PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM...

56
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa Linn.)-INULIN DENGAN VARIASI DRUG LOAD SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Maria Maretta Esananda 148114134 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM...

Page 1: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM

DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa Linn.)-INULIN

DENGAN VARIASI DRUG LOAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Maretta Esananda

148114134

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

i

PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM

DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa Linn.)-INULIN

DENGAN VARIASI DRUG LOAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Maretta Esananda

148114134

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus yang senantiasa menjadi sumber

kekuatan dan pengharapan dalam setiap langkahku.

Bapak, Ibu, dan adik-adikku yang selalu mendukung

dan memberi motivasi, serta semangat.

Sahabat-Sahabat yang selalu menemani dalam suka dan duka.

Dan Almamaterku tercinta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

v

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

vi

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

penyertaan-Nya, akhirnya naskah skripsi dengan judul “Perbedaan Profil

Disolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi

Drug Load” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan bagian

dari penelitian Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. yang berjudul “Pengaruh

Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi Padat

Ekstrak Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin”

berdasar SK No. Far/055/V/2018/ST/D. Selama perjalanan penulis dalam

pengerjaan skripsi mulai dari pembuatan proposal, penelitian, hingga

terbentuknya naskah skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak dukungan dan

bimbingan, maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Aris Widayati, PhD., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing atas semua

ilmu, bimbingan, saran, masukan, nasihat dari mulai pencarian ide,

penyusunan proposal, proses penelitian, penyusunan naskah skripsi, serta

menyediakan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

3. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. atas diperbolehkannya kami bergabung

dalam penelitian payung “Formulasi Dispersi Padat Ekstrak Kunyit

Terstandar untuk Meningkatkan Disolusi dan Bioavailabilitas Kurkumin”.

4. Dr. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas

semua saran, masukan dan kritik selama proses pembuatan proposal dan

naskah skripsi.

5. Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt selaku Dosen Penguji atas semua saran, masukan

dan kritik selama proses pembuatan proposal dan naskah skripsi.

6. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas semua

pengajaran, ilmu dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama masa

perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

viii

7. PT. Phytochemindo Reksa, atas pemberian ekstrak kunyit yang digunakan

dalam penelitian ini.

8. Department of Pharmaceutical Technology and Biopharmacy, University of

Groningen, atas pemberian Inulin yang digunakan dalam penelitian ini.

9. Mas Bima, Pas Musrifin, Pak Wagiran, Mas Bimo, Pak Parlan dan seluruh

laboran atas segala bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian.

10. Bapak Stephanus Margono, Ibu Nunuk Ekanti, adik-adikku Veronika

Oktavina Dwinanda dan Brigitta Yella Trinanda yang selalu memberikan

kasih sayang, doa, dukungan, motivasi dan semangat bagi penulis selama

pengerjaan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan kelompok skripsi, Widi, Astrid, Christsine,

Venty, Fafa, Ayu, Sastira, Indrie dan Billy atas kerjasama dan suka duka

selama melakukan penelitian.

12. Viktor Probo Baskoro, yang mendukung dan memberi semangat kepada

penulis selama pengerjaan skripsi.

13. Sahabat penulis sejak SMP, Christiana Catur dan Sahnaz Rizky yang

menemani, menghibur, mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

14. Teman-teman FSM C 2014 dan segenap teman-teman Farmasi Sanata

Dharma angkatan 2014 yang solid.

15. Semua orang yang telah membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak sehingga bisa membuat karya yang lebih baik. Penulis mohon

maaf atas semua kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 8 Mei 2018

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

ix

PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM

DISERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa Linn.)-INULIN

DENGAN VARIASI DRUG LOAD

Maria Maretta Esananda

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Kurkumin termasuk dalam obat BCS kelas II, yaitu memiliki

permeabilitas yang tinggi namun kelarutan yang rendah dalam air yang

mengakibatkan bioavailabilitas oral kurkumin rendah. Salah satu upaya untuk

meningkatkan disolusi kurkumin adalah dengan metode dispersi padat. Dispersi

padat (DP) dibuat dengan metode solvent evaporation dengan pembawa inulin.

DP dibuat dengan proporsi ekstrak sebesar 10%, 20% dan 30% untuk melihat

pengaruhnya terhadap disolusi kurkumin dibandingkan dengan campuran fisik

(CF). Pengukuran kadar kurkumin dilakukan dengan metode spektrofotometri

visibel. Pada penelitian ini dilakukan uji drug load, uji kelarutan dan uji disolusi

dari DP dan CF.

Berdasarkan hasil uji kelarutan, terbukti bahwa DP dapat meningkatkan

kelarutan dibandingkan dengan CF. Pada uji disolusi, didapatkan hasil bahwa %

terdisolusi DP lebih tinggi dibandingkan CF, dengan hasil paling besar pada DP

10% memiliki % terdisolusi sebesar 76,66%. Kemudian nilai DE180 pada CF

dibandingkan dengan DP, begitupun dengan nilai DE180 antar formula DP.

Hasilnya terdapat perbedaan signifikan dengan nilai p < 0,05, dimana DP 10%

memiliki nilai DE180 paling besar, yaitu 50,20%. Maka, disimpulkan bahwa sistem

dispersi padat ekstrak kunyit-inulin dengan berbagai variasi drug load memiliki

profil disolusi yang berbeda-beda, dimana semakin tinggi drug load maka disolusi

semakin menurun.

Kata kunci: kurkumin, disolusi, dispersi padat, inulin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

x

THE DIFFERENCES OF CURCUMIN DISSOLUTION PROFILE IN

TUMERIC EXTRACT (Curcuma longa Linn.)-INULIN SOLID

DISPERSION WITH VARIANCE OF DRUG LOAD

Maria Maretta Esananda

Department of Pharmacy, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

Curcumin is classified into BCS class II, because it has a high

permeability but low water solubility that makes curcumin has low oral

bioavailability. One of the following ways to improve curcumin dissolution is

solid dispersion method. Solid dispersion (SD) were prepared by solvent

evaporation method, with inulin as a carrier. SD made with 10%, 20% and 30%

extract propotion to observe curcumin’s dissolution rate compared with physical

mixture (PM). Curcumin content measurement was performed by

spectrophotometric method. In this study, drug load test, solubility test and

dissolution test were do to SD and PM.

The result showed on solubility test, SD was proved increase the

solubility of curcumin compared to PM. On the dissolution test, the result showed

that SD’s dissolution percent higher than PM, with the highest dissolution percent

is 76,66% on SD 10%. After that, DE180 were compared between SD and PM, and

DE180 between SD formula were compared too. The result showed that there were

significant differences with p value <0,05, which is SD 10% has the highest of

DE180, above 50,20%. The conclusion was tumeric extract-inulin solid dispersion

system with variance of drug load was proved dissolution profile has differences

in dissolution profil, where the drug load increased then the dissolution decreased.

Keywords: curcumin, dissolution, solid dispersion, inulin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iiiv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... ivi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................... v

PRAKATA ......................................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................viiix

ABSTRACT ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

METODE PENELITIAN ......................................................................................... 4

Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 4

Pembuatan Larutan Baku Kurkumin ........................................................... 4

Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum .................................. 5

Verifikasi Metode Analisis .......................................................................... 5

Pembuatan Kurva Baku Kurkumin ............................................................. 6

Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin ....................................... 6

Pembuatan Serbuk Campuran Fisik Ekstrak Kunyit-Inulin ........................ 7

Uji Drug load .............................................................................................. 7

Uji Kelarutan ............................................................................................... 7

Uji Disolusi ................................................................................................. 7

Analisis Data ............................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 8

Verifikasi Metode Analisis .......................................................................... 9

Uji Drug Load ......................................................................................... 101

iv

v

ix

11

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

xii

Uji Kelarutan ............................................................................................. 12

Uji Disolusi ............................................................................................... 13

KESIMPULAN ...................................................................................................... 16

SARAN .......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

LAMPIRAN .......................................................................................................... 21

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 40

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formula Dispersi Padat .............................................................................. 6

Tabel II. Data Akurasi dan Presisi ......................................................................... 10

Tabel III. Hasil Uji Drug Load CF dan DP ............................................................ 11

Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan CF dan DP ............................................................. 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi ................................... 9

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF ......................................... 13

Gambar 3. Kurva Hubungan Waktu dan % Kurkumin Terdisolusi ....................... 14

Gambar 4. Grafik Perbandingan DE180 .................................................................. 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit dari PT.

Phytochemindo Reksa ....................................................................... 21

Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin dari Nacalai, Inc. ......... 22

Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dalam Medium

Disolusi ............................................................................................. 23

Lampiran 4. Summary Output Regression Statistics untuk Kurva Baku Medium

Disolusi ............................................................................................. 27

Lampiran 5. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol ............................ 27

Lampiran 6. Summary Output Regression Statistics untuk Kurva Baku

Metanol ............................................................................................. 27

Lampiran 7. Batas Penerimaan % Perolehan Kembali dan Koefisien Variasi

(AOAC, 2016) .................................................................................. 28

Lampiran 8. Perhitungan Rendemen Dispersi Padat........................................ 29

Lampiran 9. Statistika Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat ...... 29

Lampiran 10. Penimbangan Kapsul Dispersi Padat dan Campuran Fisik ........ 33

Lampiran 11. Hasil Data Disolusi Dispersi Padat dan Campuran Fisik ........... 33

Lampiran 12. Perhitungan Parameter Uji Disolusi ........................................... 34

Lampiran 13. Statistika Dissolution Efficiency (DE) menit ke-180 Campuran

Fisik dan Dispersi Padat ................................................................... 35

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

1

PENDAHULUAN

Kunyit (Curcuma longa Linn.) merupakan tanaman suku temu-temuan

(Zingiberaceae) yang banyak dibudidayakan di daerah tropis Asia. Rimpang

kunyit sering dimanfaatkan untuk memberi warna dan rasa pada makanan

(Ammon and Wahl, 1991). Kunyit mengandung kurkuminoid yang merupakan

kelompok senyawa fenolik yang memberi warna kuning pada kunyit.

Kurkuminoid sebagai komponen utama dari kunyit terdiri dari kurkumin (77%),

demetoksikurkumin (18%), dan bis-demetoksikurkumin (5%) (Chattopadhyay et

al., 2004).

Kurkumin yang terdapat dalam kunyit memiliki berbagai aktivitas

farmakologi, antara lain anti-inflamasi, antioksidan, anti-kanker, anti-mikroba,

anti-alergi, hipoglikemik, penyembuh luka dan immunomodulator (Gilda et al.,

2009). Aktivitas kurkumin inilah yang membuatnya sebagai senyawa yang

berpotensi untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit pada

manusia, seperti Alzheimer, tumor, kanker, penyakit hepar, luka diabetes,

anoreksia, kantong empedu, batuk, sinusitis dan reumatik (Ammon et al., 1992;

Aggarwal and Sung, 2009; Epstein et al., 2010).

Potensi kurkumin dalam pengobatan tersebut menjadikannya sebagai

objek penelitian yang menarik dalam pengembangan obat. Namun menurut

Biopharmaceutical Classification System (BCS), kurkumin termasuk dalam obat

BCS kelas II, dimana obat-obat BCS kelas II memiliki permeabilitas yang tinggi

tetapi kelarutannya dalam air rendah (Wan et al., 2012). Kelarutan obat yang

rendah dalam air akan membuat laju disolusi rendah, sehingga absorpsi dan

bioavailabilitas obat juga menjadi rendah (Kansara et al., 2015). Pada obat BCS

kelas II, rendahnya kelarutan menyebabkan rendahnya bioavailabilitas oral,

sehingga disolusi menjadi rate limiting step untuk meningkatkan daya absorbsi

obat-obatan ini (Wan et al., 2012). Oleh karena itu, peningkatan disolusi obat-

obatan yang kurang larut dalam air menjadi sangat penting dalam meningkatkan

bioavailabilitas oral (Mogal et al., 2012).

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan disolusi

kurkumin adalah dengan membuat formulasi kurkumin dalam sistem dispersi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

2

padat, yaitu sistem yang terdiri dari satu atau beberapa zat aktif yang terdispersi

pada keadaan padat dalam suatu zat pembawa (Fudholi, 2013). Beberapa metode

sudah dikembangkan untuk meningkatkan disolusi obat-obatan yang kurang larut

air, seperti formasi garam, kompleksasi dengan siklodekstrin, mikronisasi dan

penambahan solven atau surfaktan. Namun, dispersi padat menjadi metode paling

menjanjikan dibandingkan metode-metode tersebut karena dispersi padat

menyediakan berbagai pilihan metode pembuatan dan eksipien yang memudahkan

dalam formulasi sistem pelepasan oral untuk obat-obatan yang kurang larut air.

Selain itu, metode dispersi padat juga mudah dioptimasi dan reprodusibilitasnya

tinggi (Singh et al., 2011; Chiou and Reigelman, 1971; Leuner and Dressman,

2000).

Penelitian dispersi padat dibuat dengan metode solvent evaporation.

Metode solvent evaporation telah banyak digunakan dalam pembuatan dispersi

padat karena metode ini dapat mencegah dekomposisi bahan obat akibat

pemanasan (Chiou and Riegelman, 1971). Alat yang digunakan pada metode ini

adalah rotary evaporator. Alat ini bekerja dengan meningkatkan luas permukaan

efektif dari sampel dan memanaskan larutan. Keuntungan penggunaan rotary

evaporator yaitu cepat dan efisien dalam menghilangkan pelarut yang mudah

menguap (University of Calgary, 2013).

Untuk dapat menghasilkan sediaan dispersi padat yang stabil, digunakan

polimer/surfaktan/campuran keduanya yaitu polimer dan surfaktan sebagai

pembawa (carrier) untuk menurunkan tingkat kristalisasi dengan mengurangi

mobilitas molekulnya (Bhugra and Pikal, 2008; Yonemochi et al., 2013). Selain

itu, disolusi obat dalam dispersi padat dipengaruhi oleh proporsi pembawa dan

kadar obat. Semakin banyak jumlah pembawa yang ditambahkan, kecepatan

disolusi obat akan semakin meningkat pula (Srinarong et al., 2010).

Inulin merupakan polisakarida alami yang dapat meningkatkan disolusi

obat lipofilik (Rowe et al, 2009). Menurut Srinarong et al. (2011), penambahan

inulin sebagai carrier dalam sistem dispersi padat pada obat-obatan yang

memiliki kelarutan rendah dalam air dapat meningkatkan disolusi obat tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

3

Berbagai penelitian menunjukkan penambahan inulin dalam sistem

dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan dari obat BCS kelas II, antara lain

diazepam, fenofibrate, ritonavir dan efavirenz. Berdasarkan Srinarong et al.

(2011), pada drug load 20% dan 30% untuk diazepam lama obat terdisolusi

sebesar 80% adalah 2 jam. Pada drug load 20% untuk fenofibrat, efavirenz dan

ritonavir lama obat terdisolusi sebesar 80% kurang dari 20 menit, sedangkan pada

drug load 30% lama obat terdisolusi sebesar 80% lebih dari 45 menit. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi drug load maka disolusi obat akan semakin

menurun. Menurut penelitian Visser et al. (2009), dispersi padat inulin terbukti

dapat meningkatkan absorpsi obat BCS kelas IV, yaitu TMC240. Obat-obatan

BCS kelas IV memiliki permeabilitas dan kelarutan yang sangat rendah. Dalam

penelitiannya, inulin dapat meningkatkan absorpsi obat BCS kelas IV sehingga

dapat diasumsikan inulin juga dapat meningkatkan disolusi obat BCS kelas II

yang memiliki kelarutan rendah namun permeabilitasnya tinggi.

Sebelumnya, penelitian mengenai dispersi padat kurkumin-inulin pernah

dilakukan oleh Fares and Salem (2015), dimana dispersi padat kurkumin-inulin

ini dapat meningkatkan disolusi kurkumin hingga 90% dibandingkan dengan

kurkumin tunggal yang hanya terdisolusi 30%. Namun, penelitian Fares and

Salem hanya melihat pengaruh pH formulasi ekstrak terhadap disolusi kurkumin

dan profil disolusi hanya dilihat dari 1 titik drug load, yaitu pada drug load 16%.

Untuk menindaklanjuti penelitian Fares and Salem, dalam penelitian ini dibuat

tiga serial drug load untuk mengetahui pengaruh drug load dalam sistem dispersi

padat ekstrak kunyit-inulin terhadap disolusi kurkumin.

Hipotesis

Terdapat perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat ekstrak

kunyit-inulin dengan berbagai variasi drug load, dimana semakin tinggi drug load

maka disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat semakin menurun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

4

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex

Iwaki), mortir dan stamper, ayakan nomer mesh 50, neraca analitik (Mettler

Toledo), hotplate magnetic stirer (Wilten & Co), labu alas bulat (Duran Schott),

rotary evaporator (Buchi), oven, shaker (Innova 2100), tabung centrifuge,

centrifuge (Gemmy Industrial Corp. PLC-05), makropipet (Socorex), alat uji

disolusi tipe dayung (Guoming RC-6D Dissolution Tester), pH-meter

(Wissenschaftlich-Technische Werkstatten), dry box (DB 38-28), vortex

(Scientific, Inc G-56E), dan spektrofotometer UV-visibel (Shimadzu UV-800).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kurkumin

(Nacalai, Japan), serbuk ekstrak kunyit terstandar dengan kadar kurkumin sebesar

84,675% (ditetapkan dengan spektrofotometer di Laboratorium Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma), etanol 96%, akuades, metanol p.a. (Merck), Inulin

(Department Pharmaceutical Technology and Biopharmacy, University of

Groningen), cangkang kapsul keras ukuran 00 (Kapsulindo Nusantara), Sodium

Lauryl Sulphate (SLS) (Merck) dan Sodium Dihydrogen Phosphate

Dihydrate/NaH2PO4 (Merck).

Pembuatan Larutan Baku Kurkumin

1. Pembuatan Larutan Stok Kurkumin

Kurkumin sebanyak kurang lebih 1,0 mg ditimbang secara seksama,

dilarutkan dalam 1 mL metanol p.a dan disimpan dalam suatu wadah yang

terlindung dari cahaya. Konsentrasi larutan yang didapat sebesar 1000 µg/mL.

2. Pembuatan Larutan Intermediet

Larutan intermediet dibuat dari larutan stok yang diencerkan dengan

metanol p.a sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 10 µg/mL.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

5

Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

1. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Medium

Disolusi

Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL dan 3

mL, masing-masing dilarutkan dalam medium disolusi pada labu ukur 10 mL.

Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 400-600 nm

dengan spektrofotometer visibel.

2. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Metanol

Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL dan 3

mL, masing-masing dilarutkan dalam metanol p.a pada labu ukur 10 mL.

Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 400-600 nm

dengan spektrofotometer visibel.

Verifikasi Metode Analisis

1. Penetapan Parameter Linearitas

Larutan intermediet kurkumin dibuat 14 seri konsentrasi, yaitu 0,011;

0,021; 0,043; 0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,080; 2,078; 3,232; 4,365;

5,384; dan 6,444 (µg/mL), masing-masing dilarutkan dalam medium disolusi

pada labu ukur 5 mL hingga batas tanda dan dilakukan replikasi sebanyak 3

kali. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum, lalu dianalisis

dengan Least Square Analysis.

2. Penetapan Akurasi dan Presisi

Larutan intermediet kurkumin dibuat 3 seri konsentrasi, yaitu 0,538; 3,232; dan

5,384 (µg/mL), masing-masing dilarutkan dalam medium disolusi pada labu

ukur 5 mL hingga batas tanda dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Serapan

diukur pada panjang gelombang maksimum. Akurasi dinyatakan dengan nilai

% perolehan kembali dan presisi dinyatakan dengan nilai koefisien variasi

(CV).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

6

Pembuatan Kurva Baku Kurkumin

1. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

Larutan intermediet kurkumin dibuat konsentrasi 0,011; 0,021; 0,043;

0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,080; 2,078; 3,232; 4,365; 5,384; dan 6,444

(µg/mL), masing-masing dilarutkan dalam dapar fosfat pH 6,0 dengan 0,5%

SLS pada labu ukur 5 mL hingga batas tanda dan dilakukan replikasi sebanyak

3 kali. Larutan diukur pada panjang gelombang maksimum. Persamaan kurva

baku didapat dengan menghitung regresi linear.

3. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol

Larutan intermediet kurkumin dibuat konsentrasi 0,538; 1,080; 2,078;

3,232; 4,365; dan 5,384 (µg/mL), masing-masing dilarutkan dalam metanol p.a

pada labu ukur 5 mL hingga batas tanda dan dilakukan replikasi sebanyak 3

kali. Larutan diukur pada panjang gelombang maksimum. Persamaan kurva

baku didapat dengan menghitung regresi linear.

Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin

Ekstrak kunyit dan inulin masing-masing ditimbang sebesar proporsi

ekstrak 10%, 20% dan 30% (Tabel 1), lalu ekstrak kunyit dilarutkan dengan

etanol dan inulin dilarutkan dengan akuades panas hingga tepat larut. Keduanya

dicampur hingga homogen, dihilangkan pelarutnya dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 60C sampai didapatkan cairan kental kemudian

dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50ºC. Hasil dispersi padat disimpan

dalam desikator hingga didapatkan bobot tetap, lalu digerus dengan mortir dan

stamper, kemudian serbuk diayak dengan ayakan no. mesh 50. Serbuk yang

diperoleh disimpan dalam desikator hingga dilakukan pengujian selanjutnya.

Tabel 1. Formula Dispersi Padat

Proporsi Ekstrak

(b/b)

Kunyit Inulin Bobot Total

10% 480 mg 4320 mg 4800 mg

20% 960 mg 3840 mg 4800 mg

30% 1440 mg 3360 mg 4800 mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

7

Pembuatan Serbuk Campuran Fisik Ekstrak Kunyit-Inulin

Ekstrak kunyit dan inulin ditimbang masing-masing sebesar proporsi

ekstrak 10%, 20% dan 30% (Tabel 1), keduanya dicampur hingga homogen di

dalam mortir, lalu diayak dengan ayakan nomor mesh 50. Serbuk disimpan dalam

desikator hingga dilakukan pengujian selanjutnya.

Uji Drug Load

Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang sebanyak

kurang lebih 10,0 mg secara seksama, lalu dilarutkan dalam 10 mL metanol p.a.

Kemudian, larutan divortex dan diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 424 nm, serta dihitung

kadarnya dengan persamaan kurva baku metanol.

Uji Kelarutan

Dispersi padat dan campuran fisik sebanyak 20,0 mg ditimbang secara

seksama, lalu dilarutkan dalam 20 mL dapar fosfat pH 6,0 di dalam wadah

erlenmeyer. Kemudian larutan diaduk menggunakan shaker dengan kecepatan 75

rpm selama 48 jam di suhu ruangan dan terlindung dari cahaya (Thirupathaiah

and Sunder, 2016). Setelah itu sampel disaring dengan kertas saring Whatman

no.1. Kemudian sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 430 nm.

Uji Disolusi

Sampel untuk uji disolusi, yaitu serbuk dispersi padat dan campuran fisik

10%, 20% dan 30% yang masing-masing direplikasi 3 kali ditimbang sebanyak

500,0 mg secara seksama dan dimasukkan ke dalam cangkang kapsul 00. Uji

disolusi dilakukan menggunakan alat disolusi tipe dayung dengan kecepatan putar

75 rpm dan temperatur selama pengujian diatur 37±0,5ºC (Thirupathaiah and

Sunder, 2016). Medium disolusi terdiri dari 500 mL dapar fosfat pH 6,0 dan 0,5%

SLS. Pada pengujian ini menggunakan dapar fosfat pH 6,0 karena kurkumin

paling stabil pada pH 6,0 (Wang et al., 1997). Sebelum uji disolusi, kapsul yang

berisi dispersi padat dan campuran fisik diberi pemberat dengan tujuan agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

8

kapsul tenggelam di dasar chamber. Sebanyak 5 mL cuplikan diambil

menggunakan makropipet pada interval waktu tertentu, yaitu 0, 10, 15, 30, 45, 60,

90, 120, 150 dan 180 menit. Setiap kali pengambilan cuplikan, medium yang

hilang diganti dengan medium yang baru dengan temperatur dan jumlah yang

sama. Cuplikan yang telah diambil sebanyak 5 mL lalu disentrifuge dengan

kecepatan 6000 rpm selama 5 menit, lalu supernatan yang didapatkan diukur

absorbansinya menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang

430 nm. Kadar kurkumin dihitung menggunakan persamaan kurva baku medium

disolusi. Kadar kurkumin yang terdisolusi dinyatakan sebagai presentase

kurkumin terdisolusi.

Analisis Data

Uji statistik pada penelitian ini menggunakan Real Statistic di Microsoft

Excel. Uji statistik ini untuk melihat perbedaan kelarutan dan profil disolusi

kurkumin pada dispersi padat dan campuran fisik, serta pengaruh drug load

ekstrak kunyit terhadap kelarutan dan disolusi kurkumin. Hasil uji disolusi

dianalisis pada nilai DE180 dengan taraf kepercayaan 95%. Uji normalitas

dilakukan pada hasil disolusi dengan menggunakan Shapiro-Wilk Test. Data yang

terdistribusi normal selanjutnya dilakukan pengujian dengan Unpaired-T-test

untuk 2 kelompok data dan One Way ANOVA untuk lebih dari 2 kelompok data.

Sedangkan untuk data yang terdistribusi tidak normal selanjutnya dilakukan

pengujian dengan Mann-Whitney test untuk 2 kelompok data dan Kruskal-Walis

untuk lebih dari 2 kelompok data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi

kurkumin dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit-inulin dengan variasi drug

load. Pada penelitian ini akan membandingkan disolusi kurkumin antara dispersi

padat ekstrak kunyit-inulin dan campuran fisik. Selain itu, penelitian ini juga akan

membandingkan disolusi kurkumin antar drug load dalam sistem dispersi padat

ekstrak kunyit-inulin. Proporsi ekstrak kunyit terhadap pembawa yang digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

9

dalam penelitian ini yaitu sebesar 10%, 20% dan 30%. Dispersi padat dibuat

dengan metode solvent evaporation, prinsipnya adalah obat dan pembawa

dilarutkan ke dalam suatu pelarut hingga homogen kemudian dilanjutkan dengan

proses penguapan pelarut. Massa kering yang dihasilkan kemudian digerus hingga

terbentuk serbuk dispersi padat. Nilai rendemen yang didapatkan untuk proporsi

ekstrak 10%, 20% dan 30% masing-masing adalah 92,04%, 90,89% dan 94,38%.

Verifikasi Metode Analisis

Verifikasi metode bertujuan untuk memvalidasi ulang metode yang

digunakan dalam penelitian ini. Verifikasi metode yang dilakukan dalam

penelitian ini, meliputi parameter linearitas, akurasi dan presisi. Penentuan

panjang gelombang maksimum dilakukan untuk menentukan panjang gelombang

dimana larutan analit memberikan serapan yang maksimal. Pada penelitian ini

didapatkan panjang gelombang maksimum kurkumin yaitu 424 nm dalam pelarut

metanol dan 430 nm dalam pelarut medium disolusi (dapar fosfat pH 6,0 dan

0,5% SLS).

Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

Linearitas digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai

kesahihan metode analisis dengan melihat nilai hubungan respon dari berbagai

konsentrasi zat baku pada suatu kurva baku yang dilihat sebagai nilai koefisien

korelasi (r) (Rohman, 2009). Berdasarkan tiga replikasi kurva baku yang telah

dibuat, didapatkan persamaan kurva baku y = 0,1352x + 0,0095 dengan koefisien

korelasi (r) sebesar 0,9969 (Gambar 1). Berdasarkan AOAC (2002), nilai

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0 2 4 6 8

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (µg/mL)

y = 0,1352x + 0,0095

R2 = 0,9939

R = 0,9969

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

10

koefisien korelasi (r) suatu metode yang baik adalah > 0,99, maka dapat dikatakan

metode yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi parameter

linearitas.

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit sebenarnya. Menurut AOAC (2016), syarat nilai %

recovery yang dapat diterima untuk konsentrasi 0,1 µg/mL hingga 10 µg/mL

adalah dalam rentang batas 80-110%. Pada penelitian ini, nilai % recovery yang

didapatkan antara 94,174-96,384% (Tabel II) dan telah memenuhi persyaratan

AOAC mengenai akurasi metode.Presisi merupakan ukuran kedekatan antar

serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada

sampel homogen yang sama. Menurut AOAC (2016), syarat coefficient of

variation (CV) maksimal untuk konsentrasi 1 µg/mL adalah kurang dari 11%.

Pada penelitian ini, CV yang didapatkan antara 0,36-3,26% (Tabel II) dan telah

memenuhi persyaratan AOAC mengenai presisi metode. Dari hasil % recovery

dan nilai CV yang telah memenuhi persyaratan AOAC, maka dapat dikatakan

bahwa metode analisis yang digunakan sudah akurat dan teliti.

Tabel II. Data Akurasi dan Presisi

Konsentrasi

teoritis

(µg/mL)

Konsentrasi

yang didapat

(µg/mL)

Akurasi

(% recovery)

Rata-rata

% recovery

Presisi

(CV)

0,538

0,514 95,549

94,174 1,46% 0,499 92,799

0,507 94,174

3,232

3,125 96,689

96,384 0,36% 3,118 96,461

3,103 96,003

5,384

5,322 98,844

95,546 3,26% 4,989 92,662

5,122 95,134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

11

Uji Drug Load

Uji drug load bertujuan untuk mengetahui jumlah kurkumin dalam

sampel masing-masing proporsi ekstrak 10%, 20% dan 30% terhadap total

sejumlah dispersi padat (DP) dan campuran fisik (CF) yang dibuat. Pada uji drug

load, didapatkan hasil rata-rata drug load untuk CF 10% sebesar 7,62% dan untuk

DP 10% sebesar 8,68%, lalu sebesar 16,88% untuk CF 20%, 16,96% untuk DP

20%, 23,85% untuk CF 30% dan 26,28% untuk DP 30% (Tabel III). Berdasarkan

nilai CV, semua sampel sudah memenuhi syarat homogenitas kecuali untuk CF

20% yang memiliki CV sebesar 6,33%. Syarat nilai CV yang masih bisa diterima

adalah < 5% (Corazza et al., 2015). Hal ini dikarenakan, pada formula CF 20%

kemungkinan belum homogen dalam proses pencampurannya atau pada saat

penimbangan sampel.

Tabel III. Hasil Uji Drug Load CF dan DP

Sampel

Rata-rata

Drug Load ±

SD (%)

Drug Load

sebenarnya

(%)

%

Recovery

CV

(%)

CF

10% 7,62 ± 0,11 8,47 90,03 1,40

20% 16,88 ± 1,07 16,94 99,67 6,33

30% 23,85 ± 0,91 25,39 93,93 3,83

DP

10% 8,68 ± 0,21 8,47 102,46 2,47

20% 16,96 ± 0,19 16,93 100,13 1,09

30% 26,28 ± 0,65 25,40 103,44 2,48

Berdasarkan Tabel III, hasil uji drug load pada masing-masing formula

DP lebih besar dibandingkan dengan CF. Hal ini disebabkan karena DP telah

melalui berbagai proses selama pembuatan dispersi padat yang berpengaruh

terhadap kelarutannya, dimana DP lebih terlarut dibandingkan CF sehingga

memungkinkan DP memiliki hasil drug load yang lebih besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

12

Uji Kelarutan

Uji kelarutan bertujuan untuk melihat kelarutan DP dibandingkan dengan

CF dalam medium disolusi. Uji kelarutan dilakukan dengan melarutkan serbuk

DP dan CF dalam dapar fosfat pH 6,0 tanpa SLS karena peneliti ingin melihat

kelarutan tanpa bantuan agen peningkat kelarutan atau surfaktan, seperti SLS.

Pengukuran kelarutan dapat menggunakan kurva baku medium disolusi yang

mengandung SLS, karena SLS tidak mempengaruhi pengukuran pada panjang

gelombang lebih dari 240 nm dengan metode Spektrofotometri UV-visibel

(Wang, Ma, and Higgins, 2006).

Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan CF dan DP

Sampel

Rata-rata

Kelarutan ±

SD (µg/mL)

Sampel

Rata-rata

Kelarutan ±

SD (µg/mL)

Peningkatan

kelarutan

CF 10% 0,02 ± 0,01 DP 10% 0,91 ± 0,09 49,13 kali

CF 20% 0,04 ± 0,01 DP 20% 0,73 ± 0,02 17,97 kali

CF 30% 0,06 ± 0,02 DP 30% 0,52 ± 0,03 9,36 kali

Berdasarkan hasil uji kelarutan, terdapat perbedaan kelarutan antara DP

dengan CF (Tabel IV). Pada DP 10% nilai peningkatan kelarutan paling besar

dimana kelarutan meningkat sebesar ±49 kali dibandingkan dengan CF 10%,

untuk DP 20% kelarutan meningkat sebesar ±17 kali dibandingkan dengan CF

20% dan untuk DP 30% kelarutan meningkat sebesar ±9 kali dibandingkan

dengan CF 30%. Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney Test dan Unpaired-T

Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara DP dibandingkan

dengan CF (Gambar 2). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p masing-masing drug

load 10%, 20% dan 30% antara DP dan CF sebesar p<0,05. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa sistem dispersi padat mampu meningkatkan kelarutan

kurkumin dibandingkan campuran fisik. Uji signifikansi antar formula DP juga

dilakukan menggunakan One Way ANOVA, didapatkan nilai p sebesar 0,00051,

yang menunjukkan perbedaan signifikan antar formula DP dalam meningkatkan

kelarutan kurkumin dengan hasil peningkatan paling besar pada formula DP 10%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

13

Selain itu juga dilakukan uji signifikansi antar formula CF menggunakan One

Way ANOVA dan dihasilkan nilai p >0,05, menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan signifikan antar formula CF dalam meningkatkan kelarutan kurkumin.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variasi drug load tidak menyebabkan

perubahan kelarutan kurkumin jika dalam formulasinya tidak dibuat dengan

metode dispersi padat.

Selama proses pembuatan DP ada proses pelarutan, yang menyebabkan

pengecilan ukuran partikel sehingga luas permukaan kontak dengan medium

semakin besar, tentu hal ini berpengaruh terhadap peningkatan kelarutan pada DP.

Selain itu, terjadi perubahan bentuk kristal menjadi amorf yang juga

mempengaruhi peningkatan kelarutan DP (Singh et al., 2011). Oleh karena itu,

jika dibandingkan dengan CF yang hanya dicampur biasa pada saat proses

pembuatannya, DP yang telah melalui serangkaian tahap hingga terbentuk dispersi

padat lebih dapat meningkatkan kelarutan kurkumin.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF

Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil disolusi

kurkumin antara DP dibandingkan dengan CF dengan melihat % obat yang

terdisolusi dan nilai DE180. Uji disolusi dilakukan dalam medium disolusi yang

terdiri dari dapar fosfat pH 6,0 dan 0,5% SLS.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

10% 20% 30%Kon

sen

trasi

ter

laru

t (µ

g/m

L)

Formula

DP

CF

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

14

Pengamatan dalam uji disolusi dilakukan dari menit ke-0 hingga menit

ke-180. Proses disolusi kurkumin terjadi mulai menit ke-3, dilihat secara visual

selama proses disolusi hingga menit ke-180. Namun, pada menit ke-180 semua

sampel DP dan CF belum habis terdisolusi yang ditandai dengan adanya endapan

berupa sisa sampel di dasar chamber. Hasil rata-rata % terdisolusi kurkumin pada

DP lebih tinggi dibandingkan CF (Gambar 3). Untuk DP, hasil rata-rata %

disolusi tertinggi diperoleh pada DP 10%, yaitu sebesar 76,66%, diikuti oleh DP

20% dengan rata-rata % disolusi sebesar 48,85% dan DP 30% sebesar 31,91%.

Sedangkan untuk CF, hasil rata-rata % disolusi tertinggi diperoleh pada CF 20%,

yaitu sebesar 23,05%, diikuti oleh CF 30% dengan rata-rata % disolusi sebesar

20,56% dan CF 10% sebesar 19,76%. Jadi, urutan sampel dengan % terdisolusi

dari yang paling tinggi ke yang paling rendah pada menit ke-180, yaitu DP 10% >

DP 20% > DP 30% > CF 20% > CF 30% > CF 10%.

Gambar 3. Kurva Hubungan Waktu dan % Kurkumin Terdisolusi

Selain % terdisolusi, selanjutnya dihitung nilai AUC dan nilai DE180 pada

masing-masing sampel. Dissolution Efficiency (DE) adalah perbandingan luas

area di bawah kurva profil disolusi dibandingkan dengan luas segiempat seratus

persen zat aktif yang terlarut dalam medium disolusi pada waktu tertentu

(Fudholi, 2013). Berdasarkan grafik perbandingan DE180, didapatkan hasil bahwa

nilai DE180 pada DP lebih besar dibandingkan dengan CF dengan urutan dari yang

paling besar, yaitu DP 10% > DP 20% > DP 30% > CF 20% > CF 30% > CF 10%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 10 15 30 45 60 90 120 150 180

% K

urk

um

in T

erd

iso

lusi

Waktu (menit)

DP 10%

CF 10%

DP 20%

CF 20%

DP 30%

CF 30%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

15

(Gambar 4). Pada uji statistik nilai DE180 dengan Mann-Whitney Test dan

Unpaired-T Test, didapatkan nilai p<0,05 pada masing-masing drug load sehingga

dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara DP dibandingkan

dengan CF, hal ini membuktikan bahwa dispersi padat dapat meningkatkan

disolusi kurkumin dibandingkan campuran fisik.

Selain membandingkan nilai DE180 antara DP dan CF, selanjutnya nilai

DE180 antar formula DP dibandingkan pula untuk melihat adanya perbedaan profil

disolusi kurkumin dari masing-masing drug load. Pada uji statistik dengan One

Way ANOVA, didapatkan nilai p sebesar 0,0019 (p<0,05) yang menunjukkan

terdapat perbedaan profil disolusi yang signifikan antar DP dengan drug load

yang berbeda, dimana pada DP 10% dapat meningkatkan disolusi kurkumin

paling besar dengan nilai DE180 sebesar 50,20%. Uji signifikansi antar formula CF

dilakukan menggunakan One Way ANOVA dan dihasilkan nilai p > 0,05,

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antar formula CF dalam

meningkatkan disolusi kurkumin. Pada CF, hasil nilai DE180 tidak sesuai dengan

kenaikan drug load. Hal ini menunjukkan bahwa variasi drug load pada campuran

fisik tidak mempengaruhi hasil disolusi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa variasi drug load tidak menyebabkan perubahan disolusi kurkumin jika

dalam formulasinya tidak dibuat dengan metode dispersi padat.

Gambar 4. Grafik Perbandingan DE180

Peningkatan disolusi pada DP disebabkan karena adanya proses pelarutan

yang menyebabkan pengecilan ukuran partikel sehingga luas permukaan kontak

dengan medium semakin besar. Selain itu, terjadi perubahan bentuk kristal

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

10% 20% 30%

DE 1

80 (

%)

Formula

DP

CF

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

16

menjadi amorf yang juga mempengaruhi peningkatan kelarutan DP (Singh et al.,

2011). Hal ini tentu berpengaruh terhadap peningkatan disolusi kurkumin pada

DP dibandingkan dengan CF yang hanya dicampur biasa pada saat proses

pembuatannya. Pada sistem dispersi padat ekstrak kunyit-inulin juga terbentuk

ikatan hidrogen intermolekuler antara kurkumin dengan inulin (pembawa) yang

menyebabkan perubahan kristal menjadi amorf pada kurkumin dan membantu

pelepasan kurkumin dalam medium disolusi. Oleh karena itu, inulin dapat

membantu peningkatan disolusi kurkumin (Fares and Salem, 2015).

Nilai % terdisolusi paling besar didapatkan pada sampel DP 10%, dimana

pada sampel ini terkandung jumlah pembawa yang paling banyak dibandingkan

dengan DP 20% dan DP 30%. Maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak

jumlah pembawa dalam suatu obat maka semakin meningkat pula disolusinya.

KESIMPULAN

Sistem dispersi padat ekstrak kunyit dengan pembawa inulin dapat

meningkatkan kelarutan dan disolusi kurkumin. Hal ini dibuktikan dari hasil uji

kelarutan dan uji disolusi bahwa terdapat perbedaan signifikan pada dispersi padat

dibandingkan dengan campuran fisik (p<0,05). Terdapat perbedaan yang

signifikan pula antar formulasi ekstrak kunyit dengan berbagai variasi drug load

10%, 20% dan 30% terhadap disolusi kurkumin, dengan disolusi paling besar

pada drug load 10% (nilai DE180 sebesar 50,20%), dimana pada formulasi drug

load 10% proporsi jumlah pembawa inulin paling besar.

SARAN

Dapat dilakukan uji karakterisasi untuk memastikan mekanisme dispersi

padat dalam meningkatkan kelarutan obat, yaitu menggunakan Fourier Transform

Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk identifikasi interaksi yang terjadi antara obat

dan pembawa dalam dispersi padat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

17

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal BB, and Sung B., 2009. Pharmacological Basis for The Role of

Curcumin in Chronic Diseases: An Age-Old Spice with Modern Targets.

Trends Pharmacol Sci, 30, 85–94.

Ammon, H. P. T., Anazoda, M. I., Safayhi, H., Dhawan, B. N., and Srimal, R. C.,

1992. Curcumin: A Potent Inhibitor of Leukotriene B4 Formation in Rat

Peritoneal Polymorphonuclear Neutrophils (PMNL). Planta Medica, 58,

26–28.

Ammon, H. P.T. and Wahl, M. A., 1991. Pharmacology of Curcuma Longa,

Planta Medica, 57, 1-7.

Anand, P., Kunnumakkara, A.B., Newman, R.A. and Aggarwal, B.B., 2007.

Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. Mol Pharm, 4,

807–18.

AOAC, 2002. AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical

Methods for Dietary Supplements and Botanicals, 14.

AOAC, 2016. Appendix F-Guidelines for Standard Method Performance

Requirements. AOAC Official Methods of Analysis, 1-18.

Bhugra, M.J, and Pikal, 2008. Role of Thermodynamic, Molecular and Kinetic

Factors in Crystallization from the Amorphous State. Journal of

Pharmaceutical Sciences, 97, 1329-1349.

Braga ME, Leal PF, Carvalho JE, and Meireles MA, 2003. Comparison of Yield,

Composition, and Antioxidant Activity of Turmeric (Curcuma longa L.)

Extracts Obtained using Various Techniques. J Agric Food Chem, 51,

6604–6611.

Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U., and Banerjee, R. K. 2004.

Turmeric and Curcumin: Biological Actions and Medicinal Applications.

Current Science, 87(1), 44–53.

Chiou, W.L. and Riegelman, S., 1971. Pharmaceutical Applications of Solid

Dispersion Systems. Journal of Pharmaceutical Sciences, 60 (9), 1281–

1302.

Corazza, Fulvio Gabriel, Blanca Elena Ortega Markman, and Paulo Cesar Pires

Rosa, 2015. Physicochemical Quality Evaluation of Amoxicillin Capsules

Produced in Compounding Pharmacies at Diadema, Sao Paulo, Brazil.

Journal of Applied Pharmaceutical Science 5(12), 29-34.

Dhirendra, K., Lewis, S., Udupa, N., and Atin, K., 2009. Solid Dispersions: A

Review, 22 (2), 234–246.

Epstein, J., Sanderson, I.R. and Macdonald, T..T, 2010. Curcumin as a

Therapeutic Agent: The Evidence From in Vitro, Animal and Human

Studies. Br J Nutr, 103, 1545–1557.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

18

Fares, M.M. and Salem, M.S., 2015. Dissolution Enhancement of Curcumin via

Curcumin-Prebiotic Inulin Nanoparticles. Drug Dev Ind Pharm, 1-8.

Franck, AME., 2000, Inulin and Oligofruktose, ORAFTI Active Food Ingredients.

Dalam: LFRA Ingredients Handbook: Prebiotics and Probiotics, Glen

Gibson & Fiona Angus, LFRA Limited Randalls Roads, Leatherhead,

Surrey KT22 7RY.

Fudholi, A., 2013. Disolusi dan Pelepasan in Vitro, Pustaka Pelajar, 137-143.

Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 220-229.

Gilda, S, Kanitkar, M., Bhonde, R., and Paradkar A., 2009. Activity of Water-

Soluble Turmeric Extract using Hydrophilic Excipients. LWT-Food

Science and Technology, 43, 59-66.

Harwood, L.M. and Moody, C.J., 1989. Experimental Organic Chemistry:

Principles and Practice, pp. 47-51.

Kakran, M., Gopal, N., Wah, Y., and Li, L., 2013. Colloids and Surfaces A :

Physicochemical and Engineering Aspects Ternary Dispersions to

Enhance 22 Solubility of Poorly Water Soluble Antioxidants. Colloids and

Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, 433, 111–121.

Kansara, H., Panola, R. and Mishra, A., 2015. Techniques Used to Enhance

Bioavailability of BCS Class II Drugs: A Review. International Journal of

Drug Development and Research, 7(1), 82-93.

Kim, K.T. et al., 2011. Solid Dispersions as a Drug Delivery System. Journal of

Pharmaceutical Investigation, 41(3), 125-142.

Leuner, C. and Dressman, J., 2000. Improving Drug Solubility for Oral Delivery

Using Solid Dispersions. European Journal of Pharmaceutics and

Biopharmaceutics: Official Journal of Arbeitsgemeinschaft für

Pharmazeutische Verfahrenstechnik e.V, 50 (1), 47–60.

Mogal, S. A., Gurjar, P.N., Yamgar, D.S., and Kamod, A.C., 2012. Solid

Dispersion Technique for Improving Solubility of Some Poorly Soluble

Drugs, Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, 4(5), 1574-1586.

Rohman, A., 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat, Cetakan I, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 217-235.

Rohman, A., 2012. Analysis of Curcuminoids in Food and Pharmaceutical

Products. International Food Research Journal, 19 (1), 19–27.

Rohrs, B.R, 2001. Dissolution Method Development for Poorly Soluble

Compounds. In: Dissolution Technologies. Pharmacia, Kalamazo, MI, 1-5.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical

Excipients, Ed. 6th, Pharmacutical Press, London, 339-341.

Ruiz, J. et al., 2013. Science and Technology for New Culinary Techniques.

Journal of Culinary Science & Technology, 11, 66–79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

19

Saipin, S., Sirima, M., Narubodde, P., Wiwat, P., and Ruedeekorn, W., 2010.

Development and Evaluation of Self-Microemulsifying Liquid and Pellet

Formulations of Curcumin, and Absorption Studies in Rats. European

Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 76, 475-485.

Serajuddin, A., 1999. Solid Dispersion Technique. J. Pharmaceut. Sci., 88 (10),

891-900.

Sharma, A. and Jain, C.P., 2011. Solid Dispersion: A Promising Technique to

Enhance Solubility of Poorly Water Soluble Drug. International Journal

of Drug Delivery, 1 (2), 149–170.

Shoba, G., Joy, D., Joseph, T., et al., 1998. Influence of Piperine on The

Pharmacokinetics of Curcumin in Animals and Human Volunteers.

Planta Med,64, 353–6.

Singh S, Sathali A , Jayswal S., 2002. Improvement of Dissolution Rate and

Aqueous Solubility of Nitrazepam by Solid dispersion Technique. Acta

Pharmaceuitica Turcica, 44, 105-118.

Singh, S., Singh Baghel, R., and Yadav, L., 2011, A Review on Solid Dispersion.

Int. J. of Pharm. and Life Sci. (IJPLS), 2 (9), 1078–1095.

Sinko, P.J., 2006, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, edisi 5, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 423-445.

Srinarong, P. et al., 2010. Effect of Drug-Carrier Interaction on The Dissolution

Behavior of Solid Dispersion Tablets. Pharmaceutical Development and

Technology, 15(5), 460-468.

Srinarong, P. et al., 2011. Surface-Active Derivative of Inulin (Inutec® SP1) Is a

Superior Carrier for Solid Dispersions with a High Drug load. Journal of

Pharmaceutical Sciences, 100, 2333-2342.

Strimpakos, A.S. and Sharma, R.A., 2008. Curcumin: Preventive and Therapeutic

Properties in Laboratory Studies and Clinical Trials. Antioxidants and

Redox Signaling, 10 (3), 511–45.

Tagalpallewar, V.R., 2017. Enhancement of Dissolution of Poory Water Soluble

Drug by Solid Dispersion Tecnique, Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res. 43(1),

155-160.

Thirupathaiah, A., and Sunder, R.S., 2016. Formulation and Evaluation of

Simvastatin Solid Dispersions by Solvent Evaporation Method. Research

Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences For 7(4),

2516-28.

Thomas, E., Zachariah, T.J, Syamkumar, S. and Sasikumar, B., 2011.

Curcuminoid Profiling of Indian Turmeric. Journal of Medicinal and

Aromatic Plant Sciences, 33(1), 36-40.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

20

Tonnesen, H.H., and Karlsen, J., 1985. Studies on Curcumin and

Curcuminoids.VI Kinetics of Curcumin Degradation In Aqueous Solution,

Z. Lebensm, Unters. Forsch, pp. 402-202.

Tonnesen, H.H., and Karlsen, J., 2002. Alginate in Drug Delivery Systems. Drug

Dev Ind Pharm, 28(6), 621-30.

University of Calgary, 2013. Organic Laboratory Techniques 8 Rotary

Evaporation: The "Rotavap", http://www.chem.ucalgary.ca/cporses/351/

laboratory/rotavap.pdf, diakses tanggal 18 Agustus 2017.

USP, 1995. Dissolution, The United States Pharmacopeial Convention, USA.

Vasconcelos T., Sarmento B., and Costa P., 2007. Solid Dispersions as Strategy to

Improve Oral Bioavailability of Poor Water Soluble Drugs. Drug Discov

Today, 12 (23/24), 1068-1075.

Visser, M.R. et al., 2010. Inulin Solid Dispersion Technology to Improve The

Absorption of the BCS Class IV drug TMC240. European Journal of

Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 74, 233-238.

Wan, S., Sun, Y., Qi, X., and Tan, F., 2012. Improved Bioavailability of Poorly

Water-Soluble Drug Curcumin in Cellulose Acetate Solid Dispersion.

AAPS PharmSciTech, 13 (1), 159–66.

Wang, Q., Ma, D., and Higgins, J.P., 2006. Analytical Method Selection for Drug

Product Dissolution Testing, Merck Research Laboratories,

Pharmaceutical Research & Development, West Point, PA.

Wang, Y.J. et al., 1997. Stability of Curcumin in Buffer Solution and

Characterization of Its Degradation Products, Journal of Pharmaceutical

and Biomedical Analysis, 15(12), 1867-1876.

Yonemochi, S. Sano, Y. Yoshihashi, and K. Terada, 2013. Diffusivity of

Amorphous Drug in Solid Dispersion, Journal of Thermal Analysis and

Calorimetry, 113, 1505-1510.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit dari PT.

Phytochemindo Reksa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

22

Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin dari Nacalai, Inc.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

23

Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dalam Medium

Disolusi

1. Hasil Overlay Spectrum Scanning Panjang Gelombang Maksimum dalam

Medium Disolusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

24

2. Hasil Overlay Spectrum Scanning Panjang Gelombang Maksimum dalam

Medium Disolusi pada Konsentrasi Rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

25

3. Hasil Overlay Spectrum Scanning Panjang Gelombang Maksimum dalam

Medium Disolusi pada Konsentrasi Sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

26

4. Hasil Overlay Spectrum Scanning Panjang Gelombang Maksimum dalam

Medium Disolusi pada Konsentrasi Tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

27

Lampiran 4. Summary Output Regression Statistics untuk Kurva Baku

Medium Disolusi

Lampiran 5. Kurva Baku Kurkumin dalam Pelarut Metanol

Lampiran 6. Summary Output Regression Statistics untuk Kurva Baku

Metanol

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,996922759

R Square 0,993854987

Adjusted R Square 0,993701362

Standard Error 0,0233941

Observations 42

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 3,54056762 3,54056762 6469,343486 7,41185E-46

Residual 40 0,021891357 0,000547284

Total 41 3,562458976

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%

Intercept 0,009526619 0,004624513 2,060026257 0,04594324 0,000180129 0,018873109 0,000180129 0,018873109

X Variable 1 0,135150335 0,001680301 80,43222915 7,41185E-46 0,131754321 0,13854635 0,131754321 0,13854635

y = 0,1349x + 0,0035

R² = 0,9944

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0 1 2 3 4 5 6

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (µg/mL)

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,99718416

R Square 0,99437625

Adjusted R Square 0,99402476

Standard Error 0,01859303

Observations 18

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 0,978013288 0,9780133 2829,07 1,9697E-19

Residual 16 0,005531212 0,0003457

Total 17 0,9835445

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%

Intercept 0,00346611 0,008301906 0,4175082 0,68186 -0,01413314 0,02106537 -0,01413314 0,021065368

X Variable 1 0,13492854 0,002536773 53,189048 2E-19 0,12955082 0,14030626 0,129550825 0,140306262

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

28

Lampiran 7. Batas Penerimaan % Perolehan Kembali dan Koefisien Variasi

(AOAC, 2016)

1. Batas Penerimaan % Perolehan Kembali

2. Batas Penerimaan Koefisien Variasi (CV)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

29

Lampiran 8. Perhitungan Rendemen Dispersi Padat

% Rendemen =

Bahan Dispersi Padat

10% 20% 30%

Berat yang diperoleh (g) 4,4184 4,3628 4,5304

Berat teoritis (g) 4,8003 4,8001 4,8001

% Rendemen 92,044% 90,889% 94,381%

Lampiran 9. Statistika Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat

1. Uji Normalitas Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat

menggunakan Shapiro-Wilk Test

Descriptive Statistics Shapiro-Wilk Test

DP & CF 10% DP & CF 20% DP & CF 30% DP & CF 10% DP & CF 20% DP & CF 30%

Mean 0,551035503 0,451923077 0,338017751 W-stat 0,77592708 0,714244722 0,743331745

Standard Error 0,220942241 0,171057991 0,111129042 p-value 0,050834188 0,013417147 0,025788303

Median 0,802514793 0,706360947 0,491863905 alpha 0,05 0,05 0,05

Mode #N/A 0,743343195 #N/A normal yes no no

Standard Deviation 0,49404187 0,382497297 0,248492091

Sample Variance 0,244077369 0,146304182 0,061748319

Kurtosis -3,230994868 -3,31870986 -3,295196192

Skewness -0,531092779 -0,602411002 -0,584344082

Range 0,976331361 0,717455621 0,480769231

Maximum 0,980029586 0,743343195 0,543639053

Minimum 0,003698225 0,025887574 0,062869822

Sum 2,755177515 2,259615385 1,690088757

Count 5 5 5

Geometric Mean 0,148000124 0,210269632 0,227987709

Harmonic Mean 0,016007406 0,074275836 0,139168268

AAD 0,428994083 0,334911243 0,217159763

MAD 0,177514793 0,036982249 0,051775148

IQR 0,917159763 0,702662722 0,451183432

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

30

2. Signifikansi Kelarutan antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat 10%

menggunakan Uji T tidak berpasangan

3. Signifikansi Kelarutan antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat 20%

menggunakan Mann-Whitney Test

T Test: Two Independent Samples

SUMMARY Hyp Mean Diff 0

Groups Count Mean Variance Cohen d

CF 10% 3 0,0184911 0,000164122

DP 10% 3 0,9085306 0,008771431

Pooled 0,004467777 13,3156856

T TEST: Equal Variances Alpha 0,05

std err t-stat df p-value t-crit lower upper sig effect r

One Tail 0,0545758 16,308318 4 4,1369E-05 2,13184679 yes 0,99256

Two Tail 0,0545758 16,308318 4 8,2738E-05 2,77644511 -1,0416 -0,7385 yes 0,99256

T TEST: Unequal Variances Alpha 0,05

std err t-stat df p-value t-crit lower upper sig effect r

One Tail 0,0545758 16,308318 2,074817881 0,00159374 2,84943036 yes 0,99612

Two Tail 0,0545758 16,308318 2,074817881 0,00318748 4,15733753 -1,1169 -0,6631 yes 0,99612

F-Test Two-Sample for Variances

CF 10% DP 10%

Mean 0,018491124 0,908530572

Variance 0,000164122 0,008771431

Observations 3 3

df 2 2

F 0,018711019

P(F<=f) one-tail 0,018367347

F Critical one-tail 0,052631579

Mann-Whitney Test for Two Independent Samples

CF 20% DP 20%

count 3 3

median 0,040680473 0,743343195

rank sum 6 15

U 9 0

one tail two tail

alpha 0,05

U 0

mean 4,5

std dev 2,258317958 ties

z-score 1,992633492

effect r 0,813489217

U-crit 0,785397516 0,073778136

p-value 0,023150797 0,046301595

sig (norm) yes yes

U-crit 0 0

sig (table) no no

p-value 0,05 0,1

sig (exact) no no

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

31

4. Signifikansi Kelarutan antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat 30%

menggunakan Mann-Whitney Test

5. Uji Normalitas Kelarutan antar Dispersi Padat menggunakan Shapiro-

Wilk Test

Mann-Whitney Test for Two Independent Samples

CF 30% DP 30%

count 3 3

median 0,062869822 0,521449704

rank sum 6 15

U 9 0

one tail two tail

alpha 0,05

U 0

mean 4,5

std dev 2,291287847 ties

z-score 1,963961012

effect r 0,801783726

U-crit 0,731166874 0,009158341

p-value 0,024767307 0,049534613

sig (norm) yes yes

U-crit 0 0

sig (table) no no

p-value 0,05 0,1

sig (exact) no no

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

32

6. Signifikansi Kelarutan antar Dispersi Padat menggunakan One Way

ANOVA

7. Uji Normalitas Kelarutan antar Campuran Fisik menggunakan Shapiro-

Wilk Test

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

33

8. Signifikansi Kelarutan antar Campuran Fisik menggunakan One Way

ANOVA

Lampiran 10. Penimbangan Kapsul Dispersi Padat dan Campuran Fisik

Campuran Fisik Dispersi Padat

Sampel Berat

(mg)

Rata-rata

(mg) Sampel

Berat

(mg)

Rata-rata

(mg)

CF 10%

500,2

500,167 DP 10%

500,2

500,200 500,2 500,2

500,1 500,2

CF 20%

500,1

500,067 DP 20%

500,2

500,133 500,0 500,1

500,1 500,1

CF 30%

500,0

500,033 DP 30%

500,2

500,200 500,0 500,3

500,1 500,1

Lampiran 11. Hasil Data Disolusi Dispersi Padat dan Campuran Fisik

1. Hasil Disolusi CF 10%

Menit

ke-

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata

% D C

(µg/mL) % D

C

(µg/mL) % D

C

(µg/mL) % D

0 0 0 0 0 0 0 0

10 1,76 2,07 0,83 0,98 1,76 2,07 1,71

15 2,13 2,51 3,05 3,60 2,31 2,73 2,95

30 3,61 4,26 4,90 5,78 5,27 6,22 5,42

45 6,01 7,09 8,23 9,71 8,60 10,15 8,99

60 8,23 9,71 8,97 10,59 8,97 10,59 10,30

90 9,89 11,68 10,82 12,77 11,19 13,21 12,55

120 12,67 14,95 14,52 17,14 14,33 16,92 16,34

150 13,04 15,39 15,99 18,88 16,36 19,32 17,86

180 14,15 16,70 17,66 20,85 18,40 21,72 19,76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

34

2. Hasil Disolusi DP 10%

Menit

ke-

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata

% D C

(µg/mL) % D

C

(µg/mL) % D

C

(µg/mL) % D

0 0 0 0 0 0 0 0

10 1,76 2,07 2,50 2,95 0,46 0,55 1,86

15 7,12 8,40 7,30 8,62 6,01 7,09 8,04

30 21,36 25,21 19,51 23,03 16,73 19,76 22,67

45 29,12 34,38 30,42 35,91 29,86 35,25 35,18

60 38,37 45,30 37,26 43,99 36,89 43,55 44,28

90 52,61 62,10 51,31 60,58 50,94 60,14 60,94

120 56,31 66,47 57,41 67,78 54,27 64,07 66,11

150 60,19 71,05 59,82 70,62 59,26 69,96 70,54

180 64,81 76,51 70,36 83,06 59,63 70,40 76,66

Lampiran 12. Perhitungan Parameter Uji Disolusi

1. Hasil Perhitungan AUC dan DE CF 10%

Menit

ke-

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-

rata DE

(%) AUC

DE

(% )

AUC

DE

(% )

AUC

DE

(% )

0 0 0 0 0 0 0 0

10 10,37 1,04 4,91 0,49 10,37 1,04 0,86

15 11,46 1,46 11,46 1,09 12,01 1,49 1,35

30 50,75 2,42 70,40 2,89 67,14 2,98 2,77

45 85,13 3,50 116,24 4,51 122,81 4,72 4,24

60 126,06 4,73 152,26 5,92 155,56 6,13 5,59

90 320,89 6,72 350,36 7,84 356,98 8,05 7,54

120 399,47 8,37 448,59 9,62 451,95 9,81 9,26

150 455,14 9,73 540,27 11,30 543,65 11,47 10,83

180 481,33 10,78 595,93 12,72 615,70 12,98 12,16

2. Hasil Perhitungan AUC dan DE DP 10%

Menit

ke-

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-

rata DE

(%) AUC

DE

(% )

AUC

DE

(% )

AUC

DE

(% )

0 0 0 0 0 0 0 0

10 10,37 1,04 14,73 1,47 2,73 0,27 0,93

15 26,19 2,44 28,92 2,91 19,10 1,46 2,27

30 252,13 9,62 237,39 9,37 201,37 7,44 8,81

45 446,95 16,35 442,04 16,07 412,57 14,13 15,51

60 597,57 22,22 599,21 22,04 591,02 20,45 21,57

90 1610,98 32,71 1568,42 32,12 1555,32 30,91 31,91

120 1928,59 40,61 1925,32 40,13 1863,11 38,71 39,82

150 2062,84 46,24 2075,94 45,95 2010,45 44,37 45,52

180 2213,46 50,83 2305,15 51,10 2105,41 48,67 50,20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

35

Lampiran 13. Statistika Dissolution Efficiency (DE) menit ke-180 Campuran

Fisik dan Dispersi Padat

1. Uji Normalitas DE180 Campuran Fisik dan Dispersi Padat menggunakan

Shapiro-Wilk Test

2. Signifikansi DE180 antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat 10%

menggunakan Mann-Whitney Test

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

36

3. Signifikansi DE180 antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat 20%

menggunakan Unpaired T Test

4. Signifikansi DE180 antara Campuran Fisik dan Dispersi Padat 30%

menggunakan Mann-Whitney Test

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

37

5. Uji Normalitas DE180 antar Dispersi Padat menggunakan Shapiro-Wilk

Test

6. Signifikansi DE180 antar Dispersi Padat menggunakan One Way ANOVA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

38

7. Uji Normalitas DE180 antar Campuran Fisik menggunakan Shapiro-Wilk

Test

8. Signifikansi DE180 antar Campuran Fisik menggunakan One Way ANOVA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

39

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

1. Sampel Campuran Fisik dan Dispersi Padat

CF 10% CF 20% CF 30%

DP 10% DP 20% DP 30%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM …repository.usd.ac.id/30033/2/148114134_full.pdfDisolusi dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak Kunyit-Inulin dengan Variasi Drug Load”

40

BIOGRAFI PENULIS

Penulis dengan nama lengkap Maria Maretta

Esananda lahir di Sragen, 9 Maret 1996 dan

merupakan anak pertama dari Stephanus Margono

dan Nunuk Ekanti P. Penulis telah menyelesaikan

pendidikan di SD Negeri 1 Gemolong (2002-2008),

SMP Negeri 1 Gemolong (2008-2011) dan SMA

Negeri 1 Surakarta (2011-2014). Penulis

menyelesaikan studi S1 di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul

tugas akhir “Perbedaan Profil Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi

Padat Ekstrak Kunyit (Curcuma longa Linn.)-Inulin dengan Variasi Drug

Load”. Selama masa studi, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, yaitu

dalam kegiatan Komunitas Sadar Sehat 2015 sebagai anggota Dana dan Usaha,

INSADHA 2015 sebagai anggota Medis, Lomba Cerdas Cermat Kimia 2016

sebagai koordinator P3K, Pharmacy Performance 2016 sebagai koordinator P3K,

TITRASI 2016 sebagai anggota Dana dan Usaha. Selain itu, penulis juga aktif

dalam organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Farmasi

periode 2015-2016 sebagai anggota Komisi Publikasi dasn Informasi. Penulis juga

pernah berperan sebagai asisten praktikum Kimia Analisis (2016) dan Peracikan

Obat (2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI