67408805-Senyawa-Ionik

18

Click here to load reader

description

g

Transcript of 67408805-Senyawa-Ionik

Page 1: 67408805-Senyawa-Ionik

1. Senyawa Ionik, Sifat-Sifat dan Ukurannya

Senyawa Ionik

Senyawa ionik merupakan senyawa kimia yang berikatan ionik. Senyawa ionik biasanya

terbentuk antara atom-atom unsur logam dan non logam. Atom unsur logam cenderung

melepas elektron membentuk ion positif, dan atom unsur non logam cenderung menangkap

elektron membentuk ion negatif. Senyawa ionik terbentuk karena tarikan antara dua ion yang

berbeda muatan. Pada strukturnya dituliskan dengan menuliskan perbandingan unsur

penyusunnya dalam bilangan yang paling sederhana. Apabila melarut maka akan terbentuk ion-

ion positip dan negatip. Adapun contoh senyawa ionik adalah garam NaCl.

Senyawa ionik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu

1. Senyawa ionik sederhana, yaitu senyawa ionik yang mengandung ion-ion yang terdiri

dari satu atom. Misalnya: NaCl, MgCl2, Na2O dan MgO.

2. Senyawa ionik yang mengandung kation sederhana dan anion poliatomik. Misalnya

K2SO4, NaNO3 dan K2[HgI2].

3. Senyawa ionik yang mengandung kation poliatomik dan anion sederhana. Misalnya:

NH4Cl, N(CH3)4Br dan [Ag(NH3)2]Cl.

4. Senyawa ionik yang mengandung anion dan kation poliatomik. NH4NO3, (NH4)2SO4 dan

[Co(NH3)6][Cr(CN)6]

Ikatan ionik merupakan sebuah gaya elektostatik yang mempersatukan ion-ion dalam

suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia terdiri dari kation dan anion. Kation

terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari

logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur

yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda

keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik

tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari

perbedaan keelektronegatifan ion penyusunya.

Pembentukan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation

terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan

dalam aturan Lewis. Selanjutnya elektron yang dilepaskan ini akan diterima oleh anion hingga

Page 2: 67408805-Senyawa-Ionik

mencapai jumlah oktet. Proses transfer elektron ini akan menghasilkan suatu ikatan ionik yang

mempersatukan anion dan kation.

1.2 Sifat Senyawa Ionik

Sifat senyawa ionik ada 2 yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

a. Sifat-sifat fisika senyawa ionik yaitu:

1. Pada suhu kamar berwujud padat

2. Struktur kristalnya keras tapi rapuh

3. Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi

b. Sifat-sifat kimia senyawa ionik yaitu:

1. Bersifat polar

2. Larut dalam pelarut air tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Air merupakan suatu

pelarut yang baik untuk senyawa-senyawa ionik namun tidak memainkan peran yang

istimewa dalam menghantarkan arus listrik. Air hanya dijadikan medium oleh ion-ion untuk

bergerak.

3. Tidak menghantarkan listrik pada fase padat, tetapi pada fase cair (lelehan) dan larutan nya

menghantarkan listrik.

Ukuran Senyawa Ion

Senyawa ionik mempunyai kecenderungan membentuk struktur dengan simetri tinggi dan

volume maksimal. Elektronetralitas lokal berlaku pada senyawa ionik, artinya sejumlah muatan

positif akan dinetralkan oleh muatan negatif yang sama sehingga muatan total adalan nol.

Ukuran senyawa ionik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a.Muatan int i efekt i f

muatan inti efektif adalah muaran inti yang telah berkurang akibat adanya perisai dari electron yang

berada lebih dekat ke inti. Karena muatan positif inti biasanya sedikit banyak dilawan oleh muatan

negatif elektron dalam (di bawah elektron valensi), muatan inti yang dirasakan oleh elektron valensi

suatu atom dengan nomor atom Z akan lebih kecil dari muatan inti (Ze). Penurunan ini diungkapkan

dengan konstanta perisai (σ), dan muatan inti netto disebut dengan muatan inti efektif (Zeff).

Page 3: 67408805-Senyawa-Ionik

Z eff = Z – σ

b .Energi ionisasi

Energi ionisasi didefinisikan sebagai energi minimum yang diperlukan untuk mengeluarkan

elektron dari atom dalam fasa gas (g), sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut:

A(g)→ A+ (g) + e- (g)

c.Afini tas elektron

Afinitas elektron adalah negatif entalpi penangkapan elektron oleh atom dalam fasa gas

sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut dan dilambangkan dengan A ( = -∆Heg ).

Reaksinya adalah :

A(g) + e→ A-(g)

Afinitas elektron dapat dianggap entalpi ionisasi anion. Karena atom halogen mencapai konfigurasi

elektron gas mulia bila satu elektron ditambahkan, afinitas elektron halogen bernilai besar.

d.Keelektronegativan

Keelektronegativan adalah kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam molekul.

Kelektronegativan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan

reaksi dari sudut pandang sifat atom.

e.Jari- jari atomik dan ion

Jari-jari kation semakin lebih menyusut untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode

dengan naiknya muatan ion. Sebagai contoh, 11Na+, 12Mg2+,dan 13Al3+, secara berurutan

mempunyai jari-jari ionik 116, 86, dan 68 pm; ketiga-tiganya isoelektronik, mempunyai 10

elektron dengan konfigurasi elektronik 1s2 2s2 2p6. Sebaliknya, jari-jari anion menjadi lebih

menyusut untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode dengan menyusutnya muatan

ion. Sebagai contoh, anion 7N3-, 8O2-, dan 9F-, secara berurutan mempunyai jari-jari ionik 132,

124, dan 117 pm. Ketiga spesies anionic ini adalah isoelektronik (10 elektron) dan dengan

argumentasi yang sama seperti tersebut di atas dapat dijelaskan menyusutnya ukuran anion ini.

Secara umum memang benar bahwa kation logam lebih kecil ukurannya ketimbang anion non

logam. Dalam golongan, ukuran atom semakin besar dengan naiknya nomor atom (dari atas ke

bawah), demikian juga ukuran ionnya. Sebagai contoh, anion halogenida, F-, Cl-, Br-, dan I-.

Akhirnya diketahui bahwa ukuran ion tidak dapat diperoleh secara langsung, melainkan secara

empiric, yaitu membandingkan hasil pengukuran lebih dari satu senyawa untuk atom-atom yang

sama.

Page 4: 67408805-Senyawa-Ionik

ISOMERI DALAM SENYAWA KOMPLEKS

Isomerisasi merupakan proses dimana suatu molekul berubah menjadi molekul lain yang

memiliki atom sama, tetapi atom-atom disusun ulang. Misalnya: ABC -- BAC

Contoh Isomerisasi :

1. Isomerizations dalam hidrokarbon cracking. Ini biasanya digunakan dalam kimia organik ,

dimana bahan bakar, seperti pentana , seorang-isomer rantai lurus, dipanaskan dengan

adanya katalis platinum. Campuran yang dihasilkan dan isomer lurus-bercabang-rantai maka

harus dipisahkan. Sebuah proses industri juga merupakan isomerisation dari n-butana

menjadi isobutane .

2. Trans-cis isomer. Dalam senyawa tertentu sebuah interkonversi isomer cis dan trans dapat

diamati, misalnya, dengan asam maleat dan dengan azobenzene sering oleh

photoisomerization. Contohnya adalah : konversi fotokimia dari isomer trans ke isomer cis

dari resveratrol [4] (anonim, 2011) :

Adapun jenis-jenis Isomer:

- Isomer Ionisasi

Isomerisasi jenis ini menunjukkan isomer-isomer dari suatu kompleks yang jika dilarutkan dalam

air akan menghasilkan ion yang berbeda. Misalnya kompleks [Co(NH3)5Br]SO4 yang berwarna

merah-violet. Suatu larutan berair dari kompleks ini akan menghasilkan endapan putih BaSO4

dengan larutan BaCl2, yang memastikan adanya ion SO42- bebas. Sebaliknya [Co(NH3)5SO4]Br

berwarna merah. Larutan dari kompleks ini tidak memberikan hasil positif terhadap uji sulfat

Page 5: 67408805-Senyawa-Ionik

dengan BaCl2. Larutan akan memberikan endapan AgBr berwarna krem dengan AgNO3, yang

memastikan adanya ion Br- bebas. Berarti pada kompleks [Co(NH3)5Br]SO4 dilepaskan ion

SO42-, sedangkan kompleks [Co(NH3)5SO4]Br melepaskan Br-. Karena memiliki rumus komposisi

kimia yang sama tetapi jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda, kedua

kompleks tersebut dikatakan merupakan isomer ionisasi. Contoh lain dari isomer ionisasi

adalah [Pt(NH3)4Cl2]Br2 dan [Pt(NH3)4Br2]Cl2 dan [Co(en)2NO2.Cl]SCN, [Co(en)2NO2.SCN]Cl; dan

[Co(en)2Cl.SCN]NO2.

- Isomer Koordinasi

Suatu senyawa kompleks dapat memiliki isomer koordinasi jika senyawa kompleks tersebut

terbentuk dari ion positif dan negatif yang keduanya merupakan ion kompleks. Dengan kata lain

senyawa kompleks yang terbentuk dari kation dan anion yang merupakan ion kompleks dapat

membentuk isomer koordinasi. Isomerisasi dapat terjadi melalui pertukaran sebagian atau

seluruh ligannya.

Beberapa contoh senyawa kompleks yang memiliki isomer koordinasi adalah sebagai berikut :

- [Co(NH3)6]3+[Cr(CN)6]3-, membentuk isomer [Cr(NH3)6]3+[Co(CN)6]3-

- [Co(NH3)6]3+[Cr(C2O4)3]3-,membentuk isomer [Co(C2O4)3]3+[Cr(NH3)6]3-

- [Pt(NH3)4]2+[PdCI4]2- , membentuk isomer [Pt(NH3)3I]+[Pd(NH3)CI3]-

dan isomer [Pd(NH3)3I]+[Pt(NH3)CI3]- ; dan isomer [Pd(NH3)4]2+[PtCI4]2-

Jika diperhatikan, contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pembentukan isomer koordinasi

mengikuti suatu pola yang dapat dituliskan sebagai berikut :

[M(A)x]+a[M’(B)y]-b membentuk isomer [M(B)y]+b[M’(A)x]-a

- Isomer Ikatan

Sejumlah senyawa kompleks memiliki ligan yang merupakan ligan ambidentat. Karena ligan

semacam ini memiliki lebih dari satu atom yang dapat menyumbangkan pasangan elektron

bebas dalam pembentukan ikatan, maka logam pusat dapat terikat dengan atom yang berbeda

pada ligan tersebut. Dengan demikian terbentuklah isomer ikatan. Beberapa contoh ligan

ambidentat yang dapat membentuk isomer ikatan adalah sebagai berikut :

Ligan Contoh isomer dalam senyawa

Page 6: 67408805-Senyawa-Ionik

NO2 (nitro) dan nitrito

(ONO)

[(NH3)5Co-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Co-ONO]Cl2

[(NH3)5Ir-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Ir-ONO]Cl2

-SCN (tiosianato) dan –

NCS (isotiosianato)

[{(C6H5)P}2Pd(-SCN)2] dan [{(C6H5)3P}2Pd(-NCS)2}]

[(OC)5Mn-SCN] dan [(OC)5Mn-NCS]

I katan kovalen

Istilah ikatan kovalen (covalent bond) pertama kali muncul pada tahun 1939. Awalan co-

berarti bersama-sama, berasosiasi dalam sebuah aksi, berkolega. Ikatan kovalen yaitu ikatan

yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron valensi oleh atom yang berikatan.

Elektron-elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen tidak berpindah secara

sempurna dari atom-atom yang berikatan. Semua senyawa organik dan beberapa senyawa

seperti HCl, NH3, PCl3, PCl5, CCl4, CHCl3, CO2, , HgCl2, GeF4, SnCl4, Cl2, N2, O2 dan F2

merupakan beberapa contoh senyawa-senyawa dengan ikatan kovalen.

Ikatan kovalen terjadi akibat atom yang akan berikatan tidak mampu melepaskan

elektron, hal ini disebabkan ikatan kovalen terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas

elektron tinggi dan perbedaan keelektronegatifannya kecil. Atom nonlogam cenderung untuk

menerima elektron sehingga jika sesama atom nonlogam membentuk sebuah ikatan maka

ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara mempersekutukan elektronnya dan

akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dapat dipakai secara bersama untuk untuk

mencapai konfigurasi gas mulia.

Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan ikatan kovalen

dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Ikatan kovalen tunggal dengan hanya satu pasang elektron yang terbagi di antara dua

atom. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma. Semua ikatan yang memiliki lebih dari

satu pasang elektron disebut sebagai ikatan rangkap atau ikatan ganda.

2. Ikatan yang berbagi dua pasangan elektron dinamakan ikatan kovalen rangkap dua

biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. Contohnya pada etilen

(CH2CH2).

Page 7: 67408805-Senyawa-Ionik

3. Ikatan yang berbagi tiga pasang elektron dinamakan ikatan kovalen rangkap tiga

biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan dua ikatan pi. Contohnya pada hidrogen

sianida (HCN). hidrogen sianida berbeda dengan asam sianida walaupun keduanya

ditulis sebagai HCN. hidrogen sianida dapat berupa gas, cairan ataupun suatu padatan,

sedngkan asam sianida artinya berada dalam larutan atau berada dalam air.

Ikatan kovalen biasanya terjadi antar unsur nonlogam yakni antar unsur yang

mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikata kovalen juga terbentuk karena proses

serah terima elektron tidak mungkin terjadi. Hidrogen klorida merupakan contoh lazim

pembentukan ikatan kovalen dari atom hidrogen dan atom klorin. Hidrogen dan klorin

merupakan unsur nonlogam dengan harga keelektronegatifan masing-masing 2,1 dan

3,0. Konfigurasi elektron atom hidrogen dan atom klorin adalah:

H : 1

Cl : 2 8 7

Berdasarkan aturan oktet yang telah diketahui maka atom hidrogen kekurangan 1

elektron dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi stabil golongan

gas mulia. Apabila dilihat dari segi keelektronegatifan, klorin mempunyai harga

keelektronegatifan yang lebih besar dari hidrogen tetapi hal ini tidak serta merta membuat

klorin mampu menarik elektron hidrogen karena hidrogen juga mempunyai harga

keelektronegatifan yang tidak kecil. Konfigurasi stabil dapat tercapai dengan

pemakaian elektron bersama. Atom hidrogen dan atom klorin masing-masing

menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan elektron milik bersama.

Pembentukan HCl

Pengertian senyawa koordinasi

Page 8: 67408805-Senyawa-Ionik

Secara umum , senyawa yang pembentukkannya melibatkan pembentukan ikatan

kovalen koordinasi dapat diaanggap sebagai senyawa koordinasi. Dalam konteks yang lebih

khusus, senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukkannnya melibatkan

pembentukan iktan kovalen koordinasi antara ion-ion logam atau atom logan dengan atam

nonlogam. Senyawa koordinasi juga disebut senyawa molekular yang mengandung logam

transisi blok d dan ligan. Dalam pembentukan senyawa kompleks netral atau senyawa komplek

ionik, atom logam atau ion logam disebut sebagai atom pusat, sedangkan atom yang dapat

mendonorkan disebut atom donor. Atom donor terdapat pada suatu ion atau molekul netral. Ion

dan molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang dikoordinasikan pada atom pusat yang

disebut ligan. Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d,

efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya

kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil secara elektronik dan

secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai

(Gambar 1.1). Kompleks dengan berbagai bilangan koordinasi dideskripsikan di bawah ini.

Gambar 1.1 Struktur untuk bilangan koordinasi 4-6

1. Kompleks berbilangan koordinasi dua

Banyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+, membentuk

kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks dengan valensi nol

[Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin juga dikenal.

Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi akhir.

2. Kompleks berbilangan koordinasi tiga

Walaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan

koordinasi 3 jarang diamati.

3. Kompleks berbilangan koordinasi empat

Page 9: 67408805-Senyawa-Ionik

Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri

yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal.

[CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh kompleks tetrahedral. Ada

beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik, seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2.

Dalam kasus kompleks ligan campuran, sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+,

Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)

(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5).

4. Kompleks berbilangan koordinasi lima

Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h) Fe(CO)5

atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi

lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan energi antara dua modus

koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar, pentj) ini tidak terlalu besar dan

transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya, struktur molekular dan spektrum

Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid trigonal, tetapi spektrum NMR 13C

menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah, yang mengindikasikan bahwa ligan karbonil

di aksial dan ekuatorial mengalami pertukaran dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s).

Transformasi struktural berlangsung melalui struktur piramid bujur sangkar dan

mekanismenya dikenal dengan pseudorotasi Berry.

Gambar 1.2 Pseudorotasi Berry

5. Kompleks berbilangan koordinasi enam

Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang

paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral. Khususnya, ada

sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi pertukaran ligan, dinyatakan

dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya khususnya penting dalam sejarah

Page 10: 67408805-Senyawa-Ionik

perkembangan kimia koordinasi. [Mo(CO)6], [RhCl6]3-, dsb. juga merupakan kompleks

oktahedral. Dalam kasus ligan campuran, isomer geometri cis- dan trans-[MA4B2] dan

mer- dan fac-[MA3B3], dan untuk ligan khelat ∆-[M(A-A)3] dan Λ-[M(A-A)3] isomer optik,

mungkin terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan distorsi tetragonal (D4h), rombik (D2h),

trigonal (D3h) yang disebabkan efek elektronik atau sterik. Distorsi tetragonal [Cr(NH3)6]3+

oleh faktor elektronik adalah contoh khas efek Jahn-Teller

Gambar 1.3 Isomer geometri kompleks berkoordinasi 6

Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal. Walaupun

koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3], kompleks logam jarang

berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi oktahedral secara sterik lebih natural.

Walaupun demikian telah lama dikenal bahwa belerang di sekitar logam adalah prisma

trigonal dalam padatan MoS2 dan WS2.

6. Kompleks berbilangan koordinasi lebih tinggi dari enam

Ion logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau lebih ligan

dan misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini, ligan yang lebih kecil

lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.

Ligan

Ligan adalah molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak sebagai donor

pasangan elektron (basa Lewis). ligan akan memberikan pasangan elektronnya kepada atom

pusat yang menyediakan orbital kosong. Interaksi antara ligan dan atom pusat menghasilkan

ikatan koordinasi.

Page 11: 67408805-Senyawa-Ionik

Jenis-jenis Ligan:

1. Ligan Monodentat

ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu

pasangan-elektron-menyendiri kepada logam

2. Ligan Bidentat

molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu

pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang,

dan mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama

3. Ligan Multidentat

Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul, misalnya

asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang

mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang

dalam molekul, dapat merupakan heksadentat.

Pengaruh Ligan

Selain pengaruh dari logam sebagai ion pusat dari kompleks, ligan yang terikat pada logam

tersebut juga menentukan kestabilan dari kompleks yang terbentuk. Berikut beberapa factor

dari ligan yang mempengaruhi kestabilan kompleks(anobim c, 2001).

1. Ukuran dan Muatan Ligan

Ligan yang berukuran lebih kecil akan lebih mudah mendekat ke arah logam pusat untuk

membentuk ikatan yang lebih kuat. Dengan demikian ligan yang ukurannya lebih kecil akan

membentuk kompleks yang lebih stabil. Ditinjau dari muatannya, semakin besar muatan yang

dimiliki ligan, gaya tarik menarik antara ligan dengan logam pusat juga makin kuat, sehingga

ikatan yang terbentuk otomatis juga menjadi lebih kuat. Dari dua hal tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kompleks yang stabil akan terbentuk dari ligan yang berukuran kecil dan

memiliki muatan yang besar.

Page 12: 67408805-Senyawa-Ionik

2. Momen Dipol dari Ligan

Analog dengan faktor muatan, makin besar momen dipol dari suatu ligan, stabilitas kompleks

yang terbentuk makin besar. Hal ini dapat menjelaskan urutan kestabilan dari sejumlah ligan

netral berikut : amina > etilamin > dietilamin > trietilamin

3. Sifat Basa Ligan

Interaksi antara logam dengan ligan dapat ditinjau sebagai interaksi Asam-Basa Lewis. Oleh

karena itu, makin basa suatu ligan, kompleks yang terbentuk akan semakin stabil. Hal ini

dikarenakan ligan yang sifatnya lebih basa akan lebih mudah mendonorkan pasangan elektron

bebas yang dimilikinya pada logam. Atas dasar hal ini, maka ligan NH3 dapat membentuk

kompleks yang lebih stabil dibandingkan H2O.

4. Kemampuan Membentuk Ikatan π

Adanya ikatan π dapat memperkuat ikatan logam dengan ligan dalam kompleks. Oleh karena

itu, ligan-ligan yang dapat membentuk ikatan π dengan logam membentuk kompleks yang lebih

stabil. Misalnya saja ligan CN-, CO, PR3, dan alkena.

5. Efek Sterik

Adanya efek sterik dapat melemahkan ikatan logam dengan ligan karena adanya gaya tolak

menolak antar ligan yang terikat.

6. Efek Khelat

Ligan yang merupakan suatu ligan pengkhelat membentuk kompleks yang lebih stabil

dibandingkan ligan bukan khelat. Hal ini dikarenakan ligan berikatan dengan logam melalui

lebih dari satu atom donor, sehingga otomatis ikatan yang terbentuk akan lebih kuat. Kestabilan

ligan pengkhelat sendiri dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :

- ukuran cincin khelat, umumnya makin besar ukuran cincin khelat, makin stabil kompleks yang terbentuk

- efek resonansi, adanya resonansi akan meningkatkan kestabilan.

Page 13: 67408805-Senyawa-Ionik

Tatanama Senyawa Kompleks

Senyawa Kompleks dan Penamaannya

Senyawa kompleks adalah zat dimana atom atau ion logam yang dikaitkan dengan

kelompok molekul netral atau ion yang disebut ligan. Dalam kimia , sebuah kompleks

koordinasi atau kompleks logam, adalah struktur yang terdiri dari atom pusat atau ion (biasanya

logam), terikat ke array sekitarnya molekul atau anion ( ligan , agen kompleks). Atom dalam

ligan yang terikat langsung pada atom pusat atau ion disebut atom donor. Polydentate (multiple

berikat) ligan dapat membentuk kompleks khelat. Sebuah ligan menyumbangkan setidaknya

satu pasangan elektron pada atom pusat / ion.

Senyawa yang mengandung kompleks koordinasi disebut senyawa koordinasi. Atom

pusat atau ion, bersama dengan semua ligan membentuk lingkup

koordinasi . Koordinasi mengacu pada "ikatan kovalen koordinat" ( obligasi dipole ) antara ligan

dan atom pusat. Awalnya, kompleks tersirat sebuah asosiasi reversibel dari molekul atom,

atau ion melalui seperti lemah ikatan kimia. Sebagaimana diterapkan pada kimia koordinasi,

makna ini telah berkembang. Beberapa kompleks logam terbentuk hampir ireversibel dan

banyak yang diikat bersama oleh ikatan yang cukup kuat.

Penamaan senyawa kompleks menurut IUPAC mengikuti aturan sebagai berikut :

1. Nama kation (ion positif) disebut lebih dahulu, kemudian diikuti dengan nama anion (ion

negative), seperti pada penamaan senyawa ion.

2. Pada ion kompleks, urutan penyebutannya adalah jumlah ligan – nama ligan – nama

atom pusat(bilangan oksidasi atom pusat).

3. Jumlah ligan disebut dengan bahasa latin,

1 : mono 4 : tetra2 : di 5 : penta

Page 14: 67408805-Senyawa-Ionik

3 : tri 6 : heksa

4. Nama ligan ditambah dengan akhiran o dengan cara :

a. Ligan – ligan yang berakhiran ida diganti dengan o

b. Ligan – ligan yang berakhiran it atau at diganti dengan ito atau ato

c. Ligan netral diberi nama sesuai nama molekulnya dalam bahasa latin

5. Jika ligannya lebih dari 1 jenis, maka urutan penyebutannya dimulai sesuai dengan

urutan abjad nama depan dari ligan tersebut.

6. Jika ion kompleksnya bermuatan negative maka nama atom pusat diberi akhiran at. Jika

ion kompleksnya tidak bermuatan atau bermuatan positif, maka nama atom pusatnya

tidak ditambah akhiran.

7. Bilangan oksidasi atom pusat di tulis dengan angka romawi dalam kurung setelah nama

atom pusat.

II. Jenis Tata Nama Senyawa Kompleks

Tatanama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni sistematik dan tata nama

umum. Dalam menuliskan ligan biasanya atom donor ditulis dibagian depan kecuali untuk

beberapa ligan seperti H2O, H2S dan H2Te. Tata nama sistematik dibagi menjadi dua cara

yakni :

1. Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada serta nama atom

pusat beserta tingkat oksidasinya, dimana senyawa kompleks yang ada bilangan

oksidasinya ditulis dengan angka Romawi. Angka Romawi yang diberikan disebut angka

Stock.

2. Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama atom pusat serta

muatan dari kompleks yang ada. Angka arab yang digunakan dapat berupa tanda positif

Page 15: 67408805-Senyawa-Ionik

atau negatif yang menunjukan muatan ion kompleks, angka Arab ini disebut angka

Ewens-Bass tata nama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi.

3. Nama umum untuk senyawa kompleks atau senyawa koordinasi didasarkan atas nama

penemu atau warna yang dimiliki senyawa tersebut.

Berikut adalah contoh senyawa yang didasarkan atas nama penemunya:

Garam Vauquelin : [Pd(NH3)4] [PdCl4]

Garam Magnus : [Pt(NH3)4] [PtCl4]

Senyawa Gmelin : [Co(NH3)6]2(C2O4)3

Garam Zeise : K[PtCl3(C2H4)].H2O

Sedangkan nama senyawa kompleks yang didasarkan atas warna yang dimiliki yaitu:

Biru prusia (prusian blue) : KFe[Fe(CN)6].H2O

Kompleks luteo (kuning) : [Co(NH3)5Cl]Cl2

Kompleks praseo (hijau) : [Co(NH3)4Cl2]

Senyawa Kompleks Ionik

Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion kompleks penamaannya adalah sebagai berikut:

1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3. Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti bilangan oksidasi yang ditulis dalam

angka Romawi.

Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3. Menulis atau menyebut nama serta muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka

Arab.

Page 16: 67408805-Senyawa-Ionik

Contoh :

Kompleks Spesi yang ada Nama

[Cu(NH3)4]2+ Cu2+ dan 4NH3 ion tetraaminatembaga(II), atau Ion

tetraaminatembaga(2+)

[Co(NH3)4Cl2]+ Co3+, 4NH3, dan 2Cl‾ ion tetraaminadiklorokobalt(II) atau ion

tetraaminadiklorokobalt(1+)

[Pt(NH3)4]2+ Pt2+, dan 4NH3 ion tetraaminaplatina(II) atau

iontetraaminaplatina(2+)

[Ru(NH3)5(NO2)]+ Ru2+, 5NH3, dan NO2‾ ion pentaaminanitrorutenium(II) atau ion

pentaaminanitrorutenium(1+)

Senyawa kompleks ionik anion sebagai ion kompleks penamaannya adalah sebagai berikut :

1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3. Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau

ium diganti –at kemudian diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam angka

Romawi.

Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion

2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki

3. Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau

ium diganti –at kemudian diikuti muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka

Arab.

Contoh :

kompleks Spesi yang ada Nama

[PtCl4]2‾ Pt2+ dan 4Cl‾ Ion tetrakloroplatinat(I) atau ion

Page 17: 67408805-Senyawa-Ionik

tetrakloroplatinat(2-)

[Ni(CN)4]2‾ Ni2+ dan 4CN‾ Ion tetrasianonikelat(II) atau ion tetrasianonikelat(2-)

[Co(CN)6]3‾ Co3+ dan 6CN‾ Ion heksasianokobaltat(III) atau ion

heksasianokobaltat(3-)

[CrF6]3‾ Cr3+ dan 6F‾ Ion heksafluorokromat(III) atau ion

heksasianofluorokromat(3-)

[MgBr4]2‾ Mg2+ dan 4Br‾ Ion tetrabromomagnesat(II) atau Ion

tetrabromomagnesat(2-)

Senyawa kompleks ionik kation dan anion sebagai ion kompleks, penamaannya adalah

menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti

bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam angka Romawi atau menulis atau menyebut

nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti muatan ion kompleks

yang ditulis dengan angka Arab.

Contoh :

K3[Fe(CN)6]3‾ : Kalium heksasianoferat(III) atau kalium heksasianoferat(3-)

K4[Fe(CN)6] : Kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)

[CoN3(NH3)5]SO4 : Pentaaminaazidokobalt(III) sulfat atau Pentaaminaazidokobalt(2+) sulfat

[Cu(NH3)4]SO4 : Pentaaminatembaga(II) sulfat atau Pentaaminatembaga(2+) sulfat

[Cu(NH3)4] [PtCl4] : Tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatinat(II) atau tetraamina tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-)

[Co(NH3)6] [Cr(CN)6]

: Heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) atau heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)

Page 18: 67408805-Senyawa-Ionik