73724338-masterplan-transportasi-kepri

download 73724338-masterplan-transportasi-kepri

of 140

Transcript of 73724338-masterplan-transportasi-kepri

[Master Plan Transportasi Laut] | 1 Kata Pengantar Laporan ini merupakan Laporan Draft Akhir (Draft Final Report) yang berisi menge nai profil daerah, visi dan misi pembangunan Kota Blangpidie, serta rencana prog ram pembangunan dalam rangka Pekerjaan Penyusunan Rencana Program Jangka Menenga h (RPJM) Bidang Cipta Karya Kota Blang Pidie. Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, yang menjadi acuan bagi pemberi pekerjaan da n konsultan selaku pemberi jasa, laporan ini akan dijadikan sebagai bahan untuk penyusunan RPJM-CK (Ke-Cipta Karya-an) Kota Blangpidie. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya terutama Bappeda, Dinas Pekerj aan Umum dan Dinas yang telah turut membantu kami dalam memperoleh data dan info rmasi di lapangan. Akhir kata kepada pihak yang telah membantu dalam proses peny elesaian Laporan Draft Akhir ini kami ucapkan terima kasih. Banda Aceh, November 2007 Tim Penyusun Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 2 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan .............................................................. ........................... 4 1.1 Latar Belakang ............................... .................................................. 4 1.2 Landasan Hukum ........ ...................................................................... 4 1.3 Tuj uan ............................................................................ ............... 4 1.4 Sasaran .................................................. ........................................ 4 BAB II METODOLOGI DAN PENDEKATAN .... ............................................................ 4 2.1 Latar Belakan g .............................................................................. ... 5 2.2 Landasan Hukum ....................................................... ....................... 5 2.3 Tujuan ........................................... ................................................ 5 2.4 Sasaran ................. ......................................................................... 5 BAB III Kondisi Fisik dan Sosial Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau ................... .............. 6 3.1 Kondisi Fisik dan Lingkungan .............................. .................................. 6 3.1.1 Geografi dan wilayah administrasi ... ............................................... 6 3.1.2 Topografi .............. .................................................................. 9 3.1.3 Geolo gi dan jenis tanah ............................................................. . 9 3.1.4 Iklim ................................................................ .................... 11 3.1.5 Penggunaan lahan ................................. .................................. 11 3.2 Kondisi social ekonomi wilayah ....... .................................................... 14 3.2.1 Kependudukan ..... ................................................................... 14 3.2.2 Ket enagakerjaan ................................................................... .. 16 3.2.3 Pemilikan kendaraan ................................................ ................ 16 3.2.4 Perekonomian ......................................... ............................... 17 3.3 Tinjauan kebijakan dan rencana .......... ............................................... 27 3.3.1 Rencana tata ruang wila yah provinsi kepulauan riau.......................... 27 3.3.2 Rencana strategis (RENSTRA) provinsi kepulauan riau .Error! Bookmark not defined. 3.3.3 Rencana p rogram jangka panjang dan program jangka menengah provinsi kepulauan riau ...... ............................................................................... 39 3.3.4 Rencana dan program pengembangan transportasi provinsi kepulauan riau . ....................................................... Error! Bookmark not def ined. 3.3.5 Tinjauan studi terkait SISTRAMINDO ........... Error! Bookmark not d efined. BAB IV Kondisi dan Permasalahan Sistem Transportasi Provinsi Kepulauan R iau Saat ini ... 64 4.1 Kondisi umum transportasi darat dan udara .............. .............................. 64 4.1.1 Sistem transportasi darat............... ......... Error! Bookmark not defined. 4.2 Kondisi dan permasalahan system trans portasi laut .................................. 76 4.2.1 Pelabuhan laut eksistin g ............................................................ 76 4.2.2 Pelabuha n laut rencana ......................... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Kond isi dan permasalahan sarana armada kapal laut dan rute pelayaran Error! Bookmark not defined. 4.2.4 Permintaan perjalanan transportasi laut. .... Error! Bookmar k not defined. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 3 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR No table of figures entries found. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 4 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Tujuan 1.4 Sasaran BAB II METODOLOGI DAN Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 5 PENDEKATAN 2.1 Latar Belakang 2.2 Landasan Hukum 2.3 Tujuan 2.4 Sasaran Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 6 BAB III Kondisi Fisik dan Sosial Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau 3.1 Kondisi Fisik dan Lingkungan 3.1.1 Geografi dan wilayah administrasi Provinsi Kepulauan Riau terletak pada lokasi yang sangat strategis mengingat ber ada di wilayah perbatasan antar negara, bertetangga dengan salah satu pusat bisn is dunia (Singapura) serta didukung oleh adanya jaringan transportasi laut inter nasional dengan lalu lintas yang ramai. Secara geografis, Provinsi Kepulauan Ria u terletak antara 040 Lintang Selatan dan 0719 Lintang Utara serta antara 1033 sampai dengan 11000 Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut. Sebelah Utara : Ne gara Vietnam dan Negara Kamboja Sebelah Selatan : Provinsi Bangka Belitung dan P rovinsi Jambi Sebelah Barat : Negara Singapura, Negara Malaysia dan Provinsi Ria u Sebelah Timur : Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat Wilayah Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang letak satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan perairan. Beberapa pulau yang relative b esar diantaranya adalah Pulau Bintan dimana lokasi kedudukan Ibukota Provinsi (T anjungpinang), Pulau Batam yang merupakan Pusat Pengembangan Industri dan Perdag angan, Pulau Rempang dan Galang yang merupakan kawasan perluasan wilayah industr i Batam, Pulau Karimun, Pulau Kundur, Pulau Lingga, Pulau Bunguran di Natuna, se rta Gugusan Pulau Anambas. Selain itu Provinsi Kepulauan Riau memiliki pulaupula u kecil yang hamper tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada, termasuk dianta ranya pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah perbatasan Negara Indonesia. Ke beradaan pulau-pulau terluar ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat memil iki kerentanan terhadap masalah keamanan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestar ian lingkungan hidup. Pulau-pulau yang tersebar di wilayah Provinsi Kepulauan Ri au pada umumnya merupakan sisa-sisa erosi atau pencetusan dari daratan pratersie r yang membentang dari Semenanjung Malaysia sampai Pulau Bangka dan Belitung. Pa da gugusan beberapa pulau kondisi daratannya berbukit-bukit dan landai di bagian pantainya, dengan ketinggian rata-rata 2 sampai 5 meter dari Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 7 permukaan laut. Kondisi hidrologi di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari 2 (dua) jenis, yaitu air permukaan dan air bawah tanah (hidrogeologi). Untuk mem enuhi kebutuhan akan air bersih, dapat diperoleh dari air permukaan berupa air s ungai, mata air/air terjun, waduk, dan kolong, sedangkan air bawah tanah (hidrog eologi) didapat dengan menggali sumur dangkal. Kolong merupakan kolam bekas tamb ang bauksit, timah, dan pasir yang terbentuk akibat eksploitasi yang digunakan s ebagai sumber air bersih. Keberadaan kolong dan mata air/air terjun tidak hanya berfungsi sebagai sumber air bersih, tetapi juga dimanfaatkan sebagai kawasan pa riwisata. Sedangkan untuk kondisi geomorfologinya terdiri dari batuan ubahan sep erti mika, genesis, dan batuan gunung api yang tersebar di bagian timur Kepulaua n Riau, batuan terobosan seperti granit muskovic dapat dijumpai di Pulau Kundur Bagian Timur, batuan sedimen seperti serpih batu pasir, metagabro, yang tersebar di Pulau Batam, Bintan, dan Pulau Buru. Selain itu juga terdapat batuan alluviu m tua terdiri dari lempung, pasir kerikil, dan batuan aluvium muda seperti lumpu r, lanau, serta kerakal. Tabel III-1 Wilayah administrasi provinsi kepulauan riau No 1 2 3 4 5 6 7 Kabupa ten/Kota Tanjung Pinang Batam Bintan Karimun Lingga Natuna Kepulauan Anambas Lua s Daratan (Km2) 131 1.037 1.319 1.524 2.117 2.111 590 Kecamatan 4 12 10 9 12 12 7 Kelurahan 18 64 15 22 6 6 2 Desa 0 0 36 32 67 69 32 Sumber : RTRWP Kepulauan Riau 2008-2028. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 8 PETA WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 9 3.1.2 Topografi Wilayah provinsi KEPRI terbentang seluas 251.810,71 kilometer persegi & memiliki sekitar 2.408 pulau. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan sekitar 95% & sisanya daratan hanya sebesar 5%. Menurut data yang terhimpun dalam situs resm i KEPRI, provinsi ribuan pulau ini memiliki topografi dengan kemiringan lahan da tar antara 0 2%, kemiringan lahan curam antara 10 30%, & kemiringan sangat curam sekitar 20%, dengan ketinggian kira-kira 10 meter diatas permukaan laut. Secara umum, topografi pada beberapa bagian KEPRI merupakan daerah dataran rendah & ag ak bergelombang dengan ketinggian antara 2 91 meter diatas permukaan laut. Menur ut penelitian Zwieryeki pada tahun 1919 1929, wilayah daratan KEPRI yang hanya 5 % itu dapat dikatakan tanah tua. Sedangkan selebihnya yang membentang ke utara s ampai ke daerah pantai, merupakan konstruksi dari formasi jenis tanah endapan (A lluvium) yang berasal dari jaman Quarter s/d jaman Recen. Dari susunan tanah ter sebut, menjadi jelas bahwa provinsi KEPRI jauh lebih tua daripada provinsi Riaunya sendiri. Dengan keadaan topografi seperti itu, KEPRI memiliki sumber daya al am yang melimpah. Dari sumber daya alam yang berasal dari isi perut bumi maupun hasil peternakan & pertanian yang melimpah. Namun sumber daya alam yang dipriori taskan memang berasal dari isi perut bumi. Contohnya, potensi minyak bumi yang t ersedia jumlahnya relatif besar. Berdasarkan data dari hasil survey (BP Migas) b ahwa jumlah cadangan minyak bumi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 298,b1 MMBO. Potensi terdapat di wilayah Kab. Natuna. Contoh lainnya di Kabupaten Karimun di perkirakan terdapat deposit biji timah sebesar 11.360.500 m. Deposit biji timah i ni tidak hanya dijumpai di daratan, tetapi juga terpendam di perairan, pantai da n laut yang tersebar di wilayah Kab. Karimun dan Kab. Lingga. Hasil pertambangan lainnya seperti bauksit yang terdapat di pulau Bintan yang diperkirakan sebesar 15.000.000 ton. Bahan galian ini telah lama diekploitasi sejak zaman penjajah B elanda seperti perusahaan NV. Nibem, & sekarang dikelola oleh PT. Aneka Tambang, Tbk. 3.1.3 Geologi dan jenis tanah Berdasarkan kondisi geomorfologinya, Provinsi Kepulauan Riau merupakan bagian ko ntinental yang terkenal dengan nama paparan sunda atau bagian dari kerak Benua Asi a. Batuan yang terdapat di Kepulauan Riau Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 10 diantaranya adalah batuan ubahan seperti mika geneis, meta batu lanau, batuan gu nung api seperti tuf, tuf litik, batu pasir tufan yang tersebar di bagian timur Kepulauan Riau, batuan terobosan seperti granit muskovit dapat dijumpai di Pulau Kundur bagian timur, batuan sedimen seperti serpih batu pasir, metagabro, yang tersebar di Pulau Batam, Bintan dan Buru. Juga terdapat batuan aluvium tua terdi ri dari lempung, pasir kerikil, dan batuan aluvium muda seperti lumpur, lanau, d an kerakal. Geomorfologi Pulau Kundur dan Pulau Karimun Besar terdiri dari perbu kitan dan dataran, dengan pola aliran sungai radial hingga dendritik yang dikont rol oleh morfologi bukit granit yang homogen. Struktur geologi berupa sesar norm al dengan arah barat-timur atau barat daya-timur laut. Geomorfologi Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang berupa perbukitan memanjang dengan arah barat la ut-tenggara, dan sebagian kecil dataran terletak di bagian kakinya. Geomorfologi Pulau Bintan berupa perbukitan granit yang terletak di bagian selatan pulau dan dataran di bagian kaki. Struktur geologi sesar Pulau Bintan dominan berarah bar at laut-tenggara dan barat daya-timur laut, beberapa ada yang berarah utara-sela tan atau barat-timur. Pulau-pulau kecil di sebelah timur dan tenggara Pulau Bint an juga disusun oleh granit berumur Trias (Trg) sebagai penghasil bauksit. Geomo rfologi Pulau Lingga berupa perbukitan dengan puncak Gunung Lingga, membentang d engan arah barat laut-tenggara dan dataran di bagian kaki, dengan pola aliran su ngai trellis hingga sejajar. Juga geomorfologi Pulau Selayar dan Pulau Sebangka berupa perbukitan yang membentang dengan arah barat laut-tenggara dan dataran di bagian kakinya, pola aliran sungai adalah trellis yang dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan dengan sumbu memanjang barat laut-tenggara dan arah pa tahan utara-selatan. Stratigrafi keempat pulau ini tersusun oleh Formasi Pancur (Ksp) yang terdiri dari serpih kemerahan dan urat kwarsa, sisipan batupasir kwar sa, dan konglomerat polemik. Geologi Pulau Singkep selain terdiri dari Formasi P ancur dan Formasi Semarung juga terdapat granit (Trg) yang mendasari kedua forma si di atas dan menjadi penghasil timah atau bauksit. Geomorfologi Pulau Bunguran berupa perbukitan yang membujur dari tenggara-barat laut dengan puncak Gunung R anai dan dataran di bagian barat dari Pulau Bunguran. Pola aliran sungai adalah radial hingga dendritik di sekitar Gunung Ranai, sedangkan ke arah barat laut be rubah menjadi pola aliran trellis. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 11 Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai tiga pulau relatif besar yaitu Pulau Matak , Siantan, dan Jemaja. Ketiga pulau disusun oleh granit Anambas (Kag) yang tersu sun oleh granit, granodiorit dan syenit. Batuan granit Anambas (Kag) ini menerob os batuan mafik dan ultramafik (Jmu) yang terdiri dari diorit, andesit, gabro, g abro porfir, diabas dan basalt, bersisipan rijang-radiolaria. Pola struktur sesa r dominan berarah barat laut-tenggara dan sedikit berarah utara-selatan hingga b arat daya-timur laut seperti di Pulau Jemaja. Sehingga mempunyai potensi tambang granit yang merupakan cekungan tersier yang kaya minyak dan gas bumi yaitu Ceku ngan Natuna Barat yang masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas dan Cekungan Na tuna Timur yang masuk wilayah Kabupaten Natuna 3.1.4 Iklim Wilayah Provinsi Kepulauan Riau secara umum beriklim laut tropis basah, yang dip engaruhi oleh angin musim. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba, dengan suhu terendah yang tercatat di Stasiun Batam sebes ar 20,60C pada bulan Juli dan suhu tertinggi tercatat di Stasiun Karimun sebesar 35,20C pada bulan Mei. Suhu rata rata yang tercatat di empat stasiun yang berbe da berkisar antara 27,10C di Stasiun Natuna dan sekitarnya sampai dengan 27,50C di Stasiun Batam dan sekitarnya dengan kelembaban antara 43% sampai dengan 100%. Ciri-ciri dari daerah kepulauan adalah beragamnya kisaran curah hujan, seperti yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau. Kisaran tertinggi tercatat pada Stasiun Natuna dimana curah hujan berada pada kisaran 1,0 mm sampai dengan 436,6 mm, de ngan rata-rata curah hujan yang tercatat di empat stasiun yang berbeda antara 13 7,6 mm sampai dengan 264,91 mm Umumnya bagian barat Kepulauan Riau memiliki rata -rata kecepatan angin yang lebih rendah dibandingkan bagian Timur. Hal ini ditun jukkan dengan rata-rata kecepatan angin yang terjadi di Stasiun Karimun dan Bata m yang berada antara 3,67 sampai dengan 5,0 knot. Sementara rata rata kecepatan angin yang tercatat di Stasiun Natuna dan Tanjungpinang lebih besar yaitu antara 7,17 sampai dengan 7,46 knot. 3.1.5 Penggunaan lahan Penggunaan lahan di provinsi kepulauan riau dibagi dalam dua kawasan, yakni kawa san lindung dan kawasan budidaya. Berikut ini table penggunaan lahan hingga tahu n 2028. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 12 Tabel III-2 Pola penggunaan lahan provinsi kepulauan riau No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 11 12 13 Pola Penggunaan Lahan Hutan Rakyat Pertanian Perkebunan Perikanan Par iwisata Industri Permukiman Lainnya Hutan Lindung Kawasan Suaka Alam Hutan Produ ksi terbatas Hutan Kota Kawasan Lindung Luas (Ha) 93.709 110.023 111.252 18.045 48.745 40.575 75.470 107.213 81.065 3.403 47.730 10.273 90.146 Sumber : RTRWP Kepulauan Riau 2008-2028. PETA POLA RUANG WILAYAH KEPRI Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 13 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 14 3.2 Kondisi sosial ekonomi wilayah 3.2.1 Kependudukan Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau setiap tahunnya semakin bertambah. Pada tahun 2007 diketahui bahwa jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau sebesar 1.392 .918 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 131 jiwa/km2. Jumlah penduduk terseb ut dominan berada di Kota Batam yaitu sebesar 695.739 jiwa sementara itu Kabupat en Lingga merupakan kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang paling sedikit pen duduknya yakni hanya sebesar 86.894 jiwa. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kuran g lebih 50% jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau berdomisili di kota. Untuk l ebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel III-3 Jumlah dan kepadatan penduduk provinsi kepulauan riau No Kabupaten/K ota Luas Daratan (Km ) 1 2 3 4 5 6 Tanjung Pinang Batam Bintan Karimun Lingga Na tuna & KKA 131 1.037 1.319 1.524 2.117 2.701 2 Jumlah Penduduk (Jiwa) 177.963 695.739 122.677 216.221 86.894 93.424 Kepadatan Penduduk (Jiwa/ Km2) 1.358 671 93 142 41 35 Sumber : RTRWP Kepulauan Riau 2008-2028. Penyebaran jumlah penduduk di Provinsi Kepulauan Riau tidak merata. Hal ini dapa t dilihat dari persebaran penduduk Kepulauan Riau. Kota Batam merupakan kota yan g jumlah penduduk dan kepadatan tertinggi di Kepulauan Riau yaitu 695.739 jiwa d engan kepadatan 671 jiwa/km2. Umumnya penduduk yang berdomisili di Kota Batam me rupakan pendatang. Usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Kota Batam juga telah dilakukan melalui pengendalian arus pendatang yang masuk Kota Batam dalam suatu Peraturan Daerah Kependudukan atau lebih dikenal dengan PERDADUK. Selain itu, Kota Tanjungpinang adalah kota dengan wilayah terpadat kedua di Provinsi Ke pulauan Riau mencapai 591 orang per km2, hal ini dikarenakan masih terkonsentras inya kegiatan perekonomian dan pemerintahan di wilayah Kota Tanjungpinang. Untuk Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 15 lebih jelasnya mengenai perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel III-4 Jumlah penduduk menurut kabupaten/kota provinsi kepulauan riau No Ka bupaten/Kota 2003 1 2 3 4 5 6 Tanjung Pinang Batam Bintan Karimun Lingga Natuna & KKA TOTAL 160.705 583.335 95.152 187.457 79.276 87.163 1,193,088 Jumlah Pendud uk (Jiwa) 2004 160.918 621.854 116.964 200.305 71.779 89.945 1,261,765 2005 167. 958 616.088 116.876 200.645 82.941 88.503 1,273,011 2006 172.616 656.001 121.303 209.875 86.150 91.918 1,337,863 2007 177.963 695.739 122.677 216.221 86.894 93. 424 1,392,918 Sumber : RTRWP Kepulauan Riau 2008-2028. Menurut data penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2003 hingga 2007 diketa hui bahwa jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau selalu mengalami peningkatan s etiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah penduduk provinsi dimana pada tahun 2003 hanya sebesar 1.193.088 jiwa, semantara itu pada tahun 2 007 meningkat menjadi 1.392.918 jiwa. Kondisi ini menunjukkan penduduk provinsi ini mengalami pertumbuhan dan pertambahan baik itu dari tingkat kelahiran maupun dari migrasi penduduk yang bekerja di provinsi ini. Dengan menggunakan data ter sebut maka dapat di hitung pertumbuhan penduduk di provinsi kepulauan riau menga lami kenaikan setiap tahunnya antara 0,9% s.d 1,2%. Tabel III-5 Laju Pertumbuhan Penduduk Dan Kepadatan Pendudut Menurut Kabupaten/K ota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007-2009 No Kabupaten/Kota Laju pertumbuhan p enduduk Kepadatan Penduduk (per (%) km2) 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 1 Kota Tanjung Pinang 5.48 11.75 5.39 743 763 911 2 Kota Batam 7.74 12.16 9.13 903 957 1237 3 Kabupaten Bintan 3.84 9.39 7.05 63 64 84 4 Kabupaten Karimun 1.94 3.48 5.65 75 78 92 5 Kabupaten Natuna 4.02 10.41 0.75 35 36 45 6 Kabupaten Ling ga 1.03 3.12 3.17 41 42 46 7 Kabupaten Kepulauan Anambas Kepulauan Riau 5.51 9.8 6 7.04 131 137 175 Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 16 3.2.2 Ketenagakerjaan Seperti yang terlihat pada table 3.6 di bawah, gambaran ketenagakerjaan di provi nsi kepulauan riau terbagi atas 5 pekerjaan utama (sector). Yakni pekerjaan di b idang pertanian perikanan, industry pengolahan, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan lainnya. Terlihat bahwa pada daerah perkotaan industry pengolahan merupakan industry yang paling besar (35%) sedangkan di bidang perikanan dan pertanian me nempati urutan kecil (5%). Untuk di daerah perdesaan, sector/bidang pekerjaan di pertanian dan perikanan merupakan pekerjaan (14%). paling utama yakni sebesar 5 5%, sedangkan sector jasa kemasyarakatan merupakan pekerjaan utama dengan urutan kedua terbesar Tabel III-6 Penduduk (usia kerja >15tahun), menurut lapangan kerja, daerah tempa t bekerja di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 Lapangan Usaha Pert anian dan Perikanan Industri pengolahan Perdagangan Jasa kemasyarakatan Lainnya Jumlah Sumber : BPS KEPRI, 2008. Perkotaan 26933 178526 112405 77371 119422 5146 57 Perdesaan 54206 7098 12415 13949 10342 98010 % Perkotaan 5 35 22 15 23 100 % Perdesaan 55 7 13 14 11 100 3.2.3 Pemilikan kendaraan Kepemilikan kendaraan di provinsi kepulauan riau, terdiri atas berbagai jenis ke ndaraan. Berikut ini adalah berbagai jenis kendaraan yang dimiliki oleh masyarak at provinsi kepulauan riau menurut kabupaten kota pada tahun 2008; Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 17 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tabel III-7 PDRB Perkapita Tanpa MIGAS di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupa ten/Kota Tahun 2007-2009 Jenis Kendaraan Karimun Bintan Lingga Natuna Batam seda n Jeep Station Wagon Bis Micro Bus Ambulans Truck Pick up Sepeda Motor Pemadam K ebakaran 170 222 1066 110 45 262 310 18546 20731 220 43 63 12 10 260 249 3871 47 28 7 16 65 54 27 4324 4493 2 4 36 14 894 950 22233 4366 11210 711 9216 146330 19 4066 Tanjung Pinang 1122 1187 4114 605 90 2629 57748 67495 Total Sumber : BPS KEPRI, 2008. 3.2.4 Perekonomian 3.2.4.1 Produk Domestik Regional Bruto Secara konsepsi, PDRB menggambarkan seberapa besar proses kegiatan ekonomi (ting kat produktivitas ekonomi di suatu wilayah) yang dihitung sebagai akumulasi dari pencapaian nilai transaksi dari berbagai sektor ekonomi dalam kehidupan masyara kat. Oleh karena itu, PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktivitas pelaku ekono mi dalam memproduksi barang dan jasa. Indikator ini dapat digunakan sebagai baha n evaluasi perkembangan ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pemb angunan ekonomi. Dapat dilihat pada table 3-8. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tabel III-8 Nilai PDRB Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007-2009 Lapangan Usaha At as dasar harga Atas dasar harga konstan berlaku 2000 (Triliun Rupiah) (T riliun Rupiah) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Pertanian 2.61 2.87 1.64 1.70 1.73 Pertamb angan dan Penggalian 5.06 5.44 2.12 2.06 2.08 Industri Pengolahan 24.20 26.62 18 .22 19.06 19.51 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.28 0.33 0.18 0.20 0.20 Bangunan 2. 65 3.73 1.14 1.53 1.71 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10.63 12.06 7.71 8.31 8.6 3 Pengangkutan dan Komunikasi 2.21 2.69 1.41 1.61 1.72 Keuangan, persewaan dan j asa 2.86 3.24 1.58 1.73 1.83 perusahaan Jasa-jasa 1.31 1.61 0.71 0.82 0.89 PDRB 51.83 58.59 34.71 37.02 38.32 PDRB Tanpa MIGAS 47.42 53.85 32.94 35.31 36.60 Sum ber : Buku Profil KEPRI, 2010. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 18 Berdasarkan data yang ada diatas dasar harga berlaku, dalam kurun waktu 2006-200 9 sektor ekonomi industri pengolahan menjadi sektor yang sangat menunjang pereko nomian di Provinsi Kepulauan Riau. Setiap tahun, sektor ekonomi industri pengola han selalu menjadi yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektor ekonomi yang l ain. Dan setiap tahunnya juga sektor ekonomi industri ini berkembang. Hal ini di sebabkan karena Kota Batam yang menjadi salah Kota Industri yang berkembang buka n hanya di Provinsi Kepulauan Riau namun juga di Indonesia Tabel III-9 Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Menurut Lapangan Us aha Tahun 2006-2009 No Lapangan Usaha TAHUN 2006 2007 2008 1 Pertanian 5.41 6.29 3.80 2 Pertambangan dan Penggalian dengan MIGAS 1.73 (0.92) (2.71) Pertambangan dan Penggalian tanpa MIGAS 15.05 6.15 3.38 3 Industri Pengolahan 6.83 5.84 4.56 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5.61 5.76 7.94 5 Bangunan 11.14 29.15 34.26 6 Per dagangan, Hotel dan Restoran 5.50 7.77 7.77 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12.13 11.24 14.44 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8.12 9.48 9.71 9 Jasa-jasa 5.89 14.24 15.59 PDRB 6.78 7.01 6.65 PDRB Tanpa MIGAS 7.23 7.55 7.22 Sumber : B uku Profil KEPRI, 2010. 2009 1.50 1.10 3.31 2.38 2.08 13.36 3.84 6.67 5.50 8.44 3.51 3.65 Tabel III-10 PDRB Perkapita Tanpa MIGAS di Provinsi Kepulauan Riau No A 1 2 3 4 5 6 7 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2009 Kabupaten/Kota 2006 2007 Atas dasar harga berlaku Kota Tanjung Pinang 17.36 19.53 Kota Batam 44.56 47.46 Kabupaten Bintan 26.77 28.56 Kabupaten Karimun 13.12 14.10 Kabupaten Natuna 14.90 15.90 Ka bupaten Lingga 7.94 8.53 Kabupaten Kepulauan Anambas Kepulauan Riau 31.36 34.04 Kepulauan Riau (Tanpa batam) 16.20 17.56 Atas dasar harga konstan Kota Tanjung P inang Kota Batam Kabupaten Bintan Kabupaten Karimun 2008 22.17 51.88 30.33 15.40 14.44 9.49 16.53 37.06 19.34 2009 24.32 52.34 31.79 16.49 15.71 10.10 16.89 38. 98 24.76 B 1 2 3 4 11.14 32.90 21.03 7.69 11.69 33.35 21.71 7.86 12.09 33.72 22.42 8.05 12.60 33.31 23.04 8.27 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 19 5 6 7 Kabupaten Natuna Kabupaten Lingga Kabupaten Kepulauan Anambas Kepulauan Riau Kep ulauan Riau (Tanpa batam) Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010. 6.74 5.44 22.89 10.52 6.99 5.71 23.65 10.87 6.16 5.99 7.04 24.30 11.23 6.55 6.28 7.10 24.16 14.41 Berdasarkan data Tabel III-11 diatas, maka Kota Batam menjadi daerah yang memili ki PDRB per kapita tanpa migas yang terbesar baik dilihat atas dasar harga berla ku dan atas dasar harga konstan. Berdasarkan harga yang berlaku, Kota Batam menu njukkan peningkatan yang bertambah tiap tahunnya dari tahun 20062009. Sedangkan PDRB yang terkecil terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas. Hal ini terjadi kare na kabupaten ini merupakan kabupaten yang baru dimekarkan. Tabel III-12 Distribusi PDRB di Provinsi Kepulauan Riau No Menurut Lapangan Usah a Tahun 2007-2009 Lapangan Usaha Atas dasar harga berlaku Atas dasar harga konst an 2000 PERTANIAN Tanaman bahan pangan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan P erikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Minyak dan gas bumi Pertambangan tanpa MIGA S Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN Industri MIGAS Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair Industri Tanpa GAS Makanan, Minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Kertas dan barang cetakan lainnya Pupuk, kimia dan barang karet lainnya Semen, barang galian bukan logam Logam da sar besi dan baja Alat angkutan, mesin dan peralatan Barang lainnya LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH Listrik Gas Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORANT 2007 5.05 0.26 0.31 0.78 0.06 3.64 9.76 8.50 0.81 0.45 46.60 46.60 0.55 0.25 0. 24 0.06 5.12 20.52 2008 4.90 0.25 0.29 0.76 0.06 3.54 9.30 8.08 0.78 0.44 45.44 45.44 0.55 0.25 0.24 0.06 6.36 20.58 2009 4.99 0.25 0.28 0.78 0.06 3.62 8.77 7.5 6 0.76 0.45 46.20 46.20 0.56 0.26 0.24 0.06 7.11 19.55 2007 4.72 0.24 0.25 0.73 0.06 3.44 6.11 5.12 0.58 0.41 52.50 52.50 0.53 0.19 0.30 0.04 3.28 22.21 2008 4. 61 0.24 0.24 0.71 0.06 3.36 5.57 4.61 0.57 0.39 51.48 51.48 0.53 0.20 0.29 0.04 4.12 22.45 2009 4.50 0.24 0.23 0.73 0.05 3.25 5.44 4.48 0.57 0.39 50.91 50.91 0. 53 0.21 0.28 0.04 4.52 22.52 1 2 3 4 5 6 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 20 7 8 9 Perdagangan besar dan eceran Hotel Restorant PENGANGKUTAN dan KOMUNIKASI PENGANG KUTAN Angkutan REL Angkutan jalan raya Angkutan Laut Angkutan sungai, danau dan penyeberangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan KOMUNIKASI Pos dan Telekomu nikasi Jasa Penunjang Komunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERSEWAAN Bank Le mbaga keuangan tanpa bank Jasa penunjang keuangan Sewa bangunan Jasa perusahaan JASA-JASA PEMERINTAHAN UMUM DAN PERTAHANAN Administrasi, Pemerintahan dan Pertah anan Jasa Pemerintahan lainnya SWASTA Sosial kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi Perorangan dan Rumah Tangga PDRB dengan MIGAS Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010. 17.46 1.91 1.15 4.27 3.76 1.99 0.98 0.51 0.28 0.51 5.50 3.74 0.18 1.54 0.04 2.54 1.22 1.32 0.28 0.28 0.76 100 17.14 2.13 1.31 4.60 4.07 2.13 1.04 0.59 0.31 0.53 5.54 3.77 0.19 1.53 0.05 2.75 1.39 1.36 0.27 0.32 0.77 100 16.17 19.55 2.10 4.66 4.17 2.17 1.06 0.64 0.30 0.49 5.40 3.64 0.19 1.52 0.05 2.7 7 1.45 1.32 0.25 0.32 0.75 100 18.78 2.28 1.15 4.06 3.56 1.86 0.95 0.52 0.23 0.50 4.55 3.05 0.16 1.31 0.03 2.05 0.91 1.14 0.17 0.24 0.73 100 18.62 2.54 1.29 4.35 3.82 2.00 1.00 0.57 0.25 0.53 18.66 2.58 1.28 4.48 3.92 2.01 1.05 0.60 0.26 0.56 4.77 3.24 0.17 1.33 0.03 2.23 1.04 1.19 0.17 0.26 0.76 100 3.17 0.17 1.31 0.03 2.23 1.04 1.19 0.17 0.27 0.75 100 3.2.4.2 Potensi hasil pertanian Dari tujuh kabupaten kota yang ada di provinsi kepulauan riau, 6 kabupaten dan k ota memiliki potensi padi sawah. Dilihat dari luas tanam, luas panen, produktivi tas dan produksinya memang masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan yang ada di masyarakat. Namun potensi ini diharapkan terus ditingkatkan untuk menjaga ketah anan pangan local. Kecuali kota batam yang memang tidak memiliki potensi dari pa di dan sawah. Kabupaten Natuna dan Lingga diharapkan dapat menjaga ketahanan pan gan padi sawah. Tabel III-13 Luas tanam, luas panen, produktifitas dan produksi padi sawah Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 21 No Kabupaten /Kota di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten Kota, tahun 2008-2009 Tahun 2008 Ta hun 2009 Luas Luas Produktivitas Produksi Luas Luas Produktivitas tanam Panen (K U/Ha) (Ton) tanam Panen (KU/Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 2,95 3,03 3,00 3,04 3,00 3,0 4 2,95 57,64 12,00 316,21 12,00 400,80 1,00 20,00 14,00 99,00 9,00 40,00 183,00 1,00 12,00 11,00 88,00 5,00 19,00 136,00 29,95 31,01 30,76 31,03 30,74 31,00 214 ,44 Produksi (Ton) 2,99 37,21 33,84 332,02 15,37 58,90 480,33 1 2 3 4 5 6 7 Kota Tanjung 1,00 1,00 Pinang Kota Batam Kabupaten 19,50 19,00 Bintan Kabupaten 9,00 4,00 Karimun Kabupaten 138,00 104,00 Natuna Kabupaten 9,00 4,00 Lingga Kabu paten Anambas Jumlah 176,50 132,00 Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010 Potensi buah-buahan di provinsi kepulauan riau, dilihat dari perkembangannya pad a tahun 2006 hingga tahun 2009 beberapa komoditas yang mengalami pertumbuhan pro duksi adalah nangka, rambutan durian dan pisang. Diharapkan komoditas-komoditas yang dihasilkan ini dapat saling bersubtitusi antar wilayah kabupaten/kota. Peni ngkatan jumlah komoditas di masing-masing wilayah kabupaten kota tidak sejalan d engan akumulasi yang diharapkan pada tahun 2009 dengan pertumbuhan yang linear, dapat dilihat pada table 3.14. Tabel III-14 Produksi buah-buahan di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten K ota, tahun 2006-2007 N o 1 Kabup aten /Kota Kota Tanjun g Pinang Kota Batam Kabup aten Bintan Kabup a ten Karimu n Kabup aten Natun a Kabup aten Lingga Kabup aten 2006 Nang ka 64,6 5 196, 72 239, 50 538, 90 48,8 9 286, 00 Nanas 503,1 0 1,585 .28 17,42 5.03 30,85 0.56 270,1 4 432,0 9 Duria n 68,1 0 83,7 5 216, 00 216, 00 705, 25 299, 00 Jer uk 63, 26 73, 50 351 ,70 57, 83 17, 70 Pisan g 100, 00 429, 45 923, 00 2,37 2.20 57,8 3 17,7 0 Ramb utan 35,00 455,7 7 552,7 5 937,6 5 228,1 7 48,00 Nang ka 105 , 70 318, 32 277, 48 110, 40 120, 40 443, 70 Nanas 472,0 0 1,664 .95 25,69 0.50 15,53 5,00 210,4 0 190,0 0 2007 Duria n 77,0 0 118, 58 451, 00 130, 80 539, 00 2 46, 15 Jer uk 45, 00 44, 00 47, 00 45, 40 24, 00 Pisan g 53,3 8 275, 79 454, 40 1,40 1.75 439, 24 15,9 0 Ramb utan 30,50 720,0 0 688,8 0 1,584. 00 355,5 0 79,30 2 3 4 5 6 7 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 22 Anamb as Jumla h 1,37 4.66 51,06 6.20 1,58 8.00 563 ,99 3,90 0.18 2,257. 34 1,37 6.00 43,76 3.05 1,56 2.53 205 .40 2,64 0.46 3,458. 10 Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010 Tabel III-15 Produksi buah-buahan di Provinsi K epulauan Riau Menurut Kabupaten Kota, tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 Kabupaten /Kota Kota Tanjung Pinang Kota Batam Kabupaten Bintan Kabupaten Karimun Kabupaten Natuna Kabupaten Lingga Kabupaten Anambas Jumlah 20 08 Nangka 925,00 316,00 278,00 744,00 11,00 408,00 2,709.00 Nanas 6,00 1,665.00 25,691,00 1,781.00 7,00 278,00 29,428.00 Durian 159,00 120,00 470,00 2,306.00 91 ,00 1556,00 4,702.00 Jeruk 1,00 96,00 15,00 35,00 147,00 Pisang 26 274,00 460,00 182,00 54,00 430,00 1,426.00 Rambutan 445,00 710,00 690,00 510,00 22,00 468,00 2,845.00 Nangka 197,80 553,84 514,35 261,13 296,04 648,87 79,12 2,551.15 Nanas 5 9,97 154,86 3,861.99 2,519.66 26,24 29,99 14,99 6,667.70 2009 Durian 111,80 155, 25 1,445.24 757.86 646,05 1,341.58 130,41 4,588.19 Jeruk 38,50 144,50 29,00 58,0 0 270.00 Pisang 43,96 210,01 351,79 1,076.92 315,15 36,62 34,16 2,428.61 Rambuta n 24,68 496,88 641,73 930,86 225,60 102,23 35,25 2,457.23 Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010 3.2.4.3 Potensi hasil peternakan Potensi peternakan di wilayah kepulauan riau, sangat mungkin untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas. Potensi ini terlihat dari adanya peternakan-peterna kan dalam skala besar maupun skala yang lebih kecil. Kecuali Kabupaten Anambas y ang memang luas daratannya sangat kecil, karena kondisi geographis nya yang terd iri atas pulau-pulau kecil. Potensi ini dapat terus dikembangkan hingga terjadi subtitusi antar wilayah, sehingga terbentuk ketahanan pangan didalam skala local , regional maupun skala internasional. Tabel III-16 Populasi ternak di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten Kota, tahun 2007-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 Kabupaten /Kota Kota Tanjung Pinang Kota Batam Kabupaten Bintan Kabupaten Karimun Kabupaten Natuna Kabupaten Lingga Kabupaten Anambas Jumlah Sa pi Potong (Ekor) 2007 106 112 525 1.284 4.579 1.021 7.627 2008 98 211 1.035 1.17 5 4.337 1.125 302 8.283 2009 101 217 1.066 1.210 4.467 1.158 311 8.863 Kambing ( Ekor) 2007 980 641 1.146 16.722 1.917 325 21.731 2008 1001 708 1.389 16.446 1.06 6 658 945 22.213 2009 1041 728 1.445 17.103 1.108 684 983 23.092 2007 356 179.33

9 1.937 1.363 0 684 183.679 Babi (ekor) 2008 310 178.979 2.098 1.351 0 325 0 183 .063 2009 319 179.337 2.160 1.392 0 344 0 183.552 Kerbau (Ekor) 2007 0 0 0 0 43 0 43 2008 0 0 0 0 24 0 0 24 2009 0 0 0 0 25 0 0 25 Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 23 Tabel III-17 Populasi ternak di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten Kota, tahun 2007-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 Kabupaten /Kota Kota Tanjung Pinang Kota Batam Kabupaten Bintan Kabupaten Karimun Kabupaten Natuna Kabupaten Lingga Kabupaten Anambas Jumlah Ay am Ras Petelur (Ekor) 2007 39.320 48.647 247.008 93.700 338 4.452 433.465 2008 2 7.490 48.005 259.870 163.400 350 5.500 0 504.615 2009 27.572 48.149 260.650 163. 890 351 5.517 0 506.129 Ayam Ras Pedaging (Ekor) 2007 15.7431 5.001.100 878.200 76.448 62.183 31.500 6.206.862 2008 156.850 5.098.897 1.000.594 80.100 7.825 29. 500 250 6.374.016 2009 158.418 5.149.886 1.010.599 80.901 7.903 29.795 253 6.437 .755 2007 719 2.905 1.203 87.220 21.994 2.958 116.949 Itik (Ekor) 2008 745 2.955 1.120 91.026 2.382 1.897 120 100.245 2009 751 2.982 1.130 91.845 2.596 1.914 12 5 101.343 Ayam Buras (Ekor) 2007 118.253 68.402 188.346 260.818 100.030 3.956 73 9.805 2008 118.253 68.402 188.346 260.818 100.030 3.956 739.805 2009 116.774 65. 001 206.431 302.783 134.716 73.784 1.762 901.251 Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010 3.2.4.4 Potensi hasil perikanan Potensi perikanan di wilayah kepulauan riau, sangat besar. Ini terlihat dari dat a dari hasil survey dinas perikanan dan kelautan provinsi kepulauan riau pada ta hun 2009. Dimana perikanan laut memiliki potensi besar baik itu yang dilakukan s ecara penangkapan maupun budidaya. Terlihat bahwa Kabupaten Karimun memiliki pot ensi besar dengan jumlah 72.921 Ton Ikan, disusul oleh Bintan senilai 47.650 Ton Ikan dan Batam (40.953 Ton Ikan). Tabel III-18 Jumlah produksi Ikan menurut jenis kegiatan di Provinsi Kepulauan R iau, tahun 2009 (Dalam Ton) No Kabupaten/ Kota Penangkapan Jumlah (Ton) 7.452 40.953 47.650 72.921 36.502 26 .029 231.507 Laut 7.185 40.502 47.306 70.411 34.164 25.871 225.439 Perairan Umum Sub Jumlah 7.185 40.502 47.306 70.411 34.164 25.871 225.439 Laut 47.40 451 192 1.477 2.338 148 4.653 Tambak 59 944 4 1.007 Kolam 219.73 93 89 613 407.86 Budida ya Keramba Sawah Kolam Air Deras Jaring Apung Sub Jumlah 267.12 451 344 2.510 2. 338 158 6.068 1 2 3 4 5 6 7 Kota Tanjung Pinang Kota Batam Kabupaten Bintan Kabupaten Karimun Kabupaten Natu na Kabupaten Lingga Kabupaten Anambas Jumlah Sumber : Buku Profil KEPRI, 2010 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 24 3.2.4.5 Perdagangan luar (export) dan dalam negeri (import) Berdasarkan data BPS yang ada, potensi eksport provinsi kepulauan riau sangat be sar. Ini terlihat dari nilai dan volume komoditas yang dikirim keluar wilayah ke pulauan riau. Komoditas yang paling besar volume dan nilai ekspornya yaitu bahan bakar mineral yang memiliki pangsa (segment) hingga mencapai 26,56% dari total ekspor yang ada. Potensi ekspor terbesar kedua yaitu mesin/peralatan listrik (22 .72%), mesin/pesawat mekanik (16.27%) serta kapal laut dan sejenisnya (7.40%). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tabel III-19 Volume dan Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau menurut kelompok ko moditas, tahun 2009 Kelompok Komoditas Volume Nilai Pangsa Bahan Bakar Mineral 5 .473.744.109 2.212.681.680 26.56 Mesin/Peralatan Listrik 63.900.090 1.892.709.81 0 22.72 Mesin/Pesawat Mekanik 90.937.564 1.355.415.533 16.27 Kapal Laut dan Seje nisnya 213.713.299 616.644.251 7.40 Benda-benda dari besi/baja 327.834.610 597.1 06.052 7.17 Perangkat Optik 9.026.451 312.005.602 3.75 Minyak, Lemak Hewan 467.4 44.051 305.836.876 3.67 Bijih, Kerak, Abu Logam 8.749.575.454 121.897.201 1.46 B arang Rajutan 8.986.437 121.171.570 1.45 Berbagai produk kimia 117.947.982 111.5 50.336 1.34 Lainnya 3.588.270.419 683.523.136 8.21 Jumlah 2009 19.111.380.466 8. 330.542.047 100 Jumlah 2008 24.678.331.804 7.470.594.247 100 Jumlah 2007 19.085. 929.180 6.920.920.181 100 Jumlah 2006 23.557.879.722 6.073.097.295 100 Sumber : BPS Provinsi KEPRI, 2009 Untuk negara tujuan ekspor, singapura merupakan negara tujuan ekspor yang paling mendominasi dimana 57.30% barang masuk ke Negara tersebut. Sedangkan sebaran Ne gara lainnya adalah Cina, Australia, Jepang, Malaysia hingga India. Tabel III-20 Volume dan Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau menurut Negara tuju an, tahun 2009 No 1 Negara tujuan Singapura Volume (kg) 6.741.449.867 Nilai (USS $) 4.773.238.084 Pangsa (%) 57.30 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 25 No 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Negara tujuan Volume (kg) 8.811.503.021 638.194.178 371.236.587 1.015.623.413 62.561.408 415.0 34.958 277.576.096 6.198.442 156.344.507 615.657.989 19.111.380.466 24.678.331.8 04 19.085.929.180 23.557.879.722 Nilai (USS$) 554.485.499 387.545.360 385.239.730 358.495.535 321.886.201 215.388 .427 152.792.947 141.571.278 115.059.957 924.839.029 8.330.542.047 7.470.594.247 6.920.920.181 6.073.097.295 Cina Australia Jepang Malaysia Amerika Serikat Korea Selatan Thailand Perancis I ndia Lainnya Jumlah 2009 Jumlah 2008 Jumlah 2007 Jumlah 2006 Sumber : BPS Provin si KEPRI, 2009 Pangsa (%) 6.66 4.65 4.62 4.30 3.86 2.59 1.83 1.70 1.38 11.10 100 100 100 100 Berdasarkan pelabuhan muat yang melakukan kegiatan pengiriman barang ke luar wil ayah dari kepulauan riau, terlihat pada tahun 2008 Pulau Batam dengan 6 (enam) p elabuhannya memiliki aktivitas ekspor yang tinggi mencapai 1Miliar kilograms. Ke mudian pada tahun 2009, Natuna menduduki posisi pengekspor terbesar dengan volum e ekspor yang mencapai 5 Miliar kilograms. Demikian juga halnya dengan Karimun. Potensi ini menunjukkan peranan besar dari komoditas dan aktivitas masyarakat ya ng perlu dijaga dengan baik. No 1 2 3 4 5 Tabel III-21 Volume Dan Nilai Ekspor Provinsi Kepulauan Riau Menurut Pelabuhan M uat, Tahun 2008-2009 2008 2009 Pelabuhan Volume Ekspor Nilai FOB Volume Ekspor N ilai FOB (Kg) (USS $) (Kg) (USS $) KARIMUN; 10.593.590.515 157.124.255 3.788.218 .046 111.293.451 Tj. Balai 10.386.823.377 154.660.537 3.780.407.514 108.439.573 Karimun Moro Sulit 12.600 5.600 Tanjung 206.754.538 2.458.118 7.810.532 2.853.87 8 Batu Pasir Panjang BINTAN; 12.525.727 358.020.982 1.600.674 77.022.981 Tanjung 12.525.727 358.020.982 1.600.674 77.022.981 Uban NATUNA; 398.870.190 303.687.95 7 5.442.005.194 2.209.018.654 Tarempa 11.190 35.770 210.173 436.603 Udang 398.85 9.000 303.652.187 5.441.795.021 2.208.582.051 Natuna LINGGA; 430.408.475 7.394.3 78 972.447.417 12.883.943 Singkep 312.947.681 5.401.978 972.340.841 12.815.090 D abo Penuba 117.460.794 1.992.400 106.576 68.853 BATAM; 1.487.237.421 6.361.711.3 18 1.622.417.585 5.350.246.658 Batu Ampar 594.058.358 3.451.791.715 498.608.526 2.548.450.756 Nongsa 3.957.775 14.679.274 Hang Nadim 1.809.460 253.769.349 1.412 .215 199.840.973 Pulau Buluh Pulau 5.748.685 12.073.778 6.104.559 12.756.127 Sam bu Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 26 No 6 Pelabuhan 2008 Sekupang 334.307.764 1.297.098.957 Kabil/Panau 547.355.379 1.332. 298.245 TANJUNG 5.373.742.718 72.888.289 PINANG; Tanjung 5.373.742.718 72.888.28 9 Pinang Jumlah 24.678.331.804 7.470.594.247 Sumber : BPS Provinsi KEPRI, 2009 2009 302.163.968 814.128.317 4.696.174.486 4.696.174.486 19.111.380.466 1.297.09 8.957 1.292.099.845 90.697.187 90.697.187 8.330.542.047 Selain melakukan kegiatan ekspor, kemampuan perekonomian kepulauan riau juga mel akukan kegiatan impor atau pemasukan kebutuhan barang ke dalam wilayah kepulauan riau. Berdasarkan data statistik dari badan pemerintah provinsi, Negara singapu ra paling banyak mengirimkan barang/komoditas kedalam wilayah kepulauan riau yak ni sebesar 56,09% dengan nilai mencapai 5 Miliar Dollar Amerika. Yang diikuti ol eh berbagai Negara lainnya seperti Malaysia, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Jerm an, Taiwan, Korea Selatan, Panama dan Australia. Tabel III-22 Volume dan Nilai Impor Provinsi Kepulauan Riau Menurut Negara Asal, Tahun 2009 Nilai CIF Pangsa Negara Asal Volume (kg) (USS$) (%) 1.439.685.821 69 0.486.685 169.474.387 368.332.639 21.106.841 18.901.275 203.982.635 95.179.958 1 .853.038 38.790.209 317.394.992 3.365.188.480 5.817.191.395 3.356.548.396 2.581. 706.436 5.137.432.056 722.788.246 681.554.157 657.756.076 367.383.095 188.949.71 2 183.124.711 129.624.050 124.158.412 101.719.855 864.352.266 9.158.852.636 12.1 72.669.469 2.350.182.195 1.609.422.816 56.09 7.89 7.44 7.18 4.01 2.06 2.00 1.42 1.36 1.11 9.44 100 100 100 100 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Singapura Malaysia Jepang Cina Amerika Serikat Jerman Taiwan Korea Selatan Panam a Australia Lainnya Jumlah 2009 Jumlah 2008 Jumlah 2007 Jumlah 2006 Sumber : BPS Provinsi KEPRI, 2009 Dilihat dari volume bongkar di pelabuhan yang ada di wilayah kepulauan riau, pad a tahun 2008, maka Batam dan Bintan merupakan pelabuhan yang memiliki volume bon gkar impor barang yang tinggi. 7 (tujuh) pelabuhan yang melakukan bongkar barang impor mencapai 4 Miliar kilograms dengan nilai setara 11 Miliar dollar Amerika Serikat.diikuti oleh kabupaten Karimun (28 juta kilograms) setara 98 juta Dollar Amerika Serikat dan Bintan mencapai 1 Miliar kilogram dan setara dengan 900juta an dollar amerika serikat. Tabel III-23 Volume Dan Nilai Impor Provinsi Kepulauan Riau Menurut Pelabuhan Bo ngkar, Tahun 2008-2009 Pelabuhan 2008 2009 No Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 27 1 KARIMUN; Tj. Balai 7.070.693 Karimun Moro Sulit Tanjung 57.810 Batu Pasir 21.512 .968 Panjang 2 BINTAN; 1.017.306.432 Tanjung 1.017.187.574 Uban Kijang 118.858 3 NATUNA; 208.710 Tarempa 50.269 Udang 158.327 Natuna Serasan Ranai 114 4 LINGGA; 275.993 Singkep 275.993 Dabo Penuba 5 BATAM; 4.718.169.657 Batu Ampar 1.648.495 .666 Belakang Padang Hang Nadim 1.124.932 Pulau Buluh 425.000 Pulau 2.247.124.86 0 Sambu Sekupang 401.841.640 Kabil/Panau 419.157.559 Nongsa 24.968.310 TANJUNG 6 27.620.722 PINANG; Tanjung 27.620.722 Pinang Jumlah 5.817.191.395 Sumber : BPS Provinsi KEPRI, 2009 Volume Ekspor (Kg) 28.641.471 Nilai CIF (USS $) 98.391.634 21.735.716 171.417 76.484.501 974.581.152 973.210.6 69 1.370.483 8.155.556 86.749 8.063.917 4.890 467.666 467.666 11.059.324.994 5.2 12.245.703 397.934.570 358.047 2.008.326.820 2.309.879.519 1.130.580.335 1.270.5 09 30.477.958 30.477.958 12.172.669.469 Volume Ekspor (Kg) 17.609.561 17.571.561 38.000 591.590.735 591.550.469 40.266 1 11.198.411 92.055.765 19.142.646 18.623 18.623 2.641.551.707 1.410.770.521 1.044 .478 408.397.131 212.208.339 609.131.238 3.219.443 3.219.443 3.365.188.480 Nilai CIF (USS $) 21.294.801 21.257.227 37.574 370.573.786 363.631.931 6.941.855 1.064.804.137 576.396.883 488.407.254 6.228 6.228 7.688.828.705 4.370.085.707 3 47.606.976 191.185.522 1.804.208.918 975.741.582 13.344.979 13.344.979s 9.158.85 2.636 3.3 Tinjauan kebijakan dan rencana 3.3.1 Rencana tata ruang wilayah provinsi kepulauan riau Guna menunjang pengembangan dan pembangunan Provinsi Kepulauan RIau, ketersediaa n sarana dan prasarana transportasi mempunyai peranan penting. Karakteristik dar atan dan kepulauan di Provinsi Kepulauan Riau menyebabkan aksesibilitas antar pu lau harus menggunakan sistem perhubungan dengan tiga moda transportasi yaitu tra nsportasi darat, laut dan udara. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 28 3.3.1.1 Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Untuk mewujudkan tujuan pe nataan ruang sebagaimana dimaksud, ditetapkan kebijakan dan strategi penataan ru ang wilayah provinsi yang meliputi : 1. Pengembangan Keterpaduan Sistem Perkotaa n a) Memantapkan dan meningkatkan fungsi pusat-pusat kegiatan PKN dan PKW; b) Me ngembangkan pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) dan sentra-sentra produksi; c) Mend orong pengembangan kawasan perkotaan di wilayah perbatasan; d) Membina keterkait an antara pusat kegiatan dengan wilayah hinterlandnya. 2. Mendorong Terbentuknya Aksesibilitas Jaringan Transportasi Kepulauan a) Pengembangan jaringan jalan se cara hirarkis yang menghubungkan antar pusatpusat kegiatan pelayanan perkotaan d an antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan; b) Integr asi sistem intermoda dan perpindahan antar moda dan di seluruh wilayah kepulauan ; c) Pengembangan rute-rute pelayanan moda transportasi publik menjangkau seluru h wilayah kepulauan sesuai dengan intensitas aktivitas; d) Pengembangan dan peni ngkatan kualitas layanan terminal umum, bandara, pelabuhan, dan pelabuhan penyeb erangan sebagai simpul transportasi; e) Pembangunan jembatan penghubung antar pu lau dengan pertimbangan kondisi fisik dan jarak perairan. 3. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah a) Pengembangan sumber daya air bagi penyediaan air bersih; b) Pengembangan sistem jaringan drainase dan pengolahan limbah; c) Penge mbangan sistem jaringan telekomunikasi dan jaringan listrik serta energy alterna tif. 4. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Alam Guna Mendorong Pengembangan Ekonomi Wilayah a) Pengembangan potensi sektor kelautan dan perikanan; b) Pengembangan p otensi sektor pertambangan mineral dan migas dengan memperhatikan daya dukung li ngkungan; c) Mengembangkan kegiatan sektor unggulan di wilayah sentra produksi; d) Mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keuni kan budaya, alam dan MICE. 5. Mengembangkan Zona dan Kawasan Industri Berdaya Sa ing Global a) Mengembangkan klaster industri berbasis keunikan wilayah; b) Menyi apkan sarana penunjang kegiatan industri; c) Mendorong kegiatan industri pengola han komoditi unggulan di sentra-sentra produksi. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 29 6. Mendorong Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, B intan, dan Karimun a) a. Membina, mengawasi, dan mengkoordinasikan pengelolaan K awasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; b) b. Mempersiapkan daerah-daerah di luar Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun dalam menunjang kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; c) Pengembangan sarana dan prasar ana pendukung kegiatan-kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas . 7. Memelihara Kelestarian Wilayah Kepulauan a) Menetapkan kawasan lindung selu as minimal 30% dari luas pulau sesuai dengan karakteristik pulau; b) Mengembalik an fungsi kawasan lindung dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem; c) Mem pertahankan dan melestarikan kawasan hutan mangrove; d) Menetapkan dan mempertah ankan kelestarian sumberdaya dan keanekaragaman ekosistem kelautan; e) Meningkat kan pengawasan dan pengendalian wilayah konservasi. 3.3.1.2 Sistem Perkotaan Provinsi Kepulauan Riau Sistem Perkotaan Provinsi Kepul auan Riau terbagi atas beberapa pusat kegiatan, yang diantaranya ditetapkan mela lui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pusat pusat kegiatan sebagaimana yang d imaksud terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah, Pusat Kegi atan Lokal, dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang berguna untuk memberikan gambaran mengenai fungsi serta peran kota di Provinsi Kepulauan Riau. Provinsi K epulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri atas gugusan-gugusan pulau yang le taknya saling berjauhan, sehingga perlu adanya keterkaitan antar pulau untuk men jadikan provinsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam membentuk keterkaita n tersebut perlu adanya sistem perkotaan yang hirarkis dan saling berkesinambung an antara pusat kegiatan dengan wilayah hinterlandnya, sehingga terwujud pemerat aan pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau. Perwujudan dari pengembangan keterpa duan sistem perkotaan tersebut antara lain melalui pemantapan Pusat Kegiatan Nas ional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta pengembangan Pusat Kegiatan L okal (PKL). Selain itu kawasan-kawasan perkotaan di pulau-pulau kecil didorong p engembangannya sebagai kota pesisir dengan menjadikan sektor kelautan dan perika nan sebagai leading sector dalam pengembangan ekonomi wilayahnya, serta menjadik an laut sebagai halaman depan dan orientasi pembangunan. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 30 Sistem Kota PKN/PKSN Tabel III-24 Sistem Perkotaan di Provinsi Kepulauan Riau Kota Arahan Batam Sebag ai Pusat Pemerintahan Kota Sebagai kawasan investasi internasional Sebagai pusat keunggulan (center of excellent) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Ba tam, Bintan dan Karimun Sebagai pusat industri dan jasa di wilayah Provinsi Kepu lauan Riau Sebagai pusat pariwisata Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendo rong perkembangan wilayah perbatasan Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia ke wilayah Internasional Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan n asional serta integrasi nasional Sebagai kawasan alih muat kapal (transhipment p oint) Sebagai simpul-simpul utama (main outlet) transportasi laut dan udara baik skala nasional dan internasional Sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan p erbatasan negara di Provinsi Kepulauan Riau Sebagai pintu gerbang Indonesia ke w ilayah internasional Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasio nal serta integrasi nasional terutama pada kawasan perairan Indonesia Sebagai pu sat pelayanan dan pusat ekspor serta akses ke pasar global Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional dan nasional Sebagai kawasan pengembangan industr i pendukung perikanan dan kelautan Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regi onal Sebagai simpul transportasi laut nasional dan internasional Sebagai simpul transportasi udara nasional Pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau yang terl etak di Pulau Dompak Pusat Pemerintahan Kota Pusat koleksi dan distribusi barang skala provinsi Sebagai pusat kegiatan industri pendukung PKN Batam Sebagai Kawa san Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun Sebagai pusa t perdagangan dan jasa skala provinsi Sebagai pendukung kegiatan pariwisata Seba gai kawasan pendidikan Sebagai simpul transportasi laut nasional dan simpul tran sportasi udara nasional Pusat pemerintahan Kabupaten Lingga Pusat perdagangan da n jasa skala regional Pusat koleksi dan distribusi skala regional Pusat pengemba ngan industri hasil-hasil pertanian Pengembangan kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata Pusat pelayanan transportasi l aut skala regional dan lokal Pusat pelayanan di Pulau Singkep dan sekitarnya Pus at pertumbuhan perdagangan dan jasa skala regional Pusat koleksi dan distribusi skala regional kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, PKSN Ranai PKW Tanjung Pinang Daik Dabo Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 31 Sistem Kota Kota Arahan pertambangan dan pariwisata Pusat pelayanan transportasi udara skala regi onal Simpul transportasi laut skala nasional Pusat pemerintahan Kabupaten Kepula uan Anambas Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional Sebagai pusat ke giatan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal dan regional Sebagai sentra pr oduksi perikanan dan kelautan Pengembangan industri pendukung dan pengolahan per ikanan Sebagai kawasan pariwisata Simpul transportasi laut skala nasional Sebaga i kota transit lalu lintas pelayaran Pusat pemerintahan Kabupaten Karimun Sebaga i Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun Sebaga i kawasan perdagangan dan pelayanan jasa serta pariwisata Sebagai pusat koleksi dan distribusi tingkat regional Sebagai simpul transportasi laut nasional dan tr ansportasi udara regional Pengembangan industri pengolahan hasil pertambangan, p erikanan dan kelautan Sebagai simpul transit skala regional dan antar pulau Pusa t perdagangan dan jasa skala lokal Sebagai kawasan kegiatan pariwisata, permukim an, pertanian, perkebunan dan perikanan Sebagai koleksi dan distribusi lokal Seb agai kawasan pendukung pengembangan industri Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelab uhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun Sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal Sebagai kawasan kegiatan perikanan Sebagai pengembangan kawasan pertambangan Sim pul transportasi laut nasional Sebagai kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan B ebas Batam, Bintan dan Karimun Sebagai kawasan industri maritim Sebagai kawasan perdagangan dan jasa Sebagai pengembangan kawasan pertambangan Pusat pemerintaha n Kabupaten Bintan Pusat kegiatan utama dengan skala pelayanan kabupaten Sebagai kawasan pariwisata Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal Sebagai kawas an industri pendukung Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Ka rimun Sebagai pusat koleksi dan distribusi Sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal Sebagai simpul penghubung PKN Batam dengan wilayah Kabupaten Bintan Sebagai kawasan perdagangan dan jasa lokal Sebagai kawasan industri maritime Seb agai kawasan pertanian dan perikanan Sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal Tarempa Tanjung Balai Karimun PKL Tanjung Batu Moro Meral Bandar Seri Bintan Tanjung Uban Kijang Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 32 Sistem Kota Kota Letung Arahan Sebagai simpul pelayanan transportasi skala rnasional Pusat koleksi dan d istribusi hasil perikanan dan kelautan Sebagai kawasan perdagangan dengan lingku p pelayanan lokal sebagai daerah pusat kegiatan lokal untuk pengembangan pertani an Sebagai kawasan industri perikanan dan kelautan Sebagai kawasan pariwisata Si mpul pelayanan transportasi laut regional Sebagai pusat koleksi dan distribusi h asil perikanan dan kelautan Sebagai pusat industri pengolahan perikanan dan kela utan Sebagai kawasan perdagangan lokal Sebagai kawasan pariwisata Sebagai pusat kegiatan pertambangan minyak dan gas Simpul pelayanan transportasi laut lokal Si mpul transportasi udara skala regional Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasi l pertanian, perkebunan dan perikanan Pusat perdagangan skala lokal Sebagai simp ul pelayanan transportasi skala regional Sebagai pusat koleksi dan distribusi ha sil pertanian dan kelautan Sebagai simpul pelayanan transportasi laut skala regi onal Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan serta kelautan Sebagai kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan Sebagai simpul pelayanan transporta si laut local Sebagai pengembangan kegiatan pertanian Sebagai kawasan perikanan dan kelautan Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian Simpul pelayan an transportasi laut lokal Tebangladan Sedanau Serasan Senayang Pancur Sumber:RTRWP KePri, 2008-2028 Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 33 PETA SISTEM KOTA-KOTA DI WILAYAH KEPRI Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 34 3.3.1.3 Kawasan Strategis Wilayah Kepulauan Riau Kawasan strategis merupakan kaw asan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhada p: a) tata ruang di wilayah sekitarnya; b) kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau c) peningkatan kesejahteraan masyarakat . A. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang p enataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, so sial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebaga i warisan dunia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Re ncana Tata Ruang Wilayah Nasional, di Provinsi Kepulauan Riau ditetapkan 2 (dua) Kawasan Strategis Nasional, yakni: 1) Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 19 pu lau kecil terluar yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Iyu Kecil/Tokong Hiu Kecil, Karim un Kecil/Karimun Anak, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti/Batu Berantai, dan Nongsa/ Putri) dengan Negara Malaysia/Vietnam/Singapura. Kawasan Strategis Nasional ini ditetapkan sebagai tahap pengembangan pertama, dengan bentuk pengembangan/pening katan kualitas kawasan dengan sudut kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam d an Teknologi Tinggi. 2) Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, sebagai Kawasan Perd agangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Kawasan Strategis Nasional ini ditetapkan seb agai tahap pengembangan pertama, dengan bentuk pengembangan/peningkatan kualitas kawasan dengan sudut kepentingan ekonomi. B. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 35 Kawasan Strategi Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan k arena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 ten tang Penataan Ruang, weweneng Pemerintah Provinsi dalam penataan ruang kawasan s trategis provinsi adalah melaksanakan: a. penetapan kawasan strategis provinsi; b. perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi; c. pemanfaatan ruang kawas an strategis provinsi; d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provi nsi; e. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan pemanfaan ruang kawasa n strategis provinsi dan Kabupaten/Kota; f. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi. Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian p emanfaatan ruang kawasan strategis provinsi mencakup aspek yang terkait dengan n ilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah daerah kabupaten/kota tetap memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Selain itu, Pemerintah Daerah Provinsi juga memiliki kewenangan dalam penyusunan Rencana Detail terhadap Kawasan Strategis Provinsi. Berdasarkan pertimbangan ha l-hal tersebut di atas, ditetapkan Kawasan Strategis di Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari: 1) Kawasan strategis Pulau Dompak di Kota Tanjung Pinang; a) Pusat Pemerintahan, Pusat Pelayanan dan Pusat Pertumbuhan baru di Provinsi Kepul auan Riau; b) Berpotensi terhadap perkembangan pusat perekonomian yang mendukung esistensi perkembangan Kota Tanjungpinang; c) Pulau Dompak berada di Kota Tanju ngpinang yang merupakan pusat sejarah dan identitas Riau Kepulauan; d) Memiliki potensi geografis yang berorientasi dan memiliki akses keluar untuk membentuk ci tra pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau yang berwibawa, monumental dan be rwawasan masa depan. 2) Kawasan strategis Kepulauan Anambas; Adapun alasan pemil ihan Kawasan Strategis Kabupaten Kepulauan Anambas dari sudut kepentingan pertum buhan ekonomi dan dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam : a) Seb agai Kabupaten termuda di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki berbagai macam p otensi perlu penanganan lebih serius. b) Memiliki potensi perikanan dan kelautan . Potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Anambas sangat besar dengan daerah tangk apan yang luas, dimana 98,65% dari luasan Kabupaten Kepulauan Anambas berupa lau tan. Di samping Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 36 itu, sumber daya perikanan merupakan sumber daya yang bersifat pulih, sehingga k etersediaan potensi perikanan selalu ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selain perikanan tangkap, kabupaten ini juga memiliki potensi Budidaya Perikanan. c) Me miliki potensi wisata bahari yang merupakan salah satu potensi kelautan yang dim iliki oleh Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Kepulauan Anambas kaya dengan keindahan pantai dan terumbu karang. Kawasan objek wisata tersebut dapatdijumpai di sejumlah 19 Kawasan Objek Wisata. Objek wisata laut/pantai seperti Terumbu K arang di Kecamatan Jemaja. Objek wisata air terjun seperti Air Terjun Ulu Maras dan Air Terjun Temurun. Potensi objek wisata air terjun air bunyi di Kecamatan S iantan Selatan dan Pulau Bawah termasuk dalam wilayah Kecamatan Siantan Selatan. Wisata Bahari seperti Pulau Kelong dan Pulau Batu Alam di Palmatak, Pulau Penja li dan Pulau Punjong di Tarempa, dan Pulau Bawah di Jemaja. d) Memiliki potensi konservasi laut di perairan Kepulauan Anambas yaitu di Penjalin sebelah utara Pu lau Jemaja dan Pulau Durai Kecamatan Palmatak. 3) Kawasan strategis Kabupaten Li ngga; Adapun beberapa pertimbangan ditetapkannya Kabupaten Lingga sebagai kawasa n Strategis Provinsi Kepulauan Riau dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi a dalah : a) Potensi Komoditi Potensi pertanian dan perkebunan yang dimiliki oleh Kabupaten Lingga sangat beragam yang terdiri dari pertanian tanaman pangan, holt ikultura dan perkebunan. Potensi tersebut belum dikembangkan dan dimanfaatkan se cara optimal. b) Potensi Areal Tanam Kabupaten Lingga memiliki potensi areal tan am atau potensi lahan yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun pada kenyataan nya potensi lahan yang digunakan masih sangat minim dan kurang optimal sehingga produksi yang dihasilkanpun masih rendah. Dengan melihat pada potensi areal tana m atau potensi lahan yang sangat besar dimiliki oleh Kabupaten Lingga, dapat dik etahui bahwa pada kabupaten ini sangat memungkinkan serta sangat potensial untuk dikembangkan pertanian dan perkebunan. Selain potensi lahan, potensi Sumber Air yang dimiliki kabupaten Lingga juga sangat mendukung untuk pengairan pertanian dan perkebunan. c) Potensi Tenaga Kerja Selain memiliki potensi produksi dan pot ensi lahan, Kabupaten Lingga juga memiliki potensi tenaga kerja yang dapat diser ap sebagai tenaga kerja di sektor pertanian dan perkebunan. Jumlah penduduk di K abupaten Lingga setiap tahunnya semakin bertambah. Dari 91.600 jumlah penduduk K abupaten Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 37 Lingga pada tahun 2008 tersebut, potensi tenaga kerja yang berpeluang untuk dise rap sebagai tenaga kerja di sector pertanian dan perkebunan sebanyak 18.786 jiwa yang terdiri dari penduduk yang bekerja sebagai petani dan buruh. d) Potensi Ka wasan Free Trade Zone sebagai Pasar Komoditi Pertanian Kawasan Batam, Bintan dan Karimun yang merupakan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas dapat menjadi po tensi pasar bagi berkembangnya Kabupaten Lingga sebagai Kawasan Sentra Produksi Pertanian. Meningkatnya aktifitas di Kawasan Batam, Bintan dan Karimun secara ti dak langsung akan menarik berbagai aktifitas, tenaga kerja, dan penduduk, sehing ga kebutuhan akan produk pangan juga akan meningkat. Potensi besar pertanian dan perkebunan yang nantinya akan dihasilkan oleh Kawasan Sentra Produksi Pertanian Kabupaten Lingga, dapat menyuplai (menyediakan) kebutuhan pangan masyarakat bai k skala lokal yaitu di Kabupaten Lingga, dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau khususnya ke kawasan Free Trade Zone Batam, Bintan dan Karimun, s erta jika memungkinkan hasil pertanian dan perkebunan tersebut dapat dieksport k e luar negeri melalui kawasan FTZ BBK tersebut. 4) Kawasan strategis Kabupaten N atuna; Untuk menangkap dan menjawab permasalahan di jalur internasional tersibuk Selat Malaka-Singapura-Phillip yang sempit, dangkal, berbelok-belok, ramai, dan terbatas, maka jalur pelayaran ALKI I-A di Laut Cina Selatan menjadi alternatif karena merupakan lautan lepas dengan kondisi perairan yang cukup lebar dan dala m, dari gugus Pulau KarimunBarelang-Bintan hingga gugus Pulau Bunguran yang dile wati kapal-kapal internasional. Di gugus Pulau Bunguran, di dekat ALKI I-A, yait u di Pulau Bunguran bagian barat daya terdapat Selat Lampa yang teduh karena terda pat pemecah gelombang alami berupa Pulau Sedanau. Dengan di tetapkannya Ranai se bagai Pengembangan Pemantapan Pelabuhan Nasional di dalam RTRWN serta Selat Lamp a yang memiliki kedalaman yang cukup untuk pelayaran internasional saat ini, Pro vinsi Kepulauan Riau menetapkan Natuna menjadi Kawasan Strategis Provinsi yang d iarahkan pemanfaatannya sebagai: a) Bandar transit Pelayaran internasional dan p usat pelayanan akses pasar global ( Ranai/Selat Lampa ) b) Penyediaan dan Pengem bangan sarana prasarana kepelabuhanan c) Membina dalam Pengembangan Wisata Alam dan Wisata Bahari. d) Pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan Kawasan St rategis Kabupaten Natuna merupakan wewenang Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. e) Alur pelayaran internasional yang melewati Kabupaten Natuna dapat dijadikan t empat Bunkering BBM dan STS Oil. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 38 PETA KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KEPULAUAN RIAU Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 39 3.3.2 Rencana Program Jangka Panjang Dan Program Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Ri au Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) menjadi landasan dalam penyusu nan RPJMD. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) harus s inergis dan searah dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang tertuang dalam visi, misi dan arah kebijakan RPJPD diukur dalam masa 20 tahunan . Pencapaian dan ukuran keberhasilan pembangunan dibagi menjadi periode lima tah unan. RPJMD merupakan empat tahapan dalam dari tahapan penjabaran pembangunan periode lima tahunan dari rencana yang tertuang dalam RPJPD, oleh ka rena itu dokumen RPJMD memuat arahan kebijakan dalam pencapaian visi misi jangka panjang serta sasaran pokok dan prioritas-prioritas program pada masing-masing tahapan. Kondisi saat ini, dokumen RPJMD Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 telah memasuki tahapan kedua dari RPJPD Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025. a) Visi Se bagai arahan pembangunan jangka Panjang 2005-2025, Provinsi Kepulauan Riau memiliki visi Kepulauan Riau Berbudaya, Maju, Sejahtera. b) Misi d an Sasaran Pokok Dalam rangka mewujudkan visi dari Provinsi Kepulauan Riau, maka ditetapkanlah sasaran-sasaran lima misi pembangunan daerah dan arahan pencapaia n pokok sebagai ukuran bagi pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kepulauan Riau. Misi dan sasaransasaran poko k RPJP Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut: i. Misi 1. Mewujudkan Mas yarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan Berakhlak Mulia. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 40 Sasaran-sasaran pokok dari misi 1 adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya karakte r dan kepribadian masyarakat yang bermoral, beretika, berorientasi kinerja, kemajuan iptek serta berdisiplin sebag ai perwujudan pengamalan nilai agama, norma hukum dan budaya yang luhur. 2. Terb angunnya sistem pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai agama, norma hukum dan budaya serta mengembangkan kemampuan lembaga pendidikan dan lembaga adat melalui pengenalan dan penanaman nilai-nilai agama, norma hukum dan budaya Melayu dan b udaya disiplin baik pendidikan sekolah, luar sekolah dan keluarga mulai dari pen didikan dasar hingga perguruan tinggi. 3. Meningkatnya peran lembaga pendidikan, lembaga keagamaan dan lembaga adat bersama dengan pemerintah untuk memperkenalk an dan menerapkan nilai-nilai agama, norma hukum dan budaya dalam rangka meningk atkan kualitas dan akhlak dalam kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan pemerin tahan. 4. Berkembang dan lestarinya budaya daerah terutama dengan memberdayakan nilai-nilai budaya Melayu untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nila i tersebut melalui peningkatan pemakaian simbol dan atribut budaya Melayu dalam kehidupan masyarakat dan lembaga pemerintahan secara terus menerus termasuk peng embangan kesenian dan budaya daerah melalui peningkatan event kesenian dan buday a yang mendukung kegiatan pariwisata dan sebaliknya pariwisata yang mendorong be rkembangnya nilai dan budaya Melayu. 5. Terlaksananya revitalisasi nilai-nilai k ebudayaan Melayu serta terwujudnya pengembangan dan pelestarian nilai-nilai Buda ya Melayu, baik melalui pendidikan sekolah, luar sekolah dan dalam keluarga sert a dalam kehidupan bermasyarakat. 6. Terwujudnya menjunjung masyarakat hukum, yan g dan memiliki etika kesadaran dalam dan moral kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Kesadaran ini akan membentuk karakter da n budaya disiplin dalam segala aspek kehidupan seperti taat pajak, taat dalam pe manfaatan rencana Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 41 penataan ruang, tertib berlalu lintas dan berdisiplin sebagai sebuah ciri bagi m asyarakat yang maju dan modern. 7. Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-n ilai agama dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu mengurangi penyakit sosial masyarakat baik prostitusi, perdagangan orang maupun penyalahgunaan obat terlar ang dan berbahaya serta kegiatan negatif lainnya yang bertentangan dengan agama, hukum dan moral. 8. Meningkatnya penghayatan dan pengamalan Ideologi Pancasila sehingga kerawanan sosial dan politik dapat dihindari dan disintegrasi bangsa ti dak terjadi, serta terbinanya kultur politik demokratis yang santun dan mengharg ai perbedaan pandangan dalam membangun bangsa. ii. Misi 2. Menciptakan Sumber Da ya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan P roduktivitas yang Tinggi. Sasaran-sasaran pokok dari misi 2 adalah sebagai berik ut: 1. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat agar mampu mengisi dan melaks anakan pembangunan 2. Meningkatnya kualitas hidup sumberdaya manusia termasuk pe rempuan yang dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pemb angunan Gender (IPG) sehingga mampu memberikan peranan dan kontribusi dalam pemb angunan daerah dan tidak menjadi beban pembangunan. 3. Meningkatnya kualitas pen didikan yang didukung oleh penataan sistem dan manajemen pendidikan serta pemera taan pelayanan pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dilihat dari jumlah d an persentase lulusan, persentase lulusan yang melanjutkan pendidikan tinggi dan persentase lulusan yang mampu masuk ke pasar kerja dan menciptakan lapangan ker ja. 4. Terwujudnya peningkatan kesempatan kerja dan berusaha khusus bagi lulusan sekolah menengah kejuruan dan pendidikan tinggi dengan masyarakat yang berkuali tas pendidikan dan didukung fasilitas pendidikan dan tenaga pendukung pendidikan yang baik, maju dan berkualitas. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 42 5. Meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia dalam mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan potensi dan sumberdaya alam untuk sebe sar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat, perekonomian daerah dan pembangunan nas ional. 6. Meningkatnya kuantitas dan kualitas lulusan melalui program peningkata n mutu dan manajemen pengelolaan pendidikan serta meningkatnya rata-rata waktu m asyarakat mengikuti pendidikan sekaligus meningkatnya relevansi pendidikan terha dap pasar kerja. 7. Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat dan aparatur pe merintah terhadap hukum dan perundang-undangan sehingga membentuk budaya disipli n sebagai indikator peningkatan kualitas sumber daya manusia yang maju. 8. Dilak sanakannya penerapan reward and punishment di lingkungan pemerintah dan masyarakat yang dititikberatkan pada disiplin terhadap perundang-undangan seperti tertib lalu lintas, ketaatan dalam pemanfaatan ruang /lahan, budaya bersih, budaya antri dan taat pajak serta peraturan perundangunda ngan. 9. Berkembangnya sikap profesional bagi aparatur dan masyarakat untuk meni ngkatkan etos kerja. Penempatan pegawai sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi nya dan didukung dengan sistem penggajian yang berbasis kinerja. Terwujudnya sis tem dan berkembangnya penerapan standar pelayanan minimal (SPM) dan standar oper asional dan prosedur (SOP) dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat. Terwu judnya penerapan standardisasi terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan p emerintah, masyarakat dan dunia usaha. 10. Terwujudnya Merit System dalam pening katan kualitas SDM melalui pengembangan karir berbasis kinerja dan sistem recrui tment by expertise. Terwujudnya tenaga kerja yang bermutu dan berdaya saing mela lui peningkatan mutu tenaga kerja lokal melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan le mbaga pelatihan profesional lainnya baik di dalam maupun luar negeri dan peningk atan wawasan kewirausahaan pada pelaku usaha kecil dan menengah. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 43 11. Tersusunnya rencana dan program pendidikan yang berfokus, mantap, terpadu da n berkelanjutan; Meningkatnya APK dan APS untuk tingkat TK/PAUD, untuk tingkat S MP/MTS, dan untuk tingkat SMA/SMK. 12. Tertatanya kelembagaan, perangkat dan kew enangan antara pihak keamanan dengan pihak terkait sehingga keamanan masyarakat dapat terjamin, dan terwujudnya rasa aman dilingkungan masyarakat dan kemitraan antara pihak keamanan dan masyarakat 13. Tersedianya Kepulauan pendidikan yang b erbasis unggulan tingkat dan provinsi dan kabupaten/kota yang sesuai dengan kondisi daerah khususnya kemaritiman tersedian ya pendidikan dasar dan menengah yang murah tapi berkualitas dan mudah diakses s erta pendidikan gratis bagi masyarakat miskin atau rawan sosial. iii. Misi 3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata. Sasaran-sas aran pokok dari misi 3 adalah sebagai berikut: 1. Terbangunnya sistem perekonomi an yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di seluruh daerah. Terwujudnya sektor pertanian dalam arti luas khususnya sub sektor perikanan, kelautan, perta mbangan dan pariwisata serta industri sebagai sektor unggulan daerah dan menjadi basis aktivitas ekonomi. Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan profesional d ari potensi sektor unggulan sehingga menghasilkan produk unggulan daerah yang be rkualitas dan dapat diandalkan. 2. Terwujudnya Indonesia, Kepulauan Riau sebagai bidang salah industri, satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional khususnya di bagian Barat dengan keunggulan perikan an, kelautan dan pariwisata. Tumbuh dan berkembangnya pusat ekonomi baru di wila yah Kepulauan Riau dengan sektor unggulan yang sesuai dengan potensi dan mampu m endorong sektor lain dalam memberikan pelayanan lebih baik dan berdaya saing. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 44 3. Meningkatnya kemampuan dan profesionalitas aparatur pemerintah daerah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibaw a, bertanggungjawab serta profesional yang mampu mendukung pembangunan daerah. 4 . Terkelolanya potensi wilayah terutama aspek kemaritiman sebagai modal dasar pe mbangunan daerah dan mendukung pembangunan nasional. Termanfaatkannya sumber day a alam baik kelautan, perikanan, pariwisata dan pertambangan maupun sumber daya lainnya bagi pendorong ekonomi masyarakat dan ekonomi daerah dan nasional. Terse dianya infrastruktur dasar utama bagi pengembangan maritim baik industri pengola han, kelautan, perikanan, pertambangan maupun pariwisata. Meningkatnya peran sek tor unggulan dalam perekonomian daerah dan menjadi lokomotif utama dalam mengger akkan ekonomi daerah. 5. Terwujudnya kerjasama antar daerah, regional dan intern asional di bidang ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka membentuk sinergitas e konomi dan jaringan pertumbuhan ekonomi yang handal dan terintegrasi. 6. Terpenu hinya pasokan listrik (elektrifikasi) yang memadai, handal dan efesien sesuai de ngan kebutuhan masyarakat baik kebutuhan rumah tangga, bisnis, sosial dan pebutu han publik lainnya termasuk industri. Terselenggaranya pelayanan air bersih bagi masyarakat perkotaan dan daerah cepat tumbuh serta pengadaan dan pengembangan s arana sumber air bersih bagi kebutuhan masyarakat pedesaan. 7. Tersedianya produ k hukum di bidang investasi dan penanaman modal serta perlindungan usaha ekonomi kerakyatan dengan koordinasi bersama semua pihak baik pemerintah, dunia usaha d an masyarakat. Meningkatnya investasi domestik dan investasi asing serta tersedi anya peraturan yang lebih menjamin kepastian hukum bagi pekerja dan pelaku usaha serta didukung dengan penegakan hukum yang beroriantasi kepada kepentingan nasi onal dan daerah. 8. Meningkatnya kualitas dan etos kerja sumber daya manusia dal am semua bidang terutama disektor unggulan agar mampu mengikuti perkembangan dan sejajar dengan negara tetangga dengan Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 45 dukungan pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memilik i kepribadian yang sesuai dengan karakter dan budaya. 9. Meningkatnya efesiensi pelaksanaan pembangunan yang dilandasi oleh sistem penyelenggaraan administrasi pemerintahan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang akuntabel, responsif dan berorientasi kinerja. 10. Meningkatnya kompetensi tenaga kerja lokal dan ter sedianya tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan meningkatnya sistem informasi pasar kerja. Seluruh perusahaan yang melakukan invetasi di wila yah Kepulauan Riau menerapkan sistem perlindungan dan jaminan sosial bagi tenaga kerja sebagaimana diatur oleh Undang-Undang dan Organisasi Tenaga Kerja Interna sional (ILO). 11. Tersedianya sarana dan prasarana lembaga diklat ketenagakerjaan (BLK) yang memadai baik melalui kerjasama pelatihan, pengembanga n lembaga pelatihan dan lainnya. Tersedianya pegawai teknis ketenagakerjaan sepe rti mediator, instruktur, pengawas tenaga kerja, dan lainnya. iv. Misi 4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh Kebutuh an Dasar Hidupnya Secara Layak Sasaran-sasaran pokok dari misi 4 adalah sebagai berikut: 1. Berkembangnya pemba ngunan dan pemerataan hasilnya keseluruh wilayah yang diarahkan bagi peningkatan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Berkurangnya kesenjangan antar wilayah dalam pembangu nan yang berbasis keadilan dan proporsionalitas dalam kerangka persatuan daerah dan ketahanan nasional. 2. Tersedianya pelayanan pendidikan dan kesehatan yang m erata dan berkualitas melalui peningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan pend idikan dan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan medis lainnya. Terlayaninya s eluruh lapisan dan kelompok masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan dan Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 46 pulau terpencil dan tersedianya pusat pelayanan kesehatan skala provinsi yang ma mpu menjadi rujukan bagi daerah lainnya. 3. Tersedianya kebutuhan dasar masyarak at seperti listrik, air bersih, pengolahan sampah perkotaan, angkutan, perumahan dan sanitasi lingkungan dalam rangka meningkatkan kemampuan usaha dan kualitas kehidupan masyarakat. 4. Meningkatnya ketersediaan lapangan kerja bagi seluruh p enduduk usia kerja dan kesempatan untuk membuka lapangan kerja baru guna memenuh i kebutuhan dasar masyarakat dengan tujuan mendukung tumbuhnya kegiatan ekonomi dan berkurangnya tingkat pengangguran dari tahun ke tahun. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pencari kerja serta menerapkan kebijakan affirmative pada u nit-unit yang melakukan usaha skala besar di daerah terhadap pekerja lokal. 5. T erwujudnya kelestarian sumber daya hayati dan lingkungan bagi upaya menjaga kela ngsungan hidup dan kehidupan penduduk. Berkurangnya kerusakan lingkungan akibat menurunnya kualitas lingkungan dengan melibatkan semua pihak terkait baik pemeri ntah, dunia usaha dan masyarakat. 6. Tersedianya kebutuhan dasar masyarakat deng an jumlah dan harga terjangkau melalui upaya pengendalian harga dan menjamin lan carnya distribusi barang kebutuhan pokok sepanjang tahun, dan pengembangan poten si daerah seperti perikanan dan pertanian sehingga menjadi kegiatan ekonomi prod uktif. 7. Terwujudnya pelayanan publik yang prima, cepat, murah dan mudah melalu i pelayanan yang modern dan dengan dukungan sarana dan prasarana dan sistem yang berkualitas, maju dan modern. 8. Terkelolanya kawasan potensial pertanian dan p erikanan bagi pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan menjamin katahanan pangan serta mendorong kegiatan ekspor dari hasil olahan perikanan, kelautan dan perta nian. 9. Terkendalinya perkembangan dan distribusi penduduk serta distribusi pen duduk pada kawasan potensial untuk pengembangan pemukiman dengan tetap memperhat ikan daya dukung dan daya tampung lahan. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 47 10. Meningkatnya kualitas pelayanan medis baik di rumah sakit maupun di puskesma s dengan dukungan ketersediaan tenaga medis dan paramedis yang profesional, mema dai dan berkualitas dengan sarana dan prasarana yang maju dan modern. Tersediany a akses pelayanan kesehatan masyarakat dengan harga terjangkau termasuk harga ob at dan perbekalan kesehatan. 11. Meningkatnya angka harapan hidup dan status giz i dan didukung dengan upaya pencegahan dan penggulangan berbagai penyakit menula r secara berkesinambungan seperti malaria, demam berdarah, HIV/AIDS dan penyakit menular berbahaya lainnya. 12. Meningkatnya kesadaran untuk hidup dalam lingkun gan yang sehat, terwujudnya sistem informasi kesehatan yang optimal, cepat, akur at dan valid sehingga dapat mempercepat penentuan kebijakan dan intervensi yang perlu dilakukan. v. Misi 5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Sat u Pusat Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan Serta Pariwisata. Sasaran-sasaran pokok dari misi 5 adalah sebagai berikut: 1. Ditetapkannya wilayah Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan per kembangan ekonomi nasional dalam bentuk kebijakan pemerintah dalam menetapkan ka wasan strategis nasional baik dari aspek ekonomi maupun aspek ketahanan nasional . 2. Tumbuhnya pusat pertumbuhan ekonomi baru diseluruh wilayah yang merata teru tama industri dan pariwisata yang berbasis kelautan serta sesuai dengan potensi dan keunggulannya. Meningkatnya peran sektor kelautan dan perikanan dalam pertum buhan ekonomi daerah dan terbangunnya industri-industri yang berbasis kelautan. Meningkatnya orientasi pengembangan maritim bagi masyarakat yang selama ini bero riantasi darat menjadi beroriantasi laut. Terwujudnya kawasan ekonomi terpadu se bagai bagian dari kawasan strategis nasional khususnya Bagian Barat Indonesia. 3 . Tersedianya sarana prasarana pariwisata dengan didukung oleh pengembangan sara na dan prasarana kebudayaan dan kesenian serta infrastruktur perekonomian lainny a yang berkualitas Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 48 sekaligus mengadakan pendidikan dan pelatihan bidang pariwisata dan meningkatkan aksesibilitas dari dan ke objek dan daya tarik wisat a dalam rangka mendukung perkembangan ekonomi daerah. 4. Terwujudnya pembangunan infrastruktur pelabuhan, dermaga dan sarana perhubungan antar pulau dan antar d aerah yang memadai. Terciptanya sinkronisasi pembangunan infrastruktur darat den gan pengembangan potensi maritim dan pemberdayaan potensi kelautan dengan memanf aatkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. 5. Terciptanya lingku ngan yang aman dan kondusif untuk investasi dan kegiatan ekonomi di Kepulauan Ri au dengan dukungan peningkatan keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat dan kesadaran akan hukum dan kelestarian lingkungan. 6. Terwujudnya rasa aman di ten gah-tengah masyarakat dan terjaminnya keamanan dan kenyamanan pelaku usaha dalam berinvestasi baik aman dari gangguan, bencana alam, kerusakan dan kerusuhan sos ial. 7. Terwujudnya pembangunan berkelanjutan guna menjamin dan meningkatnya day a dukung dan daya tampung lingkungan dengan didukung adanya peningkatan kualitas lingkungan secara terus menerus dan berkelanjutan dengan pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana dan memperhatikan prinsip kelestarian dan berkelanjutan. 8. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah dan mengurangi ekonomi ber biaya tinggi dan terwujudnya pemanfaatan dan hasil guna sumber daya alam yang op timal baik sumber daya yang dapat diperbaharui maupun sumber daya yang tidak dap at diperbaharui dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. 9. Terwujudnya pembang unan yang berwawasan lingkungan, dan peningkatan pemahaman dan kesadaran terhadap lingkungan bagi seluruh pelaku pemb angunan termasuk mengurangi jumlah lahan kritis yang dilakukan secara terus mene rus dan dengan arahan pembangunan yang terintegrasi serta diikuti dengan penegak an hukum. Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 49 10. Terwujudnya sinergi antara sektor publik dan privat untuk mengakselerasi per ekonomian di seluruh wilayah Kepri melalui upaya menjaga dan meningkatkan koordi nasi, sinkronisasi dan harmonisasi pembangunan antar daerah dan antar sektor (pu blik dan privat). 11. Terwujudnya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah mela lui upaya meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan serta sarana dan pr asarana antar pulau dan antar daerah di seluruh wilayah dengan menjadikannya seb agai pusatpusat pertumbuhan ekonomi baru. 12. Tumbuhnya ekonomi daerah berdasark an pengembangan potensi daerah melalui upaya menjaga stabilitas pertumbuhan ekon omi, memperhatikan potensi dan keunggulan daerah serta didukung oleh peningkatan efisiensi pelaksanaan pembangunan; 13. Meningkatnya kelancaran arus barang dan orang dari dan ke seluruh wilayah dan antar daerah agar terciptanya pemerataan p embangunan dan munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah melalui upaya penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi darat, laut dan udara Berlandaskan dari rumusan Sasaran Pokok dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025, prioritasprioritas program dan sasaran RPJMD pada tahap dua yakni pada periode 2010-2015 telah dij abarkan dan ditujukan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1. Prioritas-prioritas progr am dan sasaran pada tahap dua ini menjadi landasan utama bagi acuan penyusunan R PJM. Prioritas-prioritas program dan sasaran yang harus dicapai pada tahap dua d ikelompokkan sebagai berikut: i. Bidang Pemerintahan dan Layanan Publik Priorita s pada RPJM tahun ke dua ini ditujukan untuk memantapkan penataan kembali penyel enggaraan pemerintahan dengan menekankan kepada peningkatan sumberdaya manusia y ang mampu mengelola sumberdaya alam dengan menyiapkan pemanfaatan ilmu dan tekno logi guna meningkatkan daya saing daerah dalam skala regional, nasional dan glob al, dengan prioritas program antara lain: Laporan Antara

[Master Plan Transportasi Laut] | 50 1. Melanjutkan pemerintahan masyarakat. penataan agar lebih organisasi mampu pemerintahan menjalankan daerah, tugas-tugas memantapkan sistem, membina dan meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada 2. Terus meningkatkan dan menyediakan sarana pendukung di pusat pemerintahan yan g representatif 3. Meningkatkan kualitas dan jumlah fasilitas kantor untuk mendu kung pelayanan publik dan akselerasi perekonomian daerah 4. Terus dilakukan rewa rd and punishment di lingkungan aparatur sehingga pelayanan publik dapat meningk at dan sudah melaksanakan SPM dan SOP untuk setiap jenis pelayanan 5. Kinerja su dah mulai diterapkan dengan disertai penilaian terhadap kinerja seluruh aparatur pemda yang didahului dengan penetapan standar kinerja utama 6. Menciptakan ling kungan usaha yang kondusif dan kompetitif dengan membangun infrastruktur wilayah yang lengkap dan modern dan mewujudkan peraturan kebijakan yang menjamin keaman an untuk kepentingan investasi. 7. Terus membangun dan menyediakan infrastruktur dasar dengan cara menyediakan dan meningkatkan sarana parasarana pemerintahan d an aparatur pemerintah agar pelayanan publik, penyelenggaraan pemeri