65763007-bedah-gingivektomi.doc
-
Upload
irdian-devi-saputri -
Category
Documents
-
view
100 -
download
12
Transcript of 65763007-bedah-gingivektomi.doc
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bedah periodontal termasuk dalam tahap koreksi pada terapi
periodontal, karena dilakukan koreksi deformitas jaringan periodontal.
Bedah periodontal merupakan istilah umum untuk setiap tindakan
bedah periodontal termasuk gigi, gingiva, tulang alveolar maupun
perlekatannya. Bedah periodontal ini bertujuan untuk memperbaiki
segala kelainan maupun kerusakan jaringan sebagai akibat dari
penyakit periodontal dan untuk mengembalikan bentuk serta fungsi
dari jaringan periodontal sehingga normal kembali.
Perawatan periodontal menjadi salah satu solusi untuk
problem estetik yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat, dan ternyata
penampakan klinis gingiva sangat menunjang penampilan estetik
seseorang. Problem estetik gingiva yang biasa dikeluhkan pasien
antara lain pembesaran gingiva, kontur gingiva yang tidak bagus,
papila yang hilang, dan terbukanya permukaan akar. (Reddy, 2003).
Pembesaran gingiva dapat dikoreksi dengan gingivektomi,
yaitu eksisi jaringan gingiva yang berlebih untuk menciptakan margin
gingiva yang baru. Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak
berhasil dirawat dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene,
atau pada kasus hiperplasi gingiva (Harty dan Ogston, 1995).
Penggunaan alat ortodontik cekat dapat menimbulkan beberapa
masalah, khususnya masalah kesehatan rongga mulut. Alat ini
dicekatkan pada gigi-gigi sehingga lebih sulit dibersihkan daripada
alat lepasan, dan kesehatan rongga mulut tentu lebih sulit
dipertahankan selama perawatan dengan alat ini (Fooster, 1993).
1
B. Permasalahan
Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang ke Klinik
Periodonsia RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gusi membesar
setelah beberapa saat menjalani perawatan ortodontik cekat.
C. Tujuan perawatan
Tujuan perawatan yang dilakukan :
1. Mengkoreksi kelainan pada gingiva sehingga dapat
menghilangkan gangguan pada perawatan ortodontik.
2. Memperbaiki estetis pasien sehingga dapat memungkinkan untuk
mendapat jaringan gingiva yang lebih sehat.
3. Menambah efisiensi pembersihan gigi sehingga mengurangi
akumulasi plak dan kalkulus.
4. Membuang dinding poket, menghilangkan kalkulus dengan
sempurna sebagai faktor penyebab gingivitis sehingga akan
tercipta kondisi yang memungkinkan proses penyembuhan
gingiva dan kembalinya kontur gingiva sesuai bentuk anatomis
dan fisiologis.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembesaran gingiva
Gingiva merupakan salah satu jaringan periodontal yang
terlihat dari luar. Gingiva sehat mempunyai ciri berwarna coral pink,
tekstur stipling, berbentuk tajam seperti kerah baju dan konsistensi
kenyal (Newman dkk, 1996).
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang
paling luas penyebarannya pada manusia (Manson dan Eley, 1993).
Salah satu penyakit periodontal yang sering dijumpai adalah
pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva ditandai dengan
penambahan ukuran gingival dan dapat menimbulkan efek negatif
berupa gangguan fungsi.
Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi
pertumbuhan yang berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus
dapat juga disebut hiperplasi gingiva. Pembesaran ini sering dijumpai
pada penyakit gingiva. Pembesaran gingiva dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi fungsi bicara
dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu estetik.
Pembesaran gingiva
Menurut Carranza (1990) pembesaran gingiva dapat
diklasifikasikan berdasarkan faktor etiologinya:
3
1. Pembesaran gingiva karena inflamasi
- inflamasi kronis
- inflamasi akut
2. Pembesaran gingiva hiperplastik non inflamasi (gingival hiperplasi)
- Hiperplasi gingiva karena obat-obatan (Phenytoin, cyclosporin,
nifedipine, dilitiazem)
3. Pembesaran gingiva hiperplastik idiopatik
4. Pembesaran gingiva kombinasi
5. Pembesaran gingiva kondisional
- Pembesaran gingiva karena hormon
- Pembesaran gingiva karena leukimia
- Pembesaran gingiva berhubungan dengan defisiensi vitamin c
- Pembesaran gingiva nonspesifik (granuloma pyogenicum)
6. Pembesaran gingiva neoplastik (tumor gingiva)
- Tumor jinak gingiva
- Tumor maligna gingiva
7. Pembesaran gingiva yang bersifat developmental
Berdasarkan lokasi dan distribusi pembesaran gingiva
dibedakan:
Terlokalisasi : terbatas pada gingiva cekat pada satu gigi atau lebih
General: melibatkan seluruh gingiva pada rongga mulut
Marginal: terjadi pada gingiva tepi
Papilary: terjadi pada papila interdental
Diskret: pembesaran yang terisolasi (seperti tumor)
Pembesaran gingiva merupakan suatu manifestasi umum
penyakit gingiva (penyakit periodontal). Penyakit yang menyebabkan
kondisi gingiva enlargement dapat bersifat inflamasi atau non
inflamasi dan kombinasi keduanya. Tanda klinis pembesaran gingiva
karena proses inflamasi, secara umum menampakkan adanya
perubahan pada kontur gingiva menjadi membengkak di daerah
interdental dan margin gingiva, sehingga tampak membulat tumpul
4
dengan warna memerah. Tekstur gingiva menjadi halus dan licin
mengkilat dengan konsistensi lunak, edema, fibrotik, biasanya disertai
tendensi perdarahan, terbentuknya poket bisa juga tampak adanya
eksudat inflamasi. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi biasanya
terdapat rasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis tidak tampak.
Tanda klinis pembesaran gingiva noninflamasi, misalnya
pembesaran karena obat-obatan (phenytoin, cyclosporin, nifedipine,
diltiazem) memiliki kesamaan tanda klinis yaitu adanya pembesaran
menyeluruh pada interdental dan margin yang menyebabkan terjadinya
poket gingiva, gingiva tampak keras, fibrotik, merah muda pucat,
kenyal, sedikit tendensi perdarahan dan mempunyai permukaan yang
menonjol (Carranza. 1990).
Faktor-faktor yang menyebabkan enlargement gingiva
diklasifikasikan menjadi dua
1. Faktor lokal (ekstrinsik)
a. Faktor iritasi
b. Faktor fungsional (maloklusi, malposisi gigi, mouth breathing,
dll)
2. Faktor sistemik (intrinsik)
antara lain: endokrin obat-obatan, psikologis, penyakit metabolik.
Tanda-tanda klinis yang tampak pada enlargement gingiva adalah
sebagai berikut:
1. Pembengkakan secara general pada margin dan interdental gingiva
terutama pada daerah anterior.
2. Jaringan yang membengkak tampak keras, fibrotik, pucat, dan
kenyal.
3. Tendensi perdarahan gingiva tanpa rasa sakit.
4. Pada keadaan yang parah gingiva hampir menutupi seluruh gigi
dan pembengkakan menempati vestibulum, stipling tidak tampak
(Carranza. 1990).
5
B. Gingivektomi
Gingivektomi adalah prosedur bedah periodontal yang
bertujuan menghilangkan poket gingiva pada penyakit radang
periodontal untuk menciptakan suatu gingiva normal baik fungsi,
kesehatan, dan estetika. (Goldman dan Cohen, 1980). Sedangkan
menurut Harty dan Ogston (1995) gingivektomi adalah eksisi jaringan
gingiva yang berlebih untuk menciptakan gingiva margin yang baru.
Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak berhasil dirawat
dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene, atau pada kasus
hiperplasi gingiva.
Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, laser,
maupun kimia namun metode yang paling dianjurkan adalah operasi
dengan scalpel (Carranza, 2006).
Manson and Eley (1993) menyatakan bahwa indikasi
gingivektomi adalah:
1. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang
tetap ada walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan
mulut yang cermat berkali-kali, dan keadaan di mana prosedur
gingivektomi akan menghasilkan daerah perlekatan gingiva yang
adekuat.
2. Adanya pembengkakan gingiva yang menetap di mana poket
‘sesungguhnya’ dangkal namun terlihat pembesaran dan
deformitas gingiva yang cukup besar. Bila jaringan gingiva
merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi merupakan cara
perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana
terdapat daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar.
4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.
5. Flap perikoronal.
6
Sedangkan kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk (2004)
adalah:
1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal
dari pertautan mukogingiva.
2. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosaa
alveolar.
3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan
dibedah.
4. Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni.
5. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik.
6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia
(sehingga jika gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari
mukosa alveolar).
Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan
poket marker, jaringan gingiva kemundian dieksisi dengan sudut 45o
kemudian gingiva dibentuk sesuai kontur gingiva normal.
Gingivektomi selalu diikuti dengan gingivoplasti untuk mendapatkan
kontur dan bentuk ketajaman tepi gingiva yang normal baik anatomis
maupun fisiologis (Suproyo, 2005).
Menurut Fedi, dkk (2004) teknik gingivektomi adalah:
1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok
atau infiltrasi.
7
Anestesi lokal
2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan
probe terkalibrasi. Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding
luar jaringan gingiva dengan poket marker untuk membuat titik-titik
perdarahan. Apabila keseluruhan daerah operasi telah diukur dan
ditandai dengan lengkap, titik-titik perdarahan tersebut akan
membentuk ragangan (outline) insisi yang harus dilakukan.
menandai dasar poket dengan pocket marker
3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke
apikal dari titik-titik tersebut dengan pisau bermata lebar seperti
Kirkland No. 15/16. Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45
derajat terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung atau lebih ke
bawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Apabila gingiva cukup
tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk menghilangkan bahu atau
plato. Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau sulit dicapai
sehingga bevel yang cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal. Pada
keadaan ini, bevel dapat diperbaiki nantinya, menggunakan pisau
bermata lebar untuk mengerok atau bur intan kasar.
8
(a) Garis Insisi (b) Pisau Kirkland
4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan
pisau bermata kecil seperti pisau Orban No. 1/2 . Perhatikan bahwa
sudut mata pisau tersebut kira-kira sama dengan sudut mata pisau yang
lebar ketika melakukan insisi awal.
Pisau Orban
5. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang.
(a) Pengambilan jaringan (b) Jaringan yang telah dieksisi
6. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar
dengan skaling dan root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding
jaringan lunak poket periodontal membuat permukaan akar lebih
9
mudah dicapai dan memperluas lapang pandang operator
dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan permukaan akar
pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur bedah.
Skaling dan root planing
7. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan
dengan bur intan atau pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.
8. Merapikan sobekan jaringan dengan gunting atau nipper.
9. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline
steril untuk membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.
10. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan air steril atau larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk
menghentikan perdarahan.
11. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran
kecil, bersudut di daerah interproksimal, menggunakan instrumen
plastik. Selanjutnya, pasang gulungan-gulungan yang lebih panjang di
bagian fasial, lingual, dan palatal serta hubungkan dengan dresing yang
telah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh daerah luka ditutup
dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah perlekatan otot.
Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang terlalu
lebar sehingga terasa mengganggu.
10
Pemasangan periodontal dressing
12. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka
setiap minggu sampai jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah
dibersihkan oleh pasien. Epitel akan menutupi luka dengan kecepatan
0,5 mm per hari setelah hilangnya aktivitas mitosis awal dari epitel, 24
jam setelah operasi.
Penyembuhan luka
13. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan
pasien untuk melakukan pengendalian plak dengan baik.
Dressing dilepas dan gigi dipoles
11
Penampakan klinis gingiva pasca gingivektomi
Setelah seluruh prosedur gingivektomi dilaksanakan, pasien
perlu diberi informasi yang lengkap tentang cara-cara perawatan
pascaoperasi, yaitu:
1. Menghindari makan atau minum selama satu jam.
2. Dilarang minum minuman panas atau alkohol selama 24 jam.
Dilarang berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
3. Dilarang makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan
mengunyah makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
4. Minum analgesik bila merasa sakit setelah efek anestesi hilang.
Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24 jam.
5. Menggunakan larutan kumur saline hangat setelah satu hari.
Menggunakan larutan kumur klorheksidin di pagi hari dan malam
hari bila tidak dapat mengontrol plak secara mekanis. Larutan ini
dapat langsung digunakan pada hari pertama setelah operasi asal
tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut. Menghindari teh,
kopi, dan rokok bila menggunakan larutan kumur klorheksidin
untuk mengurangi stain.
6. Apabila terjadi perdarahan, dresing ditekan selama 15 menit
dengan menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan;
dilarang berkumur.
7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
Pembedahan menyebabkan terputusnya kontinuitas sel-sel dan
jaringan tubuh. Penyembuhan adalah fase respons inflamasi yang
12
menyebabkan terbentuknya hubungan anatomi dan fisiologis yang baru
di antara elemen-elemen tubuh yang rusak. Secara umum,
penyembuhan meliputi pembentukan bekuan darah, pembentukan
jaringan granulasi, epitelisasi, pembentukan kolagen, regenerasi dan
maturasi (Fedi dkk, 2004). Sel akan menutupi luka dalam waktu 7-14
hari dan terkeratinisasi setelah 2-3 minggu. Pembentukan perlekatan
epitel yang baru berlangsung selama 4 minggu. Kebersihan mulut yang
baik sangat diperlukan selama periode pemulihan ini (Manson dan Eley,
2003).
C. Alat ortodontik
Alat ortodontik adalah alat yang digunakan untuk
mengaplikasikan daya pada gigi dan struktur pendukungnya sehingga
dapat mengubah hubungan antar gigi dan struktur tulang
pendukungnya (Harty dan Ogston, 1995).
Alat ortodontk dapat dibedakan menjadi 2, yaitu alat ortodontik
lepasan dan alat ortodontik cekat. Penggunaan alat ortodontik cekat
dapat menimbulkan beberapa masalah, khususnya masalah kesehatan
rongga mulut. Alat ini dicekatkan pada gigi-gigi sehingga lebih sulit
dibersihkan daripada alat lepasan, dan kesehatan rongga mulut tentu
lebih sulit dipertahankan selama perawatan dengan alat ini. Selain itu,
alat ortodontik cekat juga bisa menghasilkan gerakan gigi yang
merugikan. Karena alat ini dicekatkan pada gigi-gigi, tekanan yang
terlalu besar tidak akan menyebabkan pesawat terungkit tetapi justru
dapat merusak struktur pendukung gigi (Fooster, 1993).
13
III. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien
No. Kartu : 0-00251
Nama : Gunawan Prayogo
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Alamat :Jl. Tirtodipuran No 53, Mantrijeron, Mantrijeron,
Yogyakarta 55143
Telpon : 085629155384
B. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan gusinya membesar.
Riwayat perjalanan penyakit:
Keluhan tersebut dirasakan beberapa saat setelah perawatan ortodontik
dimulai.
Riwayat kesehatan oral:
Pasien melakukan perawatan ortodontik cekat sejak tahun 2004 (kurang lebih
4 tahun yang lalu).
Riwayat kesehatan keluarga:
Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Ibu : Hipertensi.
Riwayat kehidupan pribadi/sosial :
Pasien tinggal di rumah.
Riwayat kesehatan umum :
Pasien pernah di rawat jalan karena menderita gejala tifus.
Peninjauan sistem tubuh (Review of systems)
Endokrin
Gastrointestinal
T.A.K
maag
14
Hematopoetik
Kardiovascular
Muskuloskeletal
Neurologik
Respirasi
Urogenital
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
C. Pemeriksaan Obyektif
Keadaan Umum
Jasmani : Sehat
Rohani : Kooperatif dan komunikatif
Vital sign : Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : afebris
Berat badan : 40 kg
Tinggi badan : 160 cm
Lokal
EO : Muka : simetris, tidak ada kelainan
Pipi : simetris, tidak ada kelainan
Bibir : simetris, tidak ada kelainan
Limfonodi : simetris, tidak ada kelainan
IO : Terdapat pembesaran gingiva pada regio 6 5 3 2 1 1 2 3 5 6
6 5 3 2 1 1 2 3 5 6
sebelah labial sehingga membentuk false pocket.
Gingiva : warna : coral pink
tekstur : non stippling
konsistensi : kenyal
bentuk : membulat 6 5 3 2 1 1 2 3 5 6
6 5 3 2 1 1 2 3 5 6
15
BOP : -
resesi : -
poket : + 6 5 3 2 1 1 2 3 5 6
6 5 3 2 1 1 2 3 5 6
D. Diagnosa
Pembesaran gingiva kronik akibat pemakaian alat ortodontik cekat.
E. Prognosis
Baik, karena usia pasien masih muda, kesehatan yang baik, sikap pasien yang
kooperatif dan komunikatif.
F. Rencana Perawatan
1. Initial therapy yaitu DHE, scaling dan polishing. Bertujuan untuk
meredakan penyakit gingivitis yang terjadi, terutama yang disebabkan
karena faktor lokal yaitu deposit keras maupun lunak yang melekat pada
permukaan gigi. Tindakan ini dilakukan karena penyebab utama penyakit
periodontal adalah bakteri plak.
2. Corrective therapy, pada tahap ini dilakukan
Gingivektomi diikuti dengan gingivoplasti yang bertujuan untuk
menghilangkan poket gingival, mengembalikan fungsi anatomis dan
fisiologis gingiva serta mengendalikan plak yang merupakan faktor utama
terjadinya pembesaran gingiva.
3. Maintenance phase, pada fase ini dilakukan kontrol untuk memeriksa
perubahan kondisi gingiva pasca bedah gingivektomi.
16
IV. JALANNYA PERAWATAN
Tanggal operasi: 18 Januari 2008
A. Alat
1. Cytojet
2. Ultra Sonic Scaler
3. Pinset
4. Kaca Mulut
5. Plat Kaca
6. Spatula
7. Kuret
8. Saliva ejector
9. Water syringe
B. Bahan
1. Larutan anestesi
2. Kapas
3. Kasa steril
4. Iod
5. Larutan irigasi steril
6. Gliserin
7. Periodontal dressing
C. Jalannya operasi
1. Olesi area operasi ( 1 2 ) dengan larutan iod kemudian dilakukan
anestesi lokal dengan teknik infiltrasi pada area tersebut.
2. Marking pocket depth menggunakan alat yang disebut poket
marker. Dalamnya poket ditandai dengan jalan memasukkan alat
tersebut diantara dinding poket paralel aksis gigi. Ujung yang
tumpul masuk kedalam poket dan ujung yang tajam diluar
gingiva, kemudian ditekankan pada gingiva maka tercipta titik-
17
titik pendarahan (bleeding point). Bleeding point tersebut akan
membentuk ragangan (outline) eksisi yang harus dilakukan.
3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke
apikal dari titik-titik tersebut dengan pisau bermata lebar (pisau
Kirkland). Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45 derajat
terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung atau lebih ke bawah
dari ujung apikal perlekatan epitel (dasar poket).
4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau
bermata kecil (pisau Orban). Sudut mata pisau tersebut kira-kira
sama dengan sudut mata pisau Kirkland ketika melakukan insisi
awal. Kemudian jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang
5. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar
dengan skaling dan root planing.
6. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan
pisau orban.
7. Merapikan sobekan jaringan dengan gunting/kuret.
8. Membilas daerah bedah dengan air steril untuk membersihkan
pertikel-partikel yang tersisa.
9. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan air steril untuk menghentikan perdarahan.
10. Selanjutnya luka ditutup dengan periodontal pack agar
penyembuhan jaringan gingiva optimal. Pengadukan periodontal
pack menggunakan glass plate dan spatula dengan perbandingan
pasta:cairan = 1:1, campuran tersebut diambil dengan tangan
yang telah dibasahi gliserin agar tidak lengket. Periodontal pack
dibuat seperti gulungan kemudian dipasangkan denan ditekan-
tekan baik pada bagian fasial maupun palatal gingiva yang
dieksisi. Pemasangan periodontal pack diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu oklusi.
11. Pemberian resep
R/ Amoxilin mg 500 caps. No. X
18
S.t.d.d caps. I
R/ Danalgin mg 250 caps No. V
S.p.r.n. caps. I
12. Pasien diintruksikan untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya
dengan tetap menyikat gigi namun dengan hati-hati.
13. Kontrol 1 minggu dan 2 minggu setelah operasi untuk melihat
proses perkembangan penyembuhan lukanya.
Eksisi gingiva Pemasangan periodontal pack
19
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
sebelum gingivektomi beberapa saat setelah gingivektomi
6 hari setelah gingivektomi
B. Pembahasan
Pasien datang dengan keluhan gusi membesar pada hampir semua regio.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa pasien sedang
menjalani perawatan ortodonsi cekat. Perawatan ortodonsi cekat dimulai sejak
tahun 2004. Namun dalam perkembangannya gusi pasien menjadi membesar,
namun pasien tidak ingat sejak kapan pembesaran gingiva tersebut terjadi.
Pengaruh kondisi sistemik pada kasus ini dapat disingkirkan karena dari
anamnesis tidak didapat riwayat penyakit sistemik maupun penggunaan obat-
obatan jenis tertentu.
20
Gambaran gusi membesar pada pasien diduga berkaitan dengan
perawatan ortodontik cekat yang sedang dijalaninya. Foster (1993)
menyebutkan bahwa penggunaan alat ortodontik cekat dapat menimbulkan
beberapa masalah, khususnya masalah kesehatan rongga mulut. Alat ini
dicekatkan pada gigi-gigi sehingga lebih sulit dibersihkan daripada alat
lepasan, dan kesehatan rongga mulut tentu lebih sulit dipertahankan selama
perawatan dengan alat ini. Selain itu, alat ortodontik cekat juga bisa
menghasilkan gerakan gigi yang merugikan. Karena alat ini dicekatkan pada
gigi-gigi, tekanan yang terlalu besar tidak akan menyebabkan pesawat
terungkit tetapi justru dapat merusak struktur pendukung gigi. Hal tersebut
akan meningkatkan akumulasi plak dan pembentukan kalkulus subgingiva.
Dalam jangka waktu yang lama, kedua iritan lokal tersebut akan menginduksi
terjadinya gingivitis kronis dan pembesaran gingiva. Hal ini akan semakin
diperparah apabila pasien tidak melakukan kontrol perawatan ortodontik cekat
dan kontrol plak secara teratur.
Beberapa saat setelah operasi terlihat warna kemerahan pada margin
gingiva yang dieksisi. Daerah tersebut kemudian ditutup dengan periodontal
pack atau dressing dengan tujuan : melindungi luka dari iritasi, menjaga agar
daerah luka tetap dalam kondisi bersih, mengontrol perdarahan, dan
mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan. Periodontal pack
dapat mempercepat proses penyembuhan dan memberikan kenyamanan pasca
operasi pada pasien (Manson dan Eley, 2003).
Pasien diberi resep obat amoxicillin dan danalgin serta obat kumur
(bactidol). Amoxicillin merupakan antibiotik yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya infeksi dan kontaminasi bakteri setelah operasi.
Amoxicillin diminum 3 kali sehari sampai habis. Sedangkan danalgin
merupakan analgetik untuk mengurangi rasa sakit pasien pasca operasi. Obat
ini diminum hanya pada saat pasien merasa sakit. Obat kumur berguna untuk
mengontrol plak sehingga akan menjaga daerah operasi tetap bersih untuk
membantu proses penyembuhan.
21
Enam hari pasca operasi, periodontal pack sebelah labial dibuka.
Periodontal pack sebelah palatal sudah terlepas lebih dulu. Gingiva tampak
masih berwarna kemerah-merahan dan sudah menunjukkan mulainya proses
reepitelisasi. Menurut Fedi (2004) proses penyembuhan meliputi
pembentukan bekuan darah, pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi,
pembentukan kolagen, regenerasi dan maturasi. Sel akan menutupi luka dalam
waktu 7-14 hari dan terkeratinisasi setelah 2-3 minggu. Pembentukan
perlekatan epitel yang baru berlangsung selama 4 minggu. (Manson dan Eley,
2003). Untuk tetap menjaga kebersihan daerah operasi dan mengoptimalkan
proses penyembuhan, pasien kembali dipasang periodontal pack dan akan
dibuka seminggu kemudian.
22
VI. KESIMPULAN
1. Pembesaran gingiva pada kasus ini merupakan inflamasi kronis yang disebabkan
oleh akumulasi plak dan kalkulus serta kurangnya kontrol perawatan selama
penggunaan alat orthodontik cekat.
2. Pembesaran gingiva dapat dikoreksi dengan memperbaiki kondisi kebersihan
mulut, eliminasi faktor predisposisi lokal (deposit dan kalkulus), dan
gingivektomi untuk rekonturing gingiva.
3. Hasil operasi memuaskan pasien, sesuai dengan rencana perawatan dan prognosis
yang telah direncanakan, terlihat bahwa bentuk dan warna gingiva sesuai dengan
bentuk dan warna gingiva yang normal.
23
V. DAFTAR PUSTAKA
Carranza, F. A., 1990, Glickman’s Clinical Periodontology, 7th Ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo, h. 909
Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta
Foster, T.D., 1993, Buku Ajar Ortodonsi, EGC, Jakarta
Harty, F.J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h.139, 219
Manson, J.D. dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta.
Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A, 1996, Carranza’s Clinical Periodontology, 9th ed., Saunders Comp., Phildelphia.
Reddy, M.S., 2003, Achieving Gingival Esthetics, J Am Dent Assoc,134 (3) : 295 – 304. http://jada.ada.org/cgi/content/full/134/3/295
Wolf, H.F., Rateitschak, K.H. dan Hassell, T.M., 2005, Color Atlas of Dental Medicine: Periodontology, Thieme Stutgart, New York
24