Abses amuba hati

download Abses amuba hati

of 2

description

Free to get

Transcript of Abses amuba hati

Abses amuba hatiEtiologi. Abses amuba hati terjadi karena Entameba hitolytica terbawa aliran v.porta ke hepar, tetapi tidak semua amuba yang masuk ke hepar dapat menimbulkan abses. Untuk terjadinya abses, diperlukan faktor pendukung atau penghalang berkembang biaknya amuba tersebut. Faktor tersebut antara lain adalah pernah terkena infeksi amuba, kadar kolesterol meninggi pascatrauma hepar, dan ketagihan alkohol.Akibat infeksi amuba tersebut, terjadi reaksi radang dan akhirnya nekrosis jaringan hepar. Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit perubahan meskipun tidak ditemukan amuba. Perubahan ini di duga akibat toksin yang dikeluarkan oleh amuba.Abses ini sebetulnya bukan abses yang sebenarnya, tetapi lebih menyerupai proses pencairan jaringan nekrosis multipel yang makin lama makin besar dan begabung membentuk apa yang disebut abses. Cairan abses terdiri atas jaringan hati yang nekrosis dan eritrosit yang berwarna tengguli. Cairan ini terbungkus oleh hiperplasia jaringan ikat yang disebut simpai walaupun bukan berupa simpai sejati. Jaringan ikat ini membatasi perusakan lebih jauh, kecuali bila ada infeksi tambahan.Kebanyakan abses hati bersifat soliter, steril, dan terletak di lobus kanan dekat kubah diafragma. Jarang ditemukan amuba pada cairan tersebut; bila ada amuba, biasanya terdapat di daerah dekat dengan simpainya.Gejala klinis. Pada penderita abses hepar tidak selalu ditemukan riwayat diare sebelumnya. Diare hanya dialami oelh 20-50% penderita. Penyakit ini timbul secara perlahan, disertai demam, berkeringat, dan berat badan menurun. Tanda lokal yang paling sering adalah nyeri spontan dan nyeri tekan di daerah lengkung iga dengan hepar yang membesar. Kadang nyeri ditemukan di daerah bahu kanan akibat iritasi diafragma. Hepatomegali dan nyeri biasanya ditemukan, tetapi jarang sekali disertai ikterus, prekoma, atau koma. Bila lobus kiri yang terkena, akan ditemukan massa di daerah epigastrium. Gejala khas adalah suhu tubuh yang tidak lebih dari 38,5C. Penderita tak kelihatan sakit berat seperti pada abses karena bakteria.Diagnosis. Untuk membuat diagnosis abses amuba hati, yang penting adalah kesadaran akan kemungkinan penyakit ini. Bila ada nyeri daerah epigastrium kanan dan heaptomegali serta demam yang tidak begitu tinggi, dugaan abses hepar harus dipertimbangkan. Riwayat diare dan ditemukannya amuba dalam feses membantu diagnosis meskipun tidak ditemukannya kedua hal ini tidak berarti bukan abses hati amuba.Jumlah leukosit berkisar antara 5.000 dan 30.000, tetapi umumnya antara 10.000-12.000. kadar fosfatase alkali serum meningkat pada semua tingkat abses amuba. Tes serologi titer amuba di atas atau sama dengan 1:128.Pada foto Rontgen terlihat kubah diafragma kanan meninggi, efusi pleura, dan atelektasis. Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang penting untuk membantu diagnosis serta menentukan lokasi abses dan besarnya. Penggunaan sidik atau payaran-CT hati sama dengan pemeriksaan ultrasonografi. Pada endoskopi, sebagian penderita tidak menunjukkan tanda kolitis amuba. Kadang abses amuba baru timbul bertahun-tahun setelah infeksi amuba kolon.Diagnosis banding. Penyakit lain yang gejala klinisnya mirip dengan abses hati amuba, antara lain kolesistitis akut, hepatitis virus akut, dan karsinoma hati primer tipe febril. Untuk memastikan diagnosis, perlu dilihat hasil pemeriksaan ultrasonografi, pungsi, dan percobaab pengobatan dengan amubisid yang merupakan diagnosis per eksklusionem.Tata laksana. Terapi medis adalah dengan metronidazol atau tinidazol yang bersifat amubisid jaringan. Dosis 50 mg/kg BB/hari diberikan selama 10 hari.Terapi bedah berupa aspirasi dan penyaliran. Teknik aspirasi dapar dilakukan secara buta, tetapi sebaiknya dengan tuntutan ultrasonografi sehingga dapat mencapai sasaran dengan tepat. Aspirasi dapat dilakukan berulang-ulang secara tertutup atau dilanjutkan dengan pemasangan kateter penyalir. Pada semua tindakan harus diperhatikan prosedur aseptik dan antiseptik untuk mencegah infeksi sekunder. Cara aspirasi menguntungkan karena tidak menggangu fungsi vital, sedikit mempengaruhi kenyamanan penderita, tidak menyebabkan kontaminasi rongga peritoneum, dan murah. Aspirasi harus dilakukan dengan kateter yang cukup besar. Kontraindikasi adalah asites dan struktur vital menghalangi jalannya jarum.Penyaliran melalui laparotomi. Penyaliran terbuka dilakukan bila pengobatan gagal dengan terapi konservatif, termasuk aspirasi berulang. Indikasi lain adalah abses hati lobus kiri yang terancam pecah ke rongga peritoneum dan ke organ lain termasuk ke dinding perut, dan infeksi sekunder yang tidak terkendali. Angka kematian dengan cara ini lebih tinggi.Komplikasi. Komplikasi abses hati amuba umumnya berupa perforasi abses ke berbagai rongga tubuh dan ke kulit. Perforasi ke kranial dapat terjadi ke pleura adalah 10-20%. Akan terjadi efusi pleura yang besar dan luas yang memperlihatkan cairan coklat pada aspirasi. Perforasi dapat berlanjut ke paru sampai ke bronkus sehingga didapat sputum yang berwarna khas coklat. Penderita hati selain didapati hemoftisis.Perforasi ke rongga perikard menyebabkan efusi perikard dan tamponade jantung. Bila infeksi dapat diatasi, akan terjadi inflamasi kronik seperti pada tuberkulosis perikard dan pada fase selanjutnya terjadi penyempitan jantung (perikarditis konstriktiva).Perforasi ke kaudal terjadi ke rongga peritoneum. Perforasi akut menyebabkan peritonitis umum. Abses kronik, artinya sebelum perforasi, omentum dan usus mempunyai kesempatan untuk mengurung proses inflamasi, menyebabkan peritonitis lokal. Perforasi ke depan atau ke sisi terjadi ke arah kulit sehingga menimbulkan fistel. Infeksi sekunder dapat terjadi melalui sinus ini.Meskipun jarang, dapat juga terjadi emboli ke otak yang menyebabkan abses ameba otak.