9 SKABIES,
-
Upload
annisa-f-sharfina -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
description
Transcript of 9 SKABIES,
SKABIES
Nanda Earlia
I. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang sangat menular, disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Penyakit ini ditandai dengan keluhan
subyektif yang sangat gatal terutama pada malam hari, disertai erupsi kulit dengan
derajat keparahan yang bervariasi. Onset gejala klinis terjadi seiring dengan
berkembangnya respon imun terhadap keberadaan tungau dan produk-produknya pada
epidermis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan
laboratorium dengan mikroskop ditemukan adanya terowongan dan tungau di dalam
terowongan tersebut.
II. ETIOPATOGENESIS
Erupsi skabies disebabkan oleh respon imun terhadap keberadaan Sarcoptes scabiei
atau produk-produknya pada kulit. Pada infestasi primer, erupsi kulit biasanya terjadi sekitar
4 minggu setelah infestasi dan diikuti dengan timbulnya gejala klinis. Rasa gatal dan
inflamasi adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas dari pejamu karena adanya bahan-bahan
asing (seperti kutu, telur dan feses) pada kulit. Garukan yang terjadi akibat rangsangan gatal
akan mengurangi jumlah organisme dan membantu membatasi derajat infestasi. Pada
reinfestasi, gejala klinis timbul lebih cepat yaitu sekitar 1-4 hari setelah infestasi dengan
derajat yang lebih ringan. Hal ini terjadi oleh karena pada infestasi ulang telah terjadi
sensitisasi dalam tubuh pasien terhadap tungau dan produknya yang merupakan antigen dan
mendapat respon dari sistem imun tubuh. Tungau betina membuat liang di dalam epidermis
(stratum korneum, yang bersifat lebih longgar dan tipis) dan meletakkan telur dalam liang-
liang yang ditinggalkannya. Awalnya pejamu tidak menyadari adanya aktivitas penggalian
terowongan dalam epidermis tetapi setelah 4-6 minggu terjadi reaksi hipersensitivitas
terhadap tungau atau bahan-bahan yang dikeluarkannya, dan mulainya timbul gatal. Reaksi
alergi terhadap tungau dan produknya disebabkan akibat substansi yang dilepaskan S.scabiei
sebagai respon terhadap hubungan antara tungau, keratinosit, dan sel-sel Langerhans ketika
melakukan penetrasi kedalam kulit. Hasil penelitian terbaru, menunjukkan keterlibatan
reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada reaksi tipe I, terjadi akibat pertemuan antigen
tungau dengan imunoglobulin E pada sel mast, sehingga terjadi peningkatan imunoglobulin-
E. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari
setelah sensitisasi tungau dan berupa terbentuknya papul dan nodul inflamasi. Cara
penularan skabies melalui kontak langsung (skin to skin), sehingga penyakit ini dapat
menyerang seluruh anggota keluarga. Penularan secara tidak langsung melalui penggunaan
bersama pakaian, handuk, maupun tempat tidur, juga kontak seksual.
III. KRITERIA DIAGNOSIS
A. ANAMNESIS
Gatal terutama pada malam hari sehingga dapat mengganggu penderita yang akan
dirasakan oleh penderita 4-6 minggu setelah tertular
B. KLINIS
- Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies : terowongan dan lesi skabies
- Terowongan :
Patognomonis berupa terowongan dengan dinding tipis, bentuk berkelok-kelok
berwarna putih keabu-abuan 1-10 mm panjangnya, disebabkan perpindahan kutu
pada stratum korneum, dan ada vesikel pada salah satu ujung yang berdekatan
dengan tungau yang sedang menggali terowongan, dan seringkali dikelilingi
eritema ringan. Terowongan ditemukan pada : bagian tepi dari jari-jari, telapak
tangan, sela-sela jari, bagian volar pergelangan tangan, dan punggung kaki. Pada
bayi, terowongan sering pada telapak tangan, telapak kaki, juga bisa ditemukan di
badan, kepala, dan leher. Terowongan pada genetalia pria biasanya ditutupi oleh
papula yang meradang, dan papula tersebut yang ditemukan pada penis dan
skrotum adalah patognomonis untuk skabies.
- Lesi kulit pada skabies : lesi primer dan sekunder
Lesi primer pada skabies merupakan reaksi alergi terhadap tungau, berupa erupsi
papula yang terdapat disekitar aksila, umbilikus, dan paha.. Lesi sekunder berupa
ekskoriasi, krusta dan bila timbul infeksi sekunder terdapat pustula yang dapat
mengaburkan lesi primernya.
Bentuk/variasi klinis skabies:
a. Skabies pada orang bersih
Bentuk ini gejalanya minimal dan terowongannya sukar ditemukan.
Terdapat pada orang dengan tingkat kebersihan yang tinggi dan S. scabiei
dapat hilang dengan mandi teratur.
b. Skabies inkognito
Pemakaian kortikosteroid topikal atau sistemik dapat memperbaiki gejala
dan tanda klinis skabies, tetapi infestasi S. scabiei dan kemungkinan
penularannya tetap ada.
c. Skabies nodularis
Lesi berupa nodul berwarna coklat kemerahan dan gatal, terdapat pada
daerah tertutup terutama genetalia laki-laki, inguinal dan aksila. S.
scabiei jarang ditemukan pada nodul. Nodul timbul akibat reaksi
hipersensitivitas, lesi ini dapat bertahan beberapa bulan sampai satu tahun
walaupun telah diberikan obat anti skabies.
d. Skabies pada bayi dan anak-anak
Kesalahan diagnosa sering terjadi karena adanya kurangnya kecurigaan
terhadap penyakit ini dan perubahan eksema sekunder serta karena terapi
yang tidak sesuai. Skabies pada bayi dan anak-anak gejalanya gatal,
sering erupsi generalisata dengan area yang sering terkena adalah muka,
kulit kepala, telapak tangan dan kaki, gambaran yang tersering adalah
papul, vesikopustul dan nodul. Terowongan sukar ditemukan.
e. Skabies pada usia lanjut
Pada kelompok ini, diagnosis skabies sering terabaikan karena perubahan
kulit sangat minimal atau tidak khas. Rasa gatal dapat seperti pruritus
senilis, xerosis, atau yang disebabkan psikogenik. Reaksi inflamasi
seperti yang terlihat pada orang muda biasanya tidak ada. Daerah yang
terkena biasanya punggung.
f. Skabies krustosa (skabies Norwegia)
Pertama kali ditemukan di Norwegia pada tahun 1848 pada pasien-
pasien Lepra. Kasus skabies jenis ini jarang ditemukan. Biasanya terjadi
pada mereka dengan respon imun abnormal atau keadaan imunosupresi,
spasien sering tidak merasakan gatal karena kehilangan kemampuan
sensoris yang disebabkan oleh kelainan-kelainan neurologis. Lesi
bervariasi mulai dari krusta skuama generalisata atau bentuk dermatitis
papular. Predileksi: kulit kepala, telinga, bokong, siku, lutut, telapak
tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Dapat disertai distrofi
kuku dan menjadi generalisata. Gatal biasanya tidak menonjol tetapi sangat
menular karena jumlah tungau pada kulit sangat banyak (sangat kontagius
dan merupakan sumber epidemi)
g. Skabies pada kulit kepala
Skabies jarang mengenai kulit kepala orang dewasa, tetapi dapat terjadi
bersamaan atau menyerupai dermatitis seboroik. Sering terjadi pada bayi,
anak-anak dan orang tua.
h. Skabies bulosa
Vesikel sering terjadi pada anak-anak dan jarang pada dewasa. Skabies
bulosa pada dewasa secara klinis, patologi dan imunopatologi mirip
dengan pemfigoid bulosa, tetapi lebih banyak ditemukan terowongan.
Banyak pada pasien lebih dari 65 tahun. Onset penyakit ini beberapa
minggu sampai beberapa bulan.
C. DIAGNOSIS BANDING
Sangat mirip :
1. Dermatitis atopik
2. Dyshidrotic eczema
3. Pioderma
4. Dermatitis kontak
5. Insect bite
Dipertimbangkan :
1. Dermatitis herpetiformis
2. Psoriasis
3. Pemfigoid bulosa
4. Erupsi obat
5. Pruritus disebabkan kelainan sistemik
6. Delusions of parasitosis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Beberapa cara untuk menemukan terowongan (kanalikuli) :
1. Kerokan kulit
kanalikuli utuh ditetesi minyak mineral atau KOH10%, lalu dilakukan
kerokan dengan skalpel steril. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas
objek, ditutup kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum sunik ditusukkan kedalam
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial keujung lainnya
jemudian dikeuarkan,, Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum
sebagai parasit yag kecil dan transparan
3. Pemeriksaan dengan tinta parker (Burrow ink test)
Kanalikuli skabies dilapisi tinta cina , biarkan 20-30 menit. Setelah tinta
dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut terlihat lebih gelap
karen akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila
terbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis zigzag
4. Dermatoskop (Epiluminescence microscopy)
- Beberapa cara untuk menemukan tungau :
1. Kerokan kulit
Papul utuh ditetesi minyak mineral atau KOH10%, lalu dilakukan kerokan
dengan skalpel steril. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek,
ditutup kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop
2. Epidermal shave biopsi
Lesi dijepit dengan ibujari telunjuk kemudian dilakukan irisan superfisial
dengan hati-hati agar tidak berdarah. Kerokan diletakkan diatas kaca
objek, teresi minyak mineral, periksa dibawah mikroskop
E. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis cukup ditegakkan berdasarkan anamnesis, manifestasi klinik, dan
pemeriksaan penunjang, dengan menemukan 3 dari 4 kriteria sebagai berikut :
1. Pruritus nokturna (gatal malam hari, karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
lembab)
2. Menyerang sekelompok manusia
3. Predileksi dan morfologi lesi yang khas
4. Identifikasi mikroskopik adanya tungau, telur, fecal pellet (skibala)
IV. KOMPLIKASI
Rasa gatal yang timbul merangsang pasien untuk menggaruk sehingga dapat
terjadi infeksi sekunder pada lesi skabies. Bila infeksi disebabkan oleh S. pyogenes
maka dapat terjadi glomerulonefritis akut, limphadenopathy. Hal lain yang mungkin
timbul adalah penyakit menjadi kronik oleh karena salah diagnosis dan salah
penanganan
V. PENATALAKSANAAN
A. PRINSIP
Kombinasi antara skabisid dengan kontrol fomite
B. NON MEDIKA MENTOSA
- Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi secara teratur setiap
hari. Semua pakaian, sprei dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara
teratur dan bila perlu direndam air panas.
- Anggota keluarga yang berisiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-
anak, harus dijaga kebersihannya dan menghindari terjadinya kontak langsung.
- Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak dengan penderita
harus diperiksa dan bila juga menderita skabies juga diobati bersamaan agar tidak
terjadi penularan kembali.
C. MEDIKA MENTOSA
TOPIKAL
- Pemberian obat pada pasien skabies haru didasarkan pada beberapa syarat
-syarat yang harus terpenuhi antara lain efektif terhadap semua stadium
kutu (telur, larva, kutu dewasa), potensi toksisitas obat serta cara
penggunaan yang tepat, tidak menimbulkan iritasi kulit, tidak berbau,
mudah didapat, murah harganya.
- Pada beberapa pasien lesi kulitdan gatal akan menetap selama 2-4 minggu
setelah terapi, disebut dengan post scabietic dermatitis, harus dijelaskan ke
pasien bahwa reaksi tersebut bukan karena kegagalan terapi merupakan
respon tubuh terhadap tungau yang mati dan akan hilang dalam 2 minggu
bersamaan dengan pengelupasan alamiah epidermis. Kebanyakan pasien
akan merasakan gejala pruritus berkurang dalam 3 hari.
- Aplikasi kedua dari obat topikal dilakukan pada hari ke 8 dengan tujuan
untuk mengurangi reinfestasi fomit dan memastikan terbunuhnya larva
yang dapat bertahan hidup dalam telur.
- Seluruh anggota keluarga harus diterapi secara simultan (bersamaan),
untuk mencegah reinfestasi dari anggota keluarga yang carier dan
asimptomatis.
- Pasien kontrol kembali 1 minggu kemudian, bila ada lesi baru obat topikal
bisa digunakan lagi
- Ada beberapa macam obat anti skabies, seperti:
a. Permetrin 5% krim :
Merupakan sintetis pyrethroid, yang menghambat transpor sodium pada
neuron artropoda, sehingga mengakibatkan paralisis. Efektif untuk semua
stadium kutu. Dosis : oles malam hari selama 8 jam, dari leher kebawah,
pada hari 1 dan dapat diulang pada hari ke 8. Ibu hamil kategori B.
Penggunaan permetrin 5% untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak
dibawah 2 tahun, hanya boleh dua kali pemakaian dengan durasi
pemakaian 2 jam.
b. Lindan (gamma benzena hexachloride = GBHC)
Dosis : oles malam hari hari ke-1 dan 8. Efek samping berupa toksisitas
pada sistem syaraf pusat melalui absorbsi perkutan. Kontraindikasi untuk
bayi, anak-anak, ibu menyusui, skabies krustosa, dan pasien dengan
riwayat dermatitis atopik. Tidak begitu efektif dan sering resisten
c. Sulfur presipitatum 5% - 10% :
Dosis : oles selama 8 jam pada hari ke- 1,2, dan 3. Aman untuk bayi dan
ibu hamil, harga murah
d. Krotamiton (crotonyl-N-ethyl-O-toluidine) krim atau lotion 10%
Tidak efektif, memiliki efek anti pruritus. Dosis : oles selama 8 jam pada
hari ke-1,2,3, dan 8
e. Benzil benzoat 25-30%
Dosis : oles selama 24 jam
SISTEMIK
- Ivermectin
Tahun 1993 à ivermektin mulai digunakan dengan dosis untuk skabies : 1
atau 2 dosis oral 200 µg/kgBB, pada hari 1 dan 8. Merupakan antiparasit
terbaik saat ini. Obat ini bekerja pada sinap syaraf menggunakan glutamat
atau γ aminobutiric acid. Perkembangan blood-brain barier pada anak
belum sempurna maka tidak direkomendasikan pemberian Ivermectin
untuk anak-anak kurang dari 15 kg, maupun untuk wanita hamil, dan
menyusui. Pada skabies krustosa, pemberian Ivermectin dan skabisid
topikal direkomendasikan.
- Antihistamin
- Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies,other Mites, and Pediculosis. In: Goldsmith
LA, Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine.8thed. New York: Mc Graw-Hill Book
CO;2012.p. 2569-73
2. Morel SD, Burkhart CN, Burkhart CG. Infestation. In:.Bolognia, JL, Jorizzo J L,
Schaferr Julie V editors. Dermatology. 3rd ed. New York: Mosby;2012.p. 1423-
26
3. Burn DA. Disease causes by arthropoda and other noxiuous animal.In: Burn T,
Breatnach cox N, Griffith C. Rook’s Textbook of Dermatology. 7 th ed.
Massachusetts: Blackwell publising; 2004.p.37-7
4. Habif P Thomas, Campbell J L, Dinulos JGH, Zug KA. Infestation and bites. In:
Habif P Thomas, Campbell J L, Dinulos JGH, Zug KA, editors. Skin disease :
diagnosis & treatment. 3rd ed. Edinburg: Elsevier ;2011.p. 334-38
5. James WD, Berger TG, Elston DM. Parasitic infestation, stings, and bites. In:
James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrew’s Disease of the skin :
clinical dermatology. 11th ed. Philadelphia:WB Saunder Co;2011.p.414-47