Abses Septum
-
Upload
faidgustisyarif -
Category
Documents
-
view
18 -
download
2
Transcript of Abses Septum
ABSES SEPTUM
Abses septum adalah kumpulan nanah yang berada di antara tulang
rawan dan mukoperikondrium atau diantara tulang septum dan mukoperiosteum
yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering
merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.
Abses septum jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74%
mengenai umur dibawah 31 tahun, dan 42 % mengenai umur diantara 3-14
tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior tulang
rawan septum.Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%).
Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoit dan sinusitis
sfenoid. Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi.Lo (2004)
menemukan 7% abses septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan
septomeatoplasti. Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering
didapat dari hasil kultur pada abses septum. Kadang-kadang ditemukan
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus, Haemophilus
influenzae dan organisme anaerob. Rumah Sakit Royal Children, Melbourne
Australia melaporkan sebanyak 20 pasien abses sebtum selama 18 tahun dan RS
Ciptomangunkusumo didapatkan 9 kasus selama 5 tahun (1989-1994).Di bagian
THT FKUSU/ RSUP H.Adam Malik Medan selama tahun 1999-2004 mendapatkan 5
kasus.
Patogenesis abses septum biasanya tergantung dari penyebabnya.
Penyebab yang paling sering adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul
hematoma septum. Trauma pada septum nasi dapat menyebabkan pembuluh
darah sekitar tulang rawan pecah. Darah berkumpul di ruang antara tulang
rawan dan mukoperikondrium yang melapisinya, menyebabkan tulang rawan
mengalami penekanan, menjadi iskemik dan nekrosis, sehingga tulang rawan
jadi destruksi. Darah yang terkumpul merupakan media untuk pertumbuhan
bakteri dan selanjutnya terbentuk abses. Bila terdapat daerah yang fraktur atau
nekrosis pada tulang rawan, maka darah akan merembes ke sisi yang lain dan
menyebabkan hematoma bilateral. Hematoma yang besar akan menyebabkan
obstruksi pada kedua sisi rongga hidung. Kemudian hematoma ini terinfeksi
kuman dan menjadi abses septum.Selain dari trauma ada beberapa mekanisme
yang dapat menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu penyebaran langsung
dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus. Disamping itu penyebaran
infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau sinus kavernosus.Pada
beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi
hidung.
Gejala abses septum berupa hidung tersumbat disertai rasa nyeri yang
hebat di puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam
dan sakit kepala.Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan eritema, edema dan
nyeri pada palpasi. Sedangkan dari pemeriksaan hidung dalam dijumpai
pembengkakan septum yang berbentuk bulat pada satu atau ke dua rongga
hidung terutama mengenai bagian paling depan tulang rawan septum, berwarna
merah, licin dan pada perabaan terdapat fluktuasi dan nyeri tekan.
Diagnosis abses septum ditegakkan apabila terdapat riwayat trauma,
riwayat operasi atau infeksi intranasal. Kebanyakan abses septum disebabkan
oleh trauma yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita. Diagnosa abses
septum dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis. Diagnosis pasti
adalah dengan melakukan aspirasi, dan dijumpai adanya nanah.
Diagnosa banding abses septum adalah hematoma septum, septum
deviasi, furunkulosis dan vestibulitis. Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar
sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan jaringan subkutan membentuk
furunkulosis dan vestibulitis dapat menyebabkan abses septum. Kuman
penyebab biasanya ditemukan Staphylococcus aureus.
Abses septum harus segera diobati dan pilihan pengobatan adalah
drainase yang adekuat serta terapi antibiotik yang tepat. Insisi yang luas
dilakukan pada abses dan dibuat drainase untuk mengeluarkan darah atau pus
serta serpihan kartilago, dengan bantuan suction. Dilakukan pemasangan
tampon anterior untuk menekan permukaan periosteum dan perikondrium. Drain
dipasang 2-3 hari untuk jalan keluar pus serta serpihan kartilago yang nekrosis.
Antibiotik sistemik diberikan segera setelah diagnosa ditegakkan dan dapat
dilanjutkan sampai 10 hari. Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau
abses, akan digantikan oleh jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya
penyangga pada bagian dorsum hidung merupakan komplikasi abses septum
yang dapat menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar
hidung. Kadang-kadang dapat timbul fasial selulitis. Bila infeksi tidak diterapi
dengan antibiotika yang adekuat dapat timbul perforasi septum, penyebaran
infeksi melalui darah sehingga dapat timbul meningitis, trombosis sinus
kavernosis dan sepsis.
PENATALAKSANAAN
Hematoma atau abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus darurat dalam bidang
THT dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan untuk mencegah
komplikasi. Penatalaksanaan absesseptum nasi yang dianjurkan saat ini yaitu drainase,
antibiotik parenteral dan rekonstruksi defek septum. Tujuan dari rekonstruksi adalah
untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan dan ketebalan septum, mencegah
perforasi septum yang lebih besar dan mencegah obstruksi nasal akibat deformitas.
Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau
anestesi umum. Sebelum insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi abses dan dikirim ke
laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas. Insisi dilakukan 2 mm dari
kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi) atau
caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi. Septum nasi dibuka secara
perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Jaringan granulasi, debris dan kartilago yang
nekrosis diangkat dengan menggunakan kuret dan suction. Sebaiknya semua jaringan
kartilago yang patologis diangkat. Dilakukan pemasangan tampon anterior dan
pemasangan salir untuk mencegah rekurensi. Drainase bilateral merupakan
kontraindikasi karena dapat menyebabkan perforasi septum nasi. Pada abses bilateral
atau nekrosis dari tulang rawan septum nasi dianjurkan untuk segera melakukan
eksplorasi dan rekonstruksi septum