Abs Trak

2
ABSTRAK Stephanie IS, Zefania YP, Itqan G, Iqbal I, Hernowo SU, 2015. Fetal Distress, Syok Hipovolemik et causa Antepartum Hemorrhage et causa Plasenta Previa Totalis dan Atonia Uteri pada Primipara Hamil Preterm. Responsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, Surakarta. Latar Belakang: Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum berpengaruh terhadap 4% kehamilan dan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dan anak. Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan di atas usia 28 minggu tanpa ada nyeri. Di Indonesia, pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa. Kesalahan dan keterlambatan dalam penatalaksanaan perdarahan antepartum dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dalam 24 jam setelah persalinan. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70% disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Metode: Observasional deskriptif dengan pendekatan case report. Sebuah kasus seorang G 1 P 0 A 0 , 30 tahun, UK: 32 +1 minggu, riwayat fertilitas dan obstetri belum dapat dinilai. Tekanan darah 90/60 mmHg. teraba janin tunggal, intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul, his (+) 4x/10’/35”, DJJ sulit dinilai. Pada pemeriksaan dalam VT didapatkan V/U tenang, dinding vagina dbn, portio livid, tampak OUE terbuka disertai darah merembes dari OUE, air ketuban (-), STLD (+). Hasil USG tampak janin tunggal, intrauterine, memanjang, preskep, DJJ (+) 60x/menit dengan fetal biometri: BPD= 7.6, FL= 5.67, AC= 28.08, EFW= 1716 gram, plasenta insersi di SBR menutupi OUI, air ketuban kesan cukup. Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan penurunan Hb yaitu 6.7 g/dL dan peningkatan leukosit sebesar 22.6 x 10 3 /UL. Penatalaksanaan awal yang dilakukan yaitu dengan terminasi kehamilan berupa SCTP emergency, resusitasi intrauterin dengan pemberian O 2 8 lpm, Infus RL 20 tpm serta pemberian antibiotik Ceftazolin 2 gram. Pada saat dilakukan SCTP emergency, terjadi atonia uteri. Penatalaksanaan untuk atonia uteri yang dilakukan adalah B-lynch suture. 1

description

KET

Transcript of Abs Trak

Page 1: Abs Trak

ABSTRAK

Stephanie IS, Zefania YP, Itqan G, Iqbal I, Hernowo SU, 2015. Fetal Distress, Syok Hipovolemik et causa Antepartum Hemorrhage et causa Plasenta Previa Totalis dan Atonia Uteri pada Primipara Hamil Preterm. Responsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, Surakarta.

Latar Belakang: Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum berpengaruh terhadap 4% kehamilan dan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dan anak. Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan di atas usia 28 minggu tanpa ada nyeri. Di Indonesia, pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa. Kesalahan dan keterlambatan dalam penatalaksanaan perdarahan antepartum dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dalam 24 jam setelah persalinan. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70% disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.

Metode: Observasional deskriptif dengan pendekatan case report. Sebuah kasus seorang G1P0A0, 30 tahun, UK: 32+1 minggu, riwayat fertilitas dan obstetri belum dapat dinilai. Tekanan darah 90/60 mmHg. teraba janin tunggal, intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul, his (+) 4x/10’/35”, DJJ sulit dinilai. Pada pemeriksaan dalam VT didapatkan V/U tenang, dinding vagina dbn, portio livid, tampak OUE terbuka disertai darah merembes dari OUE, air ketuban (-), STLD (+). Hasil USG tampak janin tunggal, intrauterine, memanjang, preskep, DJJ (+) 60x/menit dengan fetal biometri: BPD= 7.6, FL= 5.67, AC= 28.08, EFW= 1716 gram, plasenta insersi di SBR menutupi OUI, air ketuban kesan cukup. Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan penurunan Hb yaitu 6.7 g/dL dan peningkatan leukosit sebesar 22.6 x 103/UL. Penatalaksanaan awal yang dilakukan yaitu dengan terminasi kehamilan berupa SCTP emergency, resusitasi intrauterin dengan pemberian O2 8 lpm, Infus RL 20 tpm serta pemberian antibiotik Ceftazolin 2 gram. Pada saat dilakukan SCTP emergency, terjadi atonia uteri. Penatalaksanaan untuk atonia uteri yang dilakukan adalah B-lynch suture.

Hasil: Lahir berjenis kelamin laki-laki dengan BB: 1700 gr dan APGAR score 1-2-4. Bayi lahir hidup, namun meninggal satu hari kemudian. Pasien menunjukkan respon kontraksi uterus (+) setelah dilakukan B-lynch suture atas indikasi atonia uteri. Hemoglobin juga semakin meningkat hingga 10,2 g/dL pada hari perawatan keenam. Kondisi pasien terus mengalami perbaikan dan dalam perawatan hari keenam pasien pulang.

Simpulan: Penanganan pada perdarahan antepartum et causa plasenta previa harus cepat dan tepat agar bisa menyelamatkan kondisi ibu dan janin. Keadaan umum pasien harus segera dikoreksi dengan tindakan resusitasi untuk mencegah agar pasien tidak jatuh dalam kondisi syok. Kasus ini terjadi atonia uteri pada saat dilakukan seksio caesaria yang kemudian ditatalaksana dengan B-lynch suture.

Kata kunci: fetal distress, syok hipovolemik, perdarahan antepartum, plasenta previa, perdarahan postpartum, atonia uteri, kehamilan preterm

1