73341243 Case Torsio Testis

39
PRESENTASI KASUS TORSIO TESTIS VS ORCHITIS Disusun oleh: Nur Huda Hasmar 106103003724 Pembimbing: dr. Asroruddin, Sp.U Kepaniteraan Klinik Bedah RSUP Fatmawati Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 1

Transcript of 73341243 Case Torsio Testis

Page 1: 73341243 Case Torsio Testis

PRESENTASI KASUS

TORSIO TESTIS VS ORCHITIS

Disusun oleh:

Nur Huda Hasmar

106103003724

Pembimbing:

dr. Asroruddin, Sp.U

Kepaniteraan Klinik Bedah RSUP Fatmawati

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2011

1

Page 2: 73341243 Case Torsio Testis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah presentasi kasus ini dengan baik. Shalawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun judul yang penulis pilih untuk penulisan makalah presentasi

kasus ini adalah ”Torsio Testis vs Orchitis.” Dalam penyusunan makalah

ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang

dimiliki. Namun tetap ada hambatan dan kendala yang harus dilewati.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Asroruddin, Sp.U

selaku pembimbing makalah presentasi kasus dan seluruh pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, Februari 2011

Penulis

2

Page 3: 73341243 Case Torsio Testis

BAB I

PENDAHULUAN

Tosio testis adalah kegawatdaruratan urologi yang membutuhkan

penegakan diagnosis dan intervensi segera agar viabilitas testis tetap

terjaga. (Schwartz, 2005)

Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus

spermatikus yang terpuntir mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari

vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididimis. (Siroky, 2004)

Torsio testis diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur

kurang dari 25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa

pubertas (12-20 tahun). Di samping itu tidak jarang janin yang masih

berada di dalam uterus atau bayi baru lahir menderita torsio testis yang

tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik

unilateral ataupun bilateral. (Cuckow, Frank, 2000)

Orchitis adalah proses inflamasi pada satu atau kedua testis, paling

sering disebabkan/bersamaan dengan virus yang menyebabkan

gondongan (mumps). Setidak-tidaknya 1/3 laki-laki yang terkena mumps

setelah mengalami pubertas akan terkena orchitis. Penyebab lainnya

adalah infeksi bakteri, termasuk didalamnya penyakit menular seksual

(PMS = STD), seperti gonorrhea atau chlamydia. (Simon, Everitt, Hazel,

2005)

Komplikasi orchitis bisa berupa atrofi testis, abses pada skrotum,

dan infertilitas, terutama jika terkena pada kedua testis.(Linda, 2010)

Pengobatan tergantung penyebab. Untuk yang disebabkan oleh

virus, bertujuan menghilangkan gejala-gejala yang ada. Untuk yang

disebabkan bakteri, diperlukan pemberian antibiotika.

3

Page 4: 73341243 Case Torsio Testis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Testis

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran

testis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2,5 cm dengan volume 15-25 ml

berbentuk ovoid. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika

albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea terdapat

tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis, yang menempel

langsung ke testis, dan lapisan parietalis, sebelah luar testis yang

menempel ke muskulus dartos pada dinding skrotum. Otot kremaster yang

berada di sekitar testis memuungkinkan testis dapat digerakkan

mendekati organ abdomen untuk mempertahankan temperature testis

agar tetap stabil. (Purnomo,2009)

Secara histopatologis, testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobules

terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel

spermatogonia dan sel Sertoli, sedang antara tubuli seminiferi terdapat

sel-sel lydig. Sel-sel spermatogonium pada proses spermatogenesis

menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada

bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial

testis berfungsi dalam menghasilkan hormone testosterone.(Purnomo,

2009)

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis

disimpan dan mengalami permatangan/maturasi di epididimis. Setelah

mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari

epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens.

Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas

deferens, vesikula seminalis. serta cairan prostat membentuk cairan

semen atau mani. (Purnomo,2009)

4

Page 5: 73341243 Case Torsio Testis

Gambar 2.1. Anatomi testis, epididimis, dan potongan transversal testis

(Sumber: Vishal, McGrawhill, 2007)

Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu (1)

arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, (2) arteri

deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior dan (3) artei kremasterika

yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang

meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis.

Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai

variokel. (Purnomo,2009)

2.2 Torsio Testis

2.2.1 Definisi

Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus

spermatikus yang terpuntir mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari

vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididimis. (Siroky, 2004)

5

Page 6: 73341243 Case Torsio Testis

Gambar. Testis normal dan torsio testis

(Sumber: http://familydoctor.org/online/famdocen/home/men/reproductive/916.html)

2.2.2 Epidemiologi

Torsio testis diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur

kurang dari 25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa

pubertas (12-20 tahun). (Ringdahl dkk, 2006)

Testis kiri lebih sering terjadi disbanding testis kanan, hal ini

mungkin disebabkan oleh karena secara normal funikulus spermatikus

kiri lebih panjang. (Rupp, 2010)

Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus,

70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal. (Rupp,

2010)

2.2.3 Etiologi

Penyebab dari torsio testis meliputi kelainan congenital, anomali

bell clapper, testis yang tidak turun, gangguan seksual atupun

aktifitas seksual, trauma, tumor testis dan olahraga. (Rupp, 2010)

Kadang torsio dicetuskan oleh cedera olahraga (Gardjito, 2005).

Beberapa kanker testis intra abdominal dapat mengakibatkan torsio.

6

Page 7: 73341243 Case Torsio Testis

Setengah dari pasien memiliki gangguan ini pada saat tidur. Pada beberapa

kasus, kelainan congenital dari tunika vaginalis atau funikulus spermatikus

muncul. (Cranston,2002)

Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal menempel pada

muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyanggahnya

sehingga testis, epidimis dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak

dan memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu funikulus

spermatikus. Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis

ekstravagina. Torsio ini muncul dengan testis yang keras dan

bengkak. (Purnomo, 2009).

(Sumber: Favourito, 2004)

Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi

undesensus testis. (Minevich, 2010)

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan

dengan kelainan sistem penyanggah testis. Tunika vaginalis yang

seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior

dan lateral testis, pada kelainan ini tunika mengelilingi seluruh

permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding

skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan

mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung

pada funikulus spermatikus. Kelainan ini dikenal sebagai anomali bell

7

Page 8: 73341243 Case Torsio Testis

clapper. Keadaan ini memudahkan testis mengalami torsio invaginalis.

Pada saat ini terjadi, vena pada plexus pampiniform menjadi

terkompresi dan menyebabkan kongesti vena. Setelah beberapa jam,

infark vena akan muncul kecuali torsio di koreksi. (Minevich 2010,

Purnomo, 2009)

Gambar. Deformitas Bell-clapper (Siroky, 2004)

2.2.4 Patofisiologi

Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis

tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat

terpuntir dalam tunika vaginalis. Akibat puntiran tungkai, terjadi

pendarahan testis mulai dari bendungan vena sampai iskemia yang

menyebabkan gangren. Keadaan insersi tinggi tunika vaginalis di

funikulus biasanya gambarkan sebagai lonceng dengan bandul yang

memutar dan mengalami nekrosis dan gangren.(Wim De Jong, 2005)

Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis

mendekati dan menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan

suhu ideal untuk testis. adanya kelainan sistem penyanggah testis

menyebabkan testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika

bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan

8

Page 9: 73341243 Case Torsio Testis

pergerakkan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu

yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang

berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma

yang mengenai skrotum. (Purnomo,2009)

Torsio dari funikulus spermatikus mengakibatkan terhambatnya

aliran darah ke testis dan epididimis. Derajat torsi dapat berkisar

antara 180-720°. Peningkatan kongesti pembuluh darah memicu

torsio yang berlanjut. Testis dapat bertahan dalam waktu 6-8 jam. Bila

lebih dari 24 jam, akan terjadi nekrosis dari testis. (Minevich, 2010)

Gambar. Testis nekrosis

2.2.5 Gejala Klinis

Kadang torsio testis dicetuskan oleh cedera olahraga. Biasanya

nyeri testis hebat timbul tiba0tiba yang sering disertai nyeri perut

dalam serta mual atau muntah. Nyeri perut selalu ada karema

berdasarkan pendarahan fan persarafannya, testis merupakan organ

perut. Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan

dan terletak agak tinggi di skrotum dengan funikulus yang juga

bengkak. Akhirnya, kulit skrotum menunjukkan udem dan menjadi

merah sehingga menyulitkan palpasi dan kelainan sukar dibedakan

dengan epididimis akut.(Wim De Jong, 2005)

9

Page 10: 73341243 Case Torsio Testis

Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri.

Gejala ini bisa timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi

biasanya meningkat menurut derajat kelainan. Riwayat trauma

didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari sepertiga pasien

mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya. Derajat

nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan

luasnya serta lamanya kejadian.

Pembengkakan dan eritema pada skrotum berangsur-angsur

muncul. Dapat pula timbul nausea dan vomiting, kadang-kadang

disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio

testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang

membedakan dengan orchio-epididymitis. Adapun gejala lain yang

berhubungan dengan keadaan ini antara lain :

• Nyeri perut bawah

• Pembengkakan testis

• Darah pada semen

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis secara utama dibuat berdasarkan riwayat dan

pemeriksaan. (Cranston,202). Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah

skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada

testis. Keadaan ini dikenal sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar

ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak

diwaspadai sering dikacaukan dengan appendisitis akut (Purnomo,

2009). Kecurigaan diarahkan pada pasien lelaki muda yang datang

dengan nyeri akut dan pembengkakkan, dimana torsio testis terjadi

pada hampir 90 persen dengan gejala akut skrotum pada kelompok

usia 13 sampai 21 tahun. Muntah merupakan salah satu

gejalanya(Cranston,2002). Pada bayi gejalanya tidak khas yakni

gelisah, rewel atau tidak mau menyusui (Purnomo,2009).

10

Page 11: 73341243 Case Torsio Testis

Pemeriksaan fisis dapat membantu membedakan torsio testis

dengan penyebab akut skrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio

pada skrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan

edema dapat meluas hingga skrotum sisi kontralateral. Testis yang

mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien

datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak

transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri

serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis

kontralateral, oleh karena adanya kongesti vena. Testis juga tampak

lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena pemendekan dari

funikulus spermatikus. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang

spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak

berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign). Pemeriksaan fisik

yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks

cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini

memiliki sensitivitas 99% pada torsio testis.(Reynard, 2006)

Pada pemeriksaan fisis skrotum harus selalu diperiksa

(Cranston,2002). Testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih

horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada

torsio testis yang baru saja terjadi dapat diraba adanya lilitan atau

penebalan funikulus spermatikus. keadaan ini biasanya tidak disertai

dengan demam (Purnomo,2009). Udem dan eritem pada skrotum

merupakan hal yang sering terjadi pada torsio dan tidak menunjang

diagnosis untuk epididimo-orchitis, yang sangat jarang terjadi pada

kelompok usia lelaki muda. Torsio dari ujung testicular lebih sering

pada anak laki-laki prepubertal, begitu juga dengan orchitis dan

udema scrotal idiopatik. Jarang perdarahan pada tumor testicular

muncul dengan akut skrotum. (Cranstoon,2002).

Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit

dalam urin dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda

11

Page 12: 73341243 Case Torsio Testis

inflamasi, kecuali pada torsio testis yang sudah lama dan telah

mengalami keradangan steril. (Purnomo, 2009)

Teknik investigative biasanya tidak diperlukan dan menunda

eksplorasi (Cranston,2002). Pemeriksaan penunjang yang berguna

untuk membedakan torsio testis dengan keadaan akut skrotum yang

lain adalah dengan memakai : stetoskop Doppler, ultrasonografi

Doppler (Purnomo,2009) (dapat berguna dalam diagnosis namun

dapat salah diartikan, terutama pada kasus torsio intermitten dengan

hyperemia dapat muncul setelah terjadi pemutaran balik secara

spontan (Cranston,2002), dan sintigrafi testis yang kesemuanya

bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis

tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada

keradangan akut testis terjadi peningkatan aliran darah ke testis

(Purnomo,2009).

Gambar. A Testis normal (panah merah) B Torsio testis ekogenisitas menurun,edema

(Sumber: http://mymedicineworld.net/?tag=infarction)

12

A B

Page 13: 73341243 Case Torsio Testis

Gambar. Torsio testis dan Orchitis

(Sumber:http://www.catscanman.net/blog/wp-

content/uploads/casebook/orchitis5.jpg)

2.2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis bandingnya adalah semua keadaan darurat dan

akut di dalam skrotum seperti hernia inkarserata, orkitis akut,

epididimitis akut dan torsio hidatid morgagni. (Wim De jong, 2005)

13

Page 14: 73341243 Case Torsio Testis

Sumber: (http://www.ebmedicine.net/topics.php?

paction=showTopicSeg&topic_id=173&seg_id=3410)

14

Page 15: 73341243 Case Torsio Testis

(Sumber: Siroky, 2004)

A. Epididimis akut.

Penyakit ini secara klinis sulit dibedakan dengan torsio

testis. Nyeri skrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu

tubuh, keluarnya nanah dari uretra, adanya riwayat coitus

suspectus (dugaan melakukan senggama dengan bukan isterinya),

atau pernah menjalani katerisasi uretra sebelumnya

(Purnomo,2009).

Jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis, pada

epididimitis akut terkadang nyeri akan berkurang sedangkan pada

torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn). Pasien epididimitis

akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan

sedimen urin didapatkan adanya leukosituria atau bakteriuria

(Purnomo,2009).

Pada kasus epididimo-orkitis, Ultrasound Doppler

menunjukkan adanya peningkatan aliran darah. Pada kasus torsio

testis tidak terdapat aliran darah. (Schwartz, 2005)

15

Page 16: 73341243 Case Torsio Testis

B. Hernia skrotalis inkarserata.

Biasanya didahului dengan anamnesis didapatkan benjolan

yang dapat keluar dan masuk ke dalam skrotum (Purnomo,2009).

C. Hidrokel terinfeksi,

Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normlanya tidak

teraba, kecuali bila mngandung cairan membentuk hidrokel, yang

jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada transiluminasi. Hidrokel

dapat disebabkan oelh rangsangan patologik seperti radang atau

tumor testis. (Wim De Jong, 2005)

Dengan anamnesis sebelumnya sudah ada benjolan di

dalam skrotum (Purnomo,2009)

D. Tumor testis.

Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di

dalam testis (Purnomo,2009).

E. Edema skrotum

Dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya

pembuntuan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-

kelainan lain yang tidak diketahui sebabnya (idiopatik)

(Purnomo,2009)

2.2.8 Penatalaksanaan

A. Detorsi Manual

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke

asalnya, yaitu dengan jalan memutar testis kea rah berlawanan

dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial

maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,

kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah

medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa

detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap

dilaksanakan. (Purnomo,2009).

16

Page 17: 73341243 Case Torsio Testis

Bila dilakukan detorsi dalam 6 jam setelah onset gejala makan 97%

testis dapat diselamatkan. Dan bila lebih dari 24 jam hanya ada 10%

kemungkinan. (Kass, Lundak, 1997)

B. Operasi

Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan

posisi testis pada arah yang benar (reposisi) dan setelah itu

dilakukan penilaian apakah testis yang mengalami torsio masih

viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis (Purnomo,2009).

Operasi dalam 6 jam biasanya dapat mencegah terjadi

iskemia testis, dan akan mengalami penurunan sebesar 20%

dalam 12 jam.(Schwartz, 2005).

Atrofi muncul antara 4 jam sampai 8 jam dan setelah 10 jam

iskemia nekrosis tidak dapat lagi terelakkan (Cranston,2002).

Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis)

pada tunika darts kemudian disusul orkidopeksi pada testis

kontralateral (Purnomo,2009).

Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang

yang tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis

tidak terpluntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah

mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis

(orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis

kontralateral (Purnomo,2009), Kecuali apabila terdapat infeksi

sekunder karena iskemia nekrosis. Kualitas semen akan

menurun pada testis yang mengalami torsio, dan walaupun

mekanismenya masih belum jelas, terdapat beberapa bukti

yang menyatakan pengembalian suplai darah pada testis yang

mengalami iskemia menstimulasi produksi antitestis dan

antibody antisperma (Cranston,2002).

17

Page 18: 73341243 Case Torsio Testis

Gambar 2.5 Torsio tetis (Lonergan, 2007)

Gambar testis yang mengalami nekrosis

2.3 Orchitis

2.3.1 Definisi

Orchitis adalah reaksi inflamasi akut akibat infeksi sekunder pada

testis. Kebanyakan kasus berkaitan dengan infeksi virus mumps. Selain

virus mumps, virus ataupun abkteri lain juga dapat menyebabkan orchitis.

(Mycyk, 2010)

2.3.2 Epidemiologi

DI Amerika Serikat diperkirakan 20% dari pasien prepubuertas

yang terinfeksi virus mumps mengalami orchitis. Pada Orkitis mumps, 4-5

kasus terjadi pada usia prepubertas ( < 10 tahun). Pada Orkitis bakterialis,

kebanyakan kasus berkaitan dengan epididimis (epididimo-orkitis), dan

terjadi pada usia seksual aktif, lebih dari 15 tahun atau diatas 50 tahun

dengan hipertrofi prostat jinak. (Mycyk, 2010)

18

Page 19: 73341243 Case Torsio Testis

II.3.1 Etiologi

Gambar 3.1 Orchitis

(Sumber: http://www.sciencephoto.com)

Orkitis paling sering disebabkan oleh virus mumps. Selain itu, dapat

juga disebabkan oleh virus coxsackie, mononucleosis infeksiosa, varicella

dan echovirus.Orkitis bakterialis biasanya berkaitan dengan epididimitis.

Bakteri yang berpean berupa Neisseria gonorrhea, Chlamydia

trachomatis, Escheriaia coli, Klebsiella peneumoniae, Pseudomonas

aeruginosa, Staphylococcus dan Streptococcus. Penderita

imunokompromais yang menderita orkitis berkaitan dengan infeksi

Mycobacterium complex, Cryptococcus neoformans, Toxoplasma gondii,

Haemophilus parainfluenzae dan Candida albicans. (Mycky, 2010)

Orkitis akut ditemukan sebagai penyulit penyakit virus, misalnya

yang terkenal adalah parotitis epidemika (Wim De jong, 2005).

Peradangan pada testis dapat terjadi sebagai akibat dari penyebaran

hematogen dari berbagai penyakit infeksi sistemik. Diperkirakan orchitis

tanpa epididimitis berasal melalui cara tersebut (Meares, 1995).

Epididimoorchitis, merupakan komplikasi serius dari mumps,

secara umum hanya terlihat pada remaja laki-laki dan lelaki muda. Faktor

yang menjadi predisposisi komplikasi ini tidak diketahui, bagaimanapun,

mumps orchitis terjadi pada 20-35 % kasus mumps pada laki-laki pada

19

Page 20: 73341243 Case Torsio Testis

usia tersebut dan bilateral pada 10 % kasus. Onset biasanya terjadi pada

3-4 hari setelah berkembangnya parotitis (Meares, 1995).

Tuberkulosis orchitis dapat terjadi dari penyebaran hematogen dari

tuberkel bacilli dari focus infeksi di paru atau lebih sering lagi, secara

langsung dari tuberculous epididimytis (Meares, 1995).

Orkitis luetika jarang ditemukan. Sifilis stadium IV yang merupakan

guma di orgaan ini agak sering terdapat di testis, tetapi setelah penemuan

antibiotik, sifilis stadium IV sangat jarang ditemukan. Pada pemeriksaan

didapatkan pembengkakan seluruh testis yang tidak nyeri, konsistensi

agak kenyal seperti karet dan mungkin terdapat hubungan dengan kulit

depan yang akhirnya membentuk fistel kulit. Diagnosis bandingnya berupa

kanker testis. (Wim De Jong, 2005)

Testis dapat terlibat dalam syphilis, gummas dengan area nekrosis

yang besar terkadang berkomplikasi sebagai tingkat lanjut dari syphilis

(Meares, 1995).

Granulomatous orchitis, proses inflamasi nonspesifik pada testis,

terjadi biasanya pada umur pertengahan dan laki-laki tua. Berasal dari

proses noninfeksi. Bukti menunjukkan bahwa penyakit autoimun dapat

terlihat sebagai respon granulomatos pada spermatozoa (Meares, 1995).

2.3.3 Patogenesis dan patologi

Pada inspeksi menyeluruh, testis yang terlibat dalam orchitis

ninspesifik biasanya membesar, kongesti dan supel; pada bagian tertentu

abses kecil dapat terlihat. Secara histologi, edema dari jaringan ikat dan

infiltrasi neutrofil merupakan karakteristik. Tubulus seminiferus dapat juga

terlibat dan nekrosis dapat muncul. Tubulus seminiferus digantikan

dengan tuberkel kaseosa pada tuberculosis orchitis dan dengan infiltrate

dari sel mononuclear (sel plasma, limfosit, sel mononukleat, dan sel

epiteloid) pada nonspesifik granulomatosa orchitis. Garis luar tubulus

seminiferus tetap ada namun aktivitas spermatogenesis tidak ada. Pada

20

Page 21: 73341243 Case Torsio Testis

masa penyembuhan, tubulus seminiferus dan sel interstisial biasanya

tetap dipertahankan (Meares, 1995).

Mumps merupakan penyebab infeksi paling sering dari orchitis.

Menariknya, mumps orchitis hanya terjadi pada lelaki postpubertal. Secara

umum testis sangat membesar dan berwarna kebiruan. Pada bagian,

karena terjadi reaksi interstitial dan edema, tubulus tidak terdorong

keluar . Secara histology, edema dan dilatasi diobservasi; neutrofil,

limfosit dan makrofag banyak ditemukan; dan sel tubular menunjukkan

derajat degenerasi. Pada masa penyembuhan testis kecil dan lembut.

Secara histology, fase ini menunjukkan tubular atrophy namun tetap

mempertahankan sel interstisial Leydig. Epididimis seringkali terlibat

(Meares, 1995).

2.3.4 Gambaran klinik

A. Gejala dan Tanda

Orkitis ditandai adanya nyeri dan bengkak pada testis. Nyeri

yang dirasakan berkisar nyeri ringan sampai berat. Gejala lain yang

dapat ditemukan berupa lelah, nafsu makan menurun, nyeri otot,

demam, mual dan nyeri kepala. (Mycyk, 2010)

Munculnya mumps orchitis mendadak, biasanya terjadi

setelah 3-4 hari setelah terjadinya parotitis. Skrotum dapat

berwarna kemerahan dan udem. Tidak seperti penemuan pada

epididimitis, gejala urinari yang dikaraktestikkan tidak ada. Demam

dapat mencapai 40o C dan prostrasi dapat terlihat (Meares, 1995)

Parotitis dari mumps dapat muncul atau bukti penyakit

infeksi yang lain yang dapat ditemukan. Satu atau kedua testikel

akan membesar dan sangat ‘lunak’. Terkadang epididimis tidak

dapat dibedakandari testis dengan palpasi. Kulit scrotum dapat

kemerahan. Pada hidrocele terdapat transluminasi Pada

pemeriksaan rectal touché dapat ditemukan pembesaran dari

prostat (prostatitis) berkaitan epididimo-orkitis. (Mycyk, 2010).

21

Page 22: 73341243 Case Torsio Testis

B. Penemuan laboratorium

Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis.

Proteinuria ringan dan mikrohematuria telah di gambarkan, namun

urinalisis biasanya normal. Selama episode akut dari viral orchitis,

organism infektif dapat ditemukan pada urin (Meares, 1995).

2.3.5 Diagnosis banding

Saat masih awal, epididimis akut dapat dibedakan dengan mudah

dari orchitis akut karena hanya epididimis yang terlibat dalam reaksi

peradangan. Kemudian kongesti pasif dari testicle berkembang,

perbedaan antara epididimis dan orchitis menjadi sulit. Adanya discharge

uretra dan pyuria, hasil positif pada urin dan kultur cairan prostat dan tidak

adanya penyakit infeksi menyeluruh lebih mengarah kepada epididimitis,

bukan orchitis (Meares, 1995).

Torsio pada funikulus spermatikus dapat menjadi diagnosis yang

sulit untuk dibedakan. Pada awal terjadinya torsio, epididimis terasa di

anterior testis. Tidak adanya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

fisik yang mengarah ke penyakit infeksi cenderung menyingkirkan orchitis

(Meares, 1995).

Orchitis Granulomatosa non-spesifik mudah tercampurkan dengan

tumor testicular pada awal penemuan klinik. Perbedaannya biasanya

dibedakan melalui patologi pada saat radical orchiectomy (Meares, 1995).

Gambar 3.3 Granulomatous Orchitis

(http://pathweb.uchc.edu/eatlas/GU/503b.htm)

22

Page 23: 73341243 Case Torsio Testis

Ruptur post-traumatik dari testis dan perdarahan akut pada testis

karena trauma minor merupakan kondisi yang harus dibedakan dari

orchitis. Perdarahan spontan pada testikel dapat terjadi pada pria dengan

poliarteritis nodosa. Orchiectomy biasanya dibutuhkan karena kondisi ini

tidak dapat dibedakan dengan tumor testicular (Meares, 1995).

2.3.6 Komplikasi

Spermatogenesis mengalami kerusakan yang tidak dapat kembali

pada 30% testis yang terkena orchitis mumps. Dapat terjadi atrofi testis. .

Jika kedua testis terlibat, dapat mengakibatkan infertil namun fungsi

androgennya biasanya masih terjaga. Komplikasi lainnya adalah

epididimitis kronik, infark testis, fistula scrotal kutaneus, dan abses

skrotum.(Linda, 2010 dan Meares, 1995).

2.3.7 Pencegahan

Vaksin mumps sangat efektif dalam mencegah parotitis dan

komplikasi orchitis, ini direkomendasikan untuk semua orang yang

kemungkinan terkena pada umur lebih dari satu tahun. Insiden orchitis

menurun dengan diadministrasikan mumps hiperimun globulin, 20 mL,

selama masa inkubasi atau pada tahap awal penyakit. Pemberian

estrogen atau kortikosteroid yang rutin untuk semua laki-laki post pubertal

yang terkena mumps diberikan untuk mencegah orchitis, bagaimanapun

hal ini masih kontroversial (Meares, 1995).

2.3.8 Penatalaksanaan

Orchitis karena bakteri harus diobati dengan obat antimikroba,

sedangkan obat-obatan ini tidak berguna melawan mumps orchitis.

Resolusi yang cepat dan dari pembengkakan dan rasa sakit kadang dapat

dicapai dengan infiltrasi dari funikulus spermatikus secepatnya superior

dari testis yang terlibat dengan 20 mL dari 1% lidocaine. Ini dapat

23

Page 24: 73341243 Case Torsio Testis

menjaga aktivitas spermatogenic dengan memperbaiki suplai darah ke

testicle. Pada kasus orchitis granulomatosa nonspesifik penggunaan

kortikosteroid diindikasikan (Meares, 1995).

Tirah baring penting untuuk tahap akut orchitits. Penghangatan

local berguna dan menghilangkan nyeri. Dukungan terhadap organ dapat

meningkatkan kenyamanan; handuk diletakkan di bawah skrotum atau

penggunaan athletic supporter dapat berguna. Pengobatan untuk

menghilangkan rasa sakit dan demam disarankan (Meares, 1995).

2.3.9 Prognosis

Orchitis bilateral dapat berakibat kerusakan spermatgenesis yang

tidak dapat dikembalikan dan permanen sterilitas. Pada fase akut mumps

orchitis bertahan sampai 1 minggu. Atropi baru terlihat pada 1 atau 2

bulan (Meares, 1995).

24

Page 25: 73341243 Case Torsio Testis

BAB III

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 61 tahun

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Bangsa / Suku : Indonesia / Betawi

Alamat : Sawangan, Depok

Pendidikan : SLTA

Tanggal Masuk : 11 Maret 2011

II. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 18 Maret 2011

Keluhan Utama

Nyeri pada kantong buah zakar sejak 10 hari SMRS

Keluhan Tambahan

Kantong buah zakar membesar, nyeri BAK, sulit memulai BAK, sering

BAK.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ke RSUP Fatmawati dengan keluhan nyeri pada

kantong buah zakar sejak 10 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus,

terutama bila disentuh, duduk, atau jika pasien sedang BAK. Pasien

mengatakan kantong buah zakar dirasakan membesar. Awalnya pasien

juga mengeluh nyeri pada saat BAK sejak ± 5 bulan terakhir, sulit memulai

BAK karena nyeri, sedikit-sedikit dan sering ± setiap 1 jam/kali . BAK

mengalir tidak menetes, pancaran kuat. Pada malam hari pasien BAK ± 5-

25

Page 26: 73341243 Case Torsio Testis

6 kali. BAK berwarna kuning, jernih. BAK dapat di tahan, tidak

mengompol. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.

Pasien tidak mengeluh adanya lendir yang keluar dari lubang BAK.

Bersamaan dengan keluhan ini maupun sebelumnya, pasien tidak

mengeluh demam, mual, muntah nyeri otot, nyeri kepala ataupun

pembengkakan pada leher atas. Riwayat trauma sebelumnya (-).

Pada saat di IGD pasien diberikan obat dan diberikan transfusi.

Selama di RS, pasien mengeluh nyeri di kantong kemaluan semakin

bertambah dan buah zakar semakin membesar. Keluhan lain juga masih

dirasakan. Pada hari ke- 4 di RS, BAK pasien seperti teh botol. Pada hari

ke-6 di rumah sakit, dari kantong kemaluan pasien keluar cairan berwarna

kehijauan dan berbau. Pasien kemudian melapor kepada perawat.

Kantong kemaluan yang mengeluarkan cairan tersebut dibalut. Setelah

keluarnya cairan tersebut, pasien mengatakn keluhan nyeri berkurang dan

besar kantong kemaluan berkurang. Keluhan lain masih dirasakan,

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan keluhan ini sudah pernah dialami sebelumnya

± 3 tahun yang lalu. Pasien, mengatakan awalnya pada kantong kemaluan

pasien di bagian bawah belakang muncul seperti bisul, kemudian selama

1 minggu, pasien merasakan nyeri pada kantong kemaluan, dan bisul

kemudian pecah, kantong kemaluan seperti membesar. Tapi hanya sedikit

tidak seperti sekarang. Setelah bisul pecah pasien mengeluh nyeri pada

saat BAK. Keluhan ini berulang lebih dari 5 kali, terkadang 3 bulan hingga

5 bulan kemudian. Terakhir ± 8 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluh

demam, mual, muntah nyeri otot, nyeri kepala ataupun pembengkakan

pada leher atas. Selama waktu tersebut, pasien berobat di dokter

umum, dan diberikan rivanol, salep dan obat minum. ± 5 bulan yang lalu,

pasien mengeluh BAK berwarna merah, nyeri BAK. BAK merah terakhir ±

2 minggu SMRS. Untuk keluhan yang ini, pasien tidak memeriksakan ke

dokter.Menurut pasien, pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM.

26

Page 27: 73341243 Case Torsio Testis

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-), DM (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik

a. Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Sikap : Kooperatif

Tanda vital

Tekanan darah : 130 / 80 mmhg

Nadi : 84 kali / menit

Pernapasan : 20 kali / menit

Suhu tubuh : 36,5 oC

Kepala : normochepali

Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak

mudah dicabut

Wajah : simetris

Kulit : warna kuning langsat, turgor baik

Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-,

Hidung : sekret -/-, hiperemis -/-

Mulut : oral hygiene baik, faring tidak

hiperemis

Leher : trakea lurus di tengah, KGB tidak

membesar

27

Page 28: 73341243 Case Torsio Testis

Paru :

Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis

dan dinamis

Palpasi : vokal fremitus teraba sama di kedua

lapang paru

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler di kedua lapang

paru, rhonkii -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea

midklavikula sinistra

Perkusi :

Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra

Batas kiri : ICS V 3 cm lateral linea midklavikularis

sinistra

Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur

(-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : datar, supel

Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans

muscular (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)

28

Page 29: 73341243 Case Torsio Testis

b. Status Urologi

Sudut costo vertebra

Inspeksi : benjolan (-), memar (-), trauma (-)

Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan(-), nyeri ketok

(-)

Supra simpisis

Inspeksi : benjolan (-), jejas (-),

Palpasi : benjolan (-), massa (-),buli-buli tidak

penuh, nyeri tekan (+).

Genitalis eksterna : OUE letak normal, merah (-), bengkak

(-), nyeri (-), sekret (-),

Scrotum: Pembesaran (+) berukuran

± 5 x 6 x 3 cm, terdapat luka tertutup

perban pada sebelah kiri bawah,

rembesan darah (-), rembesan pus (+)

berwarna kehijauan.

Prehn test: (-)

Rectal toucher :Tonus Sfingter Ani baik, mukosa licin,

massa (-), nyeri tekan (-), ampula recti

tidak kolaps, prostat tidak teraba

membesar, nyeri tekan (-)

- Sarung tangan : darah (-), lendir (-),

feses (+)

29

Page 30: 73341243 Case Torsio Testis

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

Rujukan11-3-

2011

15-03-

2011

17-3-

2011HEMATOLOGIHemoglobin 6,5 8,1 9,1 gr/dl 13,2 – 17,3Hematokrit 20 24 27 % 33 – 45Leukosit 41,7 23,0 27,3 ribu/ul 5,0 – 10,0Trombosit 829 822 733 ribu/ul 150 – 440Eritrosit 2,14 2,66 3,08 juta/ul 4,40 – 5,90VER/HER/KHER/RDWVER 93,9 92,0 88,2 fl 80,0– 100,0HER 30,5 30,6 29,5 pg 26,0 – 34,0KHER 20,5 33,2 33,5 gr/dl 32,0 – 36,0RDW 15,3 15,0 15,4 % 11,5 – 14,5FUNGSI HATISGOT 29 % 0 – 30SGPT 17 % 0 – 40FUNGSI GINJALUreum 113 mg/dl 20-40Creatinin 1,9 mg/dl 0,6-1,5ELEKTROLITNa 134 mmol/l 135-147K 3,62 mmol/l 3,10-5,10Cl 109 mmol/l 95-108GULA DARAHGDS 159 g/dL

Pemeriksaan Radiologi (tanggal 11 Maret 2011)

Foto Thorax

30

Page 31: 73341243 Case Torsio Testis

Kesan : jantung : kardiomegali dan kalsifikasi aorta

Pulmo : normal

Pemeriksaan BNO (11 Maret 2011)

Kesan: Terdapat batu buli multipel

V. RESUME

Pasien, laki-laki, 63 thn, dibawa ke RSUP Fatmawati dengan

keluhan nyeri pada kantong buah zakar sejak 10 hari SMRS. Nyeri terus

31

Page 32: 73341243 Case Torsio Testis

menerus, terutama bila disentuh, duduk, atau jika pasien sedang BAK.

Kantong buah zakar membesar (+). Nyeri BAK (+) sejak ± 5 bulan

terakhir, sulit memulai BAK (+), sedikit-sedikit dan sering ± setiap 1

jam/kali . BAK mengalir tidak menetes, pancaran kuat, malam hari BAK ±

5-6 kali. BAK berwarna kuning, jernih. Tidak dapat menahan BAK (-) Nyeri

perut bagian bawah (-). Lendir dari lubang BAK (-). Demam (-), mual (-),

muntah (-), nyeri otot (-), nyeri kepala (-), pembengkakan pada leher atas

(-).

Hari ke- 4 di RS, BAK seperti teh botol (+). Hari ke-6 di RS, dari

kantong kemaluan keluar cairan berwarna kehijauan dan berbau. Keluhan

nyeri berkurang, besar kantong kemaluan berkurang. Keluhan lain masih

dirasakan.

Keluhan ini sudah pernah dialami sebelumnya ± 3 tahun yang lalu.

Berulang lebih dari 5 kali. Terakhir ± 8 bulan yang lalu. Berobat di dokter

umum, dan diberikan rivanol, salep dan obat minum. ± 5 bulan yang lalu,

BAK berwarna merah, nyeri BAK. BAK merah terakhir ± 2 minggu SMRS.

Untuk keluhan yang ini, pasien tidak memeriksakan ke dokter.

Pemeriksaan fisik:

KU/Kes : Tampak sakit sedang/ komposmentis

Tanda vital

Tekanan darah : 130 / 80 mmhg

Nadi : 84 kali / menit

Pernapasan : 20 kali / menit

Suhu tubuh : 36,5 oC

a. Status Urologi

Sudut costo vertebra

Inspeksi : benjolan (-), memar (-), trauma (-)

Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan(-), nyeri ketok

(-)

Supra simpisis

32

Page 33: 73341243 Case Torsio Testis

Inspeksi : benjolan (-), jejas (-),

Palpasi : benjolan (-), massa (-),buli-buli tidak

penuh, nyeri tekan (+).

Genitalia eksterna : OUE letak normal, merah (-), bengkak

(-), nyeri (-), sekret (-),

Scrotum: Pembesaran (+) berukuran

± 5 x 6 x 3 cm, terdapat luka tertutup

perban pada sebelah kiri bawah,

rembesan darah (-), rembesan pus (+)

berwarna kehijauan.

Prehn test: (-)

Rectal toucher :Tonus Sfingter Ani baik, mukosa licin,

massa (-), nyeri tekan (-), ampula recti

tidak kolaps, prostat tidak teraba

membesar, nyeri tekan (-)

-Sarung tangan : darah (-), lendir (-),

feses (+)

VI.DIAGNOSIS KERJA

Orchitis Sinistra

Vesikolitiasis

Anemia

33

Page 34: 73341243 Case Torsio Testis

VII. PENATALAKSANAAN

Tanggal 17 Maret 2011:

- GV pagi dan sore

- Ceftriaxon 1 x 2 gr iv

- Metronidazole 3 x 500 mg iv

- Vit C 1 x 400 mg iv

- Pro Vesikolitotomi

- Transfusi PRC 250 cc

VIII. PROGNOSA

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia

IX. RENCANA PEMERIKSAAN

Kultur pus

USG Testis

Fistulografi

34

Page 35: 73341243 Case Torsio Testis

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pada hasil anamnesis didapatkan nyeri dan pembesaran pada

pada skrotum. Keluhan ini dapat ditemukan pada orchitis, torsio testis, dan

epididimitis. Dari keluhan pasien ini, sesuai dengan gejala orchitis yaitu

nyeri dan bengkak pada testis. Nyeri yang dirasakan berkisar nyeri ringan

sampai berat (Mycyk, 2010).

Nyeri dan pembesaran pada testis dapat ditemukan pada orchitis,

epididimitis, torsio testis dan rupture testis. Diagnosa banding torsio testis

dapat disingkirkan. Torsio testis biasanya terjadi pada usia 10 hingga 19

tahun, pasien ini berusia 61 tahun. Dari anamnesis pada torsio testis nyeri

yang ditemukan bersifat akut, mendadak dan pada pasien ini nyeri

awalnya ringan dan semakin memberat. Ruptur testis dapat disingkirkan

degan riwayat trauma sebelumnya. Pada pasien ini tidak didapatkan

riwayat trauma. Epididimitis dapat disingkirkan dengan tidak

didapatkannya discharge uretra.

Gejala lain yang dapat ditemukan pada orchitis berupa lelah, nafsu

makan menurun, nyeri otot, demam, mual dan nyeri kepala. Pada pasien

ini, demam (-), mual (-), muntah (-), nyeri otot (-), nyeri kepala (-),

pembengkakan pada leher atas (-). Tidak adanya keluhan ini, tidak dapat

menyingikirkan diagnosis orchitis, sebab gejala tersebut terutama pada

orchitis mumps. Disamping itu pada hari ke-6 di rumah sakit, dari kantong

kemaluan pasien keluar cairan berwarna kehijauan dan berbau. Sehingga

memperkuat diagnosis Orchitis.

Pada pemeriksaan fisik regio scrotalis didapatkan pembesaran (+)

berukuran ± 5 x 6 x 3 cm, terdapat luka tertutup perban pada sebelah kiri

bawah, rembesan darah (-), rembesan pus (+) berwarna kehijauan.

Dilakukan prehn test yang pada kasus ini prehn test (-) sedangkan bila

pada torsio testis prehn test (+).

35

Page 36: 73341243 Case Torsio Testis

Pada anamnesis juga didapatkan nyeri BAK (+) sejak ± 5 bulan

terakhir, hesistensi (+), miksi tidak puas (+), nokturia (+), pancaran kuat,

BAK berwarna kuning, jernih. Urgensi (-) Nyeri perut bagian bawah (+),

riwayat hematuria (+). Keluhan ini dapat ditemukan pada vesikolitiasis,

BPH (Benign Prostat Hypertrophy) dan striktur uretra.

Pada vesikolitiasis nyeri dirasakan di akhir BAK pada ujung penis,

skrotum, perineum, pinggang, sampai ujung kaki. Selain itu dapat

ditemukan hematuria, kencing tiba-tiba berhenti dan kembali lancar

setelah perubahan posisi, frekuesi. Pada pasien ini, didapatkan adanya

disuria, dan riwayat hematuria yang dialami selama ± 5 bulan SMRS,

terkhir kali 2 minggu SMRS. Pada pasien tidak ditemukan adanya BAK

yang tiba-tiba berhenti dan kembali lancar setelah perubahan posisi.

Sehingga, diagnosis vesikolitiasis belum dapat disingkirkan.

Pada BPH dapat ditemukan gejala obstruktif berupa hesistensi,

intermiten, pancaran miksi melemah, miksi menetes, miksi tidak puas dan

gejala iritatif berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan disuria. Gejala yang

terdapat pasien ini yaitu adanya gejala obstruktif berupa hesistensi, miksi

tidak puas dan gejala iritatif berupa frekuensi, nokturia, dan disuria.

Sehingga, diagnosis BPH belum dapat disingkirkan.

Pada striktur uretra, gejala yang dapat ditemukan berupa disuria,

pancaran miksi kuat, bercabang, hematuria. Gejala yang terdapat pada

pasien berupa disuria dan riwayat hematuria. Sehingga diagnosa banding

striktur uretra dapat disingkirkan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan suprasimfisis (+),

Rectal Touche tidak didapatkan pembesaran prostat. Sehingga

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosa lebih mengarah

ke vesikolitiasis, namun diagnosa banding BPH belum dapat disingkirkan.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva pucat.

Kemungkinan paasien megalami anemia akibat hematuria selama ± 5

bulan SMRS. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan laboratorium didapatkan

Hb pada saat pasien masuk di IGD 6,5 g/dL dan pada saat pemeriksaan

36

Page 37: 73341243 Case Torsio Testis

Hb terakhir 9,1 g/dL (17 Maret 2011). Hal ini, karena sudah dilakukan

transfusi pada pasien. Pada pemeriksaan laboratorium juga didapatkan

leukositosis, yaitu 27.300/uL (17 Maret 2011). Hal ini menunjang diagnosis

orchitis.

Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan foto BNO. Dan

didaoatkan adanya vesikolitiasis. Sehingga menunjang diagnosis

vesikolitiasis pada pasien ini. Namun, BPH belum dapat disingkirkan,

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan USG prostat. Pemeriksaan yang

dianjurkan pada pasien ini adalah USG testis dan kultur pus. Kultur pus

ditujukan untuk mengetahui jenis bakteri sehingga pemberian antibiotik

pun dapat disesuaikan.

Penalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini berupa GV pagi

dan sore, Ceftriaxon 1 x 2 gr iv, Metronidazole 3 x 500 mg iv, dan Vit C 1 x

400 mg iv.

Pada orchitis bakteri yang berpean berupa Neisseria gonorrhea,

Chlamydia trachomatis, Escheriaia coli, Klebsiella peneumoniae,

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus dan Streptococcus.

Ceftriaxon merupakan golongan sefalosporin generasi III yang

mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh eliminasi 8 jam. Efektif

terhadap mikroorganisme gram positif dan lebih aktif terhadap bakteri

gram negatif, meliputi P. aeruginosa dan bacteroides. Ceftriaxone sangat

stabil terhadap enzim β-laktamase. Hal ini sesuai dengan penyebab pada

orchitis. Metronidazole merupakan antibakteri dan antiprotozoa sintetik

derivat nitroimidazol yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan

trikomonosid. Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis,

Entamoeba histolytica, Giardia lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik

lokal maupun sistemik.

Pada pasien ini direncanakan vesikolitotomi untuk penanganan

vesikolitiasis. Anemia pada pasien ini ditatalaksana dengan pemberian

trasfusi.

37

Page 38: 73341243 Case Torsio Testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Cranston. Torsion of the testicle. In Oxford textbook of surgery.Oxford

University Press 2002

2. Cuckow.P.M, Frank.J.D : Torsion of the testis, BJU International

2000; 86 (3) : 349.

Favorito LA, Cavalcante AG, Costa WS, Anatomic aspects of epididymis

and tunica vaginalis in patients with testicular torsion, International

braz j urol, vol.30 no.5, Sept./Oct. 2004 available in

http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1677-

55382004000500014, july 6, 2004

3. Minevich E, McQuiston LT, Division of Pediatric Urology, University

of Cincinnati, available in

http://emedicine.medscape.com/article/438817-overview. Sep 24,

2010

4. Kass EJ, Lundak BL: The acute scrotum. Pediatr Clin North Am

1997;44:1251.

5. Linda J. Vorvick, MD, MEDEX Northwest Division of Physician

Assistant Studies, University of Washington School of Medicine.

available in

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001280.htm, March

9, 2010

Lonergan GJ, Children's Hospital of Austin, Washington, DC, available in

http://www.radiologyassistant.nl/images/thmb_45f66b0f05842FI

G-torsion2.jpg, Mei 1, 2007

6. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern

Surgical Practice. Edisi 16.USA: W.B Saunders companies.2002

7. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi Ketujuh.USA:The Mcgraw-Hill

companies.2005

38

Page 39: 73341243 Case Torsio Testis

8. Siroky.M.B : Torsion of the testis. In : Siroky.M.B, Oates.R.D,

Babayan.R.K (eds), Handbook of urology: diagnosis and Therapy, 3rd

ed, Lippincot William&Wilkins; Philadelpihia 2004: 369-72.

9. Reynard.J : Torsion of the testis and testicular appendages. In:

Reynard.J, Brewster.S, Biers.S (eds), Oxford Handbook of Urology,

Oxford University Press, New York 2006: 452.

10. Ringdahl E, Teague L. Testicular torsion. Am Fam Physician. Nov

15 2006;74(10):1739-43. [Medline].

11. Rupp.T.J : testicular Torsion, Department of Emergency Medicine,

Thomas Jefferson University, available in

http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm, Dec 13, 2006

12. Vishal. Endocrine Physiology. 2nd Ed. McGrawHill. 2007

13. http://www.sciencephoto.com/images/showFullWatermarked.html/M8

65061-Acute_epididymo-orchitis_(inflammation)_of_testis-SPL.jpg?

id=778650061

39