68631997-CASE-Gilut
-
Upload
wellyanggarani -
Category
Documents
-
view
114 -
download
0
Transcript of 68631997-CASE-Gilut
CASE REPORT SESSION
EKSTRAKSI GIGI PADA PASIEN
POST FRAKTUR MANDIBULA
Oleh :
Arny Melita (0218011015)
Bekti Setyawardani (0218011017)
Pembimbing :
Drg. Welly Jozal
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN GIGI DAN MULUTRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
AGUSTUS 2008
1
I. PENDAHULUAN
Gigi merupakan alat yang penting bagi tubuh. Disamping fungsinya sebagai alat
pengunyah, ia juga berfungsi sebagai alat kecantikan maupun alat bicara. Oleh
sebab itu tidak boleh sembarang mencabut gigi, tapi harus dipilih dengan teliti,
apakah memang sudah tepat perawatan yang dilakukan. Biasanya pasien datang
ke dokter gigi karena giginya sakit atau berlubang.
Pencabutan gigi telah dilakukan sejak jaman dahulu kala bahkan dilakukan oleh
setiap orang yang dituakan atau dianggap sanggup melakukannya seperti pendeta,
tukang pangkas, tukang obat, dukun, dan lain sebagainya. Dahulu tindakan cabut
gigi harus dilakukan dengan cepat untuk mengurangi rasa sakit karena pencabutan
dilakukan tanpa anestesi. Kemudian timbul pemakaian N2O (gas gelak) yang
hanya bekerja sebentar, bekerja juga harus cepat. Tetapi dengan adanya bahan
anestesi lokal pada dewasa ini pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan tenang.
Berikut beberapa alasan pasien ingin dicabut giginya :
Ingin terhindar dari rasa sakit yang sering mengganggu
Ingin diganti dengan geligi tiruan yang menurutnya lebih baik
Tidak mau/tidak ada waktu untuk datang berulang-ulang ke dokter gigi
Faktor ekonomi
Faktor ketidaktahuan penderita
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
EXTRAKSI
Extraksi gigi merupakan suatu proses menarik gigi ke luar atau tindakan
mencabut gigi. Sebelum melakukan pencabutan gigi sebaiknya dilakukan
persiapan atau evaluasi terlebih dahulu seperti:
Tipe anestesi yang akan dilakukan
Ro. Foto gigi yang bersangkutan
Gigi yang dicabut adalah gigi yang menderita kelainan sehingga
mengganggu fungsi mastikasi dan mempengaruhi kesehatan penderita bisa
disebabkan adanya bakteri dan terjadinya penyebaran infeksi.
Pencabutan yang ideal
1. Mengeluarkan gigi atau sisa akar gigi dari soket secara utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit.
2. Trauma harus sekecil mungkin pada jaringan sekitarnya
3. Luka bekas pencabutan cepat sembuh tanpa komplikasi atau tanpa bermasalah
pada pembuatan gigi palsunya kelak.
Teknik pencabutan
Posisi penderita :
a. Kepala, leher, dan punggung atau badan penderita semuanya harus
berada pada satu garis lurus.
b. Chair Angulation:
Headrest dan backrest diatur untuk dapat melihat daerah operasi
dengan baik.
Penerangan harus cukup.
Untuk pekerjaan dengan pada RB, bidang oklusi RB atau
membentuk <10 derajat dengan lantai
3
Untuk pekerjaan RA, bidang oklusi membentuk <45-60 derajat
dengan lantai.
c. Tinggi kursi:
Untuk pekerjaan pada RB, bidang oklusi RB setinggi siku operator
Untuk pekerjaan RA, bidang oklusi RA diatas siku/setinggi bahu
operator.
Posisi operator:
a. Sikap tubuh berdiri tegak dengan berat badan berbagi rata pada kedua
kaki.
b. Siku setinggi bidang operasi.
c. Tangan kiri berfungsi untuk fixasi, tangan kanan memegang alat.
Indikasi Pencabutan gigi tetap
1. Gigi-gigi dengan karies yang sangat besar dan mengalami kelainan pada pulpa
(akut/kronis) yang tidak dapat diobati/ditindak dengan perawatan endodontik.
Gigi yang sudah tidak dapat dilakukan perawatan endodontik:
Akar bengkok
Saluran akar buntu
Adanya infeksi pada bifurkasio
2. Gigi-gigi nonvital, jika menyebabkan fokal infection seperti:
Pulpitis kronis
Periodontitis apikalis kronis
Periapikal abses kronis
periodontitis marginalis kronis
3. Penyakit-penyakit periodontal yang tidak dapat ditangani lagi.
4. Gigi-gigi yang menyebabkan kelainan patologis pada jaringan tulang/lunak
sekitarnya. Misalnya: kistaosteomyelitis dan tumor.
5. gigi yang akarnya patah dan kelainan pada apexnya yang tidak bisa diperbaiki
dengan apeccoectomy.
6. Atas dasar pertimbangan prosthodontik:
4
Memudahkan design dan stabilitas orthodontik
Agar gigi tidak menghalangi pemasangan protesa.
7. Atas dasar pertimbangan orthodontic
8. Gigi yang malposisi/miring (tidak dapat dirawat ortho)
9. Gigi-gigi yang impaksi, supernumerary teeth
10. Gigi-gigi yang menyebabkan trauma jaringan lunak. Misalnya:
M3 atas yang tidak ada antagonisnya, dapat terjadi extruded/over eruption
sehingga dapat melukai mukosa rahang bawah.
11. Gigi-gigi yang terletak dalam “line of fire” dari rencana pengobatan radiasi.
Karena bila tidak dicabut, gigi tersebut dapat necrosis;
Dan bila pencabutan setelah radiasi akan terjadi ratio-osteo-necrosis dari
tulang tersebut.
12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi
13. Gigi dengan Granuloma yang besarnya melebihi 1/3 panjang akar
14. Gigi dengan fraktur akar lebih dari 1/3 panjang akar
15. Sisa-sisa akar karena:
Didalam alveolus merupakan sumber infeksi dan sakit akibat resorbsi
tulang alveolar.
Merupakan suatu iritasi mekanis sehingga menimbulkan peradangan
Untuk mengurangi terjadinya residual infection.
Bila sisa akar kecil sekali dan terletak didaerah bahaya tidak usah
dikeluarkan karena resikonya besar. Tunggu saja sampai berada
dipermukaan sehingga pengeluarannya lebih mudah.
Indikasi Pencabutan gigi susu
1. Karies besar sehingga pulpa menjadi nonvital:
Ada 2 pendapat berlawanan:
a. Sebaiknya dilakukan perawatan terlebih dahulu.
b. Segera dicabut sebelum terjadi infeksi
5
Apabila gigi tetap masih lama untuk erupsi maka setelah gigi susu dicabut
segera dibuat space.
2. Mengganggu erupsi dan arah pertumbuhan gigi tetapnya karena:
Resorbsi akar gigi susu tidak baik.
Prolonged retention gigi susu belum tanggal padahal sudah
seharusnya.
3. Sering menyebabkan sakit dan infeksi.
4. Terbentuk granuloma pada mukosa sekitar ujung akarnya.
5. Terjadi ulkus decubitus. Ujung akar gigi susu melukai jaringan lunak
disekitarnya.
Kontraindikasi Lokal Pencabutan
1. Infeksi/radang akut:
Terutama yang belum terkontrol dan di daerah front atas/dangerous
triangle.
Sebelumnya harus diberi atibiotika tunggu kadarnya di dalam darah cukup
tinggi untuk mengontrol infeksi.
a. Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing
ulcerative gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
1. memiliki OH yg jelek
2. perdarahan pada gusi
3. radang pada gusi
4. sakit
5. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
b. Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi
molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika
6
gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan
gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri dapat masuk ke sekitar gigi dan
menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut
di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi,
pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang.
Selain itu, faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari
gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
c. Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung.
Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan
atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan.
Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke
rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal.
Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong
terjadinya infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut :
1. Nyeri, sakit di sekitar wajah
2. Hidung tersumbat
3. Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
4. Kurang peka terhadap bau dan rasa
5. Eritem di sekitar lokasi sinus
6. Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
2. Penyakit/tumor ganas
Adanya trauma pencabutan tidak terjadi penyembuhan dan kanker/tumor cepat
menyebar dan tambah ganas.
3. Rahang yang mengalami radiasi
Pencabutan menyebabkan osteomyelitis kurangnya suplai darah dan sulitnya
penyembuhan luka pencabutan. Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan
seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi,
7
akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan
septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan oleh
infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan
dengan infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak
ditangani secara adekuat dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis.
Bila pasien telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan
sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat mengakibatkan
kematian pasien.
Kontraindikasi Sistemik Pencabutan
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan
khusus untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi.
Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus.
Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan
persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan
penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting
untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan,
maupun setelah pencabutan
1. Penyakit kelainan jantung
2. Blood dyscrasia
a. Leukemia
b. Anemia
c. Hemofilia
3. Diabetes Melitus
4. Nephritis
5. Jaundice (hepatitis)
6. Hipertensi
7. Toxic Goiter
8. Syphilis
9. AIDS
10. Kehamilan
8
Komplikasi Pencabutan gigi
Walaupun kita telah bekerja dengan hati-hati dan sebaik-baiknya tidak selalu
pencabutan gigi berjalan dengan memuaskan. Pada pencabutan gigi sederhana pun
dapat terjadi hal-hal yang tidak kita duga dan menyukarkan pekerjaan kita
selanjutnya. Hal-hal ini tersebut merupakan komplikasi-komplikasi dari pekerjaan
kita.
Komplikasi-komplikasi tersebut dapat berupa:
- Pada waktu ekstraksi
Fraktur, bisa fraktur pada mahkota atau akar gigi, fraktur pada tulang
alveolar maupun fraktur rahang.
Laserasi mukosa
Komplikasi pada injeksi
Trauma daripada nervus, dapat terjadi lesi pada N.Mandibularis. biasanya
terjadi pada waktu pengambilan fraktur akar molar bawah atau proses
inflamasi.
Luksasi mandibula, penyebabnya: kelainan anatomi, membuka mulut
terlalu lebar, penekanan terhadap mandibula telalu besar dan senil.
Perdarahan, dibagi tiga:
1). Perdarahan primer, penyebabnya: kerusakan jaringan terlalu besar,
kelainan sistemik, pembuluh darah terputus.
2). Perdarahan intermediet, terjadi beberapa menit sampai 24 jam setelah
pencabutan. Penyebab: jahitan lepas, koagulum terlepas karena banyak
berkumur.
3). Perdarahan sekunder, terjadi 24 jam atau lebih setelah pencabutan.
Penyebab: hancurnya gumpalan darah karena infeksi.
Perforasi sinus maxilaris (dasar antrum)
9
Penyebab:
Kerusakan dasar sinus maxilaris karena infeksi kronis di sekitar apeks
gigi atas.
Perforasi epitel penutup sinus maxilaris karena penggunaan kuret tidak
tepat.
Elevator terdorong kearah sinus pada waktu pengambilan patahan akar
Fragmen akar terdorong masuk ke sinus saat akan dikeluarkan.j
Secara tidak sengaja membuka dinding sinus saat mengambil gigi
caninus, premolar, dan molar tiga yang impaksi.
Kelainan anatomi.
- Post ekstraksi
Dry Socket, penyebab:
- menggunakan obat anestetikum yang mengandung vasokonstriktor
dengan konsentrasi tinggi
- Gangguan nutrisi setempat karena kerusakan sistem kapiler akibat trauma
sehingga tidak terbentuk koagulum
- Larutnya koagulum
- Infeksi dari luka
Parestesia, adalah perasaan baal terus-menerus. Umumnya bagian mulut
yang terkena bibir bawah mulai dari garis median sampai sudut mulut.
Penyebab:
Terjadi kerusakan atau terputusnya N.Alveolaris Inferior
Infeksi, penyebab:
Jarum suntik yang digunakan serta instrumen yang tidak steril
Calculus, serbukan gigi dan bagian tulang yang tertinggal.
Kebersihan mulut kurang baik.
Perawatan luka sesudah ekstraksi kurang baik.
Trismus, adalah keadaan dimana mulut membuka sangat terbatas.
Madibula tidak dapat membuka secara bebas karena terjadi kekakuan otot
pengunyah. Penyebab:
Terjadinya infeksi pada pencabutan gigi molar tiga atas/bawah
10
Rasa nyeri, penyebabnya:
Trauma yang besar
Adanya tulang alveolar yang tajam
Infeksi luka
Dry socket
FRAKTUR MANDIBULA
Fraktur adalah Hilangnya Kontinuitas dari tulang, tulang rawan dan gigi. Angulus
mandibula atau korpus mandibula merupakan salah satu titik kelemahan dan
merupakan urutan kedua yang paling umum setelah fraktur kondilus. Fragmen
tulang mungkin bergeser atau tidak bergeser, tergantung pada keparahan cedera
dan arah garis fraktur.
Jika fragmen tidak bergeser, maka dapat membalut rahang pasien bersama-sama
dan tidak perlu mengikatnya dengan kawat walaupun merupakan praktik yang
baik untuk melakukannya.
Jika fragmen tidak bergeser, maka harus mengadakan reduksi dan memfiksasinya.
Jika terdapat gigi yang memadai, maka anda dapat menggunakan rahang atas
sebagai bidai dan memasangkan kawat pada gigi dari kedua rahang bersama-sama
(interdental eyelet wiring atau fiksasi intermaksila) atau dapat menggunakan
palang melengkung. Interdental eyelet wiring merupakan cara yang paling
digunakan karena kebanyakan pasien adalah muda dan mempunyai gigi yang
cukup. Jika tidak terdapat palang melengkung, dapat digunakan kawat Risdon.
Macam-macam Fraktur Mandibula :
1. Complete
2. Incomplete
3. Green Stick
4. Single
5. Multiple
11
6. Simple
7. Compound
8. Communited
9. Complicated
Gejala-gejala Fraktur
Gejala Tak Spesifik
Gejala Spesifik
Gejala-gejala Tak Spesifik
a. Gejala Umum
b. Gejala Lokal :
- Rasa nyeri, Perdarahan, Kontaminasi, Tenderness, Swelling.
Gejala-gejala Spesifik
Dislokasi
Mobilitas yang Abnormal
Krepitasi
Diskolorisasi
Disability
Perawatan Fraktur
1. Umum :
Pertahankan Fungsi Respirasi
Fungsi Sirkulasi
Evaluasi Neurologis
Pemeliharaan Jaringan Lunak
2. Lokal :
Reposisi
Fiksasi
a. Fraktur tanpa pergeseran
12
Jika gigi atas atau bawah pasien berhadapan satu sama lain, sehingga
ia dapat menggigit secara normal maka tidak terjai pergeseran.
Asalkan ia dapat bekerja sama maka yidak perlu pemasangan kawat
pada tempat fraktur walaupun lebih baik melakukannya. Jika pasien
dapat bekerja sama, maka balutkan mandibula ke maksila sehingga
giginya terpaut dengan kuat. Gunakan pembalut crepe, adhesive
strapping atau pembalut plester di sekitar dagu, wajah dan dahi.
b. Fraktur dengan pergeseran tetapi tanpa kehilangan jaringan
Jika fraktur terdapat di dalam area yang menahan gigi, maka anda
mempunyai dua pilihan yaitu jika pasien dapat bekerja sama, tidak
mungkin membuka kawat, dan punya banyak gigi, maka gunakan
pemasangan lubang kawat antar gigi (interdental eyelet wiring). Yang
kedua, jika pasien tidak dapat bekerjasama, jika mempunyai gigi
sedikit, atau jika terdapat pergeseran yang besar maka digunakan
palang melengkung atau kawat Risdon.
Jika fraktur terletak diluar area yang menahan gigi, gunakan kawat
interoseus digabung dengan kawat interdental atau palang melengkung
atau kawat risdon.
Interdental eyelet wiring
- Indikasi : fraktur dengan pergeseran pada mandibula dengan
arkus maksila yang sehat dan gigi yang saling berhadapan
dalam jumlah yang cukup untuk dipasangkan kawat.
- Kontra indikasi : pasien mabuk dan ada bahaya muntah maka
jangan melakukan pemasangan kawat hingga lambungnya
kosong.
Pemasangan kawat Risdon
- Sebagai alternatif terhadap palang melengkung untuk fraktur
mandibula yang memerlukan fiksasi.
-
Memfiksasikan palang melengkung
13
Pemasangan kawat interoseous pada batas bawah
- Indikasi : mengontrol fragmen posterior jika fragmen ini tidak
mempunyai gigi, mengontrol kedua fragmen apabila pasien
tidak mempunyai gigi atau tidak cukup gigi untuk dilakukan
pemasangan kawat interdental.
- Kontra indikasi : infeksi yang nyata pada tempat fraktur dan
anak-anak dimana gigi yang belum tumbuh dapat mengalami
cedera.
c. Fraktur dengan kehilangan jaringan yang berat
Biasanya juga terdapat pergeseran. Lakukan pembersihan pada luka
pasien, tempatkan kembali tulang dn jaringan lunak sesuai dengan
kemampuan dan fiksasikan sisi mandibula ke maksila dengan metode
sesuai. Tutup luka, jahitkan kulit ke memban mukosa dan rujuk.
Immobilisasi
Mencegah Infeksi
Perhatikan Oklusi
Tujuan Perawatan Fraktur
Mengembalikan fungsi pengunyahan
Estetik
Mengembalikan kepercayaan diri penderita
Kembali pada kegiatan normal dari fisik penderita.
Tahap Perawatan Fraktur
Reduksi/Reposisi Fragmen Tulang
Fiksasi
Immobilisasi
Rehabilitasi
Komplikasi Setelah Perawatan
1. Infeksi
14
2. Non Union
3. Mal Union
4. Delayed Union
5. Trismus
6. Kerusakan Syaraf
Proses Penyembuhan Fraktur
Phase Pertama
Haemoragie Proliferasi
Pembuluh Darah
(10 Hari Pertama)
Phase Kedua
Pembentukan Callus :
- Callus Primer (10-30 hari)
- Callus Sekunder (Sistem Havers, 20-60 Hari Berikutnya)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyembuhan :
1. Umur (Muda Cepat Sembuh)
2. Keadaan Umum
3. Bentuk Fraktur
4. Jarak Kedua Fragmen
5. Vaskularisasi
6. Peradangan (Infeksi)
7. Terapi yang Diberikan
8. Variasi Perorangan
9. Waktu dalam Proses Penyembuhan Fraktur
15
III. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Nn. N
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Teluk Betung
B. ANAMNESIS
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Os datang dengan keluhan gigi geraham belakang bawah kiri
berlubang dan ingin dicabut. Keluhan gigi berlubang ini sudah
dialami sejak ± 1 tahun yang lalu. Os mengaku gigi tersebut pernah
sakit berdenyut namun os lupa kapan dan os belum pernah
memeriksakan giginya ke dokter gigi. Jika rasa sakit tersebut
muncul, os hanya mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang
dibeli di apotek. Saat datang ke RSAM os tidak mengeluh nyeri
atau ngilu pada gigi tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Kurang lebih 3 bulan yang lalu (perkiraan tanggal 10 Mei 2008), os
mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan beberapa gigi
os tanggal dan mengalami cedera (patah) tulang rahang bawah.
Kemudian os berobat ke RS.Advent. Di RS.Advent os dilakukan
penjahitan bagian mulut namun tidak dilakukan tindakan pada
cedera rahang bawahnya. Lalu os dirujuk ke RSAM.
Di RSAM, os menjalani perawatan dan dianjurkan untuk operasi
rahang bawah jika keadaan/kesadaran pasien sudah membaik dari
cedera kepalanya. Operasi dilakukan kurang lebih 2 minggu
setelah kecelakaan (tanggal 22 Mei 2008). Setelah menjalani
operasi perbaikan rahang bawah, rahang os dipasang alat
16
penyangga agar perbaikan rahang bawah dapat optimal. Setelah
perawatan rahang bawah dan keadaan umum os membaik, os ingin
memasang gigi palsu untuk mengganti gigi geligi os yang tanggal
akibat kecelakaan. Setelah berkonsultasi dengan dokter gigi,
sebelum memasang gigi palsu, gigi geraham bawah kiri os yang
berlubang harus segera dicabut apabila perbaikan rahang bawah
yang patah sudah sempurna agar tidak terjadi patah kembali pada
rahang bawah tersebut.
General Survey
Riwayat darah tinggi, kencing manis dan asma disangkal.
Ekstra oral
Terdapat bekas jahitan pada regio submentalis
C. INTRA ORAL
Oral higiene : buruk
Bibir : tidak ada kelainan
Mukosa bukal : tidak ada kelainan
Gingiva : tidak ada kelainan
Lidah : tidak ada kelainan
Dasar mulut : tidak ada kelainan
Palatum : tidak ada kelainan
Tonsil : T 1 – T 1 tenang
Kuadran 1/5 Kuadran 2/6
V X O O
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
X X X V
Kuadran 4/8 Kuadran 3/7
STATUS LOKALIS
17
Gigi : 3.7
Karies : -
Sondasi : (-)
Dingin : (-)
Perkusi : (-)
Tekanan : (+)
Palpasi : fluktuasi (-), udem (-)
Mobilitas : (-)
Pocket : tidak dilakukan
Jaringan sekitar status lokalis : udem (-), hiperemis (-)
Gambaran rontgen foto :
- tampak sisa akar pada gigi 3.7
- callus (+) pada rahang kiri bawah
- tampak penyambungan fraktur dalam posisi yang sesuai dengan
keadaan normal
D. DIAGNOSIS BANDING
- Gangren radix gigi 3.7
E. DIAGNOSIS
- Gangren radix gigi 3.7
F. RENCANA PERAWATAN
18
- Pro Ekstraksi 3.7
- Pro medikasi post ekstraksi
G. TERAPI
- Ekstraksi 3.7
- Medikamentosa : Amoksisilin 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
H. SARAN TINDAKAN / KONSELING
- Konseling tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan
- Pemasangan protesa gigi
- Konseling tentang oral hygiene
I. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad malam
- Quo ad fungtionam : ad bonam
19
IV. PEMBAHASAN
Nn. N, 21 tahun datang dengan keluhan gigi geraham belakang bawah kiri
berlubang dan ingin dicabut. Keluhan gigi berlubang ini sudah dialami sejak ± 1
tahun yang lalu. Gigi tersebut pernah sakit berdenyut namun os lupa kapan dan os
belum pernah memeriksakan giginya ke dokter gigi. Jika rasa sakit tersebut
muncul, os hanya mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang dibeli di apotek.
Saat datang ke RSAM os tidak mengeluh nyeri atau ngilu pada gigi tersebut.
Os pernah mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan beberapa gigi os
tanggal dan mengalami cedera (patah) tulang rahang bawah lebih kurang 3 bulan
yang lalu. Os telah menjalani perawatan dan operasi perbaikan rahang bawah.
Berdasarkan pemeriksaan fisik terdapat bekas jahitan pada regio submentalis.
Pada intra oral: oral higiene buruk, bibir, mukosa bukal, ginggiva, lidah, dasar
mulut, palatum dan tonsil tidak ada kelainan. Pada kuadran 1 terdapat kalkulus
pada gigi 1.8, 1.7, 1.5, 1.4, sisa akar pada gigi 1.6 dan gigi 1.1 sudah tanggal.
Pada kuadran 2 terdapat karies pada gigi 2.6 dan 2.7. Pada kuadran 3 terdapat
kalkulus pada gigi 3.8, sisa akar pada gigi 3.7 dan gigi 3.6 sudah tanggal. Pada
kuadran 4 gigi 4.6 dan 4.7 sudah tanggal.
Status lokalis pada gigi 3.7 terdapat karies profunda. Dengan sondasi (-), termal
tes dan perkusi sulit (-), tekanan (+), palpasi fluktuasi (-), udem (-), mobilitas (-),
pocket tidak dilakukan, jaringan sekitar status lokalis tidak ada kelainan.
Dari hasil gambaran rontgen foto:
- tampak sisa akar pada gigi 3.7
- callus (+) pada rahang kiri bawah
20
- tampak penyambungan fraktur dalam posisi yang sesuai dengan keadaan
normal
Penegakkan diagnosis pada kasus ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pada anamnesis, pasien mengaku sudah mempunyai keluhan gigi berlubang
sejak 1 tahun yang lalu dan pernah sakit gigi sebelumnya. Namun pada saat
datang ke rumah sakit, os tidak mengeluh sakit atau ngilu pada gigi. Pada
pemeriksaan fisik gigi 3.7 didapatkan caries profunda yang hanya tampak sisa
akar dan didapatkan :
Sondasi : (-)
Dingin : (-)
Perkusi : (-)
Tekanan : (+)
Pemeriksaan ini mendukung diagnosis ke arah gangrene radix.
Gangren radix dapat merupakan proses kelanjutan dari pulpitis totalis, pulpa
terbuka dan kuman-kuman terus masuk ke pulpa mengadakan pembusukan, pulpa
menjadi gangren. Bila suatu gigi yang gangren pulpa dibiarkan maka akan
menjadi kronis, tidak menimbulkan keluhan sakit. Pasien merasa giginya pernah
sakit, kemudian hilang sakitnya (dulunya pulpa masih vital kemudian menjadi non
vital). Hal ini bisa terjadi pada gigi yang masih ada mahkotanya dengan karies.
Lama kelamaan, mahkotanya akan hancur dan tinggal akarnya disebut gangren
radix.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan ekstraksi gigi 3.7 dan
medikamentosa dengan pemberian antibiotik dan analgetik. Indikasi dilakukan
ekstraksi gigi permanent pada pasien ini adalah gigi dengan karies yang sangat
besar dan mengalami gangren pulpa. Sebelum dilakukan ekstraksi, dilakukan
panoramic foto untuk melihat gambaran callus pada mandibulla post fraktur.
Tujuan dari foto ini adalah salah satunya untuk menghindari komplikasi dari
ekstraksi gigi antara lain adalah fraktur rahang yang berulang jika callus belum
terbentuk sempurna. Ekstraksi 3.7 dilakukan dengan menggunakan anestesi blok
mandibula
21
Terapi medikamentosa pada pasien ini dengan pemilihan amoksisilin 3 x 500 mg
sebagai antibiotik yang efektif untuk bakteri coccus gram positif dan pemberian
asam mefenamat 3 x 500 mg sebagai analgetik. Tujuan dari pemberian antibiotic
adalah untuk mencegah salah satu komplikasi dari ekstraksi yaitu Infeksi,
penyebab:
Jarum suntik yang digunakan serta instrumen yang tidak steril
Calculus, serbukan gigi dan bagian tulang yang tertinggal.
Kebersihan mulut kurang baik.
Perawatan luka sesudah ekstraksi kurang baik.
Pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri post ekstraksi yang dapat
disebabkan oleh trauma yang besar
Prognosis pada pasien ini mengenai tanda-tanda vital gigi 3.7 adalah buruk karena
dari anamnesis pasien tidak mengeluh sakit gigi dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan sondasi (-) sedangkan tes dingin sulit dilakukan. Maka harus
dilakukan ekstraksi pada gigi tersebut agar tidak menjadi fokal infeksi. Dengan
dilakukannya ekstraksi, vitalitas gigi tersebut akan hilang sama sekali. Sedangkan
prognosis mengenai fungsi gigi 3.7 adalah baik karena dengan dilakukannya
ekstraksi, diperkirakan pasien tidak akan mendapatkan gangguan seperti rasa sakit
atau ngilu dari gigi tersebut sehingga fungsi gigi secara umum dapat berlangsung
dengan baik.
22
V. KESIMPULAN
Diagnosa pada pasien ini berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang adalah gangren radix 3.7 dengan riwayat fraktur
mandibula. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah benar dan sesuai dengan
melakukan ekstraksi yang sebelumnya dilakukan panoramic foto untuk
mengevaluasi pembentukan tulang baru pada bekas fraktur. Hal ini bertujuan
untuk menghindari komplikasi dari tindakan ekstraksi yang akan dilakukan.
Medikamentosa post ekstraksi diperlukan sebagai terapi simptomatis untuk
menghilangkan nyeri dan mencegah terjadinya infeksi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Inneke, drg. 1998. Ilmu Pencabutan Gigi (Exodontia). Departemen Kesehatan R.I Sekolah Pengatur Rawat Gigi. Jakarta
Atom. 21 Juli 2008. http://duniakuliah.blogspot.com/2008/03/kontra-indikasi-pada-eksodonsi.html.
24