Abses Hati (PLENO).docx

22
Abses Hati Amebik Kelompok A 5 Fakultas Kedokteran

description

abses hepar

Transcript of Abses Hati (PLENO).docx

Page 1: Abses Hati (PLENO).docx

Abses Hati Amebik

Kelompok A 5

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

2013

Page 2: Abses Hati (PLENO).docx

Pendahuluan

Abses hati adalah bentuk infektif pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi

bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal

yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari

jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah parenkim hati. Abses hati terbagi

menjadi 2 secara umum, yaitu abses hati amebik (AHA) dan abses hati piogenik (AHP).

AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paling sering di

jumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk indonesia.

Penyakit AHA ini masih menjadi masalah kesehatan terutama di daerah dengan strain

Entamoeba Histolytica yang tinggi. Hampir 10% penduduk dunia terutama di negara

berkembang terinfeksi E. histolytica, tetapi hanya sepersepuluh yang memperlihatkan gejala.

Insiden amoebiasis hati di RS di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien pertahun.

Skenario

Laki-laki usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 1 hari

smrs. Nyeri terutama pada sisi kanan di bawah dada. Nyeri memburuk saat tidur terlentang

dan berkurang bila kaki ditekuk atau agak membungkuk.

Analisis masalah

Anamnesis

Berdasarkan skenario yang ada, anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis dan

didapatkan data-data tentang pasien sebagai berikut:

Identitas : laki-laki berusia 38 tahun

Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri perut kanan atas sejak 1

hari smrs.

Selain keluhan yang telah diutarakan pasien, ada beberapa hal berikut yang penting

ditanyakan untuk menegakan diagnosis, hal-hal tersebut antara lain:

Page 3: Abses Hati (PLENO).docx

Mengetahui identitas pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan. Hal ini

penting untuk diketahui karena ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan faktor-

faktor diatas.

Keluhan utama

Keluhan lain:2

o Jika ada nyeri, tanyakan lokasi spesifik nyerinya dimana?, sejak kapan terjadi? Nyeri

menetap atau berpindah-pindah? Nyeri sprit tertusuk-tusuk atau tumpul?

o Adakah gejala lain seperti diare, mual muntah, atau demam? Adakah tanda yang

menunjukkan keganasan atau malabsorbsi (misalnya darah, penurunan berat badan,

massa abdomen, nyeri saat defekasi, icterus, atau anemia)? tanyakan sejak kapan

terjadi?.

o Jia ada muntah, tanyakan berapa banyak, berapa kali, sejak kapan muntahnya, apa

warnanya?.

Kemungkinan adanya faktor pencetus (seperti stress psikis, infeksi lokal, trauma,

gangguan metabolik, obat, juga alcohol, makanan tertentu dan merokok)

Perkembangan/perburukan penyakit (contoh: sudah pernah minum obat atau belum?

Kalau sudah, bagaimana hasilnya?)

Riwayat penyakit dahulu (contoh: apakah dulu juga pernah sakit seperti ini?)?.

Riwayat keluarga pasien (seperti ada atau tidak anggota keluarga yang memiliki riwayat

seperti keluhan pasien?).

Riwayat sosial dan kebiasaan pasien (seperti bagaimana kebiasaan makannya, teratur

atau tidak).

Pemeriksaan

Pada pemeriksaan fisik pada pasien di dapatkan : tinggi badan 174 cm, berat badan 60

kg, tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 86x/menit, suhu 36,5°c, frekuensi

pernafasan 19x/menit. Nyeri tekan pada abdomen kanan atas [+], murphy sign [-]. Hb

11g/dL, leukosit 7400/μL, trombosit 354.000/μL. USG : SOL hipoekoik, inhomogen,

berbatas tegas, ukuran 5,7cm x 6,4cm, sugestif abses hati.

Manifestasi sistemik AHP biasanya lebih berat daripada abses hati amebik. Dicurigai

adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas

yang ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di

Page 4: Abses Hati (PLENO).docx

atasnya. Demam ataupanas tinggi merupakan keluhan paling utama dengan tipe demam

remiten, intermiten, atau kontinyu disertai menggigil, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran

kanan atas abdomen, keringat banyak, dan disertai dengan keadaan syok. Setelah era

pemakaian antibiotik yang adekuat, gejala dan manifestasi klinis AHP adalah malaise,

demam yang tidak terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat dengan

adanya pergerakan. Apabila abses hati piogenik letaknya dekat dengan diafragma, maka akan

terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk, ataupun

atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi

penurunan berat badan, kelemahan badan, ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur dan

buang air kecil berwarna gelap.5

Pada abses hati amebik, demam ditemukan pada hampir semua kasus, terdapat rasa

sakit pada perut atas yang sifatnya seperti ditekan atau ditusuk. Rasa sakit bertambah bila

penderita berubah posisi atau batuk. Nyeri dada bagian kanan bawah, anoreksia, mual,

muntah, perasaan lemah, penurunan berat badan, batuk, gejala iritasi diafragma seperti

“hiccup”, diare dengan atau tanpa bukti kolitis amebik. Kegagalan faal hati fulminan

sekunder yang sangat jarang terjadi. Ada riwayat bepergian di daerah endemik amoebiasis.

Pada pemeriksaan fisis, biasanya didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi, suhu

biasa intermiten atau remiten. Hepatomegali yang teraba nyeri tekan, hati akan membesar ke

arah kaudal atau kranial dan mungkin mendesak ke arah perut atau ruang interkostal. Pada

perkusi di atas daerah hepar akan terasa nyeri. Abses yang besar tampak sebagai massa yang

membenjol di daerah dada kanan bawah. Pada kurang 10% kasus abses terletak di lobus kiri

yang seringkali terlihat seperti massa yang teraba nyeri di epigastrium. Ikterus jarang terjadi,

kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat biasanya disebabkan abses yang besar atau

multipel, atau dekat porta hepatik.

Gambaran klinik abses hati digambarkan sebagai gambaran klinik klasik dan tidak

klasik.

Gambaran klinik klasik didapatkan penderita mengeluh demam dan nyeri perut kanan

atas atau dada kanan bawah, dan didapatkan hepatomegali yang nyeri.

Gambaran klinik tidak klasik tidak seperti gambaran klinik klasik, hal ini disebabkan oleh

letak abses pada bagian hati tertentu memberikan menifestasi klinik yang menutupi

gambaran yang klasik. Gambaran klinik tidak klasik berupa:

Benjolan di dalam perut seperti bukan kelainan hati, misalnya diduga empiema kandung

empedu adatu tumor pankreas.

Page 5: Abses Hati (PLENO).docx

Gejala renal, nyeri pinggang kanan dan ditemukan massa yang diduga ginjal kanan. Hal

ini disebabkan letak abses di bagian posteroinferior lobus kanan hati.

Ikterus obstruktif, disebabkan abses terletak di dekat porta hepatis.

Kolitis akut

Gejala kardiak, ruptur abses ke rongga perikardium memberikan gambaran klinik efusi

perikardial.

Gejala pleuropulmonal, berupa empiema toraks atau abses paru yang menutupi gambaran

klasik abses hepar.

Abdomen akut, bila abses hati mengalami perforasi ke dalam rongga peritonium, terjadi

distensi perut yang nyeri disertai bising usus yang berkurang.

Gambaran abses yang tersembunyi, hepatomegali yang tidak nyeri.

Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sering dikacaukan dengan tifus abdominalis

atau malaria

Pada laboratorium didapatkan leukositosis dengan pergeseran ke kiri, anemia, laju

endap darah, alkali fosfatase, transaminase dan serum bilirubin meningkat, kosentrasi

albumin serum menurun dan waktu protombin yang memanjang. Tes serologi digunakan

untuk menyingkirkan diagnosis banding. Kultur darah memperlihatkan bacterial penyebab

menjadi standar emas penegakkan diagnosis secara mikrobiologik.

Pada pemeriksaan penunjang yang lain, seperti pada pemeriksaan foto toraks, dan foto

abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi pleura, atelektasis basiler, empiema

atau abses paru. Pada toraks PA, sudut kardiofrenikus tertutup, foto toraks lateral sudut

kostofrenikus anterior tertutup. Di bawah diafragma terlihat air fluid level. Abses lobus kiri

akan mendesak kurvutura minor.

Pemeriksaan ultrasonografi, radionuclide scanning, CT dan MRI mempunyai nilai

diagnostic tinggi. Sekarang dapat dikatakan bahwa pemeriksaan CT dan MRI merupakan

gold standart. Pemeriksaan ini sangat penting dalam pengelolahan abses hati terutama untk

diagnos dini dan dapat menetapkan lokasi abses lebih akurat terutama untuk drainase

perkutan atau tindakan bedah. USG merupakan alat diagnostic yang berharga karena cepat,

noninvasive, biaya relative murah dan tidak ada radiasi.

Diagnosis

Page 6: Abses Hati (PLENO).docx

Dari hasil pemeriksaan fisik dan punjang, working diagnosis pada pasein ini adalah

abeses hati amebik. Dan ada beberapa penyakit yang mirip dengan gejala abses hati amebik

yaitu abses hati pyogenik, hepatoma, dan kolesistitis.

Abses Hati amebik

Abses hati amebik (AHA) merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal

yang paling sering dijumpai di daerah tropis/subtropik termasuk di Indonesia. Abses

hepar amebik lebih sering terjadi di daerah endemik negara berkembang dibandingkan

abses hepar piogenik.

Abses hepar amebik terutama disebabkan oleh Entamoeba Histolytica, yang

merupakan komensal di lumen usus besar. AHA lebih sering menyerang pada usia yang

lebih muda dibanding AHP dan sering juga menyerang laki-laki dibandingkan

perempuan.

Umumnya gejalanya sama dengan AHP akan tetapi tidak seberat seperti pada AHP.

Pada AHA demamnya tidak terlalu tinggi dan leukositosis ringan. Pada AHA umumnya

absesnya soliter tetapi pada AHP absesnya multiple. Untuk memastikannya juga dapat

dilakukan tes serologi ameba.6,7

Etiologi

Abses hati amebik merupakan salah satu komplikasi dari amebiasis

ektraintestinal yang terutama disebabkan oleh Entamoeba histolytica, yang terbawa

aliran vena porta ke hepar.Untuk terjadinya abses, diperlukan faktor pendukung atau

penghalang berkembang biaknya amuba tersebut.

Faktor tersebut antara lain adalah pernah terkena infeksi amoeba, kadar

kolesterol meninggi, pascatrauma hepar, dan ketagihan alcohol, akibat infeksi amuba

tersebut maka akan terjadi reaksi radang dan akhirnya nekrosis jaringan hepar. Cairan

abses terdiri atas jaringan hati yang nekrosis dan eritrosit yang berwarna tengguli.

Kebanyakan abses hati bersifat soliter, steril dan terletak di lobus kanan dekat kubah

diafragma.1,5

Epidemiologi

Page 7: Abses Hati (PLENO).docx

Abses hati lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita, dan

berhubungan dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah, dan gizi buruk.

Pada negara-negara berkembang, abses hati amebik (AHA) didapatkan secara

endemik dan lebih sering dibandingkan dengan abses hati piogenik (AHP). AHP

tersebar di seluruh dunia dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi higiene yang

kurang baik.

1. Abses hati amebik

Pria : wanita berkisar 3:1 sampai 22:1.

Usia berkisar anatara 20-50 tahun, terutama di dewasa muda, jarang pada anak-

anak.

Penularan dapat melalui oral-anal-fekal ataupun vektor (lalat dan lipas).

Individu yang mudah terinfeksi adalah penduduk di daerah endemis, wisatawan

ke daerah endemis atau para homoseksual.

2. Abses hati piogenik

Dahulu banyak terjadi melalui infeksi porta, sekarang lebih sering sebagai

komplikasi obstruksi saluran empedu.

Insidens meningkat pada kelompok usia lanjut, juga yang mendapat

imunosupresan atau kemoterapi

Pria : wanita berkisar 2:1

Usia berkisar antara 40-60 tahun.

Patofisiologi

Abses hati amebik umumnya ditularkan melalui fecal-oral baik melalui

makanan atau minuman yang tercemar kista atau transmisi langsung pada orang

dengan hygiene yang buruk. Sesudah masuk per oral hanya bentuk kista yang bisa

sampai kedalam intestine tanpa dirusak oleh asam lambung, kemudian kista pecah

keluar tropozoit.1

Di dalam usus tropozoit menyebabkan terjadinya ulkus pada mukosa akibat

enzim proteolitik yang dimilikinya dan bisa terbawa aliran darah portal masuk ke hati.

Amuba kemudian tersangkut dan menyumbat venul porta intrahepatic, terjadi infark

hepatosit sedangkan enzim-enzim proteolitik tadi mencerna sel parenkim hati

sehingga terbentuklah abses.1

Page 8: Abses Hati (PLENO).docx

Gambar 1. Daur hidup Entamoeba Histolytica6

Di daerah sentralnya terjadi pencairan yang berwarna coklat kemerahan

anchovy sauce yang terdiri dari jaringan hati yang nekrotik dan berdegenerasi.

Amubanya seperti ditemukan pada dinding abses dan sangat jarang ditemukan

didalam cairan dibagian sentral abses. Kira-kira 25% abses hati amebik mengalami

infeksi sekunder sehingga cairan absesnya menjadi purulent dan berbau busuk.1

Gambar 2. Pathogenesis E.histolytica dalam tubuh manusia7

Page 9: Abses Hati (PLENO).docx

Gambar 3.Proses invasi E.histolytica ke lumen usus.8

Manifestasi Klinis

Keluhan yang timbul dapat bermacam-macam. Gejala dapat timbul secara

mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan (bentuk kronik). Dapat timbul

bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal atau berbulan-bulan atau

bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh.

Pada bentuk akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa

kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan

atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk – tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai

ke perut kanan. Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin

disebabkan karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada akhirnya dapat timbul tanda

– tanda pleuritis. Rasa nyeri pleuropulmonal lebih sering timbul pada abses hepatis

jika dibandingkan dengan hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar ke punggung

atau skapula kanan. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk – batuk.

Keadaan serupa ini timbul pada waktu terjadinya perforasi abses hepatis ke paru –

paru. Sebagian penderita mengeluh diare. Hal seperti itu memperkuat diagnosis yang

dibuat.

Gejala demam merupakan tanda yang paling sering ditemukan pada abses

hepar. Gejala yang non spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah,

perasaan lemah badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa

didapatkan. Lebih dari 90 % didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati

akan membesar kearah kaudal atau kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau

ruang interkostal. Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri. Konsistensi

biasanya kistik, tetapi bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Pada tempat abses

Page 10: Abses Hati (PLENO).docx

teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri,

berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Abses yang besar tampak sebagai massa

yang membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru hepar meninggi.

Ikterus jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Gambaran klinik abses hati amebik

mempunyai spektrum yang luas dan sangat bervariasi, hal ini disebabkan lokasi abses,

perjalanan penyakit dan penyulit yang terjadi.1

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering adalah rupture abses sebesar 5-5,6%. Ruptur

dapat terjadi ke pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal, atau kulit.Kadang-

kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase. Saat

diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat, seperti

peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan pleuropulmonal, gagal hati,

peredaran ke dalam rongga abses, hemobilia, empyema, fistula hepatobronkial,

rupture ke dalam perikard atau retroperitoneum. Sesudah mendapat terapi, sering

terjadi diathesis hemoragik, infeksi lukas, abses rekuren, perdarahan sekunder dan

terjadi rekurensi atau reaktivasi abses.1

Penatalaksanaan

Medikamentosa1

Metronidazole adalah amebisid jaringan yang saat ini merupakan pilihan

pertama. Dosisnya bervariasi anatara 2x 750 mg hingga 8 x 80 mg per hari selama 10

hari. amebisid jaringan laiinya ialah klorokuin. Dosis yang diberikan 600 mg

klorokuin basa (4 tablet), lalu 6 jam kemudian 300 mg (2 tablet) selanjutnya 2x 150

mg/ hari selama 28 hari. cara lain adalah klorokuin 1gr/ hari (4 tablet) selama 2 hari,

diteruskan 500 mg/ hari (2 tablet) sampai 21 hari.

Tindakan aspirasi terapeutik dilakukan dengan tuntunan USG dengan indikasi

sebagai berikut :

o Abses yang dikhawatirkan akan pecah

o Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada

o Abses di lobus kiri karena abses disini mudah pecah ke rongga pericardium atau

peritoneum.

Page 11: Abses Hati (PLENO).docx

Tindakan pembedahan jarang dilakukan karena mortalitasnya cukup tinggi,

indikasi pembedahan adalah :

o Abses disertai komplikasi infeksi sekunder

o Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal

o Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil

o Rupture abses ke dalam rongga intra peritoneal

Non-medikamentosa

o Tirah baring

o Jaga kebersihan makanan

Abses Hati piogenik

Abses Hati Piogenik (AHP), dahulu banyak terjadi melalui infeksi porta dan sekarang

lebih sering sebagai komplikasi obstruksi saluran empedu. Insidens terjadinya abses ini

meningkat pada kelompok usia lanjut, dan juga yang mendapat imunosupresan atau

kemoterapi. Perbandingan antara pria dan wanita berkisar 2:1.Usia yang sering berkisar

antara 40-60 tahun.1

Abses Hati Piogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver

abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess. Patogenesis AHP: hati

menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena portal, hal ini

memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri yang berulang, tetapi

dengan adanya sel kuppfer yang membatasi sinusoid hati akan menghindari terinfeksinya

hati oleh bakteri tersebut.4

Daya tekanan dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabang-cabang dari vena portal

dan limfatik sehingga akan terbentuk formasi abses fileflebitis. Mikroabses yang

terbentuk akan menyebar secara hematogen sehingga terjadi bakteremia sistemik.

Penetrasi akibat trauma tusuk akan menyebabkan inokulasi bakteri pada perenkim hati

sehingga terjadi AHP. Kerusakan kanalikuli menyebabkan masuknya bakteri ke hati dan

terjadi pertumbuhan bakteri dengan supurasi dan pembentukan pus.4

Lobus kanan hati lebih sering terjadi AHP dibanding dengan lobus kiri, hal ini

berdasarkan pada anatomi hati, yaitu dimana lobus kanan hati menerima suplai darah dari

Page 12: Abses Hati (PLENO).docx

arteri mesenterika superior dan vena portal sedangkan lobus kiri menerima darah dari

arteri mesenterika inferior dan aliran limfatik.4

Menifestasi klinis AHP lebih berat dari AHA.Dicurigai AHP bila ditemukan sindrom

klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai dengan jalan

membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakkan diatasnya. Demam/panas tinggi

merupakan keluhan paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas

abdomen, dan disertai dengan keadaan syok.4

Apabila abses hati piogenik letaknya dekat dengan diafragma, maka akan terjadi

iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi

atelectasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan,

terjadi penurunan berat badan yang unintentional, kelemahan badan, icterus, buang air

besar berwarna seperti kapur dan buang air kecil berwarna gelap.4

Hepatoma (hepatocelluler carcinoma = HCC)

Merupakan tumor ganas primer yang berasal dari hepatosit. Di Indonesia HCC

dtemukan tersering pada usia tua sekitar umur 50-60 tahun dengan predominasi pada

laki-laki. Mekanisme karsinogenesis HCC belum sepenuhnya diketahui. Hepatoma

mempunyai faktor resiko seperti pada penderita sirosis hati, hepatitis B dan C,

diabetes melitus, obesitas, NASH (Non-Alcoholic steato-hepatitis), penyakit hati

autoimun seperti hepatitis autoimun, dan sebagainya. Manifestasi klinisnya sangat

bervariasi, dari asimptomatik hingga yang gejala dan tandanya sangat jelas dan

disertai gagal hati.

Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri atau perasaan tak nyaman

di kuadran kanan atas abdomen atau teraba pembengkakan lokal di hepar patut

dicurigai menderita HCC. Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung,

konstipasi atau diare. Sesak napas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang

menekan diafragma atau karena sudah ada metastasis di paru. Sebagian pasien HCC

sudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi, maupun

yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise, anoreksia, penurunan

berat badan dan ikterus.

Temuan fisis tersering pada HCC adalah hepatomegali (dengan/tanpa bruit

hepatik), splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Pada pemeriksaan

penunjang didapatkan kadar AFP serum >500 ng/mL disertai dengan pemeriksaan

Page 13: Abses Hati (PLENO).docx

USG abdomen yang menunjang adanya karsinoma hepar dan CT atau MRI yang

menunjukkan daerah hipervaskularisasi arterial dari nodul.1

Kolesistitis

Kolesistitis akut adalah suatu reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang

disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Penyebab utamanya

adalah batu kandung empedu yang terletak di ductus sistikus sehingga menyebabkan

stasis cairan empedu.1

Gejala klinis, keluhan khas adalah nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan kenaikan

suhu tubuh disertai menggigil.Rasa sakit menjalar ke pundak atau scapula kanan dan

dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.Berat ringannya keluhan bervariasi

tergantung dari beratnya inflamasi.Tanda radang peritoneum juga dapat ditemukan pada

kolesistitis akut apabila penderita merasa nyeri semakin bertambah pada saat menarik

nafas dalam. Selain itu, terdapat juga anoreksia, mual dan muntah.1

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan, tapi nyeri tekannya berbeda dengan

nyeri tekan pada abses hati.Nyeri tekan didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda

murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang

karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien

berhenti menarik nafas.1

Prognosis

Mortalitas abses hati yang diobati dengan antibiotika yang sesuai bakterial penyebab

dan dilakukan drainase adalah 10-16%. Prognosis buruk apabila terjadi keterlambatan

diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan bakterial

penyebab multipel, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus,

hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain.7

Ad vitam (hidup) = dubia ad bonam

Ad functionam (fungsi) = dubia ad bonam

Ad sanationam (sembuh) = dubia ad bonam

Kesimpulan

Page 14: Abses Hati (PLENO).docx

Laki-laki berusia 38 tahun tersebut menderita abses hati amebik (AHA). Terdapat

nyeri tekan pada sisi kanan atas dibawah dada. Tanda spesifik pada abses hati adalah orang

tersebut mengeluh nyeri saat tidur terlentang dan membaik sat membungkuk, dimana

meupakan tanda spesifik dari abses hati sehingga apabila orang tersebut berjalan maka agak

sedikit membungkuk dan memegang daerah yang sakit tersebut. Pada pemeriksaan fisik tidak

terdapat demam sedangkan pada abses hati piogenik justru terdapar demam dan leukositosis.

Akan tetapi pada AHA tidak separah AHP. Sedangkan terdapat nyeri tekan pada sisi kanan

atas dibawah dada.

Page 15: Abses Hati (PLENO).docx

Daftar Pustaka

1. Ndraha S. Buku ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: biro publikasi Fakultas

Kedokteran UKRIDA; 2013. h.181-5;194-5

2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksa fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h.28-

30;64

3. Schwartz SI. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2000.h.1337-

40

4. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Karsinoma hati dan abses hati piogenik. Edisi V. Jilid I. Jakarta

Pusat: InternaPublishing; 2010. h.685-8;692-4

5. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005.

h.580-1

6. Gambar diunduh dari http://www.stanford.edu. Pada tanggal 15 juni 2013.

7. Gambar diunduh dari http://medical-dictionary.thefreedictionary.com. Pada tanggal

15 juni 2013.

8. Gambar diunduh dari http://www.tulane.edu. Pada tanggal 15 juni 2013.

9. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta

kedokteran. Edisi III. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000.h.512-3

10. Natadisastra D, Agoes R, editor. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh

yang diserang. Jakarta: EGC; 2009.h.135