94545406-referat-faringitis

19
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan ludah orang yang menderita faringitis. 1 1.2. Tujuan Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis. 1.3. Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang Faringitis serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini. b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit Faringitis. c. Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain yang ada kaitannya dengan penyakit ini. 1

Transcript of 94545406-referat-faringitis

Page 1: 94545406-referat-faringitis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi

maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari sekret hidung dan

ludah orang yang menderita faringitis.1

1.2. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas

kepaniteraan klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan

Bedah Kepala Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens,

patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari faringitis.

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a.Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang Faringitis serta

berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.

b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit Faringitis.

c.Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain

yang ada kaitannya dengan penyakit ini.

1

Page 2: 94545406-referat-faringitis

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian

atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus

resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan

terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.8

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan

bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia

faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan

inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap

bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-

otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor

ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.1,8

Gambar 2.1. Otot-otot Faring dan Esofagus

2

Page 3: 94545406-referat-faringitis

Berdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan

Laringofaring (Hipofaring).

Gambar 2.2. Anatomi Nasofaring, Orofaring dan Hypoparing

Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini

antara lain : - batas atas : Basis Kranii

- batas bawah : Palatum mole

- batas depan : rongga hidung

- batas belakang : vertebra servikal

Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa

struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus

faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur

embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan

kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus,

Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian

petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius. 1,8

3

Page 4: 94545406-referat-faringitis

Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring.

Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu : - batas atas : palatum mole

- batas bawah : tepi atas epiglottis

- batas depan : rongga mulut

- batas belakang : vertebra servikalis

Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil

palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen

sekum. 4

Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas

dari laringofaring antara lain, yaitu : - batas atas : epiglotis

- batas bawah : kartilago krikodea

- batas depan : laring

- batas belakang : vertebra servikalis

2.2. Fisiologi Faring

Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi

suara dan artikulasi. 9

2.2.1. Fungsi Menelan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through the

mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang

berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini

diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang

otot menelan.

4

Page 5: 94545406-referat-faringitis

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.

Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan

memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. 9

Gambar 2.3. Proses Menelan

2.2.2. Fungsi Faring Dalam Proses Bicara

Percakapan  digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan

proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa

adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang

dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk

perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan

produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.

5

Page 6: 94545406-referat-faringitis

Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang

normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara

dengan volume  yang  cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer  adekuat) untuk phonasi.

Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan

memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara. 9

2.3. Definisi

Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun

non infeksi. 1

2.4. Etiologi

Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-

40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi

dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza virus,

Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,

cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan

terjadinya faringitis. 1

Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15%

penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis

yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.

Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae,

Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema

pallidum, Mycobacterium tuberculosis. 1

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.

Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi

makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

2.5. Insidens

Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa.

Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar

10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun.

6

Page 7: 94545406-referat-faringitis

Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut

faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus

pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi

GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.

2.6. Patogenesis

Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang

berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini

hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini

menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan

jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring.10 Periode inkubasi

faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72 jam.11

Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan

bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat

dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.10

Faktor risiko dari faringitis yaitu:12

Cuaca dingin dan musim flu

Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui

udara

Merokok, atau terpajan oleh asap rokok

Infeksi sinus yang berulang

Alergi

2.7. Klasifikasi Faringitis

2.7.1. Faringitis Akut

a. Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan

faringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Pada pemeriksaan

7

Page 8: 94545406-referat-faringitis

tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak

menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi

kulit berupa maculopapular rash. 1

Gambar 2.4. Viral Pharyngitis

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis

terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi

eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama

retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan keluhan

nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,

terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah. 1

b. Faringitis Bakterial

Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang

tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan

tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak

petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri

pada penekanan. 1

8

Page 9: 94545406-referat-faringitis

Gambar 2.4. Streptococcal Pharyngitis

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan

menggunakan Centor criteria, yaitu : - demam

- Anterior Cervical lymphadenopathy

- Tonsillar exudates

- absence of cough

Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis

akibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40%

terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi

streptococcus group A.5

c. Faringitis Fungal

Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di

orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. 1

2.7.2. Faringitis Kronik

9

Page 10: 94545406-referat-faringitis

Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis

kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis,

iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.

Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut

karena hidungnya tersumbat. 1

a. Faringitis Kronik Hiperplastik

Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak.

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak

kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak

mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. 1

b. Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis

atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan

rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering dan

tebal seerta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang

kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. 1

2.8. Gejala klinis

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti demam,

anorexia, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar,

pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila

ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah

dan leukosit.1,2

2.9. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan

dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan

10

Page 11: 94545406-referat-faringitis

leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan

hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

2.10. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnose

antara lain yaitu :

- pemeriksaan darah lengkap

- GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus

group A

- Throat culture

Namun pada umumnya peran diagnostic pada laboratorium dan radiologi terbatas.

2.11. Penatalaksanaan

Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur

dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)

diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali

pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-

6 kali pemberian/hari. 1

Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A

diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau

amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg

selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid

karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid

yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-0,3

mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik,

antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau

antiseptik. 1

Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik

faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter).

Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk

11

Page 12: 94545406-referat-faringitis

antitusif atau ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis

kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya

ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut. 1

2.12. Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis

biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

2.13. Komplikasi

Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.

• Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis,

otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien

dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan

baru.

• Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan

toxic shock syndrome, peritonsiler abses

• Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré syndrome,

encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring. 7

12

Page 13: 94545406-referat-faringitis

BAB 3

KESIMPULAN

Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.

Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.

Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor

resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi

makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas,

anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis,

tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah

teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai

peningkatan laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai

dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi

tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang

hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di

leher.

Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri maka

diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan

pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi aktivitasnya. Dengan pengobatan yang

adekuat umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya

sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media,

epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat

terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut.

Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.

13