Modul B-3 (Modul 8a)Pengenalan Analisa Struktur Metode Matriks
8a Tunjangan Resiko Perawat Nefrologi
-
Upload
sudari-yanto -
Category
Documents
-
view
17 -
download
2
description
Transcript of 8a Tunjangan Resiko Perawat Nefrologi
TUNJANGAN RESIKO PERAWAT NEFROLOGI, PERLUKAH
TUNJANGAN RESIKO PERAWAT NEFROLOGI
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini pelayanan khususnya dibidang Hemodialisa sangat tergantung dari kerjasama antara Dokter dan staf dibagian unit Hemodialisa. Oleh karena itu diperlukan standar operasional agar pelayanan diruangan unit HD dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan dalam penanganan pasien Dialisis salah satunya adalah karena faktor perawat. Perawat dituntut menguasai perkembangan ilmu dan tekhnologi serta ketrampilan untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan komprehensif.
Didalam pelayanan Hemodialisis yang terlibat langsung dengan pasien, Perawat Ginjal Intensif diharuskan meningkatkan standar safety dalam melakukan prosedur dialisis disetiap ruangan Hemodialisa. Karena banyak faktor resiko yang harus dihadapi petugas Hemodialisa terutama untuk perawat. Faktor yang dapat menimbulkan resiko diantaranya penggunaan formalin pada dialiser yang secara langsung petugas menghirup bahan kimia tersebut dan dampaknya dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit yang serius. Adapun faktor yang lain dapat terjadi penularan karena terjadinya kontak darah antar pasien maupun pasien dengan petugas HD yang bisa menularkan dan mempermudah penyebaran Hepatitis C, Hepatitis B dan HIV.
Oleh karena besarnya resiko yang dihadapi dan mulianya hati perawat ginjal Intensif maka kiranya dapat menjadi perhatian khusus terutama Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan. Kiranya di masa yang akan datang perawat Hemodialisa dapat disejajarkan dengan profesi yang lain mengingat berat dan tugasnya serta resiko yang harus dihadapi.
II. Tujuan Penulisan
Tindakan Perawat Hemodialisa yang penuh dengan resiko dalam melaksanakan tugasnya mendapat perlindungan dan penghargaan serta pengakuan terhadap apa yang telah dilakukan.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGARUH PENGGUNAAN ZAT KIMIA
Sejarah Reuse Dimulai tahun 1964 oleh Sheldon.Di Amerika 80% Center HD melakukan reuse. Reuse dapat dilakukan dengan cara manual dan automatis ( renatron). Di Indonesia dimulai tahun 1980 dan meningkat pada tahun 1998.
Formalin biasanya dipakai dalam pemrosesan Dialiser Reuse.. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : formol, metylene aldehyde, paraforin.
Adapun penggunaan formalin dapat membahayakan, karena terdapat dua jalan masuk kedalam tubuh yaitu dapat melalui mulut dan pernafasan. Formalin sangat berbahaya jika terhirup , mengenai kulit dan tertelan. Formalin dalam kandungan yang tinggi dapat bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel, sehingga dapat menekan fungsi sel, sehingga menyebabkan kematian sel dan kerusakan organ. Dapat bersifat karsinogenik, dan dapat menyebabkan Kanker. Penelitian pada tikus dan anjing dalam jangka panjang secara bermakna dapat menyebabkan Karsinoma saluran cerna seperti Adenocarpylorus.
Dampak dari penggunaan formalin :
Luka bakar pada kulit
Iritasi saluran pernafasan
Reaksi alergi
Bahaya kanker.
Pemrosesan dialiser proses ulang dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti formalin, H2O2, dan Hipoclorite harus dilakukan dengan menerapkan prinsip kewaspadaan Universal yang ketat, sehingga resiko-resiko terhadap perawat yang melakukan dapat dihindari.
2.2 RESIKO TERJADINYA INFEKSI
a. Hepatitis B
Kemungkinan terjadinya kontak darah antar pasien maupun petugas HD dengan pasien dapat mempermudah penyebaran Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV. Faktor resiko utama transmisi Hepatitis B diruangan HD adalah pasien pengidap Hepatitis B, tidak adanya Isolasi mesin HD dan kurang dari 50 % pasien belum mendapatkan Imunisasi. Diperlukan Universal precautions yang ketat agar perawat HD terhindar dari segala resiko-resiko tersebut.
Tindakan Dialisis telah diidentifikasikan sebagai faktor resiko penularan Virus Hepatitis. Virus ini dapat ditemukan dengan titer yang sangat tinggi didalam darah dan cairan tubuh pasien dengan infeksi kronik virus ini ( > 10 8 virus particles per mm). Permukaan lingkungan kerja yang terkontaminasi Virus Hepatitis B merupakan reservoir untuk transmisi VHB. Permukaan lingkungan yang terkontaminasi oleh darah yang mengandung VHB masih teap infeksius 1 minggu pada suhu 25 derajat celcius.
Cara penularan VHB diruang HD dapat melalui kontaminasi darah dengan alat kesehatan, alat kesehatan yang dipakai bersama-sama, melalui petugas yang menangani pasien HbsAg positif dan negatif secara bersamaan.
Mitsui dkk melaporkan bahwa tusukan jarum bekas pasien dapat menularkan virus pada petugas HD.
b. Hepatitis C
Universal precautions yang ketat dapat mencegah transmisi hepatitis C di Unit Hemodialisis yang tidak memakai mesin yang dikhususkan dan tidak ada isolasi khusus untuk pasien dengan anti HCV positif. Hal ini terbukti dari hasil penelitianmultisenter di Belgia dengan pemantauan 54 bulan meliputi 963 pasien dari 15 unit HD. Angka kematian lebih tinggi lebih tinggi pada pasien gagal ginjal terminal dengan Hepatitis C dibandingkan dengan yang tidak dengan Hepatitis C.
c. HIV
Prevalensi HIV pada pasien Dialisis dipengaruhi oleh letak pusat dialisis. Prevalensi akan meningkat bila pusat HD yang angka infeksi HIV tinggi. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tidak menganjurkan pemeriksaan HIV secara rutin, akan tetapi kasus dengan kecurigaan HIV dilakukan pemeriksaan tes HIV. Menurut CDC, pasien HD yang terinfeksi HIV tidak perlu dilakukan isolasi mesin maupun pasien yang dikhususkan.
BAB III.
PEMBAHASAN
Pengaruh Penggunaan Zat kimia
Dari berbagai resiko yang ada, peran perawat disamping sebagai pelaksana juga diharuskan menerapkan kewaspadaan universal, agar resiko tersebut dapat dihindari. Imunitas berperan penting dalam berdampaknya pengaruh formalin dalam tubuh kita. Dalam konsentrasi yang rendah formalin akan larut dan dibuang bersama cairan, fomalin sulit dideteksi dalam darah.
Pengaruh dan dampak penggunaan formalin dalam jangka pendek :
Bersin-bersin
Radang tonsil
Radang tenggorokan
Sakit dada
Cepat merasa lelah
Jantung berdebar-debar
Diare, mual dan muntah
Reaksi pada kulit ditandai dengan :
Perubahan warna
Kulit menjadi merah
Mengeras dan mati rasa
Reaksi pada mata :
Iritasi mata
Terjadi gangguan saluran pernafasan :
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan
Dapat menyebabkan kerusakan radang paru dan odem paru
Penanganan bila terpapar Formalin yaitu dengan cara :
Cuci dan bersihkan dengan air sabun
Bila terkena mata cuci dan bilas dengan air
Segera ke Dokter untuk pengobatan lebih lanjut
Pencegahan dilakukan dengan menerapkan standar kewaspadaan universal dan bekerja sesuai dengan SOP, yaitu dengan cara memakai alat perlindungan diri agar terhindar dari resiko-resiko tersebut.
Resiko Terjadinya Infeksi
Dalam keterangan diatas telah disebutkan faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi kerja dan produktifitas petugas HD. Oleh sebab itu pencegahan harus dilakukan agar petugas HD terhindar dari resiko berbagai penyakit tersebut. Hal tentang kiat-kiat agar kita terhindar dari resiko tingggi penularan infeksi, diantaranya dengan :
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum melakukan tindakan medik ataupun tindakan non medik pada tiap pasien.
Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap melakukan penusukan atau penarikan jarum pada tiap pasien.
Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap membersihkan luka ataupun bagian mukosa.
Memakai sarung tangan baru sekali pakai, setiap memegang semua peralatan pasien.
Setiap staf yang melakukan penusukan dengan jarum, penarikan jarum dan aktifitas yang berkaitan dengan darah, harus memakai masker pelindung mulut, kacamata pelindung dan memakai plastik pelindung baju.
Setelah selesai melakukan penusukan, penarikan jarum,pembersihan luka atau bagian mukosa atau setelah selesai memegang peralatan pasien, sarung tangan dilepas dan dibuang ketempat khusus.
Cara penularan dan pencegahan
Penularan dan faktor resiko yang menyebabkan berbagai macam infeksi tersebut dapat melalui :
Frekuensi transfusi darah yang cukup tinggi
melalui bekas luka trauma jarum suntik
kontrol standar pencegahan infeksi yang tidak benar
Cairan filtrat dialisis
kontak antar pasien maupun dengan petugas HD
melalui mesin Dialisis
melalui dialiser + proses pakai ulang dialiser
Oleh sebab itu dilakukan pencegahan dan penanganan yang sesuai dengan SOP, antara lain :
Semua staf yang aktif melayani pasien HD, harus diperiksa HBsAg dan anti HCV setiap 6 bulan
Imunisasi dengan vaksin Hepatitis B harus dilakukan pada setiap staf diruangan HD
Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positif , tidak melayani pasien dengan HBsAg negative pada hari yang sama
Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf rung HD, bila diruang HD ada pasien terinfeksi HIV.
Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HBsAg, Anti HCV dan HIV positif harus segera diambil tindakan pencegahan sesuai dengan prosedur baku.
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam keterangan diatas sudah diketahui bermacam-macam tentang resiko perawat dibagian Hemodialisa. Dalam melaksanakan tugasnya perawat HD bertanggung jawab bukan hanya kepada pasien saja, tetapi harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan keluarganya. Oleh sebab itu wajar dan sepantasnya petugas dibagian Hemodialisa mendapat tunjangan khusus yaitu tunjangan resiko tindakan Hemodialisa. Oleh sebab itu didalam Musyawarah dan Pertemuan Nasional PPGII kami PPGII Sumatera Selatan mohon dukungan dan kerjasamanya untuk bersama-sama membahas dan menghasilkan kesepakatan tentang diusulkannya Tunjangan Resiko bagi petugas HD.
Dalam hal ini tentu berkaitan dengan PB PPGII agar aspirasi dari pengurus-pengurus didaerah agar dapat ditampung dan dibicarakan bersama. Dan agar pertemuan-pertemuan yang diadakan ini bukan hanya sekedar kegiatan rutinitas, akan tetapi menghasilkan suatu hasil yang berguna bagi anggota PPGII semuanya.
Mengingat berat tugas dan fungsinya serta resiko yang dihadapi semoga PB PPGII dapat bekerjasama dengan pihak pemerintah untuk mengusulkan tunjangan resiko tersebut agar perawat Dialisis dapat sejajar dengan profesi-profesi yang lain dan diakui sebagai perawat profesional.
BAB V.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, masih banyak kekurangan-kekurangan tentunya. Kiranya Perawat Dialisis semakin bersatu dan semakin meningkatkan ilmu dan pengetahuan seiring dengan kemajuan tekhnologi dizaman ini dan dapat berguna bagi kemajuan PPGII pada khususnya. Ibarat tiada gading yang tak retak, maka kami mohon saran dan kritikan yang bersifat membangun agar dapat memajukan dunia keperawatan dibidang Dialisis. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Rekomendasi Pengendalian Infeksi Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C dan Human Imunodeficiency Virus pada unit Hemodialisis di Indonesia, PERNEFRI, JAKARTA 2006.
Judarwanto W, Pengaruh Formalin bagi system tubuh, Jakarta 2006
www center health.com
www sahabat ginjal.com