9 SKABIES,

13
SKABIES Nanda Earlia I. DEFINISI Skabies adalah penyakit kulit yang sangat menular, disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis . Penyakit ini ditandai dengan keluhan subyektif yang sangat gatal terutama pada malam hari, disertai erupsi kulit dengan derajat keparahan yang bervariasi. Onset gejala klinis terjadi seiring dengan berkembangnya respon imun terhadap keberadaan tungau dan produk-produknya pada epidermis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan laboratorium dengan mikroskop ditemukan adanya terowongan dan tungau di dalam terowongan tersebut. II. ETIOPATOGENESIS Erupsi skabies disebabkan oleh respon imun terhadap keberadaan Sarcoptes scabiei atau produk-produknya pada kulit. Pada infestasi primer, erupsi kulit biasanya terjadi sekitar 4 minggu setelah infestasi dan diikuti dengan timbulnya gejala klinis. Rasa gatal dan inflamasi adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas dari pejamu karena adanya bahan-bahan asing (seperti kutu, telur dan feses) pada kulit. Garukan yang terjadi akibat rangsangan gatal akan mengurangi jumlah organisme dan membantu membatasi derajat infestasi. Pada reinfestasi, gejala klinis timbul lebih cepat yaitu sekitar 1-

description

yyty

Transcript of 9 SKABIES,

Page 1: 9 SKABIES,

SKABIES

Nanda Earlia

I. DEFINISI

Skabies adalah penyakit kulit yang sangat menular, disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Penyakit ini ditandai dengan keluhan

subyektif yang sangat gatal terutama pada malam hari, disertai erupsi kulit dengan

derajat keparahan yang bervariasi. Onset gejala klinis terjadi seiring dengan

berkembangnya respon imun terhadap keberadaan tungau dan produk-produknya pada

epidermis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan

laboratorium dengan mikroskop ditemukan adanya terowongan dan tungau di dalam

terowongan tersebut.

II. ETIOPATOGENESIS

Erupsi skabies disebabkan oleh respon imun terhadap keberadaan Sarcoptes scabiei

atau produk-produknya pada kulit. Pada infestasi primer, erupsi kulit biasanya terjadi sekitar

4 minggu setelah infestasi dan diikuti dengan timbulnya gejala klinis. Rasa gatal dan

inflamasi adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas dari pejamu karena adanya bahan-bahan

asing (seperti kutu, telur dan feses) pada kulit. Garukan yang terjadi akibat rangsangan gatal

akan mengurangi jumlah organisme dan membantu membatasi derajat infestasi. Pada

reinfestasi, gejala klinis timbul lebih cepat yaitu sekitar 1-4 hari setelah infestasi dengan

derajat yang lebih ringan. Hal ini terjadi oleh karena pada infestasi ulang telah terjadi

sensitisasi dalam tubuh pasien terhadap tungau dan produknya yang merupakan antigen dan

mendapat respon dari sistem imun tubuh. Tungau betina membuat liang di dalam epidermis

(stratum korneum, yang bersifat lebih longgar dan tipis) dan meletakkan telur dalam liang-

liang yang ditinggalkannya. Awalnya pejamu tidak menyadari adanya aktivitas penggalian

terowongan dalam epidermis tetapi setelah 4-6 minggu terjadi reaksi hipersensitivitas

terhadap tungau atau bahan-bahan yang dikeluarkannya, dan mulainya timbul gatal. Reaksi

alergi terhadap tungau dan produknya disebabkan akibat substansi yang dilepaskan S.scabiei

sebagai respon terhadap hubungan antara tungau, keratinosit, dan sel-sel Langerhans ketika

melakukan penetrasi kedalam kulit. Hasil penelitian terbaru, menunjukkan keterlibatan

reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada reaksi tipe I, terjadi akibat pertemuan antigen

tungau dengan imunoglobulin E pada sel mast, sehingga terjadi peningkatan imunoglobulin-

Page 2: 9 SKABIES,

E. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari

setelah sensitisasi tungau dan berupa terbentuknya papul dan nodul inflamasi. Cara

penularan skabies melalui kontak langsung (skin to skin), sehingga penyakit ini dapat

menyerang seluruh anggota keluarga. Penularan secara tidak langsung melalui penggunaan

bersama pakaian, handuk, maupun tempat tidur, juga kontak seksual.

III. KRITERIA DIAGNOSIS

A. ANAMNESIS

Gatal terutama pada malam hari sehingga dapat mengganggu penderita yang akan

dirasakan oleh penderita 4-6 minggu setelah tertular

B. KLINIS

- Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies : terowongan dan lesi skabies

- Terowongan :

Patognomonis berupa terowongan dengan dinding tipis, bentuk berkelok-kelok

berwarna putih keabu-abuan 1-10 mm panjangnya, disebabkan perpindahan kutu

pada stratum korneum, dan ada vesikel pada salah satu ujung yang berdekatan

dengan tungau yang sedang menggali terowongan, dan seringkali dikelilingi

eritema ringan. Terowongan ditemukan pada : bagian tepi dari jari-jari, telapak

tangan, sela-sela jari, bagian volar pergelangan tangan, dan punggung kaki. Pada

bayi, terowongan sering pada telapak tangan, telapak kaki, juga bisa ditemukan di

badan, kepala, dan leher. Terowongan pada genetalia pria biasanya ditutupi oleh

papula yang meradang, dan papula tersebut yang ditemukan pada penis dan

skrotum adalah patognomonis untuk skabies.

- Lesi kulit pada skabies : lesi primer dan sekunder

Lesi primer pada skabies merupakan reaksi alergi terhadap tungau, berupa erupsi

papula yang terdapat disekitar aksila, umbilikus, dan paha.. Lesi sekunder berupa

ekskoriasi, krusta dan bila timbul infeksi sekunder terdapat pustula yang dapat

mengaburkan lesi primernya.

Bentuk/variasi klinis skabies:

a. Skabies pada orang bersih

Bentuk ini gejalanya minimal dan terowongannya sukar ditemukan.

Page 3: 9 SKABIES,

Terdapat pada orang dengan tingkat kebersihan yang tinggi dan S. scabiei

dapat hilang dengan mandi teratur.

b. Skabies inkognito

Pemakaian kortikosteroid topikal atau sistemik dapat memperbaiki gejala

dan tanda klinis skabies, tetapi infestasi S. scabiei dan kemungkinan

penularannya tetap ada.

c. Skabies nodularis

Lesi berupa nodul berwarna coklat kemerahan dan gatal, terdapat pada

daerah tertutup terutama genetalia laki-laki, inguinal dan aksila. S.

scabiei jarang ditemukan pada nodul. Nodul timbul akibat reaksi

hipersensitivitas, lesi ini dapat bertahan beberapa bulan sampai satu tahun

walaupun telah diberikan obat anti skabies.

d. Skabies pada bayi dan anak-anak

Kesalahan diagnosa sering terjadi karena adanya kurangnya kecurigaan

terhadap penyakit ini dan perubahan eksema sekunder serta karena terapi

yang tidak sesuai. Skabies pada bayi dan anak-anak gejalanya gatal,

sering erupsi generalisata dengan area yang sering terkena adalah muka,

kulit kepala, telapak tangan dan kaki, gambaran yang tersering adalah

papul, vesikopustul dan nodul. Terowongan sukar ditemukan.

e. Skabies pada usia lanjut

Pada kelompok ini, diagnosis skabies sering terabaikan karena perubahan

kulit sangat minimal atau tidak khas. Rasa gatal dapat seperti pruritus

senilis, xerosis, atau yang disebabkan psikogenik. Reaksi inflamasi

seperti yang terlihat pada orang muda biasanya tidak ada. Daerah yang

terkena biasanya punggung.

f. Skabies krustosa (skabies Norwegia)

Pertama kali ditemukan di Norwegia pada tahun 1848 pada pasien-

pasien Lepra. Kasus skabies jenis ini jarang ditemukan. Biasanya terjadi

pada mereka dengan respon imun abnormal atau keadaan imunosupresi,

spasien sering tidak merasakan gatal karena kehilangan kemampuan

sensoris yang disebabkan oleh kelainan-kelainan neurologis. Lesi

bervariasi mulai dari krusta skuama generalisata atau bentuk dermatitis

papular. Predileksi: kulit kepala, telinga, bokong, siku, lutut, telapak

tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Dapat disertai distrofi

Page 4: 9 SKABIES,

kuku dan menjadi generalisata. Gatal biasanya tidak menonjol tetapi sangat

menular karena jumlah tungau pada kulit sangat banyak (sangat kontagius

dan merupakan sumber epidemi)

g. Skabies pada kulit kepala

Skabies jarang mengenai kulit kepala orang dewasa, tetapi dapat terjadi

bersamaan atau menyerupai dermatitis seboroik. Sering terjadi pada bayi,

anak-anak dan orang tua.

h. Skabies bulosa

Vesikel sering terjadi pada anak-anak dan jarang pada dewasa. Skabies

bulosa pada dewasa secara klinis, patologi dan imunopatologi mirip

dengan pemfigoid bulosa, tetapi lebih banyak ditemukan terowongan.

Banyak pada pasien lebih dari 65 tahun. Onset penyakit ini beberapa

minggu sampai beberapa bulan.

C. DIAGNOSIS BANDING

Sangat mirip :

1. Dermatitis atopik

2. Dyshidrotic eczema

3. Pioderma

4. Dermatitis kontak

5. Insect bite

Dipertimbangkan :

1. Dermatitis herpetiformis

2. Psoriasis

3. Pemfigoid bulosa

4. Erupsi obat

5. Pruritus disebabkan kelainan sistemik

6. Delusions of parasitosis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Beberapa cara untuk menemukan terowongan (kanalikuli) :

1. Kerokan kulit

kanalikuli utuh ditetesi minyak mineral atau KOH10%, lalu dilakukan

kerokan dengan skalpel steril. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas

Page 5: 9 SKABIES,

objek, ditutup kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop

2. Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum sunik ditusukkan kedalam

terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial keujung lainnya

jemudian dikeuarkan,, Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum

sebagai parasit yag kecil dan transparan

3. Pemeriksaan dengan tinta parker (Burrow ink test)

Kanalikuli skabies dilapisi tinta cina , biarkan 20-30 menit. Setelah tinta

dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut terlihat lebih gelap

karen akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila

terbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis zigzag

4. Dermatoskop (Epiluminescence microscopy)

- Beberapa cara untuk menemukan tungau :

1. Kerokan kulit

Papul utuh ditetesi minyak mineral atau KOH10%, lalu dilakukan kerokan

dengan skalpel steril. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek,

ditutup kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop

2. Epidermal shave biopsi

Lesi dijepit dengan ibujari telunjuk kemudian dilakukan irisan superfisial

dengan hati-hati agar tidak berdarah. Kerokan diletakkan diatas kaca

objek, teresi minyak mineral, periksa dibawah mikroskop

E. DIAGNOSIS

Diagnosis klinis cukup ditegakkan berdasarkan anamnesis, manifestasi klinik, dan

pemeriksaan penunjang, dengan menemukan 3 dari 4 kriteria sebagai berikut :

1. Pruritus nokturna (gatal malam hari, karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu

lembab)

2. Menyerang sekelompok manusia

3. Predileksi dan morfologi lesi yang khas

4. Identifikasi mikroskopik adanya tungau, telur, fecal pellet (skibala)

IV. KOMPLIKASI

Rasa gatal yang timbul merangsang pasien untuk menggaruk sehingga dapat

terjadi infeksi sekunder pada lesi skabies. Bila infeksi disebabkan oleh S. pyogenes

Page 6: 9 SKABIES,

maka dapat terjadi glomerulonefritis akut, limphadenopathy. Hal lain yang mungkin

timbul adalah penyakit menjadi kronik oleh karena salah diagnosis dan salah

penanganan

V. PENATALAKSANAAN

A. PRINSIP

Kombinasi antara skabisid dengan kontrol fomite

B. NON MEDIKA MENTOSA

- Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi secara teratur setiap

hari. Semua pakaian, sprei dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara

teratur dan bila perlu direndam air panas.

- Anggota keluarga yang berisiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-

anak, harus dijaga kebersihannya dan menghindari terjadinya kontak langsung.

- Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak dengan penderita

harus diperiksa dan bila juga menderita skabies juga diobati bersamaan agar tidak

terjadi penularan kembali.

C. MEDIKA MENTOSA

TOPIKAL

- Pemberian obat pada pasien skabies haru didasarkan pada beberapa syarat

-syarat yang harus terpenuhi antara lain efektif terhadap semua stadium

kutu (telur, larva, kutu dewasa), potensi toksisitas obat serta cara

penggunaan yang tepat, tidak menimbulkan iritasi kulit, tidak berbau,

mudah didapat, murah harganya.

- Pada beberapa pasien lesi kulitdan gatal akan menetap selama 2-4 minggu

setelah terapi, disebut dengan post scabietic dermatitis, harus dijelaskan ke

pasien bahwa reaksi tersebut bukan karena kegagalan terapi merupakan

respon tubuh terhadap tungau yang mati dan akan hilang dalam 2 minggu

bersamaan dengan pengelupasan alamiah epidermis. Kebanyakan pasien

akan merasakan gejala pruritus berkurang dalam 3 hari.

- Aplikasi kedua dari obat topikal dilakukan pada hari ke 8 dengan tujuan

untuk mengurangi reinfestasi fomit dan memastikan terbunuhnya larva

yang dapat bertahan hidup dalam telur.

Page 7: 9 SKABIES,

- Seluruh anggota keluarga harus diterapi secara simultan (bersamaan),

untuk mencegah reinfestasi dari anggota keluarga yang carier dan

asimptomatis.

- Pasien kontrol kembali 1 minggu kemudian, bila ada lesi baru obat topikal

bisa digunakan lagi

- Ada beberapa macam obat anti skabies, seperti:

a. Permetrin 5% krim :

Merupakan sintetis pyrethroid, yang menghambat transpor sodium pada

neuron artropoda, sehingga mengakibatkan paralisis. Efektif untuk semua

stadium kutu. Dosis : oles malam hari selama 8 jam, dari leher kebawah,

pada hari 1 dan dapat diulang pada hari ke 8. Ibu hamil kategori B.

Penggunaan permetrin 5% untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak

dibawah 2 tahun, hanya boleh dua kali pemakaian dengan durasi

pemakaian 2 jam.

b. Lindan (gamma benzena hexachloride = GBHC)

Dosis : oles malam hari hari ke-1 dan 8. Efek samping berupa toksisitas

pada sistem syaraf pusat melalui absorbsi perkutan. Kontraindikasi untuk

bayi, anak-anak, ibu menyusui, skabies krustosa, dan pasien dengan

riwayat dermatitis atopik. Tidak begitu efektif dan sering resisten

c. Sulfur presipitatum 5% - 10% :

Dosis : oles selama 8 jam pada hari ke- 1,2, dan 3. Aman untuk bayi dan

ibu hamil, harga murah

d. Krotamiton (crotonyl-N-ethyl-O-toluidine) krim atau lotion 10%

Tidak efektif, memiliki efek anti pruritus. Dosis : oles selama 8 jam pada

hari ke-1,2,3, dan 8

e. Benzil benzoat 25-30%

Dosis : oles selama 24 jam

SISTEMIK

- Ivermectin

Tahun 1993 à ivermektin mulai digunakan dengan dosis untuk skabies : 1

atau 2 dosis oral 200 µg/kgBB, pada hari 1 dan 8. Merupakan antiparasit

terbaik saat ini. Obat ini bekerja pada sinap syaraf menggunakan glutamat

atau γ aminobutiric acid. Perkembangan blood-brain barier pada anak

Page 8: 9 SKABIES,

belum sempurna maka tidak direkomendasikan pemberian Ivermectin

untuk anak-anak kurang dari 15 kg, maupun untuk wanita hamil, dan

menyusui. Pada skabies krustosa, pemberian Ivermectin dan skabisid

topikal direkomendasikan.

- Antihistamin

- Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies,other Mites, and Pediculosis. In: Goldsmith

LA, Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K editors. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine.8thed. New York: Mc Graw-Hill Book

CO;2012.p. 2569-73

2. Morel SD, Burkhart CN, Burkhart CG. Infestation. In:.Bolognia, JL, Jorizzo J L,

Schaferr Julie V editors. Dermatology. 3rd ed. New York: Mosby;2012.p. 1423-

26

3. Burn DA. Disease causes by arthropoda and other noxiuous animal.In: Burn T,

Breatnach cox N, Griffith C. Rook’s Textbook of Dermatology. 7 th ed.

Massachusetts: Blackwell publising; 2004.p.37-7

4. Habif P Thomas, Campbell J L, Dinulos JGH, Zug KA. Infestation and bites. In:

Habif P Thomas, Campbell J L, Dinulos JGH, Zug KA, editors. Skin disease :

diagnosis & treatment. 3rd ed. Edinburg: Elsevier ;2011.p. 334-38

5. James WD, Berger TG, Elston DM. Parasitic infestation, stings, and bites. In:

James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrew’s Disease of the skin :

clinical dermatology. 11th ed. Philadelphia:WB Saunder Co;2011.p.414-47