Abnormal psikofisiologis, somatofom dan disasosiatif

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam percakapan sehari-hari, istilah psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya terutama secara tekhnik tidak selalu menunjukkan maksud dan tujuan yang sama atau seragam. Hal ini bias menimbulkan masalah ketika kita menggunakannya untuk keperluan yang lebih spesifik dari pada sekedar wacana saja. Istilah psikologi abnormal atau sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior adalah perilaku maladaptive kemudian ada juga menyebutnya mental disorder. Istilah yang paling lazim kita temukan adalah perilaku abnormal dan psikopatologi sebagaimana ditulis dalam kurikulum pendidikan psikologi saat ini. Psikofisiologi adalah studi mengenai hubungan dari fenomena mental atau behavioral dengan proses-proses jasmani, khususnya studi mengenai aktivitas spontan dari bermacam-macam organ jasmaniah seperti dari otak, jantung, dan otot-otot ketika berlangsung perilaku. Gangguan somatofom adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejalafisik (sebagai contohnya :nyeri, 1

description

abnormal

Transcript of Abnormal psikofisiologis, somatofom dan disasosiatif

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam percakapan sehari-hari, istilah psikologi abnormal sering ditemukan namun pengertiannya terutama secara tekhnik tidak selalu menunjukkan maksud dan tujuan yang sama atau seragam. Hal ini bias menimbulkan masalah ketika kita menggunakannya untuk keperluan yang lebih spesifik dari pada sekedar wacana saja. Istilah psikologi abnormal atau sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal behavior adalah perilaku maladaptive kemudian ada juga menyebutnya mental disorder. Istilah yang paling lazim kita temukan adalah perilaku abnormal dan psikopatologi sebagaimana ditulis dalam kurikulum pendidikan psikologi saat ini.Psikofisiologi adalah studi mengenai hubungan dari fenomena mental atau behavioral dengan proses-proses jasmani, khususnya studi mengenai aktivitas spontan dari bermacam-macam organ jasmaniah seperti dari otak, jantung, dan otot-otot ketika berlangsung perilaku.Gangguan somatofom adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejalafisik (sebagai contohnya :nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Pada setiap gangguan tersebut, tubuh mengekspresikan konflik psikologis dan stress dengan cara yang tidak biasa dan terkadang aneh. Kondisi ini memiliki penting dalam sejarah psikologi abnormal karena telah memberikan peringatan kepada komunitas medis pada tahun 1800-anbahwa factor psikologis dapat memberikan peran terhadap munculnya simtom yang tidak dapat dijelaskan. Gangguan somatoform dan disosiatif, berkaitan dengan gangguan kecemasan. Pada gangguan somatoform, individu mengeluhkan gejala- gejala gangguan fisik, yang terkadang berlebihan, tapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan disosiatif, individu mengalami gangguan kesadaran, ingatan, dan identitas. Munculnya kedua gangguan ini biasanya berkaitan dengan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan, dan terkadang gangguan ini muncul secara bersamaan.

B. RumusanMasalah 1. Apa pengertian dari gangguan psikofisiologis? 2. Apa pengertian tentang gangguan somatoform ? 3. Apa pengertian tentang gangguan disosiatif ?

C. Tujuan 1. untuk mengetahui tentang gangguan psikofisiologis 2. Untuk mengetahui tentang gangguan somatoform 3. Untuk mengetahui tentang gangguan disosiatif

BAB IIPEMBAHASANA. Gangguan Psikofisiologis1. Pengertian gangguan psikofisiologisPsikofisiologi adalah studi mengenai hubungan dari fenomena mental atau behavioral dengan proses-proses jasmani, khususnya studi mengenai aktivitas spontan dari bermacam-macam oragan jasmaniah seperti dari otak, jantung, dan otot-otot ketika berlangsung perilaku. Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi, namun seringkali menimbulkan kesalah pahaman dibidang medis.Gangguan psikofisiologis itu sendiri tidak tercantum dalam DSM-IV-TR, meskipun sebelumnya tercantum dalam versi-versi DSM terdahulu. Implikasi penempatan ini adalah gangguan psikofisiologis bukan merupakan gangguan mental. Sebelumnya gangguan psikofisiologis secara umum dianggap hanya mencakup bebrapa penyakit (psikosomatik klasik, seperti magh, sakit kepala, hipertensi, dan asma). Diagnosis baru dapa6 diterapkan terhadap penyakit apapun sebagaimana anggapan deawsa ini bahwa semua penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seperti stres.2. Macam-macam gangguan psikofisiologisa. Gangguan KardiovaskularGangguan kardiovaskular adalah penyakit pada jantung dan sistem sirkulasi darah. Dua macam penyakit kardiovakular yang dipengaruhi oleh stres adalah hipertensi dan penyakit jantung koronerHipertensi adalah tekanan darah tinggi, memicu seseorang mengalami atherosclerosis (penyumbatan pembulu darah arteri, serangan jantung, dan stroke, juga dapat menyebabkan kematian melalui gagal ginjal). Tekanan darah normal pada orang dewasa muda adalah 120/80. Gen memainkan peran penting dalam tekanan darah, faktor resiko lain mencakup obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan dan konsumsi garam.Faktor pemicu hipertensi diantaranya yaitu kemarahan. Marah itu sendiri bukan hal buruk bagi kesehatan kardiovaskular, namun kemarahan yang berlebihan atau tidak pada tempatnya dapat berakibat buruk pada kesehatan.Jantung koroner, jantung koroner terdiri dari dua tipe utama. Pertama anggguna pektoris dan infraksi miokardial atau serangan jantung Anggina pektoris adalah rasa sakit di dada secara berkala, biasanya dibelakang tulang dada dan seringkali menyebar ke punggung dan kadang bahu dan lengan kiri. Penyebab utama serangan rasa sakit yang parah ini adalah kurangnya pasokan oksigen ke jantung. Infraksi miokardial adalah penyakit yang jauh lebih serius. Sama halnya dengan anggina pektoris penyakit ini disebabkan karena kurangnya psokan oksigen ke jantung. Namun serangan jantung ini biasanya menyebabkan kerusakan jantung permanen

Faktor yang meningkatkan resiko PJK (penyakit jantung koroner) : umur, jenis kelamin (laki-laki lebih beresiko), merokok, kenaikan tekanan darah, kenaikan kolesterol serum, pembesaran bilik kiri jantung, obesitas, pola ketidak aktivan fisik dalam waktu lama, konsumsi alkohol berlebihan, dan diabetes. b. AsmaSerangan asma terjadi secara mendadak. Penderita asma mengalami penyempitan saluran udara pada paru-paru, yang mana saluran udara tersebut bersifat hipersensitive. Sehingga menjadi sangat sulit untuk bernafas (terutama untuk menghembuskan nafas) dan tersengal-sengal). Penyempitan itu dapat dipicu oleh infeksi virus, zat-zat alergen, polusi, asap, olahraga, kedinginan, dan kondisi emosional.

3. Terapi untuk gangguan psikofisiologisPara terapis yang menganut pradigma sepakat bahwa mengurangi kecemasan, depresi, atau kemarahan merupakan cara terbaik untuk mengurangi penderitaan karna gangguan psikofisiologis.Terapis yang berorientasi psikoanalisis menggunakan teknik-teknik seperti asosiasi bebas dan analisis mimpi untuk penderita kecemasan. Sedangkan para terapis behavioral dan kognitif, menggunakan serangkaian prosedur untuk mengurangi kecemasan dan kemarahan, contohnya latihan relaksasi, berhasil membantu anak-anak penderita asma mengeluarkan nafas secara kuat.

B. Gangguan Somatofrom1. Pengertian gangguan somatoformKata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti tubuh. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan somatoform berbeda dengan malingering, atau kepura- puraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu suatu gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja tanpa keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom Muchausen yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai simtom medis. Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.2. Macam-macam Gangguan SomatoformPada bagian ini akan dibahas tentang berbagai gangguan somatoform, antara lain gangguan somatisasi, gangguan nyeri (pain disorder), hipokondriasis, gangguan konversi, dan gangguan dismorfik.1. Gangguan somatisasiGangguan somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik berbagai keluhan atau gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan menggunakan hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Diagnosis gangguan somatisasi digunakan untuk individu-individu yang banyak menagalami keluhan-keluhan somatic, berulang-ulang dan berlangsung lama, yang jelas bukan karena suatu penyebab fisik yang actual. Individu-individu dengan gangguan ini menolak pandangan bahwa penyebab dari keluhan-keluhan mereka adalah factor psikologis dan mereka tetap mencari pengobatan. Gangguan ini sifatnya kronis (muncul selama beberapa tahun dan terjadi sebelum usia 30 tahun), dan berhubungan dengan stres psikologis yang signifikan, hendaya dalam kehidupan sosial dan pekerjaan, serta perilaku mencari pertolongan medis yang berlebihan (Kaplan,dkk dalam Fausiah,widuri, 2007).Adapun menurut DSM IV gejala-gejala yang muncul harus meliputi (APA, 1994): Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda (misalnya kepala, pundak, lutut, kaki). Dua simtom gastrointestinal (misalnya diare, mual) Satu simtom seksual yang berbeda dan rasa sakit/ nyeri (misalnya ketidakmampuan ereksi) Satu simtom pseudoneurologis seperti pada gangguan konversi, Menurut (Davison & Neale 2001 dalam Fausiah,widuri, 2007) gangguan ini diduga terjadi karena pasien terlalu sensitif dengan sensasi fisik, terlalu berlebihan dalam memperhatikan sensasi tersebut, atau menginterpretasikannya secara berlebihan. Pandangan behavioral menganggap bahwa gangguan ini adalah manifestasi kecemasan yang tidak realistis pada sistem ketubuhan.2. HipokondriasisHipokondriasis merupakan kondisi kecemasan yang kronis dimana pendrita selalu merasa ketakutan yang patologik terhadap kesehatannya sendiri. Penderita merasa yakin sekali bahwa dirinya mengidap penyakit yang parah (serius). Hipokondriasis adalah hasil interpretasi pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau sensasi, sehingga mengarah pada preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan yang parah bahkan meskipun tidak ada penyebab medis yang diteniukan. Pasien yakin bahwa mereka mengalami penyakit yang serius dan belum dapat dideteksi, dan tidak dapat dibantah dengan menunjukkan kebalikannya (Kaplan,dkk,1994 dalam Fausiah,widuri, 2007).Penyebab hipokondriasis dapat bermacam-macam (Supraptiknya,1995), antara lain: Perhatian yang berlebihan pada fungsi-fungsi tubuh di masa kecil, entah karena meniru orang tua atau karena pernah sakit keras sehingga menjadikan yang bersangkutan pusat perhatian di keluarganya. Dengan kata lain, hipokondriasis merupakan gangguan khas orang-orang yang haus perhatian dari orang lain. Frustasi tertentu sebagai faktor pencetus. Misalnya, seorang gadis yang tiba-tiba mengeluh menderita macam-macam penyakit sesudah putus hubungan dengan tunangannya. Perkuatan yang diperoleh dari lingkungan sosial. Misalnya, karena mendapatkan pengalaman yang menyenangkan waktu menderita sakit, selanjutnya seorang anak mulai mengeluh menderita macam-macam penyakit setiap kali menghadapi tantangan hidup.3. Gangguan konversiMenurut DSM IV, gangguan konversi adalah gangguan dengan karakteristik munculnya satu atau beberapa simtom neurologis (misal: buta, lumpuh, dll) yang tidak dapat dijelaskan secara medis dan diduga faktor psikologis memiliki peranan penting dengan awal dan keparahan gangguan.Gangguan konversi (conversion disorders) dicirikan oleh suatu perubahan besar dalam fungsi fisik, meski tidak ada temuan medis yang dapat ditemukan sebagai simtom atau kemunduran fisik. Simtom-simtom ini tidaklah dibuat secara sengaja. Simtom fisik itu biasanya timbul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi lumpuh saat pertempuran yang hebat.Menurut DSM, simtom konversi menyerupai kondisi neurologis atau medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang volunteer atau fungsi sensoris. Babarapa pola simtom yang klasik melibatkan kelumpuhan, epilepsy, masalah dalam koordinasi, kebutaan tunnel vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat didepan mata), kehilangan indra paendengaran atau penciuman atau kehilangan rasa pada anggota badan (anestesi) (Nevid,dkk 2003). Anestesi yaitu kelumpuhan-sebagian atau seluruhnya-pada tangan atau kaki, gangguan koordinasi dan kejang, rasa kesemutan, seperti digelitik, atau seperti ada sesuatu yang merambat pada kulit, tidak sensitif terhadap rasa sakit (kebal), serta kehilangan atau gangguan sensasi (Davison, neale, dalam Fausiah,widuri, 2007).Davison & Neale (2001) dalam (Fusiah,widuri, 2007) mengemukakan beberapa pandangan mengenai etiologi gangguan konversi. Menurut pandangan psikoanalisa yang dikemukakan oieh Freud dan Breuler, gangguan konversi terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang besar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan, dan ingatan tentang peristiwa dihilangkan dan kesadaran. Pada tulisannya kem4djan, Freud mengemukakan hipotesis bahwa ganguan konversi terjadi pada awal kehidupan perempuan, yang berakar dan electra complex yang tidak terselesaikan.Ada tiga katagori simtom (Supratiknya, 2010), antara lain: Simtom sensorik, misalnya berupa hilangnya kepekaan terhadap berbagai rangsang yang berasal dari luar maupun dalam tubuh (anestesia); hilangnya kepekaan terhadap rasa sakit (analgesia); rabun ayam dan sebagainya. Simtom motorik, misalnya berupa paralisis atau kelumpuhan, biasanya hanya pada salah satu tangan atau kaki dan lumpuhnyapun bersifat selektif dalam arti lumpuh untuk melakukan kegiatan tertentu tetapi sehat untuk kegiatan lain (contohnya adalah gangguan pada tangan yang disebut writers cramp atau kejang sang penulis, yaitu tidak dapat menggunakan tangan untuk menulis tetapi dapat untuk bermain kartu). Simtom viskeral (rongga dada dan perut), misalnya berupa keluhan pusing, sesak napas, ujung tangan dan kaki dingin, dll.4. Gangguan dismorfikDefinisi gangguan ini adalah preokupasi dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata (misalnya hidung yang dirasakannya kurang mancung), atau keiuhan yang beriebihan tentang kekurangan tubuh yang minimal atau kecil. Penyebab gangguan hingga saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Namun diperkirakan mungkin terdapat hubungan antara gangguan dengan pengaruh budaya atau sosial, dengan adanya konsep stereotip tentang kecantikan. Sedangkan menurut model psikodinamik, gangguan mi merefleksikan pemindahan konflik seksual atau emosional pada bagian tubuh yang tidak berhubungan. Mekanisme defensif yang digunakan adalah represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi (Kaplan,dkk, 1994 dalam Fausiah,widuri, 2007).3. PandanganTeoritis SomatoformTeori yang membahas somatoform adalah teori psikodinamika, teori belajar dan teori kognitif.a) Teori PsikodinamikaMenurut teori psikodinamika simtom histerikal memiliki fungsi memberikan orang tersebut keuntungan primer dan keuntungan sekunder. Keuntungan primer yang didapat adalah memungkinkan individu untuk mempertahankan konflik internal direpresi. Orang tersebut sadarakan simtom fisik yang muncul namun bukan konflik yang diwakilinya. Dalam kasus-kasus seperti simtom merupakan symbol dari dan memberikan orang tersebut pemecahan sebagian untuk konflik yang mendasarinya. Misalnya, kelumpuhan histerikal dari sebuah lengan dapat menyimbolkan dan juga mencegah individu untuk mengekspresikan impuls seksual (contoh :masturbasi) atau agresif (membunuh) yang tidak dapat diterima dan telah direpresi Keuntungan sekunder dapat memungkinkan individu untuk menghindari tanggungjawab yang membebani dan untuk mendapatkan dukungan dan bukan celaan dari orang-orang disekitar mereka. Misalnya, tentara terkadang mengalami kelumpuhan yang tiba-tiba pada tangan mereka, yang mencegah mereka untuk menembakkan senapannya dalam pertempuran. Mereka kemudian dapat dikirimkan kerumah sakit dan bukan mengahadapi tembakan musuh.b) TeoriBelajarDalam pandangan teori belajar, simtom dari gangguan konversi dan gangguan somatoform lain juga membawa keuntungan atau hal-hal yang me-reinforcing, pada peran sakit. Orang dengan gangguan konversi dapat terbebaskan dari tugas atau tanggungjawab seperti pergi kerja atau melakukan tugas rumah tangga.Menjadi sakit juga biasanya menimbulkan simpati dukungan. Sejumlah teoritikus belajar menghubungkan hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh dengan gangguan obeik kompulsif. Pada hipokondriasis orang terganggu oleh pikiran-pikiran obesif menjadi sering berkonsultasi dari satu dokter ke dokter yang lain yang dapat menghilangkan kecemasan mereka secara temporer. Namun bila pikiran-pikiran yang mengganggu muncul kembali, mereka akan terdorong untuk melakukan konsultasi berulang lagi. Seperti itu juga orang-orang dengan gangguan dismorfik tubuh, berdan dan terus menerus untuk memperbaiki kekurangan fisik yang dapat memberikan kebebasan secara parsial dari kecemasan. Namun perbaikan yang dilakukannya tidak pernah cukup menghilangkan kekhawatiran yang mendasarinya sepenuhnyac) Teori KognitifTeori kognitif telah berspekulasi bahwa beberapa kasushipokondriasis dapat mewakili sebuah tipe dari strategi self-handicaping, suatucaramenyalahkankinerja yangrendahpadakesehatan yang bururk. Pada kasus-kasus lain, mengalihkan perhatian pada keluhan fisik dapat menjadi suatu cara untuk menghindari berfikir tentang masalah kehidupan yang lain. Penjelasan kognitif yang lain berfokus pada peran dari pikiran yang terdistori. Orang dengan hipokondriasis cenderung membesar-besarkan signifikansi dari keluhan fisik yang minor.Simtomringan yang muncul dinterpretasikan sebagai tanda dari sakit yang serius. Teori kognitif berspekulasi bahwa hipokondriasis dan gangguan panic mempunyai penyebab yang sama yaitu mengartikan perubahan kecil dalam sensasi tubuh sebagai tanda dari bencana yang terjadi. Perbedaan antara kedua gangguan itu terletak pada apakah interpretasi yang salah dari tanda-tanda tubuh membawa sebuah persepsi tentang ancaman yang akansegera terwujud dan lalu menyebabkan terjadinya kecemasan yang berputarcepat (gangguan panic) ataukah tentang ancaman dengan kisaran yang lebihpanjang dalam bentuk proses penyakit yang mendasarinya (hipokondriasis).4.Penanganan Gangguan SomatoformJika memang terindikasi bahwa kamu adalah penderita somatoform disorder disarankan segara mendatangi psikolog untuk diberikan penanganan terapi agar gangguan dapat berkurang. Pendekatan behavioral untuk menangani gangguan somatofom adalah menghilangkan sumber dari reinforcement sekunder yang dapat di hubungkan dalam keluhan-keluhan fisik. Terapis behavioral dapat bekerja secara lebih langsung dengan penderita gangguan somatofom membantu orang tersebut mengani stres dan kecemassan dengan cara yang lebih adaptif. Sedangkan terapi dalam teknik kognitif behavioral paling sering pemaparan terhadap pencegahan respon anretrukturisasi kognitif. Secara sengaja memunculkan kerusakan yang dipersepsikan didepan umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah dan pakaian. Namun untuk mereka yang masih dalam taraf normal berikut adalah tips agar mengurangi rasa cemas atau gugup pada saat menghadapi situasi-situasi yang kurang membuat kamu nyaman:1. Tunda KecemasanIni adalah teknik sederhana mengatasi kecemasan. Jika kamu sedang menghadapi situasi yang mengkhawatirkan, coba katakan pada diri sendiri nanti aja deh aku menghawatirkan ini, karna gak akan terjadi apa-apa hari ini. Setiap kali masalah muncul di pikiran kamu, pakailah cara ini karna fakta mengatakan bahwa kecemasan berlebihan sebagian besar tidak pernah terjadi. Menunda hanya cara untuk mengatasi pikiran negatif. Sifat alami dari pikiran manusia adalah menciptakan masalah dan mencemaskannya. Teknik ini adalah cara mengatasi kecemasan berlebihan yang paling mudah.2. Ambil TindakanRasa cemas membuat kita lumpuh oleh ketakutan. Daripada hanya mencemaskannya saja, pikirkan dengan hati-hati langkah yang bisa diambil untuk menghindari masalah tersebut. Misalnya, ketika kamu mencemaskan masalah keuangan, pikirkan cara untuk mengurangi pengeluaran, cara meningkatkan pendapatan dsb. Cara mengatasi kecemasan bukan dengan hanya merasakannya dan seolah tidak berdaya. Ambilah tindakan, Beberapa masalah tidak boleh diabaikan dan butuh tindakan, sebagian lagi tidak memerlukan tindakan apa-apa karena hanya merupakan imajinasi belaka.3. Hati-Hati Dengan Apa Yang DipikirkanKetika kita sering memikirkan sesuatu, kemungkinan besar hal tersbut akan terwujud. Jika kita khawatir akan membuat kesalahan, peluang kesalahan tersebut bisa terjadi semakin besar. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan apa yang kamu pikirkan. Ingat tentang kekuatan pikiran. Daripada memikirkan hal yang negatif, pikirkan cara mendapatkan jalan keluar dari masalah.4. Kendalikan PikiranCara menghilangkan kecemasan yang paling utama adalah dengan belajar mengendalikan pikiran. Kadang kita dikuasai oleh pikiran sendiri, seolah kita diperbudak oleh pikiran yang belum jelas. Identifikasi pikiran yang muncul terlebih dahulu, terima jika pikiran itu benar dan keluarkan bila pikiran itu hanya merusak diri. Milikilah kemampuan untuk mengendalikan pikiran kita sendiri.5. Jangan Bersikap AngkuhKita sering khawatir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. Kita khawatir tidak dapat memenuhi harapan orang lain. Pemikiran seperti ini yang membuat diri angkuh karena terus-menerus mencari penghargaan dan kekaguman dari orang lain. Diperlukan kepercayaan diri yang tinggi dan ketenangan batin untuk tidak khawatir terhadap penilaian orang lain.

C. GANGGUAN DISOSIATIF1. Pengertian Gangguan DiasosiatifDisosiasi psikologis adalah perubahan kesadaran mendadak yang mempengaruhi memori dan identitas. Para individu yang menderita gangguan disosiatif tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru. Gejala utama gangguan ini adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain: ingatan masa lalu kesadaran identitas dan penginderaan (awareness of identity and immediate sensations) kontrol terhadap gerakan tubuh. Gangguan Disosiatif (dissociative disorder) mencakup gangguan identitas disosiatif, amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan depersonalisasi. Dalam setiap kasus terdapat suatu gangguan atau disosiasi (perpecahan) pada fungsi-fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran yang dalam keadaan normal membuat diri kita menjadi satu kesatuan.2. Macam-Macam Gangguan Disosiatif Amnesia DisosiatifAmnesia disosiatif adalah hilangnya memori setelah kejadian yang penuh stres. Seseorang yang menderita gangguan ini tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting, biasanya setelah suatu episode yang penuh stres. Pada amnesia total, penderita tidak mengenali keluarga dan teman- temannya, tetapi tetap memiliki kemampuan bicara, membaca dan penalaran, juga tetap memiliki bakat dan pengetahuan tentang dunia yangtelah diperoleh sebelumnya. Fugue DisosiatifFugue disosiatif adalah hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru. Dalam fugue disosiatif, hilangnya memori lebih besar dibanding dalam amnesia disosiatif. Orang yang mengalami fugue disosiatif tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan beraktivitas dengan menggunakan identitas baru. Gangguan DepersonalisasiGangguan depersonalisasi adalah suatu kondisi dimana persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah. Dalam episode depersonalisasi, yang umumnya dipicu oleh stres, individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka. Para penderita gangguan ini mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa, misalnya ukuran tangan dan kaki mereka berubah secara drastis, atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Penderita juga merasa berada di luar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan, terkadang mereka merasa seperti robot, atau mereka seolah bergerak di dunia nyata. Gangguan Identitas DisosiatifGangguan identitas disosiatif suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu samalain bertindak bebas. Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubah-ubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda. Secara singkat kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan Identitas disosiatif ialah:a. Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitasb. Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulangc. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang

2. Penanganan Gangguan DisosiatifGangguan disosiatif menunjukkan, mungkin lebih baik dibanding semua gangguan lain, kemungkinan relevansi teori psikoanalisis. Dalam tiga gangguan disosiatif, amnesia, fugue dan GID, para penderita menunjukkan perilaku yang secara sangat meyakinkan menunjukkan bahwa mereka tidak dapat mengakses berbagai bagian kehidupan padamasa lalu yang terlupakan. Oleh sebab itu, terdapat hipotesis bahwa ada bagian besar dalam kehidupan mereka yang direpres.Terapi psikoanalisis lebih banyak dipilih untuk gangguan disosiatif dibanding masalah-masalah psikologis lain. Tujuan untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari, dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar. Terapi Hipnotis umum digunakan dalam penanganan GID. Secara umum, pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan dialami oleh pasien. Umumnya seseorang dihipnotis dan didorong agar mengembalikan pikiran mereka kembali ke peristiwa masa kecil. Harapannya adalah dengan mengakses kenangan traumatik tersebut akan memungkinkan orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahaya dari masa kecilnya saat ini sudah tidak ada dan bahwa kehidupannya yang sekarang tidak perlu dikendalikan oleh kejadian masa lalu tersebut. Terdapat beberapa prinsip yang disepakati secara luas dalam penganganan GID, terlepas dari orientasi klinis (Bower dkk, 1971; Cady, 1985; Kluft, 1985, 1999; Ross, 1989)Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian. Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa ia adalah bagian dari satu orang dan kepribadian- kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri. Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk kenyaman, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom. Seluruh kepribadian harus diperlakukan secara adil. Terapis harus mendorong empati dan kerjasama diantara berbagai kepribadian. Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.Tujuan setiap pendekatan terhadap GID haruslah untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak lagi diperlukan untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang memicu disosiasi awal, trauma di masa sekarang atau trauma di masa yang akan datang.

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi, namun seringkali menimbulkan kesalah pahaman dibidang medis. Macam-macam gangguan psikofiologis diantaranya Gangguan Kardiovaskular, dan Asma. Cara penanganannya dengan mengurangi kecemasan, depresi, atau kemarahan, analisis mimpi oleh terapis, dan latihan relaksasi.Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis. Macam-macam gangguan somatofon yakni Gangguan somatisasi, Hipokondriasis, gangguan konversi. Terapi yang dapat digunakan pada gangguan ini yaitu Gangguan Disosiatif (dissociative disorder) mencakup gangguan identitas disosiatif, amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan depersonalisasi. Macam-macam gangguan ini diantaranya amnesia disosiatif, Fugue Disosiatif, Gangguan Depersonalisasi, gangguan identitas disosiatif. Terapi yang dilakukan oleh ahli psikoanalisis untuk gangguan ini dengan cara Hipnotis.

Daftar Pustaka

Davidson, Neale, Kring. 2006. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Raja Grafindo Persada: JakartaNevid, S. J., Rathus, SS., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal/Edisi Kelima/Jilid I Alih Bahasa Abnormal Psychology In A Changing Whord/Fifth Edition. Erlangga: Jakarta.Supratiknya, Dr. A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Kasinus: YogyakartaDurandV. Mark & David H. BarlowI.2006.Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka pelajar: Yogyakarta

12