98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
-
Upload
ilham-iswahyudi -
Category
Documents
-
view
238 -
download
8
Transcript of 98033212 Kelarutan Dan Intrinsik Obat
LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIK I
PERCOBAAN I
KELARUTAN INTRINSIK OBAT
OLEH
NAMA : NURRAMADHANI.A.SIDA
STAMBUK : F1F1 11 114
KELOMPOK : V
KELAS : FARM’A
NAMA ASISTEN : DIAN PERMANA, S.Si
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
A. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini, yaitu :
Memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan
menentukan parameter kelarutan zat.
B. Tinjauan Pustaka
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air,
yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan
kedalam golongan produk lainnya (Efendi,2003).
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau
lebih yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam (satu fasa)
sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun
dengan mikroskop ultra. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu
dapat diamati antara fase-fase yang terpisah (Koesman, 2007).
Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat disiapkan dari campuran yang mana
saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas. Misalnya suatu zat terlarut
padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara
yang sama untuk zat terlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin
dibuat (Ansel, 2005).
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu
yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah
terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. Suatu larutan dikatakan
jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solute dan fase solven dalam larutan
yang bersangkutan. Kelarutan dapat diungkapkan melalui banyak cara antara lain
dengan menyatakan jumlah pelarut (dalam ml) yang dibutuhkan untuk setiap gram
solute, dengan pendekatan berupa perbandingan, missal : 1 bagian solute dapat larut
dalam 100-1000 bagian solven disebut sukar larut, fraksi mol dan molar (Anonim,
2012).
Pada literatur lain kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam
suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen
bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan
padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya
gelas, pembentukan kristal campuran) (R. Voight,1994).
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like
dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan,
yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute yang
dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan
van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain (Anonim, 2012). Kelarutan
suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan
yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu
tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini
disebut larutan jenuh (Efendi, 2003).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-
lain (Tim asisten., 2008).
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out, dan reaksi
kimia, sedangkan perhitungan kelarutan dapat dilakukan menurut hukum henry
(tetapan) maupun koefisien absorpsi Bunsen. Kelarutan cairan dalam cairan dapat
digolongan menjadi dua atas dasar ada tidaknya penyimpangan terhadap hukum
Raoult. Disebut larutan ideal (larutan nyata = real solution) apabila tidak ada
penyimpangan terhadap hukum raoult dan disebut larutan non ideal apabila ada
penyimpangan.
Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang paling kompleks
tapi paling banyak dijumpai dalam kefarmasian. Asumsi dasar untuk kelarutan zat
padat dalam (sebagai) larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan (proses
larut), suhu (titik) lebur solute, dan beda entalpi peleburan molar solute (yang
dianggap sama dengan panas pelarutan molar solute) (Anonim, 2012).
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu oleh
momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lainnya.
Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam segala perbanding an dengan
melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain (R. Voight, 1994).
Jenis-jenis pelarut yang biasanya digunakan untuk melarutkan antara lain
a) Pelarut Polar
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari
pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik
dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam
segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi lain.
Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton amina dan senyawa lain
yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dalam air.
b) Pelarut non polar
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda
dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik
menarik antara ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik
pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemah karena pelarut non polar
tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh
karena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat
larut sedikit dalam pelarut non polar.
Tetapi senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar
dengan tekanan yang sama melalui interaksi dipol induksi. Molekul zat
terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya sejenis gaya van der
waals – London lemah. Maka, minyak dan lemak larut dalam karbon
tetraklorida, benzena dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak
larut dalam pelarut non polar.
c) Pelarut Semipolar
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi
suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga
menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan kenyataannya senyawa semipolar dapat bertindak sebagai
pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan
non polar (Anonim, 2011).
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat
melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya.
Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur dengan penambahan
pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil penjumlahan
dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan dengan %
volume masing-masing komponen pelarut. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam
pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan
istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan
kelarutan suatu zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-
solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi untukpembuatan eliksir. (Ansel,
2005)
Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid ( AINS).
Mekanisme kerja adalah menghambat sintesis Prostaglan-din dengan menghambat
kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipothalamus dan perifer.
Salisilat sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Salisilat digunakan sebagai analgetik,
antipiretik, anti inflamasi, anti fungi (Darsono, Lusiana. 2002).
Untuk mengetahui efektifitas kelarutan obat di dalam tubuh, salah satu cara
yang digunakan adalah uji disolusi. Waktu kelarutan obat dalam tubuh sangat erat
hubungannya dengan efektifitas obat tersebut untuk menghilangkan rasa sakit. Waktu
kelarutan obat pada uji disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat didalam
tubuh. Semakin cepat larut suatu obat maka semakin efektif obat tersebut bekerja
(Rachdiati, henny. 2008).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu :
- Tabung reaksi 7 buah
- Corong 1 buah
- Statif dan kleim 1 buah
- Erlenmeyer 1 buah
- Pipet tetes 10 ml 1 buah
- Filler 1 buah
- Buret 1 buah
- Kerts saring 7 buah
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu :
- Aquades
- Etanol 95%
- Indokator fenolftalein
- Asam salisilat 7 gram
- NaOH 0,1 N
- Propylengglikol
Aquades 6 ml
Tabung 1,2,3,4,5,6,7
Larutan asam salisilat
Tabung 1,2,3,4,5,6,7
D. Prosedur Kerja
Ditambah ethanol tabung 1 (0ml), tabung 2
(0,5ml), tabung 3 (1ml), tabung 4 (1,5ml),
tabung 5 (3ml), tabung 6 (3,5ml), tabung 7
(4ml).
Ditambah p.glikol tabung 1 (4ml), tabung 2
(3,5ml), tabung 3 (3ml), tabung 4 (1,5ml),
tabung 5 (1ml), tabung 6 (0,5ml), tabung 7
(0ml).
Dimasukkan asam salisilat.
Digocok secara bersamaan selama 30 menit.
Disaring untuk mengambil larutan asam
salisilat yang larut.
Dititrasi dengan NaOH dengan indikator
fenolftalein.
Konsentrasi asam salisilat yang larut
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabung Volume (ml) Asam salislat Volume NaOH
aquades ethanol P.glykol
1 6 0 4 1 1,2
2 6 0,5 3,5 1 3,6
3 6 1 3 1 6,8
4 6 1,5 1,5 1 0,3
5 6 3 1 1 1,9
6 6 3,5 0,5 1 3,9
7 6 4 0 1 2,0
2. Perhitungan
a. Molaritas NaOH
Dik : N NaOH = 0,1 N
Dit : M NaOH.. ??
Penyelesaian :
b. Kadar asam asalisilat
- Tabung 1 :
Dik :
V NaOH = 1,2 ml
V Asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M Asam salisilat..??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,024 M
- Tabung 2
Dik :
V NaOH = 3,6 ml
V asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M asam salisilat..??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,072 M
- Tabung 3
Dik :
V NaOH = 6,8 ml
V asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M asam salisilat..??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,136 M
- Tabung 4
Dik :
V NaOH = 0,3 ml
V asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M asam salisilat.??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,006 M
- Tabung 5
Dik :
V NaOH = 1,9 ml
V asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M asam salisilat ..??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,038 M
- Tabung 6
Dik :
V NaOH = 3,9 ml
V asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M asam salisilat..??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,078 M
- Tabung 7
Dik :
V NaOH = 2 ml
V asam salisilat = 5 ml
M NaOH = 0,1 M
Dit : M asam salisilat..??
Penyelesaian :
konsentrasi asam salisilat adalah 0,04 M
c. Konstanta Dielektik ( ) masing-masing pelarut dalam pelarut campuran.
- air dalam pelarut campuran
Tabung 1-7
Dik :
air = 80, 4
V air = 60 (%V/V)
Dit : air dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
- etanol dalam pelarut campuran
Tabung I
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 0 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran
Penyelesaian :
Tabung II
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 5 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung III
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 10 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 4
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 15 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 5
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 30 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 6
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 35 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 7
Dik :
etanol = 25, 7
V etanol = 40 (%V/V)
Dit : etanol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
- Propylengglycol dalam pelarut campuran
Tabung 1
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 40 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 2
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 35 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 3
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 30 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 4
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 30 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 5
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 10 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 6
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 5 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
Tabung 7
Dik :
propylengglikol = 50
V etanol = 0 (%V/V)
Dit : propylengglikol dalam pelarut campuran …?
Penyelesaian :
3. Kurva
Hubungan antara konsentrasi asam salisilat dan konstanta dielektrik pelarut
campur :
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
58 60 62 64 66 68 70
M
asam
sal
isila
t
ε pelarut campur
F. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan uji kelarutan asam salisilat yang merupakan
bahan obat fungi pada pelarut campur pelarut campur ini terdiri dari etanol
sebagai turunan dari alcohol, aquades, dan propilenglikol. bila ditinjau dari
kemampuan melarutkannya air merupakan pelarut polar, etanol adalah pelarut
semi polar dan propylengglikol merupakan pelarut non polar. Pada literatur
prinsip kelarutan like dissolved like menyatakan suatu zat hanya dapat larut dalam
pelarut yang sejenis dengannya, tentu saja dalam hal ini yang polar hanya akan
larut dalam pelarut polar, yang semi polar juga hanya akan larut pada pelarut semi
polar, dan zat yang non polar akan larut pada pelarut non polar. Asam salisilat
dengan rumus struktur yang terdiri dari gugus OH dan gugus benzen, membuat
asam salisilat menjadi zat yang bersifat semipolar, ditandai dengan gugus OH
sebagai penanda polar dan gugus benzen sebagai penanda non polar, sehingga
asam salisilat hanya akan larut sempurna pada pelarut semi polar, dalam hal ini
etanol.
Percobaan ini diawali dengan pembuatan pelarut campur. Aquades
diberikan perlakukan yang sama yaitu dipipet sebanyak 6 ml untuk setiap tabung
reaksi, lalu dimasukkan etanol yang dibedakan volumenya pada setiap tabung
dan begitu pula dengan propylengglikol. Pada tabung pertama tidak diberikan
etanol dan pada tabung ke tujuh tidak diberikan prolyengglikol. Setelah pelarut
campur telah disatukan dalam tabung, asam salisilat dimasukan kedalam tabung
tersebut. setiap tabung diisi 1 gr asam salisilat. Setelah asam salisilat dimasukan,
pelarut dan asam salisilat digojok selama 30 menit didalam tabung reaksi.
Pengojokan selama 30 menit ini adalah cara untuk membantu asam salisilat larut
dalam pelarut campur ini. Setelah 30 menit penggojokan, tidak banyak perubahan
yang dapat terlihat dari larutan hasil penggojokan, hanya larutan keruh dan
sejumlah asam salisilat yang tertinggal dibawah permukaan tabung.
Langkah selanjutnya, larutan dipisahkan dari sisa asam salisilat yang
tertinggal dengan cara disaring dan larutan dimasukan kedalam erlenmeyer untuk
selanjutnya di berikan beberapa tetes indicator fenolftalein dan dititrasi dengan
NaOH. Bila dilihat pada hasil percobaan pada volume NaOH yang dibutuhkan
untuk mencapai titik akhir titrasi atau sampai terjadinya perubahan warna setiap
tabung berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena diberikan variasi volume etanol
dan propylengglikol pada setiap tabung. Banyak sedikitnya NaOH yang
dibutuhkan untuk mencapai batas titrasi dipengaruhi oleh kelarutan asam salisilat
dengan pelarut campurnya. Pada tabung 1 dan tabung 7 contohnya, tabung 1 tidak
diberikan etanol sehingga asam salisilat tidak larut pada pelarut apapun, karena
asam salisilat hanya dapat larut pada pelarut semi polar saja, sehingga ketika
dilakukan penyaringan seluruh asam salisilat ikut tersaring dengan kata lain pada
proses titrasi hanya terjadi pada larutan propilenglikol, air dan NaOH saja
sehingga volume NaOH yang dibutuhkan pun lebih sedikit dibandingkan dengan
tabung 7. Pada tabung 7, dimasukan 4 ml etanol dan 0 ml propylenglikol.
Banyaknya volume etanol dalam pelarut campur tersebut membuat konstanta
dielektrik menjadi rendah, dengan rendahnya konstanta dielektrik membuat
kelarutan asam salisilat menjadi tinggi. Larutnya asam salisilat dalam pelarut
membuat NaOH untuk memutuskan ikatan membutuhkan waktu yang lama dan
volume yang digunakan pun lebih banyak. Namun bila ditinjau pada hasil yang
diperoleh dari praktikum ini, volume NaOH yang tertinggi terjadi pada larutan
tabung 3, yang seharusnya terjadi pada tabung 7. Begitu juga dengan volume
NaOH yang terendah terjadi pada larutan tabung 4 yang seharusnya terjadi pada
tabung 1. Hal ini mungkin terjadi karena kelalaian pada saat praktikum.
G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
Kelarutan adalah jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang
menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi
dan membentuk dispersi molekuler yang homogeni. suatu zat hanya dapat larut pada
pelarut yang sejenis dengan zat tersebut, konsep ini dikenal dengan prinsip like
dissolves like. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh jenis pelarut dan konstanta
dielektrik, dimana konstanta dielektik berbanding terbalik dengan kelarutan suatu zat.
Bila konstanta dielektriknya besar, maka kelarutannya kecil, begitupun sebaliknya.
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisik I. Universitas Haluoleo. Kendari.
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Darsono, Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol, Vol. 2, No. 1.
Drs. M. Idris Effendi. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Jurusan farmasi
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Koesman, Rachmat, dkk. 2007. Bahan Ajar Kimia Fisika. Universitas Muslim
Indonesia. Makassar.
Rachdiaty, henny. 2008. Jurnal kimia. Penentuan waktu kelarutan parasetamol
pada uji disolusi. Vol.8, No. 1 (1-2).
R. Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima, Penerbit Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Tim asisten. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan farmasi Universitas
Hasanuddin. Makassar.