77209070-fraktur-menyeluruh

download 77209070-fraktur-menyeluruh

of 22

Transcript of 77209070-fraktur-menyeluruh

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    1/22

    1

    Definisi

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

    dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.

    Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan

    trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada

    tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila

    trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh

    dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan

    ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

    Klasifikasi fraktur

    Fraktur dibedakan atas beberapa klasifikasi, antara lain:1. Klasifikasi etiologis

    Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

    Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat

    kelainan patologis di dalam tulang.

    Fraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu

    tempat tertentu.

    2. Klasifikasi klinis

    Fraktur tertutup (simple fracture). Suatu fraktur yang tidak mempunyai

    hubungan dengan dunia luar

    Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur yang mempunyai hubungan

    dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat

    berbentukfrom within (dari dalam) ataufrom without(dari luar)

    Fraktur dengan komplikasi (compicated fracture). Fraktur yang disertai

    dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang

    3. Klasifikasi radiologis, klasifikasi ini berdasarkan atas:

    A. Lokalisasi

    Difasial

    Metafisial

    Intra-artikuler

    Fraktur dengan dislokasi

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    2/22

    2

    B. Konfigurasi

    Frakturtransversal

    Frakturoblik

    Frakturspiral

    FrakturZ

    Fraktursegmental

    Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen

    Fraktur baji, biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

    Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya fraktur

    epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, frakturpatela

    Fraktur depresi, karena trauma langsung, misalnya pada tulang tengkorak

    FrakturimpaksFraktur pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah,

    misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus

    Frakturepifisis

    C. Menurut ekstensi

    Frakturtotal

    Fraktur tidak total (frakturcrack)

    Frakturbuckie atau torus

    Fraktur garis rambut

    Frakturgreen stick

    D. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

    Tidak bergeser(undisplaced)

    Bergeser (displaced)

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    3/22

    3

    Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara:

    a. Bersampingan

    b. Angulasi

    c. Rotasi

    d. Distraksi

    e. Over-riding

    f. Impaksi

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    4/22

    4

    Diagnosis fraktur

    Anamnesis

    Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baikyang

    hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untukmenggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena

    fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada

    daerah lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,

    gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

    Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

    1. Syok, anemia atauperdarahan

    2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulangbelakang

    atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

    3. Fraktur predisposisi, misalnya pada frakturpatologis

    Pemeriksaan lokal

    1. Inspeksi (Look)

    Bandingkan dengan bagian yang sehat

    Perhatikan posisi anggota gerak

    Keadaan umum penderita secara keseluruhan

    Ekspresi wajah karena nyeri

    Lidah kering ataubasah

    Adanya tanda-tanda anemia karenaperdarahan

    Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untukmembedakan

    fraktur tertutup atau frakturterbuka

    Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

    Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

    Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ

    lain

    Perhatikan kondisi mentalpenderita

    Keadaan vaskularisasi

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    5/22

    5

    2. Palpasi (Feel)

    Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat

    nyeri.

    Temperatur setempat yang meningkat

    Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh

    kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

    Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara

    hati-hati

    Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

    radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota

    gerak yang terkena

    Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distaldaerah trauma , temperaturkulit

    Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui

    adanya perbedaan panjang tungkai

    3. Pergerakan (Move)

    Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktifdan

    pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada

    pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga

    uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

    menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

    4. Pemeriksaan neurologis

    Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris

    serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau

    neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena

    dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta

    merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.

    5. Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta

    ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak

    selanjutnya, maka sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen

    untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    6/22

    6

    Tujuan pemeriksaan radiologis:

    Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

    Untuk konfirmasi adanya fraktur

    Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

    pergerakannya

    Untuk menentukan teknikpengobatan

    Untuk menentukan fraktur itu baru atau tidak

    Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

    Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

    Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

    Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua

    Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral

    Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, di atas dan di

    bawah sendi yang mengalami fraktur

    Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua

    angota gerak terutama pada frakturepifisis

    Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua

    daerah tulang.

    Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang

    skafoid, foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan

    foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

    Penatalaksanaan/Pengobatan

    Tujuan dari penatalaksanaan/pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-

    ujung dar patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untukmenjaga

    agar mereka tetap menempel sebagai mana mestinya. Patah tulang lainnya harus

    benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan

    melalui:

    1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

    2. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar

    tulang yangpatah

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    7/22

    7

    3. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota

    gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu

    pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulangpinggul.

    4. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan ataubatang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan

    terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.

    Introduksi

    a. Definisi

    Fraktur yang mengenai tulang radius ulna karena rudapaksa termasuk fraktur dislikasiproximal atau distal radioulnar joint (Fraktur Dislokasi Galeazzi dan Montegia)

    Fraktur Galeazzi: adalah fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi

    radioulnar distal.

    Fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga proksimal disertai dislokasi ke

    anterior dari kapitulum radius

    Klasifikasi Bado:

    - Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior

    kaput radius

    - Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi posterior

    kaput radii dan fraktur kaput radii

    - Fraktur ulna distal processus coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radii

    - Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan fraktur

    1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis

    b. Ruang lingkup

    Fraktur dialisis radius dan ulna

    Fraktur-dislokasi Galeazi

    Fraktur-dislokasi Monteggia.

    c. Pemeriksaan Klinis

    Patofisiologis

    Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan outstreched hand

    atau trauma langsung. Gaya twisting menghasilkan fraktur spiral pada level tulang yangberbeda. Trauma langsung atau gangguan angulasi menyebabkan fraktur transversal pada

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    8/22

    8

    level tulang yang sama. Bila salah satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan menglami

    angulasi, maka tulang tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang lainnya. Bila perlekatan

    dengan wrist joint dan humerus intak, tulang yang lain akan mengalami dislokasi (fraktur -

    dislokasi Galeazzi/ Monteggia)

    Pemeriksaan Klinis

    Fraktur radius ulna

    Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau

    shorthening

    Nyeri

    Bengkak

    Pemeriksaan fisik harus meliputi evaluasi neurovascular dan pemeriksaan elbow dan

    wrist. Dan evaluasi kemungkinan adanya sindrom kompartemen

    Fraktur Galeazzi

    Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint distal. Fragmen distal

    angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Fraktur

    dislokasi Galeazzi terjadi akibat trauma langsung pada wrist, khususnya pada aspek

    dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched hand dan pronasi forearm. Pasien dengan

    nyeri pada wrist atau midline forearm dan diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar

    joint

    Fraktur Monteggia

    Fraktur setengan proksimal ulna dengan dislokasi radioulnar joint proksimal. Pasien dengan

    fraktur-dislokasi Monteggia datang dengan siku yang bengkak, deformitas serta terbatasnya

    ROM karena nyeri khususnya supinasi dan pronasi. Kaput radius bisanya dapat di

    palpasi.Harus dilakukan pemeriksaan neurovascular dengan teliti oleh karena Bering terjadi

    cedera saraf periper n radialis atau PIN.

    Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:

    1. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior

    kaput radius

    2. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi

    3. posterior kaput radii dan fraktur kaput radii

    4. Fraktur ulna distal processes coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio

    5. Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan

    fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis

    d. Kontra indikasi Operasi

    Keadaan umum jelek

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    9/22

    9

    e. Pemeriksaan Penunjang

    X Ray dengan dua proyeksi

    Teknik Penanganan terapi konservatif dan operasi

    Metode Penanganan Konservatif

    Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi tangan berubah akibat

    rotasi

    Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis patahnya

    - 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat kesegarisan fragmen

    distal supinasi

    - 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral

    - 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu dilakukan

    immobilisasi dengan gips atas siku

    Metode Penanganan Operatif

    - Empat eksposur dasar yang direkomendasikan

    1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna

    2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal

    3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum radius sampai

    distal shaft radius

    4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal

    - Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja handsangat membantu untuk

    memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila didapatkan lesi vaskuler.

    - Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

    - Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin

    - Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral pada radius,

    dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar

    untuk menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor.

    - Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis

    f. Komplikasi

    Malunion Kompartemen sindrom

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    10/22

    1

    Cross union

    Atropi sudeck

    Trauma N. Medianus

    Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi, fleksi palmar,pergerakan serta ekstensi

    g. Mortalitas

    Pada umumnya rendah

    h. Perawatan Pasca Bedah

    - Perawatan luka operasi pada umumnya

    - Drain dilepas 24-48 jam post operatif atau sesuai dengan produksinya

    - Elevasi lengan 10 cm di atas jantung

    - Mulai latihan ROM aktif dan pasif dari jari-jari, pergelangan tangan, siku sesegera

    mungkin setelah operasi

    i. Follow Up

    - Fisioterapi aktif ROM tangan, pergelangan dan siku

    - Buat X Ray kontrol 6 minggu dan 3 bulan sesudahnya

    - Penyembuhan biasanya setelah 16-24 minggu, selama ini hindari olah raga kontak dan

    mengangkat beban lebih dari 2 kilogram.

    Fraktur

    http://bedahunmuh.files.wordpress.com/2010/05/fraktur-radio-ulna.jpg
  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    11/22

    1

    Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan

    letak fragmen tulang (Kumar,1997). Menurut Lane and Cooper (1995), fraktur atau patah

    tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang

    berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan ayau tanpa

    adanya jarak yang menyebabkan fragmen. Gejala klinis yang terjadi pada fraktur adalah

    kebengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang abnormal, krepitasi, kehilangan fungsi dan

    rasa sakit (Archibald, 1965).

    Penyebab Terjadinya fraktur adalah trauma atau rudipaksa dan penyakit. Fraktur karena

    trauma ini dikenal sebagai fraktur traumatika. Sedangkan fraktur karena penyakit ini bisa

    disebabkan oleh penyakit yang berada di dalam tulang (penyakit tulang) baik bersikap lokal

    maupun umum, dapat juga disebabkan oleh penyakit yang berada diluar tulang. Fraktur

    karena penyakit ini dikenal sebagai fraktur patologis. Penyakit yang berada di dalam tulang

    yang bersifat lokal adalah Radang tumor jinak/osteomielisis (TBC tulang) dan Tumor/jinak

    maupun ganas (osteoma, osteosarcoma). Penyakit yang berada di dalam tulang dan yang

    bersifat umum adalah osteogenesis imperpecta, penyakit metabolisme/sistemik

    (Hipovitaminosis A dan D). dan osteoporosis (Formalski, 2000).

    Berdasarkan bentuk patahan atau derajat kerusakan fraktur dibedakan menjadi patah

    tulang komplet (fraktur completa) dan patah tulang incompleta atau patah tulang sebagian.

    Patah tulang komplet adalah kerusakan tulang patah total dan patah tulang inkompleta atau

    patah tulang sebagian adalah sebagian kontinuitas tulang terputus yang dapat berupa

    retak/fissura ataugreen stic fracture (Kumar, 1997). Berdasarkan ada tidaknya hubungan

    dengan udara luar, fraktur dibedakan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka.fraktur

    tertutup adalah fraktur yang tanpa luka dan tidak ada hubungan dengan udara luar. Fraktur

    terbuka adalah fraktur dengan luka terbuka sampai menembus kulit sehingga tulangnya

    tampak dari luar tubuh dan berhubungan dengan udara luar (Kumar, 1997). Berdasarkan arah

    patahan dan lokasi, fraktur dibagi menjadi tujuh yaitu : fraktur transversal jika arah

    patahannya tegak lurus dengan sumbu panjang tulang. Kemudian fraktur oblique adalah

    fraktur dengan arah patahan miring, fraktur spiral jika arah patahannya bentuk spiral. Fraktur

    impaktive adalah fraktur dimana salah satu ujung tulang masuk ke fragmen yang lain. Fraktur

    comminutive adalah fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian. Fraktur

    epiphyseal adalah fraktur pada titik pertemuan epiphysis pada batang tulang dan fraktur

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    12/22

    1

    condyloid adalah fraktur dimana bagian condylus yang patah terlepas dari bagian yang lain

    (Kumar, 1997).

    Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,

    terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

    1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar

    sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya

    dapat dipersiapkan lebih sempurna.

    2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembailikan fragmen-fragmen fraktur

    semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.

    3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan

    fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.

    4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur

    tersebut dapat kembali normal.

    Menurut kumar (1997), prinsip dasar penanganan fraktur adalah aposisi dan immobilisasi

    serta perawatan setelah operasi yang baik. Pertimbangan-pertimbangan awal saat menangani

    kasus fraktur adalah menyelamatkan jiwa penderita yang kemungkinan disebabkan oleh

    banyaknya cairan tubuh yang keluar dan kejadian shock, kemudian baru menormalkan

    kembali fungsi jaringan yang mengalami kerusakan.

    Kriteria penyembuhan fraktur dibagi menjadi 2 yaitu : 1) klinis, meliputi tidak ada

    pergerakan antar fragmen, tidak ada rasa sakit, ada konduksi yaitu ada kontinuitas tulang; 2)

    Radiology, meliputi terbentuknya kalus, trabekula tampak sudah menyeberangi garis patahan

    (Archibald, 1965).

    Fraktur radius ulna

    Fraktur radius ulna yang paling sering terjadi adalah fraktur radius ulna pars sepertiga

    distal, terutama pada anjing ras kecil. Fraktur ini mencakup 14% dari kasus fraktur tulang

    panjang yang muncul (Harasen, 2003b). Tipe fraktur radius ulna meliputi fraktur radius,

    fraktur ulna atau keduanya (Brinker, 1965). Penyebab paling umum dari fraktur ini adalah

    trauma saat jatuh atau tertabrak kendaraan bermotor (Degner, 2004).

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    13/22

    1

    Kebanyakan fraktur ekstremitas depan merupakan fraktur displasia dan tidak stabil.

    Pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan untuk menentukan

    level fraktur. Kemungkinan bahwa fraktur tersebut merupakan fraktur terbuka atau tertutup

    juga harus diperhatikan, karena open fracture sering terjadi pada fraktur pars distalis.

    Pemeriksaan radiologi mutlak dilakukan untuk menentukan penanganan selanjutnya dan

    prognosis dari fraktur tersebut (Nunamaker, 1985).

    Prinsip penanganan kasus fraktur adalah mereduksi fraktur dan menstabilkan reduksi

    fraktur menggunakan fiksasi. Tekhnik fiksasi fraktur biasanya diklasifikasikan dalam tiga

    golongan, yaitu: external coaptation, internal fixation, dan external-internal fixation

    (Piermattei, 1997).

    External coaptation merupakan salah satu bentuk fiksasi yang paling sederhana.

    Fiksasi ini disukai karena ekonomis dan non invasif. Keterbatasan dari bentuk fiksasi ini

    adalah keterbatasan aplikasinya pada dan tidak memberi stabilitas yang cukup pada kasus-

    kasus berat.External coaptation pada prinsipnya membatasi aktivitas dari persendian dan

    otot pada bagian fraktur. Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri akibat tekanan terus menerus

    dan seringkali menyebabkan komplikasi pada jaringan disekitar area fraktur. Selain itu,

    karena kurang stabilnya fiksasi yang diberikan, pembentukan kalus menjadi lambat sehingga

    kesembuhan fraktur juga menjadi lebih lambat (Harasen, 2003a).

    Ada banyak tipe dari external coaptation, sepertiRobert Jones bandage, Spica splint,

    Schroeder-Thomas splint, Velpeu sling,Ehmar sling,Pelvic Limb sling, Carpal flexion

    bandage,Hobbies,Full leg cast,Half cast, Walking bar, danBivaved cast. Material yang

    digunakan juga bervariasi dari bahanpolypropylene hinggapolymer. Bahan-bahan tersebut

    idealnya mudah diaplikasikan, nyaman digunakan, dan dapat mencapai kekuatan maksimum

    dengan cepat, sedangkan external coaptation yang baik harus bersifat radiolusen, sehingga

    dapat dimonitor dengan baik tanpa harus membuka perban. Selain itu castharus bersifat

    mudah dileps, kuat dan ringan, tahan air, dan ekonomis (Piermattei, 1997; Slatter, 2002).

    Fiksasi internal adalah fiksasi fraktur dimana pada tulang yang mengalami fraktur difiksasi

    menggunakan pin, plat,screw, dan wire. Salah satu bentuk dari internal fixation adalah

    intramedullary pin atau Steinman pin (Slatter, 2002).

    Perbaikan jaringan dan kesembuhan luka

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    14/22

    1

    Berdasarkan proses terjadinya, kesembuhan luka dibagi menjadi dua yaitu

    kesembuhan primer dan kesembuhan sekunder. Kesembuhan primer merupakan kesembuhan

    jaringan dengan nekrosis pasca operasi yang minimal dan tidak ditemukannya pernanahan.

    Kesembuhan primer dapat diusahakan dengan meminimalisir trauma bedah, mengupayakan

    dengan sungguh-sungguh pembedahan yang aseptis dan menyatukan kembali jaringan yang

    terpisah dengan hati-hati (Mayer, 1959). Kesembuhan sekunder adalah kesembuhan yang

    terjadi pada luka operasi setelah mengalami infeksi yang mengakibatkan kesembuhan primer

    tidak terjadi.

    Pada proses pembedahan yang baik, setelah dilakukan penutupan luka dengan benar

    maka ruang kecil diantara jahitan dua jaringan yang disatukan akan tersisi cairan serous. Pada

    beberapa hari pertama, aktivitas kesembuhan sedikit-demi sedikit mulai tampak dan

    penyatuan kembali jaringan tergantung pada kekuatan jahitan yang dibuat.dalam waktu

    sekitar empat hari, fibroblast mulai mulai berproliferasi dengan cepat dan membantu dalam

    menyatukan luka operasi. Dalam tahap ini ujung-ujung pembuluh darah yang terluka mulai

    berproliferasi dan membentuk jaringan kapiler yang baru. Penyatuan jaringan akan sempurna

    setelah 12-14 hari setelah pembedahan (mayer, 1959).

    Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai

    berikut :

    1. Fase hematoma

    Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian

    terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan

    hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah

    sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patahterjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan

    matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.

    1. Fase proliferatif

    Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel

    lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini

    dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    15/22

    1

    terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone

    marrow masing-masing fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis medularis dari

    masing-masing fragmen bertemu dalam satu preses yang sama, proses terus

    berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani

    permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa tempat

    pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini

    tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan

    kalsium.

    1. Fase pembentukan callus

    Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibatresorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra

    selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-

    garam kalsium, membentuk tulang immature atauyoung callus, karena proses

    pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter dapat dua macam callus yaitu

    didalam disebut internal callus dan diluar disebut external callus.

    1. Fase konsolidasi

    Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas

    osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan

    lamela-lamela). Pada setadium ini sebenarnya proses penyembuhan sedah lengkap.

    Pada fase ini terjadi pergantianfibrous callus menjadiprimary callus. Pada saat ini

    sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang radioopaque. Fase ini

    terjadi susudah empat minggu, namun pada umur-umur lebih mudah lebih cepat.

    Secara berangsur-angsurprimary bone callus diresorbsi dan diganti dengan secondbone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal.

    1. Fase remodeling

    Pada fase inisecondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan

    tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula

    tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya

    berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    16/22

    1

    membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis,

    misalnya gerakan, kontraksi otot dan sebagainya, maka callus yang sudah mature

    secara pelan-pelan terhisap kembali dengan kecepatan yang konstan sehingga

    terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya. (Santoso, 1999).

    Proses kesembuhan jaringan pada fraktur tulang menurut Archibald (1974), hampir

    sama dengan kesembuhan pada jaringan lunak, hanya saja tidak terbentuk serabut kolagen

    melainkan terbentuk osteosit dan matriks tulang. Fase pertama yaitu terjadi peningkatan

    kegiatan sel-sel tulang yang akan mengisi celah antara ujung patahan tulang dengan

    dibentuknya jaringan yang banyak mengandung sel. Fase kedua yaitu terbentuknya matriks

    tulang yang dibentuk di dalam sumsum tulang dan di sekeliling ujung patahan tulang

    membentuk selubung penguat yang disebut kalus. Jaringan kalus ini lama-lama akan

    diabsorbsi lagi yang kemudian akan terjadi kondensasi garam-garam kalsium pada matriks

    sehingga akan terbentuk sistema haversi dan matriks akan menjadi tulang yang sempurna.

    Bentuk kesembuhan tulang dapat bervariasi tergantung pada ketepatan reduksi dan

    fiksasi. Secara ringkas proses kesembuhan tulang dapat dikategorikan menjadi 3 macam,

    yaitu kesembuhan normal, kesembuhan kontak dengan fiksasi yang kokoh dan kesembuhan

    gap dengan fiksasi yang kokoh (Archibald, 1974).

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Sdr. D

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 18 tahun

    Alamat : Tarakan 4/6 Paguyangan

    Pekerjaan : Pelajar

    Agama : Islam

    Tanggal masuk : 25 5 2009

    Tiba di IGD : Pukul 12.50 WIB

    II. ANAMNESA

    Autoanamnesa :

    1. Keluhan utama : Nyeri pada bagian lengan kiri bawah.

    2. Keluhan Tambahan : Bengkak dan gerak lengan kiri bawah tidak bebas

    karena sakit

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    17/22

    1

    3. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke RSMS tanggal 25-5-2002 dengan keluhan nyeri pada bagian

    lengan kiri bawah. Keluhan tersebut dirasakan sejak pasien habis terpleset di

    lantai mesjid pada tanggal 25-5-2002 jam 06.00 WIB, waktu kejadian pasien

    dalam keadaan sadar sampai rumah sakit masih sadar. Waktu kejadian

    pasien terpleset dan jatuh terduduk dan beusaha menahan dengan tangan

    kiri.

    Setelah kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit

    digerakkan.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu : - Tidak ada riwayat mengeluh sakit tulang

    sebelumnya.5. Riwayat Penyakit Keluarga : -

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Status Umum

    Keadaan Umum : baik

    Kesadaran : Compos mentis.

    Vital Sign : T : 120/70 mmHg R : 20 x/menit

    N : 84 x/menit S : Afebris

    1. Kepala : Simetris, mesochepal, rambut hitam, tidak ada hematom

    2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek

    cahaya (+/+)

    3. Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)

    4. Telinga : Simetris, discharge (-/-)

    5. Mulut : Lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis6. Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

    7. Thorax : Jantung : S1 > S2, reguler, gallop (-), murmur (-)

    Paru : Suara Dasar : Vesikuler

    Suara Tambahan : Ronchi (-)

    Wheezing (-)

    8. Abdomen : Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran usus

    Palpasi : Hepar tidak teraba

    Lien tidak teraba

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    18/22

    1

    Perkusi : Tympani di seluruh lapangan abdomen

    Auskultasi : Bising usus (+) normal.

    9. Ekstremitas : Superior : Lihat status lokalis

    Inferior : gerakan akif pasif dalambatas normal

    B. Status Lokalis

    1. Regio antebachii Sinistra

    Look : Tak tampak luka, oedem (+), deformitas (+)

    Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+)

    Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan

    persarafan tidak ada

    IV. RESUME

    A. Anamnesis

    - Pasien datang ke RSMS dengan keluhan nyeri pada bagian lengan kiri

    bawah.

    - Keluhan tersebut dirasakan sejak pasien habis terpleset di lantai mesjid

    pada tanggal 25-5-2002 jam 06.00 WIB.

    - Waktu kejadian pasien dalam keadaan sadar sampai RSU masih sadar.

    - Waktu kejadian pasien terpleset dan jatuh terduduk dan berusaha menahan

    dengan tangan kiri.

    - Setelah kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit

    digerakkan.

    B. Pemeriksaan Fisik- Regio antebachii Sinistra

    Look : Tak tampak luka, oedem (+), deformitas (+)

    Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+)

    Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan

    persarafan tidak ada

    V. DEFERENSIAL DIAGNOSIS

    - Fraktur Radius ulna sinistra, komplit displaced :

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    19/22

    1

    Tedapat riwayat trauma

    Nyeri yang sangat pada gerakan aktif maupun pasif

    Tedapat pembengkakan

    Deformitas (+), pemendekan (+)

    - Fraktur radius ulna sinistra, komplit undisplaced.

    Tidak terdapat tanda-tanda pemendekan tulang sedankan pada kasusu ini

    terdapat tanda-tanda pemendekan tulang.

    - Fraktur radius ulna sinistra, inkomplit :

    Dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak ada gejala fraktur inkomplit

    yaitu : tidak ada tanda nyeri sekali, gerakan aktif pasif masih dapat dilakukan.

    - Dislokasi siku : Tidak terdapat gejala : rasa sendi yang keluar.

    Akan tetapi terdapat ejala dislokasi yang lain yang berupa :

    Riwayat trauma

    Nyeri yang sangat

    Gerak terbatas.

    - Coles fraktur :

    Tidak ada tanda dinner fork deformity

    - Smith fraktur

    - Galeazzi fraktur

    - Monteggia fraktur

    VI. USULAN PEMERIKSAAN

    Foto rontgen regio antebrachii sinistra AP-L

    Hasil : Terdapat fraktur di radius dan ulna sinistra1/3 distal, komplit displaced.

    VII. Diagnosa Klinis

    Fraktur Radius Ulna sinistra 1/3 distal, komplit displaced, tertutup.

    VIII. PENATALAKSANAAN

    1. Terapi Konservatif

    a. Immobilisasi : Bidai.

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    20/22

    2

    b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips.

    2. Terapi Farmakologis

    a. Analgetik

    b. Roborantia

    3. Terapi operatif

    a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF

    IX. PROGNOSIS : Dubia ad Bonam.

    PEMBAHASAN

    FRAKTUR RADIUS ULNA

    Pada kasus diatas

    Anatomi dan Insidens

    Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi.

    Untuk mengatur gerekan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator eres dan

    pronator quadratus. Yang bergwerak supinasi pronasi adalah (rotasi) adalah

    radius.

    Gejala Klinik

    Pada anamnesis didapati nyeri ditempat patah tulang. Hematom dalam

    jaringan lunak dapat terbentuk, sehingga lengan yang patah akan terlihat

    lebih besar. Pada pemeriksaan, jelas ditemukan tanda fraktur. Pada

    pemeriksaan neurologis harus diperiksa n. radialis, karena n. radialis sering

    mengalami cedera dapat berupa neuropraxia, axonotmesis atau neurotmesis.

    Kalau terjadi hal ini pada pemeriksaan dijumpai kemampuan dorsofleksi pada

    pergelangan tangan tidak ada (wrist drop).

    Pemeriksaan Radiologi

    Sebelum melakukan pembuatan foto, lengan penderita dilakukan

    pemasangan bidai terlebih dahulu. Proyeksi foto AP/LAT.

    Penanggulangan

    Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan traksi kearah distal

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    21/22

    2

    dan mengembalikan posisi tangan yang sudah berubah akibat rotasi.

    Sewtelah ditentukan kedudukan baru dalkukan immobilisasai dengan gips

    sirkular diatas siku. Gips dipertahankan selama 6 minggu. Kalu hasil reposisi

    tertutup tak baik, dilakukan tindakan operasi (open reposisi) dengan

    pemasanga internal fiksasi denga plate-screw.

    Komplikasi

    Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang

    immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untukmemperbaiki perlu dilakukan asteotomi.

    Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan

    infeksi atau pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan

    operasi tandur alih tulang spongiosa.

    Non union : Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang yang

    disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting.

    Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu

    lama. Hal ini diatasi dengan fisioterapi.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Staff Pengajar FKUI, Jakarta, 1994.

    2. Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, EGC, 1997.

    Komplikasi

    Dini

    Compartmen syndrome.

    Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan

    vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup

  • 7/28/2019 77209070-fraktur-menyeluruh

    22/22

    2

    tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior compartment

    syndrome.

    Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra-

    kompartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartmen

    meninggi, menyebabkan aliran balik darah vena terganggu. Hal ini akan

    menyebabkan oedem. Dengan adanya oedem tekanan intrakompartmen

    makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat

    arteri di intrakompartmen.

    Gejala : Rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa

    sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini

    berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor

    hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior. Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.

    Penanganan : Dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi.