

yang tidak melanggar perpajakan yang berlaku. Terdapat tiga cara dalam

tax avoidance, yaitu:

a. Memanfaatkan celah yang terdapat pada ketentuan pajak yang berlaku

(UU Pajak, dll). Contoh; pada saat perubahan UU PPh soal

penyusutan, dengan pembelian asset perusahaan pada akhir tahun,

maka dengan penyusutan yang tinggi akan berakibat pajak yang

dibayarkan menjadi lebih rendah.

8

b. Memilih alternatif dalam ketentuan pajak yang berlaku. Contoh;

Pemilihan metode dalam penyusutan asset perusahaan.

c. Dengan memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan oleh perpajakn yang

diatur dalam ketentuan yang berlaku. Contoh; fasilitas yang ditawarkan

pemerintah dengan ketentuan pajak PPN. Contoh; fasilitas pajak

terutang tidak dipungut, dibebaskan, dan ditangguhkan.

2. Tax Evasion; adalah upaya untuk mencapai efisiensi pajak dengan cara

melanggar ketentuan pajak yang berlaku.Perlakuan kedua ini bersifat

illegal karena melanggar hukum dan perusahaan yng bersangkutan dapat

menerima tindak pidana.

3. Tax Saving; Adalah suatu upaya untuk mencapai efisiensi pajak dengan

cara menghindari diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan kewajiban

untuk membayar pajak.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, Perencanaan pajak adalah langkah

awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian

terhadap peraturan perpajakan, dengn maksud dapat diseleksi tindakan penghematan

pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya perencanaan pajak (tax planning) adalah

unuk meminimumkan kewajiban pajak. Telah disebutkan pula bahwa pada

perencanaan pajak terdapat beberapa istilah seperti penyelundupan pajak (tax

evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance), yang diperbolehkan dan tidak

melanggar ketentuan perpajakan adalah tax avoidance, karena merupakan cara yang

memanfaatkan celah di dalam peraturan perpajakan, namun tidak melanggar

peraturan tersebut. Dengan demikian tax avoidance masih tetap berada dalam bingkai

aturan perpajakan, namun berlawanan dengan jiwa dari undang – undang itu sendiri.

Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan

pajak (Suandy, 2003:10).

a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan, bila suatu perencanaan

pajak (tax planning) ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan

perpajakan, buat wajib pajak merupakan resiko ( tax Risk) yang

sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak

(tax planning) tersebut.

9

b. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak (tax planning)

itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan

menyeluruh (global strategy) perusahaan baik jangka panjang

maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk

akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.

c. Bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian

(agreement), faktur (invoice), dan juga perlakuan akuntansinya

(accounting treatment).

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu diperhatikan,

yaitu:

a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan.

Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti undang – undang,

keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat

Jendral Pajak, dam Surat Edaran Dirjen Pajak kita dapat mengetahui

peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.

b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam penyajian

informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan

keuangan dan menjadi data dalam menghitung besarnya jumlah pajak

yang terutang.

2.4 Perilaku yang Menimbulkan Tindakan Pidana

Perilaku seperti ini dalam manajemen pajak disebut tax evasion atatu

penggelapan pajak. Perilaku ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana karena

cara yang dilakukan meliputi hal seperti pengelembungan dana, pembuatan faktur

fiktif, penggelapan faktur pajak atau tidak melaporkan transaksi, dan lainnya. Sanksi

dari tindakan pidana tersebut telah diatur dalam UU Pajak No. 28 tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan serta Implikasinya terhadap WP Badan.

Beberapa sanksi tersebut antara lain;

10

1. Pasal 39 Ayat 1

(1) Setiap orang yang dengan sengaja;

d. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan

usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

e. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau

pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;

f. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan;

g. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya

tidak benar atau tidak lengkap;

h. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 29;

i. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang

palsu atau dipalsukan seolah benar, atau tidak menggambarkan

keadaan yang sebenarnya;

j. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia,

tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau

dokumen lain;

k. Tidak menyimpan buku, catatan atau dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil

pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau

diselenggarakan secara program aplikasi on – line di Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat 11; atau

l. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan

paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali

jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling

banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.

11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis penilaian

perusahaan terhadap penerapan manajemen pajak dan pengaruhnya pada laporan

keuangan PT Barito Buana Pusaka. Adapun fokus pada penelitian ini adalah

perencanaan pajak atau Tax Planning, yang merupakan langkah awal dari empat

unsur Manajemen Pajak. Penulis memilih laporan keuangan sebagai objek penelitian

mengingat pentingnya laporan keuangan terhadap penerapan perencanaan pajak yang

dilakukan oleh suatu badan atau perusahaan.

Berkaitan dengan penerapan perencanaan pajak, terdapat pos penghasilan

maupun biaya yang dapat dikelola dan dipergunakan dalam perencanaan pajak, antara

lain :

1. Security Service (pendapatan atas jasa pengamanan). Pos ini adalah

penghasilan utama perusahaan mengingat perusahaan yang bersangkutan

beroperasi di bidang penyediaan jasa keamanan kepada perusahaan industri

atau manufaktur.

2. Biaya Gaji. Biaya gaji yang dimanfaatkan adalah biaya gaji secara umum

yang sudah dapat dimasukkan ke dalam laporan keuangan perusahaan.

3. Biaya Komisi. Biaya komisi ini adalah biaya yang tebentuk atas persetujuan

perusahaan dengan karyawannya. Misalnya biaya komisi yang dikeluarkan

perusahaan kepada tim pemenangan tender pekerjaan yang dibentuk secara

internal oleh perusahaan.

4. Pra Operational Expenses (biaya pra operasional). Pos ini adalah biaya yang

dikeluarkan perusahaan dan telah direalisasi sebelum pengerjaan suatu proyek

tender

12

3.2 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian ilmiah yang membahas dan

menganalisis masalah yang ada dalam penelitian ini yakni masalah yang berhubungan

dengan perencanaan pajak dan pajak terhutang badan.

3.2.1 Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul yang dipilih, yaitu “Analisis Penilaian Perusahaan

terhadap Penerapan Manajemen Pajak dan Pengaruhnya pada Laporan

Keuangan”, maka dapat diidentifikasi dua variabel penelitian, yaitu sebagai berikut :

1 Variabel X1 adalah sebelum penerapan manajemen pajak.

2 Variabel X2 adalah sesudah penerapan manajemen pajak.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Utama Indikator Skala

Independen (X1)

Sebelum penerapan

manajemen pajak

Laba perusahaan Rasio

Independen (X2)

Setelah penerapan

manajemen pajak

Laba perusahaan Rasio

3.2.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.2.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh dari bahan yang tersedia di

buku, majalah, jurnal, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Data

kualitatif ini adalah jenis data sekunder, yaitu data yang telah mengalami

13

proses pengolahan, atau merupakan data yang telah lebih dulu diolah oleh

sumbernya.

2. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Data ini menunjukkan nilai

terhadap suatu besaran ataupun variabel yang mewakilinya. Sifat data ini

adalah data runtut waktu yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dalam

suatu periode tertentu.

3.2.2.2 Sumber Data

Penulisan skripsi ini mengambil dari data laporan keuangan perusahaan PT

Barito Buana Pusaka yang berdomisili di Jakarta. Laporan keuangan yang diambil

adalah laporan keuangan tahunan pada periode Januari – Desember 2005. Laporan

keuangan ini menyajikan hasil dari beberapa pengerjaan proyek tender selama 1

tahun.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

1 Penelitian lapangan (field research)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan yang diteliti

untuk kemudian dipelajari, diolah dan dianalisis.

2 Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah dengan cara mengumpulkan bahan dari

berbagai sumber dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan topik

pembahasan untuk memperoleh dasar teoritis.

3.2.4 Alat Analisis Penghematan PPh

Adapun untuk melakukan perhitungan analisis penghematan PPh, penulis

menggunakan rumus sebagai berkut :

T = P0 + P1 x 100 %

P0

Dimana : T = Besarnya persentase kenaikan (penurunan) manajemen pajak.

P0 = Besarnya pajak sebelum manajemen pajak.

P1 = Besarnya pajak sesudah manajemen pajak

14

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Laporan Laba – Rugi Fiskal Sesudah Penerapan Tax Planning

Laporan laba/rugi PT Barito Buana Puasaka. merupakan jenis laporan

keuangan perusahaan yang digunakan penulis sebagai data untuk menganalisa

perlakuan terhadap laporan keuangan tersebut untuk menekan nilai pajak, kemudian

melakukan perhitungan pajak terutang. Laporan laba – rugi yang penulis gunakan

adalah laporan laba – rugi yang telah dilakukan rekonsiliasi fiskal, artinya laporan

laba – rugi tersebut sudah mengalami perubahan dari laporan laba – rugi komersial,

dengan tahun periode 2005 dan 2006. Laporan laba/rugi fiskal sebelum dan

penerapan perencanaan pajak yang dimaksud adalah seperti yang termuat pada

halaman berikutnya. Penulis terlebih dahulu menampilkan laporan laba – rugi fiskal

Tahun 2005 sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak, setelah itu penulis

menampilkan laporan laba – rugi fiskal Tahun 2006 sebelum dan sesudah penerapan

perencanaan pajak. Besarnya perubahan yang terjadi antara laporan laba – rugi fiskal

baik sebelum maupun sesudah penerapan tax planning terhadap laba perusahaan yang

dilaporkan akan ditampilkan dalam bentuk persentase. Adapun laporan laba – rugi

fiskal yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Laporan laba – rugi fiskal periode Januari – Desember 2005

Laporan laba – rugi Fiskal

PT Barito Buana Pusaka

Periode Januari – Desember 2005

Sebelum tax planning Sesudah tax planningJasa Pengamanan 42,378,068,355.00 Jasa Pengamanan 42,145,068,355.00

Pinalti Invoice 207,595,486.21 Pinalti Invoice 207,595,486.21

Total Income 42,170,472,868.79 Total Income 41,937,472,868.79

Biaya – biaya proyek : Biaya pra operasional

Biaya sewa Proyek Perawang 53,759,850.00

Biaya sewa kantor 325,000,000.00 Proyek total 100,664,200.00

Biaya sewa mobil 3,980,052,400.00 Total Biaya praoperasional 154,424,050.00

Radio Panggil (rental) 1,959,494,993.00 Biaya – biaya proyek :

Biaya sewa mobil lain - lain 66,676,328.00 Biaya sewa

Biaya - biaya sewa lain 320,000.00 Biaya sewa kantor 325,000,000.00

15

Total Biaya sewa 6,331,543,721.00 Biaya sewa mobil 3,980,052,400.00

Biaya personal Radio Panggil (rental) 1,959,494,993.00

Biaya gaji umum 20,011,257,765.00 Biaya sewa mobil lain -lain 66,676,328.00

Biaya gaji spesialis (Adi supradi) 68,250,000.00 Biaya - biaya sewa lain 320,000.00

Pesangon 50,563,326.00 Total Biaya sewa 6,331,543,721.00

Honor (Joko) 600,000.00 Biaya Personal

THR 634,684,675.00 Biaya gaji umum 20,011,257,765.00

THR Direksi 252,263,165.00 Biaya gaji spesialis (Adisupradi) 68,250,000.00

Insentif 1,524,500.00 Pesangon 50,563,326.00

Lembur Karyawan 1,759,000.00 Honor (Joko) 600,000.00

Total Biaya personal 21,020,902,431.00 Honorarium (umum) 50,000,000.00

Biaya kantor THR 634,684,675.00

Perlengkapan kantor 25,527,100.00 THR Direksi 252,263,165.00

Listrik, gas, dan air 80,044,190.00 Medical Allowance 375,920,182.00

Telepon, telexdan fax 217,070,865.00 Insentif 1,524,500.00

Rephographic & Printing 31,397,850.00 Lembur Karyawan 1,759,000.00

Pemeliharaan teknis 12,855,400.00 Total Biaya personal 21,446,822,613.00

Pemeliharaan bangunan 5,711,450.00 Biaya kantor

Biaya jasa kurir dan pos 56,450,864.00 Perlengkapan kantor 25,527,100.00

Stationary 50,101,050.00 Listrik, gas, dan air 80,044,190.00

Biaya komputer 85,785,843.00 Telepon, telexdan fax 217,070,865.00

Food & beverage 505,550,720.00 Rephographic & Printing 31,397,850.00

Seragam 193,097,500.00 Pemeliharaan teknis 12,855,400.00

Biaya jasa keamanan dankebersihan

28,584,000.00Pemeliharaan bangunan 5,711,450.00

Sebelum tax planning Sesudah tax planning

Total Biaya kantor 1,292,176,832.00 Biaya jasa kurir dan pos 56,450,864.00

Biaya Kendaraan Stationary 50,101,050.00

Bensin, parkir, dan tol 1,901,533,890.00 Biaya komputer 85,785,843.00

Pajak Kendaraan 11,666,000.00 Food & beverage 505,550,720.00

Transportasi lokal 13,235,500.00 Seragam 193,097,500.00

Total Biaya kendaraan 1,926,435,390.00 Biaya jasa keamanan dankebersihan 28,584,000.00

Biaya Perjalanan Total Biaya kantor 1,292,176,832.00

Tiket & Transport 461,065,951.00 Biaya Kendaraan

Biaya akomodasi 611,471,516.00 Bensin, parkir, dan tol 1,901,533,890.00

Receipt Penggantian Ticket (440,000.00) Pajak Kendaraan 11,666,000.00

Total Biaya perjalanan 1,072,097,467.00 Transportasi lokal 13,235,500.00

Jasa Konsultan Total Biaya kendaraan 1,926,435,390.00

Konsultan hukum 1,500,000.00 Biaya Perjalanan

Konsultan pajak 300,000,000.00 Tiket & Transport 461,065,951.00

Total Biaya jasa konsultan 301,500,000.00 Biaya akomodasi 611,471,516.00

Biaya pemasaran Receipt PenggantianTicket (440,000.00)

Bid & praqualification 39,966,000.00 Total Biaya perjalanan 1,072,097,467.00

Biaya perjalanan 511,169,454.00 Jasa Konsultan

Iklan & promosi 511,916,650.00 Konsultan hukum 1,500,000.00

Litbang 1,000,000.00 Konsultan pajak 300,000,000.00

Total Biaya pemasaran 1,064,052,104.00 Total Biaya jasa 301,500,000.00

16

konsultan

Biaya Administrasi Biaya pemasaran

Provision & administration Bank 42,047,626.59 Bid & praqualification 39,966,000.00

Training & seminar 2,125,450.00 Biaya perjalanan 511,169,454.00

Perpustakaan 539,000.00 Iklan & promosi 511,916,650.00

Perizinan 410,806,000.00 Litbang 1,000,000.00

Tax & PBB 84,455.00 Total Biaya pemasaran 1,064,052,104.00

Other (pembulatan) (1,484,983.00) Biaya Administrasi

Bunga Pinjaman 680,000,000.00 Provision &administration Bank 42,047,626.59

Administrasi lainnya 10,920,400.00 Training & seminar 2,125,450.00

Total Biaya administrasi 1,145,037,948.59 Perpustakaan 539,000.00

Biaya operasional Perizinan 410,806,000.00

Pemeliharaan Anjing 83,497,000.00 Tax & PBB 84,455.00

Kandang Anjing 2,667,000.00 Other (pembulatan) (1,484,983.00)

Sarana Latihan K9 9,358,000.00 Bunga Pinjaman 680,000,000.00

Pelatihan 22,136,934.00 Administrasi lainnya 10,920,400.00

Dana Taktis KPUL 19,000,000.00 Total Biaya administrasi 1,145,037,948.59

Operational HES 23,524,000.00 Biaya operasional

Biaya - biaya operasional 42,583,100.00 Pemeliharaan Anjing 83,497,000.00

Securities ! Pengamanan 61,165,100.00 Kandang Anjing 2,667,000.00

Pengamanan (head office) 5,000,000.00 Sarana Latihan K9 9,358,000.00

Iklan dan promosi 24,000,000.00 Pelatihan 22,136,934.00

Penggantian Kerusakan 356,332.00 Dana Taktis KPUL 19,000,000.00

Biaya koordinasi 1,065,500,000.00 Operational HES 23,524,000.00

Sebelum tax planning Sesudah tax planning

Total Biaya operasional 1,358,787,466.00 Biaya - biaya operasional 42,583,100.00

Biaya depresiasi Securities ! Pengamanan 61,165,100.00

Inventaris kantor 190,047,619.70 Pengamanan (head office) 5,000,000.00

kendaraan bermotor 45,722,753.88 Iklan dan promosi 24,000,000.00

Total Biaya depresiasi 235,770,373.58 Penggantian Kerusakan 356,332.00

Biaya Amortisasi Biaya koordinasi 1,065,500,000.00

Pembelian anjing (24 bl) 173,000,000.00 Total Biaya operasional 1,358,787,466.00

Pawang anjing (24 bl) 39,000,000.00 Biaya depresiasi

Total Biaya amortisasi 212,000,000.00 Inventaris kantor 190,047,619.70

kendaraan bermotor 45,722,753.88

Total Biaya proyek 35,960,303,733.17 Total Biaya depresiasi 235,770,373.58

Laba sebelum pajak 6,210,169,135.62 Biaya Amortisasi

Pembelian anjing (24 bl) 173,000,000.00

Pawang anjing (24 bl) 39,000,000.00

Total Biaya amortisasi 212,000,000.00

Total Biaya proyek 36,386,223,915.17

Laba sebelum Biaya praoperasional 5,551,248,953.62

Laba Sebelum Pajak 5,396,824,903.62

Tabel 4.1 Laporan laba – rugi periode 2005 sebelum dan sesudah tax planning

17

Pajak yang harus dibayarkan pada laporan laba – rugi periode 2005 sebelum

dan sesudah tax planning adalah sebagai berikut :

a) Sebelum tax planning (laba sebesar Rp. 6.210.169.135.62)

1. Rp. 50.000.000 x 10% = Rp. 5.000.000

2. Rp. 50.000.000 x 15% = Rp. 7.500.000

3. Rp. 6.110.169.000 x 30% = Rp. 1.833.050.700 (+)

Pajak terutang = Rp. 1.845.550.700

Maka laba setelah pajak periode 2005 sebelum tax planning adalah sebesar

Rp. 6.210.169.135.62 – Rp. 1.845.550.700 = Rp. 4.364.618.435.62

b) Sesudah tax planning (laba sebesar Rp. 5.396.824.903.62)

1. Rp. 50.000.000 x 10% = Rp. 5.000.000

2. Rp. 50.000.000 x 15% = Rp. 7.500.000

3. Rp. 5.296.824.000 x 30% = Rp. 1.589.047.200 (+)

Pajak terutang = Rp. 1.601.547.200

Maka laba setelah pajak periode 2005 sesudah tax planning adalah sebesar

Rp. 5.396.824.903.62 – Rp. 1.601.547.200 = Rp. 3.795.277.703.62

2. Laporan laba – rugi fiskal periode Januari – Desember 2006

Laporan laba – rugi Fiskal

PT Barito Buana Pusaka

Periode Januari – Desember 2006

Sebelum tax planning Sesudah tax planningPendapatan Pendapatan

Jasa Pengamanan84,157,682,728.00 Jasa Pengamanan 83,924,682,728.00

Pinalti Invoice (1.4%)(532,670,749.65) Pinalti Invoice (1.4%) (529,408,749.00)

Total pendapatan83,625,011,978.35 Total pendapatan 83,395,273,979.00

Biaya Proyek Pra OperationalExpenses

Biaya sewa7,985,843,419.00 Perawang Project 108,172,500.00

Biaya Personal52,046,490,080.67 Total project 201,393,200.00

Biaya kantor1,980,363,317.50 309,565,700.00

Biaya kendaraan3,154,251,231.00 Biaya Proyek

18

Biaya perjalanan1,601,778,790.00 Biaya sewa 7,985,843,419.00

Biaya jasa konsultan99,450,000.00 Biaya Personal 52,046,490,080.67

Biaya pemasaran627,220,010.00 Honorarium (umum) 85,000,000.00

Biaya administrasi1,135,342,540.57 Medical Allowance 420,544,782.00

Biaya operasional10,874,930,065.00 Biaya kantor 1,980,363,317.50

Biaya depresiasi278,700,597.28 Biaya kendaraan 3,154,251,231.00

Biaya amortisasi176,666,665.00 Biaya perjalanan 1,601,778,790.00

Biaya lain - lain16,250,000.00 Biaya jasa konsultan 99,450,000.00

Biaya pemasaran 627,220,010.00

Total Biaya Proyek79,977,286,716.02 Biaya administrasi 1,135,342,540.57

Biaya operasional 10,874,930,065.00

Laba sebelum pajak3,647,725,262.33

Biaya depresiasi 278,700,597.28

Biaya amortisasi 176,666,665.00

Biaya lain - lain 16,250,000.00

Total Biaya Proyek 80,482,831,498.02

Sebelum tax planning Sesudah tax planning

Laba Proyek (sebelumpra operasional) 2,912,442,480.98

Laba sebelum pajak 2,602,876,780.98

Tabel 4.1 Laporan laba – rugi periode 2006 sebelum dan sesudah tax planning

Pajak yang harus dibayarkan pada laporan laba – rugi periode 2006 sebelum

dan sesudah tax planning adalah sebagai berikut :

a) Sebelum tax planning (laba sebesar Rp. 3.647.725.262.33)

1. Rp. 50.000.000 x 10% = Rp. 5.000.000

2. Rp. 50.000.000 x 15% = Rp. 7.500.000

3. Rp. 3.547.725.000 x 30% = Rp. 1.064.317.500 (+)

Pajak terutang = Rp. 1.076.817.500

Maka laba setelah pajak periode 2006 sebelum tax planning adalah sebesar

Rp. 3.647.725.262.33 – Rp. 1.076.817.500 = Rp. 2.570.907.762.33

b) Sesudah tax planning (laba sebesar Rp. 2.602.876.780.98)

1. Rp. 50.000.000 x 10% = Rp. 5.000.000

19

2.Rp. 50.000.000 x 15% = Rp. 7.500.000

3.Rp. 2.502.876.000 x 30% = Rp. 750.862.800 (+)

Pajak terutang = Rp. 763.362.800

Maka laba setelah pajak periode 2005 sesudah tax planning adalah sebesar

Rp. 2.602.876.780.98 – Rp. 763.362.800 = Rp. 1.839.513.980.98

4.2 Analisis Laporan keuangan

Setelah memperhatikan laporan keuangan di atas, maka perusahaan merasa perlu

menerapkan tax planning dengan empat perlakuan yang berbeda yang menyebabkan

kedua laporan keuangan sebelum dan sesudah penerapan tax planning mencatat laba

atau keuntungan yang berbeda. Poin perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bisa kita lihat pada pos Income yaitu Security Service untuk periode tahun

2005 terdapat perbedaan nominal dari jumlah sebesar Rp. 42.378.068.355

menjadi sebesar Rp. 42.145.068.355. Untuk periode 2006, perbedaan nominal

untuk pos Security Service dari sebesar Rp. 84.157.682.728 menjadi sebesar

Rp. 83.924.682.728. Perbedaan nominal kedua periode tersebut adalah

sebesar Rp. 233.000.000. Jumlah tersebut adalah pendapatan untuk periode

mendatang untuk salah satu proyek yang ditangani oleh perusahaan dengan

durasi beberapa tahun/periode. Walaupun pendapatan belum diterima namun

Invoice atau surat tagihan sudah dapat dicetak, oleh karena itu pendapatan

sudah dapat dicatat pada periode berjalan (laporan laba – rugi sebelum tax

planning). Untuk membuat laba yang dicatat di Laporan laba – rugi periode

berjalan menjadi lebih kecil, maka pendapatan sebesar Rp. 233.000.000

dihilangkan pada periode yang bersangkutan (laporan laba – rugi setelah tax

planning) dan baru akan diakui pada periode berikutnya saat penghasilan dari

proyek tersebut telah diterima. Maka jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai

berikut:

a) Jurnal untuk periode 2005

- Tanggal 31/12/2005 (Untuk menghilangkan pendapatan yang baru

diakui pada periode berikutnya, tahun 2006).

20

Pendapatan (Security Service) Rp. 233.000.000

Pendapatan diterima di muka Rp. 233.000.000

b) Jurnal untuk periode 2006

- Tanggal 01/01/2006 (Untuk menambah saldo Security Service tahun

2006 yang belum diakui pada periode sebelumnya, tahun 2005).

Pendapatan diterima di muka Rp. 233.000.000

Pendapatan (Security Service) Rp. 233.000.000

- Tanggal 31/12/2006 (Untuk menghilangkan pendapatan yang baru

diakui pada periode berikutnya, tahun 2007 )

Pendapatan (Security Service) Rp. 233.000.000

Pendapatan diterima di muka Rp. 233.000.000

2. Perlakuan yang kedua dapat kita lihat pada penambahan pos honorarium pada

pos Personal Expenses dalam laporan laba – rugi sesudah tax planning baik

pada periode 2005 maupun 2006. Penambahan sebesar Rp. 50.000.000 pada

laporan periode 2005 merupakan biaya honorarium yang harus dikeluarkan

perusahaan pada periode berjalan. Karena suatu alasan tertentu perusahaan

belum membayar biaya honorarium yang menyebabkan biaya ini belum

diakui pada laporan laba – rugi yang pertama (sebelum tax planning). Begitu

pula dengan laporan periode 2006, perlakuan yang sama diterapkan dengan

nominal honorarium sebesar Rp. 85.000.000. Untuk membuat laba yang

tercatat pada laporan keuangan menjadi lebih kecil, perusahaan dapat

mengakui biaya honorarium tersebut pada laporan laba – rugi sesudah tax

planning walaupun biaya tersebut belum dibayarkan, mengingat pembayaran

21

hanya tertunda karena suatu alasan dan akan segera dibayarkan. Jika pihak

pemotong pajak melakukan inspeksi mendadak, perusahaan bisa menunjukkan

dokumen atau laporan rutinitas yang menunjukkan perusahaan membayar

biaya honorarium secara rutin. Maka jurnal yang harus dibuat atas

penyesuaian tersebut adalah sebagai berikut:

a) Jurnal untuk periode 2005

- Tanggal 31/12/2005 (mengakui biaya honorarium yang belum dibayar

untuk periode 2005).

Honorarium (Biaya Komisi) Rp. 50.000.000

Hutang Biaya Rp. 50.000.000

b) Jurnal untuk periode 2006

- Tanggal 01/01/2006 (menutup saldo hutang biaya pada periode 2005

ke saldo kas di bank setelah perusahaan membayar honorarium yang

masih terutang pada periode 2005).

Hutang Biaya Rp. 50.000.000

Bank (kas di bank) Rp. 50.000.000

- Tanggal 31/12/2006 (mengakui biaya honorarium yang belum dibayar

untuk periode 2006).

Honorarium (Biaya Komisi) Rp. 85.000.000

Hutang Biaya Rp. 85.000.000

3. Perlakuan yang ketiga dapat kita lihat pada penambahan pos Pra Operational

Expenses. Pos ini adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dan telah

direalisasi sebelum pengerjaan suatu proyek, sementara proyek tersebut baru

akan dikerjakan pada periode berikutnya. Untuk laporan periode 2005, pos

ini dapat diakui pada periode tahun berjalan saat proyek telah selesai

dikerjakan (2006), namun untuk membuat laba yang dilaporkan pada akhir

22

periode 2005 menjadi lebih kecil, maka pos biaya ini dapat diakui pada akhir

periode 2005 dengan asumsi bahwa biaya ini sudah dikeluarkan perusaan

pada periode 2005 walaupun realisasi proyeknya baru akan dikerjakan pada

periode berikutnya (2006). Ilustrasi yang sama juga berlaku untuk laporan

periode 2006, biaya pra operasional untuk proyek tahun 2007 sudah diakui

sebagai biaya dan dilaporkan pada laporan periode 2006. Jurnal yang perlu

dibuat adalah sebagai berikut:

a) Jurnal untuk periode 2005

- Tanggal 31/12/2005 (mengakui pra operasional expenses untuk

proyek tahun 2006).

Biaya pra operasional Rp. 154.424.050

Uang muka biaya (pra operasional) Rp. 154.424.050

b) Jurnal untuk periode 2006

- Tanggal 01/01/2006 (menutup saldo uang muka pada periode 2005 ke

saldo kas di bank saat perusahaan mengerjakan proyek yang

bersangkutan).

Uang muka biaya (pra operasional) Rp. 154.424.050

Bank (kas di bank) Rp. 154.424.050

- Tanggal 31/12/2006 (mengakui pra operasional expenses untuk proyek

tahun 2007).

Biaya pra operasional Rp. 309,565,700.00

Uang muka biaya (pra operasional) Rp.

309,565,700.00

1. Perlakuan keempat adalah mengganti sistem pembayaran pada pos Medical

Allowance (biaya kesehatan karyawan). Pada mulanya perusahaan

memberikan fasilitas pengobatan (biaya kesehatan dan kesejahteraaan) dalam

bentuk kenikmatan yakni pembayaran pengobatan karyawan langsung kepada

23

klinik, rumah sakit, dan dokter lain di luar perusahaan, dan perusahaan akan

mengganti jumlah yang tertera dalam kuitansi dari dokter. Fasilitas

pengobatan yang dilakukan oleh PT Barito Buana Pusaka ini merupakan

kenikmatan yang diberikan perusahaan sebagaimana yang dimaksudkan

dalam pasal (9) huruf (e) UU No. 36 Tahun 2008. Kenikmatan ini tidak boleh

dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan yang memberikan kenikmatan.

Dengan demikian PT Barito Buana Pusaka belum memanfaatkan peraturan

perpajakan yang ada untuk membebankan biaya tersebut ke dalam laporan

laba – rugi. Perubahan yang terjadi setelah perusahaan menerapkan tax

planning adalah sebagi beikut :

- Fasilitas pengobatan telah diganti sebagai tunjangan kesehatan oleh

perusahaan dan dapat dibebankan pada laporan laba – rugi periode 2005 dan

2006 sebesar Rp. 375.920.182 dan Rp. 420.544.782. Yang dimaksud

dengan tunjangan kesehatan ini adalah penghasilan bagi karyawan yang

bekerja pada perusahaan yang bersangkutan. Tunjangan ini bersifat rutin

dan diberikan bersamaan dengan pemberian gaji. Penggantian atas dokter

dan obat kepada tiap karyawan dianggap penghasilan bagi karyawan yang

menerimanya, sehingga bagi perusahaan yang memberikan tunjangan boleh

dibebankan sebagai biaya.

- Biaya kesehatan yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi untuk

tertanggung yang adalah dirinya sendiri atau keluarganya, tidak boleh

menjadi pengurang penghasilan bruto dari wajib pajak orang pribadi itu

(pasal 9 ayat 1 huruf d) sehingga harus dikoreksi positif.

- Berbeda halnya apabila biaya kesehatan itu dibayar oleh wajib pajak,

dimana yang menjadi tertanggung bukan diri wajib pajak itu sendiri atau

keluarganya, melainkan pegawainya. Dalam hal ini, pembayaran premi

asuransi itu pada dasarnya merupakan pembayaran imbalan (dalam bentuk

kenikmatan) kepada pegawai dalam rangka hubungan kerja. Namun

pembayaran premi asuransi tersebut dapat dikategorikan sebagai biaya

untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Jadi walaupun

pembayarannya merupakan imbalan dalam bentuk kenikmatan, boleh

24

sebagai pengurang penghasilan, asalkan bagi pegawai yang menerimanya

merupakan objek PPh Pasal 21.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perbandingan antara laba perusahaan sebelum dan sesudah

penerapan tax planning, terlihat bahwa laba sesudah penerapan tax planning menjadi

lebih kecil jika dibandingkan dengan laba perusahaan sebelum penerapan tax

planning. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah menekan jumlah pajak

mereka melalui penerapan perencanaan pajak. Dengan demikian penerapan

perencanaan pajak (tax planning) dapat dijadikan alternatif untk meminimalkan

beban pajak badan. Adapun besarnya penghematan pajak perusahaan adalah sebagai

berikut :

1. Periode 2005

PPh terutang sebelum tax planning : Rp. 1.845.550.700

PPh terutang sesudah tax planning : Rp. 1.601.547.200

Maka besarnya penghematan pajak periode 2005 adalah :

Rp. 1.845.550.700 – Rp. 1.601.547.200 Rp. 244.003.500

=

Rp. 1.845.550.700 Rp. 1.845.550.700

= 0,132211757

= 13,22%

2. Periode 2006

PPh terutang sebelum tax planning : Rp. 1.076.817.500

PPh terutang sesudah tax planning : Rp. 763.362.800

Maka besarnya penghematan pajak periode 2006 adalah :

Rp. 1.076.817.500 – Rp. 763.362.800 Rp. 313.454.700

=

Rp. 1.076.817.500 Rp. 1.076.817.500

= 0,29

= 29%

25

Dengan penerapan tax planning, menyebabkan komponen penghasilan kena

pajak turun, sehingga pajak terutang perusahaan juga ikut turun. Dengan demikian

perusahaan memiliki dana yang lebih besar yang dapat digunakan untuk lebih

mengembangkan kegiatan operasional perusahaan pada periode berikutnya. Dengan

demikian perusahaan telah melakukan Manajemen Pajak yang menghasilkan efisiensi

dalam kegiatan operasionalnya.

Kegiatan Manajemen Pajak ini merupakan cara penghindaran pajak secara

legal yang dapat ditempuh oleh wajib pajak untuk mengefisiensikan beban pajak.

Dasar pemikiran dari perencanaan pajak tersebut adalah pengaturan seluruh aktivitas

perusahaan guna menghindari konsekuensi perpajakan seminimal mungkin.

4.4 Pertimbangan Perusahaan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perusahaan memberikan dua

perlakuan terhadap laporan keuangannya. Yaitu belum mengakui penghasilan tertentu

dan baru mengakuinya pada periode berikutnya. Sebaliknya pada biaya perusahaan

sudah mengakuinya pada periode saat ini dan tidak lagi mengakuinya pada periode

berikutnya. Kedua perilaku ini dapat disebut sebagai bridging fund. Selain itu

perusahaan mengubah kebijakan terhadap pemberian biaya kesehatan dengan cara

memberikan uang tunai kepada kayawannya agar dapat membebankan pos Medical

Allowance pada laporan laba – rugi.

Beberapa pertimbangan perusahaan dalam menerapkan Manajemen Pajak

adalah agar perusahaan yang bersangkutan dapat mengefisiensikan beban pajak

terutang mereka, selain itu juga dana yang semula digunakan untuk membayar beban

pajak terutang dapat berguna untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan

seperti pembiayaan proyek yang ditangani. Hal tersebut berarti pula menjaga

kelangsungan hidup perusahaan agar dapat terus menjalankan usahanya.

26

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, danpembahasan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan yang dapat digunakan perusahaan dalam menerapkan

Manajemen Pajak adalah sebagai berikut: Yang pertama, perusahaan dapat

menambah pos biaya yang dapat dimasukkan ke dalam laporan keuangan

periode tersebut. Yang kedua, perusahaan dapat mengurangi pendapatan

yang dapat dihilangkan dari laporan keuangan periode saat ini dan baru

mengakuinya pada periode berikutnya. Perlakuan selanjutnya adalah

dengan mengubah kebijakan pada pemberian biaya kesehatan kepada

karyawannya, yaitu dengan memberikan uang tunai sebagai biaya

kesehatan yang dihitung sebagai penghasilan yang diterima oleh

pegawainya dan menjadi objek pajak PPh 21 (PPh perorangan). Jika

kebijakan ini diterapkan maka pada pos biaya kesehatan (medical

allowance) dapat dibebankan pada laporan laba – rugi. Beberapa perilaku

tersebut diterapkan pada empat langkah perlakuan yang diterapkan

perusahaan terhadap laporan laba – rugi mereka, yaitu pada pos income

dan pra operational expenses , honorarium dan medical allowance.

Perlakuan terhadap pos pendapatan dan biaya tersebut adalah salah satu

unsur dari Manajemen Pajak, yaitu Perencanaan Pajak atau Tax Planning

2. Pengaruh penerapan Manajemen Pajak terhadap pajak terutang pada

periode yang bersangkutan. Pada periode 2005, PPh terutang adalah

sebesar Rp. Rp. 1.845.550.700. Sesudah perencanaan pajak, PPh terutang

menjadi Rp. 1.601.547.200. Maka perusahaan telah mengefisiensikan

beban PPh terutang periode 2005 sebesar 13.22%. Sedangkan pada

periode 2005, PPh terutang sebesar Rp. 1.076.817.500. Sesudah

perencanaan pajak, PPh terutang menjadi Rp. 763.362.800. Maka

perusahaan telah mengefisiensikan beban PPh terutang periode 2005

sebesar 29%.

27

3. Pertimbangan perusahaan dalam memutuskan mererapkan Manajemen

Pajak adalah agar PT Barito Buana Pusaka dapat mengefisiensikan beban

pajak yang terutang, selain itu juga dapat berguna untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan seperti pembiayaan proyek yang

ditangani.

5.2 Saran

Penulis memberikan saran kepada perusahaan, sebaiknya menganalisis

perencanaan pajak secara lebih teliti dengan menganalisis informasi yang ada secara

lebih komprehensif. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak secara

berkelanjutan atau secara periodik, serta menganalisa berbagai kelemahan yang ada,

kemudian memperbaikinya dan memutakhirkan Tax Planning sehingga sesuai dengan

ketentuan undang – undang perpajakan yang berlaku saat ini, mengingat undang –

undang perpajakan yang telah mengalami beberapa perubaan dan mungkin di masa

mendatang akan kembali mengalami perubahan. Jika PT Barito Buana Pusaka

berhasil mengefisiensikan jumlah pajak terutang secara berkesinambungan, maka PT

Barito Buana Pusaka telah menerapkan sistem Manajemen Pajak dengan baik.