Abses Hati (case)
-
Upload
tiara-rahmawati -
Category
Documents
-
view
137 -
download
0
Transcript of Abses Hati (case)
BAB I
PENDAHULUAN
Abses hepar masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara
berkembang. Prevalensi yang tinggi sangat erat hubungannya dengan sanitasi yang jelek,
status ekonomi yang rendah, serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi
menyebabkan bertambahnya kasus abses hepar di daerah perkotaan. Di negara yang sedang
berkembang abses hepar amebik lebih sering didapatkan secara endemik dibanding dengan
abses hepar piogenik. Hati adalah organ yang paling sering untuk terjadinya abses. Dari suatu
studi di Amerika, didapatkan 13% abses hepar merupakan abses soliter, sedangkan abses
lobus kiri hanya 10% yang merupakan abses yang soliter, hal ini dapat terjadi dari
penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi didalam
rongga peritoneum.4
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Dokter pembimbing : dr. Eddy Supriadi, Sp PD
Co-Assistant : Widi Asrining Puri
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Tn. Suhadi
Nama Orang Tua : Uan
Tempat & Tgl Lahir : Bogor, 25 Agustus 1980
Alamat : Kp. Ciaruteun RT 04/02, Bogor
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli Angkut
Status Perkawina : Menikah
Pendidikan : SD
No. RM : 239573
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis kepada pasien dan istri serta kakak
pasien pada hari Jumat tanggal 29 Juni 2012 di ruang antasena 7 RSMM.
I. KELUHAN UTAMA
Sakit perut kanan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (smrs)
2
II. KELUHAN TAMBAHAN
Demam, perut membesar, mual, muntah, pusing, kadang sesak nafas.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien seorang pria berusia 32 tahun datang ke IGD RSMM dengan keluhan sakit
perut kanan atas sejak 1 minggu smrs. Sakit terasa seperti ditusuk. Sakit terutama
dirasakan pada malam hari sehingga pasien sulit tidur karena sakit tersebut. Sakit
perut disertai demam tinggi, mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu.
4 bulan yang lalu pasien bekerja sebagai kuli angkut di Porong. Pasien bekerja di
sana dari pagi sampai sore. Karena tempat kerja jauh dari rumah, pasien kadang
tidak sarapan ketika pergi kerja karena harus berangkat kerja pagi sekali sehabis
subuh. Saat siang, pasien biasa makan siang di warteg di dekat tempat kerja, yang
juga jadi langganan para perkerja. Setelah 2 minggu bekerja di sana, pasien
merasakan meriang selama 2 hari disertai panas tinggi dari pagi hingga malam
dan juga pegal linu di persendian. Pasien tidak berobat ke dokter atau pun
puskesmas. Pasien minum obat warung untuk meredakan demam. Setiap terasa
demam pasien selalu minum obat warung. Sehingga panas tidak tinggi lagi. Mual,
muntah, batuk dan flu disangkal. BAB keras dan pernah hitam sekali tapi lupa
tepatnya kapan, BAK lancar seperti biasa.
1 bulan yang lalu, pasien merasa sakit di bagian perut kanan atas seperti ditusuk-
tusuk disertai demam tidak terlalu tinggi yang hilang timbul, dan timbul terutama
malam hari. Demam hilang setelah pasien minum obat warung tapi tidak
meredakan sakit perut. Pasien tidak pergi ke dokter karena sakit perut masih bisa
ditahan. Mual dan muntah disangkal. Batuk lama juga disangkal. BAB dan BAK
lancar seperti biasa. Tidak ada sakit kepala atau pun nyeri sendi.
2 minggu yang lalu, perut terasa semakin sakit dan bengkak. Pasien mengira hal
itu karena sakit maag sehingga pasien hanya minum obat warung dan juga jamu-
jamuan.
1 minggu ini perut dirasa semakin sakit dan semakin membesar sehingga
mengganggu aktivitas pasien. Sakit perut seperti ditusuk-tusuk, terasa panas dan
3
menjalar ke bahu kanan, punggung sampai seluruh tubuh. Sakit bertambah kalau
pasien bergerak, tegak atau berubah posisi sehingga pasien harus berjalan agak
membungkuk. Pasien jadi sulit tidur dan kalau tidur harus posisi meringkuk untuk
mengurangi rasa sakit. Pasien mengaku masih demam tinggi, hilang timbul dan
masih mengonsumsi obat warung. Pasien juga mengaku sesak nafas ketika sakit
perut timbul. Batuk, mual, muntah, pusing, nyeri tenggorokan disangkal. BAB dan
BAK lancar seperti biasa. Nafsu makan pasien menurun tapi pola makan tetap
seperti biasa, hanya porsi saja yang lebih sedikit. Pasien juga merasa semakin
kurus dalan 1 bulan terakhir.
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Cacar (-) Tuberkulosis (-) Batu empedu (-)
Cacar air (-) Malaria (-) Batu/ginjal/sal. Kemih (-)
Difteria (-) Disentri (-) Hernia (-)
Batuk rejan (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat (-)
Campak (-) Tifus abdominalis (-) Wasir (-)
Influensa (-) Skrofula (-) Diabetes (-)
Tonsilitis (-) Gonorea (-) Tumor (-)
Kornea (-) Sifilis (-) Alergi (-)
Demam rematik akut (-) Hipertensi (-) Peny. P. darah otak (-)
Pneumonia (-) Ulkus ventrikuli (-) Psikosis (-)
Pleuritis (-) Ulkus duodeni (-) Neurosis (-)
Gastritis (-) Operasi (-) Kecelakaan (-)
4
V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Hubungan Umur Jenis
Kelamin
Keadaan
kesehatan
Meninggal
penyebab
Kakek Tidak tahu Laki-laki - Sudah tua
Nenek Tidak tahu Perempuan - Sudah tua
Ayah Tidak tahu Laki-laki - Sudah tua
Ibu Tidak tahu Perempuan - Sudah tua
Saudara 38 tahun Perempuan Sehat
Anak 4 tahun Perempuan Sehat
Kerabat yang menderita :
Alergi (-) Asma (-) Tuberkulosis (-)
Artritis (-) Reumatisme (-) Hipertensi (-)
Jantung (-) Ginjal (-) Lambung (-)
Diabetes (-) Kanker (-) Epilepsi (-)
Sakit jiwa (-) Bunuh diri (-) Sifilis (-)
VI. RIWAYAT KEBIASAAN
Olahraga (-) Kopi (+) Jamu (+)
Merokok (+) Teh (+) Obat-obatan (-)
Lain-lain : alkohol (+) sekitar 10 tahun yang lalu
5
VII. RIWAYAT HIDUP
Berat badan (kg)
Berat badan rata-rata : tidak tahu
Berat tertinggi : tidak tahu
Berat badan : dirasa turun dalam sebulan belakangan ini
Berat sekarang: tidak tahu, hanya lebih kurus
Riwayat kelahiran : lahir di rumah, spontan, dibantu oleh dukun
Riwayat makanan :
Makan sekarang : 2 atau 3 kali sehari, porsi sedang terkadang sedikit,
variasi nasi, lauk dan sayuran
Nafsu makan : berkurang
Gangguan pencernaan: (-)
Sikap terhadap : ayah, ibu dan saudara baik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : kuli angkut, masa kerja tidak tentu, jarak dumah ke tempat
kerja jauh dan harus naik damri
Perumahan : rumah sendiri, halaman tidak luas, pencahayaan dan sirkulasi
udara cukup baik, lingkungan cukup bersih
Perkawinan :
Lama perkawinan sekarang : 10 tahun
Jumlah perkawinan : 1
Jumlah anak : 1
Pengaturan kehamilan/kontrasepsi : susuk
6
Riwayat abstretsi : G1P1A0, spontan, tidak ada komplikasi
Kesulitan : Keuangan (+)
Pekerjaan (+)
Keluarga (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
Kesadaran : composmentis
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Keadaan gizi : gizi cukup
Postur tubuh : atletikus
Taksiran umur : 32 tahun
Cara berbaring & mobilitas : setengah duduk agak sedikit membungkuk
Cara berbicara : lancar tidak ada hambatan
Cara bernafas : nafas normal, tidak ada dispnu
Kulit : sawo matang (+), ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
efloresensi bermakna (-), kelembaban (+)
Odem : -/-/-/-
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Suhu : 39,2°C
Nadi : 90x/menit regular, isi cukup, equal kanan-kiri7
Pernafasan : 20x/menit teratur, tipe abdomino-torakal
Kepala :
Bentuk : normocephali, deformitas (-)
Rambut : hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, deformitas (-), nyeri tekan sinus (-)
Mata : odem palpebra (-), eksoftalmus/endoftalmus (-), ektropion/entropion
(-), strabismus (-), conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), lensa
jernih, visus normal, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+)
Telinga : deformitas daun telinga (-), serumen (-), membran timpani intak
Hidung : deformitas (-), sekret (-)
Mulut : bibir kering (+), stomatitis (-), lidah normal, arcus faring simetris,
uvula ditengah, tonsil T1/T1 tenang, dinding belakang faring tidak
hiperemis, gigi-geligi lengkap
Leher : tiroid (-), trakea ditengah, JVP 5-1 mmH2O, kaku kuduk (-)
Thorax :
Paru : Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : nafas simetris, vocal fremitus melemah di basal paru kanan, nyeri
tekan (-)
Perkusi : sonor, nyeri ketuk basal paru kanan (+)
Auskultasi : suara navas vesikuler, ronkhi -/- wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 jari medial linea midclav kiri
Perkusi : batas atas jantung : ICS III linea sternalis kiri
batas kiri jantung : ICS V 1 jari medial linea midclav kiri
8
batas kanan jantung : ICS III, IV, V linea sternalis kanan
Abdomen : Inspeksi : agak buncit, tegang
Palpasi : hepar teraba 4 jari dibawah arcus costae, nyeri tekan (+) di regio
hipocondriaca dextra, lien tidak teraba, ballotement ginjal (-), murphy
sign (-), turgor baik
Perkusi : timpani, redup di regio hipocondriaca dextra, nyeri ketok CVA -/-
Auskultasi : bising usus normal 3x/menit
Ekstremitas :
Lengan Kanan Kiri
Otot : Normotrofi Normotrofi
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Normal Normal
Sendi : Normal Normal
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : Normal Normal
Edema : - -
Akral hangat : + +
Tungkai dan kaki Kanan Kiri
Luka : - -
Varises : - -
Otot (tonus dan massa) : N N
Sendi : N N
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : Normal Normal
Sensoris : Baik baik
Edema : - -
Akral hangat : + +
9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 Juni 2012 :
1. Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 9,1 13-18 g/dl
Lekosit 17.310 4.000-10.000/mm3
LED 1 jam 129 0-20 mm
Trombosit 290.000 150rb-400rb/mm3
Hematokrit 28 40-54 %
2. Pemeriksaan fungsi hati
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
SGOT 40 U/I <42 U/I
SGPT 29 U/I <47 U/I
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Ureum 50,4 mg/dl 10-50 mg/dl
Creatinin 0,80 mg/dl 0,67-1,36 mg/dl
4. Pemeriksaan gula darah
GDS : 161 mg/dl (N: <140 mg/dl)
10
5. Pemeriksaan widal
6. Rontgen Thorax
Cor/pulmo : dalam batas normal
Difragma kanan letak tinggi : suspek abses hepar
7. USG abdomen
Massa lobus kanan – kiri hepar : suspek abses hepar
E. RESUME
Pasien datang ke RS dengan keluhan sakit perut kanan atas sejak 1 minggu smrs. Sakit
dirasakan seperti ditusuk, menjalar ke bahu kanan dan perut dirasakan semakin bengkak.
Terdapat riwayat demam yang lama, mual, muntah, namun pasien mengonsumsi obat
warung untuk mengurangi keluhan. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu
39,2°C, vocal fremitus thorax kanan melemah di bagian basal, nyeri tekan regio
hipocondriaca dextra, hepar teraba 4 jari di bawah arcus costae.
F. DIAGNOSIS KERJA
Abses hepar
11
Widal test O Antigen H Antigen
S. Typhosa - Negatif
S. Paratyphosa A - Negatif
S. Paratyphosa B - Negatif
S. Paratyphosa C - Negatif
G. DIAGNOSIS BANDING
Kolesistitis
Gastritis
Karsinoma hepatoselular
Pneumonia
Pleuritis paru kanan
H. PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa :
Diet lunak
Medikamentosa :
IVFD RL+ketorolac /8 jam
Ranitidine iv 2x1
Ondancentron iv 2x1
Ceftriaxone iv 1x2g
Cefotaxime iv 3x2g
Metronidazole 3x500mg
I. ANJURAN
Drainase pus
Mikrobiologi : kultur bakteri
Cek SGOT & SGPT ulang
12
Cek albumin
Darah samar (feces benzidine)
J. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP HARIAN
Tgl Subjective Objective Assasement Planning
30/6/12 Nyeri perut kanan
(+), nyeri punggung
(+), sesak (-), batuk
(-), BAK (N), BAB
(-), mual (-), muntah
(-), demam (-)
Ku/kes : TSS/CM,
T: 120/80, N:88, S:
35,3, P: 20
Mata: CA -/- SI -/-
Thorax : SN ves
rh-/- wh-/-, S1-S2
reg, M(-) G(-)
Abd: buncit, keras,
NT (+) BU(+) (N)
Extr : hangat (+),
odem (-)
Leukositosis,
anemia, susp.
Abses hepar
IVFD
D5%/12jam, pct
(bila perlu),
ondancentron,
ranitidin,
ketorolac (bila
perlu),ceftriaxone
dlm Nacl 100 cc
1x2gr,
metronidazole
2x1, cefotaxime
3xII, ro thorax,
usg abdomen,cek
DPL
3/7/12 Sakit perut(+),BAB
1x, sesak (+), tidak
bisa berbaring
T:100/60,N:80,
P:28, S:35,6
Abses hepar IVFD
RL+ketorolac/8
jam, PRC
13
CA-/- SI-/-
Thorax : dbn
Abd: buncit, keras,
NT (+) BU (+) (N)
Extr : dbn
1000cc,
metronidazole
3X500,pct
3x1,ranitidin
2x1,
ondancentron
2x1,cefotaxime
3x2
6/7/12 Sakit perut (+),
mual(+), BAB
kemerahan, BAK
lancar
T:130/70, N:90,
RR:20, S:35,9
Mata: CA +/+
Thorax: dbn
Abd: buncit, keras,
NT (+) BU (+) (N)
Extr : dbn
Abses hepar IVFD RL/8 jam,
Nacl spooling,
metronidazole
3X500,pct
3x1,ranitidin
2x1,
ondancentron
2x1,cefotaxime
3x2, diet lunak
10/7/12 Sakit perut kanan
(+) berkurang, sesak
(+) kadang-kadang,
sudah bisa berbaring
T:130/80, N:96,
RR:18, S:35
Mata: dbn
Thorax: dbn
Abd: keras, NT (+)
BU (+) (N)
Extr : dbn
Abses hepar IVFD
RL+ketorolac/8
jam,
metronidazole
3X500,pct
3x1,ranitidin
2x1,
ondancentron
2x1,cefotaxime
3x2, diet lunak,
USG abdomen
14
FOLLOW UP LABORATORIUM
Tanggal Hasil Laboratorium
3/7/12 Hematologi :
Hb : 8,6 g/dl
Leukosit : 9.510 /mm3
Thrombosit : 340.000 mm3
Hematokrit : 29%
5/7/12 Hematologi :
Hb : 11,8 g/dl
Leukosit : 7.690 /mm3
Thrombosit : 332.000 mm3
Hematokrit : 37%
FOLLOW UP HASIL USG
Tanggal Hasil USG
2/7/12 Massa lobus kanan – kiri hepar : susp. Abses hepar
10/7/12 Abses hepar, dibandingkan USG sebelumnya terkesan mengecil
15
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, diagnosis abses hepar ditegakkan berdasarkan masalah yang terdapat
pada pasien.
No. Masalah Dasar Penetapan
Masalah
Hipotesis Penyebab
1. Nyeri perut kanan atas Anamnesis : nyeri
perut kanan atas
seperti ditusuk,
mual, muntah, sulit
berbaring atau
berdiri tegak dan
lebih nyaman
membungkuk atau
meringkuk
PF: Nyeri tekan
perut kanan atas
(regio hipocondriaca
dextra)
Ro thorax :
diafragma kanan
letak tinggi
USG abdomen :
massa di lobus
kanan-kiri hepar
Abses hepar,
kolesistitis, massa di
hepar
2. Febris Suhu : 39,2°C Infeksi,
immunodeficiency
3. Anemia Hb : 9,1 g/dl Infeksi penyakit kronis,
16
intake kurang
4. Leukositosis Leukosit : 17.310 mm3 Infeksi, peradangan
akut, penyakit parasit,
anemia, penggunaan
obat (spt: aspirin)
5. LED meningkat 129 mm Penyakit kronis,
keganasan
6. Hemodilusi 28% Anemia, malnutrisi
(intake kurang)
7. TGT GDS : 161 DM tipe II, life style
buruk
PATOGENESIS
17
Infeksi saluran pencernaan (ec E. histolytica, bakteri atau
jamur), gangguan sistem biliaris (infeksi, obstruksi)
Infeksi masuk ke hepar melalui sirkulasi porta (septik emboli)
Septik emboli terperangkap di dalam sinusoid hati
Terbentuk nidus mikroabses (miltipel atau soliter)
Abses hati
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Drainase pus hepar dan pemeriksaan mirobiologi untuk mengeluarkan pus dan
mengetahui penyebab abses. Selanjutnya merencanakan terapi medikamentosa yang
tepat sesuai dengan penyebab
Diet lunak
Medikamentosa :
IVFD RL+ketorolac /8 jam
Ranitidine iv 2x1
Ondancentron iv 2x1
Ceftriaxone iv 1x2g
Cefotaxime iv 3x2g
Metronidazole 3x500mg
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ABSES HATI
I. DEFINISI
Abses hepar adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri darijaringan
hati nekrotik,sel-sel inflamasi atau sel darah diparenkim hati.1
Secara umum abses hepar terdiri atas dua jenis, yaitu : abses hepar amebik (AHA) dan
abses hepar piogenik (AHP). Abses hepar amebik merupakan salah satu komplikasi
amebiasis ekstraintestinal yang paling sering dijumpai di daerah tropis/subtropik termasuk di
Indonesia. Abses hepar amebik lebih sering terjadi di daerah endemik negara berkembang
dibandingkan abses hepar piogenik. Angka kejadian abses hepar piogenik lebih tinggi
dibandingkan abses hepar amebik, angka kejadian abses hati amebik hanya sekitar 10% dari
semua abses hepar. Abses hepar amebik terutama disebabkan oleh Entamoeba
Histolytica, sedangkan abses hepar piogenik paling banyak disebabkan oleh bakteri seperti
enterobacteriaceae, microaerophilic streptococci, anaerobic streptococci, kelbsiella
pneumoniae, bacteriodes, fusobacterium, staphylococcus aureus, staphylococcus milleri,
candida albicans, aspergillus, actinomyces, eikenella corrodens, yersinia enterolitica,
salmonella typhi, brucella militensis, dan fungal.4
II. ETIOLOGI
a. Abses Hepar Amebik (AHA)
Penyebab utama abses hepar amebik adalah Entamoeba Histolytia dan merupakan
komplikasi ekstraintestinial yang paling sering dari Entamoeba Histolytica yang dapat
menimbulkan pus dalam hati.4
19
Entamoeba Histolytica Bentuk Tropozoit
b. Abses Hepar Piogenik (AHP)
Penyebab utama abses hepar piogenik adalah bakteri Escherichia Coli. Selain
Escherichia Coli, organisme lain yang didapatkan adalah Klebsiella, Staphylococcus Aureus,
Proteus, Pseudomonas, dan bakteri anaerob. 3
Escherichia Coli.
Infeksi dari hati dapat juga berasal dari : 2
1. Sistem biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran empedu. Infeksi
pada saluran empedu yang mengalami obstruksi naik ke cabang saluran empedu intrahepatik
yang menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangitis dengan akibat abses multipel.
Abses hati piogenik multiple terdapat pada 50% kasus, hati dapat membengkak dan daerah
yang mengandung abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat disekitarnya
yang berwarna merah tua. Kebanyakan terdapat pada lobus kanan dengan perbandingan lima
kali lobus kiri.20
2. Infeksi melalui sistem porta. Sepsis intra-abdomen, terutama apendisitis, divertikulitits,
disentri basiler, infeksi daerah pelvik, hemoroid yang terinfeksi dan abses perirektal
merupakan penyebab utama abses hepar piogenik. Pada umumnya berawal sebagai
pileflebitis perifer disertai pernanahan dan thrombosis yang kemudian menyebar melalui vena
porta ke dalam hati.
3. Hematogen melalui arteri hepatika. Trauma tajam atau tumpul dapat mengakibatkan
laserasi, perdarahan, dan nekrosis jaringan hati serta ekstravasasi cairan empedu yang mudah
terinfeksi. Hematoma subkapsuler dapat juga mengundang infeksi dan menimbulkan abses
yang soliter dan terlokalisasi.
c. Abses Hati Fungal (AHF)2
Terutama disebabkan oleh Candida albicans dan kebanyakan terjadi pada orang yang
dalam pengobatan antibiotika lama, post transplantasi organ, keganasan hematologi, dan pada
penyakit kongenital ataupun imunodefisiensi yang didapat. Selain itu penyebab lainnya juga
seperti Actinomyces species, Eikenella corrodens, Yersinia enterocolitica, Salmonella
typhi, dan Brucella melitensis.
III. PATOGENESIS
a. Abses Hepar Amebik (AHA)1
Penularan abses hepar amebik terjadi secara fekal-oral, dengan masuknya kista infektif
bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita atau tinja karier amebiasis. 1
Abses Hepar Amebik
21
Di dalam usus, oleh pengaruh enzim tripsin dinding kista pecah. Di dalam sekum atau
ileum bagian bawah terjadi proses eksitasi, eksitasi adalah proses transformasi dari bentuk
kista ke bentuk tropozoit. Dalam proses eksitasi, satu kista infektif yang berinti empat
tumbuh menjadi delapan amubula, amubula menuju ke jaringan submukosa usus besar, lalu
tumbuh dan berkembang menjadi tropozoit. Bentuk tropozoit dapat menginvasi jaringan,
amoeba dapat menjadi pathogen dengan mensekresi enzim cysteine protease, sehingga dapat
melisiskan jaringan maupun eritrosit dan menyebar ke seluruh organ secara hematogen dan
perkontinuinatum.
Abses Hepar Amebik
Amoeba yang masuk ke submukosa memasuki kapiler darah, ikut dalam aliran darah
melalui vena porta ke hati. Di hati Entamoeba Histolytica mensekresi enzim proteolitik yang
melisiskan jaringan hati dan membentuk abses. Lokasi yang tersering adalah lobus kanan
(70%-90%), kecenderungan ini diperkirakan akibat penggabungan dari beberapa tempat
infeksi mikroskopik, serta disebabkan karena cabang vena porta kanan lebih lebar dan lurus
dari pada cabang vena porta kiri. Ukuran abses bervariasi, yaitu dari diameter 1-25 cm,
dinding abses bervariasi tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit. Didaerah sentral dari
abses terjadi pencairan yang berwarna coklat kemerahan, yang disebut “anchovy sauce” yang
terdiri dari jaringan hati nekrotik dan berdegenerasi. Amoebanya dapat ditemukan pada
dinding abses dan sangat jarang ditemukan di dalam cairan di bagian sentral abses. Kira-kira
25 % abses hati amoebik mengalami infeksi sekunder sehingga cairan absesnya menjadi
purulen dan berbau busuk.
22
Terdapat periode laten yaitu jarak waktu yang lamanya bervariasi kadang-kadang
sampai bertahun-tahun diantara kejadian infeksi pada usus dengan timbulnya abses hati. Jarak
waktu antara serangan di intestinal dengan timbulnya kelainan di hati berbeda-beda. Bentuk
yang akut dapat memakan waktu kurang dari 3 minggu, tetapi bentuk yang kronis lebih dari 6
bulan, bahkan mungkin sampai 57 tahun. Disamping itu hanya lebih kurang 10 % penderita
abses hati yang dapat ditemukan adanya kista E.histolytica dalam tinjanya pada waktu yang
bersamaan, bahkan dilaporkan 2-33 %. Faktor yang berperan dalam keaktifan invasi amoeba
ini belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin ada kaitannya dengan virulensi parasit, diit
flora bakteri usus dan daya tahan tubuh sesorang baik humoral maupun seluler.
b. Abses Hepar Piogenik (AHP)3
Abses hepar piogenik paling sering disebabkan oleh penyakit saluran empedu (35-45
% kasus). Perluasan infeksi di dalam perut (divertikulitis, apendistis, penyakit crohn) melalui
vena porta merupakan penyebab untuk 20 % lainnya. Sisa kasus disebabkan oleh perluasan
infeksi lokal secara langsung, penyebaran hematogen lewat arteri hepatika dari tempat yang
jauh, atau penyebab idiopatik (10-20 %).
Abses Hepar Piogenik
Hati menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena portal, hal ini
memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri yang berulang, tetapi dengan
adanya sel Kuppfer yang membatasi sinusoid hati akan menghindari terinfeksinya hati oleh
bakteri tersebut. Adanya penyakit pada sistem biliaris sehingga terjadi obstruksi aliran
empedu akan menyebabkan terjadinya proliferasi bakteri. Adanya tekanan dan distensi
kanalikuli akan melibatkan cabang-cabang dari vena porta dan limfatik sehingga akan
23
terbentuk formasi abses filelebitis. Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara
hematogen sehingga terjadi bakteremia sistemik. Penetrasi akibat trauma tusuk akan
menyebabkan inokulasi bakteri pada parenkim hati sehingga terjadi abses hepar piogenik.
Penetrasi akibat trauma tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan intrahepatik, dan
terjadi kebocoran saluran empedu sehingga terjadi kerusakan dari kanalikuli. Kerusakan
kanalikuli menyebabkan masuknya bakteri ke hati dan terjadi pertumbuhan bakteri dengan
proses supurasi dan pembentukan pus.
IV. MANIFESTASI KLINIS
a. Abses Hepar Amebik (AHA)1
Gejala dapat timbul secara mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan
(bentuk kronik). Dapat timbul bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal atau
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh. Pada bentuk
akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa kurang dari 3 minggu. Keluhan
yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk –
tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai ke perut kanan. Dapat juga timbul rasa nyeri di
dada kanan bawah, yang mungkin disebabkan karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada
akhirnya dapat timbul tanda – tanda pleuritis. Rasa nyeri pleuropulmonal lebih sering timbul
pada abses hepatis jika dibandingkan dengan hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar ke
punggung atau skapula kanan. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk – batuk.
Keadaan serupa ini timbul pada waktu terjadinya perforasi abses hepatis ke paru – paru.
Sebagian penderita mengeluh diare. Hal seperti itu memperkuat diagnosis yang dibuat.
Gejala demam merupakan tanda yang paling sering ditemukan pada abses hepar.
Gejala yang non spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah
badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Lebih dari 90
% didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati akan membesar kearah kaudal atau
kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau ruang interkostal. Pada perkusi diatas
daerah hepar akan terasa nyeri. Konsistensi biasanya kistik, tetapi bisa pula agak keras seperti
pada keganasan. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian yang ditekan
dengan satu jari terasa nyeri, berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan
dengan satu jari mudah diketahui terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini
menunjukkan tanda Ludwig positif dan merupakan tanda khas abses hepatis. Abses yang
24
besar tampak sebagai massa yang membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru
hepar meninggi. Pada kurang dari 10 % abses terletak di lobus kiri yang sering kali terlihat
seperti massa yang teraba nyeri di daerah epigastrium.
b. Abses Hepar Piogenik (AHP)4
Manifestasi klinis AHP biasanya lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai
adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas,
yang ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di
atasnya. Demam/panas tinggi merupakan keluhan paling utama dengan tipe remiten,
intermiten atau febris kontinu, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomendan
disertai keadaan syok. Setelah pemakain antibiotik yang adekuat, gejala dan manifestasi
klinis AHP adalah malaise, demam yang tidak terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen
yang menghebat dengan adanya pergerakan. Apabila abses hati piogenik letaknya dekat
dengan diafragma, maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri pada bahu
sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah,
berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan, kelemahan badan, ikterus, buang
air besar berwarna seperti kapur dan buang air kecil berwarna gelap.
Pemeriksaan fisis yang didapatkan febris biasa hingga demam/panas tinggi, pada palpasi
terdapat hepatomegali serta perkusi terdapat nyeri tekan hepar, yang diperberat dengan
adanya pergerakan abdomen,splenomegali didapatkan apabila AHP telah menjadi kronik,
selain itu bisa didapatkan asites, ikterus serta tanda-tanda hipertensi portal.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1,2,3
1. Pemeriksaan darah lengkap
Dapat ditemukan :
- Anemia pada penyakit kronis. Ditemukan pada 50%-80% kasus.
- Leukositosis, terutama peningkatan netrofil
2. Fungsi hati
- Alkaliphosphatase, SGOT, SGPT, bilirubin meningkat
- Hipoalbuminemia
25
- Protrombin time memanjang
3. Kultur darah, merupakan gold standard untuk mengetahui bakteri penyebab abses
4. Kultur cairan abses melalui drainase pus dengan dituntun oleh USG
5. Pemeriksaan mikrobiologi feses
6. Rontgen thorax
7. Foto polos abdomen
8. USG abdomen
9. CT Scan
10. Biopsi hati
VI. PENATALAKSANAAN 2
Non medikamentosa :
Drainase pus, baik secara percutaneous ataupun dengan pembedahan
Evaluasi pasca drainase dengan colonoscopy atau ERCP (Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography)
Medikamentosa :
1. AHA :
Metronidazole
Chloroquine dosis tunggal atau dikombinasi dengan emetine atau
dehydroemetine bila pasien tidak berespon terhadap metronidazole
2. AHP
Sebelum hasil kultur keluar, antimikroba yang digunakan adalah :
Kombinasi golongan beta-laktam/betalaktamase inhibitor
Carbapenems, atau
Sefalosporin generasi ke-2.
26
Setelah hasil kultur keluar, antimikroba yang diberikan sesuai dengan bakteri
penyebab.
3. AHF
Amphotericin B
Pengobatan dilakukan rutin selama 4-6 minggu untuk abses soliter dan sudah di
drainase dengan adekuat. Untuk abses yang multipel dilakukan pengobatan rutin
selama 12 minggu. Setelah pengobatan tuntas, evaluasi lagi hasil terapi dengan
tuntunan radiologi (foto thorax atau USG abdomen).
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Brailita Daniel. Amebic Hepatic Abscess. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/183920-overview#showall : July 13rd, 2012.
2. Perlata Ruben. Liver Abscess. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/188802-overview#showall : July 13rd, 2012.
3. Todd A N. Pyogenic Hepatic Abscess. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/193182-overview#showall : July 13rd, 2012.
4. Wenas NT, Waleleng BJ (2010) Abses Hati Piogenik. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Cetakan Kedua, Interna Publishing, Jakarta, hal. 692-694
28