Pir Ok Lastik

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Melakukan pengamatan tekstur umum dan khusus batuan piroklastik secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi Menentukan komposisi penyusun batuan piroklastik Mengetahui petrogenesa batuan piroklastik Melakukan pemberian nama batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi WTG, Pettijohn, dan Grabau 1.2 Tujuan Mampu melakukan pengamatan tekstur umum dan khusus batuan piroklastik secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi Mampu menentukan komposisi penyusun batuan piroklastik Mampu mengetahui petrogenesa batuan piroklastik Mampu melakukan pemberian nama batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi WTG, Pettijohn, dan Grabau 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Petrografi acara Batuan Piroklastik ini dilaksanakan pada: Hari : Senin

Transcript of Pir Ok Lastik

Page 1: Pir Ok Lastik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Melakukan pengamatan tekstur umum dan khusus batuan piroklastik

secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi

Menentukan komposisi penyusun batuan piroklastik

Mengetahui petrogenesa batuan piroklastik

Melakukan pemberian nama batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi

WTG, Pettijohn, dan Grabau

1.2 Tujuan

Mampu melakukan pengamatan tekstur umum dan khusus batuan

piroklastik secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi

Mampu menentukan komposisi penyusun batuan piroklastik

Mampu mengetahui petrogenesa batuan piroklastik

Mampu melakukan pemberian nama batuan piroklastik berdasarkan

klasifikasi WTG, Pettijohn, dan Grabau

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Petrografi acara Batuan Piroklastik ini dilaksanakan pada:

Hari : Senin

Tanggal : 20 Mei 2013

Waktu : Pukul 18.30 – 19.30 WIB

Tempat : Laboratorium Geooptik, Gedung Pertamina Sukowati

Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Page 2: Pir Ok Lastik

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mekanisme Letusan Gunung Api

Batuan piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung

api dengan ciri-ciri yang khas. Untuk mempelajari material piroklastik, terlebih

dulu kita harus memahami tentang aktivitas vulkanisne baik proses maupun

produknya. Pemahanan itu secara umum meliputi pemahaman tentang :

1. Erupsi gunung api.

2. Material hasil aktivitas gunung api.

Gambar 2.1 Produk erupsi vulkanik

1. Erupsi Gunung Api

Menurut Muzil Anwar, 1981 erupsi gunung api adalah suatu

manifestasi gejala vulkanisme ke arah permukaan atau suatu aspek

kimiawi dari perpindahan energi ke arah permukaan yang tergantung

pada kandungan energi dalam dapur magma yang mencakup panas

sewaktu pendinginan magma dan tekanan gas selama pembekuan/

pendinginan.

Page 3: Pir Ok Lastik

Sehingga dapat disimpulkan bahwa erupsi gunung api

merupakan gejala awal munculnya gunung api baru atau aktifnya

gunung api lama.

Sifat erupsi gunung api dapat terjadi karena adanya tekanan dari

dalam bumi yang cukup besar sehingga mampu mengalahkan tekanan

beban diatasnya. Berdasrkan sumber kejadiannya erupsi vulkanik

dibedakan (Fisher, 1984) :

- Erupsi piroklastik

Erupsi yang terjadi akibat kegiatan magma itu sendiri. Jadi

prosesnya berkisar dari pemisahan gas (degassing) dari fase

magma, naiknya tekanan ruang magma hingga melebihi tekanan

beban sumbat gunungapi sampai terjadi ledakan/erupsi.

- Erupsi hidrovulkanik

Erupsi ini lebih kompleks dari erupsi piroklastik. Eruspsi

hidrovolkanik sistem magmatik berinteraksi erat dengan

lingkungan sehingga menghasilkan suatu rangkaian proses yang

rumit dan terjadi dalam waktu yang relatif sangat singkat.

Erupsi hidrovulkanik secara umum didefinisikan sebagai

erupsi yang terjadi karena kontak antara air dan magrna. namun

demikian, adanya kontak antara air dan magma belum tentu

menimbulkan letusan. Dalam hal ini ada beberapa syarat agar

adanya kontak antara air dengan magma tersebut menghasilkan

letusan, yaitu :

Proses Superheating

Yaitu proses pemanasan air oleh magma atau sumber

panas lain seperti aliran lava, aliran piroklastik dan

sebagainya. Superheating menyebabkan pondidihan air

yang menghasilkan penguapan total di seluruh bagian air

yang terpanaskan. Penguapan ini disertai ekepansi

gelombang gas, sehingga tekanan gas naik dengan cepat.

Page 4: Pir Ok Lastik

Hasil akhir dari rangkaian proses ini adalah kenaikan

tekanan yang dapat menimbulkan ledakan sebagai reaksi

keseluruhan sistem untuk mencapai kesetimbangan.

Lapisan Penahan.

Proses superheating akan menghasilkan tekanan tinggi bila

kenalkan suhu berada pada kondisi isovolume. Kondisi

semacam ini bisa dicapai bila air berada pada tempat

dengan volume ruang yang konstan, Di alam tempat

tersebut terjadi bila air berada dalam lapisan porous

impermeabel. Bila tekanan yang dihasilkan melampaui

besamya tekanan litostatis lapisan penahan maka akan

terjadi letusan.

Perbandingan Air dengan Magma.

Timbulnya lotuean hidrovulkanik dikontrol oleh

perbandingan air dan magma. Yang berpengaruh pada

jumlah pemanasan dan derajat fragmentasi yang

dihasilkan oleh peralihan energi. Perbandingan air dengan

magma terlalu besar menyebabkan superheating tidak

berlangsung sempurna sehingga hanya diperoleh energi

yang kecil.

Gambar 2.2 Sketsa mekanisme erupsi hidrovolkanik (Djoko, 1985)

Page 5: Pir Ok Lastik

2.2 Pengertian Mineral dan Hubungannya dengan Batuan

Mineral adalah substansi yang terbentuk secara alami dengan struktur

internal yang khas yang ditentukan oleh sebuah susunan yang teratur dari atom

atau ion di dalamnya; dan dengan komposisi kimia dan kandungan fisik yang

tetap atau bervariasi dalam kisaran yang terbatas. (Gilluly et. all, 1968)

Batuan tersusun atas komposisi mineral. Selain dengan mengetahui sifat

fisiknya, batuan dapat diketahui jenisnya dengan mengetahui komposisi mineral

utamanya.

2.3 Pengertian Batuan Piroklastik

Piroklastik (berasal dari bahasa Yunani, πῦρ, berarti api, dan κλαστός,

yang berarti rusak) adalah bebatuan klastik yang terbentuk dari material vulkanik.

Ketika material vulkanik dikirim dan diolah kembali melalui proses mekanik,

seperti dengan air atau angin, bebatuan tersebut disebut vulkaniklastik. Piroklastik

biasanya berhubungan dengan aktivitas vulkanik, seperti gaya letusan gunung

Krakatau. Piroklastik biasanya dibentuk dari abu vulkanik, lapilli dan bom

vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di

daerah tersebut yang hancur (Blatt et. all, 1996).

Menurut Huang (1962), batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan

oleh proses lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik

selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuh kemudian mengalami

litifikasi baik sebelum ditransport maupun “rewarking” oleh air atau es.

Sedangkan menurut William et. all (1982) batuan piroklastik adalah batuan

vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang

berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda, di mana

material penyusun tersebut terrendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami

transportasi oleh air atau es.

2.4 Struktur dan Tektur Batuan Piroklastik

Endarto (2004) mengemukakan bahwa batuan piroklastik memiliki

struktur seperti batuan beku, pada batuan piroklastik juga dijumpai struktur skoria,

Page 6: Pir Ok Lastik

vesikuler, serta amigdaloida. Variasi batuan, pembundaran, dan pemilihan batuan

piroklastik mirip dengan batuan sedimen klastik pada umumnya. Hanya unsur-

unsur tersebut tergantung pada tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan,

dan pengaruh seretan. Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk yang

runcing tajam, terutama dikenal sebagai “glasshard” atau gelas runcing tajam serta

adanya Batuapung (Endarto, 2004).

2.5 Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik

Dalam Endarto (2004), menurut kejadiannya, endapan piroklastik

dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: endapan piroklastika jatuhan (air fall

deposits), endapan aliran piroklastika (pyroclastic flow), dan endapan pyroclastic

surge (pyroclastic surge deposits).

2.5.1 Endapan piroklastik jatuhan (air fall deposits)

Endapan piroklastik jatuhan yaitu onggokan piroklastik yang

diendapkan melalui udara. Endapan ini umumnya akan berlapis baik,

dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran bersusun.

Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik , tuff, dan lapili.

Sortasi yang baik pada endapan ini disebabkan oleh pemilahan

oleh udara selama mengalami proses pengendapan. Tiga tipe endapan

piroklastik jatuhan berdasarkan litologi dan proses pembentukannya

adalah sebagai berikut: (Cas and Wright, 1987)

a. Endapan Jatuhan Scoria

Endapan ini sebagian besar tersusun oleh magma yang bersifat

basal-basaltik yang vesikuler hasil aktivitas letusan Hawaiian

dan Strombolian

b. Endapan Jatuhan Pumice

Endapan ini tersusun oleh magma vesikuler dengan viskositas

yang tinggi (andesit-riolit, phonolit dan tracile) hasil aktivitas

subplinian, plinian dan ultraplinian (plinian tipe letusan)

c. Endapan Jatuhan Ash

Page 7: Pir Ok Lastik

Endapan ini terbentuk oleh letusan yang bersifat

phreatomagmatik dan phreatik

2.5.2 Endapan Aliran Piroklastik (Pyroclastic Flow Deposits)

Endapan piroklastik aliran yaitu material hasil langsung dari

pusat erupsi, kemudian teronggokkan di suatu tempat. Hal ini meliputi

hot avalance, glowing avalanche, lava collapse avalanche, dan hot

ash avalanche. Aliran ini umumnya berlangsung pada suhu tinggi

antara 500o-650oC, dan temperaturnya cenderung menurun selama

pengalirannya (Banks dan Hoblih, 1981). Penyebaran pada bentuk

endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi, sebab sifat-sifat endapan

tersebut adalah menutupi dan mengisi cekungan. Bagian bawah

menampakkan morfologi asal dan bagian atas umumnya datar (Wilson

and Head, 1981) dalam Endarto (2004).

2.5.3 Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge Deposits)

Endapan piroklastik surge merupakan suatu awan campuran dari

bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah

dan bergerak denagn kecepatan tinggi secara turbulen di atas

permukaan. Umumnya endapan piroklastik surge mempunyai

pemilahan yang baik, berbutir halus, dan berlapis baik. Endapan ini

memiliki struktur pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan

bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari endapan ini

adalah mempunyai struktur silang siur, melensa, dan bersudut kecil.

Endapan surge pada umumnya kaya akan keratin dan kristal (Endarto,

2004).

2.6 Tektonik dan Pembentuk Gunung Api

Pada umumnya proses pembentukan gunungapi dapat dibedakan dari

kedudukan tektonik lempengannya, yaitu:

Page 8: Pir Ok Lastik

1. Daerah pemekaran

Daerah pemekaran yang disebut juga sebagai daerah divergen disebabkan

karena adanya aktifitas tektonik yang menghasilkan pemekaran pada lempeng

samudera. Magma keluar melalui celah pada daerah lemah dan membentuk

punggungan.

2. Daerah penunjaman

Daerah ini terjadi penunjaman salah satu lempeng atau dengan sebutan

daerah konvergen. Umumnya lempeng samudera menyusup dibawah lempeng

samudera mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada berat jenis lempeng

benua. Daerah ini dapat menghasilkan sifat magma yang beragam mulai dari asam

hingga basa.

3. Hot spot (Intraplate volcanism)

Pembentukan gunungapi dari aktifitas hot spot dikarenakan adanya

terobosan magma dari atmosfer menuju ke lithosfer dan pada bagian bawah kerak

lithosfer magma ini melewati celah yang mempunyai kedudukan lateral.

Komposisi magma bila keluar di lempeng samudera akan bersifat basa, hal ini

sama dengan produk magma yang keluar dari pemekaran lempeng samudera, bila

magma keluar di kontinen maka sangat berpotensial menjadi magma yang bersifat

sama.

Pembentukan gunungapi daerah ini berbeda dengan proses pemebentukan

daerah subduksi dan pemekaran, karena daerah ini mempunyai pusat magma yang

tetap.

Volkanisme pada setiap tatanan tektonik

Page 9: Pir Ok Lastik

Gambar 2.3 Proses tektonik dan vulkanisme

2.7 Klasifikasi Batuan Piroklastik

Pembuatan klasifikasi batuan piroklastik sudah banyak dibuat oleh para

ahli, tetapi masih terjadi kekurangan maupun perbedaan tentang batuan

piroklastik.

Klasifikasi berdasarkan perkembangan terbentuknya batuan piroklastik

sangat sulit, sedangkan saat ini klasifikasi didasarkan pada:

Asal – usul fragmen

Ukuran fragmen

Komposisi fragmen

2.7.1 Klasifikasi berdasarkan asal – usul fragmen

Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari letusan tipe

eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972) membuat

klasifikasi sebagai berikut:

volcanisme pada intraplit (hotspot)Volcanisme Pada Volcanic Arc batas kontinental aktif

Volcanime pada zona subduksi busur kepulauan

Volcanime pada pusat pemekaran tengah samudera

Page 10: Pir Ok Lastik

Tabel 2.1 Klasifikasi berdasarkan asal – usul fragmen

- Essential fragmen berasal langsung dari pembekuan magma segar

- Accessor fragmen berasal dari lava atau piroklastik yang terdapat

pada kerucut volkanik

- Accidental fragmen yang berasal dari batuan lain yang tidak

menunjukkan gejala pembekuan, metamorfisme

Klasifikasi berdasarkan ukuran dari fragmen. Klasifikasi ini dibuat

pertama kali oleh Grabau (1924) dalam Carozzi (1975) :

Tabel 2.2 Klasifikasi berdasarkan ukuran fragmen

- > 2,5 mm : Rudyte

- 2,5 – 0,5 mm : Arenyte

- < 0,5 mm : Lutyte

Klasifikasi batuan piroklastik dari Wenworth dan Williams (1932)

dalam Pettijohn banyak dipakai, tetapi kisaran yang dipakai tidak

sama antara batuan sedimen dan piroklastik :

Tabel 2.3 Klasifikasi berdasarkan ukuran dan bentuk fragmen

- Breksi volkanik : Tersusun dari fragmen-fragmen diameter > 32 mm,

bentuk fragmen meruncing

- Aglomerat : Fragmen berupa bom-bom dengan ukuran > 32 mm

- Lapili/tuf lapili: Fragmen tersusun atas Lapili yang berukuran antara

4 mm – 32 mm

- Tuf kasar : Fragmen-fragmen tersusun atas abu kasar dengan

ukuran butir terletak antara 0,25 mm – 4 mm

- Tuf halus : Fragmen-fragmen tersusun atas abu halus dengan

ukuran < 0,25 mm

2.7.2 Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen

Klasifikasi yang telah dibuat digunakan untuk tuf, yaitu

0,25 –4 mm : tuf kasar

< 0,25 mm : tuf halus

Page 11: Pir Ok Lastik

Tabel 2.4 Klasifikasi berdasarkan komposisi material

1. Vitric Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari gelas

2. Lithic Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan

3. Crystal Tuff : tuf dengan penyusun utama kristal dan pecahan Kristal

Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan

prosentase gelas dengan kristal, yaitu:

1. Vitric Tuff:

Tuf mengandung gelas antara 75%-100% dan kristal 0% - 25%.

2. Vitric crystal tuff:

Tuf mengandung gelas antara 50%-75% dan kristal 25% - 50%.

3. Crystal vitric tuff:

Tuf mengandung gelas antara 25%-50% dan kristal 50% - 75%.

4. Crystal tuff :

Tuf mengandung gelas antara 0%-25% dan kristal 75% - 100%.

Gambar 2.4 Klasifikasi tuff (after, Schmid, 1981)

Page 12: Pir Ok Lastik

Gambar 2.5 Klasifikasi batuan piroklastik (Fisher, 1986)

Page 13: Pir Ok Lastik

BAB III

HASIL DESKRIPSI

3.1 Sayatan Tipis No. Dianti B4

Tekstur umum:

Granularitas : Equigranular afanitik

Kristalinitas : Hipokristalin

Fabrik : Anhedral

Tekstur khusus: vitrovirik

Komposisi mineral:

Kuarsa: gelapan bergelombang

Plagioklas: kembaran albit

Lithic: fragmen batuan

Min.opaq: berwarna hitam baik pada pengamatan ppl maupun xpl

K-Feldspar: kembaran carlsbad

Mineral MP I (%) MP II (%) MP III (%) Rata-rata

Kuarsa 2 2 1 1,67

Plagioklas 1 1 - 0,67

Min.opaq 15 13 10 12,67

Lithic 82 84 88 84,67

K-Feldspar - - 1 0,33

Page 14: Pir Ok Lastik

Gambar:

Petrogenesa:

Sayatan tipis ini merupakan sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Ukuran mineralnya yang kecil

(<0.5mm) mengindikasikan bahwa pembentukan mineral berlangsung cepat

dan terbentuk di permukaan.

Nama Batuan: Crystal tuff (WTG, 1954)

Crystal tuff (Pettijohn, 1975)

Lutyte (Grabau, 1924)

Plagioklas

K-Feldspar

Kuarsa

Lithic

Page 15: Pir Ok Lastik

3.2 Sayatan Tipis No.A1

Tekstur umum:

Granularitas : Inequigranular

Kristalinitas : Hipokristalin

Fabrik : Anhedral

Tekstur khusus: vitrovirik

Komposisi mineral:

Kuarsa: gelapan bergelombang

Lithic: fragmen batuan

Min.opaq: berwarna hitam baik pada pengamatan ppl maupun xpl

Massa dasar: berupa gelasan bersifat amorf

Mineral MP I (%) MP II (%) MP III (%) Rata-rata

Kuarsa 15 5 3 7.6

Gelasan 20 40 60 40

Mineral Opaq 15 5 2 7.3

Lithic 50 50 35 45

Gambar:

Kuarsa Gelasan

Lithic

Page 16: Pir Ok Lastik

Petrogenesa:

Sayatan tipis ini merupakan sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Ukuran mineralnya yang masih

relatif halus mengindikasikan bahwa pembentukan mineral berlangsung

cepat dan terbentuk di permukaan.

Nama Batuan: Lithic tuff (WTG, 1954)

Crystal tuff (Pettijohn, 1975)

Rudyte (Grabau, 1924)

Page 17: Pir Ok Lastik

3.3 Sayatan Tipis No.BP 11- 11SK5

Tekstur umum:

Kristalinitas : Hipokristalin

Tekstur khusus: vitrovirik

Komposisi mineral:

Kuarsa: gelapan bergelombang

Lithic: fragmen batuan

Min.opaq: berwarna hitam baik pada pengamatan ppl maupun xpl

Massa dasar: berupa gelasan bersifat amorf

Plagioklas: kembaran albit

Mineral MP I (%) MP II (%) MP III (%) Rata-rata

Kuarsa 20 20 20 20

Massa dasar 77 75 74 75,3

Plagioklas 3 - - 1

Min. Opaq - 5 3 2,67

Lithic - - 3 1

Gambar:

Kuarsa

Gelasan

Plagioklas

Page 18: Pir Ok Lastik

Petrogenesa:

Sayatan tipis ini merupakan sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Ukuran mineralnya yang kecil

(<0.5mm) mengindikasikan bahwa pembentukan mineral berlangsung cepat

dan terbentuk di permukaan.

Nama Batuan: Vitric tuff (WTG, 1954)

Vitric tuff (Pettijohn, 1975)

Lutyte (Grabau, 1924)

Page 19: Pir Ok Lastik

3.4 Sayatan Tipis No. BP 02

Tekstur umum:

Kristalinitas : Holohialin

Tekstur khusus: vitrovirik

Komposisi mineral:

Kuarsa: gelapan bergelombang

Massa dasar: berupa gelasan bersifat amorf

Plagioklas: kembaran albit

Mineral MP I (%) MP II (%) MP III (%) Rata-rata

Kuarsa 3 5 3 3,7

Massa dasar 97 95 97 96,3

Gambar:

Gelasan

Kuarsa

Page 20: Pir Ok Lastik

Petrogenesa:

Sayatan tipis ini merupakan sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Kelimpahan massa dasar

berupa gelasan yang sangat banyak mengindikasikan bahwa pembekuan

lava terjadi sangat cepat sehingga tidak terjadi pembentukan kristal mineral

yang signifikan.

Nama Batuan: Vitric tuff (WTG, 1954)

Vitric tuff (Pettijohn, 1975)

Lutyte (Grabau, 1924)

Page 21: Pir Ok Lastik

3.5 Sayatan Tipis No. BP 08

Tekstur umum:

Kristalinitas : Holohialin

Tekstur khusus: vitrovirik

Komposisi mineral:

Kuarsa: gelapan bergelombang

Massa dasar: berupa gelasan bersifat amorf

Plagioklas: kembaran albit

Mineral MP I (%) MP II (%) MP III (%) Rata-rata

Kuarsa 3 - 3 2

Massa dasar 97 100 95 97,3

Plagioklas - - 2 0,7

Gambar:

Gelasan

Kuarsa

Page 22: Pir Ok Lastik

Petrogenesa:

Sayatan tipis ini merupakan sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Kelimpahan massa dasar

berupa gelasan yang sangat banyak mengindikasikan bahwa pembekuan

lava terjadi sangat cepat sehingga tidak terjadi pembentukan kristal mineral

yang signifikan.

Nama Batuan: Vitric tuff (WTG, 1954)

Vitric tuff (Pettijohn, 1975)

Lutyte (Grabau, 1924)

Page 23: Pir Ok Lastik

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sayatan Tipis No. Dianti B4

Sayatan tipis nomor Dianti B4 adalah sayatan dari batuan piroklastik

yang merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Terhadap sayatan ini

dilakukan pengamatan tekstur umum, tekstur khusus, dan komposisi

penyusunnya secara petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi

perbesaran 4x. Sayatan ini menampakkan tekstur umum berupa granularitas,

kristalinitas, dan fabrik. Granularitas sayatan batuan piroklastik ini adalah

equigranular anhedral sebab komposisi penyusunnya berukuran sama atau

seragam namun tidak dapat diidentifikasi karena berukuran sangat halus.

Kristalinitasnya adalah hipokristalin karena sebagian tersusun atas kristal

dan sebagian lagi massa dasar. Fabriknya tergolong anhedral sebab batas-

batas antar mineralnya sudah tidak jelas lagi. Tekstur khusus yang dimiliki

peraga ini adalah vitrovirik dengan ciri mineral-mineralnya dilingkupi oleh

massa dasar berupa gelasan.

Sayatan tipis ini disusun oleh kuarsa, plagioklas, mineral opaque,

lithic, dan K-feldspar dengan ukuran sangat halus, <0,5 mm. Kuarsa adalah

mineral dengan sifat optik relief rendah dan memiliki gelapan

bergelombang. Kelimpahan rata-rata kuarsa pada sayatan ini adalah sebesar

1,67%. Plagioklas adalah mineral dengan sifat optik khas memiliki

kembaran albit. Kelimpahan rata-rata plagioklas adalah sebesar 0,67%.

Mineral opaque biasanya berupa mineral berat yang tidak dapat meneruskan

cahaya sehingga berwarna hitam baik pada pengamatan ppl maupun pada

saat pengamatan xpl. Kelimpahan rata-rata mineral opaque adalah sebesar

12,67%. Lithic adalah fragmen batuan yang lain yang disusun atas kristal

mineral, namun mineralnya tidak dapat diidentifikasi karena ukuran lithic

yang sangat halus. Kelimpahan rata-rata lithic pada sayatan ini adalah

Page 24: Pir Ok Lastik

sebesar 84,67%. K-feldspar adalah mineral dengan sifat optik khas

kembaran carlsbad. Kelimpahan rata-rata mineral ini adalah sebesar 0,33%.

Berdasarkan ukuran mineralnya yang sangat halus maka dapat

diindikasikan bahwa pembentukan mineral terjadi dalam waktu yang relatif

singkat sehingga kristal mineralnya tidak dapat membangun tubuh kristal

berukuran besar. Keseragaman ukuran butir yang sangat halus juga

mengindikasikan bahwa kristal mineralnya terbentuk dari lava yang

membeku di permukaan bumi, karena adanya interaksi dengan udara maka

lava mengalami penurunan suhu yang drastis sehingga kristal mineralnya

berukuran halus. Banyaknya lithic yang tersusun atas kristal mineral

diindikasikan berasal dari preexisting rock. Kelimpahan lithic ini juga dapat

menjadi indikasi bahwa endapan piroklastiknya terbentuk di fasies proximal

gunungapi dan diperkirakan batuan ini merupakan hasil dari tipe endapan

aliran gunungapi yang lavanya mengalir dari fasies central kemudian

mengalir dan mengendap di fasies proximal. Pada saat lava mengalir

tersebut diperkirakan terjadi pembekuan lava membentuk mineral berukuran

halus dan pada saat itu juga batuan pre-existing di lereng gunungapi ikut

terbawa aliran lava dan dijumpai sebagai fragmen lithic pada peraga ini.

Fragmen lithic juga dapat berasal dari batuan pre-existing di sekitar kerucut

vulkanik yang ikut terbawa saat magma mengalir keluar dari kepundan

gunungapi.

Fasies tempat pengendapan piroklastik

Page 25: Pir Ok Lastik

Berdasarkan deskripsi dan penjelasan diatas maka dapat diketahui

bahwa sayata tipis nomor Dianti B4 ini bernama Crystal tuff (WTG, 1954)

karena penyusun utamanya kristal dan pecahan-pecahan kristal yang

terdapat di lithic; Crystal tuff (Pettijohn, 1975) karena tuff mengandung

kristal 50 – 75%; dan Lutyte (Grabau, 1924) karena ukuran fragmennya

<0,5 mm.

4.2 Sayatan Tipis No. A1

Sayatan tipis nomor A1 adalah sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Terhadap sayatan ini dilakukan

pengamatan tekstur umum, tekstur khusus, dan komposisi penyusunnya

secara petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi perbesaran

4x. Sayatan ini menampakkan tekstur umum berupa granularitas,

kristalinitas, dan fabrik. Granularitas sayatan batuan piroklastik ini adalah

inequigranular sebab komposisi penyusunnya berukuran tidak seragam.

Kristalinitasnya adalah hipokristalin karena sebagian tersusun atas kristal

dan sebagian lagi massa dasar. Fabriknya tergolong anhedral sebab batas-

batas antar mineralnya sudah tidak jelas lagi. Tekstur khusus yang dimiliki

peraga ini adalah vitrovirik dengan ciri mineral-mineralnya dilingkupi oleh

massa dasar berupa gelasan.

Sayatan tipis ini disusun oleh kuarsa, mineral opaque, lithic, dan

massa dasar. Kuarsa adalah mineral dengan sifat optik relief rendah dan

memiliki gelapan bergelombang. Kelimpahan rata-rata kuarsa pada sayatan

ini adalah sebesar 7,67%. Mineral opaque biasanya berupa mineral berat

yang tidak dapat meneruskan cahaya sehingga berwarna hitam baik pada

pengamatan ppl maupun pada saat pengamatan xpl. Kelimpahan rata-rata

mineral opaque adalah sebesar 7,33%. Lithic adalah fragmen batuan yang

lain yang disusun atas kristal mineral, namun mineralnya tidak dapat

diidentifikasi karena ukuran lithic yang sangat halus. Kelimpahan rata-rata

lithic pada sayatan ini adalah sebesar 45%. Massa dasar pada peraga ini

berupa gelasan yang tidak memiliki bidang kristal atau amorf. Kelimpahan

Page 26: Pir Ok Lastik

massa dasar sayatan tipis ini adalah sebesar 40%. Massa dasar gelasan ini

diindikasikan berasal dari pembekuan lava yang berjalan sangat cepat.

Berdasarkan ukuran mineralnya yang masih relatif halus maka dapat

diindikasikan bahwa pembentukan mineral terjadi dalam waktu yang relatif

singkat sehingga kristal mineralnya tidak dapat membangun tubuh kristal

berukuran besar. Keseragaman ukuran butir yang sangat halus juga

mengindikasikan bahwa kristal mineralnya terbentuk dari lava yang

membeku di permukaan bumi, karena adanya interaksi dengan udara maka

lava mengalami penurunan suhu yang drastis sehingga kristal mineralnya

berukuran halus. Banyaknya lithic yang tersusun atas kristal mineral

diindikasikan berasal dari preexisting rock. Kelimpahan lithic ini juga dapat

menjadi indikasi bahwa endapan piroklastiknya terbentuk di fasies proximal

gunungapi dan diperkirakan batuan ini merupakan hasil dari tipe endapan

aliran gunungapi yang lavanya mengalir dari fasies central kemudian

mengalir dan mengendap di fasies proximal. Pada saat lava mengalir

tersebut diperkirakan terjadi pembekuan lava membentuk mineral berukuran

halus dan pada saat itu juga batuan pre-existing di lereng gunungapi ikut

terbawa aliran lava dan dijumpai sebagai fragmen lithic pada peraga ini.

Fragmen lithic juga dapat berasal dari batuan pre-existing di sekitar kerucut

vulkanik yang ikut terbawa saat magma mengalir keluar dari kepundan

gunungapi.

Tempat pengendapan piroklastik

Page 27: Pir Ok Lastik

Berdasarkan deskripsi dan penjelasan diatas maka dapat diketahui

bahwa sayata tipis nomor A1 ini bernama Lithic tuff (WTG, 1954) karena

tuff memiliki penyusun utama berupa lithic; Crystal tuff (Pettijohn, 1975)

karena tuff mengandung kristal 75%-100%; dan Rudyte (Grabau, 1924)

karena ukuran fragmennya berukuran >2,5mm.

4.3 Sayatan Tipis No. BP 11 – 11 SK 5

Sayatan tipis nomor BP 11 – 11 SK 5 adalah sayatan dari batuan

piroklastik yang merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Terhadap

sayatan ini dilakukan pengamatan tekstur umum, tekstur khusus, dan

komposisi penyusunnya secara petrografis dengan menggunakan mikroskop

polarisasi perbesaran 4x. Sayatan ini menampakkan tekstur umum berupa

kristalinitas. Kristalinitasnya adalah hipokristalin karena sebagian tersusun

atas kristal dan sebagian lagi massa dasar. Tekstur khusus yang dimiliki

peraga ini adalah vitrovirik dengan ciri mineral-mineralnya dilingkupi oleh

massa dasar berupa gelasan.

Sayatan tipis ini disusun oleh kuarsa, mineral opaque, lithic, dan

massa dasar, serta plagioklas. Kuarsa adalah mineral dengan sifat optik

relief rendah dan memiliki gelapan bergelombang. Kelimpahan rata-rata

kuarsa pada sayatan ini adalah sebesar 20%. Mineral opaque biasanya

berupa mineral berat yang tidak dapat meneruskan cahaya sehingga

berwarna hitam baik pada pengamatan ppl maupun pada saat pengamatan

xpl. Kelimpahan rata-rata mineral opaque adalah sebesar 2,67%. Lithic

adalah fragmen batuan yang lain yang disusun atas kristal mineral, namun

mineralnya tidak dapat diidentifikasi karena ukuran lithic yang sangat halus.

Kelimpahan rata-rata lithic pada sayatan ini adalah sebesar 1%. Massa dasar

pada peraga ini berupa gelasan yang tidak memiliki bidang kristal atau

amorf. Kelimpahan massa dasar sayatan tipis ini adalah sebesar 75,3%.

Massa dasar gelasan ini diindikasikan berasal dari pembekuan lava yang

berjalan sangat cepat. Plagioklas adalah mineral dengan sifat optik khas

Page 28: Pir Ok Lastik

kembaran albit. Kelimpahan rata-rata mineral plagioklas pada sayatan ini

adalah sebesar 1%.

Massa dasar gelasan yang melimpah pada sayatan ini dapat dijadikan

indikasi untuk penentuan tipe aliran dan fasies gunungapi dimana batuan ini

terendapkan. Berdasarkan massa dasarnya maka dapat diinterpretasikan

bahwa batuan piroklastik ini memiliki tipe endapan jatuhan dan mengendap

di fasies medial. Diperkirakan lava hasil erupsi gunungapi yang mencapai

fasies medial sangat sedikit massanya dan semakin ke arah medial

umumnya pembentukan kristal akan semakin sedikit sehingga untuk

mencapai fasies ini diperkirakan tipe endapan yang memungkinkan adalah

tipe jatuhan. Saat terjadi erupsi, terjadi dorongan yang kuat akibat besarnya

tekanan dari dalam gunungapi, pada saat itu terjadi pembentukan abu yang

berupa gelasan akibat terjadinya pendinginan magma yang drastis. Abu

tersebut terlontar ke udara dan kemudian terjatuh akibat gaya gravitasi.

Massa abu yang ringan ini dapat menyebabkan abu terjatuh dan terendapkan

di fasies medial membentuk batuan piroklastik seperti yang diamati

sekarang ini.

Berdasarkan deskripsi dan penjelasan diatas maka dapat diketahui

bahwa sayata tipis nomor BP 11 – 11 SK 5 ini bernama Vitric tuff (WTG,

1954) karena tuf memiliki penyusun utama berupa massa dasar gelasan;

Fasies tempat pengendapan piroklastik

Page 29: Pir Ok Lastik

Vitric tuff (Pettijohn, 1975) karena tuf mengandung gelas antara 75%-

100%; dan Lutyte (Grabau, 1924) karena ukuran fragmennya <0,5mm.

4.4 Sayatan Tipis No. BP 02

Sayatan tipis nomor BP 02 adalah sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Terhadap sayatan ini dilakukan

pengamatan tekstur umum, tekstur khusus, dan komposisi penyusunnya

secara petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi perbesaran

4x. Sayatan ini menampakkan tekstur umum berupa kristalinitas.

Kristalinitasnya adalah holohialin karena keseluruhannya disusun oleh

massa dasar gelasan. Tekstur khusus yang dimiliki peraga ini adalah

vitrovirik dengan ciri mineral-mineralnya dilingkupi oleh massa dasar

berupa gelasan.

Sayatan tipis ini disusun oleh kuarsa dan massa dasar. Kuarsa adalah

mineral dengan sifat optik relief rendah dan memiliki gelapan

bergelombang. Kelimpahan rata-rata kuarsa pada sayatan ini adalah sebesar

3,7%. Massa dasar pada peraga ini berupa gelasan yang tidak memiliki

bidang kristal atau amorf. Kelimpahan massa dasar sayatan tipis ini adalah

sebesar 96,3%. Massa dasar gelasan ini diindikasikan berasal dari

pembekuan lava yang berjalan sangat cepat.

Massa dasar gelasan yang melimpah pada sayatan ini dapat dijadikan

indikasi untuk penentuan tipe aliran dan fasies gunungapi dimana batuan ini

terendapkan. Berdasarkan massa dasarnya maka dapat diinterpretasikan

bahwa batuan piroklastik ini memiliki tipe endapan jatuhan dan mengendap

di fasies medial. Diperkirakan lava hasil erupsi gunungapi yang mencapai

fasies medial sangat sedikit massanya dan semakin ke arah medial

umumnya pembentukan kristal akan semakin sedikit sehingga untuk

mencapai fasies ini diperkirakan tipe endapan yang memungkinkan adalah

tipe jatuhan. Saat terjadi erupsi, terjadi dorongan yang kuat akibat besarnya

tekanan dari dalam gunungapi, pada saat itu terjadi pembentukan abu yang

berupa gelasan akibat terjadinya pendinginan magma yang drastis. Abu

Page 30: Pir Ok Lastik

tersebut terlontar ke udara dan kemudian terjatuh akibat gaya gravitasi.

Massa abu yang ringan ini dapat menyebabkan abu terjatuh dan terendapkan

di fasies medial membentuk batuan piroklastik seperti yang diamati

sekarang ini.

Berdasarkan deskripsi dan penjelasan diatas maka dapat diketahui

bahwa sayata tipis nomor BP 02 ini bernama Vitric tuff (WTG, 1954)

karena penyusun utama tuff adalah massa dasar gelasan; Vitric tuff

(Pettijohn, 1975) karena tuff mengandung gelas antara 75%-100%; dan

Lutyte (Grabau, 1924) karena ukuran fragmen <0,5mm.

4.5 Sayatan Tipis No. BP 08

Sayatan tipis nomor BP 08 adalah sayatan dari batuan piroklastik yang

merupakan hasil erupsi eksplosif gunungapi. Terhadap sayatan ini dilakukan

pengamatan tekstur umum, tekstur khusus, dan komposisi penyusunnya

secara petrografis dengan menggunakan mikroskop polarisasi perbesaran

4x. Sayatan ini menampakkan tekstur umum berupa kristalinitas.

Kristalinitasnya adalah hipokristalin karena sebagian tersusun atas kristal

dan sebagian lagi massa dasar. Tekstur khusus yang dimiliki peraga ini

adalah vitrovirik dengan ciri mineral-mineralnya dilingkupi oleh massa

dasar berupa gelasan.

Fasies tempat pengendapan piroklastik

Page 31: Pir Ok Lastik

Sayatan tipis ini disusun oleh kuarsa, plagioklas, dan massa dasar.

Kuarsa adalah mineral dengan sifat optik relief rendah dan memiliki gelapan

bergelombang. Kelimpahan rata-rata kuarsa pada sayatan ini adalah sebesar

2%. Plagioklas adalah mineral dengan sifat optik khas kembaran albit. Pada

sayatan ini, kelimpahan rata-rata plagioklas adalah sebesar 0,7. Massa dasar

pada peraga ini berupa gelasan yang tidak memiliki bidang kristal atau

amorf. Kelimpahan massa dasar sayatan tipis ini adalah sebesar 97,3%.

Massa dasar gelasan ini diindikasikan berasal dari pembekuan lava yang

berjalan sangat cepat. Plagioklas adalah mineral dengan sifat optik khas

kembaran albit. Kelimpahan rata-rata mineral plagioklas pada sayatan ini

adalah sebesar 1%.

Massa dasar gelasan yang melimpah pada sayatan ini dapat dijadikan

indikasi untuk penentuan tipe aliran dan fasies gunungapi dimana batuan ini

terendapkan. Berdasarkan massa dasarnya maka dapat diinterpretasikan

bahwa batuan piroklastik ini memiliki tipe endapan jatuhan dan mengendap

di fasies medial. Diperkirakan lava hasil erupsi gunungapi yang mencapai

fasies medial sangat sedikit massanya dan semakin ke arah medial

umumnya pembentukan kristal akan semakin sedikit sehingga untuk

mencapai fasies ini diperkirakan tipe endapan yang memungkinkan adalah

tipe jatuhan. Saat terjadi erupsi, terjadi dorongan yang kuat akibat besarnya

tekanan dari dalam gunungapi, pada saat itu terjadi pembentukan abu yang

berupa gelasan akibat terjadinya pendinginan magma yang drastis. Abu

tersebut terlontar ke udara dan kemudian terjatuh akibat gaya gravitasi.

Massa abu yang ringan ini dapat menyebabkan abu terjatuh dan terendapkan

di fasies medial membentuk batuan piroklastik seperti yang diamati

sekarang ini.

Page 32: Pir Ok Lastik

Berdasarkan deskripsi dan penjelasan diatas maka dapat diketahui

bahwa sayata tipis nomor BP 08 ini bernama Vitric tuff (WTG, 1954)

karena penyusun utama tuff berupa massa dasar gelasan; Vitric tuff

(Pettijohn, 1975) karena tuff mengandung gelas antara 75%-100%; dan

Lutyte (Grabau, 1924) karena ukuran fragmennya <0,5mm.

Fasies tempat pengendapan piroklastik

Page 33: Pir Ok Lastik

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sayatan tipis nomor Dianti B4 merupakan batuan piroklastik yang

bernama Crystal tuff (WTG, 1954) karena penyusun utamanya kristal

dan pecahan-pecahan kristal yang terdapat di lithic; Crystal tuff

(Pettijohn, 1975) karena tuff mengandung kristal 50 – 75%; dan

Lutyte (Grabau, 1924) karena ukuran fragmennya <0,5 mm.

Sayatan tipis nomor A1 merupakan batuan piroklastik yang bernama

Lithic tuff (WTG, 1954) karena memiliki penyusun utama berupa

lithic; Crystal tuff (Pettijohn, 1975) karena tuff mengandung kristal

75%-100%; dan Rudyte (Grabau, 1924) karena ukuran fragmennya

berukuran >2,5mm.

Sayatan tipis nomor BP 11 – 11 SK 5 merupakan batuan piroklastik

yang bernama Vitric tuff (WTG, 1954) karena memiliki penyusun

utama berupa massa dasar gelasan; Vitric tuff (Pettijohn, 1975)

karena tuf mengandung gelas antara 75%-100%; dan Lutyte (Grabau,

1924) karena ukuran fragmennya <0,5mm.

Sayatan tipis nomor BP 02 merupakan batuan piroklastik yang

bernama Vitric tuff (WTG, 1954) karena penyusun utama adalah

massa dasar gelasan; Vitric tuff (Pettijohn, 1975) karena tuff

mengandung gelas antara 75%-100%; dan Lutyte (Grabau, 1924)

karena ukuran fragmen <0,5mm.

Sayatan tipis nomor BP 08 merupakan batuan piroklastik yang

bernama Vitric tuff (WTG, 1954) karena penyusun utama berupa

massa dasar gelasan; Vitric tuff (Pettijohn, 1975) karena tuff

mengandung gelas antara 75%-100%; dan Lutyte (Grabau, 1924)

karena ukuran fragmennya <0,5mm.

Page 34: Pir Ok Lastik

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan melakukan pengamatan dengan teliti

Sebaiknya penentuan kelimpahan komposisi penyusun sesuai dengan

tabel kelimpahan

Page 35: Pir Ok Lastik

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Praktikum Petrografi. 2013. Buku Panduan Praktikum Petrografi.

Semarang: Universitas Diponegoro

Page 36: Pir Ok Lastik

LAMPIRAN