86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

9

Click here to load reader

description

Tata cara pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan pola PIR-TRANS

Transcript of 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Page 1: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

1 of 9 6/28/2005 6:40 PM

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIANNOMOR 333/Kpts/KB.50/6/1986

TENTANG

TATA CARA PELAKSASNAAN PENGEMBANGAN PERKEBUNANDENGAN POLA PIR-TRANS

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan produksi komoditi perkebunan, membantu pengembanganwilayah serta menunjang keberhasilan program transmigrasi dipandang perlu meningkatkan usaha-usaha pengembangan perkebunan dengan pola PIR.b. bahwa untuk itu telah dikeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986 tentangPengembangan Perkebunan dengan pola PIR yang dikaitkan dengan Program Transmigrasi;c. bahwa untuk melaksanakan Instruksi Presiden Repblik Indonesia Nomor 1 Tahun 986 sebagaimanadimaksud di sini perlu menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan pengembanganperkebunan dengan pola PIR-TRANS.

Mengingat : 1. Jndang-Undang Nomor 5 Tahun 19960;2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972;3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974;4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1973; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 19746. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 19807. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 19838. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun 1983;9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 198410. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986;11. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 183/Kpts/KP.150/4/1986.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dengan Pola PIR-TRANS.

BAB IKetentuan Umum

Pasal

Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :1) Pola Perusahaan Inti Rakyat, selanjutnya disebut Pola PIR adalah pola pelaksanaan pengembangan

Page 2: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

2 of 9 6/28/2005 6:40 PM

perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan utuh dan berkesinambungan.2) Proyek PIR adalah proyek pengembangan perkebunan dengan pola PIR yang terdiri dari kegiatanpembangunan perkebunan inti dan wilayah plasma yang dilaksanakan oleh perusahaan inti dalam jangkawaktu tertentu.3) Perusahaan Inti adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik Swasta maupun milik Negara yangditetapkan sebagai pelaksana proyek PIR.4) Perkebunan Inti adalah perkebunan besr lengkap dengan fasilitas pengolahannya yang dibangun(dikembangkan) dan dimiliki oleh perusahaan inti dalam rangka pelaksanaan proyek PIR.5) Wilayah Plasma adalah wilayah pemukiman dan usaha tani yang dikembangkan oleh petani peserta dalamrangka pelaksanaan proyek PIR yang meliputi pekarangan, perumahan dan kebun plasma.6) Kebun Plasma adalah areal Wilayah Plasma yang dibangun oleh perusahaan ini dengan tanamanperkebunan.7) Petani peserta proyek PIR, selanjutnya disebut petani-petani peserta adalah petani yang ditetapkan sebagaipenerima pemilikan kebun plasma dan berdomisilidi wilayah plasma.8) Tanaman perkebunan adalah kelapa sawit, karet, teh, coklat dan tanaman keras lainnya yang ditetapkanoleh Menteri Pertanian sebagai tanaman yang dikembangkan dalam rangka proyek PIR.

Pasal 2

Pengembangan perkebunan dengan pola PIR dilakukan untuk membangun dan membina perkebunan rakyat di wilayah dengan teknologi maju agar mampu memperoleh pendcapatan yang layak serta meningkatkan kegiatan transmigrasi dengan mewujudkan suatu sistem pengelolaan usaha yang memasukkan pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahann dan pemasaran hasil.

Pasal 3

(1) Proyek PIR-TRANS merupakan suatu paket pengembangan wilayah yang utuh yang terdiri dari :1) Komponen utama, meliputi :a) pembangunan perkebunan inti;b) pembangunan kebun plasma;c) pembangunan pemukiman yang terdiri dari pekarangan dan perumahan.2) Komponen penunjang, meliputi pembangunan prasarana umum.

(2) Semua komponen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus terjamin keterpaduannya, baik dalamtahap persiapan pelaksanaan, penyelesasian proyek maupun lanjutan binaannya.

(3) Perkebunan inti dimiliki oleh perusahaan inti.

(4) Petani peserta memperoleh sebuah rumah dengan pekarangannya dan kebun plasma.

(5) Prasarana dan sarana umum dipergunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

BAB IIO R G A N I S A S I

Pasal 4

(1) Direktur Jenderal Perkebunan bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional pengembangan

Page 3: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

3 of 9 6/28/2005 6:40 PM

perkebunan dengan pola PIR-TRANS dengan bekerjasama dan dukungan instansi-instansi lain yang terkait sesuai dengan Instruksii Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986.

(2) Pelaksana proyek PIR-TRANS dalah perusahaan di bidang perkebunan yang ditunjuk sebagai perusahaaninti dengan pembinaan dan dukungan instansi-instansi Pemerintah Pusat maupun Daerah yang fungsinya terkait dengan pengembangan perkebunan dengan pola PIR-TRANS.

(3) Koordinasi pembinaan proyek PIR-TRANS dilaksanakan dalam wadah :a. di tingkat Pusat : Tim Koordinasi PIR-TRANS yang dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri PertanianNomor 183/Kpts/Kp.150/4/1986 tentang Tim Koordinasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola PIR yang dikaitkan dengan program Transmigrasi;b. di tingkat Popinsi Daerah Tingkat I : Tim Pembina Proyek Perkebunan Daerah Tingkat I, yang dibentukoleh Gubernur KDH Tingkat I dengan berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 667/Kpts/KB.510/10/1985 tentang Pembinaan Proyek Pengembangan Perkebunan;c. di tingkat Kabupaten Daerah Tingkat II : Tim Pelaksana Proyek Perkebunan Daerah Tingkat II, yangdibentuk oleh Bupati KDH Tingkat II dengan berpedoman kepada Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor667/KptsKB.510/10/1085 tentang Pembinaan Proyek Pengembvangan Perkebunan.

BAB IIIPERUSAHAAN INTI

Pasal 5

(1) Perusahaan inti adalah perusahaan perkebunan milik Swasta atau milik Negara yang berbentuk badanhukum Indonesia dan menurut penilaian Pemerintah mempunyai kemampuan yang cukup dari segi dana, tenaga dan manajemen untuk melaksanakan fungsi sebagai perusahaan inti.

(2) Perusahaan inti ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian.

Pasal 6

Dalam rangka pelaksanaan proyek PIR-TRANS perusahaan :

a. membangun perkebunan inti lengkap dengan fasilitas penampungan yang dapat menampung hasilperkebunan inti dan kebun plasma;

b. melaksanakan pembangunan kebun plasna sesuai dengan petunjuk operasional dan standar fisik yangditetapkan oleh Departemen Pertanian c.q. Direktur Jenderal Perkebunan;

c. bertindak sebagai pelaksana penyiapan lahan pekarangan pembangunan perumahan petani peserta, denganpetunjuk-petunjuk teknis dari Departemen Transmigrasi;

d. membina secara teknis para petani peserta agar mampu usahakan kebunnya dengan baik;

e. menampung (membeli) hasil kebun plasma dengan harga layak sesuai dengan pedoman yang ditetapkanoleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Pertanian;

f. membantu proses pelaksanaan pengembalian kredit petani peserta.

BAB IV

Page 4: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

4 of 9 6/28/2005 6:40 PM

PETANI PESERTA PROYEK PIR-TRANS

Pasal 7

(1) Petani peserta proyek PIR-TRANS terdiri dari :a. transmigrasi, yang ditetapkan oleh Menteri Transmigrasi;b. penduduk setempat termasuk para petani yang terkena proyek yang bersangkutan, yang ditetapkanPemerintah Daerah;c. petani (peladang) berpindah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dari kawasan hutan terdekat yangdipergunakan untuk proyek.

(2) Perimbangan antara jumlah petanii peserta yang berasal dari transmigran dan penduduk setempat dalamproyek TRANS ditetapkan oleh Menteri Transmigrasi.

(3) Persiapan dan penentuan calon peserta sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh MenteriTransmigrasi dan Pemerintah Daerah berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

(4) Para calon petani peserta diberi kesempatan untuk berperan seta dalam pembangunan kebun denganimbalan jasa.

(5) Para calon petani peserta yang berasal dari para transmigran memperoleh bantuan (jaminan) hidupsebagai transmigran dan dibebankan pada anggaran Departemen Transmigrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8

Petani peserta berkewajiban untuk :

a. membayar pengganti biaya pembangunan kebun plasma yang untuk hal tersebut kepada mereka diberikankredit lunak jangka panjang oleh Bank Pemerintah;

b. melaksanakan pengusahaan kebunnya sesuai bimbingan dari perusahaan inti;

c. menyerahkan (menjual) hasil kebun plasmanya kepada perusahaan inti dengan syarat harga yang layaksesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Pertanian.

Pasal 9

Pembinaan kemasyarakatan petani peserta perlu sejak awal dipersiapkan untuk secepatnya diserahkan kepadaPemerintah Daerah.

BAB VL A H A N

Pasal 10

(1) Luas lahan yang disediakan untuk masing-masing petani peserta adalah :a. lahan kebun plasma : 2,00 ha.b. lahan pekarangan, termasuk tapak perumahan : 0,50 ha.

Page 5: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

5 of 9 6/28/2005 6:40 PM

2. Lahan yang disediakan daslamproyek PIR-TRNS terdiri dari :a. lahan untuk kebun inti dan kebun plasma yang perimbangan luasnya antara 20 : 80;b. lahan untuk pekarangan termasuk untuk rumah sederhana dengan keperluan sebagaimana dimaksud dalamayat (1)c lahan untuk komponen penunjang.

(3) Pencadangan dan perolehan hak tanah atas lahan perumahan inti dengan Hak Guna Usaha (HGU) untukjangka waktu 35 tahun yang dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 11

(1) Lahan perkebunan inti diberikan untuk diusahakan perusahaan inti dengan Hak Guna Usaha (HGU) untukjangka waktu 35 tahun yang dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Atas permohonan perusahaan inti bagian lahan perkebunan inti yang dipergunakan untuk emplasemen dan fasilitas pengolahan dapat diberikan dengan Hak Guna Bangunan (HGB).

(2) Selama masa engembangan,lahan kebun plasma dan lahan pekarangan disediaskandengan hakpengelolaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila diperlukan ats permohonan perusahaan inti lahan kebun plasma dapat disediakan dengan Hak Guna Usaha yang disertai syarat bahwa lahan tersebut akan diperuntukan pengembangan kebun plasma dan waktu kebun plasma yang bersangkutan diserahkan kepada petani peserta maka Hak Guna Usaha tersebut gugur dengan sendirinya.

(3) Lahan kebun plasma dan lahan pekarangan diberikan kepada petani peserta dengan hak milik.

BAB VIP E M B I A Y A A N

Pasal 12

(1) Biaya untuk pembangunan kebun inti tersebut fasilitas pengolahannya menjadi beban perusahaan inti.

(2) Pembiayaan untuk pembangunan kebun plasma dilakukan oleh perusahaan inti yang kemudian akandiambil alih oleh Bank Indonesia pada waktu penyerahan pemilikan kebun plasma yang bersangkutan kepadapetani peserta menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(3) Pembiayaan untuk pembangunan lahan pangan, lahan pekarangan, perumahan peserta, penyediaan airbersih, sarana penunjang, dan pemukiman dilakukan oleh Pemerintah melalui anggaran Departemen Transmigrasi, sedangkan pembiayaan untuk sarana dan prasarana lainnya yang diperlukan dilakukan oleh Pemerintah melalui anggaran Departemen Teknis (Sektoral) yang bersangkutan.

(4)`Biaya pembangunan kebun plasma yang diambil laih oleh Bank Pemerintah dan bank-bank lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari biaya pembangunan kebun plasma dari tahap persiapan sampai pada saat penyerahan kebun plasma termasuk bunganya, yang jumlahnyadihitung berdasarkan unit cost ditambah overhead cost dan jasa manajemen sebesar 15% (lima belas persen), ditetapkan dan dapat ditinjau setiap setiap tahun oleh Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perendanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS setelah mendengar pendapat Menteri Pertanian, dengan ketentuan bahwa untuk pertama kalinya besarnya bunga unit cost tersebut ditetapkan sebear 16% (enam belaspersen) dan dapat ditinjau kembali oleh Pemerintah sesuai dengan perkembangan.

Page 6: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

6 of 9 6/28/2005 6:40 PM

BAB VIIPENGALIHAN AREAL PLASMA KEPADA PETANI PESERTA

Pasal 3

(1) Lahan pekerangan dan perumahan diserahkan kepada calon petani pada saat lahan pekarangan siap olahdan perumahan telah selesai digangun sesuai peraturan yang berlaku.

(2) Kebun plasma diserahkan kepada petani peserta pada saat tanaman mencapai umur menghasilkanmenurut jenis tanaman dan memenuhi standar fisik yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan serta petani peserta yang bersangkutan telah menanda tangani akad kredit dari Bank Pemerintah, dengan ketntuan bahwa dalam hal Proyek PIR-TRANS dengan tanaman kelapa sawit pada tahap permulaan berproduksi, yaitupada tahun ke-4, perbandingan luas kebun inti dan plasma dapat dimulai dengan 40 "60, dan secara bertahap bagian plasma ditingkatkan dalam waktu selambat-lambatnya 10 tahun perbandingannya mencapai 2 tahun.

(3) Penyerahan sebagaimana dimaksud ayat (2) disertai dengan penyerahan sertifikat tanah yang kemudiandisimpan di Bank pemberi kredit sebagai agunan.

Pasal 14

(1) Penilaian atas dipenuhinya standar fisik pembangunan plasma dilakukan setiap tahun oleh DirekturJenderal Perkebunan dengan tidak mengurangi wewenangnya dengan memberikan teguran diantara waktu penilaian apabila ternyata standar fisik tidak dipenuhi.

(2) Perusahaan inti wajib menjaga agar standar fisik dalam pembangunan kebun plasma selalu dipenuhi.

(3) Apabila pada saat kebun plasma seharusnya diserahkan pada petani peserta standar fisik tidak terpenuhi,maka pemerintah dapat :a. menetapkan penundaan penyerahan kebun plasma kepada petani peserta dan diwajibkan perusahaan intiuntuk memperbaiki kebun atas beban sendiri dengan ketentuan bahwa hasil kebun tersebut sampai saat penyerahan dikurangkan dari jumlah biaya pembangunan kebun plasma yang diambil alih Bank Pemerintah dan badan lainnya sebagimana dimaksud pasal 12 ayat (1).b. tetap menetapkan dilangsungkannya penyerahan kebun plasma yang bersangkutan kepada petani pesertadan mewajibkan perusahaan inti untuk menanggung perbaikannya sampai memenuhi standar fisik.

Pasal 15

Apabila karena sesuatu hal pada saat kebun plasma sebelum diserahkan kepada petani peserta penyerahan tersebut tidak boleh dilakukan karena petani peserta yang bersangkutan bermasalah atau belum memenuhi syarat, maka perusahaan inti terutama pengelola kebun plasma yang bersangkutan dan mengadakan perhitungan mengenai biaya eksploitasi dan hasilnya yang akan diperhitungkan pada saat penyerahannya kemudian.

BAB VIIIURUTAN KEGIATAN

Pasal 16

(1) Perusahaan perkebunan yang berminat ikut serta dalam pengembangan perkebunan dengan pola

Page 7: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

7 of 9 6/28/2005 6:40 PM

PIR-TRANS mengajukan permohonan kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Perkebunan.

(2) Dalam permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan :a. nama perusahaan;b. akte pendirian peusahaan;c. alamat perusahaan;d. luas areal pengembangan dan kapasitas pabrik pengolahan yang direncanakan;e. asal dana yang digunakan.

Pasal 17

Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 secara prinsip disetujui, kepada yang bersangkutan diberitahukan untuk mengambil langkah-langkah persiapan dalam waktu 12 (dua belas) bulan.

Pasal 18

(1) Perusahaan yang telah memperoleh persetujuan prinsip dari Menteri Pertanian, mengajukan permohonanpencadangan lahan kepada Gubernur KDH Tingkat I setempat untuk keperluan komponemn-komponen sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1).

(2) Apabila permohonan pencadangan lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetujui oleh GubernurKDH, maka peusahaan yang bersangkutan seera melakukan survai pendahuluan dengan kerangka acuan yangditetapkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan.

Pasal 19

(1) Berdasarkan hasil survai pendahuluan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan studi kelayakan danapabila areal pengembangan meliputi kawasan hutan, perusahaan yang bersangkutan mengajukan permohonan pelepasan areal tersebut dari kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan.

(2) Kerangka acuan studi kelayakan pengembangan PIR-TRANS ditetapkan oleh Direktur JenderalPerkebunan.

Pasal 20

(1) Hasil studi kelayakan dikaji oleh Kelompok Kerja Tim Teknis yang membantu Sekretaris Eksekutif TimKoordinasi PIR-TRANS yang anggotanya tediri dari wakil instansi yang langsung terkait denganperencanaan proyek.

(2) Hasil pengkajian Tim sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kesepakatan Rencana PelaksanaanProyek PIR-TRANS .

Pasal 21

(1) Menteri Pertanian mengesahkan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, sebagai RencanaPelaksanaan Proyek PIR-TRANS dengan Surat Keputusan tentang pelaksanaan Proyek PIR-TRANS danpenunjukan perusahaan inti.

(2) Rencana pelaksanaan proyek tersebut pada ayat (1) merupakan dasar kegiatan semua pihak yang terkait

Page 8: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

8 of 9 6/28/2005 6:40 PM

dalam pelaksanaan proyek dan menjadi pedoman bagi perusahaan inti dapat mengajukan kredit kepadaperbankan bila diperlukan.

(3) Ijin usaha dan ijin-ijin lain yang diperlukan diurus oleh perusahaan inti.

Pasal 22

(1) Rencana Operasional tahunan pelaksanaan proyek disetujui oleh Direktur Jenderal Perkebunanberdasarkan Rencana Pelaksanaan Proyek termasuk pasal 21 ayat (1) dan penilaian atas pencapaian pelaksanaan proyek.

(2) Rencana operasional tahunan pelaksanaan proyek disiapkan oleh perusahaan inti danainstansipemerintahyang terkait.

Pasal 23

Petunjuk teknis masing-masing kegiatan dalam rangka pelaksanaan proyek PIR-TRANS dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan atau instansi Pemerintah lain yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya.

BAB IXP E N U T U P

Pasal 24

(1) Proyek PIR yang pada saat ini dilaksanakan dan pembangunan kebun plasmanya dibiaya oleh PerusahaanInti (PIR Akseleasi, PIR Swasta Kelapa Sawit) dilanjutkan dengan pola dana ketntuan yang ditetapkan dalamSurat Keputusan ini dan disebut PIR-TRANS.

(2) Proyek PIR yang pada saat ini dilaksanakan dan pembangunan kebun plasmanya dibiaya dengananggaran belanja negara diteruskan menurut pola dann ketentuan sebagaimana direncanakan semula.

Pasal 25

Dengan ditetapkannya Surat Keputusan ini, maka :

a. ketentuan-ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 853/Kpts/KB.510/10/1984 tentangKebijaksanaan Pengembangan Perkebunan Besar Swasta disesuaikan seperlunya;

b. ketentuan-ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 469/Kpts/KB.510/6/985 tentangTata Cara Pelaksanaan Kebijaksanaan Pengembangan PIR Swasta Kelapa Sawit dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 26

Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J a k a r t a

Page 9: 86_sk Mentan_333_kpts_kb.50!6!1986_tata Cara Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan Dgn Pola Pir-trans

Form Dokumen Undang Undang http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/8fb20ce703b8857f47256bc...

9 of 9 6/28/2005 6:40 PM

Pada tanggal : 4 Juni 1986

Menteri Pertanian,

ttd

Ir. ACHMAD AFFANDI