9-8-1-SM

5
Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.) 10 EFEK ANTIKALKULI EKSTRAK ETANOL Phyllanthus niruri L., PADA TIKUS DENGAN BATU KANDUNG KEMIH BUATAN Diah Dhianawaty 2 , Kosasih Padmawinata 1 , Iwang Soediro 1 , Andreanus A., Soemardji 1 1 Departemen Farmasi FMIPA – ITB 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran Abstract Phyllanthus niruri L., used for the treatment of kidney or bladder stone in Indonesian folk medicine, was tested for their diuretic activity and antilithiatic activity on oxalate urolithiasis in male rats. Urolithiasis was induced by implantation of surgical silk ball in the urinary bladder of rats and glycolic acid solution (500 mg/kg body weight) was administered by oral route. The weight of the bladder stone was used as a parameter for evaluating the effect of oxalate urolithiasis. Significant decrease in the weight of stone was observed after prophylactic and curative treatment in rats which received alcoholic extract of Phyllanthus niruri L., 15,05 mg/kg body weight. Diuretic effect was significantly recorded in rats which received 15,05 mg/kg body weight extract. Key Word: Antilithiatic, Phyllanthus niruri PENDAHULUAN Perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap manfaat tumbuhan sebagai obat demikian besar. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat tumbuhan obat berasal dari keluarga dan masyarakat lingkungannya. Untuk mengetahui kebenaran manfaat tumbuhan sebagai obat, diperlukan uji in vitro maupun in vivo dan batasan takaran efektif yang menunjang keberhasilan upaya pengobatan, sehingga pemakaian tumbuhan sebagai obat dapat dipertanggungjawabkan. Kasus penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di antara penyakit ginjal lainnya. Komposisi batu ginjal sebagian besar adalah kalsium oksalat. Jenis yang lainnya adalah kalsium mono hidrogen fosfat, asam urat dan magnesium amonium fosfat. Pendekatan pengobatannya yang paling efektif adalah secara pembedahan. Tetapi banyak juga yang memilih pengobatan cara lainnya, yaitu dengan pemberian obat-obat moderen secara oral atau obat yang berasal dari tumbuhan (ramuan obat tradisional). Telah dikenal luas beragam jenis tumbuhan obat yang berkhasiat meluruhkan batu ginjal dan batu kandung kemih, antara lain yaitu Phyllanthus niruri L., dengan nama daerah Meniran. Dari hasil penelitian diketahui herba Phyllanthus niruri L., mengandung filantin (6,7,8,17,22), hipofilantin (6,7,9,10,14,15,22), nirantin dan filtetralin (11), nirtetralin (11,17), kemferol-4’-ramnopiranosida dan eriodiktiol-7-ramnopiranosida (12), ariltetralin (13,14), nirurin (16), lintetralin, dibenzilbutirolakton, seko-4-hidroksilintetralin, seko-isolarisiresinol trimetil eter dan hidroksinirantin (17), asam ftalat, bis (2,5- -sitosterol, asam dotriakontanoat dan 24-isopropilkolesterol (18), geraniin (19,33), asam elagat dan asam galat (19), nirfilin, filnirurin dan trans-fitol (21), quersitrin, isoquersitrin, astragalin, rutin, fisetin-4’0-glukosida, 4-metoksi-norsekurinin, 4-metoksi-sekurinin, ent- norsekurinin, asam risinoleat, asam linoleat, asam linolenat, ent-norsekurinin, vitamin C, lup- 20(29)-en 3B-ol dan bentuk asetatnya (23), nirurina (30), filantusin (32), senyawa-senyawa fenolat: (-)- epigalokatekin, (-)-epikatekin 3-0-galat, (-)- epigalokatekin 3-0-galat, (+)-galokatekin, dan korolagin, galoilglukosa (33), kuersetrin-3-0- glukopiranosida dan 1,6-digaloilglukopiranosa (34), asam amarinat, asam repandusinat-A, elaeokarpusin, dan asam geraminat-B, 1-0-galoil-2,4- dehidroksiheksahidroksidifenoil-glikopiranosa (35). Efek farmakologi yang telah diteliti, ekstrak etanol 70% menghambat kerja enzim yang merubah angiotensin (angiotensin converting enzyme) (19), menambah respon sitotoksik (22), infus mempunyai efek diuretik pada tikus (23, 24, 28). Infus menunjukkan daya melarutkan kristal kalsium oksalat secara in vitro (24, 29), antihepatotoksik (23, 25), anti bakteri (23), menghambat aldosa reduktase pada lensa tikus (23) hipoglikemik (26), antagonis kalstogenik (27), fraksi n-butanol dari ekstrak methanol mempunyai efek antispasmodik pada tikus (31). Untuk menunjang pengembangan sumber daya hayati yang berkhasiat sebagai obat khususnya sebagai antikalkuli, dalam penelitian ini dilakukan uji antikalkuli dan takaran efektif ekstrak etanol herba

description

farmasi

Transcript of 9-8-1-SM

Page 1: 9-8-1-SM

Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.)

10

EFEK ANTIKALKULI EKSTRAK ETANOL Phyllanthus niruri L., PADA TIKUS

DENGAN BATU KANDUNG KEMIH BUATAN

Diah Dhianawaty2, Kosasih Padmawinata

1, Iwang Soediro

1,

Andreanus A., Soemardji1

1Departemen Farmasi FMIPA – ITB

2Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran

Abstract Phyllanthus niruri L., used for the treatment of kidney or bladder stone in Indonesian folk medicine, was

tested for their diuretic activity and antilithiatic activity on oxalate urolithiasis in male rats. Urolithiasis was

induced by implantation of surgical silk ball in the urinary bladder of rats and glycolic acid solution (500

mg/kg body weight) was administered by oral route. The weight of the bladder stone was used as a parameter

for evaluating the effect of oxalate urolithiasis. Significant decrease in the weight of stone was observed after

prophylactic and curative treatment in rats which received alcoholic extract of Phyllanthus niruri L., 15,05

mg/kg body weight. Diuretic effect was significantly recorded in rats which received 15,05 mg/kg body weight

extract.

Key Word: Antilithiatic, Phyllanthus niruri

PENDAHULUAN Perhatian dan kepedulian masyarakat

terhadap manfaat tumbuhan sebagai obat demikian

besar. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat

tumbuhan obat berasal dari keluarga dan masyarakat

lingkungannya. Untuk mengetahui kebenaran manfaat

tumbuhan sebagai obat, diperlukan uji in vitro

maupun in vivo dan batasan takaran efektif yang

menunjang keberhasilan upaya pengobatan, sehingga

pemakaian tumbuhan sebagai obat dapat

dipertanggungjawabkan.

Kasus penyakit batu ginjal dan batu kandung

kemih merupakan salah satu penyakit yang sering

terjadi di antara penyakit ginjal lainnya. Komposisi

batu ginjal sebagian besar adalah kalsium oksalat.

Jenis yang lainnya adalah kalsium mono hidrogen

fosfat, asam urat dan magnesium amonium fosfat.

Pendekatan pengobatannya yang paling efektif adalah

secara pembedahan. Tetapi banyak juga yang

memilih pengobatan cara lainnya, yaitu dengan

pemberian obat-obat moderen secara oral atau obat

yang berasal dari tumbuhan (ramuan obat tradisional).

Telah dikenal luas beragam jenis tumbuhan

obat yang berkhasiat meluruhkan batu ginjal dan batu

kandung kemih, antara lain yaitu Phyllanthus niruri

L., dengan nama daerah Meniran. Dari hasil

penelitian diketahui herba Phyllanthus niruri L.,

mengandung filantin (6,7,8,17,22), hipofilantin

(6,7,9,10,14,15,22), nirantin dan filtetralin (11),

nirtetralin (11,17), kemferol-4’-ramnopiranosida dan

eriodiktiol-7-ramnopiranosida (12), ariltetralin

(13,14), nirurin (16), lintetralin, dibenzilbutirolakton,

seko-4-hidroksilintetralin, seko-isolarisiresinol

trimetil eter dan hidroksinirantin (17), asam ftalat, bis

(2,5- !"#$!%&#'(!%)* #($#+,* -sitosterol, asam

dotriakontanoat dan 24-isopropilkolesterol (18),

geraniin (19,33), asam elagat dan asam galat (19),

nirfilin, filnirurin dan trans-fitol (21), quersitrin,

isoquersitrin, astragalin, rutin, fisetin-4’0-glukosida,

4-metoksi-norsekurinin, 4-metoksi-sekurinin, ent-

norsekurinin, asam risinoleat, asam linoleat, asam

linolenat, ent-norsekurinin, vitamin C, lup-

20(29)-en 3B-ol dan bentuk asetatnya (23), nirurina

(30), filantusin (32), senyawa-senyawa fenolat: (-)-

epigalokatekin, (-)-epikatekin 3-0-galat, (-)-

epigalokatekin 3-0-galat, (+)-galokatekin, dan

korolagin, galoilglukosa (33), kuersetrin-3-0-

glukopiranosida dan 1,6-digaloilglukopiranosa (34),

asam amarinat, asam repandusinat-A, elaeokarpusin,

dan asam geraminat-B, 1-0-galoil-2,4-

dehidroksiheksahidroksidifenoil-glikopiranosa (35).

Efek farmakologi yang telah diteliti, ekstrak etanol

70% menghambat kerja enzim yang merubah

angiotensin (angiotensin converting enzyme) (19),

menambah respon sitotoksik (22), infus mempunyai

efek diuretik pada tikus (23, 24, 28). Infus

menunjukkan daya melarutkan kristal kalsium oksalat

secara in vitro (24, 29), antihepatotoksik (23, 25),

anti bakteri (23), menghambat aldosa reduktase pada

lensa tikus (23) hipoglikemik (26), antagonis

kalstogenik (27), fraksi n-butanol dari ekstrak

methanol mempunyai efek antispasmodik pada tikus

(31).

Untuk menunjang pengembangan sumber

daya hayati yang berkhasiat sebagai obat khususnya

sebagai antikalkuli, dalam penelitian ini dilakukan uji

antikalkuli dan takaran efektif ekstrak etanol herba

Page 2: 9-8-1-SM

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 1, Januari 2002

11

Phyllanthus niruri L., terhadap batu kandung kemih

buatan pada tikus.

BAHAN DAN METODOLOGI

Hewan

Tikus putih Wistar dewasa jantan bobot 150-

200 g, Jumlah tikus 24 ekor, masing-masing untuk

kelompok kontrol (+) uji pencegahan enam ekor,

kelompok uji pencegahan enam ekor, kelompok

kontrol (+) uji pengobatan enam ekor dan kelompok

uji pengobatan enam ekor.

Bahan

Simplisia herba Phyllanthus niruri L.,

(berasal dari Kecamatan Kadipaten, Kabupaten

Majalengka), memenuhi persyaratan simplisia

Materia Medika dengan derajat halus serbuk simplisia

mesh 22, asam glikolat p.a. (E. Merck), benang bedah

sutera hitam (B. Braun), catgut (Ethicon), eter (E.

Merck), etanol dan aqua.

Metodologi

Herba Phyllanthus niruri L., diekstraksi

sinambung dengan etanol, kemudian dipekatkan

dengan penguap putar vakum. Dari 240,00 g simplisia

dihasilkan 27,00 g ekstrak etanol pekat. Ekstrak

dibuat suspensi dengan larutan gom 2% yang

diberikan secara oral pada hewan percobaan..

Aktivitas antikalkuli dilakukan dengan

metode induksi batu kandung kemih tikus melalui

penanaman matriks benang bedah sutera hitam ke

dalam kandung kemih tikus dan pemberian oral asam

glikolat dengan takaran 500 mg/kg bb.

Kemampuan pencegahan terhadap

perkembangan batu kandung kemih dari bahan uji,

dilakukan dengan pemberian sediaan uji sehari

sesudah perlakuan induksi batu selama delapan hari.

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan bobot

batu kandung kemih kelompok uji dengan kelompok

kontrol (+).

Kemampuan pengobatan atau peluruhan dari

bahan uji dilakukan dengan pemberian bahan uji pada

hari kedelapan setelah induksi batu (diberikan setelah

batu terbentuk). Evaluasi dilakukan dengan

membandingkan bobot batu kandung kemih

kelompok uji dengan kelompok kontrol (+).

Efek diuresis berperan pula dalam peluruhan

batu ginjal, karena itu dilakukan pula uji diuretik dari

bahan uji.

Uji diuretik dilakukan pada tikus dengan

mengamati volume urin kumulatif yang diekskresi

setelah pemberian bahan uji selama enam jam.

Evaluasi kemampuan diuresis bahan uji dilakukan

dengan membandingkan volume urin kumulatif

kelompok uji dan kelompok kontrol.

Data-data hasil pengamatan dievaluasi

dengan uji Student t, untuk menentukan kemaknaan

aktivitas bahan uji sebagai antikalkuli dan diuretika. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Analisis batu hasil induksi

Analisis batu hasil induksi dalam kandung

kemih tikus dikerjakan di Laboratorium Klinik

BioTes, ditunjukkan komposisi batu kandung kemih

buatan tersebut mengandung unsur kalsium,

magnesium, oksalat dan fosfat dalam bentuk senyawa

: kalsium hidrogen fosfat; magnesium amonium

fosfat; kalsium oksalat dan trikalsium oksalat.

Keempat senyawa tersebut praktis tidak larut dalam

air dan merupakan komponen pembentuk batu

kandung kemih yang umum terjadi secara klinis pada

manusia. Senyawa tersebut di dalam ginjal, atau

kandung kemih akan mengganggu fungsi ginjal.

Uji farmakologi

1. Uji aktivitas diuretik ekstrak etanol herba

Phyllanthus niruri L.

2. Uji aktivitas antikalkuli ekstrak etanol herba

Phyllanthus niruri L.

Uji pencegahan,

Ekstrak dengan takaran 15,05 mg/kg bb

menunjukkan penekanan pembentukan batu kandung

kemih sebesar 12,72 % (walaupun tidak bermakna)

dibandingkan dengan bobot batu kandung kemih rata-

rata yang terbentuk pada kelompok kontrol (+) (Xa).

Uji pengobatan

Tanpa pemberian bahan uji, bobot batu

kandung kemih rata-rata yang terbentuk pada

kelompok kontrol (+) (Xa) bertambah sebesar 46,05%

dibandingkan dengan bobot batu kandung kemih rata-

rata yang terbentuk pada awal upaya pengobatan.

Dengan pengobatan (pemberian) bahan uji

15,05 ml/kg bb terjadi peluruhan bobot batu kandung

kemih rata-rata yang terbentuk pada awal upaya

pengobatan sebesar 18,37% (P=0,05)

Bobot ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri

L., dengan takaran 15,05 mg/kg bb yang berkhasiat

diuretik dan peluruh batu kandung kemih pada tikus,

adalah setara dengan 168,56 mg/70 kg bb atau 2,41

mg/kg bb pada orang dewasa, yang setara dengan 1,5

g serbuk herba/70 kg bb orang dewasa.

Page 3: 9-8-1-SM

Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.)

12

Tabel 1. Aktivitas diuretik ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L.,

dengan takaran 15,05 mg/kg bb pada tikus putih jantan

Obat

Jenis Takaran

mg/kgbb

% VUK

pH

Larutan gom

2% (kontrol)

Furosemida

Ekstrak etanol

Phyllanthus

niruri L.

0,00

3,55

15,05

11,70 ±

3,40

35,80 ±

3,40

17,00 ±

3,60

43,30 ±

3,10

70,00 ±

2,90

50,80 ±

4,50

60,80 ±

2,80

89,20 ±

3,00

77,50 ±

4,00

64,20 ±

3.00

95,00 ±

3,40

85,30 ±

3,80

73,30 ±

4,10

100,00 ±

2,80

94,20 ±

3,90

74,20 ±

3,20

100,10 ±

2,30

94,80 ±

3,80

7,70

7,20

7,10

a. Tiap takaran diujikan pada enam ekor tikus

b. Kriteria diuretik, % VUK !"#$%

Volume urin tertampung

VUK = x 100 %

Volume cairan yang diberikan

Ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L., dengan takaran 15,05 mg/kg bb berkhasiat diuresis (P = 0,001).

Tabel 2. Aktivitas antikalkuli diuretik ekstrak etanol herba Phyllanthus

niruri L., dengan takaran 15,05 mg/kg bb pada tikus putih jantan

Bobot Batu (mg) Rata-Rata (n=6)

Takaran ekstrak 15,05 mg/kg bb

Akhir

Upaya

Pengobatan

Awal

(Xo) Kelompok kontrol (+)

(Xa) Kelompok Uji

I. Pencegahan

-

2,0678 ± 0,7534

1,8048 ± 0,2490

(- 12,72% dari Xa)

II. Pengobatan

(peluruhan)

2,0678 ± 0,7534

3,0201 ± 0,7738

(+ 46,05% dari Xo)

1,6880 ± 0,4727

(-18,37% dari Xo)

Keterangan :

Xo : Bobot batu kandung kemih rata-rata yang terbentuk pada awal upaya

pengobatan.

Xa : Bobot batu kandung kemih rata-rata yang terbentuk pada kelompok

Kontrol (+).

Angka dalam kurung menyatakan % perubahan bobot batu kandung kemih terhadap kelompok kontrol (+) (Xa), atau terhadap bobot

batu yang sudah terbentuk (Xo).

Page 4: 9-8-1-SM

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 1, Januari 2002

13

KESIMPULAN

Batu kandung kemih yang terbentuk hasil

induksi dengan metode matriks asam glikolat,

mempunyai komposisi yang sesuai dengan batu

ginjal yang terjadi pada manusia.

Ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L.,

dengan takaran 15,05 mg/kg bb menunjukkan

aktivitas diuretik pada tikus.

Ekstrak etanol Phyllanthus niruri L., dengan

takaran 15,05 mg/kg bb mg/kg tidak berkhasiat

mencegah pembentukan batu kandung kemih secara

bermakna, tetapi dari data-data yang ada, terjadi

pencegahan pembentukan batu kandung kemih

sebesar 12,72%.

Pada uji pengobatan (peluruhan) batu yang

telah ada, terjadi peluruhan bobot batu kandung

kemih rata-rata yang terbentuk pada awal upaya

pengobatan sebesar 18,37% (P=0,05).

Bobot ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri

dengan takaran 15,05 mg/kg bb yang berkhasiat

diuretik dan peluruh batu kandung kemih pada tikus,

adalah setara dengan 168,56 mg/70 kg bb atau 2,41

mg/kg bb pada orang dewasa, yang setara dengan 1,5

g serbuk herba/70 kg bb orang dewasa.

Hasil penelitian ini mendukung penggunaan

tradisional Phyllanthus niruri L., sebagai antikalkuli

dalam rangka terapi pencegahan dan pengobatan.

DAFTAR RUJUKAN

1. Anand, R. et al., Antiurolithiatic Activity of

Crateva nurvala Ethanolic Extract on Rats,

Fitoterapia, 64,1993, 345 – 350.

2. Aleykutty, N.A., K.K. Srinivasan, G.P. Rao,

A.L.Udupa, K.R. Kesha-vamurthy, Diuretic

and Antilithiatic Activity of Dendrophthoe

falca-ta., Fitoterapia, 64, 1993, 325 – 331

3. Coe, F.L., J.H. Parks, J.R. Aplin, The

Pathogenesis and Treatment of Kidney Stone,

N. Engl. J. Med., 327, 1992, 1141 – 1152.

4. Kashara, S., Indeks Tumbuhan Obat di

Indonesia, ed. 2, PT. Eisai, Jakarta, 1995, hal.

99.

5. Soemardji, A.A., Dhianawaty, D.D., Studi

antikalkuli Buah Annona muricata L., pada

Tikus, Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia,

1, 1999, 77-80.

6. Row, L.R., C. Srinivasulu, M. Smith, G.S.R.S.

Rao, New Lignans from Phyllanthus niruri

Linn., Tetrahedron Lett., 24, 1964, 1557 – 1567.

7. Row, L.R., C. Srinivasulu, M. Smith, G.S.R.S.

Rao, Crystalline Constituents of Euphorbiaceae-

V: New Lignans from Phyllanthus niruri Linn.,

The Constitution of Phyllanthin, Tetrahedron

Lett., 22, 1966,2899 – 2908.

8. Row, L.R., P. Satyanarayana, G.S.R.S. Rao,

Crystalline Constituents of Euphorbiaceae-VI:

The Synthesis and Absolute The Configuration

of Phyllanthin, Tetrahedron, 23,1967, 1915 –

1918

9. Row, L.R., P. Satyanarayana, G.S.R.S. Rao, C.

Srinivasulu, Crystalline Constituents of

Euphorbiaceae-XI: Revised Structure of

Hypohyllanthin from Phyllanthus niruri Linn.,

Tetrahedron, 26, 1970, 3051-3057.

10. Rao, S.G.S., R. Bramley, Hypophyllanthin,

Tetrahedron Lett., 34, 1971, 3175 – 3178.

11. Anjaneyulu, A.S.R., K.J. Rao, L.R. Row, C.

Subrahmanyan, Crystalline Constituents of

Euphorbiaceae-XII: Isolation and Structural

Elucidation of Three New Lignans from The

Leaves of Phyllanthus niruri L., Tetrahedron,

29, 1973, 1291 – 1298.

12. Chauhan, J.S., M. Sultan, S.K. Srivastava, Two

New Glycoflavones from The Roots of

Phyllanthus niruri, Planta Med., 32, 1977, 217

– 222.

13. Stevenson, R., J.R. Williams, Concerning

Phylltetralin : Synthesis of Lignan Aryltetralin

Isomers, Tetrahedron, 33, 1977, 2913 – 2917.

14. Ward, R.S., P. Satyanarayana, L.R. Row,

B.V.G. Rao, The Case for A Revised Structure

for Hypophyllanthin An Analysis of The 13

C.N.M.R. Spectra of Aryltetralins,

Tetrahedron Lett., 32, 1979, 3043 – 3046.

15. Bhadbhade, M.M., G.S.R.S. Rao, K.

Venkatestan, Concerning Hypophyllanthin,

Tetrahedron Lett., 21, 1980, 3097 – 3098.

16. Gupta, D.R., B. Ahmed, Nirurin : A New

Prenylated Flavanone Glycoside from

Phyllanthus niruri, J. Nat. Prod., 47, 1984, 958

– 963.

17. Satyanarayana, P., P. Subrahmanyan, K.N.

Viswanatham, New Seco-and Hydroxy-

Lignans from Phyllanthus niruri, J. Nat. Prod.,

51, 1988, 44 – 49.

18. Singh, B., P.K. Agrawal, R.S. Thakur, Chemical

Constituents of Phyllanthus niruri Linn., Indian

J. Chem., 25B, 1986, 600 – 602.

19. Ueno, H., S. Horie, Y. Nishi, H. Shogawa, M.

Kawasaki, S. Suzuki, T. Hayashi, M. Arisawa,

M. Shimizu, M. Yoshizaki, N. Morita, Chemical

and Pharmaceutical Studies on Medicinal Plants

in Paraguay, Geraniin, An Angiotensin-

Converting Enzyme Inhibitor from Paraparai

Mi, Phyllanthus niruri, J. Nat. Prod., 51, 1988,

357 – 359.

20. Singh, B., P.K. Agrawal, R.S. Thakur, A New

Lignan and New Neo-lignan from Phyllanthus

niruri, J. Nat. Prod., 52, 1989, 48 – 51.

Page 5: 9-8-1-SM

Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol … (D. Dhianawaty, dkk.)

14

21. Singh, B., P.K. Agrawal, R.S. Thakur, A

Isolation of Trans-Phytol from Phyllanthus

niruri, Planta Med., 57,1991, 98.

22. Somanabandhu, A., S. Nitayangkura, C.

Mahidol, S. Ruchirawat, K. Likhitwitayawuid,

H-L. Shieh, H. Chai, J.M. Pezzuto, G.A.Cordell, 1

H- and 13

C-N.M.R. Assigments of Phyllanthin

and Hypophyllanthin : Lignans that Enhance

Cytotoxic Responses with Cultured Multidrug-

Resistant Cells, J. Nat. Prod., 56, 1993, 233 –

239.

23. Subarnas, A., Sidik, Phyllantus niruri Linn.,

Kimia, Farmakologi dan Penggunaannya

Sebagai Obat Tradisional, Warta Tumbuhan

Obat Indonesia, 2, 1993, 13 – 15.

24. Matondang, R.D.R., Pengaruh Herba

Phyllanthus niruri Linn. (A&B) terhadap

Diuresis Tikus Putih Wistar dan terhadap

Kelarutan Batu Ginjal, Tugas Akhir Sarjana

Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung,

1985.

25. Thyagarajan, S.P., S. Subramanian, T.

Thirunalasundari, T., P.S. Venkateswaran, B.S.

Blumber, Effect of Phyllanthus amarus on

chronic Carriers of Hepatitis B Virus, The

Lancet, II, 1988, 764 – 767.

26. Huker, V.I., G.A. Kalyani, H.K. Kakrani,

Hypoglycemic Activity of Flavonoids of

Phyllanthus fraternus in Rats, Fitoterapia, 59,

1988, 68 - 70 .

27. Agarwal, K., H. Dhir, A. Sharma, G. Talukder,

The Efficacy of Two Species of Phyllanthus in

Counteracting Nickel Clastogenicity,

Fitoterapia, 63, 1991, 49 – 54.

28. Hamzah, R.L. Soebagyo, Widayat, A. Machin,

W. Dyatmiko, Efek Peluruh Kemih Tiga

Ekstrak Meniran Pada Tikus, , Warta

Tumbuhan Obat Indonesia, 2, 1993, 22.

29. Yanti, L., Anggraeni, Yuningsih,Daya Larut

Infus Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap

Batu Kalsium, Warta Tumbuhan Obat

Indonesia, 2, 1993, 23.

30. Petchnaree, P., Nuntavan, B., Geoffrey, A.C.,

Heater, J.C., Philip, J.C., Alan, H., Steven, L.P.,

X-Ray Crystal and Molekular Structure of

Nirurine, a Novel Alkaloid Related to the

Securinega Alkaloid Skeleton, from Phyllanthus

niruri (Euphorbiaceae), J. Chem. Soc. Perkin

Trans., 1, 1986, 1551 – 1556.

31. Obasi, B.N.B., C.A. Igboechi, D.C. Anuforo,

K.N. Aimufua, Effects of Extracts of

Newbouldia laevis, Psidium guajava and

Phyllanthus amarus on Gastrointestinal tract,

Fitoterapia, 64, 1993, 235 – 238.

32. Foo, L.Y., H. Wong, Phyllanthusiin D, an

Unusual Hydrolysable Tannin from Phyllanthus

amarus, Phytochemistry, 31, 1992, 711–713.

33. Ishimaru, K., K. Yoshimatsu, T. Yamakawa, H.

Kamada, K. Shimomura, Phenolic Constituents

in Tissue Cultures of Phyllanthus

34. Foo, L.Y., Amariin, A Di-

dehydrohexahydroxydiphenoyl Hydrolysable

Tannin from Phyllanthus amarus,

Phytochemistry, 33, 1993, 487 – 491.

35. Foo, L.Y., Amariinic Acid and Related

Ellagitannins from Phyllanthus amarus,

Phytochemistry, 39, 1995, 217 – 224.

36. Moshi, M.J., F.C.Uiso, R.L.A. Mahunnah, S.R.

Malele, A.B.M. Swai, A Study of The Effect of

Phyllanthus amarus Extracts on Blood Glucose

in Rabbits, International Journal of

Pharmacognosy, 35, 3, 1997, 167-173.