Web viewKebijakan seperti apakah yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan...
Transcript of Web viewKebijakan seperti apakah yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan...
Analisis Fiscal Policy, Taxation, and Government Debt dan Pengaruhnya
Terhadap Laju Pertumbuhan Perekonomian di Indonesia1
Oleh : Sumiyem.201207300512
Abstrak
Paper ini merupakan sebuah analisis mengenai Fiscal Policy, Taxation, dan
Government Debt terhadap perekonomian Indonesia. Analisis mengenai Fiscal Policy
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan pengaturan anggaran dan
pandapatan negara Indonesia. Analisis taxation membahas tentang sistem perpajakan,
sumber pajak dan alokasi dana perpajakan di Indonesia serta pengaruhnya terhadap
pendapatan pemerintah dan ekonomi. Analisis government debt mengkaji ulang mengenai
utang pemerintah, pertumbuhan utang yang dimiliki Indonesia, ketergantungan Indonesia
terhadap utang luar negeri, beban utang yang harus ditanggung negara, masalah yang
timbul karena utang, serta solusi yang akan dilakukan untuk memperbaiki tatanan ekonomi di
Indonesia. Selama ini pemerintah lebih berperan terhadap maju atau tidaknya perekonomian
Indonesia, berbagai kebijakan ekonomi merupakan wewenang pemerintah. Namun kadang
kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan harapan rakyat atau bahkan memperburuk
situasi ekonomi. Pendapatan terbesar negara berasal dari pajak, namun yang terjadi adalah
banyak warga yang tidak taat pajak dan tingginya angka korupsi. Utang Indonesia
merupakan warisan yang semakin berkembang biak, sehingga menyisakan masalah yang
berkepanjangan. Paper ini merupakan analisis sederhana berdasarkan pemikiran, teori dan
data yang diperoleh dari beberapa literatur buku, jurnal, dan website.
Kata kunci : Fiscal policy, Taxation, Government Debt
Pendahuluan1 Paper ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Perekonomian Indonesia, Dosen Pengampu : Bapak Sobar, SEI., MSI.2 Mahasiswa Ekonomi Perbankan Islam, Fakultas Agama Islam, UMY.
1
Ekonomi merupakan sebuah ilmu dan kajian yang senantiasa berkembang. Melihat
perkembangan perekonomian Indonesia saat ini, dapat dikatakan semakin maju atau dapat
pula dikatakan semakin menyengsarakan. Tergantung siapa yang mengatakan dan dilihat dari
sudut pandang apa. Indonesia merupakan negara besar dengan sumber daya manusia dan alam
yang sangat melimpah, namun masih banyak masyarakat yang tidak sejahtera. Kebijakan
pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi tidak selalu mengutamakan kepentingan
rakyat. Banyaknya kebocoran anggaran, kurang cermatnya pemanfaatan sumber daya, serta
kurang meratanya perhatian pemerintah menyebabkan perkembangan perekonomian
Indonesia masih terbelakang.
Berdasarkan perkembangan terkini dari perekonomian global, domestik, dan berbagai
kebijakan yang telah diambil Pemerintah, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap
beberapa asumsi dasar ekonomi makro dari APBN tahun 2015. Sehubungan dengan hal
tersebut, Pemerintah mengusulkan perubahan atas asumsi dasar ekonomi makro tahun 2015,
sebagai berikut:
1) Inflasi diperkirakan mencapai 5,0 persen atau lebih tinggi dari asumsi dalam APBN tahun
2015 sebesar 4,4 persen. Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia melalui sinergi
kebijakan serta koordinasi pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah senantiasa
berupaya mengendalikan laju inflasi pada tahun 2015 agar tetap pada rentang sasaran
inflasi tahun 2015 sebesar 4,0 ± 1,0 persen.
2) Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan berada pada kisaran
Rp12.200 per USD yang semula asumsinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp11.900
per USD. Sementara itu, relatif ketatnya likuiditas global sebagai dampak peningkatan
suku bunga acuan oleh the Fed diperkirakan berpotensi memberikan tekanan terhadap
perkembangan nilai tukar rupiah ke depan.
3) Suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan akan turut mengalami tekanan dan sedikit lebih
tinggi di atas asumsi APBN tahun 2015 yaitu dari 6,0 persen menjadi 6,2 persen.
4) Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata
USD70 per barel atau lebih rendah dari asumsi ICP dalam APBN tahun 2015 sebesar
USD105 per barel. Rendahnya harga minyak dunia diperkirakan masih akan berlanjut
pada tahun 2015 mengingat pasokan minyak yang masih berlebih, terutama dengan
adanya potensi pemanfaatan shale oil dan gas.3
3 Nota Keuangan dan RAPBNP 2015, kementrian keuangan
2
Isu tentang pemerintahan yang bersih (clean goverment) sepertinya hanya stagnan
sebagai wacana, hingga saat ini kasus-kasus korupsi semakin merajalela mulai dari tingkat
rendah hingga puncak. Pola birokrasi yang kurang transparan dan kurang amanah di Indonesia
menyebabkan terpangkasnya dana APBN sehingga kinerja keuangan negara menjadi semakin
terpuruk.
Selain itu utang pemerintah semakin hari terasa semakin menggunung, negara telah
terjerat dalam utang luar negeri. Indonesia perlu usaha keras untuk dapat lepas dari debt trap
ini. Indonesia tidak bisa jika hanya mengandalkan negara donor atau lembaga internasional
yang ada. Di tengah krisis ekonomi dan tidak stabilnya nilai tukar rupiah saat ini maka cukup
sulit bagi Indonesia untuk bisa melunasi utangnya dalam jangka pendek. Indonesia harus
memiliki strategi yang tepat agar tidak selalu menggantungkan diri pada utang, karena
semakin tinggi utang dan semakin lama jangka peminjaman maka semakin tinggi pula pokok
pinjaman dan beban bunga yang harus dibayar.
Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan
negara yang lazim dilakukan oleh suatu negara: Utang merupakan instrumen utama
pembiayaan APBN untuk menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali utang yang
jatuh tempo (debt refinancing); Refinancing dilakukan dengan terms & conditions (biaya dan
risiko) utang baru yang lebih baik.
Kenaikan jumlah nominal utang Pemerintah berasal dari: Akumulasi utang di masa
lalu (legacy debts) yang memerlukan refinancing yang cukup besar; Dampak krisis ekonomi
tahun 1997/1998: Depresiasi Rupiah terhadap mata uang asing; BLBI dan Rekapitalisasi
Perbankan; Sebagian setoran BPPN dari asset-recovery digunakan untuk APBN selain untuk
melunasi utang/obligasi rekap.
Pembiayaan defisit APBN merupakan keputusan politik antara Pemerintah dan DPR-
RI antara lain untuk: Menjaga stimulus fiskal melalui misalnya pembangunan infrastruktur,
pertanian dan energi,dan proyek padat karya; Pengembangan peningkatan kesejahteraan
masyarakat misalnya PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, Subsidi; Mendukung
pemulihan dunia usaha termasuk misalnya insentif pajak; Mempertahankan anggaran
pendidikan 20%; Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista);
Melanjutkan reformasi birokrasi. Akses terhadap pinjaman luar negeri dengan persyaratan
sangat lunak dari lembaga keuangan multilateral bagi Indonesia dibatasi oleh: Status
3
Indonesia yang tidak lagi tergolong sebagai low income country; Batas maksimum pinjaman
yang dapat disalurkan ke suatu negara (country limit).4
Tabel 1.1 Posisi Utang Pemerintah
Dari data tersebut terlihat bahwa nilai utang dari tahun ke tahun justru semakin tinggi.
Dari nilai utang yang tinggi perlu diketahui pengaruhnya terhadap perekonomian. Dengan
utang tinggi apakah semakin meningkatan APBN untuk pembangunan atau hanya untuk
menutupi utang tahun-tahun sebelumnya? Apakah dengan utang yang tinggi maka
pemerintah dapat menaikkan pendapatannya melalui pajak? Kebijakan seperti apakah yang
sebaiknya dilakukan untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan moral bangsa Indonesia?
Bagaimanakah keterkaitan antara fiscal policy, taxation and goverment debt?
Kajian Teori
Fiscal policy
4 Govt Debt Profile kementrian keuangan Republik Indonesia edisi Februari 2015.
4
Negara dapat diibaratkan sebagai suatu rumah tangga besar, dimana terdapat
pendapatan dan pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Agar dapat
menjalankan kegiatan operasional dengan baik, maka suatu negara harus mampu mengatur
pemasukan dan pengeluarannya dengan cermat agar tidak terjadi defisit yang berkepanjangan.
Ekonomi neoklasik mempercayai bahwa kebijakan publik biasanya didasarkan pada
kemampuan pemerintah dalam menarik pajak dan memacu tarif pada subsidi asing. Dalam
bahasa ekonomi yang termasuk sebagai kebijakan publik salah satunya berupa kebijakan
fiscal. Sehingga kebijakan fiskal dalam bahasa ekonomi konvensional dipandang sebagai
instrumen manajemen pemerintah yang berusaha memengaruhi tingkat aktivitas ekonomi
melalui pengendalian pajak dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal juga akan
memengaruhi permintaan dan penawaran agregat dimana akan memengaruhi aktivitas
ekonomi secara umum.
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dibuat oleh negara untuk mengendalikan
keseimbangan perekonomian makro melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.
Kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi 4 macam : pembiayaan fungsional
(functional finance), pengelolaan anggaran (the managed budget approach), stabilisasi
anggaran otomatis (the stabilizing budget), anggaran belanja seimbang (balanced budget
approach).5
Tujuan kebijakan fiskal adalah tercapainya kestabilan ekonomi yang lebih mantap,
artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya
pengangguran yang berarti di satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum di
lain pihak. Atau dapat dipahami bahwa tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan riil terus
meningkat dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Kestabilan ekonomi tidak sama
dengan kestabilan harga, karena perubahan harga relatif sangat diperlukan bagi penyesuaian
perubahan teknologi, preferensi konsumen dan tersedianya faktor industri agar semua sumber
daya dapat digunakan dengan maksimal.6
Secara umum kebijakan fiskal memiliki 3 fungsi, yaitu : fungsi alokasi, fungsi
distribusi, dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi merupakan fungsi pemerintah yang
mengadakan alokasi terhadap sumber-sumber dana untuk mengadakan barang-barang
5 Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, hlm.258.6 Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, hlm.259.
5
kebutuhan perorangan dan sarana umum. Fungsi distribusi bertujuan untuk
menyeimbangkan , menyesuaikan pembagian pendapatan dan menyejahterakan masyarakat.
Di Indonesia, kebijaksanaan pembangunan ditentukan dalam GBHN yang berlandaskan pada
Trilogi Pembangunan : pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Fungsi
stabilitasi yaitu fungsi pemerintah untuk meningkatkan kerja serta stabilitas harga barang-
barang kebutuhan masyarakat dan menjamin peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Taxation
Dalam kebijakan fiskal, pajak merupakan hal yang paling penting karena pajak
merupakan salah satu pemasukan negara yang terbesar. Pajak ialah pembayaran iuran oleh
rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang langsung
dapat ditunjuk. Misalnya pajak kendaraan bermotor, pajak penjualan, dsb.7
Dalam sistem perpajakan terdapat obyek pajak (tax base) dan tariff pajak (tax rate).
Obyek pajak adalah segala sesuatu yang dapat dikenai pajak, seperti pendapatan, barang-
barang, dan kekayaan perpindahan hak milik atas barang. Jumlah penerimaan pajak adalah
obyek pajak dikalikan tarif pajak atau T = B x R, T adalah jumlah penerimaan pajak, B adalah
obyek pajak, dan R adalah tarif pajak.8
Pajak dibedakan menjadi 2 yaitu : pajak progresif dan pajak proporsional. Pajak
progresif adalah pajak yang dikenakan dengan prosentase yang semakin tinggi dengan
semakin tingginya kemampuan membayar pajak (taxable capacity). Semakin tinggi obyek
pajak maka tarifnya akan semakin tinggi. Sedangkan pajak proporsional, yaitu pajak
dikenakan sebanding/ tetap tidak berubah walaupun terjadi peningkatan nilai obyek pajak. 9
Pajak dibagi menjadi 2 yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung. Pajak langsung
adalah pajak yang dikenakan berdasarkan surat ketetapan pajak dan pengenaannya dilakukan
secara berkala. Pajak langsung adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Contohnya adalah pajak penghasilan, kekayaan, verponding, deviden
MPO, dll. Sedangkan pajak tak langsung adalah pajak yang dikenakan tidak berdasarkan surat
ketetapan pajak dan pengenaannya tidak dilakukan secara berkala. Pajak ini tidak dapat
7 Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, hlm.94.8 Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, hlm.112.9 Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, hlm.112-113.
6
dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya yaitu : pajak penjualan, bea balik nama kendaraan
bermotor, PPN, dll.10
Govermennt Debt
Berdasarkan UU No.1 Tahun 2004, utang merupakan jumlah uang yang wajib dibayar
pemerintah pusat dan atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian atau berdasarkan sebab
lain yang sah.
Di Indonesia saat ini, utang merupakan salah satu alat yang sering digunakan untuk
menutupi defisit APBN. Hal ini karena utang memiliki tingkat risiko yang dapat dikendalikan,
tingkat fleksibilitas tinggi (dari segi waktu, jenis dan sumbernya), dan kapasitas yang sangat
besar.
Utang negara berfungsi untuk : menutupi defisit anggaran; menutupi kekurangan kas
atas kebutuhan kas jangka pendek dalam pelaksanaan belanja yang tidak dapat ditunda; solusi
dalam penataan portofolio utang pemerintaah untuk mengurangi beban belanja dan
membiayai utang dalam APBN pada tahun berikutnya.
Utang memiliki tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjangnya
adalah : mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal
pada tingkat risiko terkendali, sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; mendukung
upaya untuk menciptakan pasar surat berharga negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid.
Sedangkan tujuan jangka pendeknya : memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit
dan pembayaran kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien.11
Jenis-jenis utang antara lain :
Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri :
1. Pinjaman Luar Negeri
World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank dan kreditor
bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta Kredit Ekspor.
2. Pinjaman Program : Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan
pemenuhan Policy Matrix di bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan
kemiskinan, pendidikan, pemberantasan korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy
terkait dengan climate change dan infrastruktur. 10 Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta, hlm.14411 Govt Debt Profile kementrian keuangan Republik Indonesia edisi Februari 2015.
7
3. Pinjaman proyek : Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor
(perhubungan, energi, dll); proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan
(PNPM). Pinjaman Dalam Negeri ;Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008
Tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh
Pemerintah ; Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah
Daerah,dan Perusahaan Daerah; Untuk membiayai kegiatan dalam rangka
pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan
umum; kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan.
Analisis Masalah Fiscal Policy, Taxation, and Government Debt dan Pengaruhnya
Terhadap Laju Pertumbuhan Perekonomian di Indonesia
Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas, yaitu untuk mengatasi APBN,
dan masalah stabilitas ekonomi makro, terkait dengan antara lain laju pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, jumlah pengangguran dan saldo neraca pembayaran.
Tabel 1.2 memperlihatkan APBN 2010-2015, dalam perjalanannya sering kali
realisasinya lebih rendah daripada rancangan atau target karena berbagai alasan, misalnya
banyak orang atau perusahaan wajib pajak tidak membayar pajak, adanya korupsi,
peningkatan jumlah wajib pajak tidak tercapai, adanya pengeluaran pemerintah tak terduga
yang lebih besar dari anggaran, misalnya bencana alam, dll. Terlihat bahwa pengeluaran
pemerintah pusat lebih tinggi daripada pendapatannya. Biasanya kebijakan fiskal ekspansif
dilakukan pada saat ekonomi domestik sedang lesu ditunjukkan dengan menurunnya laju
pertumbuhan ekonomi atau bahkan mengalami pertumbuhan yang negatif/ krisis.
Tabel 1.2 APBN 2010-2015
8
Salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana peran pemerintah melalui kebijakan
fiskalnya dalam perekonomian Indonesia adalah tren perkembangann defisit APBN. Dasar
pemikirannya adalah semakin besar defisit APBN atau semakin besar selisih antara
pengeluaran dan penerimaan, semakin besar dampak positifnya terhadap ekonomi, ceteris
paribus.meningkatnya defisit APBN bisa diartikan sebagai penambahan G yang melebihi
penambahan T atau untuk jumlah G yang sama, pengurangan T, besaran G neto atau defisit
G-T mencerminkan kebijakan fiskal ekspansif. Sebaliknya kebijakan fiskal kontraktif apabila
G<T, atau G < T .
Tabel 1.3 menunjukkan data perkembangan defisit APBN. Tabel ini juga
menunjukkan bahwa tingkat defisit anggaran terhadap PDB dari tahun 2010-2015 mengalami
perubahan yang berbeda, kadang naik kadang turun, hal ini menunjukkan perekonomian
Indonesia yang kurang stabil.
Tabel 1.3 Perkembangan Defisit dan Pembiayaan Anggaran 2010-2015
9
Tabel 1.4 menunjukkan penerimaan pajak, realisasi dan rancangan penerimaan pajak
tahun 2014. Dari data tersebut terlihat bahwa penerimaan pajak tahun 2014 lebih tinggi
daripada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tingkat penerimaan pajak juga semakin meningkat.
Untuk mencapai penerimaan pajak yang optimal, pemerintah biasanya melakukan :
penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
(WP), eksistensi WP orang berpendapatan tinggi dan menengah, perluasan basis pajak,
termasuk pada sektor UKM, penegasan tindakan hukum bagi pelanggar pajak. Pemerintah
juga dapat melakukan peningkatan kepabeanan dan cukai, serta optimalisasi penerimaan
bukan pajak seperti pengoptimalan lifting minyak, dan pemanfaatan SDA secara seimbang.
Tabel 1.4 Evaluasi Penerimaan Pajak Periode 1 Januari- 31 Januari 2014
10
Permasalahan utang merupakan masalah yang masih menemukan jalan buntu. Bangsa
Indonesia selalu mencoba untuk melunasi utang-utangnya namun sampai tahun 2015 ini pun
nilai utang Indonesia masih sangat besar dan tidak dapat dilunasi dalam jangka pendek. Tabel
1.5 dan 1.6 menunjukkan data utang Indonesia. Dari tabel 1.5 terlihat bahwa utang luar negeri
Indonesia lebih dominan yaitu 99.5 % sedangkan utang dalam negeri hanya 0.5 %.
Ketergantungan utang luar negeri (ULN) Indonesia untuk membiayai defisit APBN
sebenarnya sangat membahayakan, karena Indonesia akan semakin terbebani dengan utang
pokok dan bunga, selain itu para kreditur juga akan ikut campur terhadap kebijakan ekonomi
Indonesia yang bisa saja sebenarnya merugikan bangsa ini dan memberikan keuntungan bagi
kreditur bangsa lain.
Tabel 1.5 Posisi Pinjaman Berdasarkan Kreditur
11
Tabel 1.6 Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB
Keterkaitan antara Defisit APBN dan ULN
12
Ketergantungan pemerintah terhadap ULN akan memperbesar defisit APBN, dengan
asumsi faktor-faktor lain tetap tidak berubah, karena pengeluaran untuk pembayaran pokok
dan bunga pinjaman, yang selanjutnya menambah ketergantungan pada ULN. Untuk
mengatasi masalah ini maka Indonesia memiliki beberapa langkah yang ditempuh yaitu :
mengurangi pembiayaan pembangunan dengan dana ULN, membenahi mekanisme dan
prosedur pinjaman luar negeri, memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai prioritas
pembangunan, mengkaji kemampuan seluruh proyek dan pengawasan sistemik,
meningkatkan kemampuan diplomasi pinjaman luar negeri, melakukan restrukturisasi ULN.12
Untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan upaya sbb.:
Perbaikan administrasi pendapatan pajak antara lain melalui penerapan e-Tax Invoice
dan pengawasan penerbitan faktur pajak fiktif, Perbaikan regulasi yang terkait dengan
penerimaan pajak, khususnya PPh, PPNdan PPnBM, Peningkatan penegakan hukum yang
dilakukan melalui intensifikasi danperbaikan pemeriksaan atas WP dan sektor usaha tertentu
antara lain: (a) pemeriksaan rutin dan khusus; (b) audit WP group; (c) audit atas transfer
pricing ; (d) penagihan; (e) penyidikan (non faktur pajak fiktif), Ekstensifikasi tambahan WP
baru dan PPN Kegiatan Membangun Sendiri (KMS), Optimasi pelaksanaan kebijakan
kepabeanan dan cukai sebagaimana yang telah disampaikan dalam APBN 2015, Melakukan
pembatalan PMK Nomor 69/PMK.04/2009 mengenai fasilitas penundaan pembayaran cukai
untuk pengusaha pabrik atau importir barang kena cukai yang melaksanakan pelunasan
dengan cara pelekatan pita cukai. 13
Rekomendasi
12 Tambunan, Tulus, 2015, Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi, Bogor : Ghalia Indonesia, hlm. 183-184.13 Sumber: Kementerian Keuangan
13
Defisit APBN
G ULN
Biaya ULN
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa APBN Indonesia tiap tahunnya masih
selalu defisit, karena penerimaan masih lebih kecil daripada pengeluaran, pendapatan dari
pajak maupun non pajak perlu ditingkatkan, utang pemerintah masih tinggi terutama utang
luar negeri. Melihat kenyataan ini Indonesia perlu melakukan evaluasi dan melakukan
kebijakan yang efektif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
Pertama pentingnya kebijakan makroekonomi, baik fiskal maupun moneter, yang
disiplin dalam menjaga stabilitas dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Kedua, respons
kebijakan tidak hanya dapat dengan menggunakan satu jenis kebijakan, tapi perlu dengan
satu bauran kebijakan. Ketiga, respon kebijakan yang kuat (bold) mensyaratkan pentingnya
dukungan sistem keuangan dan neraca korporasi yang sehat. Keempat, komunikasi yang
intensif sangat penting untuk menjangkar persepsi pasar. Kelima, pentingnya koordinasi yang
erat di antara berbagai pemangku kebijakan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan.
Keenam, penguatan kebijakan struktural sangat dibutuhkan untuk menopang keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi, termasuk kebijakan pengelolaan subsidi BBM, kebijakan di sektor
keuangan, terutama terkait pendalaman pasar keuangan, dan kebijakan di sektor riil.
Dalam mencari pinjaman luar negeri hendaknya bersikap selektif, yaitu mencari
pinjaman dengan syarat-syarat yang termurah secara relatif dalam perbandingannya dengan
hasil produsi yang dapat diciptakan dari pinjaman tersebut. Pinjaman yang diterima
hendaknya digunakan secara efektif dan efisien, meningkatkan ekspor dan mengurangi
impor.
Penduduk dan pemerintah hendaknya saling bekerjasama dalam membangun
perekonomian. Penduduk hendaknya menjadi masyarakat yang produktif, mampu
menciptakan peluang kerja dan produk yang berkualitas, meningkatkan rasa cinta tanah air,
sehingga produk dalam negeri mampu bersaing dan mampu mencukupi kebutuhan.
Meningkatkan produktivitas dari segala sektor, pertanian, perikanan, industri, pertambangan,
dll.Pemerintah harusnya tegas dan amanah dalam melaksanakan tugasnya. Ketegasan sanksi
terhadap para pelanggar aturan hukum, koruptor, pelaku tidak taat pajak, perlu ditingkatkan.
Sehingga diharapkan negara mampu memenuhi APBN dengan optimal dan mampu
menyelesaikan utang-utangnya.
Daftar Pustaka
14
Hamid, Edi Sunandi, 2004, Sistem Ekonomi Utang Luar Negeri dan Isu-Isu Ekonomi Politik
Indonesia, Yogyakarta : UII Press Yogyakarta.
Suparmoko,2000,Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta.
Suparmoko,1999,Pengantar Ekonomika Makro,Yogyakarta:BPFE Yogyakarta.
Tambunan, Tulus, 2015, Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi, Bogor :
Ghalia Indonesia.
Statistik Utang Luar Negeri Indonesia Vol. IV Maret 2013.
Laporan Direktorat Jenderal Pajak.
Nota Keuangan dan RAPBNP 2015, kementrian keuangan.
Govt Debt Profile kementrian keuangan Republik Indonesia edisi Februari 2015.
Prospek perekonomian dan arah kebijakan, kementrian keuangan.
www.bps.go.id
www.bi.go.id
www.kemenkeu.go.id
Lampiran
15