BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur 2.1.1. Pengertian Fraktur
77209070-fraktur-menyeluruh
-
Upload
sholehuddin-munajjid -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of 77209070-fraktur-menyeluruh
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
1/22
1
Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh
dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan
ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Klasifikasi fraktur
Fraktur dibedakan atas beberapa klasifikasi, antara lain:1. Klasifikasi etiologis
Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang.
Fraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture). Suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar
Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat
berbentukfrom within (dari dalam) ataufrom without(dari luar)
Fraktur dengan komplikasi (compicated fracture). Fraktur yang disertai
dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang
3. Klasifikasi radiologis, klasifikasi ini berdasarkan atas:
A. Lokalisasi
Difasial
Metafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
2/22
2
B. Konfigurasi
Frakturtransversal
Frakturoblik
Frakturspiral
FrakturZ
Fraktursegmental
Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji, biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya fraktur
epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, frakturpatela
Fraktur depresi, karena trauma langsung, misalnya pada tulang tengkorak
FrakturimpaksFraktur pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah,
misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus
Frakturepifisis
C. Menurut ekstensi
Frakturtotal
Fraktur tidak total (frakturcrack)
Frakturbuckie atau torus
Fraktur garis rambut
Frakturgreen stick
D. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
Tidak bergeser(undisplaced)
Bergeser (displaced)
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
3/22
3
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara:
a. Bersampingan
b. Angulasi
c. Rotasi
d. Distraksi
e. Over-riding
f. Impaksi
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
4/22
4
Diagnosis fraktur
Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baikyang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untukmenggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena
fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada
daerah lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atauperdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulangbelakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada frakturpatologis
Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering ataubasah
Adanya tanda-tanda anemia karenaperdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untukmembedakan
fraktur tertutup atau frakturterbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ
lain
Perhatikan kondisi mentalpenderita
Keadaan vaskularisasi
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
5/22
5
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri.
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distaldaerah trauma , temperaturkulit
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktifdan
pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada
pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga
uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena
dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta
merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.
5. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta
ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak
selanjutnya, maka sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen
untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
6/22
6
Tujuan pemeriksaan radiologis:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
Untuk menentukan teknikpengobatan
Untuk menentukan fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua
Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral
Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, di atas dan di
bawah sendi yang mengalami fraktur
Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua
angota gerak terutama pada frakturepifisis
Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua
daerah tulang.
Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang
skafoid, foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan
foto berikutnya 10-14 hari kemudian.
Penatalaksanaan/Pengobatan
Tujuan dari penatalaksanaan/pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-
ujung dar patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untukmenjaga
agar mereka tetap menempel sebagai mana mestinya. Patah tulang lainnya harus
benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan
melalui:
1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
2. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar
tulang yangpatah
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
7/22
7
3. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota
gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu
pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulangpinggul.
4. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan ataubatang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan
terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.
Introduksi
a. Definisi
Fraktur yang mengenai tulang radius ulna karena rudapaksa termasuk fraktur dislikasiproximal atau distal radioulnar joint (Fraktur Dislokasi Galeazzi dan Montegia)
Fraktur Galeazzi: adalah fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar distal.
Fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga proksimal disertai dislokasi ke
anterior dari kapitulum radius
Klasifikasi Bado:
- Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior
kaput radius
- Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi posterior
kaput radii dan fraktur kaput radii
- Fraktur ulna distal processus coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radii
- Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan fraktur
1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis
b. Ruang lingkup
Fraktur dialisis radius dan ulna
Fraktur-dislokasi Galeazi
Fraktur-dislokasi Monteggia.
c. Pemeriksaan Klinis
Patofisiologis
Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan outstreched hand
atau trauma langsung. Gaya twisting menghasilkan fraktur spiral pada level tulang yangberbeda. Trauma langsung atau gangguan angulasi menyebabkan fraktur transversal pada
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
8/22
8
level tulang yang sama. Bila salah satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan menglami
angulasi, maka tulang tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang lainnya. Bila perlekatan
dengan wrist joint dan humerus intak, tulang yang lain akan mengalami dislokasi (fraktur -
dislokasi Galeazzi/ Monteggia)
Pemeriksaan Klinis
Fraktur radius ulna
Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau
shorthening
Nyeri
Bengkak
Pemeriksaan fisik harus meliputi evaluasi neurovascular dan pemeriksaan elbow dan
wrist. Dan evaluasi kemungkinan adanya sindrom kompartemen
Fraktur Galeazzi
Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint distal. Fragmen distal
angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Fraktur
dislokasi Galeazzi terjadi akibat trauma langsung pada wrist, khususnya pada aspek
dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched hand dan pronasi forearm. Pasien dengan
nyeri pada wrist atau midline forearm dan diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar
joint
Fraktur Monteggia
Fraktur setengan proksimal ulna dengan dislokasi radioulnar joint proksimal. Pasien dengan
fraktur-dislokasi Monteggia datang dengan siku yang bengkak, deformitas serta terbatasnya
ROM karena nyeri khususnya supinasi dan pronasi. Kaput radius bisanya dapat di
palpasi.Harus dilakukan pemeriksaan neurovascular dengan teliti oleh karena Bering terjadi
cedera saraf periper n radialis atau PIN.
Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:
1. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior
kaput radius
2. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi
3. posterior kaput radii dan fraktur kaput radii
4. Fraktur ulna distal processes coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio
5. Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan
fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis
d. Kontra indikasi Operasi
Keadaan umum jelek
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
9/22
9
e. Pemeriksaan Penunjang
X Ray dengan dua proyeksi
Teknik Penanganan terapi konservatif dan operasi
Metode Penanganan Konservatif
Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi tangan berubah akibat
rotasi
Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis patahnya
- 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat kesegarisan fragmen
distal supinasi
- 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral
- 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu dilakukan
immobilisasi dengan gips atas siku
Metode Penanganan Operatif
- Empat eksposur dasar yang direkomendasikan
1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna
2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal
3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum radius sampai
distal shaft radius
4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal
- Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja handsangat membantu untuk
memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila didapatkan lesi vaskuler.
- Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.
- Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin
- Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral pada radius,
dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar
untuk menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor.
- Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis
f. Komplikasi
Malunion Kompartemen sindrom
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
10/22
1
Cross union
Atropi sudeck
Trauma N. Medianus
Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi, fleksi palmar,pergerakan serta ekstensi
g. Mortalitas
Pada umumnya rendah
h. Perawatan Pasca Bedah
- Perawatan luka operasi pada umumnya
- Drain dilepas 24-48 jam post operatif atau sesuai dengan produksinya
- Elevasi lengan 10 cm di atas jantung
- Mulai latihan ROM aktif dan pasif dari jari-jari, pergelangan tangan, siku sesegera
mungkin setelah operasi
i. Follow Up
- Fisioterapi aktif ROM tangan, pergelangan dan siku
- Buat X Ray kontrol 6 minggu dan 3 bulan sesudahnya
- Penyembuhan biasanya setelah 16-24 minggu, selama ini hindari olah raga kontak dan
mengangkat beban lebih dari 2 kilogram.
Fraktur
http://bedahunmuh.files.wordpress.com/2010/05/fraktur-radio-ulna.jpg -
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
11/22
1
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan
letak fragmen tulang (Kumar,1997). Menurut Lane and Cooper (1995), fraktur atau patah
tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang
berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan ayau tanpa
adanya jarak yang menyebabkan fragmen. Gejala klinis yang terjadi pada fraktur adalah
kebengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang abnormal, krepitasi, kehilangan fungsi dan
rasa sakit (Archibald, 1965).
Penyebab Terjadinya fraktur adalah trauma atau rudipaksa dan penyakit. Fraktur karena
trauma ini dikenal sebagai fraktur traumatika. Sedangkan fraktur karena penyakit ini bisa
disebabkan oleh penyakit yang berada di dalam tulang (penyakit tulang) baik bersikap lokal
maupun umum, dapat juga disebabkan oleh penyakit yang berada diluar tulang. Fraktur
karena penyakit ini dikenal sebagai fraktur patologis. Penyakit yang berada di dalam tulang
yang bersifat lokal adalah Radang tumor jinak/osteomielisis (TBC tulang) dan Tumor/jinak
maupun ganas (osteoma, osteosarcoma). Penyakit yang berada di dalam tulang dan yang
bersifat umum adalah osteogenesis imperpecta, penyakit metabolisme/sistemik
(Hipovitaminosis A dan D). dan osteoporosis (Formalski, 2000).
Berdasarkan bentuk patahan atau derajat kerusakan fraktur dibedakan menjadi patah
tulang komplet (fraktur completa) dan patah tulang incompleta atau patah tulang sebagian.
Patah tulang komplet adalah kerusakan tulang patah total dan patah tulang inkompleta atau
patah tulang sebagian adalah sebagian kontinuitas tulang terputus yang dapat berupa
retak/fissura ataugreen stic fracture (Kumar, 1997). Berdasarkan ada tidaknya hubungan
dengan udara luar, fraktur dibedakan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka.fraktur
tertutup adalah fraktur yang tanpa luka dan tidak ada hubungan dengan udara luar. Fraktur
terbuka adalah fraktur dengan luka terbuka sampai menembus kulit sehingga tulangnya
tampak dari luar tubuh dan berhubungan dengan udara luar (Kumar, 1997). Berdasarkan arah
patahan dan lokasi, fraktur dibagi menjadi tujuh yaitu : fraktur transversal jika arah
patahannya tegak lurus dengan sumbu panjang tulang. Kemudian fraktur oblique adalah
fraktur dengan arah patahan miring, fraktur spiral jika arah patahannya bentuk spiral. Fraktur
impaktive adalah fraktur dimana salah satu ujung tulang masuk ke fragmen yang lain. Fraktur
comminutive adalah fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian. Fraktur
epiphyseal adalah fraktur pada titik pertemuan epiphysis pada batang tulang dan fraktur
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
12/22
1
condyloid adalah fraktur dimana bagian condylus yang patah terlepas dari bagian yang lain
(Kumar, 1997).
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya
dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembailikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.
Menurut kumar (1997), prinsip dasar penanganan fraktur adalah aposisi dan immobilisasi
serta perawatan setelah operasi yang baik. Pertimbangan-pertimbangan awal saat menangani
kasus fraktur adalah menyelamatkan jiwa penderita yang kemungkinan disebabkan oleh
banyaknya cairan tubuh yang keluar dan kejadian shock, kemudian baru menormalkan
kembali fungsi jaringan yang mengalami kerusakan.
Kriteria penyembuhan fraktur dibagi menjadi 2 yaitu : 1) klinis, meliputi tidak ada
pergerakan antar fragmen, tidak ada rasa sakit, ada konduksi yaitu ada kontinuitas tulang; 2)
Radiology, meliputi terbentuknya kalus, trabekula tampak sudah menyeberangi garis patahan
(Archibald, 1965).
Fraktur radius ulna
Fraktur radius ulna yang paling sering terjadi adalah fraktur radius ulna pars sepertiga
distal, terutama pada anjing ras kecil. Fraktur ini mencakup 14% dari kasus fraktur tulang
panjang yang muncul (Harasen, 2003b). Tipe fraktur radius ulna meliputi fraktur radius,
fraktur ulna atau keduanya (Brinker, 1965). Penyebab paling umum dari fraktur ini adalah
trauma saat jatuh atau tertabrak kendaraan bermotor (Degner, 2004).
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
13/22
1
Kebanyakan fraktur ekstremitas depan merupakan fraktur displasia dan tidak stabil.
Pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan untuk menentukan
level fraktur. Kemungkinan bahwa fraktur tersebut merupakan fraktur terbuka atau tertutup
juga harus diperhatikan, karena open fracture sering terjadi pada fraktur pars distalis.
Pemeriksaan radiologi mutlak dilakukan untuk menentukan penanganan selanjutnya dan
prognosis dari fraktur tersebut (Nunamaker, 1985).
Prinsip penanganan kasus fraktur adalah mereduksi fraktur dan menstabilkan reduksi
fraktur menggunakan fiksasi. Tekhnik fiksasi fraktur biasanya diklasifikasikan dalam tiga
golongan, yaitu: external coaptation, internal fixation, dan external-internal fixation
(Piermattei, 1997).
External coaptation merupakan salah satu bentuk fiksasi yang paling sederhana.
Fiksasi ini disukai karena ekonomis dan non invasif. Keterbatasan dari bentuk fiksasi ini
adalah keterbatasan aplikasinya pada dan tidak memberi stabilitas yang cukup pada kasus-
kasus berat.External coaptation pada prinsipnya membatasi aktivitas dari persendian dan
otot pada bagian fraktur. Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri akibat tekanan terus menerus
dan seringkali menyebabkan komplikasi pada jaringan disekitar area fraktur. Selain itu,
karena kurang stabilnya fiksasi yang diberikan, pembentukan kalus menjadi lambat sehingga
kesembuhan fraktur juga menjadi lebih lambat (Harasen, 2003a).
Ada banyak tipe dari external coaptation, sepertiRobert Jones bandage, Spica splint,
Schroeder-Thomas splint, Velpeu sling,Ehmar sling,Pelvic Limb sling, Carpal flexion
bandage,Hobbies,Full leg cast,Half cast, Walking bar, danBivaved cast. Material yang
digunakan juga bervariasi dari bahanpolypropylene hinggapolymer. Bahan-bahan tersebut
idealnya mudah diaplikasikan, nyaman digunakan, dan dapat mencapai kekuatan maksimum
dengan cepat, sedangkan external coaptation yang baik harus bersifat radiolusen, sehingga
dapat dimonitor dengan baik tanpa harus membuka perban. Selain itu castharus bersifat
mudah dileps, kuat dan ringan, tahan air, dan ekonomis (Piermattei, 1997; Slatter, 2002).
Fiksasi internal adalah fiksasi fraktur dimana pada tulang yang mengalami fraktur difiksasi
menggunakan pin, plat,screw, dan wire. Salah satu bentuk dari internal fixation adalah
intramedullary pin atau Steinman pin (Slatter, 2002).
Perbaikan jaringan dan kesembuhan luka
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
14/22
1
Berdasarkan proses terjadinya, kesembuhan luka dibagi menjadi dua yaitu
kesembuhan primer dan kesembuhan sekunder. Kesembuhan primer merupakan kesembuhan
jaringan dengan nekrosis pasca operasi yang minimal dan tidak ditemukannya pernanahan.
Kesembuhan primer dapat diusahakan dengan meminimalisir trauma bedah, mengupayakan
dengan sungguh-sungguh pembedahan yang aseptis dan menyatukan kembali jaringan yang
terpisah dengan hati-hati (Mayer, 1959). Kesembuhan sekunder adalah kesembuhan yang
terjadi pada luka operasi setelah mengalami infeksi yang mengakibatkan kesembuhan primer
tidak terjadi.
Pada proses pembedahan yang baik, setelah dilakukan penutupan luka dengan benar
maka ruang kecil diantara jahitan dua jaringan yang disatukan akan tersisi cairan serous. Pada
beberapa hari pertama, aktivitas kesembuhan sedikit-demi sedikit mulai tampak dan
penyatuan kembali jaringan tergantung pada kekuatan jahitan yang dibuat.dalam waktu
sekitar empat hari, fibroblast mulai mulai berproliferasi dengan cepat dan membantu dalam
menyatukan luka operasi. Dalam tahap ini ujung-ujung pembuluh darah yang terluka mulai
berproliferasi dan membentuk jaringan kapiler yang baru. Penyatuan jaringan akan sempurna
setelah 12-14 hari setelah pembedahan (mayer, 1959).
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut :
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian
terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan
hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah
sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patahterjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan
matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
1. Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel
lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini
dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
15/22
1
terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone
marrow masing-masing fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis medularis dari
masing-masing fragmen bertemu dalam satu preses yang sama, proses terus
berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani
permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa tempat
pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini
tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan
kalsium.
1. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibatresorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra
selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-
garam kalsium, membentuk tulang immature atauyoung callus, karena proses
pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter dapat dua macam callus yaitu
didalam disebut internal callus dan diluar disebut external callus.
1. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas
osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan
lamela-lamela). Pada setadium ini sebenarnya proses penyembuhan sedah lengkap.
Pada fase ini terjadi pergantianfibrous callus menjadiprimary callus. Pada saat ini
sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang radioopaque. Fase ini
terjadi susudah empat minggu, namun pada umur-umur lebih mudah lebih cepat.
Secara berangsur-angsurprimary bone callus diresorbsi dan diganti dengan secondbone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal.
1. Fase remodeling
Pada fase inisecondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan
tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula
tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya
berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
16/22
1
membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis,
misalnya gerakan, kontraksi otot dan sebagainya, maka callus yang sudah mature
secara pelan-pelan terhisap kembali dengan kecepatan yang konstan sehingga
terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya. (Santoso, 1999).
Proses kesembuhan jaringan pada fraktur tulang menurut Archibald (1974), hampir
sama dengan kesembuhan pada jaringan lunak, hanya saja tidak terbentuk serabut kolagen
melainkan terbentuk osteosit dan matriks tulang. Fase pertama yaitu terjadi peningkatan
kegiatan sel-sel tulang yang akan mengisi celah antara ujung patahan tulang dengan
dibentuknya jaringan yang banyak mengandung sel. Fase kedua yaitu terbentuknya matriks
tulang yang dibentuk di dalam sumsum tulang dan di sekeliling ujung patahan tulang
membentuk selubung penguat yang disebut kalus. Jaringan kalus ini lama-lama akan
diabsorbsi lagi yang kemudian akan terjadi kondensasi garam-garam kalsium pada matriks
sehingga akan terbentuk sistema haversi dan matriks akan menjadi tulang yang sempurna.
Bentuk kesembuhan tulang dapat bervariasi tergantung pada ketepatan reduksi dan
fiksasi. Secara ringkas proses kesembuhan tulang dapat dikategorikan menjadi 3 macam,
yaitu kesembuhan normal, kesembuhan kontak dengan fiksasi yang kokoh dan kesembuhan
gap dengan fiksasi yang kokoh (Archibald, 1974).
IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 18 tahun
Alamat : Tarakan 4/6 Paguyangan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Tanggal masuk : 25 5 2009
Tiba di IGD : Pukul 12.50 WIB
II. ANAMNESA
Autoanamnesa :
1. Keluhan utama : Nyeri pada bagian lengan kiri bawah.
2. Keluhan Tambahan : Bengkak dan gerak lengan kiri bawah tidak bebas
karena sakit
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
17/22
1
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSMS tanggal 25-5-2002 dengan keluhan nyeri pada bagian
lengan kiri bawah. Keluhan tersebut dirasakan sejak pasien habis terpleset di
lantai mesjid pada tanggal 25-5-2002 jam 06.00 WIB, waktu kejadian pasien
dalam keadaan sadar sampai rumah sakit masih sadar. Waktu kejadian
pasien terpleset dan jatuh terduduk dan beusaha menahan dengan tangan
kiri.
Setelah kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit
digerakkan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : - Tidak ada riwayat mengeluh sakit tulang
sebelumnya.5. Riwayat Penyakit Keluarga : -
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Compos mentis.
Vital Sign : T : 120/70 mmHg R : 20 x/menit
N : 84 x/menit S : Afebris
1. Kepala : Simetris, mesochepal, rambut hitam, tidak ada hematom
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek
cahaya (+/+)
3. Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)
4. Telinga : Simetris, discharge (-/-)
5. Mulut : Lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis6. Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
7. Thorax : Jantung : S1 > S2, reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara Dasar : Vesikuler
Suara Tambahan : Ronchi (-)
Wheezing (-)
8. Abdomen : Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran usus
Palpasi : Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
18/22
1
Perkusi : Tympani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
9. Ekstremitas : Superior : Lihat status lokalis
Inferior : gerakan akif pasif dalambatas normal
B. Status Lokalis
1. Regio antebachii Sinistra
Look : Tak tampak luka, oedem (+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+)
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan
persarafan tidak ada
IV. RESUME
A. Anamnesis
- Pasien datang ke RSMS dengan keluhan nyeri pada bagian lengan kiri
bawah.
- Keluhan tersebut dirasakan sejak pasien habis terpleset di lantai mesjid
pada tanggal 25-5-2002 jam 06.00 WIB.
- Waktu kejadian pasien dalam keadaan sadar sampai RSU masih sadar.
- Waktu kejadian pasien terpleset dan jatuh terduduk dan berusaha menahan
dengan tangan kiri.
- Setelah kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit
digerakkan.
B. Pemeriksaan Fisik- Regio antebachii Sinistra
Look : Tak tampak luka, oedem (+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+)
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan
persarafan tidak ada
V. DEFERENSIAL DIAGNOSIS
- Fraktur Radius ulna sinistra, komplit displaced :
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
19/22
1
Tedapat riwayat trauma
Nyeri yang sangat pada gerakan aktif maupun pasif
Tedapat pembengkakan
Deformitas (+), pemendekan (+)
- Fraktur radius ulna sinistra, komplit undisplaced.
Tidak terdapat tanda-tanda pemendekan tulang sedankan pada kasusu ini
terdapat tanda-tanda pemendekan tulang.
- Fraktur radius ulna sinistra, inkomplit :
Dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak ada gejala fraktur inkomplit
yaitu : tidak ada tanda nyeri sekali, gerakan aktif pasif masih dapat dilakukan.
- Dislokasi siku : Tidak terdapat gejala : rasa sendi yang keluar.
Akan tetapi terdapat ejala dislokasi yang lain yang berupa :
Riwayat trauma
Nyeri yang sangat
Gerak terbatas.
- Coles fraktur :
Tidak ada tanda dinner fork deformity
- Smith fraktur
- Galeazzi fraktur
- Monteggia fraktur
VI. USULAN PEMERIKSAAN
Foto rontgen regio antebrachii sinistra AP-L
Hasil : Terdapat fraktur di radius dan ulna sinistra1/3 distal, komplit displaced.
VII. Diagnosa Klinis
Fraktur Radius Ulna sinistra 1/3 distal, komplit displaced, tertutup.
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Konservatif
a. Immobilisasi : Bidai.
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
20/22
2
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips.
2. Terapi Farmakologis
a. Analgetik
b. Roborantia
3. Terapi operatif
a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF
IX. PROGNOSIS : Dubia ad Bonam.
PEMBAHASAN
FRAKTUR RADIUS ULNA
Pada kasus diatas
Anatomi dan Insidens
Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi.
Untuk mengatur gerekan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator eres dan
pronator quadratus. Yang bergwerak supinasi pronasi adalah (rotasi) adalah
radius.
Gejala Klinik
Pada anamnesis didapati nyeri ditempat patah tulang. Hematom dalam
jaringan lunak dapat terbentuk, sehingga lengan yang patah akan terlihat
lebih besar. Pada pemeriksaan, jelas ditemukan tanda fraktur. Pada
pemeriksaan neurologis harus diperiksa n. radialis, karena n. radialis sering
mengalami cedera dapat berupa neuropraxia, axonotmesis atau neurotmesis.
Kalau terjadi hal ini pada pemeriksaan dijumpai kemampuan dorsofleksi pada
pergelangan tangan tidak ada (wrist drop).
Pemeriksaan Radiologi
Sebelum melakukan pembuatan foto, lengan penderita dilakukan
pemasangan bidai terlebih dahulu. Proyeksi foto AP/LAT.
Penanggulangan
Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan traksi kearah distal
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
21/22
2
dan mengembalikan posisi tangan yang sudah berubah akibat rotasi.
Sewtelah ditentukan kedudukan baru dalkukan immobilisasai dengan gips
sirkular diatas siku. Gips dipertahankan selama 6 minggu. Kalu hasil reposisi
tertutup tak baik, dilakukan tindakan operasi (open reposisi) dengan
pemasanga internal fiksasi denga plate-screw.
Komplikasi
Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang
immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untukmemperbaiki perlu dilakukan asteotomi.
Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan
infeksi atau pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan
operasi tandur alih tulang spongiosa.
Non union : Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang yang
disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting.
Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu
lama. Hal ini diatasi dengan fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Staff Pengajar FKUI, Jakarta, 1994.
2. Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, EGC, 1997.
Komplikasi
Dini
Compartmen syndrome.
Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup
-
7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh
22/22
2
tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior compartment
syndrome.
Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra-
kompartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartmen
meninggi, menyebabkan aliran balik darah vena terganggu. Hal ini akan
menyebabkan oedem. Dengan adanya oedem tekanan intrakompartmen
makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat
arteri di intrakompartmen.
Gejala : Rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa
sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini
berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor
hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior. Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.
Penanganan : Dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi.