7. Juknis Ice-Ice.pdf

9
Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut 0 Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut 1 KATA PENGANTAR Salah satu produk perikanan budidaya yang dikembangkan melalui Intensifikasi Budidaya Ikan (INBUDKAN) adalah rumput laut. Hingga saat ini budidaya rumput laut telah berkembang di Bali, Lombok, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan daerah Pantura Jawa Tengah. Kendala utama budidaya rumput laut adalah adanya penyakit ice-ice. Ancaman terhadap penyebaran infeksi penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut di Indonesia telah mendorong pencarian solusi yang meliputi; (1) program diagnosis cepat penyakit ice-ice, (2) sosialisasi dan aplikasi sistim budidaya yang baik dengan menerapkan sistim budidaya berbasis biosecurity dan (3) penyediaan bibit tahan dan bebas penyakit. Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah buku petunjuk pengendalian penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut. Penyusunan buku ini telah diusahakan memberikan informasi yang terbaru mengenai semua aspek penyakit ice- ice pada rumput laut, pencegahan dan pengendaliannya. Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkecimpung dalam budidaya rumput laut. Jakarta, Juni 2004 Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Ttd

description

22w22

Transcript of 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Page 1: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

0 Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

1

KATA PENGANTAR

Salah satu produk perikanan budidaya yang dikembangkan melalui Intensifikasi Budidaya Ikan (INBUDKAN) adalah rumput laut.

Hingga saat ini budidaya rumput laut telah

berkembang di Bali, Lombok, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan daerah Pantura Jawa Tengah.

Kendala utama budidaya rumput laut adalah adanya

penyakit ice-ice. Ancaman terhadap penyebaran infeksi penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut di Indonesia telah mendorong pencarian solusi yang meliputi; (1) program diagnosis cepat penyakit ice-ice, (2) sosialisasi dan aplikasi sistim budidaya yang baik dengan menerapkan sistim budidaya berbasis biosecurity dan (3) penyediaan bibit tahan dan bebas penyakit.

Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah buku

petunjuk pengendalian penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut. Penyusunan buku ini telah diusahakan memberikan informasi yang terbaru mengenai semua aspek penyakit ice-ice pada rumput laut, pencegahan dan pengendaliannya.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk

semua pihak yang berkecimpung dalam budidaya rumput laut.

Jakarta, Juni 2004 Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Ttd

Page 2: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................... 1 DAFTAR ISI...................................................................... 2 DAFTAR GAMBAR ......................................................... 3 1. PENDAHULUAN ........................................................ 5

1.1. Latar Belakang ........................................................ 5 1.2. Tujuan .................................................................... 7

2. RUMPUT LAUT DAN ICE-ICE ................................ 8

2.1. Rumput Laut ........................................................... 8 2.2. Penyakit Ice-ice ...................................................... 9

3. PENGENDALIAN ..................................................... 13 3.1. Bibit Rumput Laut ................................................. 13 3.2. Desinfeksi Bibit ..................................................... 13 3.3. Manajemen Kesehatan Rumput Laut ...................... 13

3.3.1. Lokasi .................................................... 13 3.3.2. Teknik Budidaya .................................... 14 3.3.3. Musim Tanam ........................................ 15

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Thallus Eucheuma yang Terinfeksi Ice-ice ........ 11 Gambar 2. Rumput Laut yang Mengalami Infestasi Epifit .. 11

Page 3: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

4

TIM PENYUSUN

Kamiso HN

Darnas Dana

Endhay Kusnendar

Hambali Supriyadi

M. Murdjani

Agus Irianto

Edward Danakusumah

Fachrian H. Pasaribu

Arief Taslihan

Djumbuh Rukmono

Taukhid

Tri Aristiyani

Nila Widodari

Endang Sulistiawati

Andi Rahman

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

5

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah

pulau 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 81.000

km merupakan aset negara yang cukup besar untuk

pengembangan budidaya laut. Salah satu komoditas budidaya

laut yang mempunyai prospek cerah adalah rumput laut atau

seaweed. Rumput laut sebagai komoditas unggulan dalam

program Intensifikasi Budidaya Perikanan (INBUDKAN)

mempunyai prospek pasar yang baik. Rumput laut sebagai

bahan pasokan produk dalam negeri maupun internasional dan

secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

pantai dan tambak.

Pengembangan budidaya rumput laut meningkat cepat

terutama pada tahun 1999 di NTB dan tahun 2000 di Sulawesi

Tengah. Walaupun demikian hasil produksi tersebut

sebenarnya masih dapat meningkat lagi, hal ini antara lain

disebabkan terjadinya kesalahan manajemen, bibit kurang baik

dan serangan penyakit.

Sebagian besar rumput laut Indonesia masih diekspor

keluar negeri dalam bentuk bahan mentah, hanya sebagian

kecil saja yang telah diperdagangkan dalam bentuk semi refine

PENDAHULUAN 1

Page 4: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

6

carrageenan dan agar-agar. Padahal rumput laut dapat

digunakan sebagai bahan baku lebih dari lima ratus jenis

produk makanan, farmasi, kedokteran, kertas dan kosmetika.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia

umumnya Eucheuma dan Gracilaria. Adapun luas efektif

lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya 222.000 ha

dan potensi produksi sekitar 4.400.000 ton berat kering.

Dengan pemanfaatan lahan baru sekitar 60.000 ha dengan

produksi 228.000 ton berat kering (sekitar 5% dari potensi

produksi).

Beberapa masalah yang ditemukan dalam

pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia adalah:

Belum ada kajian menyeluruh mengenai kawasan

pengembangan budidaya rumput laut.

Belum ada tata ruang yang jelas kawasan pengembangan

budidaya.

Belum berkembangnya seaweed center yang mendukung

pengembangan budidaya.

Banyaknya gangguan hama dan penyakit rumput laut

terutama ice-ice, serta keterbatasan informasi teknik

pengendaliannya.

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

7

1.2. Tujuan

Meningkatkan pemahaman tentang penyakit

ice-ice pada rumput laut.

Memberikan acuan teknis pengendalian

penyakit ice-ice pada rumput laut.

Page 5: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

8

2.1. Rumput Laut

Beberapa jenis rumput laut yang diusahakan secara

komersil di Indonesia adalah jenis alga merah Eucheuma spp.

Eucheuma spp. dibudidayakan terutama di perairan laut di

Indonesia. Gracilaria sp. merupakan jenis alga merah yang

dapat dibudidayakan di tambak.

Jenis Eucheuma spp. termasuk dalam kelas

Rhodophycea, ordo Gigartinales, famili Silieriaceae,

mempunyai thallus yang silindris, berduri kecil-kecil yang

menutupi thallus, percabangannya tidak teratur sehingga

merupakan lingkaran, ujungnya runcing berwarna coklat ungu

atau hijau kuning. Jenis ini mengandung karagenan yang

bermanfaat sebagai bahan pengental (gelling agent), penetral

dan solidified agent, serta dapat berfungsi sebagai pupuk. Ada

tiga spesies Eucheuma yang dibudidayakan, yaitu:

E. cottonii, E. spinosum, dan E. edule. Perbedaan dari ketiga

jenis ini ditunjukkan oleh bentuk nodula dan spina yang ada di

thallus. Pada E. spinosum, spina merupakan duri-duri kecil

yang menutupi thallus dengan cabangnya yang runcing, jarak

percabangan dan garis tengah teratur. Pada jenis E. cottonii,

2 RUMPUT LAUT DAN ICE-ICE

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

9

spina dan cabang-cabangnya tidak teratur. Ujung cabangnya

runcing atau tumpul dan percabangannya tidak teratur.

Jenis Eucheuma spp. hidup di daerah pasang surut

dengan kedalaman air sekitar 1 – 5 m pada waktu surut

terendah. Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan

sinar matahari yang berguna untuk proses fotosintesa,

memerlukan pH untuk pertumbuhan 6 – 9 (pH optimal 7,5 -

8,0) dan salinitas air 28 - 34 ppt (bagian perseribu).

Nutrien yang dibutuhkan oleh rumput laut diperoleh

dari dalam air. Rumput laut tumbuh dengan baik pada

perairan yang mempunyai kisaran suhu 27 – 30 oC.

Transparansi yang baik untuk budidaya rumput laut adalah 1,5

meter. Kecepatan arus yang baik berkisar 20 - 40 cm/detik.

2.2. Penyakit Ice-ice

Ice-ice merupakan penyakit yang banyak menyerang

rumput laut. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya

bintik/bercak-bercak merah pada sebagian yang lama

kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-

angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah

putus. Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang

lambat, terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada

beberapa cabang menjadi putih, thallus menjadi putih dan

membusuk.

Page 6: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

10

Stress yang diakibatkan perubahan kondisi lingkungan

yang mendadak yaitu perubahan salinitas, suhu air dan

intensitas cahaya, merupakan faktor utama yang memacu

timbulnya penyakit ice-ice. Ketika rumput laut mengalami

stress akan memudahkan infeksi patogen. Pada keadaan

stress, rumput laut (misalnya: Gracilaria, Eucheuma atau

Kappaphycus) akan membebaskan substansi organik yang

menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri

tumbuh melimpah di sekitarnya. Kejadian penyakit ice-ice

bersifat musiman dan menular.

Faktor predisposisi atau pemicu lain adalah serangan

hama seperti ikan baronang (Siganus spp.), penyu hijau

(Chelonia midas), bulu babi (Diadema sp.) dan bintang laut

(Protoneostes) menyebabkan luka pada thallus. Luka akan

memudahkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.

Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian

tersebut menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, pada bagian

tersebut mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang

menjadi ciri penyakit ice-ice. Infeksi ice-ice menyerang

pangkal thallus, batang dan ujung thalus muda, menyebabkan

jaringan menjadi berwarna putih (Gambar 1). Pada umumnya

penyebarannya secara vertikal (dari bibit) atau horizontal

melalui perantaraan air.

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

11

Infeksi akan bertambah berat akibat serangan epifit

yang menghalangi penetrasi sinar matahari sehingga tidak

memungkinkan rumput laut melakukan fotosintesa

(Gambar 2).

Gambar 1. Thallus Eucheuma yang terinfeksi ice-ice

Gambar 2. Rumput laut yang mengalami infestasi epifit

Page 7: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

12

Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut

dengan gejala ice-ice adalah Pseudoalteromonas gracilis,

Pseudomonas sp., dan Vibrio sp. Agarase dari bakteri

merupakan salah satu faktor virulen yang berperan

terhadap infeksi ice-ice.

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

13

3.1. Bibit Rumput Laut Kualitas bibit sangat menentukan produktivitas,

kualitas produk dan ketahanan terhadap penyakit.

Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting

untuk pengendalian penyakit ice-ice. Philiphina telah

memiliki bibit unggul, yaitu Kappaphycus striatum galur

saccol yang tahan terhadap ice-ice.

3.2. Desinfeksi Bibit Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara

dicelupkan pada larutan PK (potasium permanganat) dengan

dosis 20 ppm.

3.3 Manajemen Kesehatan Rumput Laut

3.3.1 Lokasi Parameter penting yang harus diperhatikan

dalam pemilihan lokasi dalam kaitannya dengan

manajemen kesehatan rumput laut antara lain:

3 PENGENDALIAN

Page 8: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

14

- Suhu 20 – 28 oC. Kecepatan arus 20 – 40

cm/detik.

- Dasar Perairan karang dan berpasir

- Kedalaman Air minimal 2 meter saat air surut

terendah, maksimum 15 meter.

- Salinitas 28 - 35 ppt dengan nilai optimum adalah

33 ppt.

- Kecerahan perairan, sinar matahari harus dapat

mencapai posisi rumput laut.

- Lokasi bebas dari cemaran.

3.3.2 Teknik Budidaya Teknik budidaya yang digunakan disesuaikan

dengan kondisi lingkungan perairan. Pada perairan

yang relatif tenang, metode budidaya rakit, long line,

dan pancang dapat diterapkan. Pada perairan yang

bergelombang relatif besar metode budidaya yang

tepat adalah metode kantong (metode Cidaun).

Pembersihan terhadap kotoran yang melekat pada

thallus dan biofouling harus dilakukan secara rutin.

Pembersihan dilakukan sesering mungkin ( sebaiknya

setiap hari) dengan cara digoyang-goyang di dalam

air sampai kotoran lepas.

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

15

3.3.3 Musim Tanam Penanaman rumput laut untuk metode rakit,

long line dan pancang sebaiknya dilakukan bukan

pada musim gelombang. Untuk lokasi di pantai barat

sebuah pulau, penanaman sebaiknya dilakukan pada

musim angin timur. Sebaliknya untuk lokasi di pantai

timur sebuah pulau penanaman, dilakukan pada

musim angin barat. Penanaman rumput laut dengan

metode kantong dapat dilakukan sepanjang tahun dan

tidak dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim

kurang baik penanaman rumput laut hanya ditujukan

untuk penyediaan bibit.

Page 9: 7. Juknis Ice-Ice.pdf

Petunjuk Pengendalian Penyakit Ice-ice pada Budidaya Rumput Laut

16