PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN PADA ...disolusi obat rendah dan juga bioavailabilitas oral obat...

56
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN PADA SISTEM DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT POLOXAMER 188 DENGAN BERBAGAI DRUG LOAD Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh: Anggita Novelina NIM : 158114110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN PADA ...disolusi obat rendah dan juga bioavailabilitas oral obat...

  • PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN PADA SISTEM

    DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT – POLOXAMER 188 DENGAN

    BERBAGAI DRUG LOAD

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

    (S.Farm.) Program Studi Farmasi

    Diajukan oleh:

    Anggita Novelina

    NIM : 158114110

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

    atas berkat, rahmat, dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    judul “Perbedaan Profil Disolusi Kurkumin Pada Sistem Dispersi Padat Ekstrak

    Kunyit – Poloxamer 188 Dengan Berbagai Drug Load” untuk memenuhi salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi. Skripsi ini merupakan bagian dari

    penelitian Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. yang berjudul “Pengaruh

    Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit

    dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin” berdasarkan SK No.

    Far/055/V/2018/ST/D.

    Penyusunan skripsi ini disertai dengan banyak bantuan dan dukungan dari

    berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

    terima kasih kepada:

    1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing

    yang selalu membimbing serta memberikan saran dan motivasi

    kepada penulis selama penelitian hingga penyusunan naskah serta

    atas bantuan dalam menyediakan alat dan bahan penelitian.

    3. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt. selaku dosen penguji atas bantuan,

    kritik, dan saran selama proses penyusunan naskah proposal hingga

    naskah skripsi.

    4. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas

    bantuan, kritik, dan saran selama proses penyusunan naskah

    proposal hingga naskah skripsi.

    5. Nacalai Tesque, Inc. Jepang atas pemberian standar kurkumin.

    6. PT. Phytochemindo Reksa atas pemberian ekstrak kunyit.

    7. PT. Mega Setia Agung Kimia atas pemberian Poloxamer 188.

    8. Pak Bima, Mas Bimo, Pak Musrifin, Pak Wagiran, Mas Kethul dan

    Mas Yusuf selaku laboran dan karyawan laboratorium Fakultas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    Farmasi yang telah membantu penulis dalam proses penelitian

    skripsi di laboratorium.

    9. Bapak Jefri Julianus, M,Si. Atas segala bimbingan, saran dan

    semnagat selama penulisan hingga akhir revisi.

    10. Papi Tarcisius Marbun, Mami Norita Rismawati, Tante Despita

    Elita, Adik Brigita Febrito dan seluruh keluarga besar yang selalu

    memberikan perhatian, semangat, dukungan penuh, dan doa untuk

    penulis dalam kelancaran studi hingga penyelesaian skripsi.

    11. Teman-teman seperjuangan skripsi Glenys, Monica, Vivi, Yansen,

    Grace, Tata, Elsa, Nia atas segala kerja sama dan bantuan dalam

    penyelesaian skripsi ini seperjuangan kelompok skripsi atas segala

    bantuan dan kerja sama selama penyusunan skripsi ini.

    12. Sahabat-sahabat penulis Hana Pratiwi Febiastuti, Yoyo Sutiksno,

    Kezia, Thio Santa Monica, Anastasia Oktaviani, yang selalu

    mendukung dan menyemangati penulis kapanpun

    13. Teman-teman FSM C, Fifteen Pharmacy, dan semua pihak yang

    telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan secara satu per

    satu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh

    karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Akhir kata

    penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

    Yogyakarta, 27 Maret 2019

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... v

    PRAKATA .............................................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ..........................................................................................................viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi

    INTISARI ............................................................................................................... xii

    ABSTRACT ...........................................................................................................xiii

    PENDAHULUAN....................................................................................................1

    METODE PENELITIAN .........................................................................................3

    HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................8

    KESIMPULAN ......................................................................................................16

    SARAN ..................................................................................................................16

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

    LAMPIRAN ...........................................................................................................19

    BIOGRAFI PENULIS............................................................................................43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Formula Dispersi Padat Ekstrak Kunyit - Poloxamer 188..........................6

    Tabel II. Data Akurasi dan Presisi .........................................................................10

    Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) ...10

    Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) .....11

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Struktur Kurkumin .................................................................................1

    Gambar 2. Struktur Poloxamer 188..........................................................................2

    Gambar 3. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi ..........................................9

    Gambar 4. Grafik Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat .........................12

    Gambar 5. Kurva Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat dengan Drug Load Ekstrak Kunyit = 33% .........................................................................13

    Gambar 6. Kurva Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat dengan Drug Load Ekstrak Kunyit = 50% .........................................................................13

    Gambar 7. Kurva Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat dengan Drug Load Ekstrak Kunyit = 67% .........................................................................13

    Gambar 8. Kurva Hubungan Waktu dengan %Terdisolusi CF dan DP .................14

    Gambar 9. Grafik Nilai DE120 Campuran Fisik dan Dispersi Padat.......................15

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Daftar Singkatan ................................................................................19

    Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit ..................................20

    Lampiran 3. Informasi Produk Standar Kurkumin.................................................21

    Lampiran 4. Penentuan Panjang Gelombang Maks Kurkumin Medium Disolusi .22

    Lampiran 5. Kurva Baku dalam Medium Disolusi ................................................25

    Lampiran 6. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol .............................................26

    Lampiran 7. Pembuatan Dispersi Padat .................................................................27

    Lampiran 8. Pembuatan Campuran Fisik ...............................................................27

    Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Uji Kelarutan................................................28

    Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Uji Disolusi ................................................32

    Lampiran 11. Statistika Uji Disolusi DE menit ke-120 .........................................34

    Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ...................................................................41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN PADA SISTEM

    DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT – POLOXAMER 188 DENGAN

    BERBAGAI DRUG LOAD

    Anggita Novelina

    Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

    INTISARI

    Kunyit (Curcuma longa L.) memiliki kandungan senyawa kurkuminoid

    dengan komponen terbesar adalah kurkumin yang memiliki banyak aktivitas

    farmakologis. Kurkumin digolongkan dalam kelompok Biopharmaceutics

    Classification System (BCS) kelas II, dimana obat tersebut memiliki kelarutan yang

    rendah tetapi permeabilitasnya tinggi. Kelarutan yang rendah menyebabkan

    disolusi obat rendah dan juga bioavailabilitas oral obat rendah. Metode yang dapat

    digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan disolusi kurkumin adalah dispersi

    padat (DP). Pada penelitian ini, akan diteliti perbedaan profil disolusi kurkumin

    dengan berbagai drug load pada sistem DP ekstrak kunyit-poloxamer 188.

    Pembuatan DP dilakukan menggunakan metode solvent evaporation yaitu

    dengan cara mencampurkan ekstrak kunyit dan poloxamer 188, kemudian pelarut

    dihilangkan dengan metode penguapan pelarut yaitu rotary evaporator dan open

    vacuum. Persentase drug load penggunaan poloxamer 188 terhadap ekstrak kunyit

    dalam penelitian ini adalah 33%, 50%, 67%. Parameter yang diukur yaitu uji

    kelarutan, uji disolusi, perhitungan dissolution efficiency, dan uji drug load. Uji

    disolusi digunakan alat disolusi tipe dayung dan kadar ditetapkan dengan

    menggunakan spektrofotometer UV-visibel. Hasil yang diperoleh menunjukkan

    perbedaan drug load pada formulasi DP memberikan perbedaan yang signifikan

    terhadap disolusi kurkumin apabila dibandingkan dengan kontrol (campuran fisik),

    dimana hasil DE120 yang paling tinggi ditemukan pada formula DP drug load 33%,

    yakni 29,15%±0,62.

    Kata kunci: kurkumin, disolusi, dispersi padat, Poloxamer 188

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DIFFERENCES OF CURCUMIN DISSOLUTION PROFILES IN SOLID

    DISPERSION SYSTEMS TURMERIC EXTRACT-POLOXAMER 188

    WITH VARIOUS DRUG LOADS

    Anggita Novelina

    Department of Pharmacy, Sanata Dharma University, Yogyakarta, Indonesia

    ABSTRACT

    Turmeric (Curcuma longa L.) contains curcuminoid compunds with the largest component is curcumin that has many pharmacological activities. Curcumin

    is classified into the class II of Biopharmaceutics Classification System (BCS), where the drug has low solubility in water but high permeability. Low solubility

    causes a lower rate of dissolution and a lower bioavailability of curcumin. A method that can be used to increase solubility and dissolution rate of curcumin is solid dispersion (SD). In this study, the differences in curcumin dissolution profile will

    be examined in the system using Poloxamer 188 as a surfactant carrier. SD was made using the solvent eevaporation method by mixing the

    turmeric extract and Poloxamer 188, then the solvent was removed by vacuum. The percentage of the drug loads used in this study was 33%, 50%, and 67%. The measured parameters were drug loads, solubility, and dissolution rate. A paddle

    typo dissolution tester is used in the dissolution test and the levels of curcumin were determined by UV-visible spectrophotometer. The results showed the differences

    of drug load in SD formulation gave a significant difference to the dissolution of curcumin compared to the control (physical mixture), where the highest DE120 results was found in the SD with drug load 33%, at 29,15%±0.62.

    Keywords: curcumin, dissolution, solid dispersion, Poloxamer 188

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    PENDAHULUAN

    Kunyit (Curcuma longa Linn.) merupakan tanaman obat dan rempah yang

    termasuk dalam famili Zingeberaceae dan asli Asia Tenggara (Shehzad et al.,

    2013). Kandungan utama dari kunyit ialah kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin

    (77%) desmetoksikurkumin (17%), bisdemetoksikurkumin (3%) (Huang et al.,

    1995). Kurkumin yang merupakan zat warna dari kurkumin memiliki aktivitas

    farmakologis sebagai antiarthritis, anti depresi, dan penyakit neurodegenerative,

    antioksidan, antiinflamasi, antikanker, antimutagenik, antimikroba, antiviral,

    antidiabetes, serta mencegah penyakit alzheimer (Rohman, 2012).

    Kurkumin digolongkan sebagai kelas II pada klasifikasi Biopharmaceutics

    Classification System (BCS), dimana obat-obat kelas ini kelarutannya rendah dalam

    air, namun permeabilitasnya tinggi (Wan et al., 2012). Kurkumin memiliki nilai log

    P 2,36 (Grynkiewicz and Slifirski, 2012), nilai pKa sekitar 7,8 dan kelarutannya

    dalam dalam media aqueous pH 5,0 hanya 11ng/mL, menyebabkan kecepatan

    disolusi menjadi rendah dan berdampak juga terhadap bioavailabilitas kurkumin

    yang rendah (Hu et al., 2015).

    Gambar 1. Struktur Kurkumin

    Bioavailabilitas rendah dapat ditingkatkan apabila kelarutan dan laju

    disolusi obat dinaikkan. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan physical

    redesign of curcumin, yaitu penambahan surfaktan, pembentukan misel, liposom,

    enkapsulasi, teknologi nanopartikel, teknologi mikropartikel dan dispersi padat

    (Prasad, 2014). Cara yang dapat dipilih ialah dengan sistem dispersi padat.

    Dispersi padat adalah dispersi zat aktif/obat dalam matriks inert atau

    pembawa dalam bentuk padat dengan proses pelelehan, pelarutan atau kombinasi

    keduanya. Umumnya dispersi padat terdiri dari matriks yang hidrofilik dan senyawa

    obat yang hidrofobik. Matriks dapat berupa senyawa bentuk amorf atau kristal dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    senyawa obat akan terdispersi secara molekular. Sistem ini memiliki kelebihan

    yakni pembuatannya yang mudah, gampang dioptimasi dan reprodusibilitasnnya

    yang tinggi (Chiou and Riegelman, 1971).

    Pembawa yang digunakan ialah senyawa yang bersifat hidrofilik seperti

    polimer, turunan selulosa, gula, poliakriliat, dan asam organik (Nikghalb et al.,

    2012). Sistem dispersi padat dapat meningkatkan disolusi dengan mekanisme

    pengecilan ukuran partikel, meningkatkan kelarutan jenuh, meningkatkan

    keterbasahan dan merubah bentuk kristal obat menjadi amorf (Chow et al., 2015).

    Sistem ini juga meningkatkan luas permukaan partikel dan meningkatkan kontak

    dengan zat pembawanya. Obat yang sukar larut dalam air apabila didispersikan ke

    dalam matriks yang mudah larut dalam air akan membentuk ukuran partikel yang

    lebih kecil sehingga akan meningkatkan kelarutannya.

    Poloxamer 188 merupakan surfaktan nonionik yang banyak digunakan

    sebagai bahan karier dan agen pembasahan terdiri dari triblok kopolimer

    polioksietilena-polioksipropilena-polioksietilena. Poloxamer terdiri dari sebuah

    rantai sentral hidrofobik polyoxypropylene (POP) dan dua buah rantai identikal

    hidrofilik lateral polyoxyethylene (POE) (Chen et al., 2013). Poloxamer 188

    berwujud padat, berwarna putih dengan bentuk seperti serpihan (flakes), memiliki

    nilai POP 27, dan POE 80, viskositas 1000 cps, berat molekul rata-rata 7680-9510,

    dan titik lebur 52–57°C. Poloxamer berbentuk cair pada suhu rendah (-10 °C) dan

    membentuk gel semipadat pada suhu tubuh (Kim et al., 2014). Penambahan

    poloxamer sebagai surfaktan diharapkan mampu menurunkan tegangan permukaan

    dan meningkatkan pembasahan permukaan kurkumin sehingga akan menambah

    kelarutan dari kurkumin.

    Gambar 2. Struktur poloxamer 188

    Penelitian Putri (2018) menunjukkan adanya peningkatan kelarutan dan

    laju disolusi kurkumin dengan pembentukan dispersi padat menggunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Poloxamer 407 dan tiga serial drug load yakni 33%, 50%, dan 67%. Pada formulasi

    yang mengandung Poloxamer 407 sebanyak 50% dan 67% menunjukkan pelepasan

    yang lebih baik dibandingkan formulasi 33%. Peningkatan kelarutan yang paling

    tinggi adalah pada formulasi yang mengandung poloxamer 67% yaitu sebesar 3,68x

    dan pada formula 50% sebesar 3,71x dan 33% 2,87x. Rata-rata persen terdisolusi

    paling tinggi adalah pada formula yang mengandung poloxamer sebanyak 67%.

    Dispersi padat kurkumin dengan pembawa poloxamer 188 dengan berbagai

    proporsi drug load yang dihasilkan dengan metode pelarutan akan meningkatkan

    laju disolusi, dimana semakin kecil drug load diperkirakan semakin meningkatkan

    disolusi kurkumin.

    METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex

    Iwaki), effendorf, timbangan analitik (Mettler Toledo), microtube, hotplate

    magnetic stirrer (Wilten & Co), magnetic stirrer, ayakan No.mesh 60, labu alas

    bulat (Duran Schott), rotary evaporator (Buchi), pompa vakum (Gast Doa-P504-

    BN), oven vakum (Brouwer), mortar dan stamper, mikropipet (Socorex),

    makropipet (Socorex), dry box (DB 38-28), spektrofotometer UV-Visibel

    (Shimadzu UV-800), pH meter (SI Analytics Lab 850), vortex (Scientific, Inc G-

    56E), shaker (Innova 2100), silika gel elektrik (PRO Moisture Absorber), alat uji

    disolusi tipe dayung (Guoming RC-6D), dan centrifuge (Gemmy PLC-05)

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kurkumin

    (Nacalay, Japan), ekstrak kunyit terstandar yang mengandung kurkuminoid sebesar

    97,56% (PT. Phytochemindo Reksa), Poloxamer 188 (PT. Mega Setia Agung

    Kimia), (PT. Konimex), metanol p.a (Merck), etanol 96%, akuades (laboratorium

    Kimia Organik Universitas Sanata Dharma), cangkang kapsul keras ukuran 00,

    Sodium Lauryl Suphate (SLS) (Merck) dan dapar fosfat pH 6,0 sebagai medium

    disolusi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Pembuatan Larutan Baku Kurkumin

    a. Pembuatan Larutan Stok Kurkumin (1mg/mL)

    Standar kurkumin ditimbang seksama kurang lebih 1,0 mg, kemudian

    diencerkan dengan 1 mL metanol p.a di dalam microtube, di-vortex hingga larut

    dan ditutup menggunakan aluminium foil agar terlindung dari cahaya.

    b. Pembuatan Larutan Intermediet Kurkumin (0,01 mg/mL)

    Larutan stok diambil 0,05 mL, lalu dimasukkan ke labu takar 5 mL yang

    ditutup aluminium foil, dan diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda.

    Pembuatan Medium Disolusi

    Medium disolusi yang digunakan yaitu 0,5% (b/v) sodium lauryl sulfate

    dalam 20 mM dapar fosfat pH 6,0

    Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ maks)

    a. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Metanol

    Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,50 mL; dan

    2,50 mL lalu diencerkan dengan metanol p.a pada labu ukur 5 mL hingga batas

    tanda. Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang

    gelombang antara 350-600 nm. Pada penentuan ini dilakukan replikasi sebanyak 3

    kali.

    b. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Medium Disolusi

    Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 1,00 mL; 1,50 mL; dan

    2,50 mL kemudian diencerkan dengan medium disolusi pada labu ukur 5 mL hingga

    batas tanda. Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada

    panjang gelombang antara 400-600 nm. Pengukuran dilakukan replikasi sebanyak

    3 kali

    Pembuatan Kurva Baku Kurkumin

    a. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol

    Kurva ini dibuat untuk mendapatkan persamaan dalam pelarut metanol,

    yang akan digunakan dalam uji drug load kurkumin. Larutan intermediet kurkumin

    dibuat menjadi enam seri konsentrasi yaitu 0,488 μg/mL; 0,978 μg/mL; 1,955

    μg/mL; 2,938 μg/mL; 3,910 μg/mL; dan 4,888 μg/mL dalam labu takar 5,0 mL dan

    diencerkan dengan pelarut methanol p.a hingga batas tanda. Pengukuran dilakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    dengan replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini kemudian diukur absorbansinya

    pada λ maksimum (421 nm). Persamaan kurva baku didapatkan dengan menghitung

    regresi linear.

    b. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Medium Disolusi

    Kurva ini dibuat untuk mendapatkan persamaan dalam pelarut medium

    disolusi, yang akan digunakan dalam uji kelarutan dan uji disolusi. Larutan

    intermediet kurkumin dibuat menjadi empat belas seri konsentrasi yaitu 0,010

    μg/mL; 0,020 μg/mL; 0,039 μg/mL; 0,079 μg/mL; 0,098 μg/mL; 0,1969 μg/mL;

    0,394 μg/mL; 0,492 μg/mL; 0,984 μg/mL; 1,969 μg/mL; 2,953 μg/mL; 3,937

    μg/mL; 4,922 μg/mL; 6,398 μg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut

    medium disolusi. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur

    absorbansinya pada λ maksimum (429 nm). Persamaan kurva baku didapatkan

    dengan menghitung regresi linear.

    Verifikasi Metode Analisis

    a. Penetapan Akurasi dan Presisi

    Akurasi dihitung dengan melihat nilai perolehan kembali (recovery),

    presisi dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (KV). Larutan intermediet

    kurkumin dibuat dengan konsentrasi 1,968 μg/mL; 2,953 μg/mL; 4,922 μg/mL,

    kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL, dan diencerkan dengan medium

    disolusi hingga batas. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429

    nm dan direplikasi sebanyak 3 kali. Hasil pengukuran serapan dihitung

    menggunakan persamaan kurva baku untuk mengetahui kadar kurkumin, kemudian

    dihitung perolehan kembali dan koefisien variasi.

    b. Penetapan Linearitas

    Linearitas ditentukan dengan nilai korelasi persamaan regresi linear dari

    replikasi kurva baku. Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi

    0,010 μg/mL; 0,020 μg/mL; 0,039 μg/mL; 0,079 μg/mL; 0,098 μg/mL; 0,1969

    μg/mL; 0,394 μg/mL; 0,492 μg/mL; 0,984 μg/mL; 1,969 μg/mL; 2,953 μg/mL;

    3,937 μg/mL; 4,922 μg/mL; 6,398 μg/mL. Larutan diukur absorbansinya pada

    panjang gelombang 429 nm dan direplikasi sebanyak 3 kali. Linearitas dievaluasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    dengan least square analysis sehingga didapatkan persamaan kurva baku kurkumin

    dan nilai r.

    Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Poloxamer 188

    Formula yang digunakan untuk pembuatan DP dan CF ada pada tabel I.

    Tabel I. Formula Dispersi Padat Ekstrak Kunyit - Poloxamer 188

    Formula Drug Load

    Dispersi Padat Ekstrak Kunyit (g) Poloxamer 188 (g)

    I 33% 1,98 4,02

    II 50% 3 3

    III 67% 4,02 1,98

    Bobot setiap formula adalah 6 gram

    Ekstrak kunyit dan poloxamer 188 ditimbang sejumlah formula, kemudian

    dilarutkan dengan etanol di gelas beker menggunakan magnetic strirrer hingga

    homogen. Setelah larut, larutan ekstrak kunyit dicampur ke dalam campuran larutan

    poloxamer 188 dengan magnetic stirrer hingga homogen. Pelarut dihilangkan

    menggunakan rotary evaporator dan dimasukkan ke dalam oven vacuum hingga

    kering dan dapat ditukur bobot tetapnya. Setelah didapatkan bobot tetap, serbuk

    diayak dengan nomor mesh 60. Serbuk hasil ayakan kemudian ditimbang untuk

    perhitungan hasil perolehan kembali (rendemen) dan disimpan dalam dry box

    hingga akan dilakukan pengujian.

    Pembuatan Campuran Fisik Ekstrak Kunyit – Poloxamer 188

    Ekstrak kunyit dan Poloxamer 188 ditimbang masing-masing sesuai

    dengan formula kemudian dicampur hingga homogen menggunakan mortir dan

    stamper, kemudian diayak dengan ayakan nomor mesh 60 dan disimpan dalam dry

    box hingga akan dilakukan pengujian.

    Uji Drug Load

    Dispersi padat dan campuran fisik ditimbang sebanyak 10 mg lalu

    dilarutkan dengan methanol p.a di dalam labu takar 10 mL. Larutan kemudian di-

    stirrer hingga larut dan di-centrifuge, kemudian supernatant yang terbentuk diukur

    absorbansinya pada panjang gelombang maksimum, serta kadar kurkumin dihitung

    menggunakan kurva baku kurkumin dalam pelarut metanol. Replikasi dilakukan

    sebanyak 3 kali.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Uji Kelarutan

    Dispersi padat dan campuran fisik ditimbang sebanyak 20 mg, lalu

    dilarutkan dengan 20 mL dapar fosfat pH 6,0 di dalam erlenmeyer. Campuran

    diaduk dengan menggunakan shaker selama 48 jam dan kecepatan putar 75 rpm di

    suhu ruangan dan terlindung dari cahaya. Setelah 48 jam, larutan di-centrifuge, dan

    supernatannya diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum serta

    dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.

    Uji Disolusi

    Dispersi padat dan campuran fisik ditimbang 500,0 mg dan dimasukkan

    ke dalam kapsul kosong 00, dengan replikasi sebanyak tiga kali. Uji disolusi

    dilakukan menggunakan alat disolusi tipe 2 USP yakni dayung (paddle) dengan

    suhu 37±0,5ºC (USP, 2011) dan kecepatan putar 75 rpm. Medium disolusi terdiri

    dari 500 mL dapar fosfat pH 6,0 dan SLS 0,5% (b/v) Cuplikan diambil

    menggunakan makropipet pada waktu setelah 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120

    menit sebanyak 5 mL. Setiap kali dilakukan cuplikan, medium yang hilang

    sebanyak 5 mL diganti dengan medium yang baru dengan jumlah yang sama.

    Penetapan Kadar Kurkumin Terdisolusi

    Sebanyak 5 mL cuplikan yang telah diambil di-centrifuge pada kecepatan

    6000 rpm selama 5 menit, lalu supernatant yang terbentuk di ambil dan hasilnya

    diencerkan dengan medium disolusi di dalam labu takar 10 mL. Kemudian diukur

    absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimal

    yang telah didapatkan.

    Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Disolusi

    Pengujian secara statistik dilakukan dengan menggunakan aplikasi real

    statistic pada Microsoft Excel. Uji kelarutan dan perbedaan laju disolusi diuji

    normalitasnya menggunakan metode Shapiro-Wilk Test. Jika data yang didapatkan

    terdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan uji T, namun apabila data

    yang didapatkan tidak terdistribusi normal, pengujian dilakukan dengan Mann-

    Whitney test. Untuk melihat perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem

    dispersi padat dan campuran fisik dihitung nilai disolusi efisiensi pada menit ke-

    120 (DE120). Untuk setiap formula dilakukan uji normalitas untuk melihat distribusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    data dengan Shapiro-Wilk Test. Bila data terdistribusi normal, maka dilanjutkan

    menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan bila data tidak normal

    maka pengujian dilakukan dengan Kruskal-Wallis Test. Data dikatakan berbeda

    bermakna bila nilai p

  • 9

    (Riyanto, 2015). Menurut AOAC (2002), metode dikatakan memenuhi uji linearitas

    apabila nilai koefisien korelasi (r) >0,99. Persamaan kurva baku yang diperoleh

    dalam medium disolusi yaitu y= 0,1279x+0,0009 (Gambar 3). Berdasarkan hasil

    yang telah, maka metode yang digunakan telah memenuhi syarat.

    Gambar 3. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

    2. Akurasi dan Presisi

    Akurasi ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui derajat ketepatan

    antara nilai yang telah diukur dengan nilai sebenarnya yang diperoleh. Parameter

    akurasi dinyatakan dalam persentase perolehan kembali (recovery) (Riyanto, 2015).

    Metode dinyatakan akurat apabila %recovery untuk kadar obat dalam rentang 1-10

    μg/mL yaitu 80-110% (AOAC, 2016). Presisi dilakukan dengan tujuan untuk

    mengetahui tingkat keakuratan antara hasil uji sampel. Parameter ini dinyatakan

    dengan koefisiensi variasi (KV) (Riyanto, 2015). Metode dapat dinyatakan presisi

    apabila nilai koefisien variasi untuk kadar sampel 0,1-1,0 μg/mL adalah KV

  • 10

    Tabel II. Data Akurasi dan Presisi (n=3)

    Pengujian Konsentrasi

    Teoritis

    (μg/mL)

    Abs dari

    3

    replikasi

    Konsentrasi

    yang Diperoleh

    (μg/mL)

    Recovery (%)

    KV (%)

    Rendah R1

    1,97

    0,23 1,71 86,98

    4,80 Rendah R2 0,24 1,79 90,95 Rendah R3 0,25 1,88 95,72

    Sedang R1

    2,95

    0,36 2,71 91,88

    0,72 Sedang R2 0,36 2,75 93,20 Sedang R3 0,36 2,74 92,67

    Tinggi R1 4,92

    0,58 4,46 90,71 1,41 Tinggi R2 0,60 4,59 93,25

    Tinggi R3 0,59 4,55 92,46

    Uji Drug Load

    Uji drug load dilakukan untuk mengetahui kandungan kurkumin yang

    sebenarnya dalam sediaan dan uji ini dilakukan campuran fisik (CF) dan dispersi

    padat (DP). Selain itu, dengan melakukan uji ini, zat aktif yang hilang dari sediaan

    selama proses pembuatan dapat diketahui. Hasil uji drug load yang diperoleh untuk

    CF Formula 1,2,3 adalah 30,69%; 53,26%; dan 60,33%; sedangkan untuk DP

    diperoleh 31,65%; 50,90%; dan 69,46% (tabel III).

    Berdasarkan hasil uji, diketahui hasil persentase recovery drug load pada

    formula CF lebih kecil daripada formula DP, hal ini disebabkan karena pembuatan

    formula DP mengalami proses pelarutan, pengeringan, penggerusan dan

    pengayakan, sehingga ukuran partikel yang di dapat menjadi lebih kecil dan

    meningkatkan kelarutan kurkumin.

    Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat

    Sampel CF F1 CF F2 CF F3 DP F1 DP F2 DP F3

    Replikasi 1 30,45 52,37 59,67 30,48 50,59 68,73

    Replikasi 2 30,61 53,44 60,84 33,01 51,00 68,73

    Replikasi 3 31.02 53.99 60,49 31,47 51,09 70,92

    Rata-rata drug

    load SD (%)

    30,69 ± 0,30

    53,26 ± 0,82

    60,33 ± 0,60

    31,65 ± 1,27

    50,90 ± 0,27

    69,46 ± 1,27

    Drug load teoritis

    32,08 48,63 65,11 32,07 48,67 65,03

    Rata-rata %

    recovery 95,67 109,54 92,66 98,69 104,56 106,81

    KV (%) 0,97 1,54 1,00 4,03 0,52 1,82

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Uji Kelarutan

    Uji kelarutan bertujuan untuk melihat kelarutan antara serbuk DP dan

    serbuk CF dalam medium disolusi dapar fosfat pH 6,0 (tabel IV; gambar 4). Uji ini

    diamati selama 2 hari dan merupakan parameter termodinamik.

    Pada hasil uji kelarutan diperoleh peningkatan kelarutan pada formula 1

    CF dibanding DP (drug load 33%) sebesar 2,54 kali; pada formula 2 CF dibanding

    DP (drug load 50%) sebesar 2,13 kali; dan CF F3 dibanding DP F3 (drug load 67%)

    mampu meningkatkan kelarutan sebesar 2,32 kali. Kadar kurkumin terlarut yang

    paling tinggi terjadi pada formula 2. Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada

    formula 1, namun memiliki tingkat kadar kurkumin yang terendah dari ketiga

    formula DP, hal ini kemungkinan disebabkan karena polimer poloxamer dapat

    menyerap kelembaban selama penyimpanan, dan dapat mengakibatkan terjadinya

    pemisahan fase, pembentukan kristal, ataupun perubahan dari bentuk amorf

    menjadi bentuk kristal yang dapat menurunkan kelarutan formula (Sridhar, et al.,

    2013). Dilakukan pengujian statistik untuk melihat signifikansi dengan Mann-

    Whitney Test dan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) yang

    ditunjukkan dengan nilai p

  • 12

    Gambar 4. Grafik Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat

    Uji Disolusi

    Uji disolusi dilakukan untuk melihat jumlah obat yang terdisolusi tiap

    waktu pelepasan kurkumin pada formula campuran fisik dan dispersi padat dalam

    medium disolusi. Uji ini memberi profil pelepasan obat sebagai profil

    farmakoinetika obat dalam tubuh (Fudholi, 2013). Medium disolusi yang digunakan

    terbuat dari 0,5% b/v SLS dalam sodium phosfate buffer pH 6,0. Uji dilakukan

    dengan menggunakan medium disolusi dan menambahkan surfaktan Sodium Lauryl

    Sulfate (SLS). Menurut British Pharmacopeia (2011), obat yang termasuk dalam

    golongan BCS kelas II disarankan medium disolusinya menggunakan bantuan

    surfaktan. Konsentrasi SLS dibuat sebesar 0,5% berdasarkan Rahman et al., (2009)

    dimana dari konsentrasi 0,1%-3%, konsentrasi 0,5% merupakan konsentrasi efektif

    pada disolusi kurkumin dan sudah melebihi nilai Critical Micelle Concentration

    (CMC) SLS. Alat disolusi yang digunakan adalah tipe 2 USP dayung (paddle),

    dengan suhu selama pengujian diatur 37 ± 0,5ºC (USP, 2011). Hasil ada pada

    gambar 5,6,7, dan 8.

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    Formula 1 Formula 2 Formula 3

    Ka

    da

    r K

    urk

    um

    in T

    erla

    rut

    CF DP

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Gambar 5. Kurva %Terdisolusi CF dan DP dengan Drug Load Ekstrak Kunyit 33%

    Gambar 6. Kurva %Terdisolusi CF dan DP dengan Drug Load Ekstrak Kunyit 50%

    Gambar 7. Kurva %Terdisolusi CF dan DP dengan Drug Load Ekstrak Kunyit 67%

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    40.00

    45.00

    50.00

    0 50 100

    Pe

    rse

    n T

    erd

    iso

    lusi

    (%

    )

    Waktu (menit)

    CF F1 33%

    DP F1 33%

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    40.00

    0 50 100

    Pe

    rse

    n T

    erd

    iso

    lusi

    (%

    )

    Waktu (menit)

    CF F2 50%

    DP F2 50%

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    0 50 100

    Pe

    rse

    n T

    erd

    iso

    lusi

    (%

    )

    Waktu (menit)

    CF F3 67%

    DP F3 67%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Gambar 8. Kurva Hubungan Waktu dengan %Terdisolusi CF dan DP

    Waktu pengamatan uji dilakukan dari menit ke-0 sampai ke-120. Apabila

    waktu disolusi dilanjutkan, ada kemungkinan hasilnya akan menurun. Pengamatan

    selama 2 jam merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pengosongan lambung

    berkisar antara 180-300 menit. (Bolondi, et al., 1985, Varon, et al., 2010). Pada uji

    ini, diperoleh hasil rata-rata persen terdisolusi dari yang tinggi ke rendah yakni DP

    F1> DP F2 > DP F3 > CF F1 > CF F2 > CF F3. Semua formula DP memiliki rata-

    rata %terdisolusi lebih tinggi daripada CF. Pengamatan hingga menit ke-120

    menunjukkan bahwa secara umum formulasi dispersi padat mampu meningkatkan

    disolusi. Pengukuran Dissolution Efficiency (DE) dan AUC dilakukan untuk

    menggambarkan hasil uji disolusi zat aktif yang dapat dikomparasi dalam suatu

    medium pada jangka waktu tertentu. Semakin banyak waktu yang digunakan maka

    akan semakin banyak titik pada kurva dan menghasilkan nilai DE yang semakin

    besar (Fudholi, 2013). Kapsul terpecah pada rata-rata kurang dari 5 menit,

    mendandakan proses disolusi terjadi. Hasil pengukuran nilai DE120 pada gambar 7.

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    40.00

    45.00

    50.00

    0 20 40 60 80 100 120

    Terd

    iso

    lusi

    (%

    )

    Waktu (menit)

    CF F1 33%

    DP F1 33%

    CF F2 50%

    DP F2 50%

    CF F3 67%

    DP F3 67%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Gambar 9. Grafik Nilai DE120 Campuran Fisik dan Dispersi Padat

    Hasil dari nilai DE120 yang diperoleh lalu di uji statistik. Dari pengukuran

    nilai DE antara DP dan CF untuk Formula 3, uji statistik menunjukkan bahwa ketiga

    data memiliki nilai p DP F3 > DP F2. Hal ini sesuai

    dengan penelitian Putri (2018), dimana DP drug load 33% memberikan hasil

    disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan DP drug load 50% dan DP drug

    load 67%. Selain itu juga dapat disimpukan bahwa dengan kenaikan jumlah

    pembawa, maka persen terdisolusi akan naik. Kenaikan jumlah pembawa yakni

    poloxamer 188 diketahui dapat mencegah kemungkinan terjadinya kristalisasi

    (Singh et al., 2011).

    Dari penelitian yang telah di lakukan, formula 1 dengan drug load 30%

    lebih dipilih untuk digunakan karena pada uji kelarutan dan disolusi, formula

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    Formula 1 Formula 2 Formula 3

    Rat

    a R

    ata

    DE 1

    20

    (%)

    DE 120 CF DE 120 DP

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    dispersi padat menghasilkan perbedaan yang signifikan dibandungkan dengan

    campuran fisik. Pada hasil disolusi, formula 1 DP mampu menaikkan laju disolusi

    hingga 40% dan pada hasil uji disolusi, formula 1 DP memberikan kenaikan yang

    paling tinggi, yaitu 2.54 kali.

    KESIMPULAN

    Penelitian dan pembuatan formula DP ekstrak kunyit dengan berbagai

    drug load menggunakan pembawa poloxamer 188 terbukti memberikan perbedaan

    signifikan p

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    AOAC, 2002. AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical

    Methods for Dietary Supplements and Botanicals, 1-38.

    AOAC, 2016. Appendix F: Guidelines for Standard Method Performance

    Requirements. AOAC International, 1-18.

    Bolondi, L., Bortolotti, M., Santi, V., Calletti, T., Gaiani, S., and Labò, G., 1985.

    Measurement of gastric emptying time by real-time ultrasonography.

    Gastroenterology, 89 (4), 752–759

    British Pharmacopoeia, 2011. British Pharmacopoeia, The British Pharmacopoeia Commission, London.

    Chen, J., Zhou, R., Li, L., Li, B., Zhang, X., and Su, J., 2013. Mechanical, Rheological and Release Behaviors of a Poloxamer 407/ Poloxamer 188/Carbopol 940 Thermosensitive Composite Hydrogel. Molecules, 18 (10),

    12415–12425. Chiou, W.L., and Riegelman, S., 1971. Pharmaceutical Applications of Solid

    Dispersion Systems. Journal of Pharmaceutical Sciences, (9), 1283. Chow, S.F., Wan, K.Y., Cheng, K.K., Wong, K.W., Sun, C.C., Baum, L., and

    Chow, A.H.L., 2015. Development of highly stabilized curcumin

    nanoparticles by flash nanoprecipitation and lyophilization. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 94, 436–449

    Fudholi, A., 2013. Disolusi dan Pelepasan Obat In Vitro. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 137-143.

    Grynkiewicz, G., and Ślifirski, P., 2012. Curcumin and Curcuminoids in Quest for

    Medicinal Status. ACTA ABP Biochimica Polonica, 59 (2), 201 – 212. Hu, L., Shi, Y., Yang, X., Li, J.H., Wang, S., Gao, N., Ji, J., Niu, F., and Chen, Q.,

    2015. Enhancement of Oral Bioavailability of Curcumin by a Novel Solid Dispersion System. AAPS PharmSciTech, 16 (6), 1327–1334.

    Huang, M.T., Ma, W., Lu, Y.P., Chang, R.L., Fisher, C., Manchand, P.S., Newmark

    H.L., and Conney, A.H., 1995. Effects of curcumin, demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin and tetrahydrocurcumin on 12-0-

    tetradecanoylphorbol-13-acetate induced tumor promotion. Carcinogenesis, 16 (10), 2493.

    Kim, S.Y., Chae, S.W., and Lee, J., 2014. Effect of Poloxamer 407 as a carrier

    vehicle on rotator cuff healing in a rat model. J Orthop Surg Res, 9 (12). Nikghalb, Ladan Akbarpour, Gurinder Singh, Gaurav Singh, and Kimia Fazaeli

    Kahkeshan. 2012. “Solid Dispersion: Methods and Polymers to Increase the Solubility of Poorly Soluble Drugs.” Journal of Applied Pharmaceutical Science 2(10): 170–75.

    Prasad, S., Gupta, S.C., Tyagi, A.K., and Aggarwal, B.B., 2014. Curcumin, a component of golden spice: From bedside to bench and back. Biotechnology

    Advances, 32 (6), 1053–1064. Putri, Sastira. 2018. “Perbendaan Profil Disolusi Kurkumin pada Sistem Dispersi

    Padat Ekstrak Kunyit-Poloxamer 407 dengan Berbagai Drug Load.” Sanata

    Dharma University: 14–15.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Rahman, S.M.H., Telny, T.C., Ravi, T.K., and Kuppusamy, S., 2009. Role of

    Surfactant and pH in Dissolution of Curcumin. Indian J Pharm Sci., 71(2), 139-142.

    Riyanto, 2015. Validasi & Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025,

    Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi, Yogyakarta, Deepublish, 28, 39, 52. Rohman, 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp.45,

    47, 53, 217. Shehzad, A., Lee, J., Lee, Y.S., 2013. Review Article Curcumin in Various Cancers.

    International Union of Biochemistry and Molecular Biology, 39 (1), 56 – 68.

    Singh, S., Baghel, R.S., and Yadav, L., 2011. A review on solid dispersion. International Journal of Pharmacy & Life Sciences, 2(9), 1078 – 1095.

    Sridhar, I., Doshi, A., Joshi, B., Wankhede, V., and Doshi, J., 2013. Solid Dispersions: an Approach to Enhance Solubility of poorly Water Soluble Drug. Journal of Scientific and Innovative Research, 2 (3), 688.

    USP, 2011. Dissolution. The United States Pharmacopeia Convention. USA.

    Varon, A.R., Zuleta, J., 2010. From the Physiology of Gastric Emptying to the

    Understanding of Gastroparesis. Rev Col Gastroenterol, 25(2), 208

    Wan, S., Sun, Y., Qi, X., and Tan, F., 2012. Improved Bioavailability of Poorly

    WaterSoluble Drug Curcumin in Cellulose Acetate Solid Dispersion. AAPS

    PharmSciTech, 13 (1), 159–166.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Daftar Singkatan

    1. BCS : Biopharmaceutical Classification System

    2. CF : Campuran Fisik

    3. KV : Koefisien Variasi

    4. DE : Dissolution Efficiency

    5. DP : Dispersi Padat

    6. p.a : Pro Analysis

    7. SD : Solid Dispersion; Standard Deviation

    8. SLS : Sodium Lauryl Sulfate

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) ekstrak kunyit dari PT.

    Phytochemindo Reksa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Lampiran 3. Product Information Standar Kurkumin dari Nacalai, Inc.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Lampiran 4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin dalam

    Medium Disolusi – Overlay Panjang Gelombang Maksimum

    1. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Rendah dalam

    Medium Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    2. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Sedang dalam

    Medium Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    3. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Tinggi dalam

    Medium Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Lampiran 5. Kurva Baku dalam Medium Disolusi

    y = 0,1279x + 0,0009

    R² = 0,99736

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0.9

    1

    0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

    Abso

    rbansi

    Konsentrasi Kurkumin (μg/mL)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Lampiran 6. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol

    y = 0.146x + 0.0193

    R² = 0.9932

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0 1 2 3 4 5 6

    Ab

    so

    rban

    si

    Konsentrasi (μg/mL)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Lampiran 7. Pembuatan Dispersi Padat

    1. Penimbangan Bahan untuk Dispersi Padat

    Formula 1

    (Drug load 33%)

    Formula 2

    (Drug load 50%)

    Formula 3

    (Drug load 67%)

    Ekstrak Kunyit (g)

    1,9802 3,0097 4,0229

    Poloxamer

    188 (g) 4,0209 2,999 1,9899

    2. Perhitungan Rendemen Dispersi Padat

    % Rendemen =berat yang diperoleh

    berat teoritisx 100%

    Berat yang

    diperoleh (g) Berat Teoritis

    (g) % Rendemen

    Formula 1

    (Drug load 33%) 4,9928 6,0011 83,20%

    Formula 2 (Drug load 50%)

    4,6681 6,0096 77,77%

    Formula 3

    (Drug load 67%) 4,8301 6,0128 80,33%

    Lampiran 8. Pembuatan Campuran Fisik

    1. Penimbangan Bahan untuk Campuran Fisik

    Formula 1

    (Drug load 33%)

    Formula 2

    (Drug load 50%)

    Formula 3

    (Drug load 67%)

    Ekstrak Kunyit (g)

    1,6511 2,5030 3,3508

    Poloxamer

    188 (g) 3,3506 2,4999 1,6510

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Uji Kelarutan

    1. Uji Normalitas Campuran Fisik dan Dispersi Padat menggunakan

    Saphiro-Wilk Test

    a. Formula 1

    Nilai p

  • 29

    c. Formula 3

    Nilai p

  • 30

    b. Formula 2 (Uji Mann-Whitney)

    Nilai p

  • 31

    3. Uji Normalitas antar Dispersi Padat

    Nilai p>0,05 maka data tidak terdistribusi normal

    4. Uji Signifikansi antar DP dengan Uji Kruskal Wallis

    Nilai p

  • 32

    Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Uji Disolusi

    1. Data Penimbangan Kapsul

    Sampel R1 (mg) R2 (mg) R3 (mg) Rata-rata

    (mg) SD

    CF F1 500.1 500.2 500.1 500.13 0.06

    CF F2 499.8 500.1 499.9 499.93 0.15

    CF F3 500.2 500.3 500.2 500.23 0.06

    DP F1 499.9 499.8 499.9 499.87 0.06

    DP F2 500 500.1 500.1 500.07 0.06

    DP F3 499.9 500.3 500.1 500.10 0.20

    Keterangan :

    CF = Campuran Fisik

    DP = Dispersi Padat

    R = Replikasi

    SD = Standar Deviasi

    2. Contoh Hasil Data Uji Disolusi

    a. Campuran Fisik Formula 1

    menit abs C

    (μg/mL) Q

    (μg/500mL) Q (mg) %D

    Rata-rata %D ± SD

    0 0 0 0 0 0 0

    5 R1 0.077 26.58 13291.63 13.29 5.58

    5.17±0,36 R2 0.069 23.46 13291.63 13.29 5.58

    R3 0.07 23.85 13291.63 13.29 5.58

    10

    R1 0.166 61.38 30688.04 30.69 12.89

    11,99±1.05 R2 0.141 51.60 30688.04 30.69 12.89 R3 0.158 58.25 30688.04 30.69 12.89

    20 R1 0.218 81.70 40852.23 40.85 17.16

    17,43±0,25 R2 0.224 84.05 40852.23 40.85 17.16

    R3 0.222 83.27 40852.23 40.85 17.16

    30

    R1 0.282 106.72 53362.00 53.36 22.41

    21,40±1,61 R2 0.28 105.94 53362.00 53.36 22.41 R3 0.247 93.04 53362.00 53.36 22.41

    45 R1 0.298 112.98 56489.44 56.49 23.73

    22,44±1,20 R2 0.28 105.94 56489.44 56.49 23.73

    R3 0.269 101.64 56489.44 56.49 23.73

    60

    R1 0.324 123.14 61571.54 61.57 25.86

    25,78±0,29 R2 0.319 121.19 61571.54 61.57 25.86

    R3 0.326 123.92 61571.54 61.57 25.86

    90

    R1 0.354 134.87 67435.50 67.44 28.33

    28,08±1,78 R2 0.328 124.71 67435.50 67.44 28.33 R3 0.371 141.52 67435.50 67.44 28.33

    120 R1 0.391 149.34 74667.71 74.67 31.36

    31,01±0,48 R2 0.38 145.04 74667.71 74.67 31.36

    R3 0.389 148.55 74667.71 74.67 31.36

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    b. Dispersi Padat Formula 1

    menit abs C

    (μg/mL)

    Q

    (μg/500mL) Q (mg) %D

    Rata-rata

    %D ± SD 0 0 0 0 0 0 0

    5 R1 0.062 20.72 10359.66 10.36 6.99

    0,62±0,88 R2 0.053 17.20 8600.47 8.60 5.80

    R3 0.049 15.64 7818.61 7.82 5.27

    10

    R1 0.074 25.41 12705.24 12.71 8.57

    8,61±0,46 R2 0.071 24.24 12118.84 12.12 8.17 R3 0.078 26.97 13487.10 13.49 9.10

    20 R1 0.135 49.26 24628.62 24.63 16.61

    16,61±0,79 R2 0.129 46.91 23455.82 23.46 15.82

    R3 0.141 51.60 25801.41 25.80 17.40

    30

    R1 0.15 55.12 27560.59 27.56 18.59

    18,68±0,93 R2 0.144 52.78 26387.80 26.39 17.79

    R3 0.158 58.25 29124.32 29.12 19.64

    45

    R1 0.195 72.71 36356.53 36.36 24.52

    26,76±2,31 R2 0.211 78.97 39483.97 39.48 26.63 R3 0.23 86.40 43197.81 43.20 29.14

    60 R1 0.251 94.61 47302.58 47.30 31.90

    32.08±0,67 R2 0.258 97.34 48670.84 48.67 32.82

    R3 0.248 93.43 46716.18 46.72 31.51

    90

    R1 0.319 121.19 60594.21 60.59 40.87

    40,91±0,73 R2 0.314 119.23 59616.89 59.62 40.20 R3 0.325 123.53 61767.01 61.77 41.66

    120 R1 0.335 127.44 63721.66 63.72 42.98

    44,56±1,39 R2 0.351 133.70 66849.10 66.85 45.08

    R3 0.355 135.26 67630.96 67.63 45.62

    Keterangan: R= replikasi; abs= Absorbansi; C= Konsentrasi; Q= Jumlah kurkumin

    terukur; %D= Persen terdisolusi; SD= Standar Deviasi

    c. Perhitungan AUC dan DE Campuran Fisik Formula 1

    R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-rata

    DE(%) SD

    AUC AUC AUC DE (%) DE (%) DE (%)

    0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    0.01 12.32 12.52 0.00 2.46 2.50 1.66 1.43

    46.18 39.42 43.10 4.62 5.17 5.56 5.12 0.47

    150.25 142.48 148.61 9.82 9.71 10.21 9.91 0.26

    197.87 199.55 185.15 13.14 13.13 12.98 13.08 0.09

    346.07 333.82 306.66 16.45 16.17 15.47 16.03 0.51

    371.93 357.84 355.31 18.54 18.09 17.52 18.05 0.51

    812.83 774.81 836.23 21.39 20.67 20.97 21.01 0.36

    895.35 849.95 913.82 23.50 22.48 23.24 23.08 0.53

    0.01 12.32 12.52 0.00 2.46 2.50 1.66 1.43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    d. Perhitungan AUC dan DE Dispersi Padat Formula 1

    Keterangan: %D= Persen Terdisolusi; AUC= Area Under Curve; DE=Dissolution Effiency; SD= Standar Deviasi

    Lampiran 11. Statistika Uji Disolusi DE menit ke-120

    1. Uji Normalitas antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat

    menggunakan Shapiro-Wilk Test

    a. Formula 1

    Nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal

    R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-rata

    DE(%) SD

    AUC AUC AUC DE (%) DE (%) DE (%)

    0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    17.47 14.50 13.18 3.49 2.90 2.64 3.01 0.44

    38.89 34.93 35.93 5.64 4.94 4.91 5.16 0.41

    125.91 119.95 132.50 9.11 8.47 9.08 8.89 0.36

    176.00 168.06 185.23 11.94 11.25 12.23 11.81 0.50

    323.33 333.15 365.85 15.15 14.90 16.28 15.44 0.74

    423.20 445.85 454.84 18.41 18.61 19.79 18.94 0.75

    1091.62 1095.36 1097.55 24.40 24.58 25.39 24.79 0.53

    1257.74 1279.23 1309.15 28.64 28.97 29.84 29.15 0.62

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    b. Formula 2

    Nilai p>0,05 maka data tidak terdistribusi normal

    c. Formula 3

    Nilai p

  • 36

    2. Uji Signifikansi antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat

    a. Formula 1 (F-Test dan T-Test)

    Nilai p

  • 37

    c. Formula 3 (Uji Mann-Whitney)

    Nilai p0,05 maka data terdistribusi normal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    b. Formula 1 dan 2

    Nilai p

  • 39

    d. Formula 2 dan 3

    Nilai p

  • 40

    b. Formula 1 dan 2

    Nilai p

  • 41

    d. Formula 2 dan 3

    Nilai p>0,05 maka data tidak berbeda bermakna

    Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

    1. Pembuatan Formula DP

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    2. Foto Uji Drug Load

    3. Foto Uji Kelarutan

    4. Foto Uji Disolusi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    BIOGRAFI PENULIS

    Penulis bernama lengkap Anggita Novelina, lahir di Pekanbaru

    pada tanggal 17 November 1996, merupakan anak pertama dari

    Tarcisius Marbun dan Norita Rismawati. Penulis telah

    menempuh studi di SD Santa Maria Pekanbaru (2003-2009),

    SMP Santa Maria Pekanbaru (2009-2012), dan SMA Santa

    Maria Pekanbaru (2012-2015). Setelah itu penulis

    menyelesaikan studi S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta dengan judul tugas akhir: “Perbedaan Profil Disolusi

    Kurkumin pada Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Poloxamer 188 dengan

    Berbagai Drug Load”. Selama masa studi, penulis aktif dalam organisasi

    kemahasiswaan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi sebagai anggota

    komisi publikasi dan informasi (2016), lalu menjadi koordinator komisi publikasi

    dan informasi (2017). Selain itu penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan

    kemahasiswaan dalam lingkup fakultas yang meliputi kepanitiaan seperti LCC

    Kimia, Karya Tulis dan Poster Ilmiah (2017-2018); Pharmacy Performance dan

    Road to School (2015-2017), TITRASI 2016-2018, Penulis juga tergabung dalam

    Tim Redaksi Pharmaholic (2015-2017) dan pernah menjadi pemateri dalam

    Talkshow Jurnalistik dan Desain Grafis (2017). Penulis juga menjadi asisten dosen

    pada mata kuliah Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi pada tahun 2018.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI