819-2766-1-SM
-
Upload
agus-subhan -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
Transcript of 819-2766-1-SM
AUDIT SISTEM KEPASTIAN KUALITAS PELAYANAN JASA RAWAT JALAN DAN PELAYANAN JASA RAWAT INAP
(STUDI KASUS PADA RSU PKU MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN)
Oleh:
APRILIA RAHMAWATI07412141051
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan pada RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun serta untuk menilai tingkat pencapaian efisiensi dan efektivitas aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Aspek-aspek yang dinilai meliputi: aspek sistem manajemen kualitas, aspek tanggung jawab manajemen, aspek manajemen sumber daya, aspek realisasi produk, aspek pengukuran, analisis, dan peningkatan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan penilaian efektivitas pada aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap berdasarkan hasil perbandingan antara kriteria (criteria), penyebab (causes), dan akibat (effect).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan efektivitas pada aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap belum dapat tercapai. Kelemahan tersebut ditemukan pada standar operasional prosedur pelayanan medis yang belum dikomunikasikan kepada semua karyawan, kurangnya sumber daya yang dimiliki khususnya modal dan tenaga ahli, manajemen belum menyediakan instruksi kerja yang membuat pelaksanaan kurang berjalan efektif, rumah sakit belum memiliki kriteria dan metode khusus untuk melakukan pemantauan, pengukuran serta analisis atas kualitas pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap. Berdasarkan temuan kelemahan-kelemahan ini, kemudian diajukan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan dalam memperbaiki dan mengembangkan fungsi pelayanan jasa rawat jalan dan rawat inap di masa yang akan datang.
I. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan suatu unit kerja yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang
serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kesehatan menjadi suatu
kebutuhan pokok bagi manusia. Setiap rumah sakit berupaya untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya, hal ini sesuai dengan
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 yang menyebutkan
bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Setiap rumah sakit dituntut untuk menjadi organisasi bisnis yang berfokus
pada konsumen sehingga memiliki kemampuan untuk dapat mempertahankan
kelangsungan usahanya. Salah satu cara adalah dengan menciptakan kepuasan
pelanggan melalui peningkatan kualitas jasa. Usaha dan operasional rumah sakit
terfokuskan kepada keinginan, harapan dan kebutuhan pasien. Jaminan mutu layanan
kesehatan atau quality assurance in healthcare merupakan salah satu pendekatan
atau upaya yang sangat penting serta mendasar dalam memberikan layanan kesehatan
kepada pasien. Quality assurance meliputi semua kegiatan-kegiatan dan penataan-
penataan untuk menjaga keselamatan, memelihara dan meningkatkan mutu
pelayanan. Upaya peningkatan mutu pelayanan medis tidak dapat dipisahkan dengan
upaya standarisasi pelayanan medis. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan di rumah
sakit wajib mempunyai standar pelayanan medis yang kemudian perlu ditindaklanjuti
dengan penyusunan standar prosedur operasional. Persoalan kualitas jasa pelayanan
dan kepuasan konsumen semakin menjadi hal penting bagi perusahaan jasa. Di
Indonesia tuntutan konsumen telah dilindungi dengan adanya Undang-Undang
Konsumen yang memberikan perlindungan kepada konsumen dari rendahnya
kualitas jasa yang diberikan perusahaan. Salah satu contoh adalah maraknya tuntutan
kasus malapraktik yang dilakukan oleh dokter dan rumah sakit. Seiring
berkembangnya komersialisasi dalam hubungan antara rumah sakit dengan pasien,
mendorong kuatnya dimensi bisnis dan ekonomi dalam jasa rumah sakit seperti
layaknya hubungan produsen dengan konsumen. Konsekuensinya UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, menjadi bagian dari lingkungan pelayanan kesehatan oleh rumah sakit
terhadap pasien. Dengan adanya undang-undang tersebut maka pihak rumah sakit
bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak konsumen. Akibatnya, pelaku usaha
diwajibkan untuk memberikan ganti rugi atau kompensasi penggantian yang
prosesnya membutuhkan waktu.
Pengelolaan sistem kepastian kualitas harus diolah secara efektif agar
perusahaan berkembang. Untuk itu setiap rumah sakit dituntut untuk memiliki
manajemen mutu yang baik dan dapat mengendalikan kualitas pelayanan sesuai
dengan standar operasional yang ditetapkan. Sistem kepastian kualitas pelayanan
kesehatan diperlukan untuk meningkatkan dan menjamin pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memastikan bahwa
proses-proses yang berjalan di dalam organisasi dapat menjamin kualitas jasa
pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sistem kepastian
kualitas merupakan sebuah sistem yang dinamis, dan harus mampu beradaptasi dan
berubah untuk mampu menghasilkan pelayanan jasa yang sesuai dengan keinginan
dan harapan pelanggan. Untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan sistem
kepastian kualitas jasa pelayanan, suatu organisasi membutuhkan alat bantu untuk
mengidentifikasi adanya faktor-faktor yang bersifat menghambat atau mendukung
dalam penyelenggaraan kualitas pelayanan. Alat bantu yang dimaksud adalah audit
sistem kepastian kualitas.
Bayangkara (2008: 17) menyebutkan bahwa audit sistem kepastian kualitas
merupakan salah satu bagian dari ruang lingkup audit manajemen. Dalam bukunya
yang berjudul Audit Manajemen, Bayangkara (2008: 225) mendefinisikan audit
sistem kepastian kualitas sebagai suatu proses yang sistematis, mandiri, dan
terekomendasi untuk memperoleh bukti objektif dan menilainya secara objektif untuk
menentukan sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi. Sedangkan menurut Amin
Widjaja (2000: 89) dalam bukunya yang berjudul Management Audit, istilah untuk
audit sistem kepastian kualitas ini disebut dengan Audit mutu (Quality audit). Amin
Widjaja (2000: 92) menyatakan bahwa audit mutu merupakan suatu pengujian yang
sistematis dan independen untuk menentukan apakah aktivitas kualitas atau mutu dan
hasil yang berhubungan dengan mutu memenuhi aturan yang telah direncanakan dan
apakah aturan tersebut diterapkan secara efektif dan cocok untuk mencapai tujuan
perusahaan. Audit sistem kepastian kualitas dipakai oleh pihak manajemen sebagai
sarana untuk mengevaluasi kinerja manajemen dan tindak lanjut atas masalah-
masalah yang ada dalam unit-unit terkait di lingkungan organisasi perusahaan. Audit
sistem kepastian kualitas dalam pelayanan kesehatan dapat memberikan jaminan
bahwa semua proses dan kegiatan pelayanan kesehatan telah terlaksana sesuai
dengan standar pelayanan medis yang diterapkan di rumah sakit. Audit atas sistem
kepastian kualitas dapat dijadikan sebagai alat untuk membantu perusahaan untuk
menilai apakah aktivitas, praktik, atau kebijakan perusahaan memiliki kemampuan
untuk memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dalam operasinya. Penelitian
ini akan difokuskan pada audit sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan
dan pelayanan jasa rawat inap pada RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun.
Penelitian dilakukan karena di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun aktivitas
pengendalian yang berkaitan dengan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan
kesehatan dianggap masih belum berfungsi secara optimal.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan
jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun?
2. Bagaimana tingkat pencapaian efisiensi dan efektivitas aktivitas pengelolaan
fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa
rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun?
3. Bagaimana saran dan rekomendasi apa saja yang dapat diberikan berdasarkan
hasil audit yang telah dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan
jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun.
2. Mengetahui tingkat pencapaian efisiensi dan efektivitas sistem kepastian
kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap di RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun.
3. Memberikan saran dan rekomendasi atas berbagai kelemahan yang
ditemukan.
II. Kajian Teori
Audit Sistem Kepastian Kualitas
Sistem kepastian kualitas merupakan suatu sistem yang dinamis untuk
menilai suatu kualitas atau mutu dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan. Istilah mutu atau quality dapat didefinisikan dalam
berbagai cara tergantung pada pandangan dan pemakai. Mutu (quality) dapat
didefinisikan sebagai kesesuaian atau kecocokan antara spesifikasi dan standar
yang berlaku serta sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Setiap
organisasi, baik organisasi yang berorientasi untuk mencari laba, manufaktur,
maupun organisasi jasa mempunyai spesifikasi dan standar. Organisasi
mengembangkan ini untuk mengukur kesesuaian dan untuk memperbaiki
tingkat tercapainya tujuan organisasi yang diharapkan. Dalam suatu operasi
jasa, standar menunjukan metode perilaku atau jasa yang disetujui. Suatu
produk atau jasa akan cocok untuk digunakan apabila produk atau jasa tersebut
dapat memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Dennis R. Arter dalam Amin Widjaja Tunggal (1992: 30)
mendefinisikan audit mutu sebagai “Suatu penilaian yang terstruktur atas
pengendalian yang mempengaruhi efektivitas, kecocokan dan implementasi
mutu terhadap standar yang ditentukan di muka”. Audit sistem kepastian
kualitas menurut Bayangkara (2008: 225) adalah:
Proses sistematis, mandiri, dan terekomendasi untuk memperoleh bukti objektif dan menilainya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi. Audit ini dirancang untuk menilai aktivitas, praktik, dan kebijakan perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dalam operasinya.
Audit sistem kepastian kualitas memiliki peranan penting dalam
memberikan kepastian kualitas kepada pelanggan dan proses yang berlangsung
di dalam perusahaan. Audit menyediakan perusahaan informasi yang berkaitan
dengan kinerja kualitasnya dan kemampuan perusahaan dalam memberikan
pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Informasi yang berkaitan dengan
kinerja kualitasnya antara lain meliputi bagaimana kemampuan perusahaan
dalam mencapai tujuan kualitasnya, prosedur-prosedur apa yang telah diikuti
dan ditaati, bagaimana penerapan metode efisiensi perusahaan, serta bagaimana
perusahaan menjaga catatan kualitas untuk menyelesaikan masalah yang
mungkin terjadi dalam produksi baik barang maupun jasa. Sistem kepastian
kualitas memiliki lima klausul dari ISO 9001: 2001. Lima klausul tersebut
merupakan persyaratan sistem kepastian kualitas berdasarkan ISO 9001: 2001.
Lima klausul tersebut memberikan referensi atau rujukan tentang sistem
kepastian kualitas, yang meliputi:
1) Klausul 4 tentang Sistem Manajemen Kualitas,
2) Klausul 5 tentang Tanggung Jawab Manajemen,
3) Klausul 6 tentang Manajemen Sumber Daya,
4) Klausul 7 tentang Realisasi Produk,
5) Klausul 8 tentang Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan.
Langkah-langkah Audit Sistem Kepastian Kualitas
Audit merupakan suatu proses yang sistematis, yaitu berupa
rangkaian, langkah atau prosedur yang logis dan terorganisasi. Untuk itu,
audit dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan langkah yang telah
direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan. Audit sistem kepastian kualitas
dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1) Perencanaan audit
Pada tahap ini seorang auditor melakukan identifikasi terhadap
tujuan atau sasaran organisasi. Pernyataan tujuan dapat mempertegas
fokus audit. Mengikuti pernyataan tujuan ini, perencanaan audit dapat
mengidentifikasi 5W + H yaitu: siapa (who), apa (what), di mana
(where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how)
berkaitan dengan objek audit.
2) Pelaksanaan audit
Pelaksanaan audit diawali dengan mereview atau memeriksa
proses, produk, atau sistem. Proses audit melibatkan wawancara dan
investigasi untuk mengembangkan temuan yang didapat serta evaluasi
untuk menghubungkan temuan-temuan tersebut dengan kriteria audit
yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, auditor memerlukan akses
informasi terhadap sistem manajemen kualitas yang digunakan saat
ini, prosedur pengoperasian peralatan, catatan-catatan pemeliharaan,
historis inspeksi, atau dokumen perencanaan. Kecukupan data dan
informasi yang berhubungan dengan ruang lingkup audit sangat
penting dan menentukan kesuksesan pelaksanaan audit.
Selama mereview proses, auditor mendokumentasikan
berbagai temuan auditnya dalam kertas kerja audit, yang nantinya
akan disajikan dalam ringkasan umum yang akan dibahas pada
pertemuan akhir dengan berbagai pihak terkait. Auditor kemudian
menyajikan laporan tertulis, yang mencatat temuan-temuan audit,
kesimpulan audit, dan rekomendasi yang diberikan.
3) Memahami hasil audit
Hasil audit menyajikan informasi tentang kekuatan,
kelemahan, dan beberapa bagian yang membutuhkan peningkatan
dalam organisasi yang diaudit. Laporan hasil audit yang disampaikan
auditor memuat kesimpulan hasil audit yang didukung bukti audit dan
rekomendasi yang diberikan untuk peningkatan hal-hal yang masih
perlu diperbaiki.
4) Tindakan perbaikan
Pada tahap ini, organisasi didampingi oleh auditor
mengimplementasikan rencana tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan. Hal ini memastikan bahwa rekomendasi dan kesimpulan
yang dibuat oleh auditor dan didukung dengan rencana tindakan
perbaikan oleh pihak terkait, dapat membantu organisasi dalam
mencapai tujuan peningkatan yang berkelanjutan.
Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data pada penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Kriteria (criteria)
Kriteria (criteria) merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap
individu atau kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya
(Bayangkara, 2008: 64). Kriteria yang digunakan bersumber dari tujuan dan
kebijakan yang diterapkan oleh RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun.
2. Mendeskripsikan Penyebab (causes)
Merupakan pelaksanaan prosedur-prosedur dan pengelolaan dalam
organisasi yang menyebabkan kondisi pelayanan jasa rawat jalan dan
pelayanan jasa rawat inap berjalan saat ini.
3. Mendeskripsikan Akibat (effect)
Merupakan hal-hal yang ditanggung atau dinikmati perusahaan karena
terjadinya perbedaan aktivitas yang seharusnya dilakukan (berdasarkan
kriteria) dengan aktivitas yang terjadi di lapangan.
4. Mengadakan Evaluasi
Mengadakan evaluasi yaitu dengan membandingkan criteria dengan
causes untuk menentukan efektivitasnya. Apabila criteria dapat dicapai
dalam causes maka kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa
rawat inap dinyatakan efektif, namun apabila ditemukan kelemahan atau
perbedaan dalam causes, sehingga criteria yang ditetapkan tidak tercapai
maka kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap
dinyatakan tidak efektif.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dari ringkasan temuan audit yang telah dilakukan di RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun perlu dilakukan analisis untuk mengetahui
seberapa efisien dan efektif sistem manajemen kualitas yang diterapkan di RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Kondisi sistem manajemen kualitas yang
ada di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun dianalisis berdasarkan kriteria,
kondisi, penyebab, dan akibat. Berikut adalah analisis hasil ringkasan temuan
audit sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa
rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun dilihat dari aspek
sistem manajemen kualitas, aspek tanggung jawab manajemen, aspek
manajemen sumber daya, aspek realisasi produk (realisasi pelayanan kesehatan),
serta aspek pengukuran, analisis, dan peningkatan.
1. Sistem Manajemen Kualitas
a. Kriteria
1) Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis
2) Struktur Organisasi
b. Kondisi
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun sedang dalam perkembangan
untuk menuju rumah sakit tipe D. Pergantian kepengurusan baru di RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun membawa RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun mulai
mengimplementasikan sistem manajemen kualitas untuk memperbaiki
dan meningkatkan kinerja manajemen. Manajemen menyusun standar
operasional pelayanan medis yang merupakan standar yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan yang
bermutu, tepat, akurat dan sesuai prosedur bagi pasien yang dilayani di
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Standar operasional
prosedur pelayanan medis RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun
meliputi Standar Operasional Prosedur Instalasi Gawat Darurat, Standar
Operasional Prosedur Rawat Jalan, dan Standar Operasional Prosedur
Rawat Inap.
c. Penyebab
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan setiap pasien. Proses pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh pasien harus dilakukan sesuai dengan standar yang
berlaku, untuk itu setiap rumah sakit harus memiliki standar operasional
prosedur pelayanan medis. Pelayanan kesehatan yang memenuhi standar
kualitas yang telah diterapkan pada dasarnya merupakan suatu
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Standar
Operasional Prosedur Pelayanan Medis RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun baru saja dalam tahap penyelesaian, penerapan dan
pelaksanaannya dalam setiap proses yang berjalan belum secara
keseluruhan dilakukan oleh semua petugas RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun belum dikomunikasikan dan
belum dijalankan dengan maksimal. Penyebab lainnya adalah berkaitan
dengan ketepatan waktu kedatangan petugas, khususnya untuk dokter
spesialis. Dokter spesialis kadang datang terlambat dan tidak tepat sesuai
jadwal yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
d. Akibat
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Medis RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun yang baru saja dalam tahap
penyelesaian menyebabkan penerapan dan pelaksanaannya belum
sepenuhnya dilakukan. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun belum dikomunikasikan
secara keseluruhan pada semua karyawan. Hal ini mengakibatkan
sebagian besar karyawan menganggap prosedur kerja adalah sama
dengan pembagian jadwal jaga, padahal sebenarnya prosedur kerja
bukan hanya mengatur jadwal jaga saja, tetapi juga mengatur
kedisiplinan karyawan atas ketentuan-ketentuan yang berlaku. Belum
dikomunikasikannya SOP tersebut mengakibatkan juga karyawan
menjadi kurang disiplin dan kinerja karyawan menjadi kurang efektif.
Sebagai contoh, pada bagian pendaftaran jika tidak ada pasien yang
mendaftar atau menanyakan informasi, maka kinerja karyawan bagian
pendaftaran menjadi kurang optimal. Dokter spesialis yang kadang
datang terlambat dan tidak sesuai jadwal mengakibatkan pasien yang
memerlukan pemeriksaan dokter spesialis harus menunggu, baik pasien
rawat jalan maupun pasien rawat inap, hal ini menjadikan realisasi
pelayanan kesehatan kepada pasien menjadi kurang optimal.
2. Tanggung Jawab Manajemen
a. Kriteria
1) Komitmen yang jelas dan terukur terhadap pengembangan dan
monitoring.
2) Evaluasi dan tinjauan manajemen.
b. Kondisi
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun merupakan salah satu cabang
organisasi Muhammadiyah bidang kesehatan dan berada di bawah
naungan MPKU Pimpinan Cabang Kutowinangun. RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun membentuk struktur organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi dan untuk menjamin terlaksananya semua
proses yang berjalan di rumah sakit. Setiap jabatan memiliki tugas,
wewenang, serta tanggung jawab untuk menjamin terciptanya efisiensi
dan efektivitas dalam pengambilan keputusan, sehingga kelancaran
pekerjaan dapat terjamin. Manajamen memiliki tanggung jawab agar
organisasi dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan
menjalankan fungsinya sebagai organisasi yang berada di bidang jasa
pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan harus memenuhi
standar kualitas yang telah diterapkan, untuk itu manajemen rumah sakit
memiliki komitmen yang jelas terhadap pengembangan serta evaluasi
dari sistem manajemen kualitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun.
c. Penyebab
Manajemen mempunyai kewajiban untuk menjaga kualitas pelayanan
kesehatan dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya
manajemen RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun menetapkan
secara jelas tanggung jawab setiap bagian organisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing dalam menjalankan sistem manajemen
kualitas. Manajemen melakukan evaluasi atau tinjauan ulang setiap bulan
bahkan bisa dua sampai tiga kali pertemuan tergantung dari kebutuhan.
Komitmen serta kebijakan-kebijakan manajemen dalam menjaga dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dituangkan dalam Standar
Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Medis RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun. Manajemen perlu mengkomunikasikan
SOP untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
dapat dipahami dan dilaksanakan oleh semua karyawan rumah sakit,
namun manajemen belum mengkomunikasikan standar operasional
pelayanan medis kepada seluruh karyawan. Selain itu, manajemen RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun belum memastikan terpenuhinya
seluruh sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan seperti
masih kurangnya tenaga perawat dan dokter spesialis. Manajemen juga
belum menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau
tujuan kualitas.
d. Akibat
Manajemen RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun membentuk
struktur organisasi secara jelas dan menetapkan tanggung jawab setiap
bagian organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing
dalam melaksanakan sistem manajemen kualitas. Struktur organisasi
tidak dapat dipisahkan dari sistem manajemen kualitas, dengan adanya
pembagian jabatan dan tanggung jawab yang jelas maka proses-proses
yang berjalan dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan di RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun dapat berjalan sesuai dengan peraturan
dan standar prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu, pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah dapat diatasi oleh kepala
bagian masing-masing jabatan yang bertanggung jawab. Evaluasi dan
tinjauan yang dilakukan oleh direktur membuat karyawan lebih rajin
dalam bekerja, meminimalkan miskomunikasi di antara berbagai
tingkatan dan memotivasi karyawan agar lebih baik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Selain itu, pemantauan dan pengawasan
bermanfaat untuk memantau dan mengukur kesesuaian standar kualitas
yang diterapkan, apakah telah dijalankan dengan baik dan sesuai dengan
SOP Pelayanan Medis RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun atau
masih perlu dilakukan penyesuaian dan perbaikan. Belum
dikomunikasikan standar operasional pelayanan medis kepada seluruh
karyawan, mengakibatkan standar operasional pelayanan medis yang
telah ditetapkan belum dijalankan oleh semua karyawan dan hal ini
mengakibatkan kinerja karyawan menjadi kurang optimal dan
menganggap prosedur kerja sama dengan jadwal kerja. Manajemen
belum memastikan terpenuhinya seluruh sumber daya yang dibutuhkan
dalam pelayanan kesehatan seperti masih kurangnya tenaga perawat dan
dokter spesialis. Jumlah perawat yang masih kurang dalam setiap shift
jaga mengakibatkan perhatian perawat terhadap semua keluhan pasien
yang ada di rumah sakit menjadi kurang. Sedangkan untuk kasus pasien
tertentu yang membutuhkan perawatan dokter spesialis harus dirujuk ke
rumah sakit lain. Manajemen juga belum menyediakan kerangka kerja,
hal ini mengakibatkan tidak adanya indikator yang jelas untuk meninjau
keberhasilan kebijakan kualitas yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
3. Manajemen Sumber Daya
a. Kriteria
1) Peraturan organisasi untuk memilih dan merekrut karyawan.
2) Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis.
b. Kondisi
Sumber daya yang dimiliki oleh RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun antara lain meliputi gedung, ruang kerja, kamar bangsal,
dapur, fasilitas pelayanan kesehatan seperti fasilitas IGD, fasilitas
poliklinik, fasilitas radiologi meliputi USG, Rontgen dan EKG, fasilitas
laboratorium, pasokan listrik dan air bersih. Sumber daya manusia
meliputi tenaga medis dan tenaga non medis. Tenaga medis terdiri atas
dokter umum dan dokter spesialis, perawat, bidan, dan bagian farmasi.
Sedangkan tenaga non medis terdiri atas bagian personalia, bagian
keuangan, bagian humas, pembantu umum, bagian rekam medik dan
pendaftaran. Perekrutan sumber daya manusia sesuai dengan peraturan
perusahaan yang telah ditetapkan antara lain: peraturan tentang
penerimaan karyawan baru, peraturan tentang masa percobaan karyawan
baru, peraturan tentang penempatan, promosi karyawan dan penilaian
prestasi karyawan.
c. Penyebab
Ketersediaan fasilitas penunjang pelayanan medis yang dimiliki oleh
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun belum lengkap, peralatan
medis yang belum dimiliki oleh RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun seperti belum adanya peralatan operasi meski memiliki
ruang operasi. Fasilitas radiologi yaitu Rontgen belum dioperasikan
karena masih baru. Tempat tidur atau kamar untuk pasien masih kurang,
sebagian masih dalam pembangunan. RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun masih belum memiliki tenaga ahli dokter spesialis
kandungan, dan masih kurangnya tenaga perawat. Peralatan gigi
tersedia, namun tidak digunakan dengan baik. Peralatan alat-alat medis
yang digunakan harus memiliki prosedur tetap tentang tatacara
penggunaannya yang disertakan pada peralatan tersebut, misalnya saja
untuk tabung Oksigen terdapat cara penggunaan dan ketentuan yang
berlaku, namun RSU PKU Muhammadiyah belum memiliki prosedur
tetap tentang tatacara penggunaan untuk masing-masing peralatan medis
yang dimiliki.
d. Akibat
Kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun membuat pasien yang memerlukan pelayanan yang
membutuhkan fasilitas-fasilitas yang tidak dimiliki harus dirujuk ke
rumah sakit lain. Masih kurangnya tenaga perawat membuat pelayanan
kesehatan menjadi kurang optimal, karena jumlah perawat yang masih
kurang dalam setiap shift jaga mengakibatkan kurang tanggapnya
perawat terhadap keluhan semua pasien. Pemeriksaan yang
membutuhkan tanaga ahli dokter spesialis kandungan pemeriksaan dan
penanganannya diserahkan kepada bidan yang jaga. Fasilitas Rontgen
belum dioperasikan, karena peralatan Rontgen baru sehingga
pengoperasiannya belum dijalankan, hal ini membuat pemeriksaan
kesehatan yang membutuhkan fasilitas Rontgen belum bisa dilayani di
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun belum menyediakan pelayanan operasi bagi pasien
karena belum memiliki peralatan operasi dan harus merujuk ke rumah
sakit lain yang sudah lengkap peralatan operasinya sesuai kebutuhan
pasien. Modal yang dimiliki sedang dialokasikan untuk menambah dan
memperbaiki gedung rumah sakit. Peralatan gigi yang dimiliki RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun menjadi tidak terawat dengan baik
karena sudah tidak digunakan. Prosedur tetap untuk penggunaan alat-alat
medis yang belum tersedia membuat penggunaan alat-alat medis yang
digunakan tidak sesuai dengan standar penggunaan penggunaan alat-alat
medis tersebut.
4. Realisasi Produk (Realisasi Pelayanan Kesehatan)
a. Kriteria
1) Standar Operasional Prosedur Pelayanan Medis.
2) Peraturan Perusahaan.
b. Kondisi
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun menyediakan pelayanan
kesehatan yang meliputi: pelayanan IGD, pelayanan Rawat Jalan,
pelayanan Rawat Inap, pelayanan dokter spesialis syaraf, pelayanan
dokter spesialis penyakit dalam, pelayanan dokter spesialis anak, dan
pelayanan dokter spesialis radiologi. Realisasi produk tercermin dalam
setiap proses pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun terhadap pasien juga kepada
masyarakat sekitar. Kepedulian terhadap masyarakat lingkungan sekitar
rumah sakit diwujudkan dengan pengadaan khitanan masal, posyandu
yang rutin dilakukan setiap bulan, safari KB dan pengobatan masal.
c. Penyebab
Pelayanan kesehatan di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun
cukup terkendali, pasien dapat terpenuhi kebutuhannya sesuai dengan
kemampuan pelayanan yang dimiliki oleh RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun. Informasi pelayanan kesehatan yang ada di RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun sudah cukup jelas bagi pasien, namun
realisasi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap belum
maksimal karena masih kurangnya tenaga medis dan masih kurang
lengkapnya sarana penunjang peralatan medis. Hal lain yang
menyebabkan pelayanan kesehatan kurang optimal adalah kedatangan
dokter spesialis yang kadang tidak tepat waktu dan juga kedisiplinan
dalam berpakaian seragam dan penggunaan alas kaki sering dilanggar
oleh karyawan.
d. Akibat
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun selalu berusaha untuk
mengedepankan pelayanan yang prima terhadap pasien dan keluarga
pasien. Informasi pelayanan dapat diperoleh oleh pasien dan keluarga
pasien di tempat informasi, selain itu informasi tentang jadwal
pelayanan dokter umum dan dokter spesialis dapat dilihat pada papan
besar di halaman RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Jadwal
pelayanan dokter spesialis juga ditempelkan pada dinding-dinding
ruang tunggu. Penanganan terhadap pasien dan keluhan keluarga pasien
ditanggapi dengan baik dan ramah oleh petugas medis maupun petugas
non medis. Keamanan di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun
sudah cukup baik, sterilisasi peralatan medis juga sudah baik dan ada
peralatan tersendiri untuk mensterilkan. Keamanan dan kenyamanan
lingkungan ditangani oleh satpam dan dijaga bersama oleh semua
karyawan RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Namun, jika
jumlah pasien banyak sedangkan jumlah perawat dalam setiap shift
hanya dua orang maka setiap pasien kurang mendapatkan perhatian, dan
semua keluhan pasien tidak dapat ditangani apalagi jika ada pasien yang
dirujuk maka harus diantar oleh seorang perawat yang jaga. Belum
lengkapnya fasilitas membuat pasien yang membutuhkan peralatan
medis yang belum dimiliki oleh rumah sakit harus dirujuk ke rumah
sakit lain yang lebih lengkap. Dokter spesialis yang kadang datang
terlambat membuat pasien yang membutuhkan pemeriksaan dokter
spesialis harus menunggu kedatangan dokter spesialis tersebut.
Karyawan yang kadang tidak mengenakan seragam sesuai dengan
ketentuan pihak rumah sakit membuat penampilan karyawan terlihat
kurang kompak dan terlihat kurang rapih. Hal ini mengakibatkan
realisasi kualitas pelayanan menjadi kurang optimal.
5. Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
a. Kriteria
1) Pelayanan rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan standar
operasional prosedur pelayanan medis.
2) Evaluasi dan tinjauan manajemen.
b. Kondisi
Pemantauan dan pengukuran mutu pelayanan kesehatan RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun dilakukan dengan melakukan evaluasi
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan dan tinjauan
manajemen terhadap aktivitas yang berjalan di RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun. Standar operasional prosedur medis
pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap digunakan sebagai
pemantauan dan pengukuran kualitas pelayanan kesehatan rawat jalan
dan pelayanan kesehatan rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun.
c. Penyebab
RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun harus merencanakan dan
menerapkan proses pemantauan, pengukuran, analisis, dan peningkatan
yang dibutuhkan untuk memperlihatkan kesesuaian pelayanan
kesehatan, memastikan kesesuaian sistem manajemen kualitas, dan
peningkatan berkelanjutan yang efektif terhadap sistem manajemen
kualitas. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu pemantauan dan
pengukuran kinerja sistem manajemen kualitas, hal ini berkaitan dengan
pandangan pasien mengenai apakah rumah sakit telah memenuhi
persyaratan pasien atau belum. Rumah sakit memerlukan metode yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang kepuasan pelanggan,
namun RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun belum memiliki
metode tertentu untuk mengukur kepuasan pasien dan ketidakpuasan
pasien terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit. Selain kepuasan
pelanggan, organisasi juga memerlukan prosedur audit internal maupun
audit medik. Kebijakan audit medik diperlukan untuk menjaga kualitas
dan penerapan standar prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan
serta peningkatan mutu pelayanan secara rutin dan berkesinambungan,
namun di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun belum melakukan
audit internal maupun audit medik.
d. Akibat
Belum adanya audit yang dilakukan baik audit internal maupun audit
medik di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun menyebabkan
organisasi sulit untuk memperoleh informasi tentang kepuasan
pelayanan kesehatan yang diperoleh pasien, serta tidak mendapatkan
bukti-bukti untuk mengevaluasi ketidakpuasan pelayanan kesehatan
pasien di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun. Hal ini akan
menghambat peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun. Belum adanya metode tertentu untuk
mengukur kepuasan pelanggan dan belum adanya audit internal di RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun membuat pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan
penyebab ketidaksesuaian menjadi lebih sulit jika dibandingkan telah
melakukan audit internal, karena tidak ada koreksi serta tidak ada
rekomendasi atas ketidaksesuaian yang timbul dalam rumah sakit.
IV. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai sistem
kepastian kualitas yang meliputi aspek sistem manajemen kualitas, aspek
tanggung jawab manajemen, aspek manajemen sumber daya, aspek realisasi
produk (realisasi pelayanan kesehatan), serta aspek pengukuran, analisis, dan
peningkatan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa
rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap dilihat dari aspek sistem
manajemen kualitas di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun masih
belum efektif. Beberapa kelemahan yang menyebabkan aktivitas sistem
manajemen kualitas menjadi kurang efisien antara lain adalah penerapan
standar operasional prosedur pelayanan medis yang masih belum
sepenuhnya dijalankan oleh semua karyawan RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun, selain itu belum dikomunikasikan standar operasional
prosedur pelayanan medis kepada semua karyawan rumah sakit
mengakibatkan karyawan menjadi kurang disiplin dan kinerja karyawan
menjadi kurang optimal.
2. Tanggung jawab manajemen tercermin dalam komitmen yang jelas dan
terukur terhadap pengembangan dan secara rutin melakukan tinjauan,
membuat keputusan berdasarkan fakta musyawarah dan mufakat bersama,
serta mengevaluasi ketidaksesuaian. Namun aktivitas pengelolaan fungsi
sistem kepastian kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa
rawat inap dilihat dari aspek tanggung jawab manajemen di RSU PKU
Muhammadiyah Kutowinangun masih ditemukan beberapa kelemahan
yang menyebabkan efisien dan efektivitas fungsi sistem kepastian kualitas
pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap belum
maksimal. Kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam aspek tanggung
jawab manajemen adalah manajemen belum memastikan terpenuhinya
sumber daya dalam pelayanan kesehatan, manajemen juga belum
menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau tujuan
kualitas.
3. Aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa
rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap dilihat dari aspek manajemen
sumber daya di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun antara lain
adalah manajemen sumber daya belum menjamin terpenuhi sumber daya
yang dibutuhkan oleh rumah sakit secara keseluruhan. Tenaga medis
dalam setiap shift jaga masih kurang khususnya perawat, selain itu belum
lengkapnya peralatan fasilitas medis menyebabkan realisasi pelayanan
kesehatan menjadi kurang efektif.
4. Aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa
rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap dilihat dari aspek realisasi
produk (realisasi pelayanan kesehatan) di RSU PKU Muhammadiyah
Kutowinangun belum optimal. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung
kepada pasien.
5. Aktivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas pelayanan jasa
rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap dilihat dari aspek pengukuran,
analisis, dan peningkatan di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun
belum efektif, karena belum memiliki kriteria dan metode tertentu untuk
menilai dan menganalisis informasi tentang kepuasan pelanggan yang
dibutuhkan untuk peningkatan berkelanjutan.
6. Tingkat pencapaian efisiensi dan efektivitas fungsi sistem kepastian
kualitas pelayanan jasa rawat jalan dan pelayanan jasa rawat inap di RSU
PKU Muhammadiyah Kutowinangun dapat dikatakan masih belum
optimal. Hal ini dikarenakan masih ditemukan beberapa kelemahan dalam
akitivitas pengelolaan fungsi sistem kepastian kualitas dilihat dari
beberapa aspek yaitu: aspek sistem manajemen kualitas, aspek tanggung
jawab manajemen, aspek manajemen sumber daya, aspek realisasi
produk, serta aspek pengukuran, analisis, dan peningkatan.
A. Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan dan kesimpulan
di atas, maka penulis mencoba untuk memberikan saran yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di RSU PKU Muhammadiyah Kutowinangun, antara lain:
1. Manajemen segera mengkomunikasikan Standar Operasional Prosedur
Pelayanan Medis untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam
menaati prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Rumah sakit segera membuat kerangka kerja dan instruksi kerja serta
prosedur tetap penggunaan alat-alat medis, untuk meningkatkan efisiensi
dalam pelaksanaannya.
3. Rumah sakit segera melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan dan
menambah jumlah tenaga kerja yang masih kurang, khususnya perawat.
4. Mengutamakan pelanggan dan memberikan pelayanan prima dalam setiap
tindakan asuhan keperawatan, tepat waktu dan berkesinambungan.
5. Melakukan audit internal maupun audit medik.
6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem manajemen kualitas dengan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. (2003). Auditing I, Jilid I, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Alex Agus Darmawan. (2005). Evaluasi Kinerja Manajemen Mutu Khususnya Mutu Pelayanan Kamar Tamu Hotel Purnama Batu. Skripsi. (http:// student- research.umm.ac.id/.../umm_student_research_abstract_5323.pdf, diakses pada 12 Maret 2011).
Amin Widjaja Tunggal. (1992). Audit Mutu (Quality Auditing). Jakarta: Rineka CiptaAmin Widjaja Tunggal. (2000). Management Audit. Jakarta: Rineka Cipta.Arens. Alvin, dkk. (2008). Auditing dan Jasa Assurance, Jilid I, Edisi Keduabelas,
Terjemahan Herman Wibowo. Jakarta: Erlangga.Aziz Alimun Hidayat. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi Kedua.
Jakarta: Salemba Medika.Bayangkara. (2008). Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi (Management
Audit). Jakarta: Salemba Empat.Fandy Tjiptono. (2002). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.Haryono Jusup. (2001). Auditing (Pengauditan) Buku I. Yogyakarta: STIE YKPN.Iga Trimurthy. (2008). Analisis Hubungan Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan
dengan Minat Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Pandanaran Kota Semarang. Tesis. (http://eprints.undip.ac.id/17719/1/IGA_Trimurthy.pdf, diakses pada 12 Maret 2011).
Ilham Noerdyan Syah. (2006). Audit Mutu Internal pada Departemen Produksi Sebagai Evaluasi Terhadap Penerapan Sistem Kepastian Mutu Atas Iso 9002 (Studi Kasus pada PT Industri Sandang Nusantara II Patal Lawang). Skripsi. (http:// skripsi.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2007-ilhamnoerd-8482- 1.+penda-n.pdf, diakses pada 12 Maret 2011).
Imbalo S. Pohan. (2006). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: ECGKotler Philip dan Gary Armstrong. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid II, Edisi
Keduabelas, Terjemahan Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.Suarli dan Yanyan Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Erlangga.Sukrisno Agoes dan Jan Hoesada. (2009). Bunga Rampai Auditing. Jakarta: Salemba
Empat.Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 23, Tahun 1992, tentang Kesehatan.Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 8, Tahun 1999, tentang Perlindungan
Konsumen.Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 29, Tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran.Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 44, Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.Wike Diah Anjaryani. (2009). Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan
Perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. (http:// eprints.undip.ac.id/23824/1/wike_diah_anjaryani.pdf , diakses pada 12 Maret 2011).