› xmlui › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Universitas...
Transcript of › xmlui › bitstream › handle › 123456789... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Universitas...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktiva Tetap
2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan salah satu alat yang penting dan pokok dalam suatu
perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatannya
melakukan proses produksi, karena pada perusahaan-perusahaan sejenis tersebut
aktiva tetap merupakan tulang punggung bagi aktivitas perusahaan sehari-hari.
Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunkan dalam kegiatan
operasional perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan.
Pengertian aktiva tetap dalam akuntansi meliputi semua aktiva tetap yang
digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan standar akuntansi keuangan PSAK
No.16 (2002;16.5), aktiva tetap dapat diartikan sebagai berikut :
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun.“
Menurut Kusnadi (2000:270) pengertian aktiva tetap yaitu :
“Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan yang
memiliki guna ekonomis serta mempunyai umur (masa manfaat) lebih
dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan diakui serta diukur
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.”
Menurut Zaki Baridwan (2000:271) mengemukakan definisi aktiva tetap sebagai berikut : “Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.”
15
16
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa aktiva tetap adalah harta yang
dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasional perusahaan. yang bersifat
tahan lama (lebih dari satu periode akuntansi) dan tidak untuk diperjualbelikan.
2.1.2 Kriteria dan Karakteristik Aktiva Tetap
Menurut Harnanto (2002;314) bahwa kriteria aktiva tetap yaitu :
“1. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan;
2. Mempunyai bentuk fisik;
3. Memberikan masa manfaat dimasa yang akan datang;
4. Dipakai atau digunakan secara aktif didalam kegiatan normal
perusahaan atau tidak dimilik sebagai suatu investasi atau untuk
dijual kembali;
5. Mempunyai masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode
akuntansi atau lebih dari satu tahun).”
Menurut Eldon S Hendriksen (2000:589) mengemukakan bahwa aktiva
tetap memiliki karakteristik Khusus, yaitu :
“1. The aaset represent Physical goods held to facilitate the production of
other goods or to provide service to thr firm or it’s costumer in the
normal course of operation.
2. They all have limited life, at the end of which they must be abandoned or
replace. This life maybe variable, depending on the amount of use and
the maintenance.
3. The value of assets seems from the ability of enforce the axclusion of
other in obtaining the legl property right to their use rather than from
the enforcement of contract.
4. They are all non monetary in nature ; the benefit are received from the
use or sale or service rather than from their conversion into known
quantities of money .
5. In general, the service are to received over a period longer than a year
on operating cycle of bussiness. However, there are same expectation for
17
example, a building or a piece of equipment is not classified as a
current when it has less than a year remaining life in a few cases such
as tools, some items ma have an original life than the operating cycle of
the business.”
Berdasarkan definisi diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Aktiva tetap ditujukan untuk memfasilitasi perusahaan dalam kegiatan
produksi baik berupa barang maupun jasa.
2. umumnya aktiva tetap mempunyai masa manfaat yang terbatas dan
akhirnya harus diganti.
3. Nilai aktiva tetap tercermin dalam kemampuam aktiva untuk memberikan
manfaat.
4. Biasanya aktiva tetap bersifat non moneter dan manfaatnya diterima dari
penggunaan atau penjualan jasanya.
5. secara umum jasa aktiva tetap diterima lebih dari satu periode operasi
bisnis perusahaan.
Menurut kieso dan weygant (2000:648) bahwa aktiva tetap memiliki
karakteristik sebagai berikut :
“1. They are required for use operation and not for sale,
2. They are long term in nature and usually subset to depreciation.
3. The process physical substance.”
2.1.3 Klasifikasi Aktiva Tetap
Menurut Megis, Wiliam Haka dan Better (2002:338) mengemukakan
bahwa aktiva tetap yang dipergunakan dalam operasi prusahaan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
“1. Tangible plan assets
The term “tangible” denote physical substants, as exemplified by land, a
building or machine. This category maybe subdividen into two distinct
classifications:
18
a. Plan property subjectto depreciation ; included are plant assets of
limited usefull life such as building and office equipments.
b. Land, the only plant assets not subject to depreciation is land, which
has an limited term of existence.
2. Intangible Assts.
The term “Intangible assets” it used in the operation of the business but
hav not physical substance and are non current. Example included
pateents, copyright, trademark, francise, and goodwill. Cureent assets
such as Account Receivable classification, even thought they are lacking
in the physical substance.
3. Naural Resource.
A site acquired for the purpose of extracting of removing some valuable
resource such as oil, mineral, or timber is classified as a natural
resource not as land. This type of plant assets is gradually converted into
inventory as the natural resources is extracted from the site.”
Penulis menyimpulkan bahwa aktiva tetap terdiri dari 3 kelompok besar,
yaitu :
1. Aktiva tetap berwujud terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Aktiva yang disusutkan, contoh ; gedung, mesin-mesin, dan peralatan
kantor.
b. Aktiva yang tidak dapat disusutkan, contoh ; tanah.
2. Aktiva tidak berwujud, contoh ; paten, hak cipta, merk dagang, goodwill
dan lain-lain.
3. Sumberdaya alam, yaitu aktiva tetap yang, contoh; tanah dan hasil
pertambangan.
Zaki Baridwan (2000:287) menjelaskan sebagai berikut ;
“Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat
mempunyai macam-macam bentuk, seperti ;
1. Tanah
19
2. Bangunan
3. Mesin-mesin dan alat-alat
4. Alat-alat kerja
5. Pattern dan dies/cetakan-cetakan.
6. Perabot (mebelair) dan alat-alat kantor
7. Kendaraan
8. Tempat barang yang dapat dikembalikan “(returnable container)”.
Menurut Softyan Safri Harahap (20002:23) menyatakan bahwa pada
dasarnya aktiva tetap terdiri dari ;
“1. Tanah atau lahan.
Yaitu bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat
bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada
lahan atau tanah yang didirikan bangunan diatasnya harus
dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khususnya
bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau
yang dapat meningkatkan nilai guna seperti roil, jalan dan lain-lain.
Maka dapat digabungkan dalam nilai tanah.
2. Bangunan Gedung
Gedung merupakan bangunan yang berdiri diatas bumi ini baik
diatas lahan atau air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang
menjadi lokasi gedung ini.
3. Mesin
Termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari perusahaan
yang bersangkutan.
4. Kendaraan
Semua jenis kendaraan seperti :alat pengankutan, truck, tractor,
forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.
5. Perabot
Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium,
perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.
6. Investaris atau peralatan
20
Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang
dipergunakan dalam perusahaan seperti investaris kantor, inventaris
pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gedung dan lain-lain.
7. prasarana
Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan
membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, pagar,
dan lain-lain.”
2.1.4. Pengelompokkan Aktiva Tetap
Metode penyusutan menurut perpajakan menggunakan Modified
Accelerated Cost Recovery Sistem (MACRS) yang artinya Modifikasi Sistem
Pengembalian Biaya Dipercepat. Dalam perpajakan, metode penyusutan yang
dibolehkan berdasarkan ketentuan perpajakan adalah :
a) Dalam bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi
harta tersebut (metode garis lurus/straight line) atau
b) Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun/declining
balance).
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.138/KMK.03/2002 tanggal 8
April 2002 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam
kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, adalah
sebagai berikut (sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor
520/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000).
Tabel 2.1
Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok I
Nomor
Urut
Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha a. mebel dan peralatan dari kayu atau
rotan termasuk meja, bangku, kursi,
almari dan sejenisnya yang bukan
bagian dari bangunan
21
b. mesin kantor seperti mesin tik, mesin
hitung,duplikator, mesin fotokopi,
mesinakunting/pembukuan,
komputer, printer, scanner dan
sejenisnya
c. sepeda motor, sepeda dan becak
d. alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan
e. alat dapur untuk memasak, makanan
dan minuman
f. dies, jigs, dan mould
2 Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan
Alat yang digerakan bukan dengan
mesin
3 Industri makanan dan
minuman
Mesin ringan yang dapat dipindah-
pindahkan seperti huller, pemecah kulit,
penyosoh, pengering, pallet dan
sejenisnya.
4 Perhubungan, pergudangan,
dan komunikasi
Mobil taksi, bus dan truk yang
digunakan sebagai angkutan umum
5 Industri semi kondukter Falsh memory tester, writer machine,
biporar test system, eliminator (PE8-1),
pose checker
Tabel 2.2
Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok II
Nomor
Urut
Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua jenis usaha a. mebel dan peralatan dari logam
termasuk meja, bangku, almari dan
sejenisnya yang bukan merupakan
22
bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, Kipas angin dan
sejenisnya
b. mobil, bus, truk, speed boad, dan
sejensnya
c. container dan sejenisnya
2 Pertanian,perkebunan,
kehutanan, perikanan
a. mesin pertanian /perkebunan seperti
traktor dan mesin bajak, penggaruk,
penanaman, penebar benih dan
sejenisnya
b. mesin yang mengolah atau
mengahasilkan atau memproduksi bahan
atau barang pertanian, kehutanan,
perkebunan dan perikanan
3 Industri makanan dan
minuman
a. mesin yang mengolah asal binatang,
unggas dan perikanan, misalnya pabrik
susu, pengalengan ikan
b. mesin yang mengolah produk nabati,
misalnya mesin minyak kelapa,
margarine, penggilingan kopi, kembang
gula, mesin pengolah biji-bijian seperti
pengilingan beras, gandum, tapioca
c. mesin yang menghasilkan/memproduksi
minuman dan bahan-bahan minuman
segala jenis
d. mesin yang menghasilkan/memproduksi
makanan dan bahan-bahan makanan
segala jenis
4 Industri mesin Mesin yang mengahasilkan/produksi mesin
ringan (misalnya mesin jahit, pompa air)
23
5 Perkayuan Mesin dan peralatan penebangan kayu
6 Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk
berat,dump truck, crane bulldozer dan
sejenisnya
7 Perhubungan,
pergudangan dan
komunikassi
a. truck kerja untuk pengangkutan dan
bongkar muat, truck peron, truck
pengangkat, dan sejenisnya
b. kapal penumpang, kapal barang, kapal
khusus dibuat untuk pengangkutan
barang tertentu (misalnya gandum, batu-
batuan, biji tambang dan sebagainya)
ternasuk kapal pendingin, kapal tangki,
kapal penangkap ikan dan sejenisnya,
yang mempunyai berat sampai dengan
100 DWT;
c. kapal yang dibuat khusus untuk
menghela atau mendorong kapal-kapal
suar, kapal pemadam kebakaran, kapal
keruk, keran terapung dan sejenisnya,
yang mempunyai berat sampai dengan
100 DWT;
d. perahu layar pakai atau tanpa motor
yang mempunyai berat sampai dengan
250 DWT;
e. kapal balon
8 Telekomunikasi a. perangkat pesawat telepon
b. pesawat telegraf termasuk pesawat
pengiriman dan penerimaan radio
telegraf dan radio telepon
9 Industri semi kondukter Auto frame loader, automatic logic
24
handler, baking oven, ball shear tester,
bipolar test handler (automatic), cleaning
machine, coating machine, curing oven,
cutting press, dambar cut machine, dicer,
die onder, die shear test, dynamic burn-in
(PGE-01), full otomatic handler, full
otomatic mark, hand maker, individual
mark, inserter remover machine, laser
maker (FUM A-01), logc test sytem,
molding, mounter, MPS automatic, MPS
manual, O/S tester manual, pass oven, pose
checker, re-form machine, SMD stocker,
taping machine, wire bonder, wire pull
tester
Tabel 2.3
Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok III
Nomor
urut
Jenis Usaha Jenis Harta
1 Pertambangan selain
minyak dan gas
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
pertambangan, termasuk mesin-mesin yang
mengelolah produk pelican
2 Pemintalan, pertenunan
dan pencelupan
a. mesin yang mengolah/menghasilkan
produk-produk tekstil (misalnya kain
katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan
bulu hewan lainnya, lenarami, permadani,
kain-kain bulu, tule)
b. mesin untuk yang preparation, bleaching,
dyeing, printing, finishing, texturing,
packaging dan sejenisnya
25
3 Perkayuan a. mesin yang mengolah/menghasilkan
produk-produk kayu, barng-barang dari
jerami, rumput dan bahan anyaman
lainnya
b. mesin dan peralatan penggergaji kayu
4 Indrusti kimia a. mesin peralatan yang
mengolah/menghasilkan produk industri
kimia dan industri yang ada hubungannya
dengan industri kimia (misalnya bahan
kimia anorganis, persenyawaan organis
dan anorganis dan logam kimia, elemen
radio aktif, isotop, bahan kimia organis,
produk farmasi, pupuk, obat celup, obat
pewarna ,cat, pernis, minyak eteris dan
resinoida-resinoida wangi-wangian, obat
kecantikan dan obat rias, sabun, detergent
dan bahan organis pembersih lainnya, zat
albumina, perekat, bahan peledak, produk
pirotehnik, korek api, alloy piroforis,
barang fotografi dan sinematografi
b. mesin yang mengolah/mengahasilkan
produk industri lainnya (misalnya dammar
tiruan, bahan plastic, ester dan eter dari
selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit
samak, jangat dan kulit mentah)
5 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi
mesin menengah dan berat (misalnya mesin
mobil, mesin kapal)
6 Perhubungan dan
komunikasi
a. kapal penumpang, kapal barang, kapal
khusus dibuat untuk pengangkutan barang-
26
barang tertentu (misalnya gandum,batu-
batuan, biji tambang dan sejanisnya)
termasuk kapal pendingin dan kapal
tangki, kapal penangkap kan dan
sejanisnya, yang mempunyai berat diatas
100 DWT sampai dengan 1000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal, kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran
terapung, dan sejanisnya, yang mempunyai
berat di atas 100 DWT sampai dengan
1000 DWT
c. Dok terapung
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang
mempunyai berat diatas 250 DWT
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter
segala jenis
7 Telekomunkasi Perangkat
Tabel 2.4
Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok IV
Nomor
Urut
Jenis Usaha Jenis Harta
1 Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi
2 Perhubungan dan komunikasi a. Lokomotif uap dan tender atas rel
b. Lokomotif atas rel, dijalankan
dengan batere atau dengan tenaga
listrik dari sumber luar
c. Lokomotif atas rel lainnya
d. Kereta, gerbong penumpang dan
27
barang, termasuk container khusus
dibuat dan diperlengkapi untuk
ditarik dengan satu alat atau
beberapa alat pengangkutan
e. kapal penumpang, kapal barang,
kapal khusus dibuat untuk
pengangkutan barang tertentu
(misalnya gandum, batu-batuan, biji
tambang dan sejenisnya) termasuk
kapal pendingin, kapal tangki, kapal
penangkap ikan dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 1000 DWT;
f. kapal yang dibuat khusus untuk
menghela atau mendorong kapal,
kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk, keran-keran
terapung dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 1000 DWT.
g. Dok-dok terapung
Sumber : Keputusan Menteri Keuangan
2.1.5. Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Harnanto (20002:323) untuk memperoleh suatu aktiva tetap
dapat menempuh beberapa cara, yaitu ;
2.1.5.1 Perolehan dengan Pembelian Tunai (Acquisition by purchases for
cash).
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebesar uang
yang dikeluarkan. Jumlah uang yang ddikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap
termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan
pembelian atau persiapan penggunaannya.
28
Apabila beberapa aktiva dibeli secara bersamaan dengan suatu jumlah total
pembayaran, tanpa dibuat perincian harga masing-masing, maka perlu ditentukan
besar nilai masing-masing aktiva yang didasarkan pada harga pasar.
2.1.5.2 Perolehan dengan Pembelian Angsuran (Acquisition by purchase on
long term contract)
Apabila aktiva yang diperoleh dengan pembelian secara angsuran, maka
nilai aktiva dicatat sebesar harga pembeliannya tidak termasuk unsur bunga yang
dicatat sebagai beban bunga selama masa angsuran.
2.1.5.3 Perolehan dengan Pertukaran (Acquisition by exchange)
Untuk aktiva yang diperoleh melalui pertukaran menurut Standar
Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan IAI (2002:16.20) adalah : “Suatu aktiva
tetap dapat diperoleh dalam perturan sebagian untuk suatu aktiva tetap
tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam itu diukur pada nilai
wajar aktiva yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih handal,
equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan
dengan sejumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.”
Perolehan aktiva tetap melalui pertukaran dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu :
a. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis (similar assets special case)
Yaitu perturan aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti
pertukaran mesin lama dengan mesin baru. Dalam hubungannya dengan
aktiva yang sejenis, laba yang timbul ditangguhkan ( mengurangi harga
perolehan aktiva baru). Namun dalam hal pertukaran mengalami kerugian
maka dibebankan dalam periode terjadinya pertukaran.
b. Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis (dissimilar assets general case)
Yaitu pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti
pertukaran mesin dengan gedung.
29
2.1.5.4 Perolehan dengan Surat Berharga (Acquition by issued for securities)
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan surat berharga
misalnya saham atau obligasi dan digunakan sebagai pertukaran. Apabila harga
saham atau obligasi tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan
sebesar harga aktiva tersebut. Namun kadang-kadang aktiva tetap tersebut tidak
diketahui harga pasarnya, maka pencatatan aktiva tersebut didasarkan atas harga
taksiran yang ditentukan oleh manajemen perusahaan atau oleh pihak penilai.
Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi akan dicatat dalam rekening
saham atau obligasi sebesar harga nominalnya. Selisih perukaran dengan nilai
nominal akan dicatat sebagai agio/disagio.
2.1.5.5 Perolehan dengan Membangun Sendiri (Acquisition by self
construction)
Perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap dengan cara membangun
sendiri, mempunyai beberapa alas an yaitu untuk mendapat kualitas dan atau
konstruksi yang lebih baik, untuk memanfaatkan fasilitas yang menganggur dan
menghemat biaya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI
(2002:16.17) menyatakan bahwa :
“Jika suatu perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijual dalam keadaan
usaha normal, biaya perolehan aktiva tetap biasanya sama dengan biaya
memproduksi aktiva tetap untuk dijual. karenanya, setiap laba intern
dieliminasi dalam menetapkan biaya tersebut. Demikian pula biaya dari
jumlah abnormal dari bahan baku yang tidak terpakai, tenaga kerja atau
sumbangan lain yang terjadi dalam memproduksi suatu aktiva tetap yang
dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan aktiva.”
2.1.5.6 Perolehan dari Hadiah/Donasi/Sumbangan (Acquisition by donation)
Jika suatu aktiva tetap diperoleh dari sumbangan, maka tidak ada
pengeluaran yang dilakukan perusahaan. Kalaupun ada biasanya jumlahnya relatif
sangat kecil dibandingkan dengan nilai aktiva yang diperoleh. Meskipun tidak ada
30
pengeluaran yang dilakukan, perusahaan tetap harus mencatat aktiva tersebut
berdasarkan harga pasarnya/jika tidak ada, maka berdasarkan harga taksiran.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan IAI (2002;16.22)
adalah :
“Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga
taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akan modal
donasi.”
2.1.5.7 Perolehan Aktiva dengan Cara Sewa Guna (leasing)
Pengertian sewa guna leasing menurut surat keputusan Menteri Keuangan,
perdagangan dan menteri perindustrian No.31 M/SK/2/1974 yang dikemukakan
oleh Standar Keuangan Akuntansi (2002;30) adalah sebagai berikut :
“Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan untuk suatu perusahaan
untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih (Optie) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan untuk
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah
disepakati bersama.”
Pencatatan cara perolehan ini tergantung dari jenis leasing yang diambil
oleh perusahaan, diantaranya ada 2 cara, yaitu:
a.Capital Lease
Aktiva yang diperoleh dengan cara ini dicatat sebagai aktiva tetap dalam
kelompok sendiri yang harus diamortisasikan, kewajiban sewa guna
usahanya pun disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. Biasanya cara ini
diambil bila aktiva disewa lebih dari 2 tahun dan pada akhirnya akan
dibeli.
b.Operating Lease
Apabila perusahaan memilih cara ini, maka pencatatan angsuran tiap bulan
tidak dianggap sebagai aktiva tetap, tetapi langsung merupakan biaya sewa
aktiva yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa
31
guna usaha, meskipun pembayarannya dilakukan dalam jumlah yang tidak
sama.
2.1.6 Pengeluaran-pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap
Pengeluaran-pengeluaran selama masa ekonomis suatu asset-asset
biasanya dilakukan juga, meskipun telah diperoleh dan dioperasikan dalam proses
produksi. Pengeluaran-pengeluaran tersebut menurut Standar Akuntansi
Keuangan dalam PSAK No.16 (2002:16.23) adalah sebagai berikut :
“1. Mempertahankan kesinambungan kerja
2. Mengubah masa manfaat (umur ekonomis )
3. Meningkatkan kapasitas atau efisiensi”.
Pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap menurut Kusnadi
(2000:275) antara lain :
“1. Pemeliharaan (maintenance)
Yaitu pengeluaran yang ditujukan agar aktiva tetap yang
bersangkutan dalam keadan baik, tidak cepat rusak dari waktu ke
waktu. Pada umumnya pemeliharaan ini bersifat biasa (Ordinary) dan
berulang (Recurring). Pemeliharaan ini tidak secara langsung
menaikkan nilai aktiva itu sendiri dan tidak menambah umur
ekonomis aktiva, maka pengeluaran ini dibukukan sebagai suatu
biaya, sehingga dicatat sebagai maintenance expense.
2. Reparasi (Repair)
Yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk mengendalikan dan
memperbaiki keadaan assets menjadi baik setelah mengalami
kerusakan sebgian atau seluruhnya, Agar dapat dipergunakan untuk
dapat menjalankan fungsinya kembali.
Apabila sifat reparasi ini hanya mengembalikan sifat aktiva yang
rusak menjadi seperti keadaan semula tanpa mengadakan
penggantian terhadap bagian-bagian tertentu dari aktiva yang
nilainya cukup besar, maka pengeluaran ini dibukukan sebagai biaya
untuk dicatat sebagai repair expense.
32
3. Perancangan kembali (Rearrangement)
Yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan
atau jasa meliputi penyusunan kembali aktiva atau perubahan rute
produksi atau mengurangi biaya produksi. Jika jumlah biaya yang
dikeluarkan jumlahnya cukup beasr dan manfaatnya lebih dari satu
periode akuntansi maka harus dikapitalisasi sedangkan jika
manfaatnya dirasakan kurang dari satu peiode akuntansi maka
dibebankan sebagai biaya dalam tahun berjalan.
4. Penggantian (Replacement)
Yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk mengganti sebagian dari
suatu aktiva yang biasanya disebabkan karena komponen yang
diganti tersebut sudah dalam keadaan rusak berat. Pengeluaran
semacamini tidak dibukukan sebagai tambahan nilai aktiva yang
bersangkutan.
5. Penambahan dan perbaikan (Addition and betterment)
Penambahan merupakan pengeluaran untuk menambah aktiva yang
lama dengan bagian bagian baru dan sifatnya menambah nilai aktiva.
Sedangkan perbaikan merupakan pengeluaran untk perbaikan suatu
aktiva (yang mungkin tidak mengalami kerusakkan) dengan maksud
tidak hanya sekedar aktiva tesebut dapat menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya, melinkan juga untuk menambah nilai atau
memperpanjang umur ekonomis penggunaan aktiva tersebut.
Pengeluaran semacam ini tidak dicatat sebagai biaya, akan tetapi
dibukukan sebagai tambahan nilai aktiva yang bersangkutan atau
dibukukan sebagai pengurang jumlah cadangan penghapusan ke
dalam perkiraan allowance for depreciation dari aktiva yang
bersangkutan (Jika memperpanjang umur penggunaan). ”
2.1.7 Penghentian Aktiva Tetap
Aktiva tetap dihentikan penggunaanya dengan cara dijual, ditukar atau
dibuang. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian, maka semua
33
rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila aktiva
tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan nilai buku dicatat sebagai
keuntungan atau kerugian hal ini sesuai dengan PSAK No.16(2002;16.45) yaitu :
“keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian /pelepasan suatu
aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba
rugi.”
Proses penghentian aktiva tetap menurut Smith and Skousen (1992:515)
dapat terjadi dalam beberapa kondisi sebagai berikut :
1. Assets retirement by sale
Hasil penjualan aktiva tetap dapat diterima dalam bentuk kas piutang. Bila
harga jual lebih tinggi dibandingkan nilai buku aktiva yang bersangkutan
berarti ada keuntungan, dan sebaliknya.
2. Assets retirement by exchange for other non monetary assets
Seringkali perusahaan melakukan penghentian aktiva tetap melalui
pertukaran dengan aktiva non moneter lainnya, maka aktiva tersebut
dicatat sebesar nilai wajarnya atau nilai pasar aktiva yang diterima. Jika
harga pasar aktiva baru lebih tinggi dari nilai buku aktiva lama maka
terdapat keuntungan, dan sebaliknya.
3. Retirement by involuntary conversion
Penghentian penggunaan aktiva tetap karena konversi terpaksa dapt terjadi
kerusakan berat akibat terjadi peristiwa-peristiwa seperti kebakaran, banjir,
gempa bumi, dan sebagainya.
2.2 Penyusutan Aktiva tetap 2.2.1 Pengertian Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi merupakan suatu system akuntansi yang
bertujuan untuk mengalokasikan cost atau nilai lain suatu aktiva, selama masa
ekonominya dengan cara sistematis dan rasional.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam PSAK NO.16(2002;16.5) adalah :
“Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat”
34
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dalam PSAK No.17(2002;17.2) adalah :
“Penyusutan adalah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi.Aktiva yang diusutkan adalah aktiva yang :
A. Diharapkan untuk digunakan lebih dari satu tahun periode
akuntansi.
B. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
C. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakandan tujuan administrasi.
Masa Manfaat adalah :
a. Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh
perusahaan, atau
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari
aktiva oleh perusahaan.”
Menurut Zaki Baridwan (2000:307) mengemukakan bahwa :
“Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang
secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode
akuntansi.”
Pembebanan penyusutan merupakan suatu pengukuran terhadap
penurunan nilai ekonomis suatu aktiva tetap. Perbedaan pengukuran penyusutan
aktiva tetap sebagai beban (expense) pada umumnya bahwa penyusutan
merupakan beban yang tidak melibatkan pengeluaran kas (non cash expense).
Pengorbanan sumber ekonomis atau kas terjadi pada waktu perolehan aktiva dan
jumlah inilah yang merupakan nilai yang dialokasikan sebagai beban penyusutan
selama umur ekonomis aktiva yang bersangkutan.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penyusutan
Menurut Eldon S. Hendriksen yang dialihbahasakan oleh Marianus
Sinaga (2000;98) adalah sebagai berikut :
35
“1. Hubungan antara nilai penurunan nilai aktiva dengan penggunaan
dan waktu.
a. Nilai waktu menurun karena fungsi penggunaan dan bukan
sebagai fungsi terlewatnya waktu, gunakan metode beban
variabel.
b. Manfaat mendatang akan menurun sebagai suatu fungsi waktu
ketimbang sebagai fungsi penggunaan, gunakan metode garis
lurus.
2. Pengaruh keusangan
Keusangan bukan merupakan faktor yang penting dalam
menetapkan usia waktu, gunakan metode beban variabelnya.
3. Pola biaya reparasi dan pemeliharaan.
a. Biaya reparasi dan pemeliharaan relatif proposional terhadap
penggunaan, gunakan metode beban variabel.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan relatif bersifat konstan
sepanjang masa aktiva, gunakan metode garis lurus.
c. Biaya reparasi dan pemeliharaan yang bersifat konstan atau
menurun sepanjang usia aktiva, gunakan metode garis lurus.
d. Biaya reparasi dan pemeliharaan meningkat, gunakan metode
beban menurun.
4. Kemungkinan perubahan dalam pendapatan perusahaan terhadap
penggunaan aktiva.
a. Pendapatan bersifat proporsitional terhadap penggunaan,
gunakan metode beban variable.
b. Pendapatan relatif konstan sepanjang usia aktiva, gunakan
metode garis lurus
c. Pendapatan bersifat konstan atau meningkat sepanjang usia
aktiva, gunakan metode beban meningkat.
d. Pendapatan menurun atau ketidakpastian mengenai pendapatan
tahun-tahun belakang, gunakan metode beban menurun.
36
5. Tingkat efisiensi aktiva yang bersangkutan.
a. Efisiensi operasi relative konstan sepanjang usia aktiva, gunakan
metode garis lurus.
b. Efisiensi operasi bersifat konstan atau meningkat sepanjang usia
aktiva, gunakan metode beban meningkat.
c. Efisiensi operasi menurun sepanjang usia aktiva, gunakan metode
beban menurun.”
2.2.3 Metode Pencatatan Biaya Penyusutan.
Setelah menentukan besarnya biaya penyusutan atas suatu aktiva dengan
metode yang telah ditentukan manajemen perusahaan, maka selanjutnya adalah
mencatat biaya penyusutan tersebut. Pencatatan biaya penyusutan ini biasanya
dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :
a. Metode langsung
Dengan metode langsung biaya penyusutan akan dicatat langsung
keperkiraan aktiva tetap yang bersangkutan, misalnya gedung, maka jurnalnya
adalah :
(Dr) Biaya penyusutan Gedung xxx
(Cr) Gedung xxx
Apabila perusahaan menggunakan metode ini, maka pada akhir tahun gedung
akan dikredit sejumlah biaya penyusutan sehingga nilai gedung yang
dicantumkan di neraca adalah sebesar nilai buku gedung yang semakin lama
akan semakin mengecil dan setelah sampai pada akhir tahun penggunaannya,
maka perkiraan gedung dineraca akan menyajikan jumlah nilai residu.
b. Metode tidak langsung
Dengan metode ini pencatatan biaya penyusutan pada akhir tahun tidak
mengkredit perkiraan aktiva, tetapi dibentuk suatu perkiraan akumulasi
penyusutan aktiva yang sifat perkiraannya mengurangi nilai perolehan dari
aktiva yang bersangkutan, misalnya gedung maka jurnal penyesuaian yang
dibuat pada akhir tahun adalah :
(Dr) Biaya penyusutan gedung xxx
37
(Cr) Akumulasi penyusutan gedung xxx
Perkiraan biaya penyusutan akan ditutup keperkiraan laba-rugi, sedangkan
perkiraan akumulasi penyusutan akan disajikan di neraca setelah debit sebagai
pengurang dari aktiva yang disusutkan. Dibandingkan dengan metode
langsung, metode ini merupakan metode pencatatan yang lebih baik karena
biaya penyusutan akan terkumpul pada perkiraan biaya penyusutan, sedangkan
perkiraan aktivanya tidak berubah dan tetap akan menunjukkan nilai
perolehannya.
2.2.4 Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca
Neraca merupakan bagian dari susunan laporan keuangan, dalam bagian
ini akan diuraikan tentang neraca juga penyajian pos-pos yang ada pada neraca
terutama posisi piutang, adapun neraca menurut Baridwan (1992:18), yaitu:
“Neraca adalah laporan yang menunjukkan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan disebut pasiva atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.” Untuk tujuan pelaporan, Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu
harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat
ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva
tersebut harus dinyatakan sebasar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat
ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai
kerugian.
Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti
misalnya tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lain-lain.
Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurang terhadap aktiva tetap, baik
secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan. Apabila di neraca
akumulasi nilai penyusutan dikurangkan secara keseluruhan, maka dalam catatan
atas laporan keuangan perlu dibuatkan rincian harga perolehan masing-masing
jenis aktiva serta taksiran masa manfaat, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan.
38
Menurut Soemarso S.R. (2005:31), penyajian kelompok aktiva tetap dalam
neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan tampak
seperti di bawah ini:
Aktiva tetap :
Peralatan kantor Rp xx
Peralatan toko Rp xx
Kendaraan Rp xx
Gedung Rp xx
Tanah Rp xx xx
Dikurangi:
Akumulasi penyusutan Rp xx xxxxxrrrrrrrr
Total penusutan neto Rp xx x
Alternatif lainya, yaitu :
Aktiva tetap :
Peralatan kantor Rp xx
Akumulasi penyusutan peralatan kantor Rp xx Rp xx
Peralatan toko Rp xx
Akumulasi penyusutan peralatan toko Rp xx Rp xx
Peralatan kendaraan Rp xx
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp xx Rp xx
Gedung Rp xx
Akumulasi penyusutan gedung Rp xx Rp xx
Tanah Rp xx
Total aktiva tetap Rp xx
Penambahan dalam biaya perolehan pada umumnya berasal daari
pembelian/perolehan aktiva tetap yang baru. Penambahan dalam akumulasi
penyusutan pada umumnya berasal dari pembebanan penyusutan dalam tahun
berjalan. Pengurang dalam akumulasi peunyusutan berkaitan dengan pegurangan
dari biaya perolehan, yaitu berasal dari penjualan atau penarikan aktiva tetap.
39
2.2.5 Pengendalian Internal Atas Aktiva tetap
Akun Aktiva tetap di buku besar perlu dibuatkan rinciannya dalam buku
aktiva tetap (fixed asset subsidiary ledger). Buku tambahan ini merinci aktiva
tetap di buku besar menurut jenisnya.
Untuk setiap jenis aktiva tetap baru baik penambahan maupun
penghentiannya dibuatkan kartu tersendiri. Dari kartu-kartu aktiva tetap, pada
saat tertentu dapat dibuatkan daftar rincian aktiva tetap seperti halnya daftar
piutang dan daftar piutang.
2.2.6 Metode Penyusutan Aktiva Tetap
2.2.6.1 Penyusutan Menurut Akuntansi
Adapun beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan
biaya aktiva tetap ke periode-periode untuk memperoleh manfaat dengan tetap
mempertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut,
metode yang paling baik bagi perusahaan adalah yang paling sesuai dengan
operasi bisnis perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (2000:310) mengemukakan beberapa metode penyusutan diantaranya :
A. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) B. Metode Jam Jasa (Service Hour Method) C. Metode Hasil Produksi (Reducing – Charge Method)
• Jumlah Angka Tahun (Sum Of theYear) • Saldo Menurun (Declining Balance Method) • Double Decling Balanced Method • Tarif Menurun (Declining Rate On Cost Method)
Penyusutan menurut SAK yang dikeluarkan oleh IAI (2002:16.30) adalah
sebagai berikut : ” Jumlah dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap
harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya.”.
Dalam akuntansi, metode penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai
metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:
1. Berdasarkan waktu :
a. metode garis lurus (straight-line method)
40
b. metode pembebanan yang menurun:
• metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the years-digit method)
• metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda (declining/double-declining balance method)
2. Berdasarkan penggunaan :
a. metode jam-jasa (service-hours method)
b. metode jumlah unit produksi (productive-output method)
3. Berdasarkan kriteria lainnya:
a. metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite
method)
b. metode anuitas (annuity method)
c. sistem persediaan (inventory systems)
1. Metode Penyusutan Berdasarkan Waktu.
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method )
Dengan metode ini biaya penyusutan aktiva tetap dialokasikan pada setiap
tahunnya dengan jumlah yang sama selama umur pemakaian aktiva tetap. Biaya
penyusutan ini menggunakan asumsi bahwa manfaat ekonomis yang diberikan
aktiva itu sama besar setiap periode. Dalam menentukan biaya penyusutan
periodik, taksiran umur pemakaian dinyatakan dalam bulan atau tahun. Besarnya
biaya penyusutan periodik dapat dihitung dengan cara mengurangi harga
perolehan dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan nilai taksiran umur
pemakaian.
Depreciation = Cost – Salvage value Economical life
b. Metode Pembebanan Yang Menurun :
• Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit)
Metode ini memiliki angka yang berurutan untuk setiap tahun dari umur
aktiva dijumlahkan dan digunakan sebagai dominator dari sebuah pecahan
41
numeratornya adalah jumlah tahun dari umur aktiva yang masih tersisa pada awal
periode akuntansi. Pecahan ini kemudian dikalikan dengan biaya perolehan yang
telah dikurangi nilai sisa untuk menghitung biaya penyusutan setiap periode.
Depreciation = n-(p-1) x (cost- salvage value) n+1 xn
2
• Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance
Method)
Dalam metode ini, biaya penyusutan dihitung dengan mengandalkan
presentase penyusutan garis lurus dan mengalikan hasil nilai buku awal tahun.
Depreciation = 2 x 1 x book value Economical life
2. Metode Penyusutan Berdasarkan Penggunaan
a. Metode Jam Jasa (Service Hour Method)
Perhitungan penyusutan dilakukan dengan membagi nilai perolehan
dikurangi nilai residu (jika ada) dengan taksiran total jam kerja aktiva untuk
periode tersebut.
Depreciation per unit = cost - colvage value Estimation total of service
b. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output Method)
Metode ini menghasilkan biaya penyusutan yang berbeda-beda menurut
jumlah penggunaan atau produktivitas aktiva. Dalam penerapan metode ini umur
aktiva dinyatakan dalam kapasitas produksi (unit yang diproduksi). Perhitungan
penyusutan dapat dilakukan dengan membagi nilai perolehan dikurangi nilai
residu (jika ada) dengan taksiran total unit yang diproduksi untuk periode tersebut.
42
Depreciation = (Cost – salvage value) x Volume production Capacity total
3. Metode Penyusutan Berdasarkan Kriteria lainnya
a. Metode Berdasarkan Jenis dan Kelompok (Group and Composite
Method)
Dalam Group depreciation maka alokasi biaya penyusutan dibebankan
pada tarif penyusutan yang sama untuk sekelompok aktiva yang bersifat sama,
homogen dan umur manfaat yang sama. Sedangkan dengan metode composite
depreciation maka alokasi biaya penyusutan dibebankan pada tarif penyusutan
yang sama untuk sekelompok aktiva yang bersifat berbeda, heterogen dan umur
manfaat yang berbeda.
b. Metode Anuitas (Anuity Method)
Metode ini menggunakan table bunga-berbunga daftar anuitas sebagai alat
Bantu perhitungan biaya penyusutan. Metode ini digunakan dalam analisa
investasi atau proyek untuk kepentingan manajemen perusahaan.
c. Metode Persediaan (Inventory Method)
Metode ini digunakan untuk menilai aktiva berwujud kecil seperti
perkakas, persediaan perkakas misalnya dapat diperoleh pada awal dan akhir
tahun. Kemudian penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan nilai dari
persediaan awal ditambah biaya persediaan yang diperoleh sepanjang tahun,
dikurangi nilai persediaan akhir. Metode ini tidak lazim digunakan karena tidak
sistematis.
2.2.6.2 Penyusutan Menurut Perpajakan
Metode penyusutan menurut perpajakan menggunakan Modified
Accelerated Cost Recovery Sistem (MACRS) yang artinya Modifikasi Sistem
Pengembalian Biaya Dipercepat. Dalam perpajakan, metode penyusutan yang
dibolehkan berdasarkan ketentuan perpajakan adalah :
43
a) Dalam bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi
harta tersebut (metode garis lurus/straight line) atau
b) Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun/declining
balance).
Untuk harta berwujud hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus
garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode
garis lurus atau metode saldo menurun. Selain dari pada itu ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan tidak mengenal “deplesi”, melainkan untuk hal-
hal yang hampir sama dengan deplesi dilakukan dengan amortisasi dengan metode
satuan produksi. Juga peraturan perundang-undangan perpajakan sejak tahun 2001
mengenal penyusutan parsial. Sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 Undang-
undang No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No.17 tahun 2000 yang secara lengkap pasal tersebut
berbunyi sebagai berikut:
1. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan
perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak
milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai, yang dimiliki
dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam
bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi harta tersebut.
2. Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) selain bangunan dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang
menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa
buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.
3. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk
harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada
bulan selesainya pekerjaan harta tersebut.
44
4. Dengan persetujuan Direktorat Jendral Pajak, Wajib Pajak diperkenankan
melakukan penyusutan mulai pada tahun harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan.
5. Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, maka dasar penyusutan
atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
6. Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta
berwujud ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2.5
Masa mafaat dan tariff penyusutan
Tarif penyusutan
sebagaimana dimaksud
pada
Kelompok Harta
Berwujud
Masa Manfaat
Ayat (1) Ayat (2)
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12.5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak permanent 10 tahun 10%
7. Menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ketentuan
tentang penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan
dalam usaha tertentu, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
8. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya,
maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian
dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau
45
diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan
harta tersebut.
9. Ababila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru
dapat diketahui dengan pasti dimasa kemudian, maka dengan persetujuan
Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.
10. Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, yang berupa harta
berwujud , maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
11. Kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Menurut Kieso dan Weygant yang dialihbahasakan oleh oleh herman
Wibowo (1995;21), yaitu :
“Perhitungan menurut Modified Accelerated Cost Recovery Sistem (MACRS)
berbeda dengan perhitungan menurut General Accepted Acounting Public
(GAAP) dalam hal 3 hal:
1. Umur pajak yang diwajibkan pada umumnya lebih pendek daripada
umur ekonomisnya.
2. Pemulihan biaya atas dasar biaya dipercepat.
3. Penetapan nilai sisa sebesar nol”
2.2.6.3 Pengaruh Metode Penyusutan Terhadap Laba
Nilai penyusutan aktiva tetap akan tergantung pada metode yang
digunakan, nilai penyusutan aktiva tetap tersebut dialokasikan sebagai biaya adm
maupun biaya penjualan, sehingga besarnya penyusutan akan mempengaruhi
besarnya beban usaha yang secara tidak langsung mempengaruhi besarnya laba
laba usaha perusahaan.
Besarnya penyusutan juga ditentukan oleh penggunaan metode penyusutan
yang digunakan oleh perusahaan, dimana penentuan metode yang
46
dipertimbangkan diantaranya berdasarkan jenis aktiva dan jenis perusahaannya
adalah sepenuhnya merupakan kebijakan perusahaan. Total penyusutan
merupakan saldo kredit yang disebut “akumulasi penyusutan” yang menunjukkan
bahwa penyusutan bukan merupakan suatu proses pencadangan melainkan proses
pengalokasiaan biaya tetap.
Untuk aktiva yang digunakan dalam proses produksi, nilai penyusutan
akan mempengaruhi perhitungan harga produksi dan penyusutan secara tidak
langsung mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh.
Menurut Marianus Sinaga (2000;124), penerapan metode penyusutan
yang berbeda akan mempengaruhi laba sebagai berikut :
“1. Metode garis lurus, akan menyebabkan pembebanan biaya penjualan
yang tetap jumlahnya tiap periode sehingga metode ini laba tiap perode
tetap.
2. Metode pembebanan menurun menyebabkan pembebanan biaya
penjualan pada awal periode lebih besar dan semakin menurun
jumlahnya pada akhir periode, sehingga menyebabkan laba yang
semakin meningkat diakhir periode.
3. Metode pembebanan meningkat menyebabkan biaya penjualan semakin
besar pada akhir periode, sehingga menyebabkan laba yang semakin
menurun pada akhir periode.
4. Metode pembebanan variabel (berdasarkan penggunaan) menyebabkan
biaya penyusutan tiap periode jumlahnya berubah-ubah sehingga laba
yang dihasilkan pada tiap- periode berubah-ubah.”
Penggunaan metode yang berbeda ini karena adanya kepentingan yang
berbeda antara perusahaan dengan perpajakan. Perusahaan akan memilih metode
yang sesuai dengan kondisi dan keinginan perusahaan dilain pihak perpajakan
ingin setiap metode yang berbeda ini akan berdampak terhadap perubahan laba
yang diperoleh perusahaan.
47
2.2.6.4 Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Laba Fiskal dengan Komersial
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan laba sebelum pajak menurut
akuntansi dengan laba kena pajak menurut perpajakan secara lebih rinci
dikategorikan dalam:
1. Perbedaan Waktu (Timing/Temporary differences)
Perbedaan waktu terjadi karena adanya ketidaksamaan saat pengakuan
penghasilan dan beban oleh administrasi pajak dan masyarakat profesi akuntan
(Gunadi, 2003:202). Perbedaan waktu ini hanya menyebabkan perbedaan laba
sebelum pajak dengan laba kena pajak antar periode saja sedangkan secara
akumulasi (totalnya) tidak menyebabkan adanya perbedaan. Atau perbedaan di
satu atau beberapa periode akan tertutup oleh periode yang lainnya. Perbedaan ini
akan terkoreksi secara otomatis di kemudian hari.
Empat tipe transaksi yang akan menimbulkan timing differences diuraikan
sebagai berikut:
a) Pendapatan atau keuntungan dimasukkan ke dalam laba kena pajak pada
periode sesudah pos-pos tersebut dimasukkan dalam laba akuntansi sebelum
pajak
b) Beban/biaya atau kerugian dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak pada
periode sesudah pos-pos tersebut dikurangkan dalam penentuan laba akuntansi
sebelum pajak
c) Pendapatan atau keuntungan dimasukkan ke dalam laba kena pajak pada
periode sebelum pos-pos tersebut dimasukkan ke dalam laba akuntansi
sebelum pajak
d) Beban/biaya atau kerugian dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak pada
periode sebelum pos-pos tersebut dikurangkan dalam penentuan laba
akuntansi sebelum pajak.
Perbedaan tersebut umumnya merupakan perbedaan antara metode
penyusutan dan amortisasi komersial dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dan metode penilaian persediaan komersial dan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, penghapusan piutang tidak tertagih
48
yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan bukan taksiran piutang tidak tertagih
berdasarkan persentase tertentu atau cara-cara lain.
2. Perbedaan Permanen (Permanent differences)
Perbedaan permanen (Permanent differences) terjadi karena administrasi pajak
menghitung laba fiskal berbeda dengan laba pembukuan (menurut standar
akuntansi) tanpa koreksi di kemudian hari (Gunadi, 2003:202). Hal ini
menyebabkan adanya perbedaan laba total selama masa eksistensi perusahaan
yang dihitung menurut ketentuan perpajakan dan prinsip akuntansi. Perbedaan
permanen tidak memungkinkan adanya restorasi hubungan kausal antara laba
fiskal dan laba pembukuan karena selama keberadaan perusahaan kedua laba itu
tidak akan terjadi kesamaan jumlah laba.
3. Perbedaan Lain-lain (Other differences)
Perbedaan lain-lain merupakan perbedaan yang bisa bersifat sementara
ataupun tetap tetapi masih bersifat kondisional, yang tidak tergolong dalam dua
perbedaan sebelumnya.
2.3 Pajak
Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus
menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan
tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa/negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam
negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama.
Sekedar untuk perbandingan, berikut ini disajikan beberapa definisi pajak
yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Prof. Dr. P.J.A Adriani yang
mewakili Eropa, Prof. Dr. H Rochmat Soemitro,S.H yang mewakili Indonesia
dan Sommerfeld dkk yang mewakili Amerika Serikat.
Moch. Zain (2003:10-11)
49
Definisi Pajak menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani berbunyi :
”Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H mengatakan :
”Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Definisi ini kemudian dikoreksi sendiri oleh beliau sehingga berbunyi :
”Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai ”public Investment”
Ray M.Sommerfeld, dkk menyebutkan pengertian pajak adalah (1994 :
4):
“Pajak adalah peralihan sumber daya, yang wajib dilaksanakan dan bukan akibat pelanggaran hukum, dari sektor swasta ke sektor pemerintah, dipungut berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu, tanpa adanya imbalan secara langsung yang proporsional, dan digunakan untuk mencapai beberapa tujuan ekonomi dan sosial.”
Dari berbagai definisi tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang terdapat pada pengertian pajak antara
lain sebagai berikut :
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanannya
yang sifatnya dapat dipaksakan
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah
50
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public Investment
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.4 Laba
Tujuan dari perusahaan, apapun jenis perusahaan tersebut, pada umumnya
adalah untuk mendapatkan laba yang semaksimal mungkin atas investasi yang
telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk usaha dalam mendapatkan
laba itu yaitu dengan melakukan penjualan produk berupa barang atau jasa dengan
sebanyak-banyaknya. Penjualan barang atau jasa itu dapat dilakukan secara tunai
ataupun kredit.
2.4.1 Pengertian Laba
Pengertian laba Menurut Soemarso S.R. (2005:230) menyatakan bahwa :
“Laba adalah selisih pendapatan atas beban sehubungan dengan
kegiatan usaha.”
Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba
atau rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala).
Pengertian laba Menurut IAI dalam SAK (2002:46.7) menyatakan bahwa :
“Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode
sebelum dikurangi beban pajak.”
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Laba timbul dari selisih antara pendapatan dan beban dari kegiatan operasi
normal perusahaan.
2. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, maka selisihnya disebut rugi.
2.4.2 Pengertian Laba Kena Pajak
Pengertian laba kena pajak Menurut IAI dalam SAK (2002:46.7)
menyatakan bahwa :
51
“Penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi
pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar
perhitungan pajak penghasilan.”